Oleh :
Delya Lusiana
Mahasiswi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Baru-baru ini Kepala Biro Kerja sama dan Humas Kementerian Pendidikan dan
zona hijau dapat kembali membuka pengajaran secara tatap muka di tengah pandemi
virus corona (Covid-19). Namun pembukaan sekolah akan dilakukan secara hati-hati
dengan mengikuti protokol kesehatan dan keselamatan yang menjadi prioritas utama.
Namun jika dilihat dari persentase, zona hijau sendiri baru sebesar 6%, dengan lokasi
semuanya di luar Pulau Jawa. Sementara untuk daerah yang masih berada pada zona
kuning, orange, dan merah tetap akan melakukan kegiatan belajar dari rumah (BDR).
Meski sudah ada pemberitahuan akan ada pembukaan sekolah secara tatap muka
pada daerah zona hijau. Namun, untuk waktu dimulainya tahun ajaran baru belum
pembelajaran tatap muka, masing-masing provinsi harus mendapat izin dari gugus
tugas. Bagaimana pun harus diingat bahwa data Covid-19 di lapangan sifatnya tidak
tetap sewaktu-waktu akan berubah dan untuk daerah yang sebelumnya mungkin tidak
terdampak bisa saja dapat berubah menjadi daerah yang terdampak. Begitu juga
daerah risiko rendah yang dapat berpindah menjadi zona yang sangat beresiko.
selama ini. Ditambah WHO pernah menyatakan munculnya fenomena OTG (orang
tanpa gejala) yang justru lebih berbahaya dibandingkan pasien positif Covid-19 yang
terbaring di rumah sakit. Karenanya, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah mulai
ditambah pembukaan sekolah secara tatap muka pada zona hijau dan ini adalah
langkah gegabah yang mengundang wabah gelombang kedua. Adanya wabah virus
corona ini memang sangat berdampak terhadap kondisi negara khususnya ekonomi,
sosial, pendidikan dan politik. Namun yang paling memprihatinkan adalah bagaimana
para penguasa negeri yang gagap dalam mengambil kebijakan. Apalagi kebijakan
mengkhawatirkan. Ditambah tidak ada ketegasan dan arahan yang tepat dari
pemerintah dalam menyikapi kebijakan tersebut. Adanya sikap seperti ini menegaskan
bahwa pemerintah tidak punya arah yang jelas tentang target pembelajaran sekolah.
Seperti inilah realita sistem dzolim dimana belum tuntas masalah yang satu,
muncul lagi masalah yang baru. Para pemimpin hanya mementingkan kepentingan
materi dan ekonomi saja. Tanpa memperhatikan dampak dari kebijakan yang dibuat
new normal dan pembukaan sekolah meskipun ada daerah yang berada di zona hijau.
cepat untuk segera menuntaskan masalah wabah ini. mencari cara alternatif dalam
Lain dalam sistem islam. Hal ini sudah di contohkan oleh baginda Rasul Saw. dan
para khalifah dalam menghentikan wabah pandemi dan masalah negara. Kunci utama
adalah dari seorang pemimpin yang memimpin negara itu dimana apabila seorang
pemimpin itu patuh terhadap aturan allah maka pemimpin itu akan mengurus rakyat
sepenuh hati, bertanggungjawab, amanah dan sangat serius. Dengan sistem Islam
permasalahan serumit apapun akan dapat dituntaskan karena aturannya berasal dari
yang maha benar Allah SWT. Seorang pemimpin dalam Islam akan tegas dalam
mengambil sebuah kebijakan dan semua itu untuk kemaslahatan umat dan negeri.
Negara dalam mengambil kebijakan tidak akan melihat kepentingan yang lain, namun
hanya kepentingan rakyatlah yang diutamakan. Seperti dalam masalah sekolah, jelas
negara tidak akan mengambil langkah yang asal-asalan yang akan menimbulkan
sebuah ancaman keselamatan. Dalam islam negara akan fokus terlebih dahulu dalam
menangani wabah hingga berakhir dan negara telah terbebas dari wabah tersebut..
Setelah dinyatakan negara telah bersih dari wabah, baru segala aktivitas diberlakukan
kembali.