MATA KULIAH
PERTANIAN TERPADU
Oleh :
Ir. I Wayan Pasek Arimbawa,MP
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
Kata Pengantar
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul ……………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………..............................................ii.
Daftar Isi ………………………………………………………….. iii
I. PENDAHULUAH ...................................................................... 1
2.1. Pengertian Pertanian Ramah Lingkungan............................. 1
2.2. Pengertian Pertanian Terpadu............................................... 1
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 20
3
PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU RAMAH
LINGKUNGAN
Kompetensi Dasar
Sasaran Belajar
I. PENDAHULUAN.
1.1. Pertanian Ramah Lingkungan
diperbarui dan sumber daya yang tidak dapat diperbaruhi untuk proses produksi
akan mengarah kepada penggunaan pupuk hayati yang ramah terhadap lingkungan (
4
Difinisi, pertanian ramah lingkungan adalah aktivitas pertanian yang secara
ekologis sesuai, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial diterima dan mampu
tersebut dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam maka sistem pertanian
di negara kita, yang kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sudah sangat parah.
Menurut, Brian (1995), aktivitas pertanian yang banyak menggunakan bahan kimia,
kesehatan manusia, sehingga harus diganti dengan aktivitas pertanian yang sedikit
Agar program pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna, program
tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) menggunakan sedikit mungkin
input bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c)
Menurut Zebua (2003), tujuan yang hendak dicapai dengan melaksanakan sistem
pertanian ramah lingkungan, adalah (a) keseimbangan ekologi, (b) terjaganya keaneka
ragaman hayati, (c) terjaganya kelestarian sumberdaya alam, (d) lingkungan hidup
yang tidak tercemar dan (e) tercapainya produksi pertanian yang berkelanjutan.
5
Menurut Wididana (1997), sistem pertanian ramah lingkungan awalnya
berkembang dari konsep pertanian organik yang di perkenalkan oleh Mokichi Okada
pada tahun 1935, yang kemudian dikenal dengan konsep Kyusei Nature Farming
(KNF). Konsep ini memiliki lima prinsip, yaitu : (a) Menghasilkan bahan makanan
yang aman dan bergizi; (b) Menguntungkan baik secara ekonomi maupun ekologi;
(c) Mudah dilaksanakan (d) selaras dengan alam dan (e) tidak menimbulkan
pilar, yaitu (a) produktif, (b) beresiko kecil, (c) tidak menimbulkan degradasi lahan dan
air, (d) menguntungkan secara ekonomi jangka panjang dan (e) diterima oleh
Prinsip dasar sistem pertanian ramah lingkungan adalah (a) produksi dikontrol
oleh keragaman sistem, (b) memadukan tanaman pohon – tanaman pangan – tanaman
pakan – ternak – tanaman penutup tanah, (c) mempertahankan kesuburan tanah dengan
menggunakan bahan organik, (d) hama dan penyakit dikontrol secara terpadu, dan (e)
Agar sistem pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna, program
tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) mengunakan sedikit mungkin input
bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c) menjaga
6
keseimbangan ekosistem, (e) mampu menyediakan kebutuhan lokal, kebutuhan dalam
Kaidah tersebut hendaknya menjadi perhatian para pakar, para petani, para
penyuluh dan para pengambil keputusan di bidang pertanian, agar sistem pertanian
ramah lingkungan ini mampu memberikan hasil yang memuaskan. Perhatian tersebut
juga hendaknya diberikan oleh masyarakat kampus,, para pengusaha, para tokoh
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor
tenak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang oftimal
komoditi dapat diindari dan hemat ongkos produksi. Menurut Handaka dkk (2009)
sistem pertanian terpadu tanaman dan ternak adalah suatu sistem pertanian yang
dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu
kegiatan usaha tani atau dalam suatu wilayah. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas
program integrasi tanaman dan ternak (Kusnadi, 2007; Hamdani 2008, Kariyasa,
2005). Sedangkan Ginting (1991) melaporkan bahwa ternak dapat berperan sebagai
7
industri biologis sekaligus mampu meningkatkan produksi daging dan sekaligus
penyedia kompos.
8
II. PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
daya yang relatif sesuai dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.
Beberapa ciri yang bisa dilihat dalam sistem pertanian terpadu adalah :
9
3. Suatu sistem yang mandiri dengan sistem LEISA (Low External Input
a. Manusia.
b. Peternakan.
daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya, bahkan kotoran hewan.
c. Tanamam .
10
d. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk Integrated Farming Sistem adalah ikan air
tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak
Beberapa manfaat yang dapat dilihat dari Sistem Pertanian Terpadu adalah :
c. Input dari luar minimal bahkan tidak diperlukan karena adanya daur limbah
lebih tinggi, dan hasil samping bahan bakar biogas untuk rumah tangga.
produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk
pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk
11
organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Keuntungan langsung
ternak dari hasil penjualan sapi dan jagung. Keuntungan tidak langsung adalah
2004).
memanfaatkan secara oftimal sumber daya lokal dan produk samping tanaman
padi. Pola pengembangan ini dikenal dengan integrasi padi ternak. Program
pengolahan hasil samping tanaman padi seperti jerami padi dan hasil ikutan
berupa dedak padi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi sebagai pakan
sapi.. Sedangkan kotoran ternak sapi dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku
Produksi jerami padi dapat tersedia dalam jumlah yang cukup besar rata-rata 4
ton/ha dan setelah melewati proses fermentas dapat menyediakan bahan pakan
12
agar disukai ternak maka sebelum diberikan pada ternak dilakukan
siap digunakan sebagai bahan dasar untuk pakan sapi namun dapat
umumnya diberikan sejumlah 20-30 kg jerami per hari dan dipercikkan air
garam untuk menambah napsu makan. Penambahan bahan pakan lain seperti
dedak padi atau hijauan legum dapat disesuaikan dengan ketersedian pakan di
kebun. Kotoran sapi berupa feses, urine dan sisa pakan dapat diolah menjadi
sapi dapat dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8-10 kg setiap hari, urine 7-8
liter setiap hari dan bila diproses menjadi pupuk organik (padat dan cair) dapat
menghasilkan 4-5 kg pupuk. Dengan demikian untuk satu ekor sapi dapat
penggunaan pupuk organik pada lahan persawahan adalah 2 ton/ha untuk setiap
kali tanam sehingga potensi pupuk organik yang ada dapat menunjang
kebutuhan pupuk organik untuk 1,8-2,7 hektar dengan dua kali tanam dalam
setahun.
berupa daun, batang dan tongkol sebelum atau sesudah melalui proses
13
pengolahan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan ternak alternatif.
Jumlah produk ikutan jagung dapat dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-
3,4 ton bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber
serat/pengganti hijauan untuk satu satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg
ikutan tanaman jagung sebelum digunakan sebagai bahan baku pakan dapat
diolah menjadi silase baik dengan atau tanpa proses fermentasi dan amoniasi.
molases atau air garam . Kotoran ternak yang telah diproses daqpat digunakan
sebagai sumber energi (biogas) dan pupuk organik yang dapat digunakan
sudah afkir dan tidak layak dipasarkan yang dapat digunakan sebagai pakan
Oleh karena itu pola keterpaduan antara ternak sapi dengan areal tanaman
sayur-sayuran dapat dilakukan secara terpisah antara ternak dan areal tanaman
14
rumput dari pembersihan tanaman, sisa sayuran dan kotoran ternak sapi dibuat
kompos dan pupuk organik. Hasil pembuatan pupuk kompos maupun pupuk
diperoleh bagi ternak sapi lebih ditujukan pada pemanfaatan hijauan yang
ditanam pada areal tanaman sayuran sebagai tanaman penguat teras dan sebagai
dengan pola tiga strata yaitu tanaman sayuran, rerumputan dan tanaman legum.
areal tanaman buah-buahan dan rumput yang dihasilkan di areal tanaman buah-
buahan dipotong dan di bawa ke kandang sebagai pakan ternak. Selain itu di
harus di awasi agar ternak tidak merusak tanaman buah-buahan yang ada.
dihasilkan beragam produk, tersedia pakan ternak dan pupuk organiki untuk
15
2.6. Kendala Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu (SPT).
1. Belum dipahami SPT secara benar oleh berbagai pihak (petani dan
pasilitator).
umumnya.
SPT.
pengembangan SPT.
16
CAKUPAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
Sistem
Sistem Produksi
Energi dan Ekonomi
Biomas
Lingkungan
Efisiensi
Produksi dan
Kemandirian
Pemberdayaan Wilayah
SDM
Komunitas
17
III. MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU
Rice, cassava,
Oil Palm,
Sugar Palm,
Nutriens Sugar Cane Residues by
Food Products
Biomast
Excreta Fuel
Biodigester
18
3.2. Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah
Padi
Limbah Ternak
19
3.3. Model Pengembangan SPT pada Lahan Miring
Tanaman Buah-buahan
Tanaman
Rumput Tutupan Lahan Tahunan
20
3.4. Model Pengembangan SPT pada Lahan Rawan Erosi
Pemanfaatan Seresah
Pupuk
Rumput Hutan Organik
Ternak
Ruminansia Kotoran Ternak Pengepakan
Pemasaran
21
3.5. Model Pengembangan SPT pada Lahan Konservasi
Tanaman Koservasi
Pohon Enao Air
Gula Aren
Rumput Ternak
Biogas Rumah
22
Bahan Diskusi Kelompok
Latihan Terstruktur
Tugas Mandiri
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Bamualim A., R.B. Wirdahayani, dan M.Boer. 2004. Status dan Peranan sapi
Lokal Pesisir di Sumatra Barat. Prosiding Seminar Sistem Kelembagaan Usaha
Tani Tanaman ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
2. Bagas,A; Tarmisi; Uthruva,T. 2015. Sistem Pertanian Terpadu. www
academia.edu/8621874/Sistem pertanian terpadu.
3. Ginting , G.S. 1991. Keterpaduan Ternak Ruminansia dengan Perkebunan .
Produksi dan Nilai Nutri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.
4. Handaka, A. Hendriadi, dan T.Alamsyah. 2009. Perspektif Pengembangan
Mekanisasi Pertanian dalam Sistem Integrasi Ternak-Tanaman Berbasis Sawit,
Padi dan Kakao. Prosiding Workshop Nasional Dinamika dan Keragaaman Sistem
Integrasi Ternak-Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Botor.
5. Hamdani. 2008. Sistem Pertanian Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas
Lahan dan Kesejahtraan Petani. Makalah Workshop Teknologi untuk Masyarakat.
6. Kariyasa, K. 2005. Sistem Integrasi Tanaman Ternak dalam Perspektif Reorientasi
Kebijakan Subsidi Pupuk dan Peningkatan Pendapatan Petani. Analisis Kebijakan
Pangan. Vol.3. No.1 Maret 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian Jakarta.
7. Kusnadi,U.2007. Inovasi Teknologi Peternakan dalam Sistem Integrasi Tanaman
dan Ternak (SITT) untuk Menunjang Swasembada Daging Tahun 2010. Orasi
Pengukuhan Profesor. Riset Badan Penelitian dan Pengembangan Pertaanian.
8. Thomas S. 2014. Sistem Pertanian Terpadu Berkelanjutan INTEGRATED
PLANT. Htt://www.ilmuternak.com/2014/03/sistem pertanian –terpadu-
berkelanjutan INTEGRATED PLANT.
24