Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI

SISTEM PERTANIAN TERPADU DALAM PERSPEKTIF


PEMBANGUNAN PERDESAAN

(Contoh Konsep Sistem Pertanian Terpadu di Desa Pematang


Tujuh, Kabupaten Kubu Raya)

DI SUSUN OLEH : OLIVIA KOMANSILAN

NIM : 20202107003

PROGRAM STUDI AGRONOMI

PASCASARJANA UNSRAT

TAHUN 2020

1
I. PENDAHULUAN

Sistem pertanian terpadu merupakan komponen yang sangat penting dan sentral di
dalam konsep ecovillage. Ecovillage adalah desa/kampung berbudaya lingkungan dimana
masyarakatnya mampu mengelola lingkungannya sesuai dengan kaidah keberlanjutan
meliputi konservasi, pemanfaatan dan pemulihan lingkungan. Selanjutnya Ecovillge
sebagai bentuk interaksi manusia terhadap lingkungan untk mencapai kehidupan
berkelanjutan dan lestari. Karena di dalam sistem pertanian terpadu praktek pertanian yang
ramah lingkungan sangat dikedepankan. Salah satu syarat dalam pelaksanaan pertanian
terpadu adalah harus secara ekologi dapat diterima dan meminimumkan limbah (zero
waste). Ecovillage juga mempunyai prinsip ekologis. Jadi antara pertanian terpadu dan
ecovillage mempunyai prinsip yang sama. Pertanian terpadu adalah praktek pertanian yang
mengintegrasikan pengelolaan tanaman, ternak dan Ikan dalam satu kesatuan yang utuh.
Antara ketiga jenis usaha tersebut (tanaman, ternak, ikan) harus terdapat aliran energi
biomasa. Tanaman menghasilkan produk samping berupa hijauan yang dapat digunakan
sebagai pakan ternak dan pakan ikan. Kotoran ternak dimanfaatkan untuk memupuk
tanaman dan sebagai pakan ikan. Sedangkan kotoran ikan dapat digunakan untuk memupuk
tanaman. Ecovilage pada prinsipnya adalah mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
yang tersedia di suatu desa. Jika sumberdaya internal masih belum mencukupi baru
diperkenankan menambahnya dari luar. Demikian juga dengan ketersediaan input dari satu
komponen untuk mensuplai komponen lain di dalam pertanian terpadu. semaksimal
mungkin memanfaatkan input darl dalam sistem. Apabila dianggap masih kurang. input
tersebut bisa ditambah dari luar sistem.

Sebagaian besar penduduk Indonesia masih  tinggal di perdesaan. Sebagian besar dari
mereka pekerjaan dan sumber pendapatan utamanya adalah dari sektor pertanian. Dengan
demikian dapat dikatakan membangun pertanian pada dasarnya identik dengan membangun
perdesaan. Oleh karena itu, kemajuan suatu masyarakat perdesaan sangat ditentukan oleh
tingkat perkembangan pembangun pertanian itu sendiri. Diharapkan dengan Sistem

2
Pertanian Terpadu mampu mewujudkan pertanian yang baik untuk kemajuan pembangunan
desa itu sendiri.

3
II. PEMBAHASAN

Sistem pertanian terpadu adalah merupakan sistem pertanian yang mengintegrasikan


kegiatan sub sektor pertanian, tanaman, ternak, ikan untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitas sumber daya (lahan, manusia, dan faktor tumbuh lainnya) kemandirian dan
kesejahtraan petani secara berkelanjutan. Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem
pengelolaan tanaman, hewan tenak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan
suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan luar (Preston,
2000, dalam Bagas A. dkk.1993). Pertanian terpadu mengurangi resiko kegagalan panen,
karena ketergantungan pada suatu komoditi dapat dihindari dan hemat ongkos produksi.
Sistem pertanian terpadu tanaman dan ternak adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan
oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan usaha
tani atau dalam suatu wilayah. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas sudah banyak program
peningkatan pendapatan petani peternak mengacu pada program integrasi tanaman dan
ternak (Kusnadi, 2007; Hamdani 2008, Kariyasa, 2005). Sedangkan Ginting (1991)
melaporkan bahwa ternak dapat berperan sebagai industri biologis sekaligus mampu
meningkatkan produksi daging dan sekaligus penyedia kompos.

Prinsip Keterpaduan Sistem Pertanian Terpadu.

Bagas, A, dkk, (2004) beberapa prinsip yang harus diperhatikan terhadap keterpaduan
sistem pertanian terpadu adalah ;

1. Agroekosistem yang beranekaragaman tinggi yang memberi jaminan yang lebih tinggi
bagi petani secara berkelanjutan.

2. Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan mengkombinasikan


spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam
interaksi sinergik dan positif dan bukan hanya kesetabilan yang dapat diperbaiki, namun
juga produktivitas sistem pertanian dengan input yang lebih rendah.

4
3. Menentukan kombinasi tanaman, hewan dan input yang mengarah pada produktivitas
yang tinggi, keamanan produksi serta bkonservasi sumber daya yang relatif sesuai dengan
keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.

Penerapan Sistem Pertanian Terpadu Saat Ini

Pengembangan sistem pertanian terpadu saat ini masih lamban dan belum memenuhi
kaidah keterpaduan sistemnya. Petani pada umumnya menerapkan sistem ini sifatnya masih
parsial atau linear, artinya pengelolaan masing-masing komponen sistem masih terpisah
atau sendiri-sendiri, misal ternak saja atau tanaman saja atau ikan saja. Padahal dalam
pengelolaan sistem pertanian terpadu terdiri atas beberapa subsistem pengelolaan, yaitu
pengelolaan tanaman terpadu (Integrated Crop Management/ICM), pengelolaan nutrien
terpadu (Integrated Nutrient Management/INM), pengelolaan organisme pengganggu
tanaman terpadu (Integated Pest Management/IPM), pengelolaan air terpadu (Integrated
Moisture Management/IMM), pengelolaan ternak terpadu (Integrated Livestock
Management/ILM) (Agus, 2006 dalam Kedaulatan Rakyat, 2006). Sebagai salah satu
ilustrasi, Musyofi (2007) mengatakan bahwa berbagai alasan petani enggan menggunakan
limbah ternak sebagai bahan pupuk, antara lain butuh tenaga kerja banyak untuk
pengangkutan, seringkali tumbuh gulma, terasa gatal di kaki setelah aplikasi, dan bau. Hasil
penelitian Zaini et al. (2002) dalam Bamualim dan Bess (2009) menyatakan bahwa ntegrasi
tanaman padi dan ternak dapat meningkatkan produksi padi 0,55 ton/ha pada musim tanam
I (MT-I) dan 0,3 ton/ha pada MT-II. Selanjutnya, disebutkan oleh Bamualim dan Bess
(2009) bahwa penggunaan sisa pengolahan biogas kotoran ternak dapat menghemat 25 %
biaya untuk pupuk anorganik di perkebunan sawit.

II.1. PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERPADU (INTEGRATED


FARMING)

Beberapa hal masih menjadi permasalahan dalam pengembangan Sistem Pertanian


Terpadu sehingga belum dapat berkembang secara optimal dan meluas di masyarakat
petani. Beberapa hal yang dimaksud, antara lain:

5
(1) Belum dipahaminya SPT secara benar oleh berbagai pihak (petani maupun
fasilitator);

(2) Tingkat hasil dan produktivitas SPT belum meyakinkan petani pada umumnya;

(3) Model SPT yang dikembangkan belum sesuai dengan kondisi ekosistemnya;

(4) Integrasi vertikal dan horisontal belum didasarkan pada potensi lokal;

(5) Keberadaan Integrator dalam SPT belum diperhatikan;

(6) Belum ada kajian secara komprehensif dan integralistik berkaitan dengan SPT;

(7) Kebijakan pembangunan pertanian belum mendukung secara jelas pengembangan


SPT Berangkat dari permasalahan di atas maka dalam pengembangan SPT perlu
dipertimbangkan azas-azas pembangunan pedesaan, yaitu azas kebutuhan masyarakat,
swadaya, edukatif, partisipatif, potensi lokal, integralistik (Suharjo, 2008) dan keterbukaan
(Supangkat, 2009).

Konsep Pembangunan Perdesaan


Pembangunan perdesaan secara mendasar mencakup tiga dimensi utama, yaitu
dimensi ekonomi, dimensi sosial dan dimensi politik (Fernando dalam Arsyad, dkk., 2011).
Selain itu, dalam implementasinya pembangunan perdesaan perlu mempertimbangkan
prinsip, yaitu berorientasi kepada komunitas (community oriented), berbasiskan pada
sumber daya komunitas (community’s resources-based), dan dikelola komunitas
(community manged).Ketiga dimensi pembangunan tersebut dapat digambarkan
sebagaimana Gambar 2.5.

6
II.2. DASAR PEMIKIRAN SISTEM P£RTANIAN TERPADU DALAM
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN PEDESAAN

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Penataan Ruang menyatakan


bahwa kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
pemukiman pedesaan. pelayanan jasa pemerintahan. pelayanan sosial, dan keglatan
ekonomi. Dengan demikian, kawasan pedesaan dapat berupa kawasan berbasis ekonomi
pertanian (tanaman pangan. hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, perikanan dan
kehutanan), kawasan yang berbasis ekonomi pertambangan dan galian, dan kawasaan yang-
berbasis pengelolaan sumberdaya alam untuk pelestarian lingkungan hidup, seperti
kawasan hutan lindung, kawasan pantai-dan kawasan resapan air. Dalam realitas di

7
lapangan ditemukan berbagai jenis aktivitas yang bersifat nonpertanian dan nonpengelolaan
sumberdaya alam yang juga berkembang di kawasan pedesaan. Namun, selama kegiatan
utama di suatu kawasan masih didominasi oleh aktlvitas di bidang pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam, kawasan tersebut masih termasuk dalam kategori kawasan
pedesaan. Demikian pula, apabila. kegiatan-kegiatan lain yang berkembang di kawasan
pedesaan masih mempunyai keterkaitan baik ke depan maupun ke belakang dengan sektor
pertanian dan sumberdaya alam. kawasan tersebut dapat dldefinlsikan sebagai kawasan
pedesaan. Saefulhakim (1997) menyatakan bahwa dengan basis aktivitas pertanian dan
pengelolaan sumberdaya alam/lingkungan, sebagai implikasinya, kawasan pedesaan
memegang fungsi utama dalam hal-hal sebagai berikut:

1) Menyediakan bahan pangan.

2) Menyediakan bahan sandang,

3) Menyediakan bahan papan bangunan

4) Mempertahankan keseimbangan siklus air,

5) Mempertahankan keseimbangan siklus oksigen,

6) Mempertahankan keseimbangan siklus karbon,

7) Mempertahankan keseimbangan suhu udara,

8) Menekan polusi udara, air, dan tanah, dan

9) Memberikan keindahan dan kenyamanan.

Dengan demikian kawasan pedesaan pada dasamya mempunyai-peranan yang sangat


penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan kita sebagai bangsa, baik dipandang darl
sisi ekonomi, sosial maupun Iingkungan. Dari sisi ekonomi, kekayaan sumber daya alam
pedesaan merupakan modal dasar yang dapat digunakan untuk mendrong peningkatan

8
pertumbuhan ekonomi. Dari sisi sosial. keberadaan kawasan pedesaan mampu mendorong
terbentuknya komunitas masyarakat dengan social capital yang kuat yang dilandaskan pada
pewarisan norma-norma, nilai-nilai moral dan etika. Dari sisi lingkungan, keterkaitannya
cukup jelas karena keberadaan kawasan lindung akan selalu berada atau overlap dengan
kawasan pedesaan. Oleh karena itu, pembangunan kawasan pedesaan yang berkelanjutan
menjadi satu aspek dasar yang benar-benar harus diperhatikan dalam proses pembangunan
naslonal.

Rancangan Konsep Sistem Pertanian Terintegrasi


Pada kawasan pertanian terpadu di Desa Pematang Tujuh terdapat beberapa fasilitas yang terdiri
dari nursery (persemaian), greenhouse (rumah tanaman) yang merupakan bagian dari area
persemaian, tempat pengolahan pupuk serta peternakan. Pada fasilitas tersebut terdapat persyaratan
fisik dari bangunan maupun lingkungan yang harus diperhatikan sebagai kriteria perancangan
Kawasan Pertanian Terpadu di Desa Pematang Tujuh, yaitu:
a. Nursery (Persemaian)
Nursery adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bagian lain dari tanaman)
menjadi bibit yang siap ditanam di lapangan, dalam jumlah yang memadai, ukuran yang relatif
seragam, kualitas yang memadai dan dalam waktu yang tepat (CWMBC, 2013). Untuk dapat
digunakan sebagai nursery (persemaian), beberapa hal perlu dipertimbangkan didalam
perancangannya, diantaranya adalah (CWMBC, 2013):
 Kondisi tanah dan topografi (lahan datar, stabil, tidak tergenang air)

 Bebas dari gangguan

 Cahaya/ sinar matahari cukup (bebas naungan berat)

 Terdapat sumber air

 Aksesibilitas mudah (efektifitas sirkulasi)

 Tersedia tenaga kerja

 Relatif dekat dengan tempat penanaman (efektifitas hubungan antar ruang)


Untuk penentuan luas nursery (persemaian) dapat ditentukan oleh jumlah bibit yang akan
diproduksi, sedangkan untuk persemaian permanen penentuan luasnya berdasarkan rasio areal
efektif 60% dan areal penunjang 40%. Angka rasio tersebut tidak bersifat mutlak tetapi dapat

9
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Areal efektif persemaian adalah alokasi ruang untuk
tempat penyimpanan bibit sedangkan area penunjang adalah alokasi ruang untuk sarana dan
prasarana persemaian seperti jalan inspeksi, jalan angkut, kantor, ruang jemur, ruang pencampur
media, ruang pompa air, ruang bongkar muat bibit, ruang gudang penyimpanan alat, dan pos jaga
(CWMBC, 2013).
b. Rumah Tanaman (Greenhouse)
Rumah tanaman (greenhouse) merupakan bangunan kontruksi yang berfungsi untuk menghindari
dan memanipulasi kondisi lingkungan agar tercipta kondisi lingkungan yang dikendaki dalam
pemeliharaan tanaman. Greenhouse yang dibangun di wilayah tropis umumnya tidak melindungi
tanaman dari temperatur udara luar. Hal ini karena konstruksi tembok yang tidak kedap udara dan
atap yang berventilasi, memungkinkan udara panas naik dan keluar dari greenhouse. Namun
greenhouse ini dapat melindungi tanaman dari hujan dan serangan hama. Untuk di daerah tropis
jenis rumah tanaman yang digunakan umumnya adalah Tipe piggy back yang dapat dikatakan tipe
ini adalah tropical greenhouse. Keunggulan tipe ini pada ventilasi udara yang sangat baik. Banyak
memiliki struktur bukaan, sehingga memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi
pertumbuhan tanaman (CWMBC, 2013). Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
merancang rumah tanaman (greenhouse), yaitu (CWMBC, 2013):
 Rumah tanaman harus ditempatkan di lahan terbuka yang cukup cahaya matahari

 Rumah tanaman sebaiknya ditempatkan dengan bedegan atau meja tanam arah Utara-Selatan
untuk mengurangi penaungan olah bangunan tanaman itu sendiri.
 Rumah tanaman yang di gabung dengan rumah tanaman lainnya sebaiknya di bangun arah
UtaraSelatan agar penyinarannya merata sepanjang hari
 Lokasi Rumah tanaman harus memiliki drainase yang bagus

 Harus tersedia air irigasi

 Terlindung dari angin berlebihan

 Bedengan atau meja tanaman sebaiknyamempunyai lebar hingga 1,8 meter apabila digunakan
untuk jalan masuk dari dua sisi, dan sebaiknya memiliki lebar maksimum 0,90 meter apabila hanya
dapat dicapai dari satu sisi.
 Terdapat jalan setapak sebagai jalur sirkulasi manusia dan mesin di dalam rumah tanaman dengan
lebar gang 0,6 meter- 1,2 meter dan disediakan ramps untuk memudahkan akses keluar masuk
gerobak.

10
 Panjang rumah tanaman maksimum sebaiknya 50 meter dan lebar total maksimum 50 meter untuk
distribusi udara yang bagus.
 Tinggi tepian atap untuk tipe segitiga minimum 1,7 meter dengan tinggi atap segitiga minimum
Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura Volume 4 / Nomor 2 / September
2016 Hal 78 2,4 meter. Terkecuali untuk tanaman dengan tinggi 2 meter maka tinggi tepian atap
harus 2,10 meter.
 Material penutup dapat menggunankan kaca, plastik polyethylene, serta kaca (fiberglass), plastik
gelombang lembaran dan kasa (screen).
c. Tempat Pengolahan Pupuk
Pengolahan pupuk yang dilakukan pada Kawasan Pertanian Terpadu di Desa Pematang Tujuh
adalah pupuk kompos berbahan dasar kotoran sapi. Dalam proses pengomposan komunal
memerlukan bangunan “Rumah Kompos” yaitu bangunan tanpa dinding, atapnya bisa dari plastik
terpal, daun kirai, plastik gelombang, genteng dan sebagainya tergantung dana yang tersedia.
Lantainya bisa tanah, semen atau paving blok. Untuk wadah pengomposan sampah organik dapat
dibuat bak atau kotak dari bambu, kayu, paving blok, bata dan sebagainya (Alex, 2015). Salah satu
bahan pembuatan kompos dapat berasal dari limbah peternakan yang mana pengelolaan limbah
peternakan sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik
pengumpulan (collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan penyimpanan
(storage) atau pembuangan (disposal). Demikian pula pemanfaatannya baik sebagai pupuk organik,
bahan bakar biogas maupun pakan ternak. Penanganan dan pemanfaatan limbah ternak merupakan
inovasi dalam pengelolaan limbah ternak (Alex, 2015).
d. Kandang Ternak Sapi
Kandang ternak sapi potong biasanya berlantai deretan balok beton, dilapisi dengan jerami sebagian
ataupun seluruhnya, dan umumnya dilengkapi dengan bilik-bilik tunggal yang ditata berjejer
menerus, dimana kandang-kandang tersebut terletak di sisi gang tempat makan. Berikut persyaratan
kandang sapi potong (Achroni, 2013):
 Udara dapat keluar masuk kandang dengan lancer

 Terang dan cukup sinar matahari pagi.

 Atap sebaiknya dibuat tinggi, untuk sirkulasi udara menjadi baik, temperatur tidak panas dan sinar
matahari dapat masuk ke kandang.
 Kandang diusahakan selalu bersih dan kering.

11
 Ketersediaan air yang cukup.

 Lantai dibuat miring ke arah saluran pembuangan (5˚).

 Konstruksi kandang kuat.

 Kandang sebaiknya dibuat lebih tinggi daripada lahan sekitar (20 - 30 cm) dengan tujuan agar
drainase kandang dapat berfungsi dengan baik, dan menghindari genangan air pada waktu hujan.
 Tidak mengganggu fungsi lingkungan.

 Drainase dan saluran pembuangan limbah baik. serta mudah dibersihkan

 Kandang isolasi dan karantina diberi jarak sekurang-kurangnya 10 meter dari kandang atau
bangunan lainnya, dengan tinggi tembok pembatas 2 meter.
 Kandang dan bangunan lainnya terletak di samping atau belakang rumah peternak dengan jarak
minimal 10 meter.
 Sebaiknya letak bangunan kandang diatur berdasarkan urutan kerja sehingga kegiatan
pemeliharaan sapi dapat lebih efisien.
 Di daerah beriklim tropis, sebaiknya kandang di desain terbuka atau tanpa dinding.

 Dekat dengan sumber pakan.

 Relatif jauh dari jalan umum.

 Jika terdapat tempat pengolahan pupuk, sebaiknya diletakan dekat dengan area pengolahan pupuk

12
13
Fungsi yang terdapat pada Kawasan Pertanian Terpadu di Desa Pematang Tujuh terdiri dari fungsi
utama yang mewadahi kegiatan pertanian yang mencakup kegiatan budidaya pertanian hortikultura
(sayur mayur) dan palawija (padi dan jagung), peternakan dan pengolahan pupuk serta kegiatan
distribusi hasil pertanian dengan pelaku kegiatan kelompok tani (petani, peternak dan pengolah
pupuk). Fungsi pendukung yakni kegiatan pendidikan pada fasilitas pertanian terpadu dengan
kegiatan pendidikan dalam bidang pertanian, yang diperuntukan untuk masyarakat umum seperti
paket study tour untuk anak sekolah, pelatihan untuk petani, dan lain-lain. Fungsi pendidikan
memberi kemudahan akomodasi bagi pengunjung dengan menyediakan fasilitas akomodasi berupa
mess untuk peserta pendidikan, serta kafetaria dengan pelaku kegiatan masyarakat umum (petani,
pelajar dan lain-lain).

14
III. PENUTUP

Sistem pertanian terpadu merupakan komponen yang sangat penting dan sentral di
dalam konsep ecovillage. Salah satu syarat dalam pelaksanaan pertanian terpadu adalah
harus secara ekologi dapat diterima dan meminimumkan limbah (zero waste). Pertanian
terpadu mengurangi resiko kegagalan panen, karena ketergantungan pada suatu komoditi
dapat dihindari dan hemat ongkos produksi.
Kawasan pedesaan pada dasamya mempunyai-peranan yang sangat pent bagi
kelangsungan hidup dan kehidupan kita sebagai bangsa, baik dipandang darl sisi ekonomi,
sosial maupun Iingkungan. Dari sisi ekonomi, kekayaan sumber daya alam pedesaan
merupakan modal dasar yang dapat digunakan untuk mendrong peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Dari sisi sosial. keberadaan kawasan pedesaan mampu mendorong terbentuknya
komunitas masyarakat dengan social capital yang kuat yang dilandaskan pada pewarisan
norma-norma, nilai-nilai moral dan etika. Dari sisi lingkungan, keterkaitannya cukup jelas
karena keberadaan kawasan lindung akan selalu berada atau overlap dengan kawasan
pedesaan. Oleh karena itu dengan Sistem Pertanian Terpadu yang konsisten dapat menjadi
salah satu unsur kuat dalam Pembangunan Perdesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Surahman, Memen, Sudrajat._______. Sistem Pertanian Terpadu. Departemen Agronomi


dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Bogor.

15
Dwijatenaya, IBMA, Ince Raden. 2016. Pembangunan Pedesaan Dan Kemitraan
Agribisnis: Suatu Model Pemberdayaan Masyarakat untuk Kesejahteraan. LPPM
UNIKARTA PRESS. Tenggarong.

Arimba, I Wayan. 2016. Beberapa Model Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu Yang
Berkelanjutan. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Udayana. Denpasar.

Nurcholis, M, Supangkat.2011. Pengembangan Integrated Farming System Untuk


Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Nasional Budidaya
Pertanian| Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.
Bengkulu

Andina Syafrina.2016. Kawasan Pertanian Terpadu Di Desa Pematang Tujuh Kabupaten


Kubu Raya . Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura. Volume
4 (2) hal. 75 – 91.

16

Anda mungkin juga menyukai