MATA KULIAH
PERTANIAN TERPADU
Oleh :
Ir. I Wayan Pasek Arimbawa,MP
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
1
Kata Pengantar
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul ……………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………..............................................ii.
Daftar Isi ………………………………………………………….. iii
A. Pendahuluan ............................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 6
C. Tinjauan Pustaka ……………………………………………... 7
C.1. Komponen Sistem Pertanian Terpadu …………………. 7
C.2. Macam-macam Integrasi Tanaman dengan Komponen
Dari Sistem Pertanian Terpadu ………………………… 8
C.3. Cakupan Sistem Pertanian Terpadu …………………….. 12
C.4. Model Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu pada
Lahan Sawah ……………………………………………. 13
D. Tinjauan Pustaka ……………………………………………… 13
E. Manfaat Hasil Praktikum ……………………………………… 14
F. Kegiatan Di Lapangan …………………………………………. 15
F.1. Kegiatan 1. Proses Pengomposan/Membuat Kompos …… 15
F.2. Kegiatan 2. Mahasiswa Mengamati dan Mencatat Komponen-
komponen Sistem yang Telah Berintegrasi............. 15
F.3. Kegiatan 3. Mahasiswa Mengamati dan Mencatat Cakupan
Sistem Pertanian Terpadu yang Telah Berintegrasi.... 15
F.4. Kegiatan 4. Mahasiswa Mengamati dan Mencatat Model
Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu.............. 15
F.5. Kegiatan 5. Mahasiswa Mengamati dan Mencatat Input dan
Output dari Masing-masing Komponen yang
Berintegrasi............................................................. 15
F.6. Kegiatan 6. Mahasiswa Mencatat Total Biaya Produksi,
Total Pendapatan dan Total Keuntungan yang
Diperoleh dalam Penerapan Sistem Pertanian
Terpadu................................................................... 15
F.7. Kegiatan 7. Mahasiswa Mencatat Kendala-kendala yang
Dialami Dalam Penerapan Sistem Pertanian Terpadu.15
F.8. Kegiatan 8. Mahasiswa Membuat Laporan Hasil Praktikum
Sistem Pertanian Terpadu yang Telah diterapkan... 16
3
Judul : Penerapan Sistem Pertanian Terpadu Yang
Berkelanjutan .
A. Pendahuluan
secara ekologis sesuai, secara ekonomis menguntungkan, secara sosial diterima dan
definisi tersebut dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya alam maka sistem
diterapkan di negara kita, yang kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sudah
sangat parah.
Agar program pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna, program
tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) menggunakan sedikit mungkin
input bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c)
sistem pertanian ramah lingkungan, adalah (a) keseimbangan ekologi, (b) terjaganya
keaneka ragaman hayati, (c) terjaganya kelestarian sumberdaya alam, (d) lingkungan
hidup yang tidak tercemar dan (e) tercapainya produksi pertanian yang berkelanjutan.
berkembang dari konsep pertanian organik yang di perkenalkan oleh Mokichi Okada
pada tahun 1935, yang kemudian dikenal dengan konsep Kyusei Nature Farming
(KNF). Konsep ini memiliki lima prinsip, yaitu : (a) Menghasilkan bahan makanan
4
yang aman dan bergizi; (b) Menguntungkan baik ekonomi maupun ekologi; (c)
Mudah dilaksanakan (d) selaras dengan alam dan (e) tidak menimbulkan dampak
(2001), sistem pertanian ramah lingkungan pada prinsip adalah bersahabat dan selaras
Sistem pertanian ramah lingkungan, merupakan salah satu bagian dari sistem
pilar, yaitu (a) produktif, (b) beresiko kecil, (c) tidak menimbulkan degradasi lahan
dan air, (d) menguntungkan secara ekonomi jangka panjang dan (e) diterima oleh
Prinsip dasar sistem pertanian ramah lingkungan adalah (a) produksi dikontrol
oleh keragaman sistem, (b) memadukan tanaman pohon – tanaman pangan – tanaman
dengan menggunakan bahan organik, (d) hama dan penyakit dikontrol secara terpadu,
dan (e) melaksanakan konservasi tanah dan air dengan menggunakan tanaman
(King.1994).
Agar sistem pertanian ramah lingkungan berhasil dan berdaya guna, program
tersebut harus mengikuti kaidah sebagai berikut (a) mengunakan sedikit mungkin
input bahan kimia, (b) melaksanakan tindakan konservasi tanah dan air, (c) menjaga
5
meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor
tenak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang oftimal
komoditi dapat diindari dan hemat ongkos produksi. Menurut Handaka dkk (2009)
sistem pertanian terpadu tanaman dan ternak adalah suatu sistem pertanian yang
dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu
kegiatan usaha tani atau dalam suatu wilayah. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas
program integrasi tanaman dan ternak (Kusnadi, 2007; Hamdani 2008, Kariyasa,
2005). Sedangkan Ginting (1991) melaporkan bahwa ternak dapat berperan sebagai
penyedia kompos.
B. Rumusan Masalah
6
C. Tinjauan Pustaka
C.1 Komponen Sistem Pertanian Terpadu.
a. Manusia.
b. Peternakan.
daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya, bahkan kotoran hewan.
c. Tanamam .
d. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk Integrated Farming Sistem adalah ikan air
tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak
7
C.2. Macam-macam Integrasi Tanaman dengan Komponen dari Sistem
Pertanian Terpadu.
produk ikutan dan produk samping tanaman (sisa-sisa hasil tanaman) untuk
pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku pupuk
ternak dari hasil penjualan sapi dan jagung. Keuntungan tidak langsung adalah
2004).
dapat memanfaatkan secara oftimal sumber daya lokal dan produk samping
tanaman padi. Pola pengembangan ini dikenal dengan integrasi padi ternak.
pengolahan hasil samping tanaman padi seperti jerami padi dan hasil ikutan
berupa dedak padi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak sapi sebagai pakan
ternak.. Produksi jerami padi dapat tersedia dalam jumlah yang cukup besar
8
rata-rata 4 ton/ha dan setelah melewati proses fermentas dapat menyediakan
secara oftimal agar disukai ternak maka sebelum diberikan pada ternak
difermentasi siap digunakan sebagai bahan dasar untuk pakan sapi namun
kebun. Pemberian jerami disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi. Sapi dewasa
umumnya diberikan sejumlah 20-30 kg jerami per hari dan dipercikkan air
garam untuk menambah napsu makan. Penambahan bahan pakan lain seperti
dedak padi atau hijauan legum dapat disesuaikan dengan ketersedian pakan di
kebun. Kotoran sapi berupa feses, urine dan sisa pakan dapat diolah menjadi
sapi dapat dapat menghasilkan kotoran sebanyak 8-10 kg setiap hari, urine 7-8
liter setiap hari dan bila diproses menjadi pupuk organik (padat dan cair) dapat
menghasilkan 4-5 kg pupuk. Dengan demikian untuk satu ekor sapi dapat
setiap kali tanam sehingga potensi pupuk organik yang ada dapat menunjang
kebutuhan pupuk organik untuk 1,8-2,7 hektar dengan dua kali tanam dalam
setahun.
9
b. Integrasi Tanaman Jagung dengan Ternak..
berupa daun, batang dan tongkol sebelum atau sesudah melalui proses
Jumlah produk ikutan jagung dapat dari satuan luas tanaman jagung antara
2,5-3,4 ton bahan kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku
sumber serat/pengganti hijauan untuk satu satuan ternak (bobot hidup setara
Produk ikutan tanaman jagung sebelum digunakan sebagai bahan baku pakan
dapat diolah menjadi silase baik dengan atau tanpa proses fermentasi dan
dapat ditambahkan molases atau air garam . Kotoran ternak yang telah
diproses daqpat digunakan sebagai sumber energi (biogas) dan pupuk organik
yang dapat digunakan untuk memperbaiki bstruktur tanah pada lahan tanaman
jagung.
sudah afkir dan tidak layak dipasarkan yang dapat digunakan sebagai pakan
Oleh karena itu pola keterpaduan antara ternak sapi dengan areal tanaman
sayur-sayuran dapat dilakukan secara terpisah antara ternak dan areal tanaman
10
sayuran atau merupakan satu kesatuan. Agar tidak menggangu tanaman
sisa rumput dari pembersihan tanaman, sisa sayuran dan kotoran ternak sapi
dibuat kompos dan pupuk organik. Hasil pembuatan pupuk kompos maupun
diperoleh bagi ternak sapi lebih ditujukan pada pemanfaatan hijauan yang
ditanam pada areal tanaman sayuran sebagai tanaman penguat teras dan
dilakukan dengan pola tiga strata yaitu tanaman sayuran, rerumputan dan
tanaman legum.
Namun harus di awasi agar ternak tidak merusak tanaman buah-buahan yang
terawat, dihasilkan beragam produk, tersedia pakan ternak dan pupuk organiki
yang dapat di integrasikan dengan ternak sapi di antaranya nanas dan pisang.
11
C3. Cakupan Sistem Pertanian Terpadu
Sistem
Sistem Produksi
Energi dan Ekonomi
Biomas
Lingkungan
Efisiensi
Produksi dan
Kemandirian
Pemberdayaan Wilayah
SDM
Komunitas
12
C4. Model Pengembangan SPT pada Lahan Sawah
Padi
Limbah Ternak
D. Tujuan Praktikum
13
E. Manfaat Hasil Peraktikum
1. Mahasiswa akan mengetahui dan memahami cara mengintegrasikan beberapa
kompnen sistem pertanian terpadu.
2. Mahasiswa akan mengetahui dan memahami besarnya nilai tambah yang
diperoleh dalam penerapan sistem pertanian terpadi dibandingkan dengan
monokultur.
3. Mahasiswa akan mengetahui dan memahami pengaruh penggunaan kompos
dari bahan baku pembuat MOL dari kotoran sapi dan jerami padi
4. Mahasiswa akan mengetahui dan memahami pelaksanaan sistem pertanian
terpadu yang ramah lingkungan akan memberikan total hasil yang lebih tinggi
dibanding monokultur.
5. MahasIswa akan mnengtahui adanya nilai tambah dari limbah/kompos.
6. Mahasiswa akan mengetahui adanya perbaikan lingkungan akibat penggunaan
bahan organik tersebut.
7. Mahasiswa akan mengetahui dan memahami disamping akan terjadi
peningkatan total hasil produksi dan penekanan biaya produksi, maka akan
tercapai pula efektivitas dan efisiensi produksi
F. Kegiatan di Lapangan.
14
2) Dedak 10 kg.
3) Sekam 200 kg.
4) Gula pasir 10 sendok makan (sebagai starter mikroba).
5) EM4 200 ml (20 sendok makan).
6) Air secukupnya.
Cara pembuatan:
1) Larutkan EM4 dan gula ke dalam air.
2) Bahan baku kompos pada masing-masing perlakuan (Jerami, kotoran
sapi, kotoran ayam, dan sampah organik pasar) dicampur merata
dengan dedak dan sekam.
3) Siramkan larutan EM4 secara merata dan perlahan-lahan ke dalam
adonan sampai kandungan air adonan mencapai 30%. Bila adonan
dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila dilepas
adonan tidak mekar.
4) Adonan digundukkan di dalam kotak pengomposan dengan ketinggian
15-20 cm kemudian ditutup dengan karung goni.
5) Pertahankan suhu gundukan adonan 40OC – 50OC. Jika suhu
meningkat, penutup dibuka dan adonan dibalik-balik, kemudian ditutup
kembali. Pemeriksaan suhu dilakukan setiap lima jam.
F.5. Kegiatan 5. Mahasiswa Mengamati dan Mencatat Input dan Output dari
Masing-masing Komponen yang Berintegrasi.
15
F.8. Kegiatan 8. Mahasiswa Membuat Laporan Hasil Praktikum Sistem
Pertanian Terpadu yang Telah diterapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Bamualim A., R.B. Wirdahayani, dan M.Boer. 2004. Status dan Peranan sapi
Lokal Pesisir di Sumatra Barat. Prosiding Seminar Sistem Kelembagaan Usaha
Tani Tanaman ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta
17