PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang
mempengarui pertanian berkelanjutan, mengetahui pengembangan
pertanian berkelanjutan dengan konsep LEISA (Low External Input and
Sustainable Agriculture) dan mengetahui manfaat LEISA bagi
keberlanjutan pertanian.
I.3 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan LEISA ?
2) Bagaimanakah keterkaitan konsep LEISA dan Pembangunan
Pertanian Berkelanjutan?
3) Baaimana korelasinya terhadap bidang usaha peternakan sapi
perah?
II
PEMBAHASAN
Definisi LEISA
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber
daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat
diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan
menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Keberlanjutan
yang dimaksud adalah dengan turut memperhatikan penggunaan sumber daya,
kualitas dan kuantitas produksi, serta lingkungannya. Proses produksi pertanian yang
berkelanjutan akan lebih mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah
terhadap lingkungan (Kasumbogo, 1997).
LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) adalah pertanian
yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia setempat/lokal,
layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, sesuai dengan budaya, adil secara
sosial, dan input luar hanya sebagai pelengkap. Konsep LEISA (Low External Input
and Sustainable Agriculture) merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agroekologi
serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat/tradisional.
Agroekologi merupakan studi holistik tentang ekosistem pertanian termasuk semua
unsur lingkungan dan manusia. Dengan pemahaman akan hubungan dan proses
ekologi, agroekosistem dapat dimanipulasi guna peningkatan produksi agar dapat
menghasilkan secara berkelanjutan, dengan mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan bagi lingkungan maupun sosial serta meminimalkan input
eksternal. Konsep ini menjadi salah satu dasar bagi pengembangan pertanian yang
berkelanjutan.
Metode LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) tidak
bertujuan memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun untuk mencapai
tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. LEISA (Low
External Input and Sustainable Agriculture) berupaya mempertahankan dan sedapat
mungkin meningkatkan potensi sumber daya alam serta memanfaatkannya secara
3
optimal. Pada prinsipnya, hasil produksi yang keluar dari sistem atau dipasarkan
harus diimbangi dengan tambahan unsur hara yang dimasukkan ke dalam sistem
tersebut. Dengan metode LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture),
kekhawatiran penurunan produktivitas secara drastis dapat dihindari. Model LEISA
(Low External Input and Sustainable Agriculture) masih menjaga toleransi
keseimbangan antara pemakaian input internal dan input eksternal, misalnya
penggunaan pupuk organic diimbangi dengan pupuk TSP, pemakaian pestisida hayati
dilakukan bersama-sama dengan pestisida sintesis, teknologi spesifik lokalitas
disandingkan dengan teknologi canggih, dan sabagainya (Salikin, 2003).
Prinsip-prinsip ekologi dasar pada LEISA (Low External Input and
Sustainable Agriculture) bisa dikelompokkan sebagai berikut (Reijntjes et al, 1999):
1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman,
khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan
kehidupan dalam tanah.
2. Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur
hara, khususnya melalui peningkatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur
ulang dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap.
3. Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara, dan air
dengan cara pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air, dan pengendalian
erosi.
4. Meminimalkan serangan hama dan penyekit terhadap tanaman dan hewan
melalui pencegahan dan perlakuan yang aman.
5. Saling melengkapi dan sinergi dalam penggunaan sumber daya genetik yang
mencukupi penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat
keanekaragaman fungsional yang tinggi.
LEISA dipilih sebagai kebijakan alternatif karena beberapa kelebihannya.
Secara teknologis, sistem pertanian LEISA berpotensi mengurangi ketergantungan
petani pada pembelian berbagai input eksternal pertanian sehingga dapat
memperbesar keuntungan petani. Bahkan, dari sudut penambahan lapangan kerja dan
diversifikasi usaha, LEISA diyakini berpotensi membangkitkan kekuatan vital untuk
menghidupkan kembali daerah pedesaan. Di pihak lain, sistem LEISA diyakini dapat
membawa dampak yang menguntungkan masyarakat, seperti pengurangan kerusakan
lingkungan akibat erosi tanah dan pencemaran bahan kimia terhadap air, tanah dan
udara, penghematan bahan bakar fosil (minyak bumi), serta pemeliharaan
keberlanjutan pertanian bagi generasi di masa depan (Mangoting, 1998).
Suatu konsep utama dalam ekologi adalah “relung”, yaitu fungsi atau peran
suatu organisme dalam ekosistem serta sumber daya kehidupannya yang menentukan
kesempatannya untuk bertahan hidup dan pengaruh positif dan negatifnya terhadap
komponen lain. Agroekosistem dengan banyak relung yang berbeda dan ditempati
oleh beragam jenis spesies cenderung lebih stabil daripada yang ditempati oleh hanya
satu spesies. Pemanfaatan keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang
maksimal mengakibatkan sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang
menggunakan sumber daya dan input yang ada secara optimal. Tantangannya adalah
menentukan kombinasi tanaman, hewan dan input yang mengarah pada produktivitas
yang tinggi, keamanan produksi serta konservasi sumber daya yang relatif sesuai
dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal (Reijntjes et al, 1999).
A. Kesimpulan
dengan system irigasi semi teknis dan teknis, karena konsep pembangunan