Oleh
Kelas :D
Kelompok :2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
“Pengertian dan Sifat Fisik dan Kimia Kulit” ini dengan selesai. Tanpa
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
kepada orang tua penyusun yang selalu memberikan doa beserta dukungannya dan
kepada Dr. Ir. Lilis Suryaningsih, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Hasil Ternak, serta kepada semua pihak yang membantu menyelesaikan
makalah ini sehingga tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat, makalah
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Akhir
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
I PENDAHULUAN
III PEMBAHASAN
IV PENUTUP
LAMPIRAN .................................................................................. 16
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
iii
I
PENDAHULUAN
kandungan gizi di antaranya protein, lemak, dan mineral yang bermanfaat bagi
sebagai bahan pangan dapat diolah menjadi gelatin yang sangat bermanfaat bagi
industri.
yang sering disebut sebagai zat penyamak (tanning agent) yang berfungsi untuk
mengubah kulit mentah menjadi kulit yang tersamak. Zat penyamak berperan
fisik dan kimia kulit ternak agar dapat menentukan teknologi pengolahan kulit
yang baik.
1
2
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Kulit hewan merupakan bahan mentah kulit samak, yang berupa tenunan
dari tubuh hewan yang terbentuk dari sel-sel hidup serta hasil-hasilnya. Ditinjau
secara histologi kulit hewan mamalia mempunyai struktur yang bersamaan, yang
protein 33%, lemak 2%, mineral 0,5% dan substansi 0,5% (Kanagy, 1977).
Komposisi kimia kulit berbeda-beda tergantung dari jenis bangsa, umur dan
jenis kelamin. Kulit terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin
dan enzim. Komposisi kimia kulit segar terdiri dari 64% air,33% protein, 2%
lemak,0,2% mineral dan 0,8% substansi lain. Dari 33% protein yang terkandung
didalam kulit terdiri dari 29% kalogen,0,3% elastin, 0,2% keratin, 1% globulin dan
Air dalam kulit mentah dan kulit samak dibagi menjadi 3 golongan yaitu air
bebas,air berasosiasi dan air terikat. Air bebas mudah menguap pada proses
pengeringan kulit. Air berasosiasi adalah air yang bergabung dengan zat-zat kulit
pada proses pengeringan kulit agas sukar menguap. Air terikat yaitu air yang terikat
pada protein, pada proses pengeringan sangat sukar menguap (Soeparno, 2001).
Protein pada kulit digolongkan menjadi dua yaitu protein fibrous dan protein
globular. Keduanya ini selalu terdapat dalam kulit mentah. Protein mempunyai
3
4
pengaruh besar pada kulit adalah kolagen. Kulit mentah sangat sedikit mengandung
protein glubolar. Albumin tidak larut dalam air dan larutan garam, sedangkan
glubolin larut dalam larutan garam tetapi tidak larut dalam larutan air. Albumin dan
Kelenjar lemak berfungsi untuk meminyaki atau melumasi sel-sel rambut dan
kemuluran, kuat tekuk dan ketahanan bengkuk serta mampengaruhi kekakuan dan
melumasi serabut elastis (Soeparno , 2001). Mineral yang penting dari kulit mentah
yaitu, Na, Ca, K, Mg, dan P. Ca berfungdi untuk rekatan sel-sel jaringan (Kanagy,
1977).
antara lain pengaruh mekanik, kelembaban dan suhu luar. Kekerasan kulit dan
kekuatannya dipengaruhi oleh kadar air, protein fibrus, protein globuler dan lemak
Kekuatan tarik kulit adalah daya kulit untuk menahan sejumlah beban
persatuan luas penampang kulit sampai batas retak dan putus. Kuat tarik kulit
adalah besarnya gaya maksimum yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus
Kekuatan tarik kulit dipengaruhi oleh kadar air, lemak, protein fibrous,
(1977), sudut jalinan dan kadar lemak berpengaruh negatif terhadap kekuatan tarik
kulit, makin besar sudut jalinan dan kadar lemak kekuatan tarik akan turun. Protein
fibrous dan tebal korium yang tinggi akan menghasilkan kuat tarik yang tinggi.
didasarkan pada luas penampang contoh kulit, pertambahan panjang selama ditarik
dan beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh kulit sampai putus
contoh kulit yang ditarik hingga putus dinyatakan dalam persen. Perhitungan berapa
besarnya kekuatan tarik dan persen kemuluran didasarkan atas macam species, luas
penampang contoh kulit (cm2). Bertambahnya panjang dan beban yang dibutuhkan
Suhu Kerut ialah suhu tertentu yang mengakibatkan contoh kulit mengalami
pengerutan. Peningkatan dan penurunan suhu kerut tergantung dari kadar air,
Faktor-faktor yang menentukan sifat fisik kulit yaitu komposisi kimia dan
kulit rendah dan kekuatan kulit juga rendah. Kekuatan kulit ditentukan oleh ukuran
serabut, banyaknya berkas serabut dan susunan berkas serabut kolagen, pada hewan
muda berkas serabut kolagen masih longgar, sehingga kekuatan kulit rendah dan
6
kolagennya semakin stabil, sehingga suhu kerut kulitnya semakin tinggi (Kanagy,
1977).
pemanasan dengan air mendidih selama 15 menit yang dinyatakan dalam persentase
pengerutan kulit. Pada kulit perkamen nilai pengerutan lebih kecil dari kulit kering.
Hal ini disebabkan karena pada kulit perkamen serabutnya sudah banyak yang putus
dan kadar protein kulit perkamen lebih rendah dari kulit kering. Terputusnya
serabut akan mempengaruhi kekuatan kulit yaitu persentase kerut maksimal
(Nayudamma, 1978).
III
PEMBAHASAN
mentah dan kulit samak. Menurut Judoamidjojo (1974), kulit mentah adalah bahan
baku kulit yang baru ditanggalkan dari tubuh hewan sampai kulit yang mengalami
atas dua kelompok yaitu kulit dari hewan besar (hides) seperti sapi, kerbau, steer,
dan kuda, serta kelompok kulit yang berasal dari hewan kecil (skins) seperti
kambing, domba, calf, dan kelinci termasuk didalamnya kulit hewan besar yang
Faktor – faktor yang menentukan sifat fisik kulit yaitu komposisi kimia dan
mutu kulit rendah dan kekuatan kulit juga rendah. Kekuatan kulit ditentukan oleh
ukuran serabut, banyaknya bekas serabut dan susunan berkas serabut kolagen, pada
hewan muda berkas serabut kolagen masih longgar, sehingga kekuatan kulit rendah
susunan kolagennya semakin stabil, sehingga suhu kerut kulitnya semakin tinggi
(Kanagy, 1977).
7
1) Kekuatan Fisik
Sifat – sifat fisik kulit ialah ketahanan kulit terhadap pengaruh – pengaruh
luar antara lain pengaruh mekanik, kelembaban, dan suhu luar. Kekerasan kulit dan
kekuatannya dipengaruhi oleh kadar air, protein fibrus, protein globuler, dan lemak
a. Kekuatan kulit
per menit hingga contoh kulit tersebut putus. Bentuk anyaman, kepadatan serabut
kolagen, keutuhan serabut kolagen dan sudut anyaman ikut menentukan besarnya
Kekuatan tarik kulit adalah daya kulit untuk menahan sejumlah beban
persatuan luas penampang kulit sampai batas retak dan putus. Kuat tarik kulit
adalah besarnya gaya maksimum yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus
Kekuatan tarik kulit dipengaruhi oleh kadar air, lemak, protein fibrous,
protein globular, dan struktur jaringan (Nayudamma, 1975). Menurut Kanagy
(1977), bahwa sudut jalinan dan kadar lemak berpengaruh negatif terhadap
kekuatan tarik kulit. Makin besar sudut jalinan dan kadar lemak, maka kekuatan
tarik akan turun. Protein fibrous dan tebal korium yang tinggi akan menghasilkan
b. Kemuluran kulit
yang ditarik hingga putus. Perhitungan besarnya kekuatan tarik dan kemuluran
dudasarkan pada luas penampang contoh kulit, pertambahan panjang selama ditarik
8
dan beban yang dibutuhkan untuk menarik contoh kulit sampai putus
(Djojowidagdo, 1981).
kekuatan tarik dan persen kemuluran didasarkan atas macam spesies, luas
penampang contoh kulit (cm2). Bertambahnya panjang dan beban yang dibutuhkan
2) Topografis Kulit
Menurut Judoamidjojo (1974), secara topografis kulit dibagi menjadi :
seluruh kulit, memiliki jaringan kuat dan rapat, serta merata dan padat.
b. Daerah leher dan kepala, meliputi kira-kira 23% dari seluruh kulit. Relatif
lebih tebal dari daerah krupon, dan jaringannya longgar serta kuat sekali.
c. Daerah perut, paha, dan ekor, meliputi kira-kira 22% dari seluruh luas kulit.
2) Histologis Kulit
9
Menurut Purnomo (1985) dan Judoamidjojo (1981), secara histologis kulit
pada umumnya dibagi menjadi tiga lapisan, dari luar ke dalam yaitu epidermis,
kulit. Strukturnya seluler dan terdiri dari lapisan sel-sel ephitel yang berkembang
dengan sendirinya. Sel-sel terdalam dari epidermis selalu dalam proses berkembang
Stratum spinosum, stratum mucosum terdiri dari beberapa lapisan dari sel-sel
polyhedral, yang memiliki inti dan sitoplasma yang lebih terang. Stratum
granulosum terdiri dari satu hingga tiga lapisan sel-sel berbentuk kumparan.
Stratum lucidum terdiri dari 2-3 lapisan sel-sel datar, yang terisi oleh eleidine. Pada
pewarnaan dengan eosin, stratum ini akan berwarna merah terang. Menururt
Bienkiewicz (1983), ketebalan epidermis pada kulit hewan berbulu lebat sekitar 1%
dari total ketebalan kulit, sedangkan pada kulit hewan yang jarang bulunya (babi),
lapisan epidermis harus dibuang sampai bersih. Hanya penyamakan fur (berikut
tenunan kulit yang akan diubah menjadi kulit samak. Dermis terutama terdiri dari
jaringan penghubung dan mengandung sel-sel pigmen, pembuluh darah, dan syaraf.
Dermis (corium) terdiri dari lapisan thermostat atau rajah dan lapisan retikula atau
10
corium asli, papiller, disebut juga termostatik (stratum papilare seutermostaticum)
Nama lapisan papiller berasal dari papillae yang menutupi dermis dan
pembuluh yang dibentuk di dalamnya. Lapisan retikula pada kulit hewan besar
meliputi kira-kira 75-80% sedang pada kulit hewan kecil 45-50% dari seluruh tebal
kulit. Menurut Mann (1980), dermis sebagian besar tersusun dari tenunan-tenunan
dengan bagian-bagian lain dari tubuh. Hypodermis sebagian besar terdiri dari serat-
serat kolagen dan elastin dan mengandung sel-sel lemak. Judoamidjojo (1981)
menambahkan bahwa kandungan lemak domba Merino dapat mencapai 20% dari
bobot kulitnya, sedangkan pada sapi hanya 0,75%. Bila kadar lemaknya tinggi
maka kulit dapat lebih berlemak setelah disamak sehingga tidak disukai. Menurut
Mann (1980), pada proses penyamakan kulit, lapisan ini dibuang secara mekanik
dalam proses fleshing.
dan jenis kelamin. Kulit terdiri atas air, protein, lemak, garam, mineral, dan zat-zat
lain (Fahidin ,1997). Komposisi kimia kulit terdiri atas air 64%, protein 33%, lemak
2%, garam mineral 0,5%, dan zat-zat lainnya 0,5%. Dari 33 % protein yang
terkandung di dalam kulit terdiri dari 29% kolagen, 0,3% elastin, 2% keratin, 1 %
albumin dan globulin, dan 0,7 % mucin dan mucoid (Soeparno, 2001).
11
Komponen Persentase (%)
Air 64,0
Protein 33,0
- Kolagen 29,0
- Keratin 2,0
Lemak 2,0
persentase yang tinggi, maka perlu segera dilakukan proses pengawetan dan
penyamakan agar kulit dapat tahan lama. Menurut Purnomo (1985) kulit mentah
terdiri dari beberapa komposisi kimia yang menyusunnya yaitu ± 65%, lemak ±
1,8%, bahan mineral ± 0,2%, dan protein ±33%. Fahidin dan Muslich (1999)
menyatakan bahwa protein kulit dibagi lagi menjadi dua golongan, yaitu protein
berbentuk (fibrous protein), terdiri dari kolagen, keratin dan elastin, dan protein tak
Pada umumnya kulit segar setelah dikeringkan kadar airnya akan turun
12
sebagai patokan didalam proses perendaman yaitu pengembalian kulit kering
menjadi segar.
Protein kulit kira–kira merupakan 80% dari total berat kering kulit.
Macamnya banyak dan komposisinya sangat kompleks. Protein kulit dapat dibagi
a. Protein yang berbentuk diantaranya yang terpenting adalah kolagen. Juga elastin
dan keratin.
Menurut Purnomo (1985), kandungan air dari tiap bagian kulit tidaklah
sama, bagaian yang paling sedikit mengandung air adalah krupon (bagian
punggung), selanjutnya berturut-turut adalah bagian leher dan bagian perut. Kadar
air berbanding terbalik terhadap kadar lemak. Jika kadar lemaknya tinggi maka
13
IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
lama
2. Sifat fisik kulit terdiri dari kekuatan dan kemuluran kulit sedangkan sifat
kimia meliputi kadar air, protein, lemak, garam, mineral, dan zat-zat lain.
4.2 Saran
Saran yang diharapkan pada makalah ini adalah semoga kedepannya dapat
menambah materi yang akan disam[aikan ahar wawasan mengenai teknologi kulit
14
DAFTAR PUSTAKA
15
Soeparno, Indratiningsih, Suharjono Triatmojo, Rihastuti. 2001. Dasar teknologi
Hasil Ternak. Jurusan Tekhnologi Hasil Ternak. Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
16
LAMPIRAN
Kata Pengantar
Sembiring
17