Anda di halaman 1dari 24

Bahan Ajar

MATA KULIAH

PERTANIAN TERPADU

Oleh :
Ir. I Wayan Pasek Arimbawa,MP

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Kata Pengantar

Sesuai dengan perkembangan jaman berbagai permasalahan baru dalam


produksi pertanian mulai muncul. Berkurangnya tenaga kerja produktif di
pedesaan, berkurangnya ketersediaan air irigasi, mahalnya input produksi,
adalah sebagian masalah yang membutuhkan teknologi yang mampu
mengatasinya. Teknologi tersebut haruslah mempunyai kemampuan dalam
meningkatkan produktivitas, hemat air, hemat tenaga kerja, berwawasan
lingkungan dan mudah diterima oleh petani.
Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu adalah salah satu alternatif
untuk bisa diterapkan. dalam mengatasi permasalahan tersebut. Agar teknologi
baru ini dapat diterapkan dan dikembangkan oleh sebagian besar petani maka
informasi tentang teknologi ini perlu disebarluaskan.
Tergerak untuk menyebarluaskan pengetahuan mengenai Sistem
Pertanian Terpadu, penulis menyusun bahan ajar ini dengan harapan mampu
memperkaya pengetahuan mahasiswa atau siapa saja yang tergerak membina
petani dalam rangka meningkatkan pendapatan petani.
Saya menyadari bahwa Bahan Ajar ini tentu masih banyak
kekurangannya. Kritik dan saran demi perbaikan akan kami terima dengan
segala senang hati.

Denpasar, Oktober 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………..............................................ii.
Daftar Isi ………………………………………………………….. iii

I. PENDAHULUAH ...................................................................... 1
2.1. Pengertian Pertanian Ramah Lingkungan............................. 1
2.2. Pengertian Pertanian Terpadu............................................... 1

II. PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU......... 5


2.1. Prinsip Keterpaduan Sistem Pertanian Terpadu..................... 5
2.2 Ciri-ciri Pertanian Terpadu .................................................. 5
2.3. Komponen Sistem Pertanian Terpadu.................................. 6
2.4. Manfaat Sistem Pertanian Terpadu..................................... 7
2.5 Macam-macam Integrasi Tanaman dengan Komponen
Sistem Pertanian Terpadu. .................................................. 7
2.6. Kendala dalam Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu. 12
2.7. Cakupan Sistem Pertanian Terpadu..................................... 12

III. MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN


TERPADU ............................................................................... 14
3.1. Model Umum SPT (The Integrated System).................... 15
3.2. Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah............... 15
3.3. Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring............... 16
3.4. Model Pengembangan SPT pada Lahan Rawan Erosi..... 17
3.5. Model Pengembangan SPT pada Lahan Konservasi.... .. 18

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 20

3
PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU RAMAH
LINGKUNGAN

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti kuliah, mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian Sistem


Pertanian Terpadu Ramah Lingkungan.

Sasaran Belajar

1. Seluruh mahasiswa mampu menjelaskan prinsip keterpaduan Sistem Pertanian


Terpadu.
2. Seluruh mahasiswa mampu menjelaskan ciri-ciri Pertanian terpadu.
3. Seluruh mahasiswa mampu menjelaskan komponen sistem pertanian terpadu.
4. Seluruh mahasiswa mampu menjelaskan manfaat sistem pertanian terpadu.
5. Seluruh mahasiswa mampu menjelaskan macam-macam integrasi tanaman
dengan komponen sistem pertanian terpadu.
6. Seluruh mahasiswa mampu menjelaskan Kendala Pengembangan sistem
pertanian terpadu.

I. PENDAHULUAN.
1.1. Pertanian Ramah Lingkungan

Pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat

diperbarui dan sumber daya yang tidak dapat diperbaruhi untuk proses produksi

pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.

Keberlanjutann yang dimaksud meliputi : penggunaan sumber daya kualitas dan

kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang berkelanjutan

akan mengarah kepada penggunaan pupuk hayati yang ramah terhadap lingkungan (

Kasumbogo Untung , 1997)

4
Difinisi, pertanian ramah lingkungan adalah aktivitas pertanian yang secara

ekologis sesuai, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial diterima dan mampu

menjaga kelestarian sumberdaya alam lingkungan (Susanto.2002). Sesuai definisi

tersebut dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam maka sistem pertanian

ramah lingkungan merupakan konsep pembangunan pertanian yang harus diterapkan

di negara kita, yang kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sudah sangat parah.

Menurut, Brian (1995), aktivitas pertanian yang banyak menggunakan bahan kimia,

terbukti telah menimbulkan pencemaran, merusak ekosistem, dan sangat menganggu

kesehatan manusia, sehingga harus diganti dengan aktivitas pertanian yang sedikit

mungkin menggunakan bahan kimia.

Agar program pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna, program

tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) menggunakan sedikit mungkin

input bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c)

memperhatikan keseimbangan ekosistem dan (d) mampu menjaga stabilitas produksi

secara berkelanjutan (Susanto.2002).

Pertanian ramah lingkungan yang biasa juga disebut pertanian organik

merupakan sistem pertanian yang meminimalkan penggunaan pupuk anorganik,

pestisida, herbisida, fungisida, dan bahan kimia lainnya

Menurut Zebua (2003), tujuan yang hendak dicapai dengan melaksanakan sistem

pertanian ramah lingkungan, adalah (a) keseimbangan ekologi, (b) terjaganya keaneka

ragaman hayati, (c) terjaganya kelestarian sumberdaya alam, (d) lingkungan hidup

yang tidak tercemar dan (e) tercapainya produksi pertanian yang berkelanjutan.

5
Menurut Wididana (1997), sistem pertanian ramah lingkungan awalnya

berkembang dari konsep pertanian organik yang di perkenalkan oleh Mokichi Okada

pada tahun 1935, yang kemudian dikenal dengan konsep Kyusei Nature Farming

(KNF). Konsep ini memiliki lima prinsip, yaitu : (a) Menghasilkan bahan makanan

yang aman dan bergizi; (b) Menguntungkan baik secara ekonomi maupun ekologi;

(c) Mudah dilaksanakan (d) selaras dengan alam dan (e) tidak menimbulkan

dampak pada lingkungan, secara langsung maupun tidak langsung. Menurut

Soemarwoto (2001), sistem pertanian ramah lingkungan pada prinsip adalah

bersahabat dan selaras dengan sumberdaya alam dan lingkungan.

Sistem pertanian ramah lingkungan, merupakan salah bagian dari sistem

pengembangan pertanian berkelanjutan, yang dapat terlaksana, bila memenuhi lima

pilar, yaitu (a) produktif, (b) beresiko kecil, (c) tidak menimbulkan degradasi lahan dan

air, (d) menguntungkan secara ekonomi jangka panjang dan (e) diterima oleh

masyarakat (Ala, 2001).

Prinsip dasar sistem pertanian ramah lingkungan adalah (a) produksi dikontrol

oleh keragaman sistem, (b) memadukan tanaman pohon – tanaman pangan – tanaman

pakan – ternak – tanaman penutup tanah, (c) mempertahankan kesuburan tanah dengan

menggunakan bahan organik, (d) hama dan penyakit dikontrol secara terpadu, dan (e)

melaksanakan konservasi tanah dan air dengan menggunakan tanaman (King.1994).

Agar sistem pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna, program

tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) mengunakan sedikit mungkin input

bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c) menjaga

stabilitas produksi untuk jangka panjang dan berkelanjutan, (d) memperhatikan

6
keseimbangan ekosistem, (e) mampu menyediakan kebutuhan lokal, kebutuhan dalam

negeri dan bahkan untuk ekspor (Susanto.2002).

Kaidah tersebut hendaknya menjadi perhatian para pakar, para petani, para

penyuluh dan para pengambil keputusan di bidang pertanian, agar sistem pertanian

ramah lingkungan ini mampu memberikan hasil yang memuaskan. Perhatian tersebut

juga hendaknya diberikan oleh masyarakat kampus,, para pengusaha, para tokoh

agama dan para stakeholders lainnya.

1.2. Sstem Perrtanian Terpadu

Sistem pertanian terpadu adalah merupakan sistem pertanian yang

mengintegrasikan kegiatan sub sektor pertania, tanaman, ternak, ikan untuk

meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor

tumbuh lainnya) kemandirian dan kesejahtraan petani secara berkelanjutan.

Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan

tenak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang oftimal

dan sifatnya cendrung tertutup terhadap masukan luar (Preston,2000). Pertaanian

terpadu mengurangi resiko kegagalan pane, karena ketergantungan pada suatu

komoditi dapat diindari dan hemat ongkos produksi. Menurut Handaka dkk (2009)

sistem pertanian terpadu tanaman dan ternak adalah suatu sistem pertanian yang

dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu

kegiatan usaha tani atau dalam suatu wilayah. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas

sudah banyak program peningkatan pendapatan petani peternak mengacu pada

program integrasi tanaman dan ternak (Kusnadi, 2007; Hamdani 2008, Kariyasa,

2005). Sedangkan Ginting (1991) melaporkan bahwa ternak dapat berperan sebagai

7
industri biologis sekaligus mampu meningkatkan produksi daging dan sekaligus

penyedia kompos.

8
II. PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

2.1. Perinsip Keterpaduan Sistem Pertanian Terpadu.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan terhadap keterpaduan sistem

pertanian terpadu adalah ;

1. Agroekosistem yang beranekaragaman tinggi yang memberi jaminan yang

lebih tinggi bagi petani secara berkelanjutan.

2. Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan

mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling

melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergik dan positif dan

bukan hanya kesetabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas

sistem pertanian dengan input yang lebih rendah.

3. Menentukan kombinasi tanaman, hewan daqn input yang mengarah pada

produktivitas yang tinggi, keamanan produksi serta bkonservasi sumber

daya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.

2.2. Ciri-ciri Pertanian terpadu :

Beberapa ciri yang bisa dilihat dalam sistem pertanian terpadu adalah :

1. Pengelolaan pertanian secara luas dan konperehensip.

2. Berorientasi pada produktivitas, efisiensi, keberlanjutan dan diterima secara

sosial dan me3nguntungkan secara ekonomi.

9
3. Suatu sistem yang mandiri dengan sistem LEISA (Low External Input

Sustainable Agriculture). Sistem mampuberjalan dengan baik tanpa

ketergantungan asupan dari luar sistem.

4. Sistem dapat diukur dan dievaluasi pada setiap tahapan.

2.3. Komponen Sistem Pertanian Terpadu.

Komponen yang berintegrasi dalam Sistem Pertanian Terpadu adalah :

a. Manusia.

Manusia sebagai mahluk hidup memerlukan energi sebagai motor

kehidupannya. Dengan integrasi Farming Sistem manusia tidak hanya

mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai kebutuhan

primer dan energi panas serta listrik..

b. Peternakan.

Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak

ekonomi dalam Integrated Farming Sistem. Sumber energi berasal dari

daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya, bahkan kotoran hewan.

Sangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil penjualan ternak ,

telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).

c. Tanamam .

Syarat tanaman yang dapat diusahakan adalah bernilai ekonomi dan

dapat menyediakan pakan untuk peternakan.

10
d. Perikanan

Ikan yang digunakan untuk Integrated Farming Sistem adalah ikan air

tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak

membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan

memiliki nilai ekonomi.

2.4. Manfaat Sistem Pertanian Terpadu.

Beberapa manfaat yang dapat dilihat dari Sistem Pertanian Terpadu adalah :

a. Pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya

sehingga aliran nutrisi dan energi berimbang.

b. Keseimbangan energi tersebut yang dapat menghasilkan produktivitas yang

tinggi dan keberlanjutan produksi terjaga.

c. Input dari luar minimal bahkan tidak diperlukan karena adanya daur limbah

diantara organisme penyusunnya

d. Biodiversitas meningkat apalagi dengan penggunaan sumber daya lokal.

e. Peningkatan fiksasi nitrogen, resistensi tanaman terhadap jasad pengganggu

lebih tinggi, dan hasil samping bahan bakar biogas untuk rumah tangga.

2.5. Macam-macam Integrasi Tanaman dengan Komponen dari Sistem


Pertanian Terpadu.

Tanaman yang diintegrasikan dengan ternak sapi mampu memanfaatkan

produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk

pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk

11
organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Keuntungan langsung

integrasi ternak sapi-tanaman pangan adalah peningkatan pendapatan petani

ternak dari hasil penjualan sapi dan jagung. Keuntungan tidak langsung adalah

membaiknya kualitas tanah akibat pemberian pupuk kandang (Bamualin, et.al.

2004).

Menurut Tomas (2014) macam-macam integrasi tanaman dengan ternak

sapi antara lain adalah :

a. Integrasi Tanaman Padi dengan Ternak

Usaha pemeliharaan ternak sapi dalam suatu kawasan persawahan dapat

memanfaatkan secara oftimal sumber daya lokal dan produk samping tanaman

padi. Pola pengembangan ini dikenal dengan integrasi padi ternak. Program

SIPT merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi padi,

daging, susu dan sekaligus meningkatkan pendapatan petani (Hayanto B, et al.,

2002). Pelaksanaan SIPT dilaksanakan melalui penerapan teknologi

pengolahan hasil samping tanaman padi seperti jerami padi dan hasil ikutan

berupa dedak padi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi sebagai pakan

sapi.. Sedangkan kotoran ternak sapi dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku

pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan tanah

di areal pesawahan. Produk samping tanaman padi berupa jerami mempunyai

potensi yang cukup besar dalam menunjang kesediaaqn pakan ternak..

Produksi jerami padi dapat tersedia dalam jumlah yang cukup besar rata-rata 4

ton/ha dan setelah melewati proses fermentas dapat menyediakan bahan pakan

untuk sapi sebanyak 2 ekor/tahun. Untuk dapat dimanfaatkan secara oftimal

12
agar disukai ternak maka sebelum diberikan pada ternak dilakukan

pencacahan, fermentasi atau amoniasi. Jerami padi yang telah difermentasi

siap digunakan sebagai bahan dasar untuk pakan sapi namun dapat

ditambahkan dengan pakan lainnya secara bersama-sama seperti hijauan legum

(lamtoro, kaliandra, turi) yang dibudidayakan di pematang atau pagar kebun.

Pemberian jerami disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi. Sapi dewasa

umumnya diberikan sejumlah 20-30 kg jerami per hari dan dipercikkan air

garam untuk menambah napsu makan. Penambahan bahan pakan lain seperti

dedak padi atau hijauan legum dapat disesuaikan dengan ketersedian pakan di

kebun. Kotoran sapi berupa feses, urine dan sisa pakan dapat diolah menjadi

pupuk organik padat dan cair untuk dimanfaatkan di areal pesawahan,

sedangkan sisanya dapat dijual untuk menambah pendapatan petani. Seekor

sapi dapat dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8-10 kg setiap hari, urine 7-8

liter setiap hari dan bila diproses menjadi pupuk organik (padat dan cair) dapat

menghasilkan 4-5 kg pupuk. Dengan demikian untuk satu ekor sapi dapat

menghasilkan sekitar 7,3-11 ton pupuk organik per tahun, sementara

penggunaan pupuk organik pada lahan persawahan adalah 2 ton/ha untuk setiap

kali tanam sehingga potensi pupuk organik yang ada dapat menunjang

kebutuhan pupuk organik untuk 1,8-2,7 hektar dengan dua kali tanam dalam

setahun.

b. Integrasi Tanaman Jagung dengn Ternak..

Tanaman jagung setelah produk utamanya dipanen, hasil ikutannya

berupa daun, batang dan tongkol sebelum atau sesudah melalui proses

13
pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan ternak alternatif.

Jumlah produk ikutan jagung dapat dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-

3,4 ton bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber

serat/pengganti hijauan untuk satu satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg

dengan konsumsi pakan kering 3 % bobot hidup) bdalam setahun. Produk

ikutan tanaman jagung sebelum digunakan sebagai bahan baku pakan dapat

diolah menjadi silase baik dengan atau tanpa proses fermentasi dan amoniasi.

Pemberian dalam bentuk segar atau sudah diolah disarankan sebaiknya

dipotong-potong atau dicacah terlebih daulu agar lebih memudahkan ternak

untuk mengkonsumsi. Agar ternak lebih menyukai dapat ditambahkan

molases atau air garam . Kotoran ternak yang telah diproses daqpat digunakan

sebagai sumber energi (biogas) dan pupuk organik yang dapat digunakan

untuk memperbaiki bstruktur tanah pada lahan tanaman jagung.

c. Integrasi Tanaman Sayuran dengan Ternak.

Keterpaduan usaha ternak sapi dengan tanaman sayur-sayuran

merupakan salah satu upaya pemanfaatan produk samping/ikutan yang

dipelihara di kawasan sayur-sayuran atau peimanfaatan sisa-sisa sayuran yang

sudah afkir dan tidak layak dipasarkan yang dapat digunakan sebagai pakan

ternak sapi. Namun pemanfaatan limbah sayuran potensinya sangat sedikit.

Oleh karena itu pola keterpaduan antara ternak sapi dengan areal tanaman

sayur-sayuran dapat dilakukan secara terpisah antara ternak dan areal tanaman

sayuran atau merupakan satu kesatuan. Agar tidak menggangu tanaman

sayuran maka ternak sapi harus dikandangkan. Untuk memanfaatkan sisas-sisa

14
rumput dari pembersihan tanaman, sisa sayuran dan kotoran ternak sapi dibuat

kompos dan pupuk organik. Hasil pembuatan pupuk kompos maupun pupuk

kandang diperlukan untuk tanaman sayuran dalam rangka peningkatan

produksi maupun mengurangi ketergantungan pupuk buatan. Manfaat yang

diperoleh bagi ternak sapi lebih ditujukan pada pemanfaatan hijauan yang

ditanam pada areal tanaman sayuran sebagai tanaman penguat teras dan sebagai

tanaman pelindung. Dalam rangka penyediaan pakan hijauan ternak dilakukan

dengan pola tiga strata yaitu tanaman sayuran, rerumputan dan tanaman legum.

d. Integrasi Tanaman Buah dengan Ternak.

Pengembangan ternak sapi pada areal tanaman buah-buahan yaitu

pemanfaatan lahan yang ada di antara tanaman buah-buahan sebagai areal

penanaman rumput untuk pakan ternak. Sementara ternaknya dikandangkan di

areal tanaman buah-buahan dan rumput yang dihasilkan di areal tanaman buah-

buahan dipotong dan di bawa ke kandang sebagai pakan ternak. Selain itu di

areal tanaman buah-buahan yang cukup luas dapat dikembangkan sebagai

ladang pengembalaan ternak (ternak di ikat pada kawasan tertentu). Namun

harus di awasi agar ternak tidak merusak tanaman buah-buahan yang ada.

Keuntungan dari keterpaduan ini adalah tanaman buah-buahan dapat terawat,

dihasilkan beragam produk, tersedia pakan ternak dan pupuk organiki untuk

kesuburan serta konservasi sumber daya alam. Tanaman buah-buahan yang

dapat di integrasikan dengan ternak sapi di antaranya nanas dan pisang.

15
2.6. Kendala Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu (SPT).

Beberapa kendala dalam pengembangan Sistem Pertanian Terpadu adalah :

1. Belum dipahami SPT secara benar oleh berbagai pihak (petani dan

pasilitator).

2. Tingkat hasil dan produktivitas SPT belum meyakinkan petani pada

umumnya.

3. Model SPT yang dikembangkan belum sesuai dengan ekosistemnya.

4. Keberadaan Integrator dalam SPT belum diperhatikan.

5. Belum ada Kajian secara komprehensip dan integralistik berkaitan dengan

SPT.

6. Kebijakan pembangunan pertanian belum mendukung secara jelas

pengembangan SPT.

2.7. Cakupan Sistem Pertanian Terpadu

Menurut Bagas,A. Dkk (2004) cakupan dari Sistem Pertanian Terpadu


adalaha sebagai berikut (Gambar 1)

16
CAKUPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

Sistem
Sistem Produksi
Energi dan Ekonomi
Biomas

Lingkungan
Efisiensi
Produksi dan
Kemandirian
Pemberdayaan Wilayah
SDM

Komunitas

Gambar 1. Cakupan SPT (Bagas, A, dkk, 2004)

17
III. MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU

3.1. Model Umum Pengembangan SPT (The Integrated Farming System)

THE INTEGRATED FARMING SISTEM

Rice, cassava,
Oil Palm,
Sugar Palm,
Nutriens Sugar Cane Residues by
Food Products
Biomast

Food Food Ducks, Pegs,


Ponds, (Water Family & Buffaloes,
Plants Fish Market Cattle

Excreta Fuel

Biodigester

Gambar 2. Model Umum SPT (Preston, 2000)

18
3.2. Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah

CONTOH PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT) PADA


LAHAN SAWAH

Padi

Jagung Kolam Pupuk


Organik

Limbah Ternak

Gambar 3. Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah (Bagas, A, dkk,


2004)

19
3.3. Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring

CONTOH PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)


PADA LAHAN MIRING

Tanaman Buah-buahan

Tanaman
Rumput Tutupan Lahan Tahunan

Ternak Sapi Biogas

Gambar 4. Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring (Bagas, A, dkk,


2004)

20
3.4. Model Pengembangan SPT pada Lahan Rawan Erosi

CONTOH PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)


PADA LAHAN RAWAN EROSI

Pemanfaatan Seresah

Pupuk
Rumput Hutan Organik

Ternak
Ruminansia Kotoran Ternak Pengepakan

Pemasaran

Gambar 5. Model Pengembangan SPT pada Lahan Rawan Erosi (Bagas, A,


dkk, 2004)

21
3.5. Model Pengembangan SPT pada Lahan Konservasi

CONTOH PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)


PADA LAHAN KONSERVASI

Tanaman Koservasi
Pohon Enao Air

Gula Aren

Rumput Ternak
Biogas Rumah

Gambar 6. Model Pengembangan SPT pada Lahan Konservasi (Bagas, A,


dkk, 2004)

22
Bahan Diskusi Kelompok

a. Jelaskan kenapa sistem pertanian terpadu tersebut bisa berkelanjutan.


b. Jelaskan faktor internal maupun eksternal yang bisa mendorong
pengembangan sistem pertaanian terpadu yang ramah lingkungan.

Latihan Terstruktur

Mahasiswa mempraktekkan jenis tanaman yang bisa berintegrasi dengan ternak


dengann baik pada sistem pertanian terpadu dan mampu meni8ngkatkan
pendapatan petani.

Tugas Mandiri

1. Mahasiswa membuat sistem pertanian terpadu yang bisa diterapkan di


daerah lahan kering,
2. Mahasiswa membuat sistem pertanian terpadu yang bisa diterapkan di
daerah lahan basah.
3. Mahasiswa membuat sistem pertanian terpadu yang bisa diterapkan di
daerah lahan kering, yang beririgasi baik.
4. Mahasiswa membuat sistem pertanian terpadu yang bisa diterapkan di
daerah lahan miring.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Bamualim A., R.B. Wirdahayani, dan M.Boer. 2004. Status dan Peranan sapi
Lokal Pesisir di Sumatra Barat. Prosiding Seminar Sistem Kelembagaan Usaha
Tani Tanaman ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
2. Bagas,A; Tarmisi; Uthruva,T. 2015. Sistem Pertanian Terpadu. www
academia.edu/8621874/Sistem pertanian terpadu.
3. Ginting , G.S. 1991. Keterpaduan Ternak Ruminansia dengan Perkebunan .
Produksi dan Nilai Nutri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
4. Handaka, A. Hendriadi, dan T.Alamsyah. 2009. Perspektif Pengembangan
Mekanisasi Pertanian dalam Sistem Integrasi Ternak-Tanaman Berbasis Sawit,
Padi dan Kakao. Prosiding Workshop Nasional Dinamika dan Keragaaman Sistem
Integrasi Ternak-Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Botor.
5. Hamdani. 2008. Sistem Pertanian Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas
Lahan dan Kesejahtraan Petani. Makalah Workshop Teknologi untuk Masyarakat.
6. Kariyasa, K. 2005. Sistem Integrasi Tanaman Ternak dalam Perspektif Reorientasi
Kebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Pendapatan Petani. Analisis Kebijakan
Pangan. Vol.3. No.1 Maret 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian Jakarta.
7. Kusnadi,U.2007. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman
dan Ternak (SITT) untuk Menunjang Swasembada Daging Tahun 2010. Orasi
Pengukuhan Profesor. Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaanian.
8. Thomas S. 2014. Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan INTEGRATED
PLANT. Htt://www.ilmuternak.com/2014/03/sistem pertanian –terpadu-
berkelanjutan INTEGRATED PLANT.

24

Anda mungkin juga menyukai