Anda di halaman 1dari 6

II.

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pertanian Terintegrasi (Integrated Farming System)

Integrated Farming System (IFS) dilakukan dengan cara menyeimbangkan produksi pangan,
profitabilitas, keamanan, kesejahteraan hewan, tanggung jawab sosial,dan kepedulian lingkungan. IFS
adalah sistem pertanian yang menggabungkan berbagaitanaman dan ternak, dan penerapan berbagai
teknik untuk mengkondisikan lingkungan,menjaga produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan
petani. Sistem pertanianseperti ini memberlakukan hubungan antara input-output komoditas,
keterkaitan antarakegiatan produksi dengan pra-produksi dan pasca produksi, serta antara pertanian
dankegiatan manufaktur dan jasa. IFS adalah bagian dari sistem teknologi agroekonomi yangterdiri dari
berbagai komponen yang saling terkait termasuk komponen bisnis non- pertanian, sifat biofisik, sosial-
ekonomi, politik dan budaya. Sistem pertanian terpadiadalah pendekatan sistematis untuk penggunaan
low eksternal input antara tanamandengan ternak (Little DC. & Edwards P. Mukhlis. 2018).

IFS adalah sistem yang terdiri dari kombinasi antara tanaman dan hewan dimanalimbah dari satu
komponen dapat digunakan untuk komponen lainnya. Keuntungan dari pertanian terintegrasi dan
pertanian campuran lebih dari segi manfaat ekonomi dari monokultur. Permintaan makanan meningkat
dari hari ke hari karena produksi makananmenurun, konversi lahan yang berkelanjutan menjadi lahan
perumahan dan juga pengurangan secara drastis petani yang bekerja (Jaishankar N. Mukhlis. 2018). IFS
mampu memberikan manfaat kepada sistem pertanian gurem, baikmanfaat sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Ini bisa mendukung petani kecil untuk bertani,mengurangi resiko, memastikan keamanan
pangan, pekerjaan dan meningkatkankeanekaragaman hayati, cadangan karbon dalam pertanian dan
meningkatkan efisiensienergi pertanian. Publik harus melihat IFS sebagai intervensi sosial-ekologis
yangfleksibel, bukan teknologi dengan sosial ekonomi yang diinginkan dan hasil ekologis.

IFS adalah salah satu stem pertanianyang dapat digunakan sebagai salah satu solusi untuk mitigasi
perubahan iklim. Sistem inimembuat pertanian yang stabil, unik, dan layak dikelola berdasarkan
pembelajaran ilmulingkungan, biologis dan sosial ekonomi menurut tujuan, preferensi, dan sumber
dayarumah tangga (Munanda, 2017).IFS adalah salah satu kegiatan disversikasi komoditas yang dapat
dilakukanuntuk mengimbangi permintaan untuk produk pertanian (terutama pangan) yang
terusmeningkat melalui pemanfaatan hubungan sinergis antara komoditas yang diusahakan,tanpa
merusak lingkungan dan penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Pelaksaan sistem

4 pertanian terpadu adalah pilihan yang tepat untuk meningkatkan pendapatan petani dansekaligus
memanfaatkan sumber daya pertanian secara optimal. Pertanian terintegrasididefinisikan sebagai
sistem pertanian terintegrasi secara biologis yang terintegrasisumber daya alam dan mekanisme regulasi
ke dalam kegiatan pertanian untuk mencapai penggantian off-put pertanian, mengamankan produksi
berkelanjutan, makanan berkualitas tinggi dan produk lainnya melalui pilihan ekologis
teknologi,mempertahankan pendapatan pertanian, menghilangkan atau mengurangi sumber
polusilingkungan saat ini yang dihasilkan oleh pertanian dan mempertahankan fungsi ganda pertanian

Berdasarkan beberapa konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pertanianterintegrasi


adalah sistem pertanian yang menggabungkan dua atau lebih bidang pertanian, yang didasarkan pada
konsep pemanfaatan kembali materi biologis, dan terkaitinput-output antara komoditas yang saling
mendekati yang menggunakan pemanfaatan low eksternal input , melalui pemanfaatan limbah
tanaman, kotoran hewan, limbah ikanuntuk meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga dapat
meningkatkan pendapatan petani dan dapat menciptakan kondisi yang ada pertanian ramah
lingkungan.Hal itu harus mempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: Keberlanjutan yang
ramahlingkungan (ramah lingkungan), diterima secara sosial oleh masyarakat (diterima secarasosial),
sedang layak secara ekonomi (cocok dalam ilmu ekonomi) dan dapat diterimasecara politis (diinginkan
secara politis).

2.2 Pentingnya Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu

Keuntungan IFS adalah produktivitas, profitabilitas, keberlanjutan, makananseimbang, keamanan


lingkungan, daur ulang limbah, penghematan energi, adopsiteknologi baru, uang sepanjang tahun,
ketersediaan pakan, bahan bakar, dan kayu, pekerjaan sepanjang tahun, agroindustri, meningkatkan
efisiensi input, standar hidup danmenghindari degradasi hutan. (Thorat BN, 2017). IFS sangat penting
untuk dikembangkan karena bisa menjadi solusi dalam pembangunan daerah.Termasuk:

a) kerusakan lingkungan fisik;


b) kerusakan lingkungan biotik seperti penurunan sumber daya hayati, pembalakan liar ,
kerusakan ekosistem pesisir , sungai,dan danau;
c) kerusakan sumber daya alam;
d) bencana alam;
e) kurangnya pengembangan potensi lokal
f) Multifungsi

IFS adalah sebuah konsep yang berfokus pada kebijakan transisi produksi pangan dan serat menuju
produksi pertanian multifungsi secara komprehensif .Ini membutuhkan pertimbangan ulang dari peran
serta petani kecil, terutama untukmeningkatkan keamanan pangan, fasilitas, dan melindungi lingkungan.
Pertanian

Sektor pertanian, selama ini merupakan sektor utama dalam penyediaan pangan di Indonesia, utamanya
subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan. Subsektor pertanian yang terdiri dari tanaman
dan ternak, merupakan sistem yang terintegrasi dan saling melengkapi. Sistem terintegrasi tanaman-
ternak, adalah sistem yang memiliki tujuan memanfaatkan limbah satu sama lain. Limbah tanaman
digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah ternak digunakan sebagai pupuk organik, bahkan
sebagai bioenergy (biogas). Integrasi demikian, disebut dengan Bio-cyclo Farming (Gambar 1), dimana
terjadi siklus yang terpadu antara tanaman dengan ternak, bahkan perikanan.
Usaha ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba) telah berkembang di Indonesia, akan tetapi,
umumnya masih dipelihara sebagai usaha sambilan, tujuan utamanya sebagai tabungan, sehingga
manajemen pemeliharaannya masih dilakukan secara konvensional. Petani dan peternak di Indonesia
pun belum menguasai dan menerapkan inovasi teknologi pakan maupun pupuk organik. Integrasi
tanaman-ternak terdiri dari komponen budidaya tanaman, budidaya ternak dan pengolahan limbah.
Penerapan teknologi pada masing-masing komponen, merupakan faktor penentu keberhasilan sistem
integrasi tersebut, sedangkan para petani dan peternak belum menguasai teknologi tersebut.

Dalam hal penggunaan input faktor produksi, maka dengan menerapkan integrasi tanaman-ternak akan
menurunkan biaya input produksi baik untuk tanaman maupun ternaknya, yang disebut Low External
Input Sustainable Agriculture (LEISA). Dalam hal konservasi alam, integrasi tanaman-ternak
menghasilkan beberapa keuntungan seperti meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan produksi
tanaman, mendaur ulang unsur hara, meningkatkan penggunaan lahan dan meningkatkan kelestarian
lingkungan (Gupta et al., 2012).

Jenis Sistem Integrasi Tanaman_ternak di Indonesia

Integrasi tanaman dengan ternak, khususnya antara tanaman pangan dan ternak, secara tradisional
sudah diterapkan petani sejak lama dan masih bertahan hingga kini. Seperti yang bisa kita lihat pada
Tabel 1, bahwa baik ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba) maupun non ruminansia (babi,
ayam, itik) dapat beritntegrasi satu sama lainnya. Sistem integrasi ini diterapkan untuk menopang
perekonomian petani kecil di pedesaan.

Integrasi tanaman dangan ternak yang sudah diimplementasikan di Indonesia, berupa : integrasi
tanaman pangan-ternak, integrasi hortikultura-ternak, integrasi tanaman perkebunan-ternak
maupunintegrasi tanaman hutan-ternak.

Dengan terciptanya sistem integrasi tanaman-ternak dalam berbagai komoditas tanaman dan komoditas
ternak tersebut, maka akan dapat mencapai keuntungan yang memadai dengan tingkat produksi yang
berkelanjutan dan meminimalkan dampak negatif dari kerusakan lingkungan, akibat penggunaan bahan
kimia.

Dampak negatif dari penerapan sistem pertanian konvensional yaitu dapat menyebabkan degradasi dan
penurunan kesuburan tanah, mengurangi kelembaban tanah, merusak ekosistem yang berada di
lingkungan sekitarnya, menyebabkan erosi, hingga masalah serius yang berdampak pada gangguan
kesehatan para konsumen akibat penggunaan pestisida.

Permasalahan dalam Integrasi Tanaman-Ternak

Integrasi tanaman-ternak adalah sebagai salah satu upaya dalam mengembangkan pola usaha tani di
suatu daerah sesuai dengan potensi daerahnya. Komoditi unggulan yang menjadi potensi utama di suatu
daerah, didukung oleh usaha komoditi lain sebagai penunjang (Noor, 1996).

Sistem integrasi tanaman-ternak, sebenarnya bukanlah suatu teknologi baru karena kebiasaan bertani
dan beternak dalam satu rumah tangga, sudah lama mengakar pada budaya pertanian di Indonesia.
Namun demikian, dengan berbagai benefit yang diperoleh secara ekonomi, sosial maupun konservasi
alam, penerapan integrasi tanaman-ternak di Indonesia, masih belum dilaksanakan oleh para petani
peternak secara optimal.

Sebagian besar petani belum melakukan pengolahan limbah tanaman dengan teknologi pakan dan
belum melakukan pengolahan limbah kotoran ternak dengan teknologi pupuk terkini. Oleh karena itu
perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan penerapan integrasi tanaman-ternak di kalangan
petani peternak.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah studi untuk identifikasi faktor-faktor yang menghambat
penerapan integrasi tanaman-ternak di Indonesia.

Dengan permasalahan tersebut dia tas, maka kami melakukan suatu kajian faktor apa saja yang menjadi
penghambat penerapan integrasi tanaman-ternak. Kami mengidentifikasi faktor-faktor yang
memberikan hambatan terhadap penerapan integrasi tanaman-ternak, dengan menguji lima faktor yaitu
hambatan produksi, hambatan pengetahuan, hambatan infrastruktur, hambatan pemerintah, dan
hambatan ekonomi.
Penelitian ini menggunakan model penerimaan teknologi (Technology Acceptance Model) pada adopsi
teknologi di bidang pertanian. Deskripsi dari kelima faktor hambatan adalah:

Hambatan produksi: akses ke input yang dibutuhkan untuk produksi terintegrasi, ketersediaan tenaga
kerja, ketersediaan waktu dan fasilitas komunikasi

Hambatan pengetahuan: pengetahuan dan keterampilan pertanian terintegrasi, manajemen hama dan
pengetahuan pasar.

Hambatan infrastruktur: akses peralatan transportasi, penyimpanan produk organik, pemrosesan


peralatan, dan aksesibilitas jalan.

Hambatan pemerintah: kebijakan dan komitmen pemerintah untuk mendukung pertanian terintegrasi.

Hambatan ekonomi: biaya tenaga kerja, ukuran pasar dan manajemen harga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan yang menentukan penerimaan pertanian terintegrasi di
wilayah Surakarta, adalah hambatan produksi, hambatan pengetahuan, hambatan pemerintah dan
ekonomi.

Untuk mengatasi hambatan ini perlu dilakukan beberapa solusi alternatif :

Upaya mengurangi hambatan produksi dengan menyediakan akses input produksi.

Upaya mengurangi hambatan pengetahuan dengan ketersediaan pelatihan untuk belajar teknologi
inovasi pakan ternak dan pupuk organik.

Pemerintah memiliki kebijakan dan peraturan yang mendukung pertanian organik, kebijakan terkait
sertifikasi produk organik.

Upaya meningkatkan dan menyediakan pasar dengan produk promosi dari hasil integrasi pertanian.

III. PENUTUP3.1 Kesimpulan

Sistem pertanian terintegrasi adalah sistem pertanian yang menggabungkan duaatau lebih bidang
pertanian, yang didasarkan pada konsep biologis daur ulang, dan terkaitinput-output antara komoditas
yang saling berdekatan pemanfaatan input low eksternal,melalui pemanfaatan limbah tanaman, kotoran
hewan, limbah ikan dengan tujuan untukmeningkatkan produksi dan produktivitas sehingga dapat
meningkatkan penghasilan petani dan dapat menciptakan kondisi pertanian yang ramah lingkungan.
Untuk itu, harusmempertimbangkan beberapa aspek, yaitu: Keberlanjutan yang ramah
lingkungan,diterima secara sosial oleh masyarakat, secara ekonomi layak dan dapat diterima secara
politik.Pengembangan sistem pertanian terintegrasi adalah hal yang sangat penting untukdilakukan
karena sistem pertanian terintegrasi memiliki banyak manfaat dan kelebihanuntuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani. Sistem Pertanian Terintegrasi juga bisa menjadi solusi untuk
mengatasi masalah yang muncul dalam pembangunandaerah, termasuk: a) kerusakan lingkungan fisik;
b) kerusakan lingkungan biotik; c)kerusakan sumber daya alam; d) bencana alam; e) kurangnya
pengembangan potensilokal.Sistem

13

DAFTAR PUSTAKA

Mukhlis, Noer M., Nofialdi, dan Mahdi

. “The Integrated Farming System of Crop andLivestock: A Review of Rice and Cattle Integration
Farming”

, InternationalJournal of Science: Basic and Applied Research (IJSBAR), 2018.

Dasgupta P, Goswami R, Ali M.N, Chakraborty S and Saha, S.K, ”Mult

ifunctional Roleof Integrated

Farming System in Developing Countries,” International Jour

nalof Bio-resource and Stress Management, 2015.Munandar, Gusti

ar F, Yakup, Hayati R and Munawar A.I., “Crop

-Cattle IntegratedFarming System:

An Alternative of Climatic Change Mitigation,” Livestock

Media Journal, 2015.

Anda mungkin juga menyukai