Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Veteriner Maret 2021 Vol. 22 No.

1 : 26 - 32
pISSN: 1411-8327; eISSN: 2477-5665 DOI: 10.19087/jveteriner.2021.22.1.26
Terakreditasi Nasional, Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, online pada http://ojs.unud.ac.id/index.php/jvet
Kemenristek Dikti RI S.K. No. 36a/E/KPT/2016

Profil Biokimia Darah Sapi Aceh


yang Mengalami Kawin Berulang
(THE BLOOD BIOCHEMICAL PROFILE
IN ACEH COWS WITH REPEAT BREEDING)

Cut Nila Thasmi1, Husnurrizal1,


Muslim Akmal2, Sri Wahyuni3,
Tongku Nizwan Siregar1

1
Laboratorium Reproduksi; 2Laboratorium Histologi;
3
Laboratorium Anatomi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Syiah Kuala,
Jln Tgk Hasan Krueng Kalee No 4
Darusalam, Banda Aceh,Indonesia, 23111
Telpon: (0651)7551536,
Email: cutnilathasmi@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui profil biokimia darah sapi aceh yang mengalami kawin
berulang/repeat breeding (RB). Dalam penelitian ini digunakan 16 ekor sapi aceh yang terdiri atas tujuh
ekor sapi aceh fertil dan sembilan ekor sapi aceh RB, yang berumur 3-8 tahun dengan skor kondisi tubuh
(SKT) 3-4. Koleksi serum dilakukan untuk pemeriksaan profil biokimia darah meliputi kadar kolesterol,
protein, dan glukosa. Kadar kolesterol; protein; dan glukosa sapi aceh fertil vs RB masing-masing adalah
185,86±45,34 vs 144,00±40,69 mg/dL; 6,57±1,55 vs 6,96±2,05 g/dL; dan 67,43±13,72 vs 73,78±15,83 mg/
dL. Disimpulkan bahwa kadar glukosa sapi aceh RB lebih tinggi dibandingkan sapi fertile, sedangkan
kadar kolesterol dan protein relatif sama.

Kata-kata kunci: sapi aceh; profil biokimia; repeat breeding; kawin berulang

ABSTRACT

This study aims to determine the blood biochemical profile of Aceh cows with repeat breeding (RB).
Data were obtained from seven fertile and nine RB cows, between the ages of 3-8 years with a body
condition score (BCS) ranging between 3-4. Serum collection was carried out to check their blood biochemical
profile, cholesterol, protein, and glucose. The total cholesterol, protein, and glucose level in fertile vs RB
Aceh cows is 185.86±45.34 vs 144.00 ± 40.69 mg/dL, 6.57±1.55 vs 6.96±2.05 g/dL, and 67.43±13.72 vs
73.78±15.83 mg/dL, respectively. In conclusion, the glucose level of RB Aceh cows was higher than those
that are fertile, while the cholesterol and protein were in the same level.

Keywords: Aceh cows; biochemical profile; repeat breeding

PENDAHULUAN yang berdampak buruk pada kinerja produksi


dan reproduksi sapi (Prihatno et al., 2013).
Salah satu permasalahan reproduksi yang Tingginya jumlah ternak sapi yang diafkir
terjadi pada sapi aceh adalah rendahnya mencapai 35,2% dan mengakibatkan kerugian
efisiensi reproduksi (Thasmi et al., 2016). ekonomi yang besar bagi peternak sapi
Rendahnya efisiensi reproduksi (Bonneville-Hebert et al., 2011). Menurut Kumar
mengindikasikan adanya gangguan reproduksi (2014) penyebab dasar dari permasalahan
seperti endometritis, anestrus dan kawin reproduksi pada sapi adalah faktor manajemen,
berulang/repeat breeding/RB (Bage et al., 2002) nutrisi, dan patologis.

26
Thasmi et al. Jurnal Veteriner

Salah satu penyebab RB adalah kesalahan kuantitas. Kondisi tersebut sangat berpengaruh
manajemen, terutama defisiensi nutrisi terhadap sistem reproduksi. Menurut Jainudeen
(Prihatno et al., 2013). Defisiensi nutrisi atau dan Hafez (2000), defisiensi nutrisi dalam
asupan nutrisi yang tidak cukup dapat ransum dapat memengaruhi proses ovulasi dan
berpengaruh langsung terhadap efisiensi fertilisasi, perkembangan embrio dan fetus di
reproduksi yang mengakibatkan terjadinya dalam uterus, yang diikuti kematian embrio dan
penurunan kinerja reproduksi dan produktivitas penyerapan embrio oleh dinding uterus, keluron/
(Kumar, 2014). Selain itu, Prihatno et al. (2013) abortus atau kelahiran anak yang lemah, dan
menyatakan bahwa defisiensi nutrisi juga kematian neonatal. Laporan tentang profil
menyebabkan kinerja atau aktivitas ovarium darah sapi aceh yang mengalami RB masih
menjadi tidak optimal, gangguan hormonal, dan sangat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini
menyebabkan calving interval menjadi panjang, bertujuan mengetahui gambaran profil biokimia
yang pada akhirnya menyebabkan munculnya darah pada sapi aceh yang mengalami RB dan
gangguan RB. fertil.
Kejadian RB pada sapi disebabkan oleh
banyak faktor di antaranya faktor manajemen
pemeliharaan, nutrisi, infeksi, dan hormonal METODE PENELITIAN
(Barui et al., 2015; Ramandani dan Nururrozi,
2015; Matubber Matubber et al., 2018). Dalam penelitian ini digunakan 16 ekor sapi
Defisiensi nutrisi telah dilaporkan sebagai faktor aceh yang terdiri atas tujuh ekor sapi fertil dan
utama penyebab gangguan reproduksi pada sapi sembilan ekor sapi RB, berumur 3-8 tahun, dan
perah (Kumar, 2014; Barui et al., 2015; Ahmed memiliki skor kondisi tubuh (SKT) antara 3-4.
et al., 2017; Sulieman et al., 2017), dan kerbau Sapi fertil merupakan sapi >2 bulan pascapartus
(Akhtar et al., 2014; Saraswat dan Purohit, yang mempunyai riwayat berhasil bunting
2016). Ramandani dan Nururrozi (2015) dengan sekali inseminasi dan mempunyai dua
mengemukakan bahwa defisiensi atau kali siklus estrus reguler, sedangkan sapi RB
ketidakseimbangan nutrisi dapat berpengaruh terdiri atas sapi yang didiagnosis mengalami RB
buruk terhadap berbagai tahap proses yaitu sapi yang gagal bunting setelah lebih dari
reproduksi. tiga kali diinseminasi namun memiliki siklus
Konsentrasi glukosa dan total protein darah estrus normal. Jenis pakan yang diberikan
pada sapi perah yang mengalami RB lebih kepada sapi oleh peternak adalah rumput
rendah dibanding sapi normal (Barui et al., 2015; lapangan, jerami padi segar, dan jerami padi
Ahmed et al., 2017; Sulieman et al., 2017). yang sudah dikeringkan.
Rendahnya konsentrasi glukosa darah dan total
protein menyebabkan terjadinya gangguan Penyerentakan/Sinkronisasi Berahi
hormonal (Barui et al., 2015) yaitu dapat Seluruh sapi aceh fertil dan RB dilakukan
menghambat sintesis atau pelepasan penyerentakan/sinkronisasi berahi dengan 25
gonadotropine releasing hormone/GnRH, dan mg PGF2á (Lutalyse™, Pfizer, Belgia) secara
menghambat pelepasan folicle stimulating intramuskuler, sebanyak dua kali dengan
hormone/FSH dan luteinizing hormone/LH, interval waktu sebelas hari.
menyebabkan terhambatnya pelepasan
estradiol, dan progesteron serta terhambatnya Koleksi dan Preparasi Sampel Serum
perkembangan folikel dan ovum. Selain itu, juga Koleksi darah dilakukan pada waktu pagi
berdampak pada kematian ovum, embrio, dan hari (jam 07.00-09.00 WIB) dengan suhu
fetus karena tidak cukupnya hormon steroid lingkungan rata-rata mencapai 23,6°C. Sampel
yang dihasilkan oleh ovarium (Prihatno et al., darah diambil melalui vena jugularis, lalu
2013). Lebih lanjut, kondisi ini menyebabkan dimasukkan dalam tabung vacutainer dan
kegagalan fertilisasi dan kematian embrio dini ditempatkan dalam coolbox dalam kondisi
(Ramandani dan Nururrozi, 2015). dingin. Sampel darah kemudian dibawa ke
Prihatno et al. (2013) dan Yuherman et al. laboratorium dan dilakukan preparasi untuk
(2017) menjelaskan bahwa rendahnya profil mendapatkan serum dan didiamkan selama 30
biokimia serum darah terutama total kolesterol, menit. Proses selanjutnya adalah sentrifugasi
kadar glukosa darah, dan kalsium menandakan sampel darah dengan kecepatan 2500 rpm
rendahnya nutrisi dalam ransum yang selama 15 menit. Serum yang terbentuk
diberikan, baik dari segi kualitas maupun selanjutnya dimasukkan dalam tabung

27
Jurnal Veteriner Maret 2021 Vol. 22 No. 1 : 26 - 32

microtube dan disimpan dalam freezer pada dapat menjadi petunjuk bahwa kemungkinan
suhu minus 20°C sebelum dilakukan analisis sebagian sapi yang mengalami RB disebabkan
biokimia. level kolesterol yang rendah. Hasil ini sejalan
dengan laporan penelitian Chandrahar et al.
Pemeriksaan Biokimia Darah dan Analisis (2003), Prihatno et al. (2013), Kumar (2014)
Data bahwa kadar kolesterol total pada sapi RB lebih
Pemeriksaan kadar kolesterol, protein, rendah dibandingkan dengan sapi fertil. Kadar
glukosa dilakukan menggunakan reagensia kolesterol total pada sapi aceh yang diperoleh
LabTest yang sesuai dengan parameter yang pada penelitian ini tergolong lebih tinggi
diperiksa (kolesterol, HDL-50128A; protein, dibandingkan pada sapi perah Friesian Holstein
glukosa, glucose liquiform 133-1/500; protein (FH) (125,95±38,108 dan 166,08±37,06 mg/dL)
ReiGed Diagnostic, PT. RajaErba Indochem, (Prihatno et al., 2013), sapi perah crossbreed
Indonesia). Data hasil pemeriksaan yang (98,90±12,48 dan 114,14±9,72 mg/dL) (Kumar,
terkumpul berupa total kolesterol, total protein, 2014) dan sapi Ongole crossbreed (124,65±12,84
dan glukosa dianalisis dengan uji t. dan 151,45±26,25 mg/dL) (Widayati et al., 2018).
Nair et al. (1987) menyatakan bahwa level
kolesterol pada sapi RB mempunyai korelasi
HASIL DAN PEMBAHASAN positif dengan performa reproduksi. Kolesterol
kemungkinan berfungsi meningkatkan
Data profil biokimia darah pada sapi aceh performa reproduksi secara langsung dengan
fertil dan RB disajikan pada Tabel 1. cara memperbaiki lingkungan uterus dan
Pada Tabel 1, disajikan kadar kolesterol; perkembangan embrio melalui peningkatan
protein; dan glukosa sapi aceh fertil vs RB konsentrasi progesteron (Lopes et al., 2009).
masing-masing adalah 185,86±45,34 vs Kolesterol merupakan suatu zat lemak yang
144,00±40,69 mg/dL (P>0,05); 6,57±1,55 vs diproduksi di hati dan beredar di dalam darah.
6,96±2,05 g/dL (P>0,05); dan 67,43±13,72 vs Kolesterol juga merupakan unsur penting dalam
73,78±15,83 mg/dL (P<0,05). Konsentrasi membran plasma, dan senyawa induk bagi
kolesterol sapi fertil dan sapi RB menunjukkan semua steroid lainnya yang disintesis dalam
perbedaan yang tidak nyata (P>0,05). Hal ini tubuh seperti hormon korteks adrenal serta
sesuai dengan laporan Zaman et al. (2012); Guzel hormon reproduksi, vitamin D, dan asam
dan Tanriverdi (2014), sedangkan Kumar (2014); empedu (Murray et al., 2003). Selain itu,
Kekan dan Shirbhate (2015); Amle et al. (2014) kolesterol sangat penting untuk biosintesis
melaporkan sebaliknya bahwa konsentrasi androstenedion, progesteron, dan estradiol oleh
kolesterol lebih rendah pada sapi aceh RB sel-sel granulosa di bawah pengaruh luteinizing
dibandingkan sapi aceh fertil. hormone (Guzel dan Tanriverdi, 2014). Sel-sel
Meskipun secara statistika tidak terdapat granulosa menghasilkan pregnenolon setelah
perbedaan konsentrasi kolesterol antara sapi RB mendapat rangsangan dari LH yang selanjutnya
dengan sapi fertil namun terdapat dikonversi menjadi androstenedion oleh sel-sel
kecenderungan konsentrasi kolesterol lebih teka. Sebagian besar androstenedion kembali
rendah pada sapi RB. Dalam penelitian ini lagi ke sel granulosa dan dikonversi kembali
ditemukan tiga sapi pada kelompok sapi RB yang menjadi estron dan estradiol (Widayati et al.,
memiliki level kolesterol < 100 mg/dL yang 2018). Rendahnya kadar hormon LH dalam

Tabel 1. Hasil uji biokimia darah pada sapi aceh fertil dan sapi aceh yang mengalami kawin
berulang/repeat breeding

Sapi Aceh
Profil Biokimia Darah
Fertil(n = 7) Repeat Breeding(n = 9)

Kolesterol (mg/dL) 185,86±45,34a 144,00±40,69a


Protein (g/dL) 6,57±1,55a 6,96±2,05a
Glukosa (mg/dL) 67,43±13,72a 73,78±15,83b

a,b Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

28
Thasmi et al. Jurnal Veteriner

darah dapat menyebabkan terjadinya ovulasi terhadap hambatan sekresi FSH dan LH.
yang tertunda atau delayed ovulation dan sistik Kondisi tersebut menyebabkan gangguan
folikel akibat rendahnya kadar LH, fase folikuler keseimbangan hormonal yang merupakan salah
menjadi panjang sehingga fase luteal akan satu penyebab terjadinya RB.
tertunda atau tidak terjadi sama sekali Tingginya konsentrasi glukosa darah pada
(Suharyati dan Hartono, 2016). sapi RB pada penelitian ini sesuai dengan
Konsentrasi total protein pada sapi RB laporan Awasthi dan Kharche (1987) yang
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata melaporkan bahwa adanya kenaikan kadar
dengan sapi fertil (P>0,05) dengan konsentrasi glukosa pada sapi yang mengalami RB.
masing-masing adalah 6,96±2,06 dan 6,57±1,56 Tingginya kadar glukosa pada sapi RB
g/dL. Hasil penelitian ini berbeda dengan berhubungan dengan masalah reproduksi
laporan Kumar (2014) bahwa konsentrasi serum seperti endometritis (Guzel dan Tanriverdi,
protein sapi fertil dan sapi RB masing-masing 2014; Sulieman et al., 2017). Ahmed et al. (2004)
adalah 6,70±0,09 dan 6,32±0,04 g/dL. menemukan kadar glukosa darah sapi yang
Konsentrasi protein yang rendah mengaki- mengalami endometritis secara signifikan lebih
batkan gangguan sintesis gonadotropin (Khan tinggi daripada pada hewan yang memiliki
et al., 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan siklus estrus normal dan non-siklus (masing-
laporan Cetin et al. (2002), Pathan et al. (2012), masing yaitu 58,08±2,59; 50,72±1,12; dan
Guzel dan Tanriverdi (2014). Sapi RB adalah sapi- 50,56±1.13 g/dL). Peningkatan kadar glukosa
sapi yang menunjukkan siklus estrus reguler darah pada sapi yang endometritis diikuti
sehingga konsentrasi total proteinnya berada dengan peningkatan adrenokortikotropik
pada kisaran normal. hormon. Majeed et al. (1990) juga melaporkan
Rata-rata protein total yang diperoleh pada hal yang sama, kadar glukosa pada sapi
penelitian ini sama dengan yang dilaporkan oleh endometritis lebih tinggi daripada sapi yang
Zaman et al. (2014) dan Kumar (2014). Namun, sehat. Tingginya kadar glukosa pada penelitian
Amle et al. (2014) melaporkan hal yang berbeda, ini dapat diasumsikan bahwa sapi aceh RB pada
yakni kadar protein total pada sapi RB lebih penelitian ini mengalami endometritis subklinis
rendah daripada sapi fertil. Rendahnya kadar sehingga menyebabkan terjadinya RB.
protein total lebih sering ditemukan pada sapi Salah satu mekanisme infertilitas yang
yang mengalami anestrus (Agrawal et al., 2015; diduga terkait dengan endometritis yaitu adanya
Singaram dan Jacob, 2017). Kondisi ini karena peningkatan spesies oksigen reaktif (ROS),
defisiensi asam amino yang dibutuhkan oleh perubahan fungsi sistem imun, perubahan
tubuh, sehingga dapat mengganggu proses hormonal pada ovarium, dan penurunan
biosintesis gonadotropin dan hormon gonad aktivitas endometrium (Gupta et al., 2008).
lainnya (Khan et al., 2010). Peningkatan ROS dapat terjadi akibat aktivasi
Konsentrasi glukosa dalam serum antara makrofag oleh sistem imun tubuh. Aktivasi
sapi fertil dan sapi RB menunjukkan perbedaan makrofag ini menyebabkan peningkatan
yang sangat nyata (P<0,01) dengan konsentrasi penggunaan glukosa dalam darah melalui
masing-masing adalah 67,43±13,72 dan lintasan pentose fosfat yang dipakai untuk
73,78±15,83 g/dL. Hasil ini berbeda dengan mereduksi NADP menjadi NADPH, dan
laporan Prihatno et al. (2013) dan Kumar (2014) peningkatan penggunaan oksigen yang dipakai
yang memperoleh konsentrasi glukosa (g/dL) untuk mengoksidasi NADPH guna meng-
antara sapi fertil dan sapi RB masing-masing hasilkan superoksida dan halogen radikal
adalah 68,40±9,60 vs 48,58±6,68 dan 60,27±2,28 sebagai agen yang sitotoksik untuk membunuh
vs 55,18±3,10. Level glukosa pada kedua mikroorganisme yang telah difagosit di dalam
kelompok penelitian ini lebih tinggi uterus yang terinfeksi (Makker et al., 2009).
dibandingkan laporan Prihatno et al. (2013), Reaksi stres oksidatif yang terjadi
Kumar (2014), Freitas et al. (2017), dan Widayati menyebabkan peningkatan laju peroksidasi lipid
et al. (2018). Hal ini mengindikasikan kejadian yang berkontribusi dalam produksi radikal
RB pada sapi aceh bukan disebabkan oleh bebas, termasuk terbentuknya anion
rendahnya level glukosa. Level glukosa yang superoksida, sehingga menyebabkan modifikasi
rendah memengaruhi ovum, embrio, dan fetus oksidatif yang mengakibatkan terinaktivasinya
(Prihatno et al., 2013). Mulligan et al. (2006) superoxide dismutase (Kaya et al., 2017).
menambahkan bahwa defisiensi glukosa Peroksidasi lipid adalah peristiwa teroksidasinya
menurunkan sekresi GnRH yang berdampak lipid yang berlangsung secara cepat (Pasaoglu

29
Jurnal Veteriner Maret 2021 Vol. 22 No. 1 : 26 - 32

et al., 2004). Lipid yang teroksidasi merupakan menentukan tinggi rendahnya kadar glukosa
bagian fosfolipid membran sel â pankreas pada darah. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh
penderita diabetes mellitus sehingga karbohidrat pakan, baik berupa serat kasar (SK)
memengaruhi kestabilan strukturnya. maupun bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN)
Demikian pula fungsi vital sel sebagai penyedia yang akan memengaruhi peningkatan glukosa
hormon insulin turut terganggu, karena darah. Serat kasar dan BETN difermentasi
peroksidasi lipid menyebabkan peningkatan oleh mikrob rumen menjadi volatile fatty acid/
permeabilitas membran sel. Produksi hormon VFA dan gula-gula sederhana, kemudian
insulin menjadi berkurang, demikian pula disintesis menjadi glukosa darah di dalam hati
fungsinya, sehingga tidak mampu mengarahkan (Tillman et al., 1991). Sumber glukosa pada
pemasukan glukosa ke jaringan. Kondisi ternak ruminansia adalah asam propionat,
tersebut menyebabkan kadar glukosa dalam asam laktat, protein dan gliserol. Propionat
darah menjadi tinggi (Robertson et al., 2004; merupakan hasil fermentasi karbohidrat di
Rahmawati et al., 2014). Selain itu, dalam rumen (Tahuk et al., 2017). Asam
peningkatan kadar peroksidasi lipid pada hewan propionat mensuplai kebutuhan glukosa tubuh
yang mengalami endometritis klinis sebanyak 30% (Parakkasi, 1999).
menunjukkan peningkatan produksi ROS dalam
leukosit. ROS menyebabkan peningkatan kadar
peroksidasi lipid dan membatasi respons sistem SIMPULAN
imun tubuh dengan merusak sel-sel imun dalam
tubuh (Heidarpour et al., 2012). Disimpulkan bahwa kadar glukosa sapi
Menurut Suwasono et al. (2013) perubahan aceh yang mengalami kawin berulang atau RB
kadar glukosa darah disebabkan oleh aktivitas lebih tinggi dibandingkan sapi fertil sedangkan
hormon insulin untuk menstabilkan kadar kadar kolesterol dan protein relatif sama.
glukosa darah dengan cara mendorong glukosa
darah menjadi glikogen hati dan otot. Lehninger
(1994) menjelaskan bahwa bila kadar glukosa UCAPAN TERIMA KASIH
darah naik, hormon insulin akan meningkat
sehingga mempercepat masuknya glukosa ke Penulis mengucapkan terima kasih kepada
dalam hati dan otot, di tempat itu glukosa akan Ketua LPPM dan Rektor Universitas Syiah
diubah menjadi glikogen. Mekanisme Kuala atas kepercayaan yang diberikan melalui
peningkatan glukosa darah diatur oleh hormon Hibah Guru Besar Tahun Anggaran 2016.
glukagon dari sel alpha, hormon dari hipofisa
anterior, epinerprin dari medula adrenal, serta
glukokortikoid dari korteks adrenal (Unitly, DAFTAR PUSTAKA
2012).
Saat tubuh merespons stres maka akan Agrawal JK, Saxena A, Singh V. 2015. Study on
dihasilkan suatu hormon glukokortikoid yaitu metabolic profile of repeat breeder, post
kortisol dari kelenjar adrenal. Produksi hormon partum anestrous and normal cyclic
ini diatur oleh hipofisa berupa pengeluaran sahiwal cows. Indian J Anim Reprod 36(1):
adreno corticotrophic hormone (ACTH). Stres 53-55.
menekan fungsi reproduksi melalui hambatan
Ahmed ME, Ahmed FO, Frah EAM, Elfaki I.
jalur hipotalamus-hipofisa-gonad melalui
2017. Blood biochemical profile of Sudanese
penghambatan dari pelepasan hormon
crossbred repeat breeder cows. African J
gonadotropine-releasing hormone (GnRH). Di
Biotechnol 16(8): 366-370.
tingkat hipofisa, efek dari kortisol merupakan
efek sekunder dari penghambatan sekresi GnRH Akhtar MS, Farooq AA, Lodhi LA, Muhammad
berupa penurunan produksi FSH dan ditingkat SA, Ayaz MM, Lashari MH, Murtaza S,
ovarium, kortisol secara langsung menghambat Hussain I, Irshad M, Maqbool HM, Raza
produksi hormon steroid dan menginduksi MA. 2014. Studies on serum macro and
apoptosis. micro minerals status in repeat breeder and
Selain itu, peningkatan kadar glukosa normal cyclic Nili-Ravi buffaloes and their
dalam darah juga dipengaruhi oleh asupan treatment strategies. African J Biotechnol
pakan. Menurut Tahuk et al. (2017) faktor 13(10): 1143-1146.
pakan, terutama konsumsi energi sangat

30
Thasmi et al. Jurnal Veteriner

Amle M, Patodkar V, Shelar R, Birade H. 2014. Heidarpour M, Mohrý M, Fallah-Rad AH,


Serum biochemical levels of repeat breeder Shahreza FD, Mohammadi M. 2012.
cross bred cows under rural condition of Oxidative stress and trace elements before
Satara district of Maharashtra. Int J Adv and after treatment in dairy cows with
Vet Sci Technol 3(1): 109-113. clinical and subclinical endometritis. Revue
Méd Vét 163(12): 628-633.
Awasthi MK, Kharche KG. 1987. Studies on some
constituents in normal cycling, fertile and Jainudeen MR, Hafez ESE. 2000. Cattle and
infertile repeat breeder crossbred cows. Indian Buffalo. In Reproduction in Farm Animals.
J Anim Reprod 8(2): 95-97. Hafez B, ESE. Hafez (Eds.).7 th Ed.
Philadelphia. Lippincott Williams &
Bage R, Gustafsson H, Larsson B, Forsber M,
Wilkins, Hlm. 87-92.
Rodriguez-Martinez H. 2002. Repeat
breeding in dairy heifers: Follicular dynamic Kaya S, Öðün M, Özen H, Kuru M, ªahin L,
and estrous cycle characteristics in relation Kükürt A, Kaçar C. 2017. The impact of
to sexual hormone pattern. Theriogenology endometritis on specific oxidative stress
57: 2257-2269. parameters in cows. J Hellenic Vet Med Soc
68(2): 231-236.
Barui A, Batabyal S, Ghosh S, Saha D,
Chattopadhyay S. 2015. Plasma mineral Kekan PM, Shirbhate RN. 2015. Biochemical
profiles and hormonal activities of normal status during oestrus cycle in regular and
cycling and repeat breeding crossbred cows: repeat breeding cows. Theriogenology
A comparative study. Vet World 8(1): 42- Insight 5(3): 213-217.
45.
Khan S, Thangavel A, Selvasubramaniyan S.
Bonneville-Hébert A, Bouchard E, Tremblay DD, 2010. Blood biochemical profile in repeat
Lefebvre R. 2011. Effect of reproductive breeding cows. Tamilnadu J Vet Anim Sci 4:
disorders and parity on repeat breeder status 90-102.
and culling of dairy cows in Quebec. Can J
Kumar AS. 2014. Blood biochemical profile in
Vet Res 75(2): 147-151.
repeat breeding crossbred dairy cows. Int J
Cetin M, Dogan I, Polat U, Yalcin A, Turkyilmaz Vet Sci 3(4): 172-173.
O. 2002. Blood biochemical parameters in
Lehninger AL. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jilid
fertile and repeat breeder cows. Indian J Anim
3. Jakarta. Penerbit Erlangga, Hlm. 34-42.
Sci 72(10): 865-866.
Lopes CN, Scarpa AB, Cappellozza BI, Cooke RF,
Chandrahar, D., R.P. Tiwari, M.K. Awasthi, and
Vasconcelos JLM. 2009. Effects of rumen-
G.K. Dutta. 2003. Serum biochemical profile
protected polyunsaturated fatty acid
of repeat breeder crossbred cows. Indian
supplementation on reproductive
Journal of Animal Reproduction 24(2): 125-
performance of Bos indicus beef cows. J
127.
Anim Sci 87: 3935-3943.
Freitas JDC, Widayati DT, Yusiati LM. 2017.
Majeed MA, Iqbal J, Chaudhry MN. 1990. Blood
Cortisol Hormones Profiles of Repeat
chemistry of clinical merits in Nili-Ravi
Breeding Local Cattle. Proceding. The 7th
buffaloes of two age groups and at two stages
International Seminar on Tropical Animal
of lactation. Pakistan Vet J 10(2): 55-59.
Production (ISTAP). Faculty of Animal
Science Universitas Gajah Mada. Makker K, Agarwal A, Sharma R. 2009.
Yogyakarta. Hlm. 35-38. Oxidative stress and male infertility. Indian
J Med Res 129: 357-367.
Gupta S, Goldberg JM, Aziz N, Goldberg E,
Krajcir N, Agarwal A. 2008. Pathogenic Matubber B, Paul AK, Das S. 2018. Evaluation
mechanisms in endometriosis-associated of different parameters in relation to repeat
infertility. Fertil Steril 90(2): 247-257. breeding of cows at the coastal areas of
Bangladesh. Res Agricult Livest Fisher 5(1):
Guzel S, Tanriverdi M. 2014. Comparison of
49-55
serum leptin, glucose, total cholesterol and
total protein levels in fertile and repeat Mulligan FJ, O’Grady L, Rice DA, Doherty ML.
breeder cows. Rev Bras Zootec 43(12): 643- 2006. Nutrition and fertility in dairy cows.
647. Irish Vet J 60: 15-20.

31
Jurnal Veteriner Maret 2021 Vol. 22 No. 1 : 26 - 32

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell reproduksi sapi bali di Kabupaten Pringsewu
VW. 2003. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Provinsi Lampung. J Penelitian Pertanian
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Terapan. 16(1): 61-67.
Hlm. 54-58. Sulieman MS, Makawi SEA, Ibrahim KEE.
Nair S, Kharche KG, Shirvastava OP. 1987. 2017. Association between postpartum blood
Study on blood glucose and cholesterol in levels of glucose and urea and fertility of
normal and abnormal cycling crossbred crossbred dairy cows in Sudan. South
cows. Indian J Anim Reprod 8: 12-13. African J Anim Sci 47(5): 595-605.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Suwasono P, Purnomoadi A, Dartosukarno S.
Ternak Ruminan. Cetakan Pertama. 2013. Kadar hematrokrit, glukosa dan urea
Jakarta. Penerbit UIP. Hlm. 21-24. darah sapi jawa yang diberi pakan
konsentrat dengan tingkat yang berbeda.
Pasaoglu H, Sancak B, Bukan N. 2004. Lipid
Anim Agricult J 2(4): 37-44.
peroxidation and resistance to oxidation in
patients with type 2 diabetes mellitus. Tahuk PK, Dethan AA, Sio S. 2017. Profil
Tohoku J Exp Med 203(3): 211-218. glukosa dan urea darah sapi bali jantan
pada penggemukan dengan hijauan
Pathan MM, Das H, Khan MJZ, Shiddique GM,
(Greenlot Fattening) di peternakan rakyat.
Latif A, Parsani HR. 2011. Comparative
Agripet 17(2): 104-111.
studies on haemato-biochemical profile of
cyclic and non-cyclic Holstein-Friesian Thasmi CN, Siregar TN, Wahyuni S, Aliza D,
crossbred cows. Wayamba J Anim Sci. 20: Hamdan H, Panjaitan B, Asmilia N,
69-74. Husnurrijal H. 2017. Estrus performance
and steroid level of repeat breeding aceh
Prihatno SA, Kusumawati A, Karja NWK,
cattle synchronized with Pgf2 alfa.
Sumiarto B. 2013. Profil biokimia darah
Veterinaria 66(1): 36-41
pada sapi perah yang mengalami kawin
berulang. J Kedokt Hewan 7(1): 29-31. Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprojo S,
Prawirokusumo S, Lebdosoekojo. 1998. Ilmu
Rahmawati G, Rachmawati FN, Winarsi H.
Makanan Ternak Dasar. Edisi ke-5.
2014. Aktivitas superoksida dismutase
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press,
tikus diabetes yang diberi ekstrak batang
Hlm. 17-19.
kapulaga dan glibenklamid. Scripta Biol
1(3): 197-201. Unitly AJA. 2012. Keadaan puasa terhadap
kadar glukosa darah tikus Rattus
Ramandani D, Nururrozi A. 2015. Kadar
norvegicus. J Edukasi Sain Biologi 1(1): 29-
glukosa dan total protein plasma pada sapi
33.
yang mengalami kawin berulang di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta. J Sain Vet Widayati DT, Bintara S, Natawihardja I,
33(1): 23-28. Maharani D. 2018. Blood biochemical profile
in fertile and repeat breeder ongole cross
Robertson RP, Harmon J, Tran PO, Poitout V.
breed cows. Pakistan J Biol Sci 21(4): 166-
2004. Â-cell glucose toxicity, lipotoxicity, and
170.
chronic oxidative stress in type 2 diabetes.
Diabetes 53(1): 119-124. Yuherman, Reswati, Kurnia YF, Indahwati,
Khalil. 2017. Hematological and mineral
Saraswat CS, Purohit GN. 2016. Repeat
profiles of reproductive failure of exotic breed
breeding: Incidence, risk factors and
cattle in Payakumbuh, West Sumatra,
diagnosis in buffaloes. Asian Paciûc J
Indonesia. Pakistan J Biol Sci 20(8): 390-
Reproduct 5(2): 87-95.
396.
Singaram B, Jacob T. 2017. Comparative studies
Zaman MI, Sharma U, Razzaque WAA, Kumar
on blood biochemical profile of anestrus and
S, Kumar S. 2014. Studies on certain blood
normal cyclic jersey cross-breed cows. Int J
biochemical constituents in normal and repeat
Livest Res 7(3): 40-44.
breeding crossbred cows. Indian J Anim
Suharyati S, Hartono M. 2016. Pengaruh Reprod 35(2): 24-26.
manajemen peternak terhadap efesiensi

32

Anda mungkin juga menyukai