Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

MODEL SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA


SISTEM PERTANIAN TERPADU BHUMEE ORGANIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan


Dosen Pengampu : Siti Nurul Iftitah, S.P., M.P.

Disusun oleh:

Kelompok 10/SPB 04

1. Vincent Vallentino Koesdibdjo 2010401038

2. Syifaa Rennyta Alhamdania 2010401053

3. Wahyu Putri Farizky 2010401054

4. Ernita Mey Saputri 2010401057

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIDAR

2023

i
DAFTAR ISI

Halaman
Cover .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ...................................................................................... 1
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 2
1.2 Tujuan ....................................................................................... 3
BAB II. ISI ......................................................................................... 5
2.1 Pengertian SPB dan SPT .......................................................... 5
2.2 Profil Bhumee Organic ............................................................. 7
2.3 Sistem Pertanian Terpadu di Bhumee Organik ......................... 12
2.4 Hubungan Unsur Pertanian, Peternakan, dan Perikanan .......... 17
2.5 Peran Bhumee Organic ............................................................. 18
BAB III. PENUTUP .......................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 25

1
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian adalah salah satu sektor yang sangat penting dalam
menyokong kehidupan manusia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir,
pertanian seringkali dihadapkan pada tantangan besar, seperti peningkatan
populasi manusia, perubahan iklim, degradasi lahan, dan penurunan kualitas
tanah. Untuk menghadapi tantangan ini, muncul konsep sistem pertanian
berkelanjutan sebagai pendekatan yang lebih baik dalam mengelola sumber
daya pertanian. Latar belakang sistem pertanian berkelanjutan mencakup
sejumlah aspek yang menggambarkan pentingnya pendekatan ini.

Dalam sistem pertanian konvensional, seringkali terjadi penggunaan


berlebihan terhadap air, tanah, dan energi fosil, yang dapat mengakibatkan
degradasi lingkungan dan kehabisan sumber daya alam tersebut. Dalam
konteks ini, sistem pertanian berkelanjutan muncul sebagai solusi yang
berfokus pada efisiensi dalam penggunaan sumber daya, dengan tujuan untuk
menjaga ketersediaan sumber daya ini untuk generasi mendatang. Sistem
pertanian konvensional seringkali menggunakan pestisida dan pupuk kimia
yang berlebihan, yang dapat merusak ekosistem dan mengurangi
keanekaragaman hayati. Sistem pertanian berkelanjutan mempromosikan
pendekatan yang lebih alami dan ramah lingkungan, seperti pertanian organik,
permaculture, atau agroforestry, yang memungkinkan ekosistem tetap
seimbang dan berkelanjutan.

Dengan populasi yang terus meningkat, sistem pertanian konvensional


yang berfokus pada produksi tanaman dan hewan dalam jumlah besar
seringkali menyebabkan penebangan hutan dan penggusuran lahan untuk
pertanian, yang merusak ekosistem dan mengurangi lahan pertanian yang
tersedia. Sistem pertanian berkelanjutan mempertimbangkan kebutuhan
makanan saat ini dan masa depan, sambil tetap memperhatikan keberlanjutan
lingkungan.

2
Sistem pertanian terpadu merupakan evolusi dari konsep pertanian
berkelanjutan dan menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan terintegrasi
untuk mengatasi berbagai masalah di sektor pertanian. Latar belakang sistem
pertanian terpadu mencakup sejumlah elemen yang menjelaskan mengapa
pendekatan ini menjadi penting dalam konteks pertanian modern.Sistem
pertanian terpadu didasarkan pada pemahaman bahwa segala sesuatu dalam
pertanian saling terkait. Ini mencakup hubungan antara tanaman, hewan,
manusia, dan lingkungan. Dalam sistem ini, elemen-elemen ini diintegrasikan
dengan bijak untuk menciptakan sistem pertanian yang lebih efisien dan
berkelanjutan.

Dalam pertanian terpadu, limbah satu komponen dapat menjadi sumber


daya untuk komponen lainnya. Contohnya, kotoran hewan dapat digunakan
sebagai pupuk untuk tanaman, dan sistem perakaran tanaman dapat membantu
mengatasi erosi tanah. Sistem pertanian terpadu juga mempertimbangkan
keberlanjutan sosial. Ini mencakup aspek-aspek seperti pemberdayaan petani,
peningkatan keadilan dalam distribusi sumber daya, dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat pedesaan. Dalam konteks ini, pendekatan ini tidak
hanya tentang produksi pangan, tetapi juga tentang menciptakan masyarakat
pedesaan yang lebih kuat dan berkelanjutan secara ekonomi. Sistem pertanian
berkelanjutan dan sistem pertanian terpadu menekankan pentingnya berpikir
jangka panjang dan mempertimbangkan dampak besar pertanian terhadap
lingkungan dan masyarakat. Kedua pendekatan ini menjadi semakin relevan
dalam menjawab tantangan-tantangan global yang dihadapi sektor pertanian
saat ini dan masa depan.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang sistem pertanian berkelanjutan dan
sistem pertanian terpadu.
b. Mahasiswa mampu memahami tentang sistem pertanian berkelanjutan dan
sistem pertanian terpadu.

3
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sistem pertanian berkelanjutan dan
sistem pertanian terpadu.

4
II. ISI

2.1 Pengertian Sistem Pertanian Berkelanjutan dan Sistem Pertanian


Terpadu
Sistem pertanian berkelanjutan dan sistem pertanian terpadu adalah dua
pendekatan yang berfokus pada praktik pertanian yang lebih efisien,
berkelanjutan, dan berdaya tahan dalam jangka panjang. Sistem pertanian
berkelanjutan adalah pendekatan pertanian yang dirancang untuk meminimalkan
dampak negatif terhadap lingkungan, mempertahankan produktivitas tanah, dan
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi petani. Tujuannya adalah
menciptakan sistem pertanian yang dapat berlangsung dalam jangka panjang
tanpa merusak sumber daya alam atau mengorbankan keberlanjutan lingkungan.
Prinsip-prinsip umum dalam pertanian berkelanjutan meliputi penggunaan
pupuk dan pestisida yang bijaksana, praktik-praktik pengelolaan tanah yang
berkelanjutan, praktik-praktik pengelolaan air yang efisien, dan diversifikasi
usaha pertanian untuk mengurangi risiko.

Sistem pertanian berkelanjutan mencakup pertanian yang menunjukkan


pengurangan penggunaan bahan kimia, pengurangan erosi tanah dan
pengelolaan gulma, dan praktik pertanian yang efisien (di lahan pertanian)
dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional. Ini mencakup elemen fisik,
biologis, dan sosial ekonomi yang diwakili oleh sistem tersebut. Bahan masukan
yang maksimal dengan menjaga kesuburan tanah dengan menambah nutrisi
tanaman dan menggunakan prinsip biologi dalam melaksanakan pertanian yang
tidak menguntungkan dan ledakan populasi yang besar.

Masalah yang harus diatasi adalah bagaimana mengendalikan jumlah


penduduk dan memenuhi kebutuhan pangan dalam dan luar negeri.
Pembangunan pertanian harus dilakukan dengan mengadopsi model, dan model
pertanian perlu diubah total. Pertanian tradisional tidak lagi dianggap
berkelanjutan karena bertujuan untuk menyediakan pangan dalam jumlah
banyak dan cepat. Mengadopsi sistem pertanian berkelanjutan dapat

5
memecahkan masalah ini. Pertanian berkelanjutan sangat mendukung dari segi
teknis, sehingga kita dapat memilih tanah yang tepat dan mendapatkan bibit yang
baik sesuai dengan jenis tanaman yang kita tanam. Pada dasarnya, sistem
pertanian berkelanjutan adalah sistem pertanian tradisional yang bertujuan untuk
mencapai tujuan yang direncanakan secara maksimal, mengatasi masalah
ekonomi global, dan memaksimalkan permintaan yang cepat dan siap pakai. Hal
ini juga didasarkan pada pengelolaan yang optimal, penggunaan dan konservasi
sumber daya yang ada, peningkatan kualitas lingkungan lebih lanjut dan
konservasi sumber daya alam (Firnia dkk, 2023).

Sistem Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan


kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait
dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu
solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan
konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. Diharapkan
kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa pangan,
sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini. Sistem pertanian
terpadu merupakan satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang
menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem
yang meniru cara alam bekerja. Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian
yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran
nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah
yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi
yang terjaga secara efektif dan efisien (Haryanta dkk, 2018).

Sistem pertanian terpadu adalah pendekatan yang berfokus pada


integrasi berbagai aspek pertanian, termasuk budidaya tanaman, peternakan, dan
pengelolaan sumber daya alam seperti air dan lahan. Tujuan utama dari sistem
pertanian terpadu adalah meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sumber
daya pertanian sambil mengurangi limbah dan meningkatkan keuntungan petani.
Dalam sistem ini, elemen-elemen pertanian berinteraksi satu sama lain sehingga
menciptakan sinergi positif. Contoh praktik dalam sistem pertanian terpadu

6
mencakup pemanfaatan pupuk organik dari kotoran ternak untuk meningkatkan
kesuburan tanah, penggunaan hewan ternak untuk mengolah lahan, dan rotasi
tanaman yang cerdas.

Pertanian terpadu pada hakikatnya adalah memanfaatkan seluruh


potensi energi sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan
makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk
kegiatan tersebut serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan
pertanian terpadu terdapat pengikatan bahan organik di dalam tanah dan
penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional. Agar proses
pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan efisien, maka sebaiknya
produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan. Pada kawasan tersebut
sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan maupun perikanan.
Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut memiliki
ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi
limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan
terjadi peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga
efektivitas dan efisiensi produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan
lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki beragam sumber
penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan
polikultur.

Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa sistem pertanian


berkelanjutan lebih fokus pada aspek keberlanjutan lingkungan, sementara
sistem pertanian terpadu lebih berfokus pada integrasi berbagai aspek pertanian
untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi secara keseluruhan. Namun,
keduanya seringkali dapat saling melengkapi, karena praktik-praktik pertanian
berkelanjutan dapat diintegrasikan ke dalam sistem pertanian terpadu untuk
mencapai hasil yang lebih baik secara keseluruhan.

2.2 Profil Bhumee Organic


Bhumee organic merupakan Perusahaan yang bergerak dibidang
pertanian, khususnya penyedia bahan pangan sayur mayur dan buah organic

7
dengan sistem pertanian terpadu. Pemilik Perusahaan bhumee organic ini
adalah Bapak Deddy Tri Kuncoro yang berlokasi di Jl. Jengger, Jongkang,
Sriraharjo, Kecamatann Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Bhumee organic pertama kali dibentuk pada bulan
Agustus 2022 dan sudah berjalan selama 1 tahun dengan luas lahan 1 ha.
Komoditas pertama yang ditanam pak Deddy yaitu tanaman pepaya. Alasan
pak Deddy memilih tanaman ini karena bisa dipanen setiap harinya walaupun
awal melakukan budidayanya harus menunggu 9 bulan untuk panen awal,
namun setelahnya bisa dipanen kapan saja, Setelah berjalan 2 bulan, pak Deddy
memutuskan untuk menanam komoditas yang kedua yaitu tanaman buah naga.
Buah naga yang dibudidayakn ada dua jenis yaitu buah naga merah dan buah
naga putih.

8
Keterangan denah :

: Mess

: Lahan Pertanian

: Budidaya Tanaman pada Polybag

: Peternakan

: Perikanan

: Tempat Pembuatan Kompos

: Store

Denah kebun Bhumee Organik menunjukan pada halaman depan dari kebun
terdapat kedai-kedai yang berisikan beraneka ragam jenis minuman salah satunya
adalah jus buah dan terdapat kios untuk menjual langsung produk yang sudah
diapnen dari kebun yaitu berupa buah dan sayuran segar. Hasil pertanian yang telah
dipanen selain dipasarkan langsung pada kios yang ada di kebun, pak Deddy juga
memasarkannya melalui online (media sosial), dimana pembeli dapat memesan
buah dan sayur yang dikehendaki kemudian akan dikirimkan kepada para
konsumen yang memesan. Bagian belakang dari kebun terdapat lahan pertanian
dengan komoditas utama yang ditanam pada lahan tersebut adalah tanaman buah
naga dan papaya dan di samping lahan terdapat tanaman yang ditanam pada polybag
yaitu tanaman jeruk lemon, jeruk Sunkist, dan jeruk purut. pada bagian pojok dari
kebun terdapat kolam dan ujung belakang terdapat kandang kelinci dan peternakan.
Kebun Bhumee Organik juga menyediakan mess bagi pelajar/mahasiswa yang
pelakukan pelatihan dan penelitian.

9
Alasan pak Deddy mendirikan sistem pertanian terpadu ini karena jika ingin
memulai membangun usaha pada bidang pertanian dengan hanya mengembangkan
1 jenis/unsur kegiatan pertanian itu akan memakan waktu lama untuk memperoleh
keuntungan dan hanya mengeluarkan biaya yang sangat banyak sedangkan
penghasilan belum tentu didapatkan. Seiring berjalannya waktu, komoditas yang
dibudidayakan semakin bertambah, hingga saat ini terdapat 18 jenis tanaman yang
dibuudidayakn di Bhumee Organic. Sistem pertanaman yang diterapkan adalah
multiple cropping. Tumpang sari merupakan penanaman beberapa jenis tanaman
dalam sistem ganda (multiple cropping) untuk meningkatkan hasil pertanian. Pada
sistem tumpeng sari ini harus memperhatikan pemilihan kombinasi tanaman yang
tepat, agar tidak terjadi persaingan antar tanaman dalam merebutkan kebutuhan air,
sinar matahari, dan nutrisi (Ni Komang dkk., 2022).

10
Pertanian yang ada di Bhumee Organik diintegrasikan dengan peternakan
dan perikanan. Peternakan yang ada di Bhumee Organik meliputi peternakan
kelinci dan ayam, dimana jumlah hewan ternak kelinci ada 32 ekor dan 25 ekor
ayam. Adanya peternakan ini dimanfaatkan sebagai pendukung sarana produksi
bagi keberlangsungan budidaya tanaman berupa pupuk organic. Kotoran ayam dan
kelinci yang padat dijadikan sebagai pupuk organic dan urine kelinci dijadikan
sebagai pupuk organic cair (POC). Pada Bhumee Organik terdapat 2 jenis kolam,
kolam yang pertama adalah kolam besar yang awalnya digunakan untuk budidaya
ikan nila dan kolam kedua merupakan kolam yang dilapisi dengan terpal untuk
budidaya ikan lele, untuk sekarang kolam yang masih aktif adalah kolam yang
kedua yang berisi ikan lele sebanyak ± 100 ekor. Perikanan disini juga memiliki
keterkaitan untuk mendukung jalanmya kegiatan budidaya, dimana air yang ada di
kolam digunakan untuk menyiram tanaman.

11
2.3 Sistem Pertanian Terpadu di Bhumee Organik

Sistem pertanian terpadu merupakan salah satu kegiatan pertanian


yang mendorong pertanian berkelanjutan dengan menggabungkan tanaman
dan hewan dalam suatu ekosistem atau lahan yang sama. Penerapan sistem
pertanian terpadu bertujuan untuk mengurangi pengeluaran karena
mengandalkan antara satu komponen dengan komponen yang lainnya.
Keuntungan penerapan sistem pertanian terpadu antara lain yaitu lebih efisien,
produktivitas lahan meningkat, memperbaiki kesuburan tanah dengan
perbaikan pada sifat fisik tanah, serta menghasilkan diversifikasi produk
(Schroder,2008 dalam Utami & Rangkuti,2021). Bhumee Organik merupakan
salah satu perusahaan di bidang pertanian yang menerapkan sistem pertanian
terpadu yang mengintegrasikan pertanian dengan peternakan dan perikanan.
Alasan penerapan sistem pertanian terpadu yaitu karena dengan sistem
pertanian terpadu dapat memaksimalkan pendapatan dan mengurangi resiko
gagal panen pada suatu komoditas. Alasan tersebut sesuai dengan pernyataan
Kusnadi (2005) dalam Utami & Rangkuti (2021) bahwa pertanian terpadu
dapat mengurangi kegagalan panen karena ketergantungan pada suatu
komoditi dapat dihindari dan menghemat biaya produksi.

12
Berdasarkan wawancara pada narasumber di Bhumee Organik,
penerapan sustainable farming (pertanian berkelanjutan) menciptakan sistem
pertanian multiple cropping (tumpang sari) sehingga meningkatkan
diversifikasi produk pertanian. Sustainable farming atau pertanian
berkelanjutan menurut Efendi (2016) digunakan untuk menggambarkan suatu
sistem pertanian alternatif berdasarkan pada konservasi sumberdaya dan
kualitas lingkungan. Sistem pertanian berkelanjutan bertujuan untuk
mengurangi adanya pencemaran lingkungan yang berakibat pada kerusakan
lingkungan dengan mempertahankan produktivitas pertanian dan peningkatan
pendapatan sehingga stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat meningkat.
Indikator yang harus diperhatikan dalam penerapan sistem pertanian ini adalah
dengan menerapkan sistem pertanian yang ramah lingkungan, mensejahterakan
masyarakat, dan secara sosial dapat diterima oleh masyarakat secara luas. Hal
tersebut sesuai dengan penuturan narasumber bahwa Bhumee Organik
merupakan cost center yang keberadaannya dapat mensejahterakan masyarakat
hingga ke lingkungan secara luas.

Salah satu sistem pertanian yang dapat mendukung sustainable


farming (pertanian berkelanjutan) adalah dengan penerapan sistem pertanian
terpadu. Sistem pertanian terpadu di Bhumee Organik diterapkan melalui
manajemen taman dengan rutin menanam dan memanen tanaman budidaya.
Penggunaan sistem pertanian organik juga diterapkan dengan memanfaatkan
limbah kotoran ternak untuk dijadikan pupuk sehingga setiap unit bisnis di
Bhumee Organik mampu mendukung antar unit yang lain. Seluruh komponen
yang berada pada satu lahan (ekosistem) dapat dimanfaatkan dengan baik
melalui penerapan konsep pertanian zero waste. Sulaiman (2008) dalam
Ramadhani (2019) mendefinisikan bahwa zero waste merupakan kegiatan yang
melenyapkan limbah selama proses produksi dengan mengelola limbah
tersebut melalui integrasi dengan pengolahan limbah. Pada sektor pertanian,
zero waste adalah konsep pertanian yang dirancang untuk memanfaatkan
pengolahan lahan pertanian sekaligus peternakan maupun perikanan sehingga
dapat dikelola menjadi sesuatu yang bernilai ekonimos. Adanya penerapan

13
sistem tersebut dapat menciptakan sirkuler ekonomi yang mendukung
peningkatan pendapatan bagi owner maupun masyarakat yang berkaitan.

Latar belakang dalam perpaduan sistem pertanian terpadu di Bhumee


Organik yaitu karena melihat keadaan petani agar mendapatkan pendapatan
setiap hari, agar pemanfaatan lahan lebih produktif, serta memaksimalkan
segala unsur pertanian, peternakan, dan perikanan agar meningkatkan nilai
ekonomi masyarakat. Peranan eksistensi Bhumee Organik dalam mendukung
sistem pertanian di masyarakat antara lain yaitu :

1. Bidang Ekonomi
Bhumee organik memiliki berbagai jenis produk yang diproduksi
dari pertanian, peternakan, maupun perikanan yang memiliki nilai jual
dengan menambah pendapatan masyarakat dan meningkatkan nilai
ekonomi. Produksi pertanian menghasilkan produk sayur dan buah yang
bermitra dengan beberapa pengusaha seperti penjual jus buah, tengkulak,
dsb. Hasil produksi ternak dimanfaatkan dagingnya untuk kelinci dan ayam
dimanfaatkan telurnya yang dapat dijual dengan mitranya seperti rumah
makan. Selain itu, limbah hewan ternak digunakan untuk pupuk organik
cair, kompos, dan berbagai jenis penyubur tanaman. Hal tersebut
mendukung pengadaan konsep zero waste agar limbah yang dihasilkan pada
usaha produksi di Bhumee Organik mampu termanfaatkan dengan baik dan
dapat meminimalkan pengeluaran untuk pupuk tanaman.
2. Bidang Sosial
Penerapan sistem pertanian berkelanjutan (sistem pertanian terpadu)
membutuhkan dukungan sosial dengan memberikan berbagai manfaat
kepada masyarakat agar hidup dari sektor pertanian. Bhumee Organik
berperan dengan memberikan dampak kepada masyarakat, misalnya yaitu
dengan memberikan contoh pemanfaatan limbah sayur untuk dijadikan
kompos ke tanaman, menyediakan kebutuhan sayur maupun buah-buahan
dan hasil ternak pada masyarakat yang nantinya dapat dimanfaatkan dengan
menyambung hidup dari pertanian, memberikan motivasi sosial kepada

14
masyarakat bahwa menanam tidak hanya dapat dilakukan oleh petani
namun dengan pemanfaatan lahan yang sempit masyarakat dapat
memanfaatkan pekarangannya untuk bercocok tanam, dan memberikan
contoh penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan sehingga
memberikan kesan yang baik kepada masyarakat karena tidak merusak
lingkungan.
3. Lingkungan
Adanya sistem pertanian terpadu dengan konsep zero waste di
Bhumee Organik berdampak positif pada lingkungan sekitar. Karena
letaknya di dekat central kota, maka Bhumee Organik menambah serapan
air tanah pada lingkungan sehingga menciptakan lingkungan yang asri.
Sistem pertanian di Bhumee Organik juga menggunakan saprodi yang tidak
mencemarkan lingkungan karena penerapan sistem pertanian organik yang
memanfaatkan beberapa bahan alami sebagai pupuk sehingga tidak
mencemari tanah dan ramah lingkungan. Menurut Sulaiman (2008) dalam
Ramadhani (2019) menyatakan bahwa akan lebih baik jika limbah dapat
dipandang sebagai bahan baku untuk memproduksi barang tertentu
sehingga bernilai ekonomis. LEISA (Low Eksternal Input Sustainable
Agriculture) merupakan penyangga pola pertanian terpadu yang
didefinisikan oleh Suryana (2007) dalam Ramadhani (2019) bahwa LEISA
berpacu pada optimalisasi sumber daya lokal yang ada dengan
mengkombinasikan seluruh komponen usaha tani. Konsep LEISA yang
dilaksanakan dapat melahirkan manfaat seperti optimalisasi penerapan daur
ulang (zero waste), meminimalkan kerusakan lingkungan, dan diversifikasi
produk.
4. Pendidikan dan Pelatihan
Sarana dan prasarana yang ada di Bhumee Organik dimanfaatkan
seluruhnya sebagai kebun lapang yang dapat dikunjungi oleh masyarakat
tanpa dipungut biaya, namun apabila pengunjung membutuhkan guide tour
yang digunakan untuk memandu dan menambah pengetahuan pengunjung
biasanya dipatok biaya parkir seikhlasnya. Secara tidak langsung

15
pendidikan dipenuhi oleh perusahaan dengan adanya kunjungan yang
membutuhkan berita dan informasi yang dibutuhkan oleh pengunjung.
Pelatihan di Bhumee Organik juga dibuka untuk masyarakat umum,
pemagang, PKL, maupun penelitian. Revenue pelatihan dilakukan untuk
membantu masyarakat atau pelajar yang ingin mendalami atau mengadakan
proyek tertentu dengan ketentuan sebagai berikut :
- Apabila masyarakat atau pelajar membutuhkan waktu kurang
dari 1 bulan maka tarif yang harus dibayarkan sebesar Rp.
400.000.
- Apabila masyarakat atau pelajar membutuhkan waktu 3 bulan
maka tarif yang harus dibayarkan adalah gratis dengan catatan
transfer knowladge oleh pihak Bhumee Organik tetap dilakukan
namun tenaga selama 3 bulan harus dipenuhi oleh penyewa
(masyarakat atau pelajar).
- masyarakat atau pelajar membutuhkan lahan kurang dari 1 bulan
maka tarif yang harus dibayarkan sebesar Rp. 400.000
- Apabila masyarakat atau pelajar ingin melakukan magang atau
pembelajaran selama lebih dari 3 bulan maka akan diberikan
uang saku oleh pihak Bhumee Organik dengan tukar tenaga.
5. Hiburan
Bhumee Organik memiliki beberapa komponen yang dapat
dijadikan tempat hiburan yang menarik perhatian pengunjung. Beberapa
komponen yang patut dijadikan sebagai tempat untuk hiburan antara lain
yaitu seperti kafe jus dan pendopo yang nyaman untuk digunakan diskusi
atau bersantai, toko sayur dan buah organik, lahan yang luas untuk
dikelilingi pengunjung, dan kandang kelinci dan kandang ayam serta kolam
ikan yang menyejukkan mata. Hal tersebut menjadikan Bhumee Organik
dapat dijadikan wisata edukasi yang tepat untuk kalangan anak-anak hingga
dewasa.

16
2.4 Hubungan Unsur Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Pada Sistem
Pertanian Terpadu di Bhumee Organik
Penerapan sistem pertanian terpadu yang ada di Bhumee Organik
melibatkan beberapa unsur pertanian, peternakan, dan perikanan yang sangat
erat. Berikut penjelasan masing-masing peran unsur pertanian, peternakan, dan
perikanan yang ada di Bhumee Organik :

1. Pertanian
Pertanian merupakan unsur utama yang mendorong usaha
pemanfaatan lahan secara maksimal di Bhumee Organik. Jenis sistem
pertanian yang diterapkan di Bhumee Organik merupakan pertanian organik
yang membutuhkan bahan penyubur dan pupuk alami tanpa menggunakan
bahan kimia. Mayrowani (2012) mendefinisikan bahwa pertanian organik
sistem pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa
menggunakan bahan kimia sintetis dan didasarkan pada prinsip kesehatan,
ekologi, dan perlindungan. Pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan
lingkungan yang ada di Bhumee Organik karena konsep pertaniannya
menerapkan zero waste dengan melakukan pengelolaan terhadap limbah
hasil produksi untuk dikelola kembali dan dimanfaatkan sebagai pupuk
maupun penyubur tanaman. Jenis tanaman utama yang dibudidayakan
adalah tanaman pepaya dan buah naga dengan tanaman tumpang sari lebih
dari 13 jenis tanaman sayuran seperti cabai, tomat, terong, mentimun, dll.
Pemilihan tanaman buah pepaya didasarkan agar dilakukan pemanenan
setiap saat sehingga pendapatan yang dihasilkan kontinu atau setiap saat
petik.
2. Peternakan dan Perikanan
Penerapan pertanian organik membutuhkan beberapa bahan alami
seperti limbah ternak yaitu urin maupun kotoran yang dikeluarkan oleh
hewan ternak. Jenis hewan ternak yang ada yaitu kelinci dan ayam. Kelinci
setiap harinya ditampung urinnya untuk digunakan sebagai pupuk organik
cair (POC) sebagai pengganti pupuk kimia yang kurang ramah lingkungan.
Sedangkan kotoran ayam dan kotoran kelinci digunakan sebagai bahan

17
pupuk organik yang difermentasikan menjadi pupuk organik untuk
dikembalikan ke lahan sebagai pupuk dasar tanaman. Pada bidang
perikanan, jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele dan ikan nila.
Kebutuhan pakan dipenuhi dari maggot yang diperoleh dari budidaya
maggot dari limbah kompos yang tidak terpakai dari limbah pertanian
(sayur dan buah). Hal tersebut menunjukkan bahwa unsur pertanian,
peternakan, dan perikanan sangat erat dan berkaitan satu sama lain untuk
saling memanfaatkan potensi sumberdaya dalam menciptakan suatu sistem
pertanian yang terpadu.

2.5 Peran Bhumee Organic terhadap Sistem Pertanian Berkelanjutan


Bhumee organic menerapkan sistem pertanian terpadu (Integrated
Farming System) untuk mendukung pertanian berkelanjutan (Sustainable
Farming). Sistem pertanian terpadu pada dasarnya merupakan interaksi dan
keterkaitan berbagai aktivitas pertanian yang mampu meningkatkan
produktivitas, kemandirian dan kesejahteraan petani secara berkelanjutan.
Penertapan sistem pertanian terpadu salah satu pilihan yang tepat dalam upaya
meningkatkan pendapatan sekaligus memanfaatkan sumber daya alam secara
optimal. Sistem pertanian terpadu masuk salah satu bentuk dari sistem
pertanian berkelanjutan (Crisna dan Pradana, 2022). Pertanian terpadu
mencakup pengelolaan sumber daya hayati mencakup tanaman, ternak, atau
ikan di suatu lahan tertentu.

Pertanian terpadu termasuk sistem pertanian yang selaras dengan


kaidah alam, yaitu sistem yang dibangun dengan upaya melakukan
keseimbangan di alam dengan pola hubungan yang saling menguntungkan
(Abdul dan Fanani, 2019).Bhumee organic menerapkan pola integrasi antara
pertanian, peternakan, dan perikanan, dimana ketiganya memiliki interaksi atau
timbal balik satu dengan yang lain. Adanya pertanian dengan mendudidayakan
tanaman sayur dan buah dapat membantu dari segi ekonomi, sosial, dan juga
kebutuhan pangan yang aman bagi masyarakat. Peternakan yang ada dapat
membantu dalam sarana produksi berupa pupuk organic yang dimanfaatkan

18
dari kotorannya serta perikanan di dalamnya dapat menyuplai ketersediaan air
untuk menyiram tanaman.

Bhumee Organic membagi kelas diantara ketiga integrasi tersebut,


dimana pertanian yang berisikan tanaman pangan adalah komponen utama dan
peternakan serta perikanan masuk kedalam komponen kedua. Ternak
mendapatkan makanan dari gulma atau rumput yang tumbuh disekitar tanaman
dan bisa juga sisa sayuran dijadikan sebagai makanan untuk ayam, sehingga
tidak ada limbah yang terbuang. Hal ini biasanya disebut dengan zero waste
yang artinya tanpa limbah. Limbah yang dihasilkan seperti kotoran ternak akan
dikomposkan kemudian dijadikan pupuk organic dan kotoran yang berupa cair
seperti urine kelinci dimanfaatkan untuk dijadikan pupuk organic cair (POC).

Bhumee organic menerapkan prinsip pengelolaan pertanian


berwawasan lingkungan yang dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya
alam secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Bhumee organic juga mengutamakan pemilihan komoditas yang akan
dibudidayakan karena harus menguntungkan dalam segi ekonomi. Sistem
pertanian terpadu yang diterapkan memiliki prinsip yaitu menjaga ekosistem
agar tetap seimbang dan sehat, melakukan kegiatan pertanian dengan konsep
pertanian yang dapat berkelanjutan, menjaga kelestarian lingkungan, dapat
diterima di masyarakat, menjaga produk pangan agar aman dan terjamin untuk
dikonsumsi masyarakat. Prinsip budidaya berbasis pengendalian hama,
penggunaan pupuk kompos, pengelolaan sumberdaya terpadu merupakan
konsep yang harus diterapkan karena hal tersebut salah satu solusi dari berbagai
potensi permasalahan jangka panjang akibat penerapan sistem konvensional
dengan mengandalkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida secara
berlebihan (Yuriansyah dkk., 2020). Menurut (Abdul dan Fanani, 2019).
Sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan dilihat dari tiga aspek yaitu
ekologi, ekonomi, dan sosial:

1. Aspek ekologi

19
Secara aspek ekologi, sistem pertanian terpadu dapat menciptakan
pertanian ramah lingkungan sehingga kedepannya dapat menjadi solusi
dalam mencegah menurunya tingkat kesuburan lahan
2. Aspek Ekonomi
Secara aspek ekonomi, sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan
dapat memberikan keuntungan karena dalam menerapkan sistem
pertanian terpadu tentunya dalam satu lahan terdapat beberapa jenis
tanaman yang dibudidayakan sehingga peluang untuk memperoleh
keuntungan itu besar.
3. Aspek Sosial
Secara aspek sosial, sistem pertanian terpadu dengan konsep kearifan
lokal yang mudah diterima oleh masyarakat.

Kebun Bhumee Organik menerapkan ketiga aspek tersebut dalam


pengembangan sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan. Prinsip
ekologi yang diterapkan dengan pertanian ramah lingkungan yaitu tidak ada
pembuangan limbah yang artinya semua limbah organik baik dari sisa
sayuran, kotoran ternak semua di olah menjadi sarana produksi yang
berguna mendukung kegiatan pertanian. Dari aspek ekonomi, semua unsur
yang ada di dalam kebun Bhumee Organik saling keterkaitan untuk
menambah nilai ekonomi dan aspek sosial meliputi kesejahteraan sosial
dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

Sistem pertanian terpadu tentunya memiliki peranan bagi sistem


pertanian berkelanjutan di Indonesia. Peranan tersebut dapat meliputi
keberlanjutan dari lahan pertanian yang digunakan, keberlanjutan ketahanan
pangan untuk kedapannya dan juga keberlanjutan ekonomi atau pendapatan
yang kaitannya dengan kesejahteraan para petani.

1. Keberlanjutan lahan
Penerapan sistem pertanian terpadu di Bhumee Organik sangat
berperan demi keberlanjutan lahan karena penggunaan pupuk dan
pestisida yang ramah lingkungan tidak merusak tanah dan mencegah

20
kematian mikroorganisme yang dapat membantu dalam pertumbuhan
dan perkembangan tanaman terutama dalam hal mengikat nitrogen dari
udara. Selain itu, penerapan sistem pertanian terpadu di Bhumee
Organik ini mencegah adanya pencemaran lingkungan dari limbah-
limbah rumah tangga yang biasanya dianggap sudah tidak penting lagi.
Kehadiran limbah rumah tangga seperti sisa sayuran dan buah dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk ataupun diolah menjadi makanan ternak.
Menurut Devi dkk (2022), limbah buah-buahan adalah limbah yang
kurang dimanfaatkan, di dalam limbah buah-buahan terdapat kandungan
beberapa zat seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Vitamin,
Kalsium (Ca), Zat Besi (Fe), Natrium (Na) dan Magnesium (Mg) yang
berpotensi dapat digunakan sebagai pupuk organic cair.
2. Keberlanjutan Ketahanan Pangan
Adanya Bhumee Organic sangat berperan bagi ketahanan pangan.
Seperti yang telah diketahui pada kebun Bhumee Organik menerapkan
sistem pertanian yang keseluruhannya organic mulai dari pengendalian
hama penyakit baik untuk pupuknya, sehingga dapat dipastikan hasil
panen yang dihasilkan adalah produk pertanian aman dan layak
konsumsi. Aman dikonsumsi yang dimaksud adalah produk pangan
yang dihasilkan terbebas dari hama penyakit, tidak terdapat endapan
pestisida dan tidak membahayakan jika dikonsumsi. Layak yang
dimaksud adalah produk pangan ini diproduksi dalam keadaan bersih,
tidak mengalami kerusakan, tidak berbau dan dalam kondisi layak untuk
diperjual belikan.
3. Keberlanjutan Ekonomi atau Pendapatan
Bagi keberlanjutan ekonomi, Bhumee Organik sangat berperan
karena menekan pengeluaran sekecil mungkin karena sarana produksi
yang terhitung besar seperti pupuk, pestisida dan lain-lain sudah dibantu
dengan adanya pertanian terpadu yang memadukan antara pertanian,
peternakan dan perikanan. Produk pangan yang dihasilkan juga akan
bernilai lumayan tinggi karena jaminan keamanan pangan dan

21
kelayakan pangannya juga tinggi, sehingga peluang untuk memperoleh
keuntungan atau penghasilan yang menguntungkan itu besar.

22
III. PENUTUP
Kesimpulan

Model sistem pertanian berkelanjutan yang diterapkan di Bhumee organik


yaitu pertanian terpadu yang mengintegrasikan antara usaha pertanian, peternakan,
dan perikanan. Pemilik Bhumee Organik mendirikan sistem pertanian terpadu
bertujuan untuk membangun usaha pada bidang pertanian khususnya penyedia
bahan pangan sayur mayur dan buah organik yang diintegrasikan dengan
peternakan dan perikanan. Adanya peternakan ayam dan kelinci dimanfaatkan
sebagai pendukung sarana produksi bagi keberlangsungan budidaya tanaman
berupa pupuk organik. Sedangkan pada usaha perikanan terdapat 2 jenis kolam
untuk budidaya ikan nila dan untuk budidaya ikan lele yang dimanfaatkan airnya
untuk menyiram tanaman dikebun. Sistem pertanian terpadu di Bhumee Organik
diterapkan melalui manajemen taman dengan rutin menanam dan memanen
tanaman budidaya. Seluruh komponen yang berada pada satu lahan (ekosistem)
dapat dimanfaatkan dengan baik melalui penerapan konsep pertanian zero waste
(daur ulang).

Penggunaan sistem pertanian organik juga diterapkan dengan


memanfaatkan limbah kotoran ternak untuk dijadikan pupuk sehingga setiap unit
bisnis di Bhumee Organik mampu mendukung antar unit yang lain. Penerapan
sistem pertanian terpadu yang ada di Bhumee Organik melibatkan beberapa unsur
pertanian, peternakan, dan perikanan yang sangat erat. Adanya penerapan sistem
pertanian terpadu di Bhumee Organik berperan pada kehidupan sosial masyarakat,
meningkatkan nilai ekonomi atau pendapatan, sebagai cost center yang mendukung
sirkuler ekonomi, tidak merusak ekosistem (ramah lingkungan), dan dapat
dijadikan sarana untuk rekreasi maupun pelatihan dan pendidikan. Sistem pertanian
berkelanjutan berfokus pada aspek keberlanjutan lingkungan, sementara sistem
pertanian terpadu lebih berfokus pada integrasi berbagai aspek pertanian untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi secara keseluruhan. Keduanya saling
berhubungan dan saling melengkapi, karena praktik-praktik pertanian

23
berkelanjutan dapat diintegrasikan ke dalam sistem pertanian terpadu untuk
mencapai hasil yang lebih baik maksimal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H.A., dan Z. Fanani. 2019. Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan


Pengukuran Potensi Sumber Daya dan Ekonomi Pada Kawasan Pertanian
Terpadu. Malang: Media Nusa Creative.

Crisna, M.P., dan M.S. Pradana. 2022. Penerapan Sistem Pertanian Terpadu untuk
Mensejahterakan Petani Desa. Jurnal Bakti Kita, 3(2): 13-18.

Devi, A., H. Juliansyah., dan K. Anwar. 2022. Minimalisasi Biaya Produksi Usaha
Tani Melalui Pemanfaatan Limbah Buah-buahan Sebagai Pupuk Organik
Cair. Jurnal Malikussaleh Mengabdi, 1(2): 60-67.

Efendi, E. 2016. Implementasi Sistem Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung


Produksi Pertanian. Warta Dharmawangsa, (47) :1-20

Firnia, D., Lahati, B. K., Kusumawati, A., Darma, W. A., Umam, C., Jihad, M., &
Dahliana, B. (2023). SISTEM PERTANIAN
BERKELANJUTAN. Penerbit Tahta Media.

Haryanta, D., Tohiron, M., & Gunawan, B. (2018). Sistem Pertanian Terpadu.

Mayrowani, H. 2012. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. In Forum


penelitian agro ekonomi, 30 (2) : 91-108.

Ramadhani, R., Sanjaya, V. W., & Rahmawati, W. S. 2019. Efisiensi Biaya pada
Sistem Pertanian Berbasis Zero Waste di Kabupaten Soppeng. Journal of
Applied Accounting and Taxation, 4(2) : 160-164.

Utami, S., & Rangkuti, K. 2021. Sistem Pertanian Terpadu Tanaman Ternak Untuk
Peningkatan Produktivitas Lahan. Agriland : Jurnal Ilmu Pertanian, 9 (1) :
1-6.

Yuriansyah., Dulbari., H. Sutrisno., dan A. Maksum. 2020. Pertanian Organik


Sebagai Salah Satu Konsep Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah
Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(2): 127-132.

25

Anda mungkin juga menyukai