Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KEGIATAN KOASISTENSI

KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER (KESMAVET)


PROGRAM PROFESI DOKTER HEWAN
GELOMBANG XVII KELOMPOK D

BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I DENPASAR

ANGGOTA KELOMPOK:
Ni Made Widy Matalia Astuti 2009611009
Ni Kadek Devi Cahyani 2009611011
Derfina Lijung 2009611024
Nur Liliana Puri Prihatiningsih 2009611062
I Dewa Agung Made Wihanajana Putra 2009611065
Ach. Moh. Abd. Muhsi 2009611067

LABORATORIUM KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Koasistensi di Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Karantina Wilayah Kerja Padang Bai, dan Karantina
Wilayah Kerja Gilimanuk dengan baik dan tepat waktu.
Adapun Laporan ini kami selesaikan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan
kepada kelompok kami tentang Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar diharapkan dapat
menambah wawasan untuk pembaca dan penulis.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi
acuan bagi penyusun untuk menjadi lebih baik lagi.

Denpasar, 27 Maret 2021


Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1


1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................... 3
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4

2.1 Definisi Karantina .......................................................................................... 4


2.2 Profil Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar ........................................6
2.3 Persyaratan Karantina .................................................................................... 7
2.4 Tindakan Karantina ........................................................................................ 8
2.5 Kebijakan Karantina Hewan ..........................................................................10
2.6 Instansi yang Membantu Kerja Karantina ...................................................... 11
2.7 Komoditi Karantina Hewan............................................................................12
2.8 Formulir Penting di Karantina Pertanian........................................................ 12
2.9 Ketentuan Pidana ........................................................................................... 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................16

3.1 Hasil Kegiatan ................................................................................................ 15


3.2 Pembahasan ....................................................................................................19
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................24

4.1 Simpulan ........................................................................................................24


4.2 Saran ............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................25

LAMPIRAN........................................................................................................................ 26
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Kegiatan di Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Wilayah Kerja Padang
Bai dan Wilayah Kerja Gilimanuk ....................................................................................... 16

Tabel 3.2 Hasil Uji Sampel Daging dengan Metode TPC (Total Plate Count) ...................19

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang kaya akan hasil alam.
Hal tersebut didukung oleh letak geografis Indonesia yang sejajar dengan garis
khatulistiwa sehingga wilayah Indonesia termasuk beriklim tropis. Letak Indonesia
yang berada pada cincin api (ring of fire) mengakibatkan sebagian besar tanah di
Indonesia memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Secara umum, pertanian dapat
mengandung dua arti yaitu (1) dalam arti sempit atau sehari- hari diartikan sebagai
kegiatan cocok tanam dan (2) dalam arti luas diartikan sebagai kegiatan yang
menyangkut proses produksi menghasilkan bahan-bahan kebutuhan manusia yang
dapat berasal dari tumbuhan maupun hewan yang disertai dengan usaha untuk
memperbaharui, memperbanyak (reproduksi) dan mempertimbangkan faktor
ekonomis (Rofiqi et al., 2018).
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat penting untuk mendukung
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Variabel yang menunjukkan
kualitas individu antara lain pengetahuan dan sikap yang dimiliki serta praktik yang
dilakukannya. Pengetahuan menjadi dasar terbentuknya sikap seseorang terhadap
sesuatu hal. Sikap belum tentu terwujud secara otomatis dalam suatu praktik, untuk
mewujudkannya menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan. Praktik atau perilaku dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal berupa karakteristik individu yang bersifat khas dan
faktor eksternal adalah lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya (Harihanto, 2001).
Tindakan karantina dilakukan di tempat pemasukan dan pengeluaran, baik
yang ada di dalam atau di luar instalasi karantina (seperti kandang, gudang atau
tempat penyimpanan barang pemilik, alat angkut, kade yang letaknya di dalam
daerah pelabuhan laut, pelabuhan sungai, pelabuhan penyeberangan, bandar udara,
kantor pos, dan pos perbatasan dengan negara lain), dalam kondisi tertentu tindakan
karantina juga dapat dilakukan di luar tempat pemasukan dan/atau pengeluaran,
baik yang ada di dalam maupun di luar instalasi karantina, berdasarkan Pasal 20
UU No. 16 Tahun 1992 sebagai bentuk upaya pencegahan atas masuknya dan

1
tersebarnya OPTK ke dalam wilayah Indonesia maka tindakan karantina dilakukan
terhadap tumbuhan, berdasarkan Pasal 3 UU No. 16 Tahun 1992. Tindakan
karantina yang dilakukan di tempat pemasukan dan/atau pengeluaran justru dapat
meningkatkan resiko penyebaran OPTK karena di tempat pemasukan dan
pengeluaran terdapat banyak tanaman baik yang membawa OPTK maupun bersih
dari OPTK (Mashita, 2018).
Badan Karantina Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) nya di
seluruh Indonesia memiliki tugas pokok dan fungsi melaksanakan tindakan
karantina untuk mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan
karantina (HPHK). Pelaksanaan tindakan karantina baik pemasukan maupun
pengeluaran dari dan ke luar wilayah negara Republik Indonesia dilakukan untuk
menjamin bahwa hewan maupun produk hewan yang dilalulintaskan aman serta
tidak berpotensi menularkan penyakit baik pada hewan maupun manusia (Sumitro
et al., 2014). Berdasarkan urain diatas, mengingat pentingnya akan pemahaman
tersebut sehingga koasistensi di Balai Karantina Pertanian Wilayah I Denpasar
sangat penting untuk dilakukan.

1.2.Tujuan
Adapun tujuan kegiatan PPDH di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tugas dan fungsi Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar baik secara struktural maupun fungsional.
2. Untuk mengetahui dan memahami berbagai permasalahan karantina
hewan yang muncul di laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar dan di Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Padangbai dan
Gilimanuk
3. Untuk mengetahui teknik kerja di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Padangbai dan Gilimanuk dan
laboratorium Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.

2
1.3.Manfaat
Menambah pemahaman mengenai peran dokter hewan di Balai Karantina
yang bertugas dalam mencegah masuk, tersebar, dan keluarnya Hama dan Penyakit
Hewan Karantina dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, dari
suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia, serta keluar
dari wilayah negara Republik Indonesia.

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan laporan ini ditulis berdasarkan kegiatan di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar, Balai Karantina Wilayah Kerja Padang Bai dan
Gilimanuk. Laporan dikumpulkan menjadi satu dan ditulis sesuai dengan kegiatan
yang dilakukan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Definisi Karantina
Karantina adalah sebagai tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai
upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan atau
organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Sedangkan
karantina hewan, ikan, dan tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencegahan
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan, hama dan penyakit ikan, atau
organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain
di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Hal
tersebut dijelaskan dalam undang – undang No.21 tahun 2019. Dalam undang-
undang tersebut juga dijelaskan bahwa karantina memiliki tujuan:
a) Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan adalah sistem pencegahan
masuk, keluar dan tersebarnya hama dan penyakit hewan Karantina,
hama dan penyakit ikan Karantina, dan organisme pengganggu
tumbuhan Karantina; serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap
keamanan pangan dan mutu pangan, keamanan pakan dan mutu pakan,
produk Rekayasa Genetik, Sumber Daya Genetik, Agensia Hayati, Jenis
Asing Invasif, Tumbuhan dan Satwa Liar, serta Turmbuhan dan Satwa
Langka yang dimasukkan ke dalam, tersebarnya dari suatu Area ke Area
lain, dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b) Hama dan Penyakit Hewan, Hama dan penyakit Ikan, dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan yang selanjutnya disebut Hama dan Penyakit
adalah organisme yang dapat merusak, mengganggu kehidupan, atau
menyebabkan kematian Hewan, Ikan, atau Tumbuhan serta yang
membahayakan kesehatan manusia dan menimbulkan kerugian
ekonomi.
c) Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang selanjutnya
disingkat OPTK adalah organisme yang dapat merusak, mengganggu

4
kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan, menimbulkan
kerugian sosioekonomi serta belum terdapat di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia atau sudah terdapat di sebagian wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat untuk dicegah masuknya ke dalam dan tersebarnya di dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d) Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
e) Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembangbiak.
f) Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan,
dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
g) Jenis Asing Invasif adalah hewan, ikan, tumbuhan, mikroorganisme,
dan organisme lain yang bukan merupakan bagian dari suatu ekosistem
yang dapat menimbulkan kerusakan ekosistem, lingkungan, kerugian
ekonomi, dan/atau berdampak negatif terhadap keanekaragaman hayati
dan kesehatan manusia.
h) Tumbuhan dan Satwa Liar adalah semua tumbuhan yang hidup di alam
bebas dan/atau dipelihara yang masih mempunyai kemurnian jenis, atau
semua binatang yang hidup di darat, air, dan/atau udara yang masih
mempunyai sifatsifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.

5
2.2. Profil Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar
1. Visi dan Misi
Visi Balai Pertanian Kelas I Denpasar adalah “Balai Karantina Pertanian
Kelas I Denpasar yang Profesional, Tangguh, dan Terpercaya dalam
mencegah masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK”. Misi dari Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar adalah:
a. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati hewan dan tumbuhan
dari serangan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).
b. Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk pertanian
(agrobisnis).
c. Mewujudkan operasional karantina yang prima.
d. Mendorong partisipasi masyarakat dalam membantu penyelenggaraan
perkarantinaan.
2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/Permentan/OT.140/10/
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian menyatakan
bahwa kedudukan, tugas pokok dan Fungsi Badan Karantina Pertanian
adalah:
a) Kedudukan Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala
Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Menteri Pertanian RI.
b) Tugas Pokok
 Melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan
tumbuhan 37 dalam mencegah masuk dan tersebarnya Hama Penyakit
Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tanaman
Karantina (OPTK) dari luar negeri dan antar area di dalam negeri serta
keluar dan tersebarnya HPHK dan OPTK tertentu yang dipersyaratkan
negara tujuan.
 Melaksanakan kegiatan pengawasan keamanan hewani, hayati dan
keamanan pangan.

6
c) Fungsi
 Pelaksanaan tindakan karantina meliputi 8P yaitu: pemeriksaan,
pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan,
pemusnahan, pembebasan terhadap media pembawa HPHK hewan,
produk hewan, OPTK tanaman pangan, hortikultura ataupun tanaman
perkebunan.
 Pemberian pelayanan teknis kegiatan operasional perkarantiaan
pertanian.
 Pelaksananan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK.
 Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK hewan, produk hewan dan
OPTK tanaman pangan, hortikultura ataupun tanaman perkebunan.
 Persiapan dan pengelolaan laboratorium hewan dan tumbuhan meliputi
tanaman pangan, hortikultura ataupun tanamanperkebunan.
 Pengelolaan data, informasi serta dokumentasi kegiatan opersional
perkarantiaan hewan dan tumbuhan meliputi tanaman pangan,
hortikultura ataupun tanaman perkebunan.
 Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
3. Wilayah Kerja
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar terdiri dari 6 wilayah kerja,
sebagai berikut:
1. Bandar Udara Ngurah Rai Di Kabupaten Badung.
2. Pelabuhan Laut Benoa Di Kota Denpasar.
3. Pelabuhan Laut Celukan Bawang Di Kabupaten Buleleng.
4. Pelabuhan Laut Padang Bai Di Kabupaten Karangasem.
5. Pelabuhan Laut Gilimanuk Di Kabupaten Jembrana.
6. Kantor Pos

2.3. Persyaratan Karantina


Menurut UU Nomor 21 tahun 2019 tentang persyaratan karantina yang
meliputi,
a) Persyaratan Masuk ke Wilayah Indonesia Setiap Orang yang memasukkan
Media Pembawa ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib:

7
1. Melengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal bagi Hewan, Produk
Hewan, Ikan, Produk Ikan, Turmbuhan, dan/ atau Produk Tumbuhan;
2. Memasukkan Media Pembawa melalui Tempat Pemasukan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat; dan
3. Melaporkan dan menyerahkan Media Pembawa kepada Pejabat Karantina
di Tempat Pemasukan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk
keperluan tindakan Karantina dan pengawasan dan/atau pengendalian.
b) Persyaratan Keluar dari Wilayah Indonesia Setiap Orang yang mengeluarkan
Media Pembawa dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib:
1. Melengkapi sertifikat kesehatan bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk
Ikan, Turmbuhan, dan/atau Produk Tumbuhan;
2. Mengeluarkan Media Pembawa melalui Tempat Pengeluaran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; dan
3. Melaporkan dan menyerahkan Media Pembawa kepada Pejabat Karantina
di Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk
keperluan tindakan Karantina dan pengawasan dan/atau pengendalian.

2.4. Tindakan Karantina


Media pembawa hama dan penyakit hewan atau organism pengganggu
tumbuhan adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, tumbuhan dan
bagian-bagiannya dan/atau benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit
hewan karantina (HPHK) atau Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK).
a. Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang
dimasukkan, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam,
dan/atau dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia dikenakan
tindakan karantina.
b. Setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau organisme
pengganggu tumbuhan karantina yang dimasukkan ke dalam dan/atau
dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara
Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina.

8
c. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina dan organisme
pengganggu tumbuhan karantina yang dikeluarkan dari wilayah negara
Republik Indonesia tidak dikenakan tindakan karantina, kecuali
disyaratkan oleh negara tujuan.

Tindakan karantina dilakukan oleh petugas karantina dikenal dengan 8P yaitu:

a. Pemeriksaan, dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan


mendeteksi hama dan penyakit hewan karantina, status kesehatan dan
sanitasi media pembawa, atau kelayakan sarana prasarana karantina, alat
angkut. Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa dilakukan
secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau pemeriksaan
kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil
bahan asal hewan dan benda lain.
b. Pengasingan, dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media
pembawa untuk diadakan pengamatan, pemeriksaan dan perlakukan
dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan penularan hama penyakit
hewan karantina selama waktu tertentu yang akan dipergunakan sebagai
dasar penetapan masa karantina.
c. Pengamatan, mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina
dengan cara mengamati timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina
pada media pembawa selama diasingkan dengan mempergunakan system
semua masuk – semua keluar.
d. Perlakuan, merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan
media pembawa dari hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain
yang bersifat preventif, kuratif dan promotif.
e. Penahanan, dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi
persyaratan karantina atau dokumen yang dipersyaratkan oleh Menteri lain
yang terkait atau dalam pemeriksaan masih diperlukan konfirmasi lebih
lanjut.
f. Penolakan, dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal
dari daerah/negara terlarangkarena masih terdapat/tertular atau sedang
wabah penyakit hewan karantina golongan I, atau pada waktu pemeriksaan

9
ditemukan gejala adanya penyakit hewan karantina golongan I, atau pada
waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina (sertifikat
kesehatan).
g. Pemusnahan, dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut
melewati batas waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya tidak dapat
memenuhi persyaratan yang diperlukan, atau terhadap media pembawa
tersebut ditemukan adanya hama dan penyakithewan karantina golongan I
atau golongan II tetapi telah diobati ternyata tidak dapat disembuhkan, atau
hewan yang ditolak tidak segera di berangkatkan/tidak mungkin dilakukan
penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari daerah terlarang atau
daerah yang tidak bebas dari penyakit hewan karantina golongan I.
h. Pembebasan, dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk
memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan
dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala hama
dan penyakit hewan karantina, atau selama pengasingan dan pengamatan
tidak ditemukan adanya hama dan penyakit hewan karantina. Pembebasan
untuk masuk diberikan dengan sertifikat pelepasan/pembebasan sedang
pembebasan keluar diberikan dengan Sertifikat kesehatan.

2.5. Kebijakan Karantina


Kebijakan Karantina Hewan dalam hal ini adalah:
1. Mempertahankan status bebasnya Indonesia dari beberapa penyakit hewan
menular utama (major epizootic disease) dari kemungkinan masuk dan
tersebarnya agen penyakit dari luar negeri.
2. Mengimplementasikan kebijakan pengamanan maksimum (maximum
security policy) dengan menerapkan kebijakan pelarangan atau pelarangan
sementara jika terjadi wabah penyakit hewan menular yang dalam
pelaksanaannya memantau perkembangan situasi wabah melalui berbagai
informasi resmi baik dari OIE maupun dengan mencermati pelaporan
negara yang bersangkutan atau melalui komunikasi langsung dengan
Negara tersebut.

10
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas hewan dan produknya
dengan menerapkan CIA (Controlling, Inpection and Approval) untuk
melindungi sumber daya alam hayati fauna dari ancaman penyakit hewan
berbahaya lainnya serta penyakit eksotik.
4. Melakukan Minimum Disease Program yaitu program untuk meminimalkan
kasus penyakit hewan di suatu wilayah/daerah tertentu di Indonesia melalui
sistem pengendalian dan pengawasan lalu lintas hewan dan produknya antar
wilayah/antar pulau sehingga dapat mencegah dan menangkal
penyebarannya.
5. Mewujudkan pelayanan karantina hewan yang modern, mandiri dan
professional.

Dalam menjalankan kebijakan karantina hewan yang dilaksanakan oleh petugas


karantina hewan di lapangan untuk memastikan dan meyakinkan bahwa media
pembawa tersebut tidak mengandung atau tidak dapat lagi menularkan hama
penyakit hewan karantina, tidak lagi membahayakan kesehatan manusia dan
menjaga ketenteraman batin masyarakat, mengangkat harkat dan martabat
hidup masyarakat melalui kecukupan pangan yang bermutu dan bergizi, serta
ikut menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2.6. Instansi yang Membantu Kerja Karantina Hewan


Pengawasan lalu lintas hewan, bahan asal hewan, produk asal hewan, karantina
tidak bekerja sendiri tetapi juga dibantu oleh instansi lain dengan tugasnya masing-
masing. Instansi-instansi tersebut antara lain:
a) Kepolisian Republik Indonesia
Tugas dari pihak kepolisian adalah memberikan payung hukum bagi
karantina jika ada pihak pelaku lalu lintas ternak dan bahan angkut yang
mencoba melawan atau mengancam pegawai karantina khususnya di setiap
Wilayah Kerja.
b) Dinas Peternakan
Tugas dari dinas peternakan adalah menerbitkan surat rekomendasi dalam
pemasukan dan pengiriman serta surat keterangan sehat ternak.
c) Badan Penanaman Modal Dan Perizinan

11
Tugas dari BPMP adalah menerbitkan surat izin dalam pemasukan dan
pengiriman ternak berdasarkan rekomendasi dari Dinas Peternakan.
d) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
BKSDA berperan dalam perlindungan/pelestarian satwa liar dan
menerbitkan Surat Ijin Angkut Satwa (SIAS).
e) Balai Besar Veteriner (BBVet)
Tugas dari BBVet adalah membantu karantina untuk meneguhkan diagnosa
terhadap hewan maupun bahan ikutan lainya.
f) Bea dan Cukai
Tugas Beacukai adalah untuk membantu pengawasan komoditi wajib
periksa karantina baik ekspor maupun impor.
g) Imigrasi
Bea cukai imigrasi dan karantina merupakan tiga unsur yang disebut dengan
C.I.Q. (Custom, Imigration, Quarantine).

2.7 Komoditi Karantina Hewan


1. Hewan/ternak yaitu semua binatang/hewan yang hidup didarat baik yang
dipelihara maupun yang hidup secara liar.
2. Bahan asal hewan (BAH) yaitu bahan yang berasal dari hewan yang dapat
diolah lebih lanjut seperti: dendeng, kulit, tulang, telur, tanduk, lemak, susu
segar, madu, tepung tulang, tepung hati, dll.
3. Hasil bahan asal hewan (HBAH) yaitu bahan asal hewan yang telah diolah
lebih lanjut seperti: daging kaleng, keju, cream, mentega, sosis, daging
olahan, dll.
4. Benda lain adalah media pembawa yang bukan tergolong hewan, BAH, dan
HBAH, yang mempunyai potensi penyebaran hama penyakit hewan
karantina.

2.8 Formulir Penting di Balai Karantina


Dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas karantina Hewan diperlukan
berbagai macam bentuk formulir dokumen operasional karantina hewan yang
meliputi:

12
a. KH.1 (Berita Acara Serah Terima Media HPHK. Diajukan paling lambat 2
hari sebelum mendatangkan atau memberangkatkan hewan atau komoditi
asal hewan)
b. KH.2 (Surat Penugasan Melakukan Tindakan Karantina)
c. KH.3 (Laporan Pelaksanaan Tindakan Karantina)
d. KH.4 (Surat Penolakan Bongkar Muatan, karena komoditi tersebut adalah
komoditi yang tidak boleh masuk ke daerah tujuan atau transit)
e. KH.5 (Surat Persetujuan Bongkar Muatan, bongkar muatan biasanya
dilakukan Bea Cukai atas persetujuan karantina saat transit atau pindah
pesawat)
f. KH.6 (Surat Persetujuan Muat)
g. KH.7 (Surat Perintah Masuk Instalasi Karantina Hewan, untuk daging
biasanya proses karantina dilakukan di IKHS)
h. KH.8A (Surat Perintah Penahanan jika komoditi tersebut tidak memiliki
dokumen yang lengkap. Pemilik diberikan waktu maximal 7 hari untuk
melengkapinya)
i. KH.8B (Berita Acara Penolakan Komoditi Masuk atau Keluar wilayah
tersebut komoditi tersebut tidak boleh masuk atau keluar wilayah)
j. KH 9A (Surat Perintah Penolakan)
k. KH 9B (Berita Acara Penolakan)
l. KH 10 A (Surat Perintah Pemusnahan)
m. KH 10B (Berita Acara Pemusnahan)
n. KH 11 (Sertifikat Kesehatan Hewan)
o. KH 12 (Sertifikasi Sanitasi Produk Hewan)
p. KH 13 (Surat Keterangan untuk Benda Lain)
q. KH 14 (Sertifikat Pelepasan Karantina Hewan)
r. KH-15 (Surat keterangan transit)
s. KH-16 (Berita acara serah terima media pembawa hama penyakit hewan
karantina dan pelaksanaan tindakan karantina antar dokter hewan
karantina)
t. KH-17 (Surat keterangan untuk barang yang bukan termasuk media
pembawa hama penyakit hewan karantina)

13
u. Kwitansi PNBP
v. Lampiran: 1) Surat Keterangan Kesehatan dari Daerah/Negara Asal, 2)
Surat Izin/Rekomendasi Pemasukan/Pengeluaran, 3) Sertifikat Halal, 4)
Hasil Uji Laboratorium, 5) Health Certificate Quarantine Negara Asal, 6)
Surat Angkut Satwa Dalam Negeri/Luar Negeri, 7) CITES, 8) BL

2.9 Ketentuan Pidana


Menurut UU Nomor 21 tahun 2019 tentang ketentuan pidana meliputi :
1. Setiap Orang Yang Memasukan:
a. Memasukkan Media Pembawa dengan tidak melengkapi sertifikat
kesehatan dari negara asal bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk
lkan, Tumbuhan, dan/atau Produk Tumbuhan
b. Memasukkan Media Pembawa tidak melalui Tempat Pemasukan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
c. Tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada
Pejabat Karantina di Tempat Pemasukan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat untuk keperluan tindakan Karantina dan pengawasan
dan/atau pengendalian
d. Mentransitkan Media Pembawa tidak menyertakan sertifikat kesehatan
dari negara transit Dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).
2. Setiap Orang Yang Mengeluarkan:
a. Mengeluarkan Media Pembawa dengan tidak melengkapi sertifikat
kesehatan bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk Ikan, Tumbuhan,
dan/atau Produk Tumbuhan.
b. Mengeluarkan Media Pembawa tidak melalui Tempat Pengeluaran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,
c. Tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada
Pejabat Karantina di Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat untuk keperluan tindakan Karantina dan pengawasan
dan/atau pengendalian Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

14
(tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
3. Setiap Orang Yang Memasukan dan Mengeluarkan:
a. Memasukkan atau mengeluarkan Media Pembawa dari suatu Area ke
Area lain di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
tidak melengkapi sertifikat kesehatan dari Tempat Pengeluaran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan,
Produk Ikan, Tumbuhan, danf atau Produk Tumbuhan
b. Memasukkan dan/atau mengeluarkan tidak melalui Tempat Pemasukan
dan Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,
c. Tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada
Pejabat Karantina di Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk keperluan tindakan Karantina
dan pengawasan dan/atau pengendalian
d. Mentransitkan Media Pembawa tidak menyertakan surat keterangan
Transit Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

15
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Koasistensi Karantina Pertanian Kelas I Denpasar


Kegiatan mahasiswa PPDH Laboratorium Kesmavet di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar, yang dilakukan selama 5 hari mulai dari tanggal 22-26
Maret 2021 yang bertempat pada Laboratorium Karantina Kelas I Denpasar, Balai
Karantina Wilker Padang Bai, dan Balai Karantina Wilker Gilimanuk.

Tabel 3.1 Hasil Kegiatan di Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Wilayah


Kerja Padang Bai dan Wilayah Kerja Gilimanuk
No Hari/Tanggal Kegiatan Pembimbing Lokasi
1 Senin, 22 Penerimaan PPDH di Drh. Putu Lisa Balai
Maret 2021 Balai Karantina Gita, MP Karantina
Pertanian Kelas I Kelas I
Denpasar Denpasar
Pengarahan mengenai Drh. Ellen Balai
Balai Karantina Wilker Malvinas Karantina
Padang Bai dan Wilker Kelas I
Gilimanuk Denpasar
Melakukan pengecekan Drh. Ellen Balai
Total Plate Count Malvinas Karantina
(TPC) Sampel daging Kelas I
dan Swab trachea dan Denpasar
kloaka 1 ekor ayam
2 Selasa, 23 Penerimaan mahasiswa Drh. I Nyoman Balai
Maret 2021 PPDH oleh Ludra, MP Karantina
penanggung jawab Wilayah
Wilker Padang Bai, Kerja Padang
serta pengenalan pos Bai
pemeriksaan

16
Pemaparan ruang Drh. I Nyoman Balai
lingkup Karantina Merta Karantina
Pertanian, tugas pokok Wilayah
dan fungsi Karantina Kerja Padang
serta diskusi Bai
Pemaparan komoditas Drh. I Balai
yang diawasi karantina, Nyoman Karantina
ketentuan pidanadalam Merta Wilayah
UU. No. 21 tahun Kerja Padang
2019, alur pelayanan Bai
tindakan karantina dan
pemeriksaan fisik DOC
serta organoleptik
daging dan telur.
Melakukan Drh. I Balai
Pemeriksaan Nyoman Karantina
administrasi telur Merta Wilayah
konsumsi, daging ayam Kerja Padang
beku, DOC broiler, Bai
DOC ayam kampung
dan DOC layer.
Melakukan Drh. I Balai
pemeriksaan Nyoman Karantina
administrasi pada truck Merta Wilayah
yang membawa Kerja Padang
komoditas Karantina Bai
Pelepasan Mahasiswa Drh. I Balai
PPDH Kelompok 17D Nyoman Karantina
Fakultas Kedokteran Merta Wilayah
Hewan Universitas Kerja Padang
Udayana Bai

17
3 Kamis, 24 Penerimaan dan Drh. I Putu Balai
Maret 2021 pengenalan mahasiswa Gede Suarjaya Karantina
PPDH serta pengenalan Wilayah
petugas di Wilayah Kerja
Kerja Pelabuhan Gilimanuk
Gilimanuk.
Pemaparan dan diskusi Drh. I Putu Balai
UU No. 21 Tahun 2019 Gede Suarjaya Karantina
Tentang Karantina Wilayah
Hewan, Ikan, dan Kerja
Tumbuhan. Gilimanuk
Pemaparan ruang Drh. I Putu Balai
lingkup karantina, Gede Suarjaya Karantina
tugas pokok, fungsi Wilayah
karantina, masa Kerja
karantina, instalasi Gilimanuk
karantina, kawasan
karantina, serta
dokumen karantina.
Pengenalan instalasi Drh. I Putu Balai
karantina seperti Gede Suarjaya Karantina
kandang hewan yang Wilayah
digunakan untuk Kerja
melakukan tindakan Gilimanuk
karantina seperti
kandang sapi, kandang
babi, kandang
kambing, kandang
kuda, dan kandang
burung.
Pemeriksaan Drh. I Putu Balai
kelengkapan Gede Suarjaya Karantina

18
administrasi/berkas dan Wilayah
pemeriksaan fisik ayam Kerja
broiler, sapi, jangkrik, Gilimanuk
kambing
Pemeriksaan Drh. I Putu Balai
kelengkapan Gede Suarjaya Karantina
administrasi/berkas dan Wilayah
organoleptik Daging Kerja
Ayam Beku, telur dan Gilimanuk
susu
5 Jumat, 25 Pelepasan Mahasiswa Drh. I Putu Balai
Maret 2021 PPDH Kelompok 17D Gede Suarjaya Karantina
Fakultas Kedokteran Wilayah
Hewan Universitas Kerja
Udayana Gilimanuk

Tabel 3.2 Hasi Uji Sampel Daging dengan Metode TPC (Total Plate Count)
No No Sampel Jenis Sampel Target Pengujian Metode Hasil
Pengujian Pengujian
1 455 Daging sapi Jumlah Bakteri TPC 7.000 coloni/g
beku
2 456 Daging sapi Jumlah Bakteri TPC 3.800 coloni/g
beku
3 457 Daging sapi Jumlah Bakteri TPC 1.900 coloni/g
beku

3.2 Pembahasan
Mahasiswa PPDH Univesitas Udayana Kelompok 17 D melakukan
koasistensi pada Senin, 22 Maret 2021 di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar. Kegiatan pertama yaitu penyambutan dan penerimaan Mahasiswa PPDH
Universitas Udayana oleh drh. Putu Lisa Gita, MP. Kemudian Mahasiswa
melakukan demo pengujian sampel daging dengan untuk menguji cemara mikroba

19
dengan metode TPC (Total Plate Count). Uji cemaran mikroba merupakan cara
penghitungan jumlah mikroba yang terdapat dalam suatu produk yang tumbuh pada
media agar pada suhu dan waktu inkubasi tertentu. Media yang digunakan pada uji
ini ialah media Plate Count Agar (PCA) dengan metode tuang. Koloni bakteri akan
terlihat berwarna pink karena penambahan trimetil tetrazolium pada media PCA.
Berdasarkan hasil dari pengujian sampel, dapat diketahui jumlah mikroba
pada sampel 455 sebanyak 7.000 coloni/g, pada sampel 456 sebanyak 3.800
coloni/g dan pada 457 sebanyak 1.900 coloni/g. Dengan demikian hasil pengujian
sampel daging sapi beku secara keseluruhan berada di bawah batas standar SNI
(2009). Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan Badan Standardisasi Nasional
(BSN) persyaratan mikrobiologis untuk daging sapi yang beredar di Indonesia
adalah Total Plate Count (TPC) 1 x 106 cfu/g (SNI 7388, 2009). Kemudian
beberapa perwakilan mahasiswa diajal oleh drh. Ellen Malvinas untuk melakukan
swab trackhea dan swab fecal pada satu ekor ayam jantan Hasil swab kemudian
dimasukan kedalam media transport untuk dilakukan uji selanjutnya serta diberikan
label sesuai data informasi pemilik. Pengujian sampel dilakukan dengan metode
PCR. Metode ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit hewan
karantina pada unggas seperti Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau virus
flu burung, tercantum pada Keputusan Menteri Pertanian No:
3238/Kpts/PD.630/9/2009 tentang Penggolongan Jenis-Jenis Hama Penyakit
Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa. Apabila hasil
uji PCR menunjukkan positif, maka ayam jantan tersebut dilarang untuk dikirimkan
ke luar daerah atau tersebar di dalam daerah dan akan dilakukan pemusnahan. Pada
kegiatan ini, mahasiswa PPDH hanya melakukan sampai pengambilan sampel
dengan swab trackhea dan swab fecal.
Kegiatan pada hari Selasa 22 Maret 2021, mahasiswa PPDH Universitas
Udayana kelompok 17 D melanjutkan kegiatan di Balai Karantina Wilayah Kerja
(Wilker) Padang Bai. Kegiatan hari pertama di awali dengan penerimaan secara
resmi mahasiswa PPDH 17 D oleh drh I Nyoman Ludra, MP. Kegiatan selanjutnya
yaitu pengarahan dan pemaparan mengenai ruang lingkup karantina, tugas pokok
dan fungsi karantina, tindakan 8P (Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan,
Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan, dan Pembebasan), serta

20
pengenalan alur pelayanan karantina dan dokumen karantina oleh drh. I Nyoman
Merta. Setelah diberikan pemaparan, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke
lapangan untuk pengenalan lokasi pos-pos yang berada di Padang Bai oleh drh. I
Nyoman Merta. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan administrasi dan
pengecekan pada kendaraan mobil bermuatan yang kemungkinan membawa hewan
atau komoditi pangan untuk mecegah masuk, keluar dan teesebarnya hama dan
penyakit hewan karantina yang dapat terbawa melalui media pembawa, serta
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap keamanan pangan. Kegiatan
malam hari dilanjutkan dengan membantu administrasi, pengecekan administrasi
dan pengecekan fisik terhadap komoditas seperti telur, DOC, daging beku di Kantor
Balai Karantina Wilker Padangbai bersama dengan drh. I Nyoman Merta. Apabila
komoditas tersebut telah memenuhi persyaratan administrasi maka dilakukan
pembebasan oleh petugas karantina dengan memberikan segel karantina untuk
melanjutkan ke lokasi tujuan. Setelah kegiatan selesai, dilakukan pelepasan
mahasiswa PPDH 17 D oleh drh. I Nyoman Merta dan dilanjutkan kegiatan
koasistensi selanjutnya di Balai Karantina Wilker Gilimanuk.
Koasistensi Balai Karantina Wilayah Kerja (Wilker) Pelabuhan Gilimanuk
dimulai pada tanggal 24-25 Maret 2021. Hari pertama mahasiswa PPDH diterima
oleh drh. I Putu Gede Suarjaya, kemudian dilanjutkan dengan perkenalan
mahasiswa PPDH serta pengenalan petugas di Wilayah Kerja Pelabuhan
Gilimanuk. Pada kesempatan yang sama drh. I Putu Gede Suarjaya juga
memaparkan secara umum tentang UU N0. 21 Tahun 2019 tentang Karantina
Hewan, Ikan dan Tumbuhan menggantikan UU No. 16 tahun 1992. Pada UU No
21 tahun 2019 yang baru dijelaskan lebih rinci mengenai karantina. Karantina
memiliki tugas menyelenggarakan perkarantinaan pertanian dan pengawasan
keamanan hayati. Persyaratan karantina yang wajib memenuhi syarat yaitu media
pembawa wajib dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara atau area asal, melalui
tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan. Beliau juga
memaparkan mengenai 8 tindakan karantina (8P) yaitu pemeriksaan, pengasingan,
pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan.
Selanjutnya diteruskan dengan diskusi aktif dengan mahasiswa tentang ruang
lingkup karantina, tugas pokok, fungsi karantina, masa karantina, instalasi

21
karantina, kawasan karantina, serta dokumen karantina. Salah satu contoh instalasi
karantina adalah kandang hewan yang digunakan untuk melakukan tindakan
karantina.
Produk yang diawasi oleh karantina pertanian yaitu sapi potong, babi
potong, ayam afkir, daging babi, DOC, telur tetas, kambing potong, daging ayam
dan itik, serta daging impor. Pada karantina pelabuhan Gilimanuk juga dipaparkan
mengenai pemeriksaan organoleptik pada daging seperti, warna, bau, konsistensi
dan tekstur serta kepualaman. Setelah berdiskusi mahasiswa diajak ke kandang
hewan yang dimiliki oleh Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilayah
Kerja Pelabuhan Gilimanuk yang terdiri dari kandang sapi, babi, kambing, burung,
dan kuda. Menurut Permentan (2015) Instalasi Karantina untuk Hewan, selain
memenuhi persyaratan harus:
a. Menyediakan kandang isolasi, gudang pakan, dan tempat untuk melakukan
tindakan pemeriksaan, pengamatan, perlakuan, dan pemusnahan.
b. Mempunyai lantai kandang yang kuat, tidak licin dan dengan kemiringan
20 sampai dengan 40.
c. Mempunyai konstruksi bangunan kandang yang memperhatikan
keselamatan hewan.
d. Aman dari gangguan lingkungan yang dapat menimbulkan stres.
e. Memenuhi kebutuhan dasar fisik, psikologis hewan dan lingkungan yang
memberikan rasa aman, nyaman, bebas dari rasa sakit, ketakutan, dan
tertekan.

Kegiatan mahasiswa dilanjutkan dengan pemeriksaan kelengkapan administrasi/


berkas dan pemeriksaan fisik ayam broiler, sapi potong, jangkrik dan kambing.
Kemudian diberikan pemaparan sekilas mengenai proses pembuatan dokumen
pelepasan dan penerimaan muatan barang di Balai Karantina Pertanian kelas I
Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk. Setiap dokumen yang dikeluarkan
harus berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan melakukan
pemeriksaan kelengkapan administrasi/berkas dan pemeriksaan organoleptic
daging ayam beku, telur dan susu. Pada wilayah kerja pelabuhan Gilimanuk tidak
dilakukan semata-mata oleh para petugas medik dan paramedik Balai Karantina.

22
Kegiatan tersebut juga dibantu oleh instansi terkait seperti kepolisian setempat.
Selama mengikuti kegiatan pengawasan lalu lintas ternak di pelabuhan Gilimanuk,
tidak ditemukan kasus penyelundupan atau yang tidak sesuai dengan prosedur
Karantina baik seperti kelengkapan dokumen. Pada Hari Jumat tanggal 25 Maret
2021, kegiatan mahasiswa PPDH Kelompok 17 D ditutup dengan pelepasan
mahasiswa dan foto bersama.

23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Kegiatan mahasiswa koasistensi PPDH Lab. Kesmavet yang ditugaskan di
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar serta wilayah kerjanya dalam hal ini
Pelabuhan Laut Gilimanuk dan Pelabuhan Laut Padangbai memiliki tugas pokok
yaitu melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan
serta pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati yang bertujuan untuk
mencegah masuk, tersebar, dan keluarnya hama penyakit hewan karantina
(HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari luar negeri
ke dalam wilayah negara Indonesia, atau suatu area lain di dalam wilayah negara
Indonesia, serta keluar dari wilayah negara Indonesia. Pelaksanaannya didukung
dengan tindakan karantina yang meliputi 8P: pemeriksaan, pengasingan,
pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, pembebasan
terhadap komoditi HPHK dan OPTK. Pengawasan terhadap lalu lintas hewan
dilakukan dengan pemeriksaan administrasi karantina dan pemeriksaan fisik pada
hewan (ayam jantan, Ayam afkir, DOC, Sapi potong, Kambing Potong, Jangkrik
dll) dan bahan asal hewan (telur dan daging ayam beku).

4.2 Saran
Perlu diadakan pemberian edukasi karantina yang mudah dipahami kepada
masyarakat umum, sehingga masyarakat turut andil dalam menyukseskan tujuan
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar. Perlu dilakukan perawatan secara
rutin oleh petugas khusus terhadap instalasi karantina seperti kandang ternak
sementara, Petugas karantina yang mengawasi masuk dan keluarnya komoditi di
pelabuhan perlu diperbanyak jumlahnya, sehingga penyelundupan terhadap
komoditi yang dilarang dapat dihindari dan kerja petugas karantina lebih efisien.

24
DAFTAR PUSTAKA

Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, Dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai:
Kasus Program Kali Bersih di Kaligarang, Jawa Tengah. Disertasi S3.
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. p22-34.
Lindawati, S. A. 1998. “Upaya Memperpanjang Daya Simpan Daging Itik melalui
Klorinasi Pasca Pemerosesan”. (thesis). Bogor: Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor
Rofiqi, A, Ali M, Lastianti SD, Pratiwi YI. 2018. Peran Bisnis Pertanian dalam
Perekonomian Indonesia. Artikel Ilmiah. Universitas Merdeka Surabaya.
Standard Nasional Indonesia (SNI 7388, 2009). Batas Maksimun Cemaran Mikroba
pada Pangan. Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Sumitro, Hadri, L., Etif, S. 2014. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Praktik
Petugas Karantina Hewan dalam Pengendalian Brucellosis di Sulawesi
Selatan. Institut Pertanian Bogor Vol. 2 (2): 62-69

25
Lampiran 1. Dokumentasi Koasistensi Karantian Pertanian Kelas I Denpasar

Penerimaan Mahasiswa PPDH 17 D oleh drh. Putu Lisa Gita, MP


di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar

Melakukan Swab Trachea Dan Kloaka Pada Ayam Untuk Uji PCR

26
Kegiatan laboratorium pemeriksaan sampel daging sapi dengan uji TPC

Penerimaan Mahasiswa PPDH 17 D oleh Drh. I Nyoman Merta di Wilker Padang Bai

Melakukan Pemeriksaan Administrasi DOC dengan Drh. I Nyoman Merta

27
Melakukan pemeriksaan telur dan DOC

Penerimaan Mahasiswa PPDH 17D Wilker Gilimanuk Oleh Drh. I Putu Gd Suarjaya

28
Pengenalan Instalasi Karantina di Wilker Gilimanuk

Pengenalan persyaratan dokumen karantina

29
Melakukan pemeriksaan ayam broiler afkir beserta kelengkapan dokumen

Melakukan pemeriksaan sapi dan organoleptik daging ayam beku serta kelengkapan
dokumen

Melakukan pemeriksaan kesehatan, sapi, ayam, DOC, jangkrik dan kambing serta
kelengkapan dokumen

30

Anda mungkin juga menyukai