Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN SAPI BALI

DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN (BBIB) SINGOSARI


KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

Oleh:
UMBU MAKI PAWOLUNG
NPM. 160406030002

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sapi Bali merupakan sapi asli Indonesia yang mempunyai

keunggulan-keungggulan yang nyata di sukai oleh peternak, sehingga

pengembangannya telah merata hampir di seluruh pelosok Nusantara.Hal

ini sejalan dengan usaha yang di lakukan oleh sebagian besar masyarakat

Indonesia,yaitu sebagai petani mendapatkan manfaat yang dapat

meningkatkan hasil pertanian dan kesejateraan keluarga petani.

Sapi Bali mempunyai sifat subur, cepat beranak mudah beradaptasi

dengan lingkungannya, dapat hidup lahan kritis,dan mempunyai daya

cerna yang baik terhadap pakan. Keunggulan lain yang sudah di kenal

masyarakat adalah persentasi karkas sapi yang tinggi, harga jual yang

stabil dan bahkan setiap tahunnya cenderung meningkat membuat sapi bali

menjadi sumber pendapatan yang di andalkan oleh petani.

Keberhasilan usaha pemeliharaan sapi Bali juga sangat tergantung

pada sistem pemberian pakan, kegiatan ini harus di rencanakan secara baik

dan teratur sehingga produksi yang akan dihasilkan sesuai dengan yang di

harapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hernowo (2006), sistem

pemberian pakan sapi Bali di lakukan dengan cara intensif, yaitu ternak di

dalam kandang dan di berikan pakan. Pemberian pakan dengan cara ini

merupakan pemberian pakan yang terbaik.


Adapun jenis-jenis yang di pelihara di Balai besar inseminasi

buatan singosari adalah sapi Simmental, Limousin, Bali, dan Madura.

Sehingga perlu kiranya mengetahui bagaimana tatalaksana pemeliharaan

sapi mulai dari pemilihan bibit, pemberian pakan, perkandangan,serta

pemasaran ternak sapi. Tingginya minat peternak untuk memelihara sapi

bali di picu oleh berbagai faktor.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktek kerja lapanginiadala bagaimana

manajemen pemeliharaan sapi bali di balai besar insemenasi buatan

singosari.

1.3.Tujuan

Tujuan dari praktek kerja lapangan ini adalah mengetahui

manajemen pemberian pakan pada sapi Bali Balai Besar Inseminasi

Buatan Singgosari.

1.4. Manfaat Praktek Kerja Lapang

Manfaat dari praktek kerja lapangan ini adalah menambah

pengetahuan dan pengalaman kerja serta memiliki ketrampilan dalam

proses pemberian pakan pada sapi bali.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Bali

Sapi bali merupakan ternak potong andalan di Indonesia dan


merupakan plasma nutfah asli Indonesia yang harus dilestarikan agar tidak
punah. Dibalik beragam kelebihan yang dimiliki sapi bali ternyata sangat
banyak hal yang mulai mengancam keberadaan populasi, kualitas genetik,
kualitas dan kuantitas produksi selain kemurnian darah sapi bali.Sapi bali
dikenal sebagai ternak penghasil daging yang potensial baik bagi Bali
sendiri maupun bagi daerah lain seperti Jawa, NTB, Sulawesi dan daerah
lainnya. Bali sendiri memiliki visi: terwujudnya peternakan yang maju,
efisien, berwawasan agribisnis dan berbasis di pedesaan. Untuk mencapai
visi tersebut salah satu cara yang akan ditempuh adalah dengan
meningkatkan populasi dan produksi ternak untuk mempertahankan Bali
sebagai salah satu daerah produsen ternak berkualitas khususnya sapi
Bali. Peningkatan populasi dan produksi ternak belakangan menjadi isu
yang terus berkembang, sejalan dengan keinginan Indonesia untuk
berswasembada daging pada tahun 2010.

Belakangan daging sapi semakin diminati oleh masyarakat


sehubungan dengan merebaknya kasus flu burung yang kasusnya
menyebar ke hampir seluruh wilayah di Indonesia dan Bali adalah salah
satu daerah yang sudah positif tertular. Disisi lain Bali sampai saat ini
setiap tahunnya baru mampu memenuhi sebagian dari jumlah yang
diminta oleh daerah lain seperti Jakarta dan Jawa Barat.

Tahun 2005 jumlah pengiriman sapi bali ke luar Bali berjumlah


74.042 ekor, meningkat 26,22% dari tahun sebelumnya.Dilihat dari
fenomena ini, maka Bali sebagai salah satu produsen sapi bali sudah
seharusnya mengantisipasi kekurangan yang ada selama ini dengan jalan
menerapkan teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas sapi
bali.Sapi bali selama ini dikenal sebagai ternak yang dipelihara secara
individual dengan cara-cara tradisional. Hal ini menyebabkan sapi bali
perkembangannya agak lambat dan cenderung stagnan, namun disisi lain
teknologi pakan untuk ternak (sapi) telah tersedia dan perlu diterapkan
oleh peternak secara kontinyu sehingga ternak yang dihasilkan oleh
peternak-peternak di Bali meningkat kualitas dan produktivitasnya
sehingga mampu memenuhi permintaan pasar.Bali juga dikenal sebagai
gudang sekaligus daerah pemurnian sapi Bali serta sebagai sumber bibit
yang diyakini mutunya paling baik dibandingkan daerah lain.Dengan
pengembangan sapi bali juga akan melestarikan salah satu plasma nutfah
ternak lokal yang selama ini menjadi salah satu ikon ternak nasional.

Agar plasma nutfah ternak lokal (Bali) dapat dikembangkan dan


memberikan peranan aktif dalam pengembangan ternak, perlu
dipertimbangkan karakter-karakter agribisnis yang dipersyaratkan, yaitu :

1. berorientasi pada permintaan pasar;

2. mempunyai daya saing yang tinggi;

3. harus dapat meningkat secara riil dalam arti harus mampu mencukupi
kebutuhan pangan yang harus tumbuh, baik jumlah, ragam, dan
mutunya;

4. efisien dalam penggunaan lahan disertai dengan penerapan teknologi


yang mampu meningkatkan produksi per satuan luas/satuan waktu;
5. terpadu dengan sektor-sektor lain guna meningkatkan nilai tambah
melalui kaitan ke depan (forward linkages) dan kaitan ke belakang
(backward linkages).

Produktivitas yang rendah dapat disebabkan oleh karena pola


pemeliharaan dan manajemen ternak yang rendah dan kurang terarah,
dimana petani ternak belum memperhatikan mutu pakan, tata cara
pemeliharaan, perkandangan, penyakit dan lain-lain.Salah satu faktor yang
mendukung produktivitas adalah fertilitas, dan fertilitas ternak betina akan
memberikan hasil yang optimal apabila memperhatikan faktor-faktor
seperti: bebas dari penyakit reproduksi, bebas dari masalah pada waktu
beranak, bebas dari masalah ketidak seimbangan nutrisi, dan kondisi
ternak tidak terlalu kurus atau gemuk.Dalam upaya peningkatan
produktivitas dan mutu sapi bali perlu terobosan teknologi yang bersifat
spesifik lokasi dan berwawasan lingkungan. Upaya-upaya peningkatan
produktivitas telah banyak dilakukan antara lain dengan perbaikan mutu
pakan.

Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) Program bantuan

simantri diperuntukkan bagi petani dan program ini pertama kali

dicanangkan oleh Gubernur Bali pada tahun 2009. Kegiatan Simantri yang

dimaksud dapat mendukung rencana kerja pembangunan daerah dan

nasional (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2010), yaitu: a. Mendukung

Rencana Kerja Pembangunan Nasional 2009, antara lain: peningkatan

kesejahteraan rakyat dan daya saing nasional. b. Mendukung

Pembangunan Nasional 2009, antara lain: percepatan pengurangan

kemiskinan dan penataan kelembagaan sistem perlindungan sosial. c.

Mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi

Bali 2008 2013 dengan visi: terwujudnya Bali MANDARA (Maju,


Aman, Damai, dan Sejahtera), dengan prioritas percepatan

penanggulangan kemiskinan dan pengangguran dalam rangka pemerataan

kesejahteraan. d. Mengembangkan empat pilar keterkaitan dalam

mengembangkan simantri yaitu :

(1) keterkaitan kelembagaan merupakan pilar utama.

(2) keterkaitan horizontal dalam bentuk diversifikasi usaha pada tingkat

usaha tani dengan mengintegrasikan tanaman dan ternak serta komoditi

lainnya yang dikelola tanpa limbah.

(3) keterkaitan vertikal yang mampu menciptakan nilai tambah dalam pola

pengembangan agro-proses dan agro-industri.

(4) keterkaitan 7 regional dengan memanfaatkan keunggulan komperatif

dan kompetitif melalui perwilayahan komoditas dan cabang usaha

yang berdaya saing tinggi dalam era menghadapi pasar bebas.

Tujuan dikembangkannya program tersebut adalah untuk mendukung

berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan berwawasan

agribisnis, sebagai salah satu upaya menekan kemiskinan, pengurangan

pengangguran, mendukung pembangunan pertanian ramah lingkungan

mewujudkan Bali Organik serta visi Bali Mandara, menciptakan lapangan

perkerjaan dan tambahan sumber pendapatan melalui integrasi tanaman-ternak

dengan kelengkapan: unit pengolah kompos, pengolah pangan, instalasi bio

urine dan biogas serta pemanfaatan pupuk organik padat maupun cair hasil

pengolahan limbah simantri pada pengembangan pangan dan perkebunan;

meningkatkan pendapatan petani pelaksana minimal 2 (dua) kali lipat dalam

4-5 tahun ke depan (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2010). Dalam


menentukan sasaran tersebut, ditetapkan kriteria lokasi kegiatan yaitu desa

yang memiliki potensi pertanian dan memiliki komoditas unggulan dan

terdapat gabungan kelompok tani (gapoktan) yang mau dan mampu

melaksanakan kegiatan simantri. Simantri Pejeng Kangin merupakan Simantri

yang dikelola oleh Poktan Andog yang tergabung dalam Gapoktan Buana

Sari. Gapoktan Buana Sari terdiri dari kumpulan 8 poktan (kelompok tani

ternak), yaitu: Poktan Andog, Poktan Siang Cuka, Poktan Jero Kuta, Poktan

Pangsut, Poktan Umalawas, Poktan Umakuta, Poktan Umadawa, Poktan

Sampan, sedangkan Simantri Pejeng Kelod merupakan Simantri yang dikelola

oleh poktan Sawa Gunung. Gapoktan Sri Sedana Mumbul yang terdiri 8 dari

gabungan 5 poktan, yaitu: Poktan Gepokan, Poktan Gepokan Bawah, Poktan

Sawa Gunung, Poktan Kelusu, Poktan Suganti.

Penerapan Sapta Usaha Ternak Sapi dalam Program Simantri

Dalam program simantri di lokasi penelitian dipelihara sapi bali perbibitan

dengan menggunakan teknologi sapta usaha ternak sapi Bali Perbibitan

adalah teknik atau cara beternak yang baik dengan cara memilih bibit

indukan yang berkualitas, pemberian pakan sesuai dengan kebutuhan

fisiologis, perkandangan yang sehat, pengendalian terhadap penyakit,

pengelolaan reproduksi pengelolaan pasca panen, dan pemasaran atau

manajemen usaha pemasaran.

2.2. Manajemen Pemberian Pakan

Manajemen pakan Pemberian pakan pada sapi perlu dilakukan

dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah


dihasilkannya berat badan yang optimal yang dibutuhkan pada saat

menjelang perkawinan pertama. Kelebihan ataupun kekurangan akan dapat

merugikan fungsi reproduksi baik pada induk muda maupun induk tua.

Kerugian tersebut dapat berupa ternak steril maupun terjadinya siklus

estrus yang tidak teratur. Pola pemberian pakan pada usaha peternakan

rakyat yang terkesan seadanya, terlebih pada musim kemarau yang

memberikan rumput dalam jumlah yang sangat terbatas tidak cukup untuk

mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak (Ranjhan, 1981). Yusran,dkk.

(1998) menginformasikan bahwa kebutuhan protein pada induk sapi pada

usaha peternakan rakyat hanya terpenuhi 55-65% dari standar NRC.

Semakin sulitnya penyediaan pakan berkualitas oleh peternak, antara lain

disebabkan karena luas lahan untuk penanaman hijauan semakin sempit

sedangkan harga pakan konsentrat semakin mahal maka sebagai upaya

efsiensi maka pakan yang digunakan adalah yang sesuai dengan potensi

daerah terutama limbah pertanian. 12 Limbah pertanian pada umumya

nilai nutrisinya rendah (misalnya jerami) namun ada pula yang nilai

nutrisinya masih tinggi (misalnya dedak, molasses, daun ketela), Yang

nilai nutrisinya rendah banyak digunakan sebagai sumber serat sedang

yang bernilai gizi tinggi digunakan sebagai sumber energi dan protein

(Schiere, 1987). Bahar dan Rakhmat (2003) melaporkan bahwa

pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Bali yang digembalakan

dengan pakan hijauan lokal pada musim kemarau berkisar antara 0,05-0,1

kg/ekor/hari, sedangkan pada musim hujan antara 0,2-0,4 kg/ekor/hari,

sehingga untuk meningkatkan produktivitas sapi Bali khususnya di musim


kemarau perlu pemanfaatan secara maksimal limbah pertanian seperti

jerami padi, jerami kacang dan jerami ubi jalar, serta pemanfaatan daun

leguminosa untuk perbaikan nutrisi ternak.

2.3. Jenis Pakan

Sapi bali yang dilahan persawaan dalam kehidupannya lebih


banyak memakan rumput dibandingkan semak dan pohon, sedangkan yang
dipelihara di lahan kering, secara persentase lebih banyak memakan semak
dan pohon. Sapi bali pejantan jika dibandingkan dengan yang betina, lebih
banyak memakan rumput.

Begitu pula pada musim hujan sapi bali lebih banyak makan
rumput, sedangkan semak dan pohon konsumsinya meningkat pada musim
kemarau. Secara umum apabila dilihat komposisi pakan sapi Bali, terdiri
atas rumput (78%), leguminosa (3%), semak dan pohon (15%), jerami
(2%), batang pisang (1%) dan lainnya (1%).Pakan untuk sapi Bali yang
dikandangkan mesti selalu terseia sepanjang hari. Pakan itu akan lebih
diminati sapi bila sebelumnya telah dilayukan, karena pakan yang
memiliki aroma yang membuat selera makan sapi turun. Untuk itu pakan
mesti dikumpulkan sehari sebelumnya (sore) untuk diberikan keesokan
harinya. Untuk mengurangi pakan yang tercemar akibat ulah sapi yang
kerap memilih pakan, sebaiknya diberikan dua kali, pada pagi dan sore
hari.

Demikian pula bahan pakan kasar seperti jerami akan sulit dicerna
oleh sapi sebab zat makanan dalam jerami tertutup oleh dinding sel yang
sukar dicerna oleh sapi. Bahan pakan yang sukar dicerna sebaiknya diberi
perlakuan khusus sebelum diberikan kepada sapi.

2.4. Frekuensi Pemberian Pakan


Pemberian pakan pada sapi Bali oleh peternak tradisional biasanya
hanya memperhatikan jumlah atau volume pakan tanpa banyak
memperhatikan kandungan zat makanan pakan yang diperlukan
sapi. Sapi Bali yang dilepas di padang penggembalaan secara selektif
dapat memilih jenis pakan yang secara alamiah dapat memenuhi
kebutuhan akan zat gizi. Akan tetapi, sapi Bali yang dikandangkan
komposissi pakan perlu diatur agar memenuhi nilai gizi yang
diperlukan.Penyusunan ranrum sapi Bali baik untuk penggemukan,
pertumbuhan, menyusui dan bunting harus disesuaikan dengan kebutuhan
ternak itu akan bahan kering (BK), total Digestible nutrient (TDN),
protein kasar (PK), metabolic energy (ME), calsium (Ca) dan phosphor
(P).

2.5. Cara Pemberian pakan


Pakan untuk penggemukan sapi harus diatur agar penggemukan sapi bali
tersebut sesuai target yang diharapkan. Nah, bagi pebisnis sebaiknya memberikan
pakan hijau lebih banyak dari pada olahan konsentrat, karena pakan hijau adalah
makanan utama sapi. Waktu yang cocok dalam pemberian pakan yaitu pukul 8
pagi, 12 siang, dan 5 sore, tiga kali dalam sehari merupakan standar pemberiaan
pakan untuk ternak.

2.6. Konsumsi Pakan

a. Protein.

Protein berfungsi untuk memperbaiki dan menggantikan sel tubuh


yang rusak, (misalnya pada sapi lanjut usia), pembentukan se-sel baru dari
tubuhnya (misalnya pada pedet), berproduksi (misalnya pada sapi dewasa)
dan diubah mnjadi energi (misalnya pada sapi kerja).Protein lebih banyak
dibutuhkan oleh sapi muda yang sedang tumbuh dibandingkan sapi
dewasa. Karena unsure protein tidak dapat di bentuk dalam tubuh, padahal
sangat mutlak diperlukan, oleh karena itu sapi harus diberi pakan yang
cukup mengandung protein.Sumber protein bagi sapi adalah hijauan dari
jenis leguminosa seperti Centrosema pubescens, daun turi, lantoro dan
pakan tambahan berupa penguat seperti bungkil kelapa, bungkil kacang
tanah, katul, tepung darah, tepung ikan, tepung daging dan lain-
lain.Protein asal hewan (hewani) lebih baik ketimbang protein asal
tanaman (nabati), sebab kandungan asam amino essensial dan nilai gizinya
lebih tinggi. Bahan pakan yang berkadar protein tinggi ialah yang susunan
proteinnyamendekati susunan protein tubuhnya.

Protein hewani dapat diproses kembali kembali menjadi protein


jaringan dengan resiko kerugian yang sangat kecil bila dibandingkan
dengan pengolahan protein nabati seperti jagung dan jerami.Ternak
rumenansia, termasuk sapi, tidak membutuhkan protein yang bermutu
tinggi di dalam pakannya, sebab di dalam rumen dan ususnya yang
panjang itu, pakan diolah oleh jasad renik. Namun, jika protein yang
diberikan adalah protein yang telah usang dan terurai, maka protein atau
sam-asam amino dalam pakan harus ditingkatkan pula. Oleh karena itu,
jika sapi hanya diberi pakan berupa jerami, khususnya sapi penggemukan,
maka kekurangan unsure protein/asam-asam amino dan unsr lainya dapat
ditutupi dengan pemberian pakan tambahan yang banyak mengandung
protein, lemak dan karbohidrat. Kadar serat kasar tinggi dan kekurangan
unsure protein, lemak dan karbohidrat dalam jerami menyulitkan
pencernaan

b. Lemak.

Lemak berfungsi sebagai sumber energi (tenaga) dan sebagai pelarut


vitamin A, D, E dan K dalam tubuh. Dalam tubuh, lemak dalam bahan
pakan dapat diubah menjadi pati dan gula, dapat digunakan sebagai
sumber tenaga, atau dapat disimpan di dalam jaringan atau sel sebagai
lemak cadangan. Kandungan lemak dalam tubuh berbeda-beda antara
jaringan satu dan jaringan lainnya. Lemak tubuh biasanya dibentuk dari
karbohidrat dan lemak makanan, yang didak langsung digunakan. Di
dalam tubuh, kelebihan lemak akan disimpan di bawah kulit sebagai lemak
cadangan. Setiap jenis ternak memiliki alat atau tempet khusus untuk
menyimpan lemak, misalnya sapi pada punuknya, domba ekor gemuk pada
ekornya dan lain sebagainya. Disamping itu, lemak yang berlebihan juga
dapat disimpan disekitar buah pinggang, selaput penggantung usus dan
diantara otot-otot.Tubuh hewn terdiri atas tiga jenis jaringan, yaitu tulang
otot dan lemak.

Di antara ketiga jenis jaringan tersebut, jaringan nlemak terbentuk


paling akhir. Pada ternak sapi potong yang digemukkan, seperti pada sapi
kereman, lemak yang disimpan menyelubungi serabut otot sehingga atau
daging sapi menjadi lebih lembut. Dalam tubuh hewan, lemak mempunyai
sifat yang berbeda. Sapi yang dipotong pada usia lanjut akan memiliki
daging yang liat, apalagi bila sapi itu dipekerjakan terlalu berat dan diberi
pakan yang tidak memenuhi syarat. Hewan ternak yang hanya diberi
pakan berupa hijauan dari rumput akan memperoleh kadar lemak yang
sangat rendah sebab kandungan lemak kasar pada rumput hanya sekitar
1%. Bahan pakan ternak yang banyak mengandung lemak adalah :
bungkil kacang tanah, bungkil kelapa dan bungkil kedelai.

c. Karbohidrat

Karbohidrat berfungsi sebagai sumber tenaga (energi) dan sebagai


pembentuk lemak cadangan di dalam tubuh. Setelah dicerna, karbohidrat
diserap oleh darah berupa glukosa dan langsung dioksidasi menjadi energi
atau lemak cadangan. Suber karbohidrat yang penting ialah serat kasar dan
BETN (bahan ekstrak tanpa nitrogen) yaitu bagian dari bahan makan yang
banyak mengandung karbohidrat, pati dan gula. Jagung dan pakan butiran
lainnya juga sebagai sumber karbohofrat. Kebutuhan sapi akan
karbohidrat juga dapat dipenuhi daribahan hijauan, sehingga kebutuhan
ternak akan karbohidrat tidak banyak mengalami kesulitan.

d. Mineral

Mineral berguna dalam pembentukan jaringan tulang dan otot,


proses produksi, penggantian mineral tubuh yang hilang, dan pemeliharaan
kesehatan. Meskipun diperlikan hanya dalam jumlah yang kecil dan
terdapat dalam jumlah banyak dalam jaringan tulang, mineral berperan
amat penting dalam kehidupan hewan ternak. Yaitu : mineral
mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat makanan,pada anak
hewan yang sedang tumbuh atau yang sudah dewasa, mineral diperlukan
untuk memperbarui sel-sel yang mati. Selain itu, janin hanya dapat
tumbuhdengan baik bila tersedia mineral dalam jumlah yang
cukup.Beberapa jenis mineral penting yang diperlukan tubuh ialah :
natrium, khlor, kalsium, fosfor, sulfur, kalium, magnesium, tembaga, seng,
selenium.

Pada umumnya unsure tersebut banyak terdapat dalam


pakan. Namun mineral tertentu seperti garam dapur (NaCl), calsium (Ca)
dan fosfor, sering masih perlu ditambahkan dalam ransum.Mineral fosfor
banyak ditemukan pada padi-padian, sedangkan makanan kasar lainnya
banyak mengandung Ca. Tanda bahwa ternak sapi kekurangan mineral
ialah : sapi suka makan tanah. Kekurangan mineral dapat menimbulkan
penyakit tulang atau fertilitasnya (kesuburan) ternak menjadi rendah. Pada
sapi, sumber mineral utama ada;ah hijauan, dan pakan tambahan berupa
mineral (feed supplement-mineral)

e. Vitamin

Dalam tubuh, vitamin berfungsi untuk mempertahankan kekuatan


tubuh dan memprimakan kesehatan dalam berproduksi.Kebutuhan ternak
akan vitamin sering tidak menjadi perhatian peternak karena unsure
tersebut biasanya tersedia dalam jumlah yang cukup dalam pakan. Selain
itu, hewan memamah biak seperti sapi dapat membentuk vitamin tertentu
dalam ususnya, terutama vitamin B kompleks. Akan tetapi, pada musim
kemarau yang panjang, bahan pakan sapimengandung vitamin A dengan
kadar yang tidak cukup. Oleh karena itu, bagi ternak sapi yang dipelihara
secara intensif, atau yang ruang geraknya dibatasi, ransumnya perlu
ditambahkan vitamin A.Jika kadar vitamin A dalam tubuh berlebihan,
maka vitamin tersebut akan disimpan dalam waktu yang lama dalam
hati. Pada sapi vitamin A yang disimpan dapat bertahan sampai enam
bulan, dan kambing selama tiga bulan. Bagain hijauan tanaman yang
sedang tumbuh, atau pada bagian pucuknya banyak mengandung karoten,
yang dalam tubuh hewn dapat diubah menjadi vitamin A.Sementara
vitamin A dapat dibentuk dari karoten, vitamin B dapat dibentuk
sepenuhnya di dalam tubuh hewan, sedangkan vitamin C dapat dibentuk
sendiri oleh semua jenis hewan yang telah dewasa, dan vitamin D dibentuk
oleh tubuh hewan dari provitamin D dengan bantuan sinar
matahari.Sumber utama vitamin tubuh pada sapi adalah hijauan.. Akan
tetapi, beberapa factor seperti jenis tanah, iklim dan waktu dan cara
penyimpanan hijauan, dapat berpengaruh terhadap kandungan vitamin
dalam hijauan itu

f. Air

Air berfungsi mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan,


mengelauarkan bahan yang tidak berguna dari dalam tubuh seperti
keringat, air seni, dan kotoran (80% air), melumasi persendian, dan
membantu pengpenglihatan. Air merupakan unsure terbesar dalam tubuh
hewan karena lebih dari 50% komposisi tubuh terdiri atas
air. Kebanyakan jaringan dalam tubuh hewan mengandung 70-90%
air. Hewan yang kekurangan air biasanya lebih cepat mati daripada yang
kekurangan makanan yang sekali gus membuktikan bahwa air mempunyai
fungsi yang sangat penting bagi ternak. Oleh karena itu, para peternak
harus sungguh-sungguh memperhatikan kebuituhan ternaknya akan
air.Kebutuhan ternak akan air minum sangat beragam di antara ternak
yang satu dengan yang lainnya. Keragaman ini dipengaruhi olah berbagai
faktor, seperti : jenis sapi, umur, suhu lingkungan, jenis bahan makanan,
dan volume makan yang masuk dalam tubuh, serta aktifitas sapi yang
bersangkutan.
Pada sapi muda. I yang sedang bekerja, sapi yang berada pada
lingkungan suhu yang tinggi, dan sapi yang diberi pakan jerami dalam
jumlah yang besar, kebutuhan akan air minum lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sapi pada keadaaan normal.Kebutuhan tubuh sapi
akan air dapat dipengaruhi dari air minum, air dalam bahan makanan, dan
air metabolic yang berasal dari glukosa, lemak dan protein. Sebagai
pedoman bagi penyediaan air minumadalah : sapi dewasa yang bekerja
memerlukan air sekitar 35 liter air dalam sehari, sedangkan sapi yang tidak
bekerja memerlukan air sekitar 25 liter.

2.7. Pertambahan Bobot Badan (PBB)

Pengelolaan produksi Produktivitasadalah hasil yang diperoleh dari

seekor ternak pada ukuran waktu tertentu (Hardjosubroto, 1994).

Produktivitas sapi biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari tingkat

reproduksi dan pertumbuhan (Seiffert, 1978). WodzickaTomaszewska et

al. (1988) menyatakan bahwa aspek produksi seekor ternak tidak dapat

dipisahkan dari reproduksi ternak yang bersangkutan, sehingga dapat

dikatakan bahwa tanpa berlangsungnya reproduksi tidak akan terjadi

produksi. Dijelaskan pula bahwa tingkat dan efisiensi produksi ternak

dibatasi oleh tingkat dan efisiensi reproduksinya. Menurut Djanuar (1985)

bahwa produktivitas sapi perbibitan dapat ditingkatkan baik melalui

modifikasi lingkungan atau mengubah mutu genetiknya, 14 namun dalam

prakteknya adalah kombinasi antara kedua alternatif di atas. Yang

termasuk dalam komponen performans produktivitas sapi potong adalah

jumlah kebuntingan, kelahiran, kematian, panen pedet (calf crop),

perbandingan anak jantan dan betina, jarak beranak, bobot sapih, bobot

setahun (yearling), bobot potong dan pertambahan bobot badan.


BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Praktek Kerja Lapang ( PKL ) tentang Manajemen pakan pada sapi

bali yaitu bertempat di BBIB Singosari, Kec. Singosari, Kab. Malang Jawa

Timur.

Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangtentang Manajemen

pakan pada sapi dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2017.

3.2 Materi

Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang

adalah Sapi Bali di BBIB Singosari, Kec. Singosari, Kab. Malang Jawa

Timur.

3.3 Metode

Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan Praktek Kerja

Lapang (PKL) adalah dengan observasi, partisipasi aktif dengan

melakukan kegiatan rutin dan melakukan pencatatan data di di BBIB

Singosari Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara

langsung dengan karyawan maupun staf perusahaan berdasarkan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya . Data Sekunder diperoleh

dari catatan perusahaan dan monografi perusahaan. Data yang diperoleh

kemudian diolah, dianalisis, secara deskriptif dan dibandingkan dengan


pustaka, kemudian disusun menjadi sebuah laporan Praktek Kerja Lapang

(PKL).

3.4. AnalisisData

Kegiatan PKL di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data

yang di peroleh berupa data primer dan sekunder.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Sapi Bali

Sapi Bali (Bos Sondaicus) adalah sapi asli Indonesia hasil


penjinakan (domestikasi) banteng liar. Para ahli meyakini bahwa
penjinakan tersebut telah dilakukan sejak akhir abad ke 19 di Bali
sehingga sapi jenis ini dinamakan sapi Bali. Bangsa sapi Bali memiliki
klasifikasi taksonomi menurut (Williamson dan Payne, 1993) sebagai
berikut ;
Phylum : Chordata,
Sub-phylum : Vertebrata,
Class : Mamalia,
Ordo : Artiodactyla,
Sub-ordo : Ruminantia,
Family : Bovidae,
Genus : Bos,
Species : Bos sondaicus.

Salah satu dari kegiatan praktek kerja lapangan yang telah


dilakukan adalah mengidentifikasi ciri-ciri atau karakteristik sapi Bali
betina dewasa. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa secara fisik, ciri ciri
sapi Bali yaitu berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk,
kulitnya berwarna merah bata, cermin hidung, kuku dan bulu ujung
ekornya berwarna hitam, kaki-kakinya ramping pada bagian bawah
persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga
ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit
berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya
selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang
dari gumba hingga pangkal ekor. Sapi Bali jantan berwarna lebih gelap
bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan
biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam legam
setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin (Anonima , 2012 ). Sapi Bali
jantan bertanduk dan berbulu warna hitam kecuali kaki dan pantat. Berat
sapi Bali dewasa berkisar 350 hingga 450 kg, dan tinggi badannya 130
sampai 140 cm. Sapi Bali betina juga bertanduk dan berbulu warna merah
bata kecuali bagian kaki dan pantat. Dibandingkan dengan sapi Bali jantan,
sapi Bali betina relatif lebih kecil dan berat badannya sekitar 250 hingga
350 kg (Darmaja, 1980)

4.2. Jenis Pakan


Pada umumnya ternak sapi bali lebih menyukai rumput hijauan ini
dikarenakan sapi adalah hewan herbivore (pemakan rumput). Rumput
memiliki berbagai jenis dan spesies. Pada umunya rumput yang sering
dikondumsi oleh ternak sapi ialah rumput gajah, rumput benggala dll
(Anonim, 2007). ini lebih efisien karena tersedianya lahan rumput gajah
yang telah tersedia. Dismping jenis pakan rumput kita memberikan
campuran konsentrat, silase, Hay dan Mineral.
4.2.1. Rumput Gajah
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) memiliki produksi dan
berkualitas tinggi. Produksi rumput gajah pada kondisi ideal mencapai 290
ton bahan segar/ha/th (Soegiri et al.,1982). Dengan rata-rata kandungan zat-
zat gizi yaitu : protein kasar 9,66%, BETN 41,34%, serat kasar 30,86%, lemak
2,24%, abu 15,96%, dan TDN 51% (Hartadi dkk., 1986 dan Lubis, 1992).
Kandungan nutrien setiap ton bahan kering adalah N:10-30 kg;
P:2-3 kg; K:30-50 kg; Ca:3-6 kg; Mg dan S:2-3 kg. dengan hasil bahan
kering tiap tahun 20-40 ton/Ha, karenanya banyak zat diserap dari tanah.
Jika tidak dipupuk hasil]nya akan segera menurun drastis dan gulma akan
menyerang. Walaupun rumput gajah jarang ditanam dengan polong-
polongan (legume), namun tetap dapat dikombinasikan dengan baik.
Berbagai jenis rumput pakan telah diseleksi tanah terhadap cekaman
aluminium pada tanah masam (Anwar dkk, 2003), rumput gajah termasuk
kelompok toleran tanah masam. Namun keberhasilan pertumbuhan dari
produksi dankualitas hijauan diharapkan akan semakin tinggi, apabila
cekaman kemasaman dapat dikurangi, yaitu dengan penerapan pupuk
organik.

4.2.2. Konsentrat
Konsentrat merupakan suatu campuran pakan yang mengandung
kadar serat kasar rendah dan mudah dicerna. Konsentrat juga merupakan
bahan pakan tambahan yang berfungsi sebagai pelengkap kebutuhan
nutrisi utama yang belum terpenuhi dalam pemberian pakan hijauan atau
pakan kasar (AAK, 1990).
Konsentrat memiliki energi yang tinggi dan serat kasar yang rendah.
Pemberian konsetrat pada sapi perah harus disesuaikan dengan kebutuhan
sapi. Jumlah konsentrat yang diberikanuntuk sapi potong penggemukan,
karena apabila konsentrat terlalu banyak diberikan akan mengakibatkan
kegemukan pada sapi perah sehingga reproduksi sapi perah terganggu
(Anggorodi, 1979). Bahan pakan konsentrat adalah bahan pakan yang
mengandung satu atau lebih zat makanan dalam makanan dalam
konsentrat tinggi yang terdiri dari bahan pakan sumber energi, sumber
protein, sumber mineral dan vitamin (Syarief, 1985).

4.2.3. Silase

Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk


segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-
rumputan.
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau
leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses
ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di
musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin
dilakukan. Prinsip utama pembuatan silase:

a) Menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman


b) Mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi
kedap udara
c) Menahan aktivitas enzim dam bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas


yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yakni:

a) Mempunyai tekstur segar


b) Berwarna kehijau-hijauan
c) Tidak berbau
d) Disukai ternak
e) Tidak berjamur
f) Tidak menggumpal

Beberapa metode dalam pembuatan silase :

a) Metode pemotongan
b) Metode pencapuran

4.2.4. Mineral
4.2.5. Hay
Hay merupakan hijauan berupa daunan jenis rumputan atau bijian
yang sengaja dipanen menjelang berbunga yang dikeringkan baik dengan
cara diangin-anginkan maupun dengan cara dikeringkan dengan panas
matahari secara langsung. Hay merupakan hijauan makanan ternak yang
sengaja dipotong dan dikeringkan agar bisa diberikan kepada ternak pada
kesempatan yang lain. Tujuan dari pembuatan hay ini yaitu hay adalah
untuk mengurangi tingkat kandungan air dari hijauan hingga pada suatu
level dimana menghambat aksi dari enzim-enzim baik yang dihasilkan
oleh tanaman maupun mikrobial (Mc Donald et al., 2002 dalam Mansyur
et al., 2007), untuk dapat menyediakan hijauan pakan untuk ternak pada
saat-saat tertentu, seperti dimasa paceklik atau musim kemarau, untuk
dapat memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi pada
saat itu belum dimanfaatkan.

4.3. Frekuensi Pemberian Pakan Dan Jumlah Pakan


Pemberian pakan pada sapi Bali di Balai besar inseminasi buatan
singosari (BBIB) 2x dalam satu hari pada pagi pukul 07.00 dan pada sore
hari pukul 14.30 dengan jumlah pakan 12 Kg pada pagi hari dan 12 Kg
pada sore hari dengan 24 Kg dalam satu hari.

4.4. Cara Pemberian Pakan


Dalam pemberin pakan pada sapi Bali di BBIB Singosari dengan
mengunakan metode TMR

4.5. Nutrisi Pada Pakan

Kandungan zat Makanan


No Kode Bahan Abu Protein Serat Lemak TDN NDF Ca P (%)
. Bahan Kering (%) Kasar Kasar Kasar (%) (%) (%)
(%) (%)
(%) (%) (%) HNO3+HCL04

1. Hay 86,96 9,48 8,36 41,37 1,35 50,48 79,06 0,65 2,03
2. Silase 23,35 8,20 8,64 31,66 2,46 53,99 64,42 0,70 1,86
Jagung
3. TMR 29,73 10,92 12,30 30,24 3,46 55,95 63,88 1,12 4,65
4. Rumput 41,35 12,54 10,02 41,62 1,68 52,00 74,34 0,70 2,53
gajah
5. Mineral
6. Konsentrat
4.6. Konsumsi pakan
4.7. Pertambahan Berat Bobot Badan (PBB)

Anda mungkin juga menyukai