Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SISTEM PRODUKSI TERNAK BERKELANJUTAN

“Peternakan Terpadu (Peternakan dan Perikanan)”

Oleh

Kelompok 3

ISMAIL AL FIKRI 200110160225

FACHRIZAL PUTRA K. 200110160237

SHOFIYYA AULIA K. 200110160242

MUHAMMAD REFAH 200110160243

JAKA SHANKALYANA W. S. 200110160246

ZELIG SUTAN W. 200110160248

TAUFIQ NUGRAHA S. 200110160249

CANDRIKA ARENGGARAYA 200110160292

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2019
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada revolustri industri 4.0 pelaksanaan pembangunan nasional tidak

hanya pada sektor – sektor industri atau semacamnya. Pertanian juga merupakan

sektor dalam menuju pembangunan nasional. Banyak jenis usaha yang dapat

dilakukan untuk memajukan tingkat ekonomi melalui sektor pertanian dan

peternakan. Mengkolaborasikan pertanian dan peternakan dengan bidang tertentu

dapat dihasilkan manfaat yang lebih besar lagi. Dunia pertanian (kehutanan,

perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan) merupakan usaha yang

mampu memberi nilai ekonomis dan meningkatkan kemantapan swasembada

produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan usaha

pertanian saat ini kebanyakan masih dilaksanakan secara parsial sehingga

eksplorasi usaha yang dapat saling mendukung tidak dapat optimal. Pelaksanaan

usaha pertanian yang saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha

yang akan saling melengkapi dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya

terjadi.Dalam rangka menghadapi persaingan pasar yang semakin terbuka secara

Nasional dan Internasional di era globalisasi ini, dimana konsumen mengharapkan

adanya produk pertanian yang kandungan residu bahan kimianya rendah bahkan

nol, maka petani dituntut untuk merubah pola pertaniannya. Pola pertanian yang

dapat diterapkan adalah Pertanian Berkelanjutan dengan sistem pertanian Organik.

Lahan pertanian saat ini secara umum sudah pada tingkat yang sangat serius,

sehingga upaya pemulihan tingkat kesuburan tanah dengan pemakaian bahan

organik adalah mutlak harus dilaksanakan secara serentak dalam bentuk Gerakan

Massal.
Trend pertanian organik di Indonesia, mulai dikenalkan oleh beberapa

petani yang sudah mampu dan memahami keunggulan sistim pertanian organik

tersebut. Beberapa ekspatriat yang sudah lama hidup di Indonesia, memilki lahan

yang luas dan ikut membantu mengembangkan aliran petani organik tersebut ke

penduduk sekitarnya, pertanian organik di Indonesia baru dimulai sejak 4-5 tahun

yang lalu, jauh tertinggal dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.

Namun petani di Indonesia Juga semakin termotivasi juga untuk mengembangkan

system pertanian terpadu yang di dalamnya menerapkan sistem pertanian organik.

Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan potensi energi

sehingga dapat dipanen secara seimbang. pertanian melibatkan makhluk hidup

dalam suatu atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu

serta jangka waktu tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada

peningkatan bahan organik dalam tanah, penyerapan karbon lebih rendah

dibanding pertanian konvensional yang menggunakan pupuk nitrogen dan

sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi secara efektif dan

efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu kawasan.

Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan

maupun perikanaan.

Keberadaan sektor- sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut

memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan

menjadi limbah dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi

produksi akan tercapai. Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian

terpadu adalah petani akan memiliki beragam sumber penghasilan. Sistem

pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi tanaman dan polikultur. seorang

petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak kambing atau ayam dan juga
menanam sayuran dan juga memanfaatkan di sekililing atau batas batas sawah

untuk tanaman kehutanan. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat digunakan

sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi.

Pola pertanian terpadu sendiri merupakan suatu pola yang

mengintegrasikan beberapa unit usaha dibidang pertanian yang dikelola secara

terpadu, berorientasi ekologis sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi,

tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi. Melalui pertanian terpadu, akan

dapat dihasilkan produk-produk pertanian, perkebunan dan peternakan melalui

sinergitas antar unit dengan mengedepankan kelestarian lingkungan yang

selanjutnya akan menghasilkan peningkatan secara ekonomis karena penambahan

nilai daya dan guna melalui efisiensi dan efektifitas tinggi serta nilai produktifitas

usaha yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu sistem natural farming?

2. Apa itu sistem organik farming?

3. Apa itu sistem urban farming?

4. Apa itu sistem integrated farming?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Memahami dan mengetahui tentang sistem natural farming.

2. Memahami dan mengetahui tentang sistem organik farming.

3. Memahami dan mengetahui tentang sistem urban farming.

4. Memahami dan mengetahui tentang sistem integrated farming.


II

URAIAN PERMASALAHAN

Sistem peternakan terpadu (peternakan dengan perikanan) dalam kerangka

usaha tani tradisional adalah pemanfaatan sumber daya lahan, tenaga kerja, dan

modal secara optimal yang dapat menghasilkan produk yang lebih efisien.

Urbanisasi yang melanda dunia tidak hanya menyangkut masalah tempat tinggal

akan tetapi dalam penyediaan makanan. Sistem pertanian terpadu konvensional

sudah banyak diterapkan oleh petani di masa lalu, namun saat ini sudah banyak

ditinggalkan. Tumpang sari antara peternakan ayam dan balong ikan dimana

kotoran ayam yang terbuang dimanfaatkan sebagai pakan ikan.

Kesulitan dalam sistem ini adalah pengolahan lahan yang harus di buat

demikian rupa agar pemanfaatan antara kedua variabel dapat berjalan dengan

baik. Selain itu permintaan pasar yang semakin mendorong industri – industri

peternakan untuk memproduksi dalam produksi dengan jumlah besar

mengakibatkan kebutuhan lahan yang dipakai secara optimal untuk memenuhi

kebutuhan pasar yang naik.

Lahan yang semakin lama jadi berkurang diakibatkan meningkatnya

kebutuhan akan bahan pangan lain, serta penataan kota yang tidak strategis

mengakibatkan sistem peternakan terpadu tidak dapat berjalan dengan baik.


III

PEMBAHASAN

3.1 Natural Farming (Kandang Longyam)

Natural farming adalah sebuah metode atau cara dalam mengolah

pertanian (juga didalamnya peternakan dan perikanan) secara alami. Cara ini

dapat membantu dalam menjaga serta melestarikan alam. Beberapa ikan air tawar

yang dapat dipelihara dengan ayam, atau longyam antara lain: lele, mas, nila

gurami tawes, dll. Model pemeliharaan diversifikasi ini, bisa menimbulkan

dampak yang fatal terhadap kelangsungan usahatani tersebut. Oleh karena itu

perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, kandang ayam tidak boleh menutupi

seluruh permukaan kolam. Kandang seperti itu dapat menghalangi sinar matahari

ke dalam air. Keadaan ini menyebabkan tidak terjadi fotosintesa dan suhu air

menjadi rendah. Air yang bersuhu rendah bisa menjadi penyebab timbulnya

penyakit

Pembangunan kolam ikan dibawah kandang pun perlu perencanaan dan

tidak asal-asal. Bila ketinggian kandang dari dasar cukup tinggi, kolam ikan dapat

dibangun dibagian bawah kandang. Bila ketinggian kandang ayam cukup rendah,

kolam ikan sebaiknya dibangun di samping kandang ayam bukan di bagian

bawahnya. Hal ini bertujuan agar udara di sekitar kandang lancar dan tidak

mengganggu ternak ayam yang dipelihara.

Sebenarnya beberapa jenis ikan yang lain dapat digunakan untuk

pemeliharaan ikan di kolam bawah kandang ayam. Sebut saja ikan air tawar lain

seperti nila, patin, dan mujaer. Namun penanganannya lebih intensif dan lebih

rumit ketimbang pemeliharaan ikan lele.

Keuntungan budidaya ikan lele sebagai usaha sampingan beternak ayam:


 Pembelian pelet dan pakan bisa dikurangi karena sudah ada pakan

pengganti

 Pakan ikan lele selalu ada tidak harus menunggu jam makanya

 Tidak khawatir dengan masalah pakan ikan lele sehari-hari

 Keuntungan bertenak lele lebih besar karena kita tidak harus rutin

memberi pelet setiap harinya

Kekurangan, masalah, dan solusi budidaya ikan lele sebagai usaha sampingan

beternak ayam:

 Bau yang kurang sedap dari kotoran ayam. Cara mengatasinya dengan cara

pengairan pada kolam harus lancar.

 Penyakit gampang terjangkit pada ikan lele jika kotoran ayam mengendap.

Cara mengatasinya dengan mengatur jumlah ayam di kandang,

memperluas kolam, dan memperlancar aliran air.

 Limbah air buangan dari kolam ikan

Syarat pembuatan kandang sistem longyam:

 Jarak antara lantai atau dasar kandang dengan permukaan air minimum

150 cm.

 Luas kolam tergantung lahan yang ada, jika menggunakan ikan nila bisa

dibuat sekat dikolam untuk ditanami azolla. Azolla berprotein tinggi

(23,14%) bisa sebagai tambahan ransum pakan ayam hingga 10-20%.

(fermentasi kohe ayam, Azolla, singkong rebus dan tambahan enzim

mempercepat ikan nila ukuran 7-9 ekor perkg dalam waktu singkat 60-75

hari.
 Kolam wajib memiliki pintu masuk dan keluar air. Debit air minimum 2-5

liter permenit untuk ukuran kolam 10m -5m dan 5-7 liter air permenit

untuk kolam 20m-5m.

 Kolam wajib menggunakan sistem central drain untuk meminimalisir

pertumbuhan amoniak pada air kolam. Amoniak yang berlebihan kualitas

air akan menurun.

Contoh dari natural farming adalah ekosistem yang ada disawah, dimana

didalamnya ada ikan, bebek, dan padi yang sama – sama menguntungkan untung

flora dan fauna yang ada di ekosistem sawah.

3.2 Organic Farming

Pemeliharaan Peternakan organik tentunya berbeda dengan peternakan

konvensional, karena pada peternakan organik tidak digunakannya bahan bahan

sintetis yang bukan dari alam. Bahan bahan tersebut meliputi vitamin, obat

obatan, dan antibiotik. Sistem peternakan organik menggunakan fitofarmaka dan

probiotik organik sebagai pengganti fungsi dari bahan bahan sintetis yang tidak

digunakan.

Dengan Menggunakan sistem peternakan organik pada kombinasi

peternakan – perikanan, tentunya memiliki banyak kelebihan dibandingkan sistem

peternakan konvensional, diantaranya:

1. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat mengakibatkan naiknya

permintaan akan produk – produk pangan organik.

2. Dengan menggunakan bahan bahan organik, dapat menekan biaya yang

dibutuhkan untuk satu periode pemeliharaan.


3. Kualitas daging yang dihasilkan akan jauh lebih tinggi dari ayam yang

dipelihara secara konvensional

Penggunaan fitofarmaka di sistem peternakan organik menjadi sangat

penting dalam sistem ini, karena dapat menjadi substitusi bahan bahan sintetis

yang biasa digunakan dalam pemeliharaan ayam. Fitofarmaka yang biasa

digunakan pada peternaka ayam antara lain :

1. Kunyit, Komponen utama yang berkhasiat yaitu minyak atsiri dan zat

warna kuning (kurkuminoid). Zat aktif dalam ekstrak kunyit dapat

mempercepat proses metabolisme nutrisi melalui rangsangan kerja enzim

pencernaan, serta peningkatan sekresi kelenjar empedu untuk

mempercepat pemecahan nutrisi. Efeknya, lambung lebih cepat kosong

dan nafsu makan ayam meningkat.

2. Daun Sirih (Piper betle Linn.) mengandung zat antibakteri dan dapat

menurunkan kadar kolesterol daging.

3. Bawang putih (Allium sativum). Bawang putih merupakan salah satu

bahan antioksidan yang dapat meminimalisir terjadinya stres oksidatif

(kondisi dimana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas).

Stres oksidatif dapat dicegah dan dikurangi dengan asupan antioksidan

yang cukup dan optimal ke dalam tubuh. Pemberian ekstrak bawang putih

dalam ransum ayam juga dapat mempercepat pertumbuhan,

mempertahankan daya tahan tubuh, meningkatkan sistem kerja organ

pencernaan sehingga penyerapan makanan lebih optimal (Siti Dharmawati,

2013).

4. Daun Nimba (Azadirachta indica) Daun Nimba telah diteliti memiliki

kandungan aktif yang bermanfaat sebagai antibakteri dengan perannya


merusak dinding sel bakteri sehingga menghambat pertumbuhannya.

Selain itu, daun Nimba juga memiliki sifat pembasmi radikal bebas atau

antioksidan. Ekstrak daun Nimba juga bisa berperan sebagai

hepatoprotektor dalam melindungi hati dari kerusakan (nekrosis hati)

(Alzohairy, 2016).

Contoh dari organic farming adalah membiarkan hewan ternak mencari

makanannya sendiri di padang rumput, hanya diberikan batas pagar di

sekelilingnya.

3.3 Urban Farming

Urban farming adalah praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan

pangan di atau sekitar kota. Urban farming juga bisa melibatkan peternakan,

budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura. Dalam arti luas, pertanian urban

mendeskripsikan seluruh sistem produksi pangan yang terjadi di perkotaan. Pada

praktiknya pertanian Urban Farming saat ini di kota kota besar mengarah pada

pembangunan pertanian yang mempunyai nilai estetik dan mempunyai nilai

manfaat lebih luas untuk psikologi dan lingkungan.

Urban farming dalam bidang peternakan merupakan segala kegiatan yang

berhubungan dengan cara memproduksi ternak di wilayah perkotaan. DKI Jakarta

merupakan salah satu wilayah dengan segala kekhasannya dalam pengembangan

ternak. Telah diatur dalam Perda Provinsi DKI Jakarta No.4 tentang Pengendalian

Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, bahwa penyakit flu burung (Avian

Influenza) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dinyatakan sebagai

Kejadian Luar Biasa sehingga perlu segera dilakukan langkah-langkah

pengendalian secara menyeluruh terhadap pemeliharaan dan peredaran unggas.


Oleh karena itu, berdasarkan Perda tersebut, maka perlu adanya alternatif lain

dalam pengembangan ternak di wilayah perkotaan, khususnya Jakarta.

Kelinci merupakan ternak yang sangat sesuai untuk dipelihara di wilayah

perkotaan, terutama sebagai pengganti daging sumber protein untuk pengganti

ternak unggas (ayam buras) yang sudah dilarang pemeliharaannya di DKI Jakarta.

Berdasarkan penelitian, disebutkan bahwa daging kelinci mempunyai protein yang

lebih tinggi dibandingkan ayam, sapi, domba dan bahkan babi. Berikut mengenai

kandungan gizi daging kelinci dan ternak lainnya:

Pemeliharaan ternak kelinci tidak memerlukan areal yang luas, sehingga

dapat dipelihara di pekarangan rumah, dibutuhkan sekitar 2m2 untuk memelihara

5-10 ekor kelinci. Hal yang perlu diperhatikan dalam penempatan kandang kelinci

antara lain : a) posisi kandang ditempatkan pada lahan datar, hal ini mengurangi

dampak buruk yang disebabkan oleh angin, b) lokasi kandang sebaiknya berjarak

10-20m dari tempat tinggal untuk memudahkan pengontrolan, c) sinar matahari

pagi sangat penting untuk kelinci, d) mempunyai ventilasi yang baik sehingga

kelinci tidak merasa panas, dan e) keberadaan kandang terjaga dan nyaman, yaitu

berkisar pada suhu 15-220C. Selain itu, kebersihan kandang merupakan faktor

utama yang mutlak harus diperhatikan.


Urban farming dalam bidang perikanan merupakan segala kegiatan yang

berkaitan dengan pengelolaan sumber daya perairan. Dalam skala perkotaan,

usaha perikanan bukan mustahil untuk dilakukan. Jenis ikan yang dapat

dibudidayakan di perkotaan antara lain: ikan air tawar (lele, nila, patin) dan ikan

hias. Terdapat metode dan teknik sehingga ruang yang terbatas pun tetap dapat

termanfaatkan untuk kegiatan perikanan. Inovasi teknologi yang aplikatif di

masyarakat antara lain:

a. Integrasi ikan dan tanaman. Budidaya ikan juga dapat diintegrasikan

dengan komoditas lain seperti sayuran, atau dapat disebut dengan sistem

akuaponik. Pada budidaya akuponik, nitrat dan pospat yang merupakan

limbah dari budidaya ikan dapat diserap dan digunakan sebagai pupuk

oleh tanaman akuatik sehingga menurunkan konsentrasi cemaran (N dan

P) serta meningkatkan kualitas air. Sistem ini sangat sesuai aplikasinya di

masyarakat perkotaan karena dapat diterapkan di pekarangan rumah,

hemat air, hemat tenaga, hemat waktu, hemat pupuk dan hasilnya pun

sehat (non pestisisda). Selain itu, dapat pula berfungsi menambah estetika

lingkungan.

b. Sistem terpal. Dalam pembuatan kolam terpal tidak memerlukan

penggalian tanah, sehingga pengaplikasiannya akan lebih mudah, dapat

dipindah-pindah, tidak mudah terkena banjir, pembersihan kolam dan

pemanenan lebih mudah, dan kontrol terhadap kualitas dan kuantitas air

pun lebih mudah. Dalam pembuatan kolam terpal harus memperhatikan

jumlah populasinya, misalkan untuk populasi 100 ekor ikan lele,

dibutuhkan luas kolam terpal kurang lebih 2m x 1m x 0,6m (p x l x t).


Contoh dari urban farming adalah pemanfaatan gedung yang ada di perkotaan

untuk dijadikan peternakan di dalamnya seperti halnya di jepang dengan

menggunakan urban farming dengan memanfaatkan 3 lantai yang ada di dalam

gedung.

3.4 Integrated Farming

Sistem pertanian terpadu adalah sistem pengelolaan (usaha) yang

memadukan komponen pertanian, seperti tanaman, hewan dan ikan dalam

suatu kesatuan yang utuh. Definisi lain menyatakan, SPT adalah suatu sistem

pengelolaan tanaman, hewan ternak dan ikan dengan lingkungannya untuk

menghasilkan suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung tertutup

terhadap masukan luar (Preston, 2000). Sistem ini akan signifikan dampak

positifnya dan memenuhi kriteria pembangunan pertanian berkelanjutan

karena berbasis organik dan dikembangkan/diarahkan berbasispotensi lokal

(sumberdaya lokal). Tujuan penerapan sistem tersebut yaitu untuk menekan

seminimal mungkin input dari luar (input/masukan rendah) sehingga dampak

negatif sebagaimana disebutkan di atas, semaksimal mungkin dapat

dihindaridan berkelanjutan (Supangkat, 2009). Model umum SPT yang

dimaksud di atas, sebagaimana yang digambarkan oleh Preston (2000) seperti

terlihat pada Gambar. Prinsip keterpaduan dalam SPT yang harus

diperhatikan, yaitu: (1) Agroekosistem yang berkeanekaragaman tinggi yang

memberi jaminan yang lebih tinggi bagi petani secara berkelanjutan; (2)

Diperlukan keanekaragaman fungsional yang dapat dicapai dengan

mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling

melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, dan bukan

hanya kestabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas sistem


pertanian dengan input yang lebih rendah; (3) Dalam menerapkan pertanian

berkelanjutan diperlukan dukungan sumberdaya manusia, pengetahuan dan

teknologi, permodalan, hubungan produk dan konsumen, serta masalah

keseimbangan misi pertanian dalam pembangunan; (4) Pemanfaatan

keanekaragaman fungsional sampai pada tingkat yang maksimal yang

menghasilkan sistem pertanian yang kompleks dan terpadu yang

menggunakan sumberdaya dan input yang ada secara optimal; (5) Menentukan

kombinasi tanaman, hewan dan input yang mengarah pada produktivitas yang

tinggi, keamanan produksi serta konservasi sumberdaya yang relatif sesuai

dengan keterbatasan lahan, tenaga kerja dan modal.


Sistem ini membentuk suatu agroekositem yang masif. Agroekosistem dengan

keanekaragamnnya tinggi seperti ini akan memberi jaminan keberhasilan usaha

tani yang lebih tinggi. Keanekaragaman fungsional bisa dicapai dengan

mengkombinasikan spesies tanaman dan hewan yang memiliki sifat saling

melengkapi dan berhubungan dalam interaksi sinergetik dan positif, sehingga

bukan hanya kestabilan yang dapat diperbaiki, namun juga produktivitas sistem

pertanian dengan input yang lebih rendah. Kelebihan sistem ini, antara lain input

dari luar minimal atau bahkan tidak diperlukan karena adanya daur limbah di

antara organisme penyusunnya, biodiversitas meningkat apalagi dengan

penggunaan sumberdaya lokal, peningkatan fiksasi nitrogen, resistensi tanaman

terhadap jasad pengganggu lebih tinggi dan hasil samping bahan bakar biogas

untuk rumah tangga (Rodriguez and Preston 1997 cit. Preston, 2000). Dikatakan

pula bahwa SPT memiliki keuntungan baik aspek ekologi maupun ekonomi.

Keuntungan yang dimaksud, yaitu lebih adaptif terhadap perubahan (habitat lebih

stabil), ramah lingkungan (UTARA/usaha tani ramah lingkungan), hemat energi


(tidak ada energi yang terbuang), keanekaragaman hayati tinggi, lebih resisten,

usaha lebih diversifikatif (risiko kegagalan relatif rendah), diversifikasi produk

lebih tinggi, produk lebih sehat (minimalisasiresidu senyawa berbahaya),

keberlanjutan usaha tani lebih baik, serapan tenaga kerja lebih baik dan

sinambung (Sutanto, 2002; Supangkat, 2009). Sistem seperti ini ternyata juga

mampu memperbaiki produktivitas padi di lahan petani. Kalau biasanya hanya 5-6

ton/hektar dapat meningkat menjadi 7,6-8 ton/hektar (Agus, 2006). Produktivitas

cabai besar dapat ditingkatkan dari 0,5 kg/tanaman menjadi 0,7 kg/tanaman

(Nurcholis dkk., 2010). SPT akan lebih handal apabila komponen penyusunnya

merupakan sumberdaya lokal sehingga keberlanjutannya lebih terjamin. Misal,

komponen tanaman bersumber dari varietas lokal karena varietas ini lebih

responsif terhadap lingkungan tumbuhnya sehingga tidak memerlukan masukan

energi tinggi dari luar dan lebih tahan atau lebih mampu menyesuaikan terhadap

perubahan lingkungan yang terjadi (fisik, kimia, hayati maupun

ekonomi).Sedangkan, benih/bibit hibrida memiliki kelemahan, antara lain tidak

mampu beradaptasi secara optimal dengan agroklimat lokal, menurunkan vigor

dalam persilangan murni, seringkali benih hasil rekayasa tidak terbebas dari bibit

hama dan penyakit dan menciptakan ketergantungan petani terhadap benih buatan

pabrik setiap musim tanam (Goering, 1993 dalam Salikin, 2003). SPT lebih

familiar dengan kultur lokal mengingat sistem ini sebenarnya telah dikembangkan

secara konvensional oleh petani Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu,

penerapan sistem ini secara kultural tidak mengalami hambatan. Secara umum,

penerapan SPT berbasis potensi lokal akan mampu menopang keberlanjutan

pembangunan pertanian berkelanjutan baik pada tingkat mikro, meso

(kabupaten/provinsi) mapun makro (nasional). Dampak positif penerapan sistem


ini lebih dominan dibandingkan dampak negatifnya, baik ditinjau dari aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan karena sistem ini sejalan dengan konsep

conserving while using (Suprodjo, 2009).


IV

KESIMPULAN

1. Natural farming adalah sebuah metode atau cara dalam mengolah

pertanian (juga didalamnya peternakan dan perikanan) secara alami. Cara

ini dapat membantu dalam menjaga serta melestarikan alam.

2. Organic farming adalah metode atau cara mengolah pertanian dimana

tidak digunakannya bahan bahan sintetis yang bukan dari alam. Sistem

peternakan organik menggunakan fitofarmaka dan probiotik organik

sebagai pengganti fungsi dari bahan bahan sintetis yang tidak digunakan.

3. Urban farming adalah praktik budidaya, pemrosesan, dan disribusi bahan

pangan di atau sekitar kota. Urban farming dalam bidang peternakan

merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan cara memproduksi

ternak di wilayah perkotaan.

4. Integrated farming adalah sistem pengelolaan (usaha) yang memadukan

komponen pertanian, seperti tanaman, hewan dan ikan dalam suatu

kesatuan yang utuh.


DAFTAR PUSTAKA

Alzohairy. 2016. Therapeutics Role of Azadirachta indica (Neem) and Their


Active Constituents in Diseases Prevention and Treatment. Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine Volume 2016, Article
ID 7382506, 11 pages.

Dharmawati, Siti. 2013. Penambahan tepung bawang putih (allium sativum l)


sebagai feed additif dalam ransum terhadap penampilan ayam pedaging.
Jurnal Ilmu ternak, Vol 38, No 3 (2013).

Majalah Poultry Indonesia, 2002. Bawang Putih, Alternatif Suplemen Antimiroba


AyamPedaging.http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=N
ews&file=article&sid=879. Di akses tanggal 25 Oktober 2019.

M. Nurcholis dan G. Supangkat. 2011. Pengembangan Integrated Farming


System Untuk Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Prosiding
Seminar Nasional Budidaya Pertanian. Bengkulu.

Pertanyaan dan jawaban

1. Azmi (180074)

Sebutkan contoh natural farming selain yang sudah di sebutkan ?

Jawab : Salah satu contoh natural farming selain yang disebutkan adalah

pemeliharaan bebek dan ikan di dalam ekosistem persawahan. Dengan padi

mendapatkan nutrisi dari kotoran bebek dan ikan yang menjadi pupuk alami dan

bebek dan ikan yang mendapat makanan dalam ekosistem persawahan tersebut.

2. Fadila (180177)

Contoh budidaya perikanan terpadu pada urban farming ?


Jawab : salah satunya ada di mall TSM Bandung ada market yang menjual ikan

dari hasil breeding di bagian lantai atas marketnya tersebut, dari yang awalnya

hanya satu aquarium sekarang sudah 3 aquarium tambahan yang di pakai.

3. Anisa (180035)

Kriteria ikan yang dapat diintegrasi dengan peternakan mengapa hanya bisa ikan

air tawar ?

Jawab : sebetulnya tidak hanya ikan air tawar saja, tetapi ikan-ikan dari lautpun

bisa di gunakan akan tetapi ikan air tawar mudah didapatkan dan penggunaanya

mudah sedangkan penggunaan ikan hias terlalu berlebihan karena dapat memakai

biaya yang lebih mahal.

4. Malkan (160165)

Apakah sistem natural farming masih dapat diterapkan di era modern seperti

sekarang ini?

Jawab : masih sangat mungkin karena untuk negara berkembang seperti indonesia

ini masyarakat di pedesaan lebih memilih cara natural farming karena lebih

menghemat biaya. Dan juga sekarang di negara-negara maju masyarakatnya lebih

memilih untuk membeli makanan yang berasal dari natural farm dan harganya

lebih mahal dari pada yang menggunakannya tidak dengan natural farm.

Anda mungkin juga menyukai