Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan Kulit

PEMBUATAN KERUPUK KULIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Final Praktek


TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT

OLEH :

IWAN RIDHO
1805104010076

JURUSAN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM / BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, penguasa alam raya yang telah menurunkan Al-Quran
sebagai cahaya dan penerang bagi umat manusia. Al-Quran merupakan kitab petunjuk yang
dapat mengeluarkan umat manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya keislaman untuk
mewujudkan kebahagiaan yang diridhai Allah. Serta dengan hidayahNya pulalah, penulis
dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah “Teknologi Pengolahan Kulit".
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Nabi dan Rasul
teladan yang senantiasa memberikan pengajaran dan pendidikan kepada umatnya. Serta
sahabat-sahabat beliau yang telah beriman, berkorban, menolong dan mengikuti cahaya
petunjuk yang dibawa oleh beliau.
Tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan mampu
menyelesaikan tugas ini. Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Hidayatus Salami
S.Pt yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberi arahan serta
dukungan sejak awal hingga akhir penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan di dalamnya, oleh
karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca, sangat diharapkan.

Banda Aceh, 6 Desember 2021

Iwan Ridho
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II DASAR TEORI...........................................................................................................3

2.1 Pengertian Kulit...............................................................................................................3

2.2 Kerupuk Kulit...................................................................................................................4

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM...............................................................................6

3.1 Waktu Dan Tempat..........................................................................................................6

3.2 Alat Dan Bahan................................................................................................................6

3.3 Prosedur Kerja..................................................................................................................6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................8

4.1 Hasil Pengamatan.............................................................................................................8

4.2 Pembahasan......................................................................................................................8

BAB V PENUTUP..................................................................................................................10

5.1 Kesimpulan....................................................................................................................10

5.2 Saran...............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan salah satu jenis hasil ternak yang sekarang ini telah dijadikan sebagai
suatu komoditi perdagangan dengan harga yang cukup tinggi. Pada umumnya kulit
dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sepatu, jaket, dompet, ikat pinggang serta masih ada
beberapa produk-produk lain yang memanfaatkan kulit sebagai bahan bakunya, seperti
kerupuk kulit dan gelatin untuk bahan pangan. Komoditas kulit digolongkan menjadi kulit
mentah dan kulit samak, kulit mentah adalah bahan baku kulit yang baru ditanggalkan dari
tubuh hewan sampai kulit yang mengalami proses-proses pengawetan atau siap samak.
Kulit adalah lapisan luar tubuh binatang yang merupakan suatu kerangka luar, tempat
bulu binatang itu tumbuh. Dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan bahwa kulit adalah
lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh binatang dari pengaruh-pengaruh luar
misalnya panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan alat penghantar
suhu. Pada saat hidup, kulit memiliki fungsi antara lainsebagai indra perasa, tempat
pengeluaran hasil pembakaran, sebagaii pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer
terhadap pukulan, sebagai penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur peralatan
tubuh hewan (Sunarto, 2001) dalam (Raffy, 2012).
Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan. Kerupuk dapat berasal dari berbagai
bahan pangan, salah satu contohnya yaitu dari kulit sapi, kerbau dan hewan lainnya. Kerupuk
yang berbahan dasar kulit disebut juga kerupuk kulit atau kerupuk rambak. Di Indonesia
sangat banyak pengolahan kerupuk kulit baik itu secara tradisional maupun yang sudah
modern dengan menggunakan mesin pengeringan, pada umumnya industri kerupuk kulit
melakukan pengeringan dengan cara menjemur produk olahanya langsung di bawah sinar
matahari dengan wadah yang dibentuk dengan kayu dan jaring. Hal ini sangat bergantung
kondisi cuaca, dan efisiensi kerja tidak optimal serta produk yang dihasilkan kurang higienis.
Proses pengeringan tradisional secara langsung membutuhkan waktu selama 5-7 hari. Untuk
meningkatkan kapasitas produksi maka di butuhkan alat pengering yang dapat mempercepat
proses pengeringan.
Kerupuk kulit sapi adalah suatu produk makanan hewani yang memanfaatkan kulit
sapi yang diolah sebagai makanan yang lebih menarik. Kerupuk kulit sapi memang susah
sudah menjadi bagian yang sulit di pisahkan dari lidah konsumen orang indonesia.

1
Penggemarnya sangat banyak, yang berasal dari berbagai kalangan. Kerupuk yang gurih dan
renyah inipun cocok di pasangkan dengan makanan apa saja. Kulit sapi merupakan salah satu
bahan baku utama dalam industri pembuatan sepatu, tas dan jaket. Namun, ternyata selain
sebagai pembuatan sepatu dan tas, kulit sapi juga mulai diolah menjadi makanan ringan
seperti kerupuk kulit atau biasa di sebut dengan rambak.
Dalam proses pembuatan kerupuk kulit sapi langkah pertama bahan baku kulit sapi
yang sudah kering setelah di jemur di sinar matahari, lalu di press agar lebih rapi dan mudah
untuk di masukan pada tungku perebusan. Setelah direbus bahan baku kerupuk kulit sapi itu
lalu di berikan bumbu penyedap agar rasanya lebih gurih dan renyah dan di lakukan
penggorengan dua kali agar hasilnya lebih gurih dan renyah secara merata.
Bentuk dari mesin pengepressan bahan baku krupuk kulit sapi adalah dengan
menggunakan dua plat baja yang di letakan dengan posisi mendatar (horisontal) dangan jarak
setiap plat baja adalah 1,5 m. Salah satu plat baja yang terletak diatas akan turun secara
otomatis dengan mengunakan tenaga mekanik. Dalam hal ini piston dipasang pada plat baja
yang terletak di atas dan dipasang dalam posisi tegak lurus (vertial). Plat yang terletak
dibawah tetap dan tidak bergerak sebagai tumpuan untuk press bahan baku kerupuk kulit sapi
yang akan dipress. Plat baja yang terletak pada posisi atas akan turun dengan beban 1000 kg.
Untuk bahan baku kerupuk kulit sapi sendiri sudah disiapkan masing-masing dengan berat 50
kg untuk satu kali pengepressan. Daya yang dibutuhkan piston untuk menekan ke bawah
adalah dengan kapasitas tekan 1000 kg.
1.2 Tujuan
1. Mengertahui cara pengolahan kerupuk kulit.
2. Mengetahui bagaimana proses pembuatan kerupuk kulit yang lebih higienis.
3. Mengetahui kandungan yang terdapat pada kulit.
4. Memberikan informasi kepada para pembaca mengenai pengolahan kulit.
5. Menjadi salah satu usaha untuk mengurangi limbah kulit ternak.

2
BAB II

DASAR TEORI
2.1 Pengertian Kulit
Kulit  adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh dalam luas permukaan dan berat
badan. Kulit terdiri dari dua  lapisan yaitu epidermis dan dermis. Di bawah dermis terletak
hipodermis atau  jaringan subkutan lemak. Kulit memiliki tiga fungsi utama
yaitu perlindungan, regulasi, dan sensasi. Kulit adalah organ perlindungan. Fungsi utama dari
kulit adalah untuk bertindak sebagai penghalang. Kulit memberikan perlindungan dari:
dampak mekanik dan tekanan, variasi suhu, mikro-organisme, radiasi dan bahan kimia.
Kulit adalah hasil samping dari pemotongan ternak, merupakan lapisan terluar
dari tubuh hewan, diperoleh setelah hewan tersebut mati dan dikuliti. Kulit dari ternak
besar dan kecil baik itu sapi, kerbau, dan domba serta kambing memiliki struktur jaringan
yang kuat dan berisi,sehingga dalam penggunaanya dapat dipakai untuk keperlan pangan
dan non pangan (Sudarminto, 2000). Kulit segar hasil pemotongan ternak dapat langsung
disamak atau diproses lebih lanjut, tetapi tidak semua kulit menjadi bahan baku industry
penyamakan maka kulit yang tidak dapat digunakan dalam penyamakan bias langsung
diproses dalam bentuk produk pangan seperti dibuat kerupuk rambak. Kulit merupakan
salah satu alternatif bahan pangan yang masih memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi. Kandungan gizi antara kulit dengan daging bisa dikatakan relatif sama. Kulit
mengandung protein, kalori, kalsium, fosfor, lemak, besi, vitamin A dan vitamin B1. Zat-
zat gizi tersebut jumlahnya bervariasi, tetapi kandungan protein, kalori dan fosfornya
cukup tinggi (Sutejo, 2000). Kulit mentah mengandung kadar air sebesar 64%, protein
33%. Lemak 2%, mineral 0,5% dan senyawa lain seperti pigmen 0,05% (Sharphouse,
1971).
Kulit sapi ialah bagian paling luar daging sapi. Kulit sapi biasanya dikeringkan dan
digoreng menjadi rambak. Kulit merupakan organ tunggal tubuh paling berat, pada sapi
sekitar 6-8%, dan domba 8-12%, dengan demikian kulit juga merupakan hasil ikutan ternak
yang paling tinggi nilai ekonominya yaitu sekitar 59% dari nilai keseluruhan by-product yang
dihasilkan oleh seekor ternak (Wikipedia, 2013). Pada kulit sapi kandungan yang paling
dominan adalah gelatin. Gelatin merupakan protein alami yang diekstrak dari tulang dan kulit
berbagai jenis binatang seperti sapi. Molekul-molekul gelatin tersusun dari ribuan rantai asam
amino. Rantai-rantai protein tersebut dihubungkan secara cross-links (interaksi-silang),

3
karenanya terdapat lubang (rongga) diantara rantai yang dapat menahan air (Lab. of
Conjugat, 2001). Gelatin bersifat tidak berwarna, transparan, mampu menyerap air 5-10 kali
bobotnya, membentuk gel pada suhu 35-40°C dan larut dalam air panas, membengkak
(swelling) dalam air dingin, dapat berubah secara reversible dari sol ke gel (Imeson, 1992).
Pemanfaatan kulit ternak seperti sapi sendiri banyak dilakukan untuk kepentingan
manusia sesuai dengan perkembangan zaman. Dari keseluruhan produk sampingan hasil
pemotongan ternak seperti sapi , maka kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis
yang paling tinggi. Berat kulit sapi, kambing atau kerbau berkisar 7-10 % dari berat tubuh
hewan tersebut. Secara ekonomis pun kulit memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak
(Djojowidagdo, 1999). Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka 
kulit merupakan produk yang memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi.  Berat kulit pada
sapi, kambing  dan kerbau memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuh.  Secara ekonomis kulit
memiliki harga berkisar 10-15% dari harga ternak (Gazali, 2011).
Kulit segar yang baru dilepaskan dari tubuh binatang memiliki beberapa unsur
berikut:
Collagen : 30%-32%
Lemak : 2%-5%
Epidermis : 0,2%-2%
Mineral : 0,1%-0,3%
Air : 60%-65%
Dari keseluruhan produk sampingan hasil pemotongan ternak, maka kulit merupakan produk
yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi. Berat kulit pada sapi, kambing dan kerbau
memiliki kisaran 7-10% dari berat tubuhnya. Secara ekonomis kulit memiliki harga berkisar
10-15% dari harga ternak.

2.2 Kerupuk Kulit

Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Sebutan kerupuk dibeberapa Negara antara lain
krupuk/kerupuk/kropoek di Indonesia, keropok di Malaysia, Kropek di Filiphina, bánh phông tôm
di Vietnam merupakan makanan ringan (snack) di beberapa negara Asia (Anonymous, 2010).
Kerupuk bertekstur garing dan dijadikan sebagai makanan selingan, pelengkap untuk berbagai
makanan Indonesia seperti nasi goreng, gado-gado, soto, rawon, bubur ayam dan lain lain dan
bahkan orang menganggap kerupuk sebagai lauk sehari-hari. Kerupuk biasanya dijual dalam

4
kemasan yang belum digoreng (kerupuk mentah) atau dalam kemasan yang sudah digoreng
(kerupuk matang).
Kerupuk kulit atau yang dikenal dengan nama kerupuk rambak adalah kerupuk yang tidak
dibuat dari adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi, kerbau, kelinci, ayam atau kulit ikan
yang dikeringkan (Anonymous, 2011).
Kerupuk merupakan jenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume
membentuk produk yang berrongga dan mempunyai densitas rendah selama penggorengan
(Siaw et al., 1985). Sedangkan kerupuk kulit merupakan produk olahan hasil samping dari
kulit hewan (Wiriano, 1984). Mirasa (2008) menyatakan industri pengolahan kerupuk kulit
skalanya masih Industri Rumah Tangga (IRT). Industri ini banyak dijumpai di Jawa Timur
yang merupakan daerah sentra industri kerupuk kulit.
Dalam usaha kerupuk kulit memiliki kendala utama, dimana pemenuhan bahan baku
utama kulit kerbau lebih sulit didapatkan dibanding dengan kulit sapi. Adapun bahan baku
pembuatan kerupuk kulit yang digunakan adalah kulit segar. Kulit segar yang hendak dibuat
kerupuk kulit sebaiknya kulit yang tebal dan telah dipisahkan dari lemak serta dagingnya
(Wiriano, 1984). Bahan yang digunakan dalam memproduksi kerupuk kulit adalah kulit
kerbau yang telah mengalami pengeringan, tetapi terkadang menggunakan kulit sapi bagian-
bagian pinggir atau sisa dan bermutu rendah.
Kulit yang diolah menjadi kerupuk adalah kulit yang tidak dapat disamak karena
rusak atau cacat dan kulit bagian kepala atau kaki. Dengan demikian, kerupuk kulit
merupakan produk olahan bahan samping (Suwarastuti dan Dwiloka 1989). Suwarastuti
(1992) menjelaskan bahwa pada umumnya kulit yang dibuat kerupuk adalah kulit kering,
meskipun kadang-kadang digunakan kulit segar tapi jumlahnya terbatas. Hal ini disebabkan
kulit segar yang dibuat kerupuk jumlahnya tidak banyak. Kebanyakan kulit segar yang baik
kualitasnya diawetkan untuk bahan industri penyamakan.

5
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan Daging Jurusan
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala.
3.2 Alat Dan Bahan
1. Bahan
Kulit sapi, kulit kambing/kikil, atau kulit kerbau
2. Alat
- Pisau untuk penghilang bulu
- Pisau pemotong dan bamboo
- Drum untuk merebus
- Bak pencuci
- Tiang penjemur
- Penggorengan dan pengaduk,
- Kompor,
- Rajang penjemur
3.3 Prosedur Kerja
1. Kulit direbus dalam drum sambil diaduk-aduk.
Perebusan dilakukan selama setengah jam agar bulunya mudah dihilangkan dengan
pisau.
2. Setelah bersih dari bulu kulit direbus kembali selama 1 jam, dicuci dan disikat sisa
sisa bulunya lalu ditiriskan
3. Kemudian dilanjutkan dengan pengkikilan (penghilangan lemak-lemaknya) agar saat
penggorengan menjadi mekar.
4. Selanjutnya dilakukan pemotongan kecil-kecil dan ditambah garam.
5. Tahap berikutnya dilakukan penjemuran selama 2 hari sampai berwarna kekuningan
dan mengkerut.
6. Kulit yang telah kering digoreng ½ matang.
Caranya minyak goreng disiapkan dan dituangkan dalam penggorengan. Kulit
dimasukkan kedalamnya sambil diaduk-aduk selama ¼ jam, lalu kompor dimatikan
dan kulit didiamkan selama 1jam. Setelah itu dimasak lagi. Begitu seterusnya

6
sampai 6 jam, kulit lalu ditiriskan untuk mengurangi kadar lemak.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

No. Sampel Pengamatan Karakteristik


Warna Rasa Tekstur Aroma
Putih sedikit Sangat
1. Kerupuk kulit sapi Sangat suka Suka
kuning suka
4.2 Pembahasan
Penyamakan kulit adalah suatu proses pengolahan untuk mengubah kulit mentah
hides maupun skines menjadi kulit tersamak atau leather. Penyamakan kulit merupakan cara
untuk mengubah kulit mentah (hide/skin) yang bersifat labil (mudah rusak oleh pengaruh
fisik, kimia dan biologis) menjadi kulit yang stabil terhadap pengaruh tersebut yang biasa
disebut kulit tersamak (leather). Kulit samak atau kulit jadi memiliki sifat-sifat khusus yang
sangat berbeda dengan kulit mentahnya, baik sifat fisis maupun sifat khemisnya. Kulit
mentah mudah sekali membusuk dalam keadaan kering, keras, dan kaku. Sedangkan kulit
tersamak memiliki sifat sebaliknya Teknik mengolah kulit mentah menjadi kulit samak
disebut penyamakan. Dengan demikian, kulit hewan yang mudah busuk dapat menjadi tahan
terhadap serangan mikroorganisme. Prinsip mekanisme penyamakan kulit adalah
memasukkan bahan penyamak ke dalam anyaman atau jaringan serat kulit sehingga menjadi
ikatan kimia antara bahan penyamak dan serat kulit (Raffy, 2012).
Salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas kulit samak adalah factor
pengawetan kulit pada saat terlepas dari tubuh ternak. Supaya kulit mentah dapat disimpan
lama, maka kulit mentah tersebut harus terlebih dahulu diawetkan untuk mencegah
(menghindari) kerusakan yang disebabkan oleh kontaminasi bakteri perusak. Pengawetan
kulit pada dasarnya bukan termasuk penyamakan, namun faktor ini sangat memegang
peranan penting sebab dapat mempengaruhi kualitas kulit samak yang dihasilkan. Apabila
cara pengawetan tidak sesuai dengan prosedur, maka tentu sangat sulit untuk mendapatkan
hasil kulit samak yang berkualitas. Dalam hal ini pengawetan yang tidak benar akan
menimbulkan bau yang busuk pada kulit serta permukaan yang tidak merata. Kondisi ini
dapat disebabkan oleh adanya pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur, bakteri, lalat dan
jenis serangga lain pada kulit, sehingga tentunya membutuhkan perhatian khusus.

8
Untuk mencegah hidup dan berkembangbiaknya bakteri perusak, ada beberapa cara
yang dapat ditempuh antara lain dengan mengurangi kadar air secara teratur sedemikian rupa,
sehingga kadar air dalam kulit mentah kurang dari batas minimum kadar air yang diperlukan
untuk hidup dan tumbuhnya bakteri perusak. Teknik pengeluaran atau pengurangan kadar air
dapat dilakukan dengan cara dipanasi dengan sinar matahari atau oven ataupun dapat juga
dilakukan dengan menggunakan larutan garam pekat (NaCl) serta kombinasi dari beberapa
teknik tersebut.
Peranan garam bukanlah sebagai pembunuh bakteri, melainkan hanya berfungsi untuk
mengurangi kadar air yang terkandung dalam kulit mentah. Sifat garam yang higroskopis
akan menarik air keluar dari sel-sel penyusun kulit dengan cara menempati ruangan-ruangan
yang sebelumnya ditempati oleh air, sehingga untuk menghasilkan kulit awetan yang baik,
seharusnya kita mencampur bahan-bahan pembunuh mikroorganisme dengan garam yang
akan kita pakai dalam proses pengawetan. Bahan-bahan pembunuh mikroorganisme yang
dipakai tidak boleh bereaksi dengan kulit yang akan kita awetkan.

9
BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Pengolaha kerupuk kulit berawal dari pembersihan, perebusan, pengeringan, dan
penggorengan.
2. Pengolahan kerupuk kulit yang baik dan higeinis akan menghasilkan produk yang
berukualitas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
3. Pada kulit sapi kandungan yng paling dominan adalah gelatin. Gelatin merupakan protein
alami yang diekstrak dari tulang dan kulit berbagai jenis binatang seperti sapi.
4. Pengolahan kulit menjadi kerupuk merupakan salah satu bentuk diversifikasi produk yang
sangat perlu dilakukan karena memiliki berbagai manfaat baik sebagai pengolahan limbah
maupun sebagai peluang usaha
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum tekhnologi pengolahan kulit sebaiknya para praktikan lebih
memperhatikan dengan seksama agar dapat memahami cara pengolahan kulit yang baik
sehingga para praktikan mendapatkan inovasi-inovasi baru yang dapat diberikan terkaiit
produk pengolahan kulit.

10
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2010. Krupuk a.k.a Kerupuk. Wikipedia, the free encyclopedia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Kerupuk.

Djojowidagdo, S. 1999. Histologi Sebagai Ilmu Dasar dan Perannya dalam Pengembangan


IPTEK Pengolahan Kulit. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Gazali, I. 2011. Teknologi Pengawetan dan Pengolahan. (Online).


(http://irmangasali.blogspot.com/2011/03/teknologi-pengawetan-danpengo
lahan.html. Diakses pada hari Sabtu 4 Desember 2021).

Imeson, A. 1992. Thickening & Gelling Agent for Food. Di dalam T. Haryati. 2002. Aplikasi
Gelatin Tipe A Berbahan Baku Kulit Sapi Pada Produk Susu Pembersih. Skripsi-
FMIPA. IPB. Bogor.

Laboratory of Conjugated Organic Materials & Superconductors, Staff. 2001. Eksperimental


and Technological Aspects of Modern Optics-Manual. Dept. of Physics. ITB.
Bandung.
Raffy, H. 2012. Gantungan Kunci Ceker Ayam. http://ag1992.blogspot.com /2012/10
/gantungan-kunci-ceker-ayam-makalah.html. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2016.

Sharphouse,  J.B.  1971.  Leather Technician s  Handbook.  Product Association. London.

Sutejo, A. 2000. Rambak Cakar Ayam. PT. Trubus Agrisana. Surabaya.

Sudarminto,  2000.  Pengaruh  Lama Perebusan Pada Pembuatan Rambal Sapi. Jurnal


Makanan Tradisonal.

Wikipedia, 2013. Kulit Sapi. (Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/Kulit_sapi Diakses pada


hari Sabtu 4 Desember 2021).

11

Anda mungkin juga menyukai