DISUSUN OLEH :
BUDIYANTO ALULU
(621420016)
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pengolahan
Limbah Ternak" dengan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu, Ir. Hj. Fahria Datau, M.Sl
selaku dosen Mata kuliah pengolahan limbah ternak. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 kesimpulan
3.2 saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja sistem peternakan
2. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah ternak
3. Untuk mengetahui apa saja jenis limbah ternak
BAB II
PEMBAHASAN
2. Sistem Intensif
Sistem pemeliharaan dimana hampir seluruh waktu dari hewan tersebut
dihabiskan di dalam kandang, dan makanannya pun disediakan secara khusus
di dalam kandang. Sistem ini sering pula disebut feedlotting (sistem
peternakan dengan mengandangkan ternak). Dalam sistem ini terdapat juga
beberapa variasi seperti beratap atau tidak, lantai kandang keras (dari beton)
atau tidak bahkan kandang ber-AC atau tidak, meskipun pada umumnya
kandang tidak ber-AC. Pengertian feedlotting atau pemeliharaan dalam
kandang memang biasanya digunakan untuk sapi pedaging yang digemukkan
dalam suatu lot khusus untuk meningkatkan efisiensi. Namun, sebenarnya
feedlotting juga dapat digunakan untuk ternak-ternak lain yang dipelihara di
dalam kandang. Usaha feedlotting di suatu negara tentu berlainan dengan
negara lain terutama yang berhubungan dengan kondisi fisik dan finansial,
sehingga diperlukan banyak alternatif cara pemecahan problema (baik berupa
teknologi maupun peraturan) yang berhubungan dengan pengelolaan limbah
yang dihasilkan, terutama yang berkaitan dengan kemungkinan polusi yang
ditimbulkannya.
b. Limbah peternakan
Limbah ternak merupakan hasil sisa buangan dari suatu kegiatan
usahapeternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,
dansebagainya.Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang
dihasilkansemakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan
tergantung darispecies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang
Seperti yang kita ketahui, bahwa limbah peternakan adalah limbah ternak
atau sisa buangan dari kegiatan peternakan seperti contoh usaha pemeliharaan
dan pengolahan produk ternak dan lain sebagainya. Semakin banyaknya
kegiatan yang dilakukan semakin meningkat limbah peternakan tersebut
Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine,
sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk,
isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha
peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Secara umum, pengertian limbah ternak adalah sisa buangan baik padat
maupun cair dari suatu kegiatan usaha peternakan, termasuk usaha pemeliharaan
ternak, rumah potonghewan dan pengolahan produk ternak. limbah ternak dapat
berupa limbah padat dan limbah cair, seperti feses, urine, sisa makanan, embrio,
kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, atau sisa isi rumen. Semakin
berkembangnya usaha peternakan, maka jumlah dan jenis limbah yang dihasilkan
akan semakin meningkat jumlah dan jenisnya sehingga perlu ditangani secara
kontinyu. Pada tahapan selanjutnya maka limbah tersebut harus dikelola dan
diolah agar dapat dimanfaatkan dan memberi nilai tambah ekonomi
(addedvalue).Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spesies
ternak, besar usaha, tipe usaha dan sistem pemeliharaan
Dari pengertian limbah yang telah dijelaskan di atas, maka limbah dapat
digolongkan menjadi dua jenis macam limbah berdasarkan kandungannya, yaitu:
a. Limbah organic
Limbah ternak termasuk limbah organik yang mudah terurai menjadi
partikel-partikel yang bermanfaat untuk lingkungan. Limbah ternak
merupakan seluruh sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan, seperti
usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak,
dan sebagainya dapat berupa limbah padat dan limbah cair, seperti feses, urin,
sisa makanan dan sebagainya.
b. Limbah an-organik
Limbah an-organik merupakan limbah yang berasal dari limbah pabrik dan
perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan. Sumber
daya alam yang tidak mampu untuk diuraikan menjadi partikel-partikel
berguna inilah yang dikatakan limbah anorganik. Limbah industri anorganik
yang tidak dapat diuaraikan ini akan berbahaya bagi kesehatan dan menjadi
sampah yang tidak berguna bagi manusia maupun disekitar lingkungan.
Limbah an-organik dihasilkan oleh perusahaan perumahan, kelembagaan,
komersial, industri rumah tangga, limbah cair dari toilet, usaha peternakan dan
sebagainya yang dibuang melalui saluran pembuangan. Limbah an-organik
juga mencakup limbah cair dari industri dan perdagangan.
Kulit: kulit dari sapi, kambing, bahkan ayam bisa dijadikan kerupuk.
Tulang: tulang dari sapi bisa diolah menjadi sebuah kaldu yang lezat.
Jeroan: olahan jeroan daging sapi, seperti babat, usus, otak, dll.
Tulang
Tulang disebut juga sebagai rangka adalah bagian pembentuk tubuh
yang banyak mengandung kasium dalam bentuk kalsium pospat sebanyak
14% dari total susunan tulang. Bentuk kompleks fosfat ini terdapat pada
tulang dan dapat diserap oleh tubuh dengan baik sekitar 60-70%. Unsur
utama yang menyusun tulang ikan adalah kalsium, fosfat dan karbohidrat ,
sedangkan yang terdapat dalam Gambar 5.2 Tulang. jumlah kecil, yaitu
magnesium, sodium, sitrat, dan stronsium, ÀXULGD K\GURNVLGD GDQ
VXOIDW Tulang ikan dan tulang dari hewan daging dapat diolah menjadi tepung
tulang yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembuatan pakan ternak karena
memiliki kalsium.
Sisik Ikan
Sisik adalah lapisan kulit yang keras dan berhelai-helai, berupa
keping- keping kecil yang kaku, yang tum- buh di kulit binatang sebagai
pelind- ung tubuhnya, seperti pada ikan, kadal, atau ular. Sisik dapat diolah
menjadi hiasan, bros, aksesoris se- hingga memiliki nilai jual tinggi.
Bulu adalah suatu struktur epi- dermis yang membentuk penutup luar
pada burung dan unggas. Bulu adalah satu ciri utama yang membedakan
kelas Aves dari yang lainnya. Bulu unggas banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat kemoceng.
Pengomposan
Bokashi adalah suatu kata dalam bahasa Jepang yang berarti bahan
organik yang telah difermentasikan, pupuk ramah lingkungan dan termaksud
bahan organik kaya sumber kehidupan. Ciri-ciri pupukbokashi yang baik
warna coklat kehitam-hitaman, bahan hancur, lembab tidak keras dan tidak
bau, bau seperti tanah atau humus (Indroprahasto, 2010). Proses pengomposan
di tingkat rumah tangga seperti sampah dapur umumnya menjadi material
yang dikomposkan, bersama dengan starter dan bahan tambahan yang menjadi
pembawa starter seperti sekam padi, sisa gergaji kayu, ataupun kulit
gandum dan batang jagung (Yusuf, 2000).
Effectife Microorganism 4 (EM4) merupakan suatu cairan berwarna
kecoklatan dan beraroma manis asam (segar) yang di dalamnya berisi
campuran beberapa mikroorganisme hidup yang menguntungkan bagi proses
penyerapan/persediaan unsur hara dalam tanah. Menurut Rahayu dan Nur
(2002), Mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri dari asam laktat
(Lactobacillus sp), actinomycetes sp, streptomycetes sp, dan yeast (ragi).
Miroorganisme menguntungkan tersebut (EM4) telah lama ditemukan, diteliti
dan diseleksi terus menerus oleh seorang ahli pertanian bernama Profesor
Teruo Higa dari universitas Ryukyu Jepang. Dengan demikian EM4 bukan
merupakan bahan kimia yang berbahaya seperti pestisida, obat serangga atau
pupuk kimia lainnya (Hidayat et al., 2006).
Biogas
Biogas adalah suatu jenis gas yang bisa dibakar, yang diproduksi melalui
proses fermentasi anaerobic bahan organic seperti kotoran ternak dan
manusia, biomassa limbah pertanian atau campuran keduanya, di dalam
suatu ruang pencerna (digester). Komposisi biogas yang dihasilkan dari
fermentasi tersesbut terbesar adalah gas methan (CH4) sekitar 54-70%
serta gas karbondioksida (CO2) sekitar 27-45%. Gas methan (CH4) yang
merupakan komponen utama biogas merupakan bahan bakar yang berguna
karena mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu sekitar 4800
sampai 6700 kkal/m³, sedangkan gas metana murni mengandung energi
8900 Kkal/m³. Karena nilai kalor yang cukup tinggi itulah biogas dapat
dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakkan
mesin dan sebagainya. Sistim produksi biogas juga mempunyai beberapa
keuntungan seperti (a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca, (b)
mengurangi polusi bau yang tidak sedap (Nurhasanah, 2005).
Keunggulan Pemanfaatan Limbah kompos/organik
Hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Mengandung hormon dan vitamin bagi tanaman
Menghemat biaya kelola limbah,
Mengurangi volume/ukuran limbah,
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Mengurangi polusi udara
BAHAN
Limbah sebagai bahan pakan selalu dikaitkan dengan harga yang murah
dengan kualitas yang rendah, akan tetapi faktanya ada beberapa hal yang
perlu diperhitungkan sebelum limbah itu digunakan seperti ketersediaan,
kontinuitas pengadaan, kadungan gizi, kemungkinan adanya faktor
pembatas sperti zat racun atau zat anti nutrisi, serta perlu tidaknya bahan
diolah sebelum dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak. Potensi
pertanian dan perkebunan di Provinsi Lampung sangat besar.
Dengan luasan dan besarnya produksi, maka akan menyebabkan tingginya
limbah hasil industri pengolahan tersebut.. Data Pengelolaan Limbah Usaha
Kecil (KLH, 2003) menunjukkan bahwa sebagian besar industri pangan di
Indonesia seperti industri tahu, tempe, kerupuk, tapioka, dan pengolahan
ikan, limbah padat dan cairnya dibuang ke lingkungan, seperti selokan dan
sungai. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memanfaatkan limbah
hasil aktivitas masyarakat.
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Linggotu, L. O., Paputungan, U., & Polii, B. (2016). Pengelolaan limbah kotoran ternak
dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan di Kota Kotamobagu. ZOOTEC, 36(1),
226-237.
Utami, S. N. H., & Handayani, S. (2003). Sifat kimia entisol pada sistem
pertanian organik chemical properties in organic and conventional farming
system. Ilmu Pertanian, 10(2), 63-69.
Lubis, A. R., & Sembiring, M. (2019). Berbagai Dosis Kombinasi Limbah Pabrik
Kelapa Sawit (LPKS) dengan Limbah Ternak Sapi (LTS) terhadap Pertumbuhan
Vegetatif Jagung Manis (Zea mays Saccharata Struth). AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 22(2), 116-122.
Yanuartono, P. H., Indarjulianto, S., Nururrozi, A., Raharjo, S., & Haribowo, N.
(2019). Perlakuan biologis dengan memanfaatkan fungi untuk meningkatkan
kualitas pakan ternak asal hasil samping pertanian. Jurnal Peternakan Sriwijaya,
8(2), 18-34.