Makalah
Oleh:
HUSAIN FURQAN ABUSARI
NIM: 621414065
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Adapun Judul dari makalah ini “Pengolahan Limbah Ternak”
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, itu
dikarenakan kemampuan penulis yang terbatas. Namun berkat bantuan serta bimbingan dari
dosen mata kuliah Pengolahan Limbah Ternak, serta bantuan berbagai pihak, maka akhirnya
penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya, serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PENGELOLAAN PETERNAKAN DAN LIMBAHNYA
2.1 Pengertian Sistem Peternakan dan Limbah Peternakan
2.2 Sistem Pengelolaan Peternakan Ayam Petelur
2.3 Sistem Pengelolaan Limbah Peternakan
2.3.1 Teknik Pengumpulan
2.3.2 Pengangkutan ( transport )
BAB III BERBAGAI LIMBAH DARI PETERNAKAN AYAM
BAB IV PENANGANAN LIMBAH TERNAK AMONIA
4.1 Pengertian Amonia
4.2 Dampak Gas Amonia
4.2.1 Gas Utama Penyebab Bau Kandang
4.2.2 Amonia Kaitannya Dengan Global Warming
4.2.3 Amonia Kaitannya Dengan Kesehatan Ternak
4.3 Dampak Negatif Lain Yang Ditimbulkan Amonia
4.4 Cara Penanganan Limbah Amonia
BAB V PENGOLAHAN LIMBAH TULANG AYAM
5.1 Pengertian Tulang dan Tepung Tulang
5.2 Proses Pembuatan Tepung Tulang
5.3 Cara Pembuatan Tepung Tulang
BAB VI PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG TULANG
6.1 Manfaat Utama Tepung Tulang
6.2 Pemanfaatan Lain Tepung Tulang
BAB VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha peternakan mempunyai prospek untuk dikembangkan karena tingginya
permintaan akan produk peternakan. Usaha peternakan juga memberi keuntungan yang cukup
tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi banyak masyarakat di perdesaaan di Indonesia.
Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan juga menghasilkan limbah
yang dapat menjadi sumber pencemaran.
Oleh karena itu, seiring dengan kebijakan otonomi, maka pemgembangan usaha
peternakan yang dapat meminimalkan limbah peternakan perlu dilakukan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk menjaga kenyamanan permukiman masyarakatnya. Salah satu upaya
kearah itu adalah dengan memanfaatkan limbah peternakan sehingga dapat memberi nilai
tambah bagi usaha tersebut.
Sistem peternakan terpadu merupakan sistem peternakan efektif yang dapat
diterapkan di lingkup masyarakat pedesaan sehingga menjadikan kegiatan beternak menjadi
lebih efisien dan menguntungkan bagi peternak.
Peternakan ayam ada dua macam, yakni ayam petelur (layer) dan ayam pedaging
(broiler). Limbah peternakan ayam petelur ada dua macam pula. Pertama kotorannya, yang
murni tanpa tercampur sekam, dan bermanfaat sebagai pupuk. Kotoran ayam petelur bernilai
paling tinggi dibanding pupuk kotoran ternak lain. Penampungnya adalah petani kentang, dan
cabai. Limbah kedua, berupa induk ayam afkir, yang ditampung oleh para pedagang sate
ayam.
Selama ini banyak keluhan masyarakat akan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan
karena sebagian besar peternak mengabaikan penanganan limbah dari usahanya, bahkan ada yang
membuang limbah usahanya ke sungai, sehingga terjadi pencemaran lingkungan. Limbah peternakan
yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti feces, urin, sisa pakan, serta air dari pembersihan
ternak dan kandang menimbulkan pencemaran yang memicu protes dari warga sekitar. Baik berupa
bau tidak enak yang menyengat, sampai keluhan gatal-gatal ketika mandi di sungai yang tercemar
limbah peternakan.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka upaya mengatasi limbah ternak yang selama ini
dianggap mengganggu karena menjadi sumber pencemaran lingkungan perlu ditangani dengan cara
yang tepat sehingga dapat memberi manfaat lain berupa keuntungan ekonomis dari penanganan
tersebut. Penanganan limbah ini diperlukan bukan saja karena tuntutan akan lingkungan yang
nyaman tetapi juga karena pengembangan peternakan mutlak memperhatikan kualitas lingkungan,
sehingga keberadaannya tidak menjadi masalah bagi masyarakat di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengelola peternakan dan limbahnya?
2. Apa saja limbah yang ada pada limbah peternakan ayam?
3. Bagaimana cara menangani limbah yang tepat?
4. Bagaimana mengolah limbah agar dapat bermanfaat?
5. Bagaimana cara memanfaatkan limbah peternakan?
BAB II
PENGELOLAAN PETERNAKAN DAN
LIMBAHNYA
Penyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu:
- Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya
- Pertumbuhan dan perkembangan normal
- Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken), yaitu:
- Anak ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat
- Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya
- Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya
- Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik
- Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram
- Tidak ada letakan tinja di tubuhnya
1. Pemilihan Bibit
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai
berikut:
Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara ransum yang dihabiskan ayam
dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum perkilogram
telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menhasilkan telur yang lebih besar
dari sejumlah ransum yang dimakannya. Jika ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur
sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu.
Produksi Telur
Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi
telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi
tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
Prestasi Bibit di Peternakan
Apabila kedua hal di atas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya
dalam sebatas kemampuan bibit itu.
Pemeliharaan
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang terampil saja.
Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup.
Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada dua fase yaitu fase starter (umur 0-4
minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
- Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar
4%, kalsium (Ca) 1%, phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 kcal.
- Kuantitas pakan terbagi menjadi 4 golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17
gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/ekor/hari; minggu ketiga (umur 15-
21 hari) 66 gram/ekor/hari dan minggu keempat (umur 22-29 hari) 91 gram/ekor/hari. Jadi
jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai umur empat minggu sebesar 1.520 gram.
Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
- Kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat
kasar 4,5%; kalsium (Ca) 1%; phospor (P) 0,7-0,7% dan ME (energi) 2900-3400 kcal.
- Kuantitas pakan digolongkan dalam empat golongan umur, yaitu: minggu kelima (umur 30-
36 hari) 111 gram/ekor/hari; minggu keenam (umur 37-43 hari) 129 gram/ekor/hari; minggu
ketujuh (umur 44-50 hari) 146 gram/ekor/hari dan minggu kedelapan (umur 51-57 hari) 161
gram/ekor/hari. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian Minum
Pemberian minum disesuaikan dengan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan
dalam dua fase, yaitu:
a) Fase starter (umur 1-29 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu,
yaitu:
- Minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 liter/hari/100 ekor
- Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor
- Minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor
- Minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/100 ekor
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6
liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan
obat anti stress kedalam air minumnya. Banyak gula yang diberikan adalah 50gram/liter air.
b) Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu, yaitu:
- Minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor
- Minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor
- Minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor
- Minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/100 ekor. Jadi total air minum umur 30-57 hari
sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
Pemberian Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan
cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk
mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi dua macam, yaitu:
- Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih
lama dari pada vaksin inaktif/pasif.
- Vaksin inaktif adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa
merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang
ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikkan pada ayam yang diduga sakit.
Macam-macam vaksin:
- Vaksin NCD virus Lasota buatan Drh Kuryna
- Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
- Vaksin NCD HB-1/Pestos
- Vaksin cacar/pox, virus diftose
- Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk marek
Persyaratan dalam vaksinasi adalah:
- Ayam yang divaksinasi harus sehat
- Dosis dan kemasan vaksin harus tepat
- Sterilisasi alat-alat
Pemeliharaan Kandang
Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang selalu
dibersihkan dan dicek jika ada bagian yang rusak supaya segera diperbaiki kembali. Dengan
demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi
ternak yang dipelihara.
Panen
1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang dihasilkan oleh
ayam. Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi telur
yang disebabkan oleh virus dapat dikurangi. Pengambilan pertama pada pagi hari antara
pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan ketiga sambil
mengecek seluruh kandang dilakukan pada pukul 15.00-16.00.
2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang dapat dinikmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging
dari ayam yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk
kandang.
3. Telur yang dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam
pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara
telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang oval,bersih dan
kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar 63 cc. Telur yang abnormal
misalnya telur kecil atau terlalu besar,kulitnya retak atau keriting dan bentuknya lonjong.
4. Setelah telur dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena litter atau tinja ayam
dibersihkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang halus,
dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih. Biasanya pembersihan dilakukan untuk
telur tetas.
1. Scraping
Scraping diduga merupakan cara pengumpulan limbah yang paling tua dilakukan oleh
para peternak. Scraping dapat dilakukan dengan cara manual ataupun mekanik. Pada
dasarnya, kedua cara tersebut menggunakan alat yang terdiri atas plat logam yang fungsinya
untuk mendorong atau menarik limbah sepanjang lantai dengan maksud agar limbah terlepas
dari lantai dan dapat dikumpulkan.
Cara manual, biasa dipakai pada kandang panggung (stanchions), yaitu untuk
membersihkan limbah yang melekat di jeruji lantai kanndang atau di tempat-tempat fasilitas
kandang yang lain. Cara ini juga dilakukan untuk membersihkan limbah padat yang melekat
di dinding dan sukar larut dalam air sehingga tidak dapat dialirkan. Cara ini digunakan
terutama untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja banyak dan sebagai
penyempurnaan sistem pengelolaan limbah peternakan.
Sistem mekanik memiliki cara kerja yang sama dengan sistem manual, hanya saja pada
sistem ini menggunakan kekuatan traktor atau unit kekuatan tetap. Contoh alat yang
digunakan: Front-end Loader, yaitu mesin yang alat pembersih atau penyedoknya terletak di
bagian depan. Alat jenis ini biasanya digunakan untuk membersihkan dan mengumpulkan
limbah dari permukaan lantai kandang ketempat penampungan, untuk disimpan atau diangkut
dengan kereta dan disebar ke ladang rumput.
Keuntungannya dari cara ini adalah mempermudah pengumpulan limbah dan efisiensi
waktu, sedangkan kelemahannya diperlukannya tenaga operator dan selama digunakan sering
terjadi penimbunan limbah yang menempel di alat yang mengakibatkan pencemaran udara
dan sebagai tempat berkembangnya lalat.
2. Free-Fall
Pengumpulan limbah peternakan dengan sistem free-fall dilakukan dengan membiarkan
limbah melewati penyaring dan penyekat lantai dan masuk ke dalam lubang penampung.
Teknik ini telah digunakan secara ekstensif dimasa lampau untuk peternakan hewan tipe
kecil, seperti ayam, kalkun, kelinci, dan ternak jenis lain. Baru-baru ini juga digunakan untuk
ternak besar seperti sapi dan babi.
Ada dua sistem free-fall, yaitu:
- Penyaring lantai (screened floor)
- Penyekat lantai (slotled floor)
Screened floor
Lantai kandang sistem ini dapat dibuat menggunakan kawat kasa atau besi gril yang
berukuran mes lebih besar dan rata. Penggunaan kawat kasa sangat memungkinkan untuk
tempat pijakan hewan yang ada di dalamnya dan memudahkan limbah dapat dikeluarkan.
Digunakan pada kandang ayam sistem cage,babi dan pedet.
Slotled floor
Salah satu bentuk lantai bersekat (jeruji) yang dipasang dengan jarak yang teratur dan
rata sehingga ukuran dan jumlahnya mencukupi untuk keluarnya limbah dari lantai. Lubang
dibawah lantai merupakan tempat untuk pengumpulan dan penampungan sementara untuk
kemudian limbah diolah dan digunakan. Dapat dibuat dari bermacam bahan, seperti kayu,
beton atau besi plat.
Keuntungannya dari sistem ini adalah lantai sistem sekat dapat meningkatkan sanitasi
dan mengurangi tenaga kerja untuk membersihkan kandang. Penggunaan sekat juga
memisahkan ternak dari limbahnya sehingga lingkungan menjadi bersih. Penggunaan sekat
ini adalah mengurangi biaya gabungan antara pengadaan dan penanganan alas kandang
(litter).
3. Flushing
Pengumpulan limbah dengan cara flushing meliputi prinsip kerja:
- Penggunaan parit yang cukup untuk mengalirkan air yang deras untuk mengangkut limbah
- Kecepatan aliran yang tinggi
- Pengangkutan limbah dari kandang
Sistem flushing telah digunakan sejak tahun 1960-an dan menjadi cara yang makin populer
digunakan oleh peternak untuk pengumpulan limbah. Keuntungan cara ini adalah biaya lebih
murah, bebas dari pemindahan limbah dan sama sekali tidak membutuhkan perawatan dan
mudah dipasang pada bangunan baru atau bangunan lama.
Perlengkapan flushing harus kuat, sederhana, mudah dioperasikan dan tahan karat, mudah
pemasangannya pada bangunan, tidak memakan tempat, dan harus dapat dipakai juga untuk
mengangkut air pada kapasitas tertentu untuk setiap durasi flushing.
BAB III
BERBAGAI LIMBAH DARI
PETERNAKAN AYAM
Peternakan ayam ada dua macam, yakni ayam petelur (layer) dan ayam pedaging (broiler).
Limbah peternakan ayam petelur ada dua macam pula. Pertama kotorannya, yang murni tanpa
tercampur sekam, dan bermanfaat sebagai pupuk. Kotoran ayam petelur bernilai paling tinggi
dibanding pupuk kotoran ternak lain. Penampungnya adalah petani kentang, dan cabai. Limbah
kedua, berupa induk ayam afkir, yang ditampung oleh para pedagang sate ayam.
Limbah peternakan ayam pedaging hanyalah litter (alas kandang), berupa sekam padi yang
tercampur kotoran ayam. Nilai kotoran ayam pedaging sangat rendah. Penampungnya para nurseri
tanaman hias, dan pengusaha tabulampot (tanaman buah dalam pot), sebagai media tanam. Limbah
pemotongan ayam pedaging, sama sekali tidak punya nilai, dan hanya mencemari lingkungan.
Dengan pengolahan yang tepat, limbah berupa bulu dan kotoran ayam pedaging, masih bisa
bermanfaat sebagai pupuk organik.
Untuk mendukung dua jenis peternakan ini, diperlukan pula unit pembibitan ayam (breeding
farm). Di Indonesia breeding farm, hanyalah memroduksi final stock, sebagai ayam petelur maupun
pedaging. Induk ayam final stock adalah parent stock (ayam induk), yang dihasilkan dari grand parent
(ayam nenek), serta grand-grand parent (ayam buyut), berupa galur murni. Ayam nenek, masih harus
diimpor terutama dari AS. Breeding farm produsen final stock, membeli grant parent dari breeding
farm besar, yang mengimpor grant parent dari luar negeri.
Meskipun akan dipanen telurnya, ayam induk dalam sebuah breeding farm, dipelihara seperti
halnya ayam pedaging, menggunakan kandang koloni, dengan alas litter. Bukan dalam kandang
baterai. Sebab agar telur itu fertil, induk ayam dipelihara jantan, dan betina dengan rasio 1 : 9. Tiap
pagi telur yang akan ditetaskan, dan dipasarkan sebagai anak ayam umur sehari (DOC, day old
chick), harus diambil dari lantai kandang litter. Masa pemeliharaan ayam induk sekitar dua tahun.
Limbah breeding farm lebih bervariasi dibanding limbah peternakan ayam petelur dan
pedaging. Pertama, pada umur antara 4 sd. 6 bulan, ayam jantan akan dikurangi, hingga rasionya
menjadi 1 : 9. Bersaman dengan itu, juga akan diseleksi pula ayam banci, baik ayam betina yang
berperilaku seperti jantan, atau sebaliknya. Hasil seleksi ayam jantan dan ayam banci, ini bernilai
cukup tinggi. Daging ayam seleksi breeding farm masih sangat empuk, sementara bobotnya bisa
mencapai 4 sampai 5 kg per ekor.
Sebelum masuk mesin tetas, telur peternakan breeding farm akan diseleksi bentuk, dan
ukurannya. Yang bentuknya terlalu bulat atau terlalu memanjang, ukurannya terlalu kecil atau terlalu
besar, harus diafkir. Tiga hari setelah masuk mesin tetas, telur kembali diseleksi. Telur yang fertil
(akan menetas) kembali mesuk mesin. Telur yang infertil (tidak terbuahi) kondisinya masih sangat
baik, hingga layak konsumsi. Penampung telur afkir, ini terutama para produsen kue.
Setelah masa produksi selama dua tahun, ayam induk juga akan diafkir. Sama dengan ayam
petelur afkir, ayam induk afkir akan ditampung oleh para pedagang sate ayam. Setelah kandang
breeding farm dikosongkan, litter juga harus diganti. Litter dari breeding farm bernilai lebih tinggi
dibanding litter broiler, sebab volume kotorannya lebih banyak, akibat masa pemeliharaan selama 2,5
tahun (0,5 tahun pembesaran, 2 tahun produksi). Volume kotoran pada litter ayam pedaging lebih
kecil, sebab masa pemeliharaan broiler kecil (1 kg), hanya 40 hari, dan broiller besar (1,5 kg), hanya
60 hari.
Telur yang tidak menetas juga merupakan limbah yang masih bernilai ekonomis, sebagai
pakan ikan. Selain telur yang tidak menetas, pada breeding farm, peternakan broiler maupun layer,
akan selalu ada ayam mati. Prosentase mortalitas yang masih bisa ditolerir maksimal 2%. Kalau satu
angkatan breeding farm, atau ayam petelur ada 3.000 ekor, maka selama 2,5 tahun pemeliharaan
rata-rata akan ada 60 ekor ayam mati. Pada peternakan broiler, jumlah ayam mati akan lebih banyak
lagi. Sebab masa pemeliharaannya yang pendek.
Sama halnya dengan telur yang tidak menetas, limbah ayam mati juga masih sangat
ekonomis sebagai pakan ikan, termasuk belut. Limbah ayam mati ini sebaiknya dibakar terlebih
dahulu, dipotong-potong atau dibedah perutnya, baru dimasukkan ke dalam kolam. Ada pula yang
mengambil dagingnya, digiling dengan dedak, dan karbohidrat (jagung, singkong), dan
menjadikannya pelet, atau dikukus dan langsung dijadikan pakan ikan.
Selain beberapa limbah yang telah dijelaskan di atas dalam peternakan ayam terdapat juga
limbah dalam bentuk gas, yaitu amonia. Amonia ini tidak hanya mencemari lingkungan saja tetapi
juga dapat mengakibatkan produktivitas ternak menurun dan mengganggu kesehatan manusia
sehingga berakibat usaha peternakan tersebut bisa ditutup jika tidak ditangani dengan benar.
BAB IV
PENANGANAN LIMBAH TERNAK
AMONIA
4.1 Pengertian Amonia
Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini didapati
berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia). Walaupun amonia memiliki
sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah
senyawa kaustik dan dapat merusak kesehatan. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi
tinggi dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan bahkan kematian. Sekalipun amonia di
AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan sebagai
bahan beracun jika terhirup, dan pengangkutan amonia berjumlah lebih besar dari 3.500
galon (13,248 L) harus disertai surat izin.
Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat. Istilah ini
menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena amonia mendidih di suhu -33 °C,
cairan amonia harus disimpan dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun
begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani dengan tabung reaksi biasa
di dalam sungkup asap. "Amonia rumah" atau amonium hidroksida adalah larutan NH3
dalam air. Konsentrasi larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial
amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baumé (sekitar 30
persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang berada di rumah biasanya memiliki
konsentrasi 5 hingga 10 persen berat amonia. Amonia umumnya bersifat basa (pKb = 4.75),
namun dapat juga bertindak sebagai asam yang amat lemah (pKa = 9.25).
4.2 Dampak Gas Amonia
Masalah bau kandang (bau kotoran,) di peternakan ayam memang menjadi salah satu
beban para peternak dari dulu hingga sekarang. Bagaimana tidak, bau kandang bisa
menyebabkan timbulnya masalah sosial, khususnya untuk kandang yang dekat dengan
hunian/perumahan. Beberapa peternakan bahkan terancam ditutup karena masalah bau
kandang ini memicu ketidaknyamanan masyarakat sekitar, seperti bau yang tidak sedap,
banyaknya lalat, dsb. Belum lagi dengan munculnya berbagai penyakit pernapasan yang
menimpa ayam akibat dipicu oleh bau kandang tersebut.
4.2.1 Gas Utama Penyebab Bau Kandang
Kandang yang berbau menyengat utamanya bersumber dari gas amonia (NH 3) yang
dihasilkan kotoran ayam. Meski sebenarnya dari kotoran ayam bisa terurai gas beracun lain seperti
H2S, CO2, dan metana, namun di antara gas beracun tersebut yang paling banyak menimbulkan
masalah bagi kesehatan dan produktivitas ayam, serta pemukiman adalah amonia. Menurut
Rachmawati (2000), dalam satu hari seekor ayam rata-rata bisa mengeluarkan kotoran sebanyak
0,15 kg, dan dari total kotoran tersebut biasanya terkandung nitrogen 2,94%. Sisa nitrogen inilah
yang nantinya akan menjadi sumber amonia.
Pada dasarnya, nitrogen dalam metabolisme protein makhluk hidup diekskresikan ke luar
tubuh dalam dua bentuk senyawa kimia, yaitu urea atau asam urat. Jika masih berbentuk asam urat,
nitrogen akan didekomposisi (diubah bentuknya) terlebih dahulu menjadi senyawa urea oleh bakteri
ureolitik di lingkungan. Adanya kelembaban yang tinggi dan suhu yang relatif rendahlah yang akan
membuat urea-urea yang mengandung nitrogen tadi akhirnya terurai menjadi gas amonia dan CO 2.
Selain faktor suhu dan kelembaban, menurut Setiawan (1993) ada faktor lain yang turut serta
meningkatkan akumulasi gas amonia, di antaranya akibat sirkulasi udara dalam kandang yang tidak
lancar, populasi ayam yang terlalu padat, serta pemeliharaan ayam pada kandang postal dengan
manajemen litteryang kurang baik (kotoran ayam menumpuk hingga berminggu-minggu, padahal alas
kandangnya tipis dan sudah sangat lembab/belum diganti atau ditambah litterbaru).
Tingginya produksi gas amonia yang berasal dari kotoran selama ini juga menjadi indikator
bahwa proses pencernaan nutrisi di dalam tubuh ayam kurang optimal atau adanya pemberian
protein ransum berlebih, sehingga tidak semua nitrogen diserap sebagai asam amino, tetapi
dikeluarkan sebagai asam urat lewat kotoran (Pauzenga, 1991).
40 Mulai menyebabkan sakit kepala,mual, dan hilang nafsu makan pada manusia
50 Penurunan drastis produktivitas ayam dan juga terjadi pembengkakan Bursa Fabricius
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH TULANG
AYAM
5.1 Pengertian Tulang dan Tepung Tulang
Tulang atau kerangka adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk
pada tubuh. Tersusun atas matriks organic keras yang diperkuat dengan endapan garam
kalsium dan garam mineral lain dalam tulang.
Tulang merupakan komponen yang keras, sehingga hal inilah yang menyebabkan
tulang tidak mudah diuraikan oleh decomposer, sehingga tulang tersebut menjadi limbah
padat yang lebih dikenal sebagai sampah yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Oleh karena itu, perlu pengolahan lebih lanjut agar
limbah tulang tidak menjadi sampah yang mencemari lingkungan dan dapat dimanfaatkan
secara maksimal, salah satu penangannya adalah dengan cara ditepungkan. Hal ini
disebabkan tingginya kandungan mineral yang ada pada tulang, sehingga sayang apabila
dibuang dengan percuma. Selain itu dengan cara pengolahan lebih lanjut pada limbah tulang
ini akan memberikan nilai ekonomis.
Tepung tulang merupakan hasil penggilingan tulang yang telah dipisahkan dari
kandungan colagennya. P r o d u k i n i d i g u n a k a n u n t u k b a h a n b a k u p a k a n ya n g
merupakan sumber mineral (terutama kalsium) dan sedikit asam
a m i n o . Tepung tulang berbentuk serpihan (tepung) berwarna coklat dengan
tekstur yangkasar jika dirasakan, dengan aroma khas seperti daging sapi tapi ada
juga yang tidak berbau. Sekilas memang hampir mirip dengan tepung MBM tetapi
kandungan nutrisiyang dimiliki jelas berbeda.
5.2 Proses Pembuatan Tepung Tulang
Tepung tulang b e r a s a l d a r i t u l a n g h e w a n t e r n a k ya n g s e h a t ( t i d a k
m e m i l i k i v i r u s a t a u p e n ya k i t s e p e r t i r a b i e s , a n t h r a k s , d a n p e n ya k i t
l a i n n ya ya n g m e m b a h a ya k a n a p a b i l a d i k o n s u m s i ) d a n ya n g t e l a h
dibersihkan dari sisa -sisa daging yang diproses sehingga dapat
berbentuk tepung, berwarna coklat dengan tekstur kasar. Dalam
pembuatan pakan, tepung tulang tidak terlalu banyak digunakan,
dengan kata lain tepung tulang merupakan suatu pelengkap dalam
p e m b u a t a n p a k a n g u n a m e l e n g k a p i m i n e r a l ya n g a d a d a l a m
p a k a n . Biasanya tepung tulang digunakan sebagai pendamping bagi tepung ikan yang kaya
protein karena mineral merupakan trace element yang tidak dibutuhkan terlalu banyak tetapi
harus ada dalam ransum pakan (Aninda,2009).
P em b u at an t ep un g t ul a n g j u ga merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah
tulang yang biasanya tidak terpakai dandibuang di rumah pemotongan hewan. Hasil-
ikutan (by-products) ternak merupakan salah satu potensi dari subsektor
peternakan yang sampai saat ini masih belum banyak dimanfaatkan, khususnya untuk
industri pangan. Tulang, tulang rawan dan daging dari sisa deboning di industri pangan hasil
ternak dan rumah pemotongan ayam adalah contoh hasil-ikutan ternak yang cukup
besar peluangnya untuk dapat diolah kembali menjadi produk baru yang
mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi, selain itu tepung tulang juga merupakan
sumber mineral yang mampu mencukupi kebutuhan asupan mineral terutama
kalsium dalam tubuh.
Dalam pembuatan dibutuhkan beberapa alat dan bahan, yaitu:
Alat
1. Keranjang dan semprotan air
Berfungsi untuk meletakkan tulang yang dicuci dengan semprotan air. Dasar wadah
berlubang untuk meniriskan air.
2. Wadah perendaman
Wadah ini digunakan sebagai tempat merendam serpihan tulang, dapat
berupa bak semen, bak serat gelas (fiber glass), baskom plastik, atau ember plastic.
3. Mesin penggiling tulang
Alat ini digunakan untuk menggiling tulang hingga menjadi sepihan dengan ukuran 1~3
cm.
4. Wadah perebusan
Alat ini digunakan untuk merebus tulang. Drum bekas yang dipotong dua dapat
digunakan untuk keperluan ini.
5. Wadah ekstraksi gelatin
Alat ini digunakan untuk merendam tulang pada suhu panas setelah tulang tersebut
direndam dengan larutan kapur. Wadah initerbuat dari logam tahan karat, seperti aluminium
dan stainless steel.
BAB VI
PEMANFAATAN LIMBAH TEPUNG
TULANG
6.1 Manfaat Utama Tepung Tulang
Menurut anonymous (2011) tepung tulang secara umum memiliki kandungan sebagai
berikut:
· Protein : 25,54%
· Lemak : 3,80%
· Serat : 1,80%
· Air : 5,52%
· Kalsium : 46,34%
· Phosphat : 17%
Dilihat dari kandungan nutrisinya, tepung tulang banyak mengandung kalsium, sehingga
manfaat dari tepung tulang tidak lepas dari peranan kalsium, yaitu berperan dalam
pembentukan tulang, sisik serta sirip khususnya pada ikan serta menjaga dari kekeroposan
akibat asupan kandungan mineral yang minim dari pakan ternak yang lebih kaya akan
protein. Perpaduan dari formulasi pakan ini sangat menguntungkan karena pada pakan
mengandung banyak protein yang akan berperan dalam penyerapan kalsium ke dalam
mukosa usus, karena transportasi kalsium melalui sel usus terjadi secara difusi melalui jasa
protein dari ransum pakan tersebut (Kaup,1991)
Didalam tubuh manusia kalsium merupakan unsur terbanyak kelima dan kation
terbanyak, yaitu sekitar 1,5-2% dari keseluruhan berat tubuh. Kalsium dibutuhkan untuk
proses pembentukan dan perawatan jaringan rangka tubuh, serta berperan dalam kegiatan
penting seperti membantu pengaturan transport ion – ion lainnya kedalam maupun keluar
membrane, penerimaan dan interpretasi pada impuls saraf , pembekuan darah dan
pemompaan darah, kontraksi otot, menjaga keseimbangan hormone dan katalisator pada
reaksi biologis (Almatsier, 2002; Whitney dan Hamilton, 1987).
World health organization merekomendasikan jumlah asupan kalsium perhari yang
dianjurkan untuk orang dewasa sekitar 400-500mg, tetapi bila konsumsi proteinnya tinggi,
dianjurkan mengkonsumsi 700-800 mg. untuk anak-anak dan remaja lebih tinggi asupannya
dan untuk wanita hamil/ menyusui dianjurkan mengkonsumsi 1200 mg (Whitney dan
Hamilton,1987). Konsumsi kalsium sebaiknya tidak melebihi 2500 mg sehari untuk
menghindari kondisi hiperkalsiura (kadar kalsium di urin melebihi 300 mg/hari). Dan
kebutuhan akan tepung tulang sebagai campuran pakan hanya sedikit,. Hal ini dikarenakan
peranan dari tepung tulang hanya sebagai sumber mineral dan bukan sebagai pertumbuhan
pada ternak. Penggunaan tepung tulang ini hanya sekitar 2,5 – 10% dalam formula pakan,
apabila digunakan secara berlebihan maka akan menurunkan selera makan pada ternak
(Trilaksani,2006)
DAFTAR PUSTAKA
https://info.medion.co.id/index.php/component/content/article/1-tata-laksana/1454-
menyelesaikan-masalah-amonia-di-kandang
https://uwityangyoyo.wordpress.com/2009/04/13/upaya-pengelolaan-lingkungan-usaha-
peternakan-ayam/
http://lbhternak.blogspot.co.id/
http://bamspratama01.blogspot.co.id/2013/11/mengolah-kotoran-ayam-menjadi-pupuk.html
http://slideplayer.info/slide/3009317/
https://info.medion.co.id/index.php/component/content/article/1-tata-laksana/1453-
pemanfaatan-limbah-kotoran-ayam
http://kantinkuning.blogspot.co.id/2013/10/pemanfaatan-limbah-peternakan.html
http://sarifudinhiola.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-pemanfaatan-limbah-ternak.html
http://info.medion.co.id
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0ahUKEwjp5
or3vrfLAhXNbY4KHZd6BQIQFggoMAE&url=http%3A%2F%2Fpeternakan.litbang.pertani
an.go.id%2Ffullteks%2Fsemnas%2Fpro08-
8.pdf%3Fsecure%3D1&usg=AFQjCNHPB7EB_F9_qsm6Z9VIaEQin91yZA&sig2=RXOLZ
2emzn6il_sf6w5ZmQ
http://rudinunhalu.blogspot.co.id/2013/08/model-model-sistem-peternakan-terpadu.html
http://sarifudinhiola.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-pemanfaatan-limbah-ternak.html
http://manaf25.blogspot.co.id/2014/04/karya-ilmiah-pemanfaatan-limbah-ternak.html
http://purnamiap.blogspot.co.id/2013/11/contoh-makalah-amonia.html
http://rinelda-ayu.blogspot.co.id/2011/11/pembuatan-tepung-tulang-sebagai-upaya.html
http://ednadisnak.blogspot.co.id/2011/10/tepung-tulang.html