Anda di halaman 1dari 12

MENTER KIE S E H A T A I { R E P U B L IIX TIOOITESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 028/MENKES/PER/I I 2Or I TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Menimbang

penyelenggaraan perkembangan fasilitas : a. bahwa pelayanan kesehatan semakin kompleks baik dari segi jumlah, jenis maupun bentuk pelayanannya; b. fasilitas bahwa klinik sebagai salah satu bentuk pelayanan dibutuhkan untuk kesehatan yang pelayanan kesehatan mudah terselenggaranya rangka bermutu dalam terjangkau dan diakses, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;

Menten Nomor Peraturan Kesehatan c . bahwa 92O/Menkes/Per/XII I 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta otonomi daerah;
d.

berdasarkan bahwa dimaksud dalam huruf menetapkan Peraturan Klinik;

pertimbangan sebagaimana a, huruf b dan huruf c, perlu Menteri Kesehatan tentang

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor aa3Ll;

2 . Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang (Lembaran Negara Republik Daerah Pemerinta.han Indonesia Tahun 20O4 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44371, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OO8 tentang Perubahan Kedua Atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2O04 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48441;

lttEHTERl KE$EHAIAI'I REPUtsLIK IHDAHESIA

3.

25 Tahun 2OO9 tentang Nomor Undang-Undang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

2OO9 tentang Nomor 36 Tahun 4. Undang-Undang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor L44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5O63); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Antara Pemerintah, Pembagian Urusan Pemerintahan Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Daerah Provinsi Republik Indonesia Kabupaten lKota (Lembaran Negara Tahun 2OO7 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 8737\;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang (Lembaran Negara Republik Kefarmasian Pekerjaan Lembaran 124, Tambahan 2OO9 Nomor Indonesia Tahun Nomor 5O4fl; Negara Republik Indonesia Menteri 8 . Keputusan 364/Menkes/SK/III/2003 Kesehatan; Nomor Kesehatan tentang Laboratorium Nomor Praktik Dan Nomor Nomor

9 . Peraturan

Kesehatan Menteri Tentang lzin Sl2lMenkeslPerlXl2OOT Pelaksanaan Praktik Kedokteran ;

Kesehatan Menteri 1O.Peraturan 269 / Menkes / Per I III / 2OO8 tentang Rekam Medis; Kesehatan Menteri 11. Peraturan

29OI Menkes / Per/ III / 2 0O8 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran:


Nomor Kesehatan Menteri 12. Peraturan dan Pengiriman tentang 657lMenkes/Per/VIIII2OOg dan Biologik Klinik, Materi Penggunaan Spesimen Muatan Informasinya; Nomor Kesehatan Menteri 13. Peraturan 4 1 1/ Menk es / PerI lil I 2 0 1O tentang Laboratorium Klinik; Nomor Kesehatan Menteri 14. Peraturan dan Organisasi tentang ll44 /Menkes/Per/VIIII2OIO Tata Kerja Kementerian Kesehatan

iIHTERI KE$FHAIAT{ R E P U B L I XI N D O T i E S T A

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG KLINIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar danlatau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis' 2. Tenaga medis adalah dokter, dokter spesiaJis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis.

3. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

BAB II JENIS Pasal 2 (1) Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi Klinik Pratama dan Klinik Utama. yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.

(21 Klinik Pratama sebagaimana dimaksud pada ayat (i) mempakan klinik
(3) Klinik Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan klinik
yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan spesialistik. medik spesialistik atau pelayanan

{41

Klinik Pratama atau Klinik Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (21 pelayanan pada satu bidang dan ayat (3) dapat mengkhususkan tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Jenis Klinik Pratama atau Klinik Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) serta pedoman penyelenggaraannya ditetapkan oleh Menteri.

(s)

KIENTERI KESEHA'AT.I R E P U B T IIfH i OgHESiA

Pasal 3 Klinik dapat masyarakat. diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah atau

Pasal 4

( 1 ) Klinik menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. pada (1) ayat dimaksud sebagaimana kesehatan jalan, inap care, rawat one day rawat dilaksanakan dalam bentuk dan/atau home care.

{2) Pelayanan

(s)

Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh empat) jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di tempat. Pasal 5

( 1 ) Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat jalan dapat


secara perorangan atau berbentuk badan usaha. rawat inap dan

(2) Kepemilikan

Klinik Pratama yang menyelenggarakan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha.

BAB III PERSYARATAN Bagian Kesatu Umum Pasal 6 Klinik harus memenuhi persyaratan prasarana, peralatan, dan ketenagaan. lokasi, bangunan dan ruangan,

Bagian Kedua Lokasi Pasal 7 (1) (2) Lokasi pendirian klinik harus sesuai dengan tata ruang daerah masingmasing. Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran klinik yang masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan diselenggarakan kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.

M E H T E RK I F$EHAIAH REPUFL{X IFIDOHESIA

(3) Ketentuan

sebagaimana mengenai lokasi dan" persebaran klinik pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku untuk klinik dimaksud tertentu yang hanya perusahaan atau kiinik instansi pemerintah pegawai perusahaan instansi pemerintah atau melayani karyawan tersebut.

Bagian Ketiga Bangunan dan Ruangan Pasal 8 (1) (2) (3) Klinik diselenggarakan pada bangunan yang permanen bergabung dengan tempat tinggal atau unit kerja lainnya. Bangunan klinik harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. dan tidak sehat

lingkungan

fungsi, keamanan, harus memperhatikan klinik Bangunan pelayanan serta dalam pemberian dan kemudahan kenyamanan orang semua termasuk perlindungan keselamatan bagi dan penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut. Pasal 9

Bangunan klinik paling sedikit terdiri atas: a. ruang pendaftaran/ruang tunggu; b. ruang konsultasi dokter; c. ruang administrasi; d. ruang tindakan; e. ruang farmasi; f. kamar mandi/wc; g. ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

Bagian Keempat Prasarana Pasal 1O (1) Prasarana klinik meliputi: a. instalasi air; b. instalasi listrik; c. instalasi sirkulasi udara; d. sarana pengelolaan limbah; e. pencegahan dan penanggulangan kebakaran; f. ambulans, untuk klinik yang menyelenggarakan rawat inap; dan g. sarana lainnya sesuai kebutuhan. Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik.

(2)

[ I E N T E R II { E $ E H A T A N REPUBLI}, I( HOOHESIA

Bagian Kelima Peralatan Pasal 1 1

( 1 ) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang


memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.

{2) Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan'

(3) Selain

pada ayat (21 standar sebagaimana dimaksud memenuhi peralatan medis harus memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 72

Peralatan medis yang digunakan di klinik harus diuji dan dikalibrasi secara institusi berkala oleh Balai Pengarnana-n Fasilitas Kesehatan dan/atau penguji dan pengkalibrasi yang berwenang. Pasal 13 Peralatan medis yang menggunakan radiasi pengion harus izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 14 Penggunaan peralatan medis untuk kepentingan penegakan terapi dan rehabilitasi harus berdasarkan indikasi medis. diagnosis, mendapatkan

Bagian Keenam Ketenagaan Pasal 15 (1) Pimpinan Klinik Pratama adalah seorang dokter atau dokter gigr. gigi

(21 Pimpinan Klinik Utama adalah dokter spesialis atau dokter spesialis yang memiliki kompetensi sesuai dengan jenis kliniknya. (3)

Pimpinan klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sebagai klinik dan merangkap penanggung jawab merupakan pelaksana pelayanan. Pasal 16

Ketenagaan klinik terdiri tenaga non kesehatan.

atas tenaga medis, tenaga kesehatan lain dan

*IEHIERI ilE$ETIAIAN R E P U B L I HI I { O O I t E S ] A

\ Pasal 77 (1) (2) Tenaga medis pada Klinik Pratama minimal dokter dan/atau dokter gigi. terdiri dari 2 (dua) orang

Tenaga medis pada Klinik Utama minimal terdiri dari I (satu) orang dokter spesialis dari masing-masing spesialisasi sesuai jenis pelayanan yang diberikan. Utama dapat mempekerjakan dokter sebagai tenaga pelaksana pelayanan medis. dan/atau dokter gigi

(3) Klinik
(4)

Dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memiliki kompetensi setelah mengikuti pendidikan atau pelatihan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan oieh klinik. kualifikasi, dan jumlah tenaga kesehatan lain serta tenaga non kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis pelayanan yang diberikan oleh klinik. Pasal 18

(s) Jenis,

( 1 ) Setiap tenaga medis yang berpraktik di klinik harus mempunyai Surat


Tanda Registrasi dan Surat peraturan perundang-undangan. lzin Praktik (SIP) sesuai ketentuan

(21 Setiap

tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik harus mempunyai Surat Izin sebagai tanda registrasi/Surat Tanda Registrasi dan Surat lzinKerja (SIK) atau Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) sesuai ketentuan peraturan perundan g-undangan. Pasal 19

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di klinik harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar pelayanan, etika kepentingan dan profesi, menghormati hak pasien, mengutamakan keselamatan pasien. Pasal 2O Klinik dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan warga negara asing.

BAB IV PERIZINAN Pasal 2 1 (1) Untuk mendirikan dan menyelenggarakan klinik harus mendapat izin mendapatkan setelah kabupaten/kota pemerintah daerah dari setempat. rekomendasi dari dinas kesehatan kabupaten/kota

XESEHATAT{ }IEI{TERI REPUBLIK IT{DOI{EsiA

(21 Dinas

rekomendasi mengeluarkan kabupaten /kota kesehatan memenuhi klinik (1) setelah pada ayat sebagaimana dimaksud ini. Peraturan ketentuan persyaratan klinik dalam

(3) Permohonan izin klinik diajukan dengan melampirkan:


a. surat rekomendasi dari dinas kesehatan setempat; b. salinan/fotokopi pendirian badan usaha kecgali untuk kepemilikan perorangan; c . identitas lengkap pemohon; daerah lokasi dari pemerintah persetujuan d . surat keterangan seternpat; atau rztlr tanah atau penggunaan hak kepemilikan e. bukti kegiatan bagi milik penyelenggaraan penggunaan bangunan untuk bagi yang ta-hun 5 priuaai atau surat kontrak minimal selama {lima) menyewa bangunan untuk penyelenggaraan kegiatan ; (UKL) dan Upaya Lingkungan Upaya Pengelolaan f. dokumen Pemantauan Lingkungan (UPL); organisasi g. profil klinik yang akan didirikan meliputi struktur prasarana, dan dan sarana kesehatan, tenaga kep.tgurusan, dan yang diberikan; pelayanan peralatan serta h. persyaratan administrasi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Izin klinik

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu 5 (lima) tahun mengajukan permohonan perpanjangan 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlaku izinnya. Pemerintah daerah kabupaten lkota, dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak permohonan diterima harus menetapkan menerima atau menolak permohonan izin atau permohonan perpanjangan izin. Permohonan yang tidak daerah kabupaten lkota secara tertulis. memenuhi syarat ditolak oleh pemerintah alasan penolakannya dengan memberikan

(4)

(s)

BAB V PENYELENGGARAAN
Pasal 22

( 1 ) Klinik

yang menvediakan:

menyelenggarakan

pelayanan

rawat

inap

har-us

a. rLrang rawat inap yang memenuhi persyaratan; b. c. tempat tidur pasien minimal 5 {lima) dan maksimal 10 {sepuluh); dan yang sesuai jumlah keperawatan dan medis tenaga kualifikasinya;

M E f i l I E R II { E S E H A T A I { R E P U B I . I KI H D O X E $ I A

d.

dan tenaga gizi, tenaga analis kesehatan, tenaga kefarmasian tenaga non kesehatan lain sesuai tenaga kesehatan dan/atau kebutuhan:

e. dapur gizi; f. pelayanan laboratorium Klinik Pratama. maksimal selama 5 (lima)

(21 Pelayanan rawat inap hanya dapat dilakukan hari. Pasal 23 (1)

Klinik dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium klinik. klinik terintegrasi dengan perizinan kliniknya.

(21 Perizinan laboratorium (3)

klinik memiliki sarana, prasarana, ketenagaan Apabila laboratorium dan kemampuan pelayanan melebihi kriteria dan persyaratan klinik pratama maka laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat {1) harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. ketenagaan, bangunan, laboratorium klinik meliputi Persyaratan peralatan, dan kemampuan pemeriksaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 24

(4)

(i)

Klinik menyelenggarakan pengelolaan dan pelayanan kefarmasian melalui ruang farmasi yang dilaksanakan oleh apoteker yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk itu. apoteker berada di daerah yang tidak terdapat klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelayanan kefarmasian dapat dilaksanakan oleh tenaga teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dari tenaga medis yang bekerja di klinik dapat yang

(21 Apabila

(3) Ruang farmasi


melayani resep bersangkutan.

Pasal 25 Dalam memberikan pelayanan, klinik berkewajiban: a. memberikan pelayanan yang urrarl, bermutu dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur operasional; memberikan pelayanan gawat damrat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu atau mendahulukan kepentingan finansial;

b.

HIF S E H A I A N MENTER R E P U B L IIX t{OOHE$IA

c.

memperoleh persetujuan consentl; menyelenggarakan

atas tindakan

yang akan dilakukan

(informed

d. e. f.
o

rekam medis ;

melaksanakan sistem rujukan; menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan; menghormati hak-hak pasien; melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan peraturan perundang-undangan ; melaksanakan program pemerintah regional maupun nasional. Pasal 26 di bidang kesehatan ketentuan

b'

h.

memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional; J. baik secara

Penyelenggara klinik wajib: a. memasang papan nama klinik; b. membuat daftar tenaga medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di klinik beserta nomor Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik (SIP) bagi tenaga medis dan surat izin sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) atau Surat lzin Kerja (SIK) bagi tenaga kesehatan lain; dan penyakit-penyakit tertentu pencatatan untuk c. melaksanakan dalam rangka kepada dinas kesehatan kabupaten/kota melaporkan peraturan ketentuan pemerintah sesuai program pelaksanaan perundang-undangan. Pasal 27

( 1 ) Besarnya

tarif pelayanan klinik pelayanan dan jasa sarana.

berpedoman

pada

komponen pada ayat

jasa (U

(21

Komponen jasa pelayanan sebagaimana dimaksud meliputi: a. jasa konsultasi; b. jasa tindakan; c. jasa penunja.tg medik; d. biaya pelayanan kefarmasian; e. ruang perawatan (untuk rawat inap); f. administrasi; atau g. komponen lainnya yang menunjang pelayanan.

(4)

Tarif atas jasa sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan biaya penggunaan sarana dan fasilitas klinik, akomodasi, sediaan farmasi, bahan dan/atau alat kesehatan habis pakai yang digunakan dalam rangka pelayanan.

10

H E H T E R IK S E H A I A N R E P U B L I XI I ' D O } T E S I A

(5)

Besarnya biaya masing-masing komponen ditentukan nominal, bukan dalam bentuk persen dari biaya lainnya. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 28

dalam bentuk

( 1 ) Pemerintah dan pengawasan.

pemerintah

daerah

melakukan

pembinaan

dan

(2) Dalam melakukan

pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pemerintah daerah dapat (1), pemerintah dan pada ayat mengikutsertakan organisasi profesi.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan pelayanan, keselamatan ayat (2) diarahkan untuk meningkatkan mutu pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala risiko yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan atau merugikan masyarakat. ayat (2) berupa pemberian bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan dan kegiatan pemberdayaan lain. Pasal 29

(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

( 1 ) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, pemerintah dan pemerintah


daerah sesuai dengan kewenangan tindakan administratif. masing-masing dapat mengambil

(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud melalui: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; atau c. pencabutanlzin. Pasal 30

pada ayat (1) dilakukan

( 1 ) Menteri atau kepala dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota


tugasnya dapat mengangkat melaksanakan tugas pokok untuk melakukan pengawasan klinik.

dalam tenaga pengawas dengan terhadap penyelenggaraan

(21Ketentuan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

sesuai

ll

M E N I E R IK E S E H A T A H REPUBLIX If{DOt{ESIA

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 31 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka semua fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan medis dasar atau Kesehatan Nomor Menteri Peraturan berdasarkan spesialistik g2OlMenkeslPerlXItr/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di dengan Peraturan ini dalam jangka Bidang Medik, harus disesuaikan (dua) tahun. waktu selambat-lambatnya 2 BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92O/Menkes/Per/XII I 1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 33 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal di tetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Januari 2011 MENTERI KESEHATAN,

ttd ENDANG RAHAYU SEDYANINGSIH

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 10 Januari2OIO MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA,

PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2O1i NOMOR 16

t2

Anda mungkin juga menyukai