Dalam proses pembelajaran tentang sistem pertanian alami, faktor penting yang perlu
ditekankan bahwa muatan pertanian alami sesungguhnya mengandalkan pada sumberdaya
lokal seperti penggunaan dan pemeliharaan bibit lokal, pemanfaatan limbah pertanian alami,
kotoran ternak, maka nilai-nilai kearifan lokal terhadap pengelolaan dan penataan
sumberdaya dengan sendirinya akan menjadi bahan dan sumber dialog ditingkatan petani dan
sekaligus menjadi cara pandang dalam sistem pertanian secara alami.
Dengan demikian, sekaligus untuk menjawab keikut sertaan dari apa yang dilakukan
oleh pihak luar sebatas diperlukan jika petani hanya memerlukan jawaban atas masalah-
masalah yang muncul berkaitan dengan persoalan-persoalan praktis di lapangan dan peran
dari pihak luar hanya untuk memfasilitasi dengan pihak lain.
1. Secara terpadu
2. Berorientasi ekologis
3. Sehingga diperoleh peningkatan nilai ekonomi, tingkat efisiensi dan produktifitas
yang tinggi.
1.4 Azas Integrated Farming System
· Keterpaduan (pembangunan menyeluruh, lintas sektor dan lintas daerah).
· Kegotongroyongan (menumbuhkan rasa kebersamaan).
· Keswadayaan (usaha kemandirian).
· Partisipatif (mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemanfaatan
hasilnya).
· Terdesentralisasi (terdelegasikan pada semua komponen yang terlibat).
2.1.1. Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya.
Dengan integrated farming system, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial
tetapi juga pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik.
2.1.2. Peternakan
Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi
dalam integrated farming system. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ
tubuh lainnya bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil
penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).
Dalam mendesain komponen peternakan yang akan digunakan untuk integrated
farming system faktor biosekuriti adalah faktor penting yang harus selalu diperhatikan.
Adalah pencegahan penularan penyakit antar hewan yang menjadi fokus biosekuriti tersebut.
Di lapangan, kombinasi antar hewan ternak umumnya jarang dilakukan. Biasanya
ternak dikombinasikan dengan ikan. Jikapun ada, biasanya dipelihara dalam kandang atau
lokasi berbeda, terpisah jarak yang jauh juga sistem kerja yang terpisah, atau dengan kata
lain, tidak berhubungan satu sama lain. Contohnya adalah pekerja di kandang ayam tidak
boleh masuk ke kandang sapi begitupun sebaliknya.
2.1.3. Persawahan atau Ladang
Syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah bernilai ekonomi dan bisa menyediakan
pakan untuk peternakan. Padi, jagung bawang merah dan kacang tanah serta rumput dapat
digunakan dalam integrated farming system. Perhatikan bahwa padi yang digunakan harus
berlabel biru atau yang tahan terhadap air yang agak tinggi. Hasil samping pertanian berupa
jerami, sekam dan sisa batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan, pembuatan
biogas dan kompos.
2.1.4. Perikanan
Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang
dapat beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra,
mampu memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis. Ikan yang sering
digunakan adalah lele. Ikan dapat dipelihara secara tunggal (monoculture) atau campuran
(polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai kebiasaan makan berbeda agar tidak
terjadi perebutan pakan.
Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan
ternak. Selain yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu perkembangan
plankton yang menjadi makanan ikan. Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan
yang dapat memanfaatkan plankton di dalam kolam seperti ikan lele. Ikan lele adalah ikan
yang dapat digunakan dalam integrated farming system.
2.1.5. Waste Treatment
Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran
lingkungan. Hasil dari pengolahan limbah tersebut adalah:
· Kompos dan pupuk kandang
Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%), jerami padi (bisa sekam,
serbuk gergaji dan lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%), bakteri starter (0,25%) dan
kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran sapi minimal 40% dan kotoran
ayam 25%.
Teknik pembuatannya adalah sebidang tempat beralas tanah dan dibagi menjadi 4
lokasi (lokasi 1, 2, 3, 4) sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan dan tempat tersebut dinaungi
agar pupuk tidak terkena sinar matahari dan air hujan secara langsung. Proses pembuatannya
diawali dengan membiarkan kotoran sapi (feses dan urin) selama 1 minggu agar kadar air
menurun hingga 60%. Lalu kotoran dipindahkan ke lokasi satu dan dicampur merata dengan
jerami padi, abu dapur, kapur dan bakteri starter.
Setelah satu minggu tumpukan dipindahkan ke lokasi kedua dengan cara diaduk/
dibalik secara merata untuk menambah suplai oksigen dan meningkatkan homogenitas bahan.
Pada tahap ini diharapkan terjadi peningkatan suhu hingga 70 OC untuk mematikan
pertumbuhan biji gulma sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari biji gulma. Dan
kompos didapat telah siap digunakan.
· Biogas
Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme yang
terdiri atas karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%),
nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana sebagai komponen terbesar dapat
dimanfaatkan untuk memasak dan pemanas. Banyaknya metana yang dihasilkan juga
menentukan daya listrik yang dihasilkan. Satu meter kubik (m 3) metana yang setara dengan
10 kwh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 60-100 watt selama 6 jam. Cukup
3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga.
Pada dasarnya, biogas dapat diolah dari berbagai macam feses. Hanya, tiap feses
ternyata memiliki kelebihan dan kekurangan. Contoh, feses sapi yang mudah dibuat biogas
karena sedikit mengandung unsur-unsur kimia. Selain itu, perbandingan C/N
(Carbon/Nitrogen) feses sapi adalah yang paling baik sehingga bakteri pembentuk gas dapat
tumbuh lebih baik.
Lain halnya dengan feses ayam yang dipelihara secara intensif. Feses ayam tersebut
memiliki kandungan zat kimia yang tinggi sehingga membutuhkan perhatian khusus dalam
pembuatannya. Terlepas dari itu, feses ini juga mengandung lebih banyak nitrogen dan mekar
lebih banyak sehingga dapat menghasilkan biogas dan pupuk lebih banyak.
Prinsip utama pembuatan biodigester (tabung pembuatan biogas) adalah kedap udara.
Gambar di bawah ini memperlihatkan biodigester menggunakan dua tabung yang saling
berhubungan. Melalui pipa (lubanginlet), kotoran dan air dimasukkan menuju tabung
pertama. Perbandingan kotoran dengan air adalah 1:2. Jika kotoran terlalu padat maka biogas
yang dihasilkan tidak optimal karena sulit dibebaskan ke biodigester.
Ilustrasi pembuatan biogas
Letak tabung pertama harus lebih rendah daripada tabung kedua. Saat kotoran baru
dimasukkan ke tabung 1, kotoran yang lama akan terdesak ke tabung kedua. Di tabung
pertama inilah tempat keluarnya biogas. Beberapa peternak menggunakan plastik yang
didesain sedemikian rupa membentuk balon berisi biogas sebagai penampung biogas. Plastik
ini biasanya digantung di langit-langit kandang dan terlindung dari hujan dan panas. Dari
penampung biogas inilah, biogas dialirkan ke rumah-rumah menggunakan selang plastik.
Tabung kedua berfungsi sebagai tempat kontrol kualitas biogas dan juga tempat
pengambilan ampas kotoran. Jika yang terdapat di permukaan tanah adalah endapan kotoran,
berarti proses berjalan baik. Namun jika yang tampak adalah air maka dipastikan telah terjadi
kebocoran instalasi atau terjadi proses biogas yang tidak.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah jangan memasukkan air yang mengandung
desinfektan dan antibiotik ke dalam tempat pembuatan kompos dan biogas. Tindakan ini akan
mematikan mikroorganisme tersebut.
2.4.4. Keuntungan
Keuntungan bersih didapatkan dari selisih antara biaya (cost) dan pendapatan kotor
(bruto). Perhitungan biaya berdasarkan kegiatan produksi. Biaya tetap (fixed cost/ FC)
digunakan untuk biaya yang harus keluar meski usaha sedang tidak berjalan misalnya
penyusutan kandang, retribusi dan sebagainya. Biaya berubah (variable cost / VC) adalah
biaya yang jumlahnya mengikuti volume produksi. Contoh, biaya pakan, pupuk, obat-obatan
dan sebagainya. Keduanya harus dijumlahkan dan digabungkan menjadi biaya total.
Keuntungan berasal dari penjualan hasil produksi. Berdasarkan tabel 1, usaha yang
paling menguntungkan dalam integrated farming system adalah perikanan. Penyebab utama
adalah biaya pakan ikan turun drastis.
BAB III
ANALISIS USAHA TANI DAN TERNAK
Keterangan :
*) Di lakukan sendiri bersama istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya
Luas tanah 600 m2
3.2 Analisis Usaha Tani Jagung
Tabel 2. Analisis Usaha Tani Jagung
Keterangan :
*) Di lakukan sendiri bersama istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya dan
pupuk organik dari pengomposan feses sapi, kambing, ayam
Luas tanah 600 m2
B Sarana Produksi :
Benih 1,6 Kg 12.000 19.200
Urea 0,5 Kg 2.000 1.000
TSP 1 Kg 2.500 2.500
KCL 1 Kg 4.000 4.000
Kandang *) 10 Kg -
Pestisida 0,02 Lt 100.000 2.000
Jumlah 28.700
JUMLAH A+B (I) 28.700
Keterangan :
*) Di lakukan sendiri bersama istri dan anak tanpa mengupah tenaga kerja lainnya
Pupuk kandang yang dipakai dari hasil pengomposan feses ternak sapi dan kambing
serta ayam
3.4 Analisis Usaha Tani Bawang Merah
Tabel 4. Analisis Usaha Bawang Merah
I. Modal Tetap
1. Saung Unit 4mx6m 3.500.000 3.500.000
2. Reservoir air Unit 5 (1x1x5m) 50.000 250.000
3. Alat-alat:
5. Lain-lain 10%
B. PENERIMAAN
Penjualan sapi dan kotoran
· Penambahan berat badan 0,7 kg x 180 = 126 kg/ekor/periode dan berat badan sapi sekarang
untuk setiap ekor adalah 376 kg, untuk berat keseluruhan adalah 20 x 376 kg = 7.520 kg
dengan harga Rp. 35.000/kg. jadi uang yang didapat adalah Rp. 263.200.000
· Penjualan kotoran ternak 20.000 x Rp. 200 = Rp. 4.000.000
5. Pendapatan Rp 13.000.000,00
Produksi lele konsumsi 1000 kg x Rp 13.000/kg -,
6. KEUNTUNGAN Rp 7.580.000,-
4.1. Kesimpulan
Manajemen penataan lingkungan yang baik pada usaha agribisnis sangat diperlukan untuk
melahirkan aktifitas yang mampu meningkatkan daya dukung lahan dengan termanfaatkannya limbah
organik sisa usaha menjadi kompos, sehingga akan memberikan suasana yang nyaman,
menghilangkan gangguan karena limbah usaha, nilai estetika tinggi dan kemudahan dalam melakukan
aktifitas. Mengaplikasikan ‘zero waste’ sekaligus ‘zero cost’
Berdasarkan pengalaman di lapangan :
1. Secara teknis layak, secara ekonomi feasible, sesuai dengan sosial budaya
masyarakat, ramah lingkungan dan menguntungkan petani karena dengan modal yang
sedikit bisa mendapat keuntungan yang banyak.
2. Model integrasi dapat dilakukan secara in-situ maupun ex-situ, ada siklus biologis
yang tidak terputus.
3. Integrasi meningkatkan nilai efisiensi usaha dengan pemanfaatan by product sehingga
akan menurunkan cost of production dan sekaligus meningkatkan pay of income