OLEH:
KELOMPOK 3
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas segala rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam
Rakyat. Makalah ini telah diupayakan agar dapat sesuai apa yang diharapkan dan
Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar kiranya
kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan
segala kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga apa yang kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan
makalah yang penulis buat ini mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Esa
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian dan peternakan merupakan suatu hal yang sangat penting
Saat ini telah dikembangkan suatu sistem pertanian terpadu yang mamadukan
antara sektor pertanian dan peternakan. Sumber daya alam berupa lahan pertanian
kesejateraan petani-peternak.
Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan
yang berkelanjutan.
Salah satu contoh bentuk penerapan pola integrasi tanaman ternak adalah
pada sistem integrasi pertanian kelapa sawit dengan sapi Bali. Pola ini sangatlah
menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini
sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan
untuk pupuk, dan limbah pertanian digunakan untuk pakan ternak. Integrasi
hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang
Rumusan Masalah
3. Bagaimana pola integrasi tanaman ternak antara kelapa sawit dan sapi
bali?
Tujuan
3. Mengetahui pola integrasi tanaman ternak antara kelapa sawit dan sapi bali
PEMBAHASAN
Integrasi Tanaman-Ternak
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan
pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena
untuk pakan ternak. Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan
tanaman diharapkan petani dapat memperoleh hasil usaha yang optimal, dan
dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan
2. Mengurangi resiko
7. Meningkatkan output
keselarasan antara sumber daya alam baik pertanian organik dan pertanian intensif
dengan sumber daya manusia, dan lingkungan. Sistem integrasi yang dilakukan
dengan beberapa pendekatan dan strategi juga berfokus pada manfaat dalam
peternak (Hasan, dkk., 2018). Pendekatan dan strategi ini diharapkan dapat
dikembangkan adalah sapi bali. Sapi bali merupakan ternak lokal dengan jumlah
populasi paling tinggi dibanding jenis sapi lainnya. Sapi bali disukai oleh peternak
tinggi, cepat beranak, memiliki potensi sangat baik dalam menghasilkan daging
dengan karkas yang cukup tinggi mencapai 46-50%. Selain itu, sapi bali juga
memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan baru, sehingga sering
akan tetapi petani pada umumnya masih memelihara sebagai usaha sambilan
maka usaha ini hanya akan ditujukan sebagai tabungan, sehingga manajemen
sistem semi intensif (Budianto dkk., 2016) dimana ternak dikandangkan dan
tertentu. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan antara lain terjadi keseimbangan
antara nutrisi yang kita atur melalui pemberian di dalam kandang dengan nutrisi
masalah yang nyata terjadi. Lahan subur terus dikonversi penggunaan non
pertanian, sedangkan untuk menambah lahan baru tidaklah mudah, bahkan lahan
2018). Tingginya tingkat eksploitasi lahan dan peralihan fungsi lahan dari tujuan
penggunaan pupuk secara berimbang, mengingat di satu sisi harga jual produksi
pertanian yang sangat fluktuatif dan cenderung merugikan petani dan di sisi lain
peternakan yang disebut dengan Crop Livestock System (CSL) (Hasan, dkk.,
2018). Sistem ini, berorientasi pada sistem produksi tanpa limbah atau zero waste
production system. Artinya dalam sistem ini dilakukan pemanfaatan limbah sisa
hasil dari kedua komoditi secara maksimal untuk kepentingan kedua komoditi
tersebut.
Pertanian (Kemtan), lahan sawit Indonesia yang tercatat tahun 2018 yaitu seluas
14,03 juta hectare. Namun hal tersebut belum menjamin penerapan sistem ini
secara maksimal. Sistem ini masih belum banyak diterapkan oleh pihak negara
sawit mereka.
mana kombinasi dari dua komoditas dapat disinergikan agar dapat secara optimal
memanfaatkan lahan yang sama. Kedua komoditas, bila terintegrasi dengan baik
2009). Terintegrasinya usaha sapi potong dan perkebunan sawit dapat mengurangi
biaya lahan dan pakan serta meningkatkan kapasitas tampung sehingga skala
usaha menjadi besar dan makin efisien. Efisiensi menjadi lebih baik karena
menggunakan input tenaga kerja secara bersama untuk usaha sapi potong dan
perkebunan kelapa sawit. Sistem ini juga dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan
memanfaatkan limbah industri kelapa sawit sebagai bahan baku pakan pada usaha
penggemukan sapi potong serta pemanfaatan pupuk kandang untuk tanaman
yang terdiri dari tanaman kacang-kacangan, rass yang tumbuh secara alami, daun
lebar dan pakis (Ayob dkk., 2009). Spesies tersebut dianggap sebagai gulma yang
secara manual. Namum di sisi lain, ini adalah sumber pakan potensial karena
hasil, palatabilitas, dan nilai gizinya mencukupi untuk ternak. Di bawah kondisi
yang tepat dan manajemen yang sistematis, ternak dapat digunakan secara efektif
bawah dan kelapa sawit. Penggunaan herbisida yang dikurangi ramah lingkungan,
volume penggunaan bahan kimia yang lebih rendah dan mengurangi tenaga kerja
Kesimpulan
tanaman) untuk pakan dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku
Rekomendasi
ternak sapi lokal saja. Contohnya sapi bali, yang umumnya memiliki daya
adaptibilias yang tinggi daya reproduksi sangat baik, dan mampu memanfaatkan