Anda di halaman 1dari 56

01

LEGISLASI VETERINER
Oleh : Arief Mardijanto, drh. MH.

1
OUTLINE
 Pengertian Legislasi Veteriner
 Hukum & Peraturan Perundang-undangan
 Jenis dan Materi Muatan
 Prosedur Pembuatan Peraturan Perundang-
undangan (Legal drafting)  UU No.12 Th.2011
 Posisi Advokasi Kebijakan
 Pengertian Prolegnas dan pelaksanaannya
 Sekilas tentang UU No.18 Th.2009
 Ruang lingkup Undang-undang Veteriner
 Sanksi Pidana dan Administratif
Pengertian Legislasi Vet
 Legislasi  Perancangan atau Pembuatan
peraturan  ..... Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh DPR
dengan persetujuan bersama Presiden.
 Veteriner  Berhubungan dengan Ilmu
Kedokteran Hewan atau penyakit hewan
dan penanganannya.
Pemahaman wajib dimiliki
 Legislasi Veteriner  Perancangan atau
Pembuatan peraturan ..... berhubungan
dengan Ilmu Kedokteran Hewan atau
penyakit hewan dan penanganannya.
 Syarat mutlak  harus memahami Ilmu
penyakit hewan dan penanganannya.
 Resiko bila tidak paham  membawa
kepada kesalahan proses perumusan dan
pelaksanaan dari kebijakan publik 
khususnya pada dunia veteriner

4
Pola berfikir kita ...?
1. Apa ada aturannya ?
2. Bagaimana ketentuan UUnya ?
3. Untuk apa diatur ?
4. Apa tujuan dan manfaatnya ?
5. Efektifkah pelaksanaannya ?
6. Jika tidak, bagaimana
menyempurnakan peraturan
tersebut ?
5
Contoh kasus ;
 Menyembelih ternak ruminansia betina
yang masih produktif ;
1. Ada pada pasal 18 Ayat (2) UU No.18
Th.2009
2. Bahwa : “Ternak ruminansia betina produktif
dilarang disembelih”
3. Merupakan penghasil ternak yang baik
4. Melindungi jumlah populasi guna mencapai
swa-sembada daging
5. Pelaksanaan belum efektif
6. Pengawasan lebih ketat + sanksi pidana

6
Apa yang dimaksud dengan
Hukum .....?

7
Pengertian Hukum
Hukum merupakan
peraturan peraturan hidup didalam
masyarakat yang dapat memaksa
orang supaya mentaati tata tertib
dalam masyarakat
serta
memberikan sanksi yang tegas
(berupa hukuman) terhadap siapa
yang tidak mau patuh mentaatinya.
Brainstorming .......!
Tujuan Hukum
 Mewujudkan Pemerintahan yang baik
(Good Governance)
 Hukum Ada BUKAN untuk menindas /
menghukum warga, tapi untuk
MELINDUNGI (The law is there to
protect, not to punish)
 Sekedar ada legislasi saja BUKAN
Jaminan terlindunginya hak, karena
bagaimanapun perundangan adalah
PRODUK POLITIK.
Tujuan Hukum
1. Keadilan
2. Kepastian hukum
3. Kemanfaatan

Hukum dapat sebagai alat :


A. Kontrol sosial (Social control)
B. Rekayasa sosial (Social enginering)

10
Demokrasi >< Otoriter ...?
Tanpa kebebasan berpendapat ;
1. Tiada kontrol /pengawasan
terhadap pemerintah.
2. Rakyat tidak tahu apa yang
dikerjakan pemerintah
3. Kekuasaan menjadi sewenang-
wenang
4. Membawa kepada penindasan.
Pengertian Politik
 Politik adalah proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara.
 Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih
kekuasaan secara konstitusional maupun
nonkonstitusional.
 Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai
hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Sudut Pandang politik .......?
 Politik juga dapat ditilik dari sudut pandang
berbeda, yaitu antara lain:
 politik adalah usaha yang ditempuh warga negara
untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik
Aristoteles)  mis LSM
 politik adalah hal yg berkaitan dgn penyelenggara
pemerintahan dan negara  mis politik negara
 politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di
masyarakat  mis parpol
 politik adalah segala sesuatu tentang proses
perumusan & pelaksanaan kebijakan publik.  mis
pemerintah bersama DPR
Memahami politik .......?

 Dalam konteks memahami politik perlu


dipahami beberapa hal, al :
 Kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik,
perilaku politik, partisipasi politik, proses
politik,
 Juga tidak kalah pentingnya untuk
mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
Pelembagaan demokrasi
 Persoalan utama ; dalam negara yang tengah melalui
proses transisi menuju demokrasi seperti indonesia saat ini
adalah pelembagaan demokrasi.
 Pelembagaan demokrasi Yaitu bagaimana menjadikan
perilaku pengambilan keputusan untuk dan atas nama
orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-norma
demokrasi,
 Pada umumnya yang harus diatasi adalah merobah
lembaga feodalistik (perilaku yang terpola secara feodal,
bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang
berdasarkan kelahiran atau profesi sebagai bangsawan
politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi
lembaga yang terbuka dan mencerminkan keinginan
orang banyak untuk mendapatkan kesejahteraan.
Demokratisasi .......!
 Untuk melembagakan demokrasi diperlukan
hukum dan perundang-undangan dan perangkat
struktural yang akan terus mendorong
terpolanya perilaku demokratis sampai bisa
menjadi pandangan hidup.
 Dengan demikian kapan kesejahteraan yang
sesungguhnya baru bisa dicapai;
 Saat tiap individu terlindungi hak-haknya
bahkan dibantu oleh negara untuk bisa
teraktualisasikan,
 Saat tiap individu berhubungan dgn individu
lain sesuai dgn norma & hukum yg berlaku.
Acuan Hukum
 Legislasi veteriner yang dapat menjadi acuan hukum
dokter hewan Indonesia adalah ;
 UU Peternakan dan Kesehatan Hewan, UU
No. 18/2009, dan UU No.41 Th.2014
 OIE (Office International des Epizooticae)
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, Guidelines
on Veterinary Legislation,
 Necessary Components of National Animal
Health Services under the SPS-Agreement
(WTO-FAO document, June 2001).
 Ketiga legislasi tersebut adalah hukum utama yang
sangat berkaitan dan mengatur secara langsung
tentang profesi veteriner di Indonesia.
17
Peran & Fungsi  UU
 Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara
hukum, negara berkewajiban melaksanakan
pembangunan hukum nasional yang dilakukan
secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan
dalam sistem hukum nasional yang menjamin
pelindungan hak dan kewajiban segenap rakyat
Indonesia berdasarkan UUD 45.
 Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas
peraturan perundang-undangan yang baik, perlu
dibuat peraturan mengenai pembentukan
peraturan perundang-undangan yang
dilaksanakan dengan cara dan metode yang
pasti, baku, dan standar yang mengikat semua
lembaga yang berwenang.
18
Peran & Fungsi  UU Veteriner
 Untuk mencapai maksud ;
 Penyediaan pangan asal hewan, dan
 Hasil hewan lainnya, serta
 Jasa bagi manusia,
 Maka perlu diselenggarakan kesehatan hewan
yang melindungi kesehatan manusia dan hewan
beserta ekosistemnya sebagai prasyarat
terselenggaranya peternakan ;
 Yang maju, berdaya saing, dan berkelanjutan serta
 Penyediaan pangan yang aman, sehat, utuh, dan halal
 Sehingga perlu didayagunakan untuk
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

19
PRINSIP UMUM
 Patuh pada hirarhi perundangan :
 Konstitusi (UUD 1945),
 Legislasi primer (Undang-undang) dan
 Legislasi sekunder (Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, dlsb)
 Dasar hukum  diterapkan di semua tingkatan
baik fungsional maupun teritorial
 Konsisten dengan perundangan lainnya, Baik
perundangan sipil, kehakiman dan administratif
lainnya

20
PENGERTIAN
 Peraturan Perundang-undangan adalah
Peraturan tertulis yang dibuat oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang dan
mengikat secara umum.

JENIS & HIRARKI PERATURAN PER-UU-AN


1. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.
4. Peraturan Pemerintah.
5. Peraturan Presiden.
6. Peraturan Daerah:
 Peraturan Daerah Provinsi
 Peraturan Daerah Kabupaten/kota

UU No.10 Th.2004  UU No.12 Th.2011


21
Azas hukum
 Asas peraturan-perundangan yang berlaku ;
 Lex Superior derogat legi Inferiori = Undang-
undang yang lebih tinggi mengalahkan yang lebih
rendah
 Lex Spesialis derogat legi Generali = Undang-
undang yang bersifat khusus mengesampingkan
yang bersifat umum
 Lex Posterior derogat legi Priori = Undang-undang
yang berlaku belakangan mengalahkan yang
terdahulu
 Undang-undang tidak berlaku surut
 Undang-undang tidak dapat diganggu gugat
MATERI MUATAN
 Adalah materi yang dimuat dalam PPu sesuai dengan jenis,
fungsi, dan hierarki PPu.
 Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:
 Hak-hak asasi manusia;
 Hak dan kewajiban warga negara;
 Pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta
pembagian kekuasaan negara:
 Wilayah negara dan pembagian Daerah:
 Kewarganegaraan dan kependudukan;
 Keuangan negara.
 Diperintahkan oleh suatu UU untuk diatur dengan UU.

23
Lanjutan .....
MATERI MUATAN

 Materi muatan Per.PPU sama dengan materi muatan UU.


 Materi muatan PP berisi materi untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya.
 Materi muatan Perpres berisi materi yang diperintahkan
oleh UU atau materi untuk melaksanakan PP.
 Materi muatan Perda adalah seluruh materi muatan dalam
rangka penyelenggaraan otda dan tugas pembantuan,
dan rnenampung kondisi khusus Daerah serta penjabaran
Lebih lanjut PPu yang Lebih tinggi.
 Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat
dimuat dalam UU dan Perda.

24
UU No.10/2004  UU No.12/2011
Pemberlakuan UU No.12 Th.2011
Fase-fase Pembuatan
Peraturan Perundang-undangan
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (PPu) adalah
proses pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang
pada dasarnya dimulai dari :
1. Perencanaan,
2. Persiapan,
3. Teknik penyusunan,
4. Perumusan,
5. Pembahasan,
6. Pengesahan,
7. Pengundangan, dan
8. Penyebarluasan.

28
Proses Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(sesuai UU No. 10 Tahun 2004)

Advokasi

Advokasi

Advokasi

Advokasi

Advoka
si

29
PERSYARATAN PEMBENTUKAN
PERATURAN DAERAH
1. Syarat Materiil, antara lain:
• Sesuai kewenangan Daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih
tinggi.
• Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang sedang
berkembang.
• Tidak bertentangan dengan peraturan lain yang
sederajat.
• Tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

2. Syarat formal, antara lain:


• Dibuat oleh Pejabat yang berwenang.
• Mengikuti prosedur dan tata cara yang berlaku.
• Bentuk dan jenisnya sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
Apa yang dimaksud dengan
Legal Drafting .......?

31
Pengertian Legal Drafting
 Secara harfiah legal dafting dapat diterjemahkan secara
bebas, adalah penyusunan/perancangan Peraturan
Perundang-undangan.
 Untuk menyusun / merancang sebuah peraturan
perundang-undangan diperlukan pedoman baku yang
diatur dalam undang-undang.
 Undang-undang No.12 tahun 2011 tentang Pembentukan
peraturan perundang-undangan  merupakan pedoman
cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang
mengikat semua lembaga yang berwenang dalam
membentuk peraturan perundang-undangan

32
Ilmu Pengetahuan Perundang-
undangan

Teori Perundang-undangan Ilmu Perundang-undangan


( Ontologi / Kognitif ) ( Epistemologi / Normatif )

Orientasi :
- menjelaskan : melakukan perbuatan/ pengaturan
- memahamkan
PROSES METODA TEKNIK

(Aksiologi / Kemanfaatan)
Pengertian Ontologi
 Ontologi adalah analisis tentang objek materi dari
ilmu pengetahuan, yaitu hal-hal atau benda-benda
empiris.
 Ontologis membahas tentang apa yang ingin
diketahui.
 Ontologi menganalisa tentang objek apa yang diteliti
ilmu? Bagaimana wujud yang sebenar-benarnya dari
objek tersebut? bagaimana hubungan antara objek tadi
dengan daya tangkap manusia (misalnya: berpikir,
merasa dan mengindera) yang menghasilkan
pengetahuan?.

34
Pengertian epistemologi
 Epistemologi adalah sebuah kajian yang mempelajari
asal mula, atau sumber, struktur dan metode
pengetahuan.
 Epistemologi berusaha menjawab bagaimana proses
yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa
yang harus di perhatikan agar kita mendapatkan
pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran
itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau tehnik atau
sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?

35
Pengertian aksiologi
 Definisi Kattsoff (2004: 319), aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang
umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
 Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh
manusia dari pengetahuan yang didapatkannya.
 Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yang bersifat
normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran
atau kenyataan seperti yang dijumpai dalam
kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik
material (Koento, 2003: 13).

36
Pengertian
Ilmu Pengetahuan Perundangan-undangan

Menurut Burkhardt Krems


Ilmu Pengetahuan Perundangan-undangan
(Gesetzgebungs wissenschaft) merupakan ilmu
interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu
politik dan sosiologi.

Secara garis besar ilmu ini dapat dibagi dua, yaitu:


Teori Perundang-undangan (Gesetzgebungs theorie) dan
Ilmu Perundang-undangan (Gesetzsgebungs lehre).
 Proses Perundang-undangan (Gesetzgebungs
verfahren)
 Metode Perundang-undangan (Gesetzgebungs
methode),
 Teknik Perundang-undangan (Gesetzgebungs
technik)
37
Pengertian Legislative Drafting:

Legislative Drafting  adalah suatu ilmu dan seni.

Legislative Drafting adalah ilmu sejauh aturan


tertentu dapat ditetapkan yang diterapkan secara
universal untuk semua jenis tindakan yang muncul
untuk penyusunan dan sejauh seperangkat aturan
tertentu selalu abserved oleh semua konsep
manusia untuk tujuan metode pengamanan dalam
konsep mereka.
(L.M. Bakshi, 1872)
Ruang Lingkup Legislative Drafting
 Legal Drafting, meliputi;
Perancangan/penyusunan kontrak (nasional dan/atau
internasional)
Perancangan putusan hakim/pengadilan

 Legislative Drafting, lebih tertuju pada;


jenis peraturan negara yang mengikat secara umum, baik yang
dikeluarkan atau yang ditetapkan oleh:
 Legislatif, seperti : Keputusan Pimpinan DPR/DPRD.
 Eksekutif dengan persetujuan Legislatif, seperti: Undang-Undang,
Peraturan Daerah.
 Eksekutif, seperti: Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Kepala Daerah,
(Gubernur/Bupati/Walikota).
Jenis Norma Hukum
Menentukan Etika, Sikap/
Hubungan Antar Pribadi;
Primer - Jangan mencuri
Norma - Membayar pajak
Hukum

Sekunder Rumusan Sanksi

Dalam rumusan Norma Hukum Primer &


Sekunder, sering disatukan.
Jadi norma hukum selalu mencerminkan dua
norma (Primer & Sekunder)
40
Norma Hukum masih diperlukan
karena:
1. Tidak semua kepentingan atau tata tertib telah di lindungi oleh
norma susila, sosial dan agama, mis ; terkait dengan tindakan
menyiksa hewan
2. Sanksi-sanksi terhadap norma-norma etika (susila, sosial dan
agama) bersifat psychis sangat abstrak, sedangkan sanksi
terhadap pelanggaran norma hukum bersifat physik dan nyata
(konkrit).
3. Sifat memaksanya sangat jelas dan dapat dipaksakan oleh alat
perlengkapan negara (pemerintah) sedangkan norma etika tidak
dapat dipaksakan oleh pemerintah (hanya berupa dorongan dari
dalam diri manusia).

41
Menurut Rosjidi Ranggawidjaja
Pada umumnya norma hukum berisikan ;
1. Suruhan (gebod), yaitu berisi apa yang
harus dilakukan oleh manusia berupa
suatu perintah melakukan sesuatu;
2. Larangan (verbod), yaitu berisi apa yang
tidak boleh dilakukan;
3. Kebolehan (mogen), yaitu berisi apa yang
dibolehkan artinya tidak dilarang dan
tidak di suruh

42
Fungsi Norma Hukum Menurut
Hans Kelsen
1. Memerintah (gebieten);
2. Melarang (verbieten);
3. Menguasakan (ermachtigen);
4. Membolehkan (erlauben);
5. Menyimpangkan dari ketentuan
(derogieren).

43
Tujuan Norma Hukum
 Norma hukum itu tertuju kepada cita
kedamaian hidup antar pribadi (het
recht wil de vrede).
 Karena itu sering dikatakan bahwa
penegak hukum itu bekerja  untuk
menjaga perdamaian“to preserve peace”.
 Dalam kedamaian atau keadaan damai
selalu terdapat  perdamaian dan
ketertiban“orde en rust”.
Apa yang dimaksud dengan
Advokasi .......?

45
Advokasi
 Advokasi adalah aksi strategis yang
ditujukan untuk menciptakan kebijakan
public yang bermanfaat bagi
masyarakat atau  mencegah
munculnya kebijakan yang
diperkirakan merugikan masyarakat
 Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan
yang dirancang untuk menarik
perhatian masyarakat pada suatu isu,
dan  mengontrol para pengambil
kebijakan untuk mencari solusinya.
46
Aktifitas Advokasi ...?
 Advokasi itu juga berisi aktifitas-aktifitas
legal & politis yg dapat mempengaruhi
bentuk dan praktik penerapan hukum.
 Inisiatif untuk melakukan aktivitas
advokasi perlu ;
 Diorganisir  lembaga, desk, korlap
 Digagas secara strategis  Rapat-rapat
 Didukung informasi, komunikasi, pendekatan,
serta mobilisasi.

47
Advokasi .....
 Advokasi adalah aksi yang strategis dan
terpadu, oleh perorangan atau kelompok
masyarakat untuk memasukkan suatu
masalah ke dalam agenda kebijakan, dan
mengontrol para pengambil keputusan
 Advokasi bertujuan mengupayakan solusi
bagi masalah tersebut sekaligus
membangun basis dukungan bagi
penegakan dan penerapan kebijakan
publik yang di buat untuk mengatasi masalah
tersebut.
48
BENTUK LEGISLASI  Prolegnas
 Karakter normatif ,
Harus normatif dan tidak menimbulkan
ambiguitas dalam interpretasinya
 Pengertian/definisi,
Harus langsung merujuk kepada subyek dengan
teks yang dimaksud sangat jelas
 Pihak berwenang (competent authority),
Harus konsisten dengan standar OIE untuk
memastikan rantai komando yang efisien dan
kepercayaan pada pihak yang menerbitkan
sertifikasi veteriner.
49
Pengertian Prolegnas
 Program Legislasi Nasional yang selanjutnya disebut Prolegnas
adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-
Undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.
 Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda
adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan
Daerah Provinsi atauPeraturan Daerah Kabupaten/Kota yang
disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.
 Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu
masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.
50
Prolegnas
Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam
Prolegnas

Naskah Akademik
Daftar Inventaris
Masalah

1. Latar belakang dan tujuan penyusunan;


2. Sasaran yang ingin diwujudkan; dan
3. Jangkauan dan arah pengaturan.

Pembahasan Rancangan Undang-undang


DPR-RI ( RUU )

51
Legislasi Veteriner
UU No.18 tahun 2009  UU No.41 tahun 2014
 Regulasi peraturan perundangan yang berhubungan dengan
Ilmu Kedokteran Hewan atau penyakit hewan dan
penanganannya.
 Kesehatan hewan  segala urusan yang berkaitan dengan
pelindungan sumber daya Hewan, kesehatan masyarakat, dan
lingkungan serta penjaminan keamanan Produk Hewan,
Kesejahteraan Hewan, dan peningkatan akses pasar untuk
mendukung kedaulatan, kemandirian, dan ketahanan pangan
asal Hewan.
 Upaya pengamanan maksimal terhadap pemasukan dan
pengeluaran ternak, hewan, dan produk hewan, pencegahan
penyakit hewan dan zoonosis, penguatan otoritas veteriner,
persyaratan halal bagi produk hewan yang dipersyaratkan,
serta penegakan hukum terhadap pelanggaran kesejahteraan
hewan
RUANG LINGKUP
 Kesehatan hewan dan ketahanan pangan
 Keamanan pangan
 Kesehatan masyarakat (penyakit
zoonosis) dan perlindungan hewan liar
(stray animals)
 Kesejahteraan hewan

53
SANKSI PIDANA & ADMINISTATIF
 “Peraturan-perundangan bidang veteriner” harus
mengandung sanksi pada tingkatan yang
diperlukan untuk menjamin agar masyarakat
dapat melaksanakan dan mengambil tindakan
sesuai ketentuan yang berlaku.
 Sanksi pidana  yang diterapkan oleh berwenang
menurut prosedur pidana (KUHP)
 Sanksi administratif  yang diterapkan segera
dalam kasus dimana kegiatan yang dilakukan
dianggap menimbulkan risiko kepada kesehatan
hewan, kesejahteraan hewan atau kesehatan
masyarakat

54
Tugas Kelompok :
Kirim Via Email ; arief.mardijanto@gmail.com

 Kelompok 1 :
Buat rangkuman dari ketentuan tentang KESMAVET (bab VI pasal
56 - pasal 65) dalam UU No.18 Th.2009 beserta perubahannya,
dan buat kesimpulan
 Kelompok 2 :
Buat rangkuman dari ketentuan tentang KESRAWAN (bab VI pasal
66 - pasal 67) dalam UU No.18 Th.2009 beserta perubahannya,
dan buat kesimpulan
 Kelompok 3 :
Buat rangkuman dari ketentuan tentang Otoritas Veteriner (bab
VII pasal 68 – pasal 75) dalam UU No.18 Th.2009 beserta
perubahannya, dan buat kesimpulan
 Kelompok 4 :
Coba anda analisa substansi UU No.18 Th.2009 dengan UU No.41
Th.2014, apa yang dirubah, mengapa dirubah dan buat kesimpulan
55i
TERIMA KASIH

56

Anda mungkin juga menyukai