Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU

Oleh :

SAPARUDDIN
60700119054

Dosen Pengampuh:

Astati, S.Pt.,M.S.i

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep dan pemikiran sistem integrasi ternak-tanaman dalam
menunjang kebijakan pengembangan sistem agribisnis peternakan menjadi
sangat penting dalam upaya meningkatkan produktivitas pertanian secara
terpadu. Peranan peternakan dalam ekosistem mempunyai posisi yang
cukup penting dengan adanya keuntungan-keuntungan sampingan seperti
produksi pupuk kandang yang mutlak dibutuhkan dalam melestarikan
tanah sebagai basis ekologi, disamping menunjang sektor kehidupan
sebagai produsen hewani dan tenaga kerja.
Salah satu penerapan dari konsep ini adalah Sistem Usahatani
Berkelanjutan (Integrated Farming System) yaitu suatu sistem usahatani
yang didasarkan pada konsep daur ulang biologis (biological recycling)
antara usaha pertanaman, perikanan, dan peternakan. Usahatani berbasis
tanaman memberikan hasil samping berupa pakan bagi usahatani
perikanan dan peternakan. Demikian pula sebaliknya, usaha perikanan dan
peternakan memberikan hasil samping berupa pupuk bagi usahatani
tanaman.
Sistem usahatani terpadu memberikan peluang besar dalam
meningkatkan dan memantapkan ketahanan pangan serta pendapatan
petani. Lebih lanjut apabila dalam suatu sistem usahatani terpadu
dirancang keterkaitan yang mutualistis antar jenis usahatani, akan lebih
menguntungkan, baik secara ekonomi, teknis dan lingkungan. Sistem
usahatani terpadu dapat mengurangi risiko kegagalan panen, karena
ketergantungan pada satu komoditi dapat dihindari, dan hemat ongkos
produksi. Untuk mengoptimalkan kelangsungan usaha tani, keluarga
petani harus memilih dan memadukan tanaman dan hewannya sedemikian
rupa, sehingga usahatani sebagai suatu keseluruhan terpadu menjadi lebih
dari sekedar kumpulan organisme perseorangan di dalamnya.
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana sistem


pertanian peternakan terpadu (Tanaman-Ternak-Ikan)?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui sistem pertanian
peternakan terpadu (Tanaman-Ternak-Ikan).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. System Pertanian Terpadu


Sistem pertanian terpadu adalah pola integrasi dua atau lebih
kegiatan pertanian dalam satu lokasi. Kegiatan dapat berupa integrase
peternakan dan pertanian. Hal ini berarti adanya keterakaitan yang erat
antara komponen tanaman dan ternak dalam satu kegiatan usaha tani. Pola
ini dianggap juga sebagai pola tanpa limbah (zero waste) karena limbah
peternakan digunakan sebagai pupuk tanaman dan limbah pertanian sebagai
pakan ternak. Penggabungan kegiatan peternakan dan pertanian dalam satu
lahan memerlukan pengaturan sedemikian rupa sehingga kedua kegiatan
berjalan dengan baik dan saling menguntungkan. Ada juga yang melakukan
integrasi peternakan dengan perikanan. Sistem pertanian terpadu ini
dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal. Sistem
pertanian terpadu dapat dikembangkan di lahan yang luas maupun lahan
yang sempit (terbatas).
Sistem pertanian terpadu merupakan sistem pertanian yang
mengintegrasikan kegiatan sub sektor pertanian, tanaman, ternak, ikan
untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sumber daya (lahan,
manusia, dan faktor tumbuh lainnya) kemandirian dan kesejahtraan petani
secara berkelanjutan. Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem
pengelolaan tanaman, hewan tenak dan ikan dengan lingkungannya untuk
menghasilkan suatu produk yang oftimal dan sifatnya cendrung tertutup
terhadap masukan luar. Pertaanian terpadu mengurangi resiko kegagalan
panen, karena ketergantungan pada suatu komoditi dapat diindari dan
hemat ongkos produksi.
Integrasi ini diwujudkan misalnya dalam ketersalinghubungan
antar usaha tanaman dan peternakan, usaha tanaman dan perikanan,
maupun usaha perkebunan dan peternakan. Integrasi yang diciptakan ini
ditujukan untuk membangun sinergi antara bidang peternakan, perikanan,
dan budidaya tanaman sehingga dapat saling mendukung, saling
memperkuat, saling ketergantungan satu sama lain, dengan memanfaatkan
secara optimal seluruh potensi sumberdaya yang dimiliki.
B. Komponen Sistem Pertanian Terpadu.
1. Manusia
Manusia sebagai mahluk hidup memerlukan energi sebagai motor
kehidupannya. Dengan integrasi Farming Sistem manusia tidak hanya
mendapatkan keuntungan finansial tetapi juga pangan sebagai
kebutuhan primer dan energi panas serta listrik..
2. Peternakan.
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan
penggerak ekonomi dalam Integrated Farming Sistem. Sumber energi
berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh lainnya, bahkan
kotoran hewan. Sangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil
penjualan ternak , telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan
kotoran).
3. Tanamam
Syarat tanaman yang dapat diusahakan adalah bernilai ekonomi
dan dapat menyediakan pakan untuk peternakan.
4. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk Integrated Farming Sistem adalah ikan
air tawar yang dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh,
tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu memanfaatkan nutrisi
yang ada dan memiliki nilai ekonomi.
C. Manfaat Sistem Pertanian Terpadu
1. Pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya
sehingga aliran nutrisi dan energi berimbang.
2. Keseimbangan energi tersebut yang dapat menghasilkan produktivitas
yang tinggi dan keberlanjutan produksi terjaga.
3. Input dari luar minimal bahkan tidak diperlukan karena adanya daur
limbah diantara organisme penyusunnya
4. Biodiversitas meningkat apalagi dengan penggunaan sumber daya
lokal.
5. Peningkatan fiksasi nitrogen, resistensi tanaman terhadap jasad
pengganggu lebih tinggi, dan hasil samping bahan bakar biogas untuk
rumah tangga.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Integrasi Ternak-Padi-Ikan
Integrasi Ternak-Padi-Ikan merupakan program yang memadukan
antara peternakan, pertanian dan perikanan. Program ini diharapkan dapat
menunjang aktivitas pertanian dan pendapatan petani. Beberapa
keuntungan yang dapat diperoleh adalah pemanfaatan kotoran ternak
sebagai bahan baku pupuk organik (kompos) sebagai pupuk padi sekaligus
pakan ikan, kotoran ikan yang dihasilkan dari pemeliharaan ikan di lahan
sawah juga dapat dijadikan pupuk bagi tanaman padi. Ikan yang dipelihara
pada lahan sawah tersebut adalah ikan nila dan padi yang ditanam adalah
junjuang.
Ternak akan berperan sebagai penyumbang bahan baku pembuatan
pupuk organik berupa kotoran ternak, pupuk organik yang telah diolah
akan dijadikan pupuk untuk padi (lahan sawah), dan ikan juga dapat
memanfaatkan pupuk tersebut sebagai pakannya karena ikan dipelihara
bersama dengan padi, selanjutnya ikan juga akan menyumbangkan
kotorannya sebagai pupuk. Sistem ini tidak lagi membutuhkan pestisida
dan pupuk kimia lainnya, jadi gabah yang dihasilkan terbebas dari bahan-
bahan anorganik.
B. Integrasi Tanaman Kelapa, Ternak Kambing dan Ikan Air Tawar
Pembangunan kebun dan sumber benih tanaman kelapa (Cocos
nucifera L) dalam secara monokultur menghasilkan pengembalian
investasi yang lama. Tanaman tahunan ini setidaknya menunggu waktu
hingga 5 tahun untuk memperoleh pemasukan dari panen. Petani masih
menunggu beberapa tahun lagi sampai dengan produksi stabil. Tumpang
sari atau integrasi tanaman kelapa dengan komoditas lain menjadi salah
satu solusi. Petani memperoleh pendapatan lain di lahan yang diusahakan
untuk tanaman kelapa. Upaya ini mungkin tidak secara langsung
meningkatkan pendapatan dari tanaman kelapa. Integrasi tanaman kelapa
dengan komoditas lain dapat meningkatkan produktivitas lahan.
Usaha pertanian terpadu kelapa dengan ternak merupakan salah
satu alternatif peningkatan produktivitas lahan. Integrasi ini dapat
mengatasi permasalahan penurunan produktivitas tanaman sela akibat
naungan. Selain itu lahan masih dapat dimanfaatkan untuk tanaman di
bawah tegakkan yang cocok dan tahan terhadap naungan. Ternak yang
dapat diintegrasikan dengan perkebunan kelapa salah satunya kambing.
Menurut Polekitan (2012) setiap perkebunan kelapa dapat ditanami
tanaman yang menghasilkan pakan ternak kambing. Setiap hektar
perkebunan kelapa menghasilkan hijauan segar dari tanaman gamal 843,35
kg/90 hari, rumput raja 9.150 kg/45 hari dan jerami jagung 8.787 kg/12
hari. Ketersediaan hijauan inicukup untuk memelihara 90 ekor kambing.
Hasilnya berupa daging 952,65 kg dan pupuk organic 8.212,5 kg yang
dapat dikembalikan ke lahan.
Penggunaan lahan yang kosong dari tanaman utama dan
dimanfaatkan untuk budidaya tidak hanya dengan tanaman saja.
Pemanfaatan lahan kosong dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar.
Budidaya ikan air tawar dapat diterapkan di lahan perkebunan tanaman
tahunan. Kolam yang digunakan dapat berupa kolam tanah, beton dan
terpal sesuai dengan pilihan proses budidaya dan kondisi lahan. Sebelum
dimanfaatkan sebagai kolam, sistem surjan di kebun harus disesuaikan
dengan jarak tanam kelapa. Baris tanaman kelapa dibuat lebih tinggi dan
ruang antar baris tanaman kelapa dibuat lebih rendah. Bagian yang lebih
rendah ini dimanfaatkan sebagai kolam air tawar. Jika integrasi berjalan
dengan baik produktivitas lahan dapat lebih tinggi karena terdapat 2 hasil
berupa kelapa dan ikan. Ikan tidak membutuhkan cahaya matahari
langsung untuk pertumbuhannya.
Integrasi kolam dan kelapa dapat memberikan keuntungan lain
terhadap tanaman kelapa karena air kolam dapat digunakan untuk irigasi
tanaman (Tripathi dan Sharma, 2018). Kandungan air di kolam ikan
memiliki sejumlah unsur hara yang dapat bermanfaat bagi tanaman.
Seperti halnya dalam system akuaponik menurut Somerville dkk. (2014)
terdapat potensi kandungan nitrogen dan unsur lain dalam limbah cair dan
padat sisa budidaya ikan. Jika limbah ini dapat dipecah oleh bakteri
heterotrofik maka akan dapat menyediakan nurtisi yang lengkap bagi
tanaman.
C. Integrasi Ternak (Sapi, Kambing) dan Ikan (Lele)
Limbah ternak yang mengganggu dan berpotensi menjadi sumber
polusi, di lain sisi usaha perikanan sangat bergantung pada pakan pellet,
apabila terjadi integrasi maka masalah limbah ternak bisa terselesaikan
dengan menghadirkan sumber pakan alami bagi usaha perikanan. Integrasi
ternak dengan ikan mungkin akan menguntungkan jika dipilih jenis ternak
dan ikan yang mampu menggunakan bahan pakan yang murah dan mudah
diperoleh. Jenis ikan yang cocok untuk diintegrasikan dengan ternak adalah
ikan mujair dan ikan lele.
Pada umumnya, ikan lele diberi makan dengan pellet. Untuk
mencari alternatif pakan lele, perlu diketahui makanan alami dari ikan lele.
Secara alami ikan lele memakan jenis zooplankton, fitoplankton, larva,
cacing-cacing, dan serangga air. Ikan ini juga menyukai makanan busuk
yang berprotein dan kotoran yang berasal dari kakus. Selain itu, makanan
tambahan juga diperlukan oleh lele, berupa sisa-sisa makanan keluarga,
daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan
bangkai.
Mengolah cacing dan kotoran hewan ternak khususnya sapi dan
kambing dapat dijadikan jalan keluar dalam membuat pakan alternatif untuk
pakan ikan lele. Cacing tanah (lumbricus rubellus) diperoleh dengan
membudidayakan dari bahan utama adalah kotoran hewan. Sedangkan
pilihan lainnya adalah langsung mengolah kotoran hewan ternak menjadi
pakan ikan lele.
Cacing tanah dipilih sebagai pakan ternak karena dilihat dari
komposisi nutrisinya memenuhi bahan baku pakan ikan dari unsur hewani.
Mengingat kandungan protein yang cukup tinggi yang bahkan lebih tinggi
dari ikan dan daging serta komposisi asam amino ensensial yang lengkap.
Atas dasar ini diperkirakan cacing tanah yang diolah menjadi pakan ikan
akan mampu memacu pertumbuhan dan menghasilkan ikan yang sehat serta
tahan terhadap serangan penyakit. Potensi penggunaan cacing tanah sebagai
bahan pakan ikan yang sebagai alternatif dari kecenderungan semakin
meningkatnya harga bahan pakan sumber protein, terutama tepung ikan dan
tepung daging. Bahkan tepung ikan dan tepung daging ini merupakan bahan
pakan yang sebagian besar masih didatangkan secara impor dari negara lain.
Oleh karena itu keberadaan bahan pakan inkonvensional seperti cacing
tanah dapat menjadi salah satu sumber protein alternative pada peternakan
rakyat (Puslitbangnak Kementerian Pertanian, 2017).
Selain penggunaan cacing tanah sebagai bahan pakan alternatif
bagi ternak ikan, ada jenis pakan alternatif lain yaitu kotoran ternak yang
jumlahnya melimpah. Sama seperti penggunaan cacing tanah, penggunaan
kotoran ternak juga akan menekan biaya produksi. Hal ini karena banyak
yang mempunyai usaha ternak seperti sapi dan kambing, dan sebagian besar
kotoran ternak tersebut belum diolah untuk tujuan dimanfaatkan kembali.
Jumlah kotoran padat (feses) dan cair (urine) yang dihasilkan masing-
masing ternak dalam sehari berbeda-beda. Perbedaan ini ditentukan oleh
kondisi dan jenis hewan serta jumlah dan jenis pakan hewan tersebut.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
System pertanian terpadu antara Tanaman-Ternak-Ikan sangat baik
untuk diterapkan dimana tidak ada limbah yang terbuang sia-sia karena akan
dimanfaatkan satu sama lain. Keuntungan dari system ini adalah
pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku pupuk organik (kompos)
sebagai pupuk padi sekaligus pakan ikan, kotoran ikan yang dihasilkan dari
pemeliharaan ikan di lahan sawah juga dapat dijadikan pupuk bagi tanaman
padi.
Dengan menerapkan system pertanian terpadu antara Tanaman-
Ternak-Ikan akan lebih meningkatkan pendapatan atau perekonomian
petani karena menghemat pengeluaran biaya dalam perawatan tanaman,
ternak maupun ikan. Dimana ternak akan berperan sebagai penyumbang
bahan baku pembuatan pupuk organik berupa kotoran ternak, pupuk
organik yang telah diolah akan dijadikan pupuk untuk padi (lahan sawah),
dan ikan juga dapat memanfaatkan pupuk tersebut sebagai pakannya
karena ikan dipelihara bersama dengan padi, selanjutnya ikan juga akan
menyumbangkan kotorannya sebagai pupuk. Sistem ini tidak lagi
membutuhkan pestisida dan pupuk kimia lainnya, jadi gabah yang
dihasilkan terbebas dari bahan-bahan anorganik.
B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah diatas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, AT and Effendi, I 2015, 'Perancangan Model Pertanian Terpadu


Tanaman-Ternak dan Tanaman-Ikan di Perkampungan Teknologi Telo,
Riau', Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy),
vol. 43, no. 2, pp. 168-78.
Lantarsih, L. 2016. Pengembangan “Mina Padi Kolam Dalam” di
Kabupaten Sleman. Jurnal Agraris. Vol. 2, no.1. 17-27.
Polakitan, D., 2012, Analisis Usahatani Terpadu Tanaman dan Ternak
Kambing di Areal Perkebunan Kelapa di Sulawesi Utara, Pastura. Vol.
2 No. 2 : 70 – 73.
Purnama, D., H. & Wenny S., M. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Tani
Melalui Pengenalan Program Integrasi Ternak-Padi-Ikan di Nagari
Ampalu Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Limapuluh Kota
Sumatera Barat. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 1
No.2: 2579-6283.
Saragih, E., W. Bernadetta, W. Listyorini. 2020. Sistem Pertanian Terpadu
Dengan Sistem Kandang Paddock Untuk Meningkatkan Pendapatan.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. (4): 133-139.
Siswati, L 2012, 'Pola pertanian terpadu ternak dan tanaman hortikultura di
Kota Pekanbaru', Jurnal Peternakan, vol. 9, no. 2.
Soeprapto, H., Mardiana, T. Y., & Yati, L. (2018). Pengelolaan Pakan Pada
Budidaya Ikan Air Tawar Melalui Penyuluhan Teknis Khususnya Ikan
Lele Dumbo (Clarias Gariepinus). Peningkatan Kualitas
Pemberdayaan Masyarakat Memasuki Era Revolusi Industri 4.0, 325–
329.
Yogi Pasca Pratama, dkk. 2019. Integrasi Usahatani Dengan Pemanfaatan
Limbah Ternak Di Desa Sapen, Mojolaban, Sukoharjo. Jurnal Berdaya
Mandiri. (1): 2685-8398.

Anda mungkin juga menyukai