Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI KADAR GLUKOSA DARAH SAPI BALI PADA PERIODE

PERIPARTURIEN

I Dewa Agung Made Wihanjana Putra1, I Made Merdana2, I Nyoman Sulabda3

1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, 2Laboratorium Farmakologi Veteriner,
3
Laboratorim Fisiologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udaayana
Email : wihanjanaptr@gmail.com

ABSTRAK
Kadar Glukosa sangat penting dan pengaruh terhadap kehidupan sapi bali betina pada
fase peripaturient dimana pada fase ini sapi bali bunting lebih membutuhkan banyak glukosa
untuk keperluan metabolisme dalam tubuh dan juga menyusui untuk anaknya. Banyak kasus
hipoglikemia sering terjadi pada sapi bali bunting dan masih belum pernah dilaporkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah Evaluasi kadar glukosa darah sapi bali yang beresiko
mengalami hipoglikemia pada periode peripaturient yang ada di....Penelitian ini
menggunakan sampel sapi betina berjumlah 6 selama bulan Oktober 2019. Metode yang
digunakan..
Kata Kunci :
PENDAHULUAN dilakukan dengan mengukur tingkat kadar
Sapi Bali adalah hasil domestikasi glokusa dan benda keton dalam darah, atau
banteng yang mempunyai kekhasan tingkat badan keton dalam urin. Melihat
tertentu bila dibandingkan dengan jenis kondisi diatas maka sangat penting
sapi lainnya (Kendran et al., 2012). Sapi dilakukan penelitian untuk mengevaluasi
bali menjadi primadona di Indonesia kadar glokusa darah pada sapi yang
karena mempunyai angka pertumbuhan beresiko mengalami hipoglikemia,
yang cepat, adaptasi dengan lingkungan sehingga bisa diupayakan tindakan untuk
yang baik, dan penampilan reproduksi pencegahannya.
yang baik. Sapi Bali ini merupakan sapi Kebutuhan glukosa merupakan salah
yang paling banyak dipelihara pada satu substrat metabolisme yang paling
peternakan kecil karena fertilitasnya baik utama dibutuhkan untuk fungsi proses
dan angka kematian yang rendah reproduktif pada sapi betina Pada periode
(Purwantara et al., 2012). Sapi pada periparturient, glukosa dibutuhkan dalam
periode periparturien atau periode transisi jumlah banyak yang digunakan untuk
berisiko tinggi mengalami hipooglikemia. kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan
Periode periparturien yaitu umur tubuh, pertumbuhan fetus, pertumbuhan
kebuntingan tiga minggu sebelum lahir jaringan seperti plasenta, ambing serta
dan tiga minggu setelah kelahiran produksi susu. Glukosa darah merupakan
(Indarwati, 2012). Pada masa kebuntingan gula yang terdapat dalam darah yang
tua kebutuhan akan glukosa meningkat terbentuk dari metabolisme karbohidrat
untuk perkembangan fetus dan persiapan dalam makanan dan disimpan sebagai
kelahiran. Sedangkan pada masa awal glikogen di hati dan otot rangka (Fever,
laktasi glukosa dibutuhkan sekali untuk 2007). Kadar glukosa yang terdapat dalam
pembentukan laktosa (gula susu) dan darah merefleksikan sumber energi
lemak. Jika asupan karbohidrat dari pakan didalam tubuh hewan ternak, dan
kurang maka secara fisiologis tubuh akan kondisinya akan menjadi lemah bila
berusaha mencukupinya dengan cara produksi energi tidak mencukupi.
glukoneogenesis asam lemak menjadi Kebutuhan akan glukosa meningkat
glokusa di dalam hati, dan menghasilkan sebanding tingkat metabolisme tubuh
benda-benda keton dalam darah hewan (Rahardja, 2008). Kekurangan
(Ayuningsih, 2017). Oleh karenanya glokusa secara drastis didalam darah dan
evaluasi dini hipoglikemia (ketonemia) tubuh menyebabkan hipoglikemia dan
menimbulkan kondisi sakit yang disebut Bahan-bahan yang digunakan pada
ketosis. Hipoglikemia atau hiperketonemia penelitian ini diantaranya : Jarum venoject
dapat berlangsung secara sub klinis dan 21 G, Vaccumtrainer dengan EDTA,
bisa berkembang menjadi klinis alkohol 70%, kapas, masker, handglove,
(Ayuningsih, 2007). Ini dapat dilihat dari dan Ethylen diamine tetra acetic acid
beberapa kasus yang menyatakan bahwa (EDTA).
kekurangan kadar glukosa dan urea pada
sapi dapat mnyebabkan sapi mengalami
perpanjangan proses anestrus pada Peralatan Penelitian

postpartum, kemudian mengalami kawin Peralatan yang digunakan dalam


berulang serta penyakit subklinis seperti penelitian ini adalah: Jarum venoject 21 G,
hipoglikemia, ketosis, ambruk saat EDTA, coolbox, alat sentrifugasi, tabung
melahirkan dan kematian. Hal ini jika reaksi, erlenmeyer, tabung ukur,
tidak ditangani akan berdampak kerugian Photometer Microlab 300, mikropipet,
ekonomi yang besar pada peternakan. pipet, Auto analizer (Refloton (R)
plus) dan
(Budiasa, et al., 2015; Ramadhani, et al., batang kit.
2015).
Rancangan Penelitian

MATERI DAN METODE Penelitian ini, menggunakan metode


Objek Penelitian purposive sampling. Data primer
penelitian eksperimental ini didapat
Penelitian ini menggunakan sampel
dengan pembandingan kadar glukosa
darah dari 6 ekor sapi bali bunting periode
darah, 6 sapi bali pada periode
periparturient yang masih menggunakan
periparturient. Setiap sapi bali dilakukan 3
pakan hijauan. Sampel darah sapi diambil
kali pengambilan sampel darah, yang
sebanyak tiga kali yaitu sebelum partus,
dimulai pada 3 minggu sebelum partus
pada saat partus dan setelah partus.
(preparturient), kemudian 3 hari setelah
Bahan Penelitian partus (partus), dan 3 minggu setelah
partus (post partus). Kemudian data dicatat
dan dilakukan perbandingan kadar
glukosa.

Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Sampel darah diambil pada sapi di
sebagai berikut: periode periparturient, kemudian
pengambilan darah pada vena jugularis
Variabel bebas : pengambilan sampel pada
sebanyak 10 ml. Lalu ditampung pada
periode parturient
pada tabung berisi antikuagulan heparin.
Variabel terikat : kadar glukosa darah Parameter yang diambil adalah kadar

Variabel kontrol : kesehatan sapi bali, glukosa darah. Parameter ini dianalisis

umur, pakan dan minum, manajemen dengan menggunakan alat Auto analizer

pemeliharaan, dan suhu lingkungan. (Refloton (R) plus) Adapun caranya adalah
dengan meneteskan satu tetes darah (30μl )
Prosedur Penelitian
pada batang kit. Setiap parameter
Pengambilan Sampel Darah menggunakan batang kit yang berbeda,
kemudian masukkan ke Auto analizer,
Pengambilan sampel dilakukan
tunggu beberapa menit, alat akan membaca
sebanyak 3 kali pada setiap sapi bali yang
hasilnya secara otomatis. Kemudian catat
bunting, yaitu pada 3 minggu sebelum
dan lakukan evaluasi perbandingan kadar
partus (preparturient), kemudian 3 hari
glukosa pada periode tersebut.
setelah partus (partus), dan 3 minggu
setelah partus (post partus). Pengambilan Analisis Data
darah dilakukan pada vena jugularis,
Penelitian ini disajikan secara
menggunakan jarum venoject 21G.
deskriptif dengan rataan nilai normal.
Sebelum diambil darah, pada daerah
Dengan sampel diambil 6 sapi bali pada
pembuluh darah diusap dengan kapas
periode parturient (3 minggu sebelum
beralkohol 70% terlebih dahulu untuk
partus, hingga 3 minggu setelah partus).
mencegah kontaminasi. Setelah itu jarum
Untuk mengetahui jumlah kadar glukosa
spuit ditusukkan pada vena jugularis.
pada periode periparturient dapat diuji
Setelah darah masuk ke spuit, sisakan
secara statistika dengan uji sidik ragam
ruang kosong pada spuit dan tempatkan
(ANOVA)
spuit pada posisi datar, kemudian
ditampung pada tabung berisi antikuagulan Lokasi dan Waktu
heparin. Lalu darah tersebut dimasukkan
Penelitian ini akan dilakukan
ke dalam pendingin sebelum dilakukan
selama 3 bulan yaitu bulan sampai 2019.
pemeriksaan.
Sampel akan diambil pada peternakan di
Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah Bali. Pemeriksaan kadar glukosa darah
dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
DAFTAR PUSTAKA

Adewuyil AA, Gruysi E, van Eerdenburg


FJCM. 2005. Non esterified fatty
acids (NEFA) in dairy cattle. A
review. Vet Quarterly, 27(3):
117126.
Batan W. 2002. Sapi Bali dan
Penyakitnya. Penerbit Universitas
Udayana.
Bandini Y. 2004. Sapi Bali. Penebar
Suadaya. Jakarta.
Budiasa, M. K., Pemayun. T. G. O., 2015.
Profil Glukosa Darah Dan Urea
Plasma Pada Sapi Bali Yang
Menderita Anestrus Post Partum.
Buletin Veteriner Udayana Volume
7 No. 1: 48-52 p-ISSN: 2085-2495
Pebruari 2015
Butler, W.R. (2003). Energy balance
relationships with follicular
development, ovulation and fertility
in postpartum dairy cows.
Livestock Prod. Sci. 83: 211-218.
Depari. E. E., Batan. I. W., Kardena. I. M.,
2017. Gambaran Histopatologi
Rumen dan Retikulum Sapi Bali
Akibat Adanya Benda Asing. Jurnal
Sain Veteriner. 35 (1)
Direktorat Jendral Peternakan. 2012.
Stastik Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Livestock And Animal
Health Statistic. Jakarta ; Direktorat
Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Kementrian Pertanian.
Joyce le Fever. 2007 Pedoman
pemeriksaan laboratorium &
diagnostic, Joyce le Fever Kee : alih
bahasa, Sari Kurnianingsih (et a );
editor edisi Bahasa Indonesia,
Ramona P. Kapoh – Ed.6 –Jakarta:
EGC.
Kendran, A. A. S., Damriyasa, I. M., Ramandani, D., Nururrozi. A.,2015. Kadar
Glukosa dan Total Protein Plasma pada
Dharmawan. N. S., Ardana. I. B. K.,
Anggreni. L. D., 2012. Profil Kimia Klinik Sapi yang Mengalami Kawin
Darah Sapi Bali. Jurnal Veteriner Berulang di Wilayah Daerah
Desember 2012 Vol. 13 No. 4: 410-415 Istimewa Yogyakarta .Jurnal Sain
ISSN : 1411 – 8327 Veteriner ISSN : 0126-0421
Oguike MO, Okocha NL. 2008, Siswanto. M. Patmawati. N. W.,
Reproductive performance of rabbits re- Trinayani. N. N., Wandia. I. N., Puja. I.
mated at K., 2013.
different intervals postpartum, Penampilan Reproduksi Sapi pada
African J Agric Res, 3(6): 412-415 Peternakan Intensif di Instalasi
Pembibitan Pulukan. Jurnal Ilmu
Oka, I. G. L., Suyadnya, I. P., Putra, S.,
dan Kesehatan Hewan. Vol 1, No.
Suarna, I. M., Suparta, I. N., Saka, I. K.,
1: 11-45.
Suwiti,
Suwiti NK, Putra S, Puja N, Watiniasih
Ni. K., Antara, I. M., Puja, I. N.,
NL. 2012. Peningkatan Produksi Sapi Bali
Sukanata, I. W., Oka, A. A., and
Mudita, I. M (2012) Sapi Bali Unggul Melalui Pengembangan
Sumber Daya Genetik Asli Model Peternakan Terintegrasi. Laporan
Indonesia: Denpasar. Udayana
Penelitian Prioritas Nasional
University Press. ISSN: 978-602-
(MP3EI) Tahap I. Pusat Kajian Sapi Bali
9042-91-7. 1-16.
Universitas Udayana.
Purwantara B, Noor R.R., Andersson. G.,
Rodriguez-Martinez H. 2012. Banteng and Tahuk. P. K., Dethan. A. A., Sio. S., 2017.
Profil Glukosa dan Urea Darah Sapi Bali
Bali Cattle in Indonesia : Status
And Forecasts Reprod Dom Anim 47 Jantan pada Penggemukan dengan
Hijauan (Greenlot Fattening) di
(Suppl. 1), 2-6
Peternakan Rakyat. Agripet Vol 17.
Rahardja, D.P., 2008. Strategi Pemberian No. 2 Oktober 2017
Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi)
Thalib C., Entwistle. K., Siregar. A.,
Untuk Produksi Ternak Budiarty S. Lindays D. 2003 Suvey of
Ruminansia. Dinas Peternakan Makassar. population
Rahayu, N. L. S. S., Suwiti NK, Suastika and production dynamics of Bali
P.2016. Struktur Histologi Dan cattle and existing breeding
programs in Indonesian. ACIAR
Histomorfometri Granulosit Pada
Proceedings, 3-9
Sapi Bali Pasca Pemberian Mineral.
Buletin Triakoso.Nusdianto. 2009. Penyakit
metabolik pada sapi perah Dampaknya
Veteriner Udayana Volume 8 No.
terhadap
2: 151-158 pISSN: 2085-2495; eISSN:
2477- respon kekebalan dan penyakit-
penyakit lain. Airlangga University.
2712

Anda mungkin juga menyukai