Anda di halaman 1dari 9

KEMENTRIAN PENDIDIKAN TINGGI DAN RISTEK

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PETERNAKAN

Mata kuliah : Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan

A. SINOPSIS KASUS :
Saudara merencanakan akan membangun suatu perusahaan peternakan dengan spesifikasi
sebagai berikut:

1. Produk yang dihasilkan adalah susu segar


2. Ternak yang dipelihara adalah sapi perah Fries Holstein diimpor dari NZ
3. Skala usaha sekitar 1000 ekor sapi perah di atas lahan seluas 120 hektar
4. Susu diolah sendiri dan dipasarkan dalam bentuk produk susu UHT kemasan.
5. Peternakan dan unit pakan akan dibangun di Kabupaten Bandung
6. Pabrik pengolahan didirikan di kawasan industri di wilayah kabupaten yang sama.

Saudara harus mempersiapkan perencanaan terhadap kegiatan usaha tersebut. Perencanaan ini,
dimulai dari menyusun Perizinan.Berdasarkan hal tersebut, perudangan/peraturan apa yang
saudara perlu ketahui dan persiapkan untuk dapat merealisasikan rencana tersebut.

Jawab pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas terhadap kasus yang telah diuraikan di
atas, sebagai berikut :

1. Identifikasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang berlaku yang berkaitan


dengan rencana kegiatan di atas.
2. Bagaimana jika saudara berhadapan dengan masalah dampak kondisi pencemaran
lingkungan yang terjadi dari usaha ternak tersebut, peraturan dan kebijakan apa yang
saudara harus ketahui?
3. Yang perlu dipersiapkan sebelum membangun peternakan dan unit pengolahan di atas
adalah berbagai hal bekaitan dengan perizinan usaha. Identifikasi peraturan yang
mensyaratkan perizinan usaha di atas.
Dokumen apa saja yang harus saudara siapkan untuk melengkapi proses perizinan
tersebut.
B. BEBERAPA ISTILAH/KONSEP KEBIJAKAN

1. Hierarki Perundang-undangan NKRI


2. Nagara hukum
3. Peranan ‘hukum’ bagi masyarakat
4. Subjek dan objek hukum
5. Kebijakan publik
6. Lingkup kebijakan publik (regulatory, distributive, redistributive, self-regulatory)
7. Tujuan kebijakan (efisiensi, efektivitas, equity, equality)
8. Kebijakan pertanian:
Kebijakan harga (output price policy, price parity, input price policy, bergaining
position)
Kebijakan non-harga (bantuan langsung, pembangunan infrastruktur, pewilayahan
sentra produksi, pembinanan usaha dan kelembagaan)
9. Beberapa contoh konkrit kebijakan di sektor pertanian:
- Kebijakan harga dasar
- Skema kredit dengan bunga rendah
- Penyediaan input pertanian dengan harga bersubsidi
- Kebijakan pembangunan sektor peternakan:
- SPR
- SIWAB
- IB
- Pengembangan Cross Breed
JAWABAN

A. SINOPSIS KASUS

1. Menurut Pasal 2 ayat (1) Permendagri No. 27 Tahun 2009 tentang Pedoman Penetapan


Izin Gangguan di Daerah
dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1977 Tentang Usaha
Peternakan Presiden Republik Indonesia

2. Memahami Pencemaran lingkungan hidup menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang


Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU
PPLH”)
dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3699)
dan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 111 Tahun 2003 tentang
Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan
Air Limbah Ke Air atau Sumber Air;

3. Proposal
Kartu Tanda Penduduk (KTP)
akta pendirian perusahaan untuk perusahaan yang telah berbadan hukum
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
akte pendirian perusahaan untuk perusahaan yang telah berbadan hukum
surat status kepemilikan tanah
surat Izin Peruntukan Penggunaan Tanah (IPPT)
berkas Kelestarian Lingkungan (UPK) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Izin Undang-Undang Gangguan (HO)
Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
Izin tenaga kerja asing (bagi perusahaan yang menggunakan tenaga kerja asing pada
usaha budidaya ternak)
Membayar uang materai.

4. (Nomor 16 Tahun 1977) bahwa dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional


maka peternakan yang merupakan salah satu faktor penunjang yang penting perlu
diselenggarakan dengan tertib dan teratur, sehingga dapat diperoleh ternak yang baik
dan sehat. bahwa oleh karena itu dipandang perlu mengatur usaha peternakan dengan
Peraturan Pemerintah;
(Permendagri No. 27 Tahun 2009) bahwa pemerintah daerah wajib menjamin iklim
usaha yang kondusif, kepastian berusaha, melindungi kepentingan umum, serta
memelihara lingkungan hidup, bahwa izin gangguan merupakan sarana pengendalian,
perlindungan, penyederhanaan dan penjaminan kepastian hukum dalam berusaha

B. BEBERAPA ISTILAH/KONSEP KEBIJAKAN

1. Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
Berikut adalah hierarki Peraturan Perundang-undangan di Indonesia menurut UU
No. 12/2011 (yang menggantikan UU No. 10/2004) tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan:
 UUD 1945, merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan.
UUD 1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
 Ketetapan MPR
 Undang-Undang (UU)/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang (Perpu)
 Peraturan Pemerintah (PP)
 Peraturan Presiden (Perpres)
 Peraturan Daerah (Perda), termasuk pula Qanun yang berlaku di Aceh,
 Perdasus dan Perdasi yang berlaku di Provinsi Papua dan Papua Barat
 Peraturan Desa

2. Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya


didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan
untuk menjalankan ketertiban hukum

3. Peranan Hukum Dalam Masyarakat adalah Hukum Sebagai Sosial Kontrol, dimana
setiap kelompok masyarakat selalu ada problem sebagai akibat adanya perbedaan
antara yang ideal dan yang aktual, antara yang standard dan yang parktis.
Penyimpangan nilai-nilai yang ideal dalam masyarakat dapat di contoh kan :
pencurian, perzinahan, hutang, pembunuhan dan lain-lain. Semua contoh ini adalah
bentuk prilaku yang menyimpang yang menimbulkan persoalan didalam
masyarakat, baik pada masyarakat yang sederhana maupun pada masyarakat yang
modern, dalam situasi yang demikian, setiap kelompok berhadapan dengan problem
untuk menjamin ketertiban bila kelompok itu menginginkan dan mempertahankan
eksistensinya.
Peran Hukum dalam kelompok masyarakat adalah menerapkan mekanisme
kontrol sosial yang akan membersihkan masyarakat dari sampah-sampah
masyarakat yang tidak dikehendaki, sehingga hukum mempunyai suatu peran yakni
untuk mempertahankan eksistensi kelompok masyarakat tersebut. Hukum yang
berperan demikian adalah merupakan instrument pengendalian social.
Hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, adalah hukum sebagai sosial
control, dan sebagai alat untuk mengubah masyarakat atau biasa disebut social
enginnering, sebagai alat pengubah masyarakat adalah dianalogikan sebagai suatu
proses mekanik. Terlihat akibat perkembangan Industri dan transaksi-transaksi
bisnis yang memperkenalkan nilai-nilai baru, dengan melakukan "interprestasi",
ditegaskan dengan temuan-temuan tentang keadaan social masyarakat melalui
bantuan ilmu sosilogi, maka akan terlihat adanya nilai-nilai atau norma-norma
tentang hak individu yang harus dilindungi, dan unsur tersebut kemudian dipegang
oleh masyarakat dalam mempertahankan kepada apa yang disebut dengan hukum
alam (natural law),oleh karena itu sekalipun hukum itu mempunyai otonomi
tertentu, tetapi hukum juga harus fungsional dan menempatkan peranan dari
keadilan dalam konteks kehidupan hukum secara lebih seksama.

4. Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan
kewajiban sehingga memiliki kewenangan untuk bertindak. Subjek hukum terdiri
atas manusia dan badan hukum.
Manusia
Berlakunya manusia sebagai pembawa hak (subjek hukum) mulai dari saat ia
dilahirkan dan berakhir pada saat ia meninggal dunia.  Seorang bayi yang masih
dalam kandungan ibunya dapat dianggap telah dilahirkan bilamana kepentingan si
anak menghendakinya, misalnya untuk menjadi ahli waris.  Apabila si anak
meninggal sewaktu dilahirkan maka ia dianggap tidak pernah ada (pasal 2
KUHPdt).
Badan Hukum
Badan hukum adalah badan atau perkumpulan yang diciptakan oleh hukum oleh
karenanya dapat bertindak seperti manusia. Sebagai pembawa hak yang tidak
berjiwa badan hukum dapat melakukan persetujuan-persetujuan, memiliki kekayaan
yang terlepas dari kekayaan anggotanya dan bertindak melalui perantaraan
pengurusnya.
Bedanya dengan manusia ialah badan hukum tidak dapat melakukan perkawinan,
tidak dapat dihukum penjara (kecuali hukuman denda).
Adapun bentuk badan hukum adalah :
Badan hukum publik, 
Badan hukum perdata (sipil)

Objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum dan dapat
menjadi pokok dari suatu hubungan hukum yang biasanya berbentuk benda atau hak
yang dapat dimiliki dan dikuasai oleh subjek hukum. Menurut pasal 503 KUHPdt
benda dibedakan menjadi dua, yaitu :
benda berwujud, adalah benda yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan
indra manusia, misalnya rumah, tanah, sepeda motor.
benda tidak berwujud, adalah benda yang hanya dapat dirasakan saja (semua hak),
misalnya hak cipta, paten, merek.
Sedangkan menurut pasal 504 KUHPdt benda dibagi menjadi :
Benda tetap, Contohnya tanah beserta segala sesuatu yang melekat diatasnya seperti
bangunan atau tumbuhan (karena sifatnya),
Benda bergerak,  meja, sepeda.

5. Kebijakan publik adalah sikap pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu.
a. Kebijakan publik dibuat oleh pemerintah yang berupa tindakan-tindakan
pemerintah.
b. Kebijakan publik baik untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu itu
mempunyai tujuan tertentu.
c. Kebijakan publik ditunjukan untuk kepentingan masyarakat.Kebijakan publik
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (Tangkilisan, 2003:2):
Kebijakan Publik Makro (UUD Negara Republik Indonesia 1945)
Kebijakan Publik Meso (Peraturan Menteri)
Kebijakan Publik Mikro (peraturan yang dikeluarkan oleh aparat-aparat publik
tertentu yang berada di bawah Menteri)
Tahapan Kebijakan Publik
penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi/ legitimasi kebijakan, implementasi
kebijakan, evaluasi kebijakan. Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat
dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Budi Winarno, 2007: 32–34):

6. Lingkup Kebijakan Publik


Regulatory : bertujuan mengatur kehidupan masyarakat melalui pembatasan
kebebasan bertindak dari untuk mengurangi pertentangan diantara golongan yang
bersaingan.
Distributive: kebijakan publik yang bertujuan untuk memberi/mendisribusikan
fasilitas dan pelayanan bagi golongan penduduk tertentu
Redistributive: kebijakan publik yang bertujuan untuk merubah alokasi,
kemakmuran, pendapatan dan hak diantara berbagai kelompok dan kelas dalam
masyarakat (pajakan yang progresif, jaminan social)
Self-regulatory: diusahakan dan didukung oleh kelompok kepentingan untuk
memajukan dan melindungi kepentingan golongan tertentu (izin Praktek oleh IDI)

7. Tujuan Kebijakan Publik


EFISIENSI yaitu tentang sampai seberapa jauh suatu kebijakan publik
menghasilkan sejumlah besar output untuk sejumlah kecil input
EFEKTIVITAS yaitu tentang sampai seberapa jauh suatu kebijakan publik
mencapai tujuan yang diinginkan
EQUITY yaitu tentang sampai seberapa jauh penyebaran benefits dan costs diantara
berbagai kelompok, daerah/wilayah ditinjau dari segi proporsi
jumlah penduduk, kebutuhan, dsb.
EQUALITY yaitu sampai seberapa jauh penyebaran benefits dan costs diantara
berbagai kelompok dan daerah/wilayah sehingga masing-masing memperoleh
bagian manfaat dan biaya yang sama

8. Kebijakan Pertanian
Price Policy
(1)Farm Policy (Farmer household)
(usahatani) yaitu bidang kebijakan yang didasarkan pada kenyataan bahwa
pertanian adalah usaha keluarga dan karena itu pembangunan pertanian tidak bisa
terlepas dari pembangunan keluarga petani secara utuh.
(2) Price Policy
Price Parity (pasangan harga)
kebijakan yang diarahkan untuk memperoleh tingkat harga yang wajar bagi produk
pertanian relatif terhadap produk-produk sektor lainnya dalam perekonomian.
Input Price Policy
Kebijakan diarahkan agar petani memperoleh input dengan harga yang
terjangkau, sehingga mereka bersedia berinvestasi berproduksi
(3) Bargaining Position
(posisi tawar) yaitu bidang kebijakan yang dimaksudkan untuk membantu
memperkuat
posisi petani sehingga mereka dapat memperoleh insentif yang layak untuk usaha
yang mereka jalankan

NON PRICE POLICY


Pembangunan/pengembangan prasarana wilayah pertanian
Pembinaan kelembagaan kelompok tani (farmers group), organisasi petani (farmer
organization)
Peningkatan keterampilan petani
Pemberian bantuan langsung input pertanian (benih, pupuk, mesin)

9. Contoh Implementasi kebijakan pertanian


Kebijakan Harga Dasar (floor price): harga terendah yang ditetapkan oleh
pemerintah
Kebijakan Harga Tertinggi (ceiling price): harga tertinggi yang berlaku di pasar
Kebijakan Subsidi
Kebijakan Disitribusi Sapi

Non-pertanian
Kebijakan pembangunan KA cepat
Kebijakan taksi online
BPJS
Garasi mobil di Jakarta – nomor mobil ganjil / genap

10. Beberapa contoh konkrit kebijakan di sektor pertanian:


- Kebijakan harga dasar
Melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang kebijakan perberasan,
pemerintah memutuskan kenaikan HPP gabah kering panen di petani dari Rp
1.730 menjadi Rp 2.000. Sementara itu, HPP gabah kering giling dari Rp 2.280
naik menjadi Rp 2.575, serta HPP beras di gudang Bulog dari Rp 3.500 naik
menjadi Rp 4.000. Skema kredit dengan bunga rendah
KUR merupakan bagian upaya pemerintah untuk memberdayakan Usaha Kecil
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Dalam mendukung pelaksanaannya,
pemerintah membentuk kelembagaan lintas-institusi yang berfungsi
merumuskan dan menetapkan kebijakan pembiayaan bagi UMKM. Lembaga ini
berfungsi pula untuk melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
kebijakan pembiayaan bagi UMKM, serta mengambil langkahlangkah
penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan
pembiayaan bagi UMKM. (lembaga penjamin ---- bank penyalur----individu
debitur)
AUTP merupakan program yang langsung di bawah tanggung jawab
Kementerian Pertanian. Secara teknis AUTP ditangani oleh Direktorat
Pembiayaan Pertanian, yang ada di bawah Direktorat Jenderal Prasarana dan
Sarana Pertanian. Dalam pelaksanaannya, program AUTP melibatkan pula
beberapa institusi di luar Kementerian Pertanian, diantaranya pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, kelompok tani dan BUMN pelaksana
AUTP dalam hal ini PT Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo). (dinas pertanian---
popt,php,ppl---petani kelompok—asuransi pelaksanaan)
- Penyediaan input pertanian dengan harga bersubsidi
Dalam pelaksanaan kebijakan subsidi pupuk, UU Nomor 47 Tahun 2009 tentang
ABPN Tahun 2010 (Pasal 9, Ayat (1)a) dan UU Nomor UU Nomor 10 Tahun
2010 tentang APBN Tahun 2011 (Pasal 10, Ayat (1) sampai dengan (4)
merupakan dasar pelaksanaan subsidi pupuk masing-masing pada tahun 2010
dan 2011
Dalam pelaksanaan kebijakan subsidi benih, UU Nomor 10 Tahun 2010 tentang
APBN Tahun 2011 (Pasal 11), merupakan dasar pelaksanaan subsidi benih
tahun 2011. Menurut UU tersebut, subsidi benih tahun 2011 dianggarkan
sebesar Rp 120.322.880.000. Pada tahun-tahun sebelumnya, UU APBN belum
mencantumkan alokasi anggaran untuk subsidi benih.
Kebijakan pemerintah tahun 2011 yang mengijinkan Bulog untuk menggunakan
dana pemerintah untuk membeli gabah lebih dahulu perlu dihargai dan
diddukung oleh semua phak terkait karena akan sangat mendukung program
perlindungan harga gabah petani, disamping Bulog snediri akan menanggung
biaya yang lebih sedikit karena tidak perlu lagi membayar bunga bank komersial
yang jumlahnya cukup memberatkan selama ini.
- Kebijakan pembangunan sektor peternakan:
- SPR
melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Nomor 2224/Kpts/PK.240/F/02/2017 tanggal 22 Februari 2017 tentang
penetapan SMD WP dan Manajer SPR Tahun 2017 Penetapan SMD WP dan
Manajer SPR tersebut berdasarkan rekomendasi dari Dinas yang menangani
fungsi peternakan dan kesehatan hewan secara berjenjang dari kabupaten/kota
ke provinsi. Sedangkan pemberdayaan sentra/kawasan peternakan oleh Manajer
SPR dilaksanakan di 17 (tujuh belas) provinsi 48 kabupaten/kota sebanyak 49
orang Sedangkan setiap Manajer SPR diwajibkan untuk melakukan
pendampingan terhadap minimal 1 (satu) Sentra/Kawasan Peternakan.
- SIWAB
Untuk mengawal pencapaian sasaran UPSUS SIWAB, telah diterbitkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/PK.210/10/2016, tentang
Upaya Khusus Percepatan Peningkatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Target kegiatan UPSUS SIWAB tahun 2017 adalah IB sebanyak 4 juta ekor,
dan Bunting 3 juta ekor.
- IB
Setiap tahunnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah
memfasilitasi kegiatan optimalisasi IB melalui distribusi semen beku,
operasional IB serta distribusi N2 cair ke 33 provinsi (kecuali DKI Jakarta) yang
dialokasikan melalui dana dekonsentras
- Pengembangan Cross Breed
Upsus Siwab menjadi program yang dicanangkan Kementerian Pertanian
melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Permentan
No. 48/Permentan/PK.210/10/2016.Upaya tersebut sebagai
langkah percepatan untuk mencapai target pemenuhan populasi sapi potong
dalam negeri. Head of Sales & Marketing PT Santori, pengembangbiakan sapi
potong komersial wajib menetapkan sasaran dan strategi pengembangan.
Memulai operasional sejak 2008, saat ini Santori memiliki 7.200 ekor indukan
komposit brahman cross, brangus, dan wagyu di Kabupaten Lampung Selatan.
Tiap tahunnya jumlah pedet yang lahir mencapai 5.000 ekor.

Anda mungkin juga menyukai