Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH JENIS KELAMIN DAN KASTRASI, TERHADAP

KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT


KAMBING KACANG
The Effect of Gender and Castration on Hemoglobin Levels and Hematocrit

Petronela Hoar1, Paulus Klau Tahuk2, Agustinus A. Dethan3


1,2,3
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Timor.
*Coresponding Author : petronelahoar18@gmail.com

Abstrak
Penelitian telah dilaksanakan dikandang ternak kambing kacang program studi peternakan
universitas timur.kab.TTU. Analisis sampel dilakukan di lab. Faperta Undana. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Jenis Kelamin dan Kastrasi, Terhadap Kadar Hemoglobin
dan Hematokrit Kambing Kacang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan rangcangan acak lengkap (RAL) kambing kacang yang digunakan sebanyak
15 ekor dan dikelompokkan menjadi 3 kelompok masing masing perlakuan terdiri dari 5 ekor.
Ketiga kelompok ternak kambing tersebut masing masing adalah: T 1Kelompok kambing kacang
kastrasi T2 Kelompok kambing kacang mudah jantan mudah tanpa kastrasi T3 Kelompok
kambing kacang betina mudah ketiga kelompok ternak perlakuan di berikan ransum komplit
yang tersusun dari jerami jagung segar 30% + gamal 20% + jagung giling + 30% + pollard 15%
dan dedak padi 5%. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah hemoglobin dan
hemotokrit. Hasil ini menunjukan bahwa di simpulkan 30%,20%,30%,15%,5% berpengaruh
tidak nyata terhadap kadar hemoglobin darah dan hematocrit kambing kacang.Jenis Kelamin dan
Kastrasi, Terhadap Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Kambing Kacang masih memberikan
efek yang baik dan masih dalam keadaan normal.

Kata kunci: kadar hemoglobin dan hematocrit kambing kacang kastrasi nonkastrasi dan betina

Abstract.
The research has been carried out in the goat stables, livestock study program Timor
University of East North Central Timor. Sample analysis was carried out in the
laboratoryUndana Faculty of Agriculture. This study aims to determine the effect of gender and
castration on Hemoglobin and Hematocrit levels of Peanut Goats. The method used in this study
was an experimental method with a completely randomized design (CRD) using 15 goats and
grouped into 3 groups, each treatment consisting of 5 tails. The three groups of goats were
respectively: T1 group of castrated peanut goats T2 group of easy male peanut goats without
castration T3 group of easy female peanut goats the three treatment groups were given a
complete ration consisting of 30% fresh corn straw + 20% gamal + milled corn + 30% + pollard
15% and rice bran 5%. The variables observed in this study were hemoglobin and hematocrit.
These results indicate that it is concluded that 30%, 20%, 30%, 15%, 5% have no significant
effect on blood hemoglobin levels and hematocrit of goat Kacang. Gender and Castration,
Against Hemoglobin Levels and Hematocrit Peanuts still have a good effect and are still in
normal condition.

Keywords: hemoglobin and hematocrit levels of non-castrated peanut and female goats
BAB I (anastesi) (Fossum, 2002). Kastrasi dapat
PENDAHULUAN dilakukan dengan jalan mengikat
1.1 Latar Belakang mengoperasi, atau memasukkan cairan
Kambing kacang merupakan jenis tertentu dalam tubuh.
kambing dengan populasi terbanyak di Pertumbuhan kambing adalah
Indonesia. Kambing kacang bersifat prolifik pertambahan dalam bentuk dan berat
atau dapat menghasilkan banyak anak jaringan-jaringan pembangun, seperti urat
sehingga sangat menguntungkan bagi daging, tulang otak, jantung dan semua
peternak. Kambing kacang pada umur 15 jaringan tubuh (kecuali jaringan lemak) serta
sampai 18 bulan sudah bisa menghasilkan alat-alat tubuh lainnya. Istilah pertumbuhan
keturunan (Ginting, 2008). Kondisi induk juga terdapat pertumbuhan murni, yaitu
kambing juga merupakan salah satu hal yang penambahan dalam jumlah protein dan zat-
perlu diperhatikan untuk menghasilkan anak zat mineral, sedangkan pertambahan akibat
kambing yang sehat. Pakan menjadi salah penimbuhan lemak atau penimbunan air
satu hal penting yang berperan dalam bukanlah pertumbuhan murni (Anggorodi,
memelihara tubuh, baik untuk kebutuhan 1979) Pertumbuhan pada hewan adalah
pokok hidup, reproduksi, dan produksi suatu fenomena universal yang bermula dari
(Angraeny, 2013). sel
Jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap telur yang dibuahi dan berlanjut sehingga
performa produksi ternak. Hal ini disebabkan hewan mencapai dewasa. Pertumbuhan
oleh adanya pengaruh terhadap tenunan tubuh umumnya dinyatakan dengan pengukuran
yang sekaligus mempengaruhi pertumbuhan kenaikan berat badan yang mudah dilakukan
maupun persentase karkas ternak. Menurut dengan penimbangan berulang-ulang
(Turner dan Bangara,1976). Perbedaan terhadap pertambahan berat badan setiap
pertumbuhan bobot badan dan presentase karkas hari. Pada pertumbuhan juga terdapat dua
berdasarkan jenis kelamin di pengaruh oleh tahap yakni tahap cepat dan tahap lambat,
hormon. Hormon tersebut adalah samototropin dimana tahap cepat terjadi pada kedewasaan
(STH ) yang memilikiaktivitas utama dalam tubuh ternak telah tercapai, sedangkan
pertumbuhan tulang pertumbuhan otot perkembangan adalah perubahan ukuran
merangsang sintesa protein dan perpengaruh serta fungsi dari berbagai bagian tubuh
terhadap metabolisme lipida; triodothyopina hewan semenjak embrio hingga dewasa
(thyroxin) meningkatkan laju metabolik dalam (Muljana, 2005).
tubuh; glikogen meningkatkan glukosa darah Darah merupakanjaringan yang
stimulasi katabolisme protein dan lemak; bersirkulasi melalui pembuluh darah,
androgen untuk meningkatkan prilaku kelamin membawa zat-zat penting untuk kehidupan
jantan; estrogen berpengaruh terhadap prilaku semua sel tubuh dan menerima buangan
jenis kelamin Betina;glukokortikoid dapat hasil metabolism untuk dibawa ke organ
menstimulasi sintesa karbohidrat, pemecahan ekskresi (Jain, 1993). Darah juga merupakan
protein laktogen, menstimulasi aktivitas hormone pembawa berbagai zat yang dipompakan
pertumbuhan dari hipofisa dan prolatin. oleh jantung melalui suatu sistem pembuluh
Kastrasi atau yang lebih populer dan darah yang tertutup (Ganong, 1979). Darah
dikenal dengan istilah “pengembirian” sangat dipengaruhi oleh umur, jenis
adalah atau kastrasi adalah sebuah prosedur kelamin, ras (breed), stress serta aktivitas
operasi/bedah dengan tujuan membuang yang berlebih (Jain, 1993). Darah membantu
testis hewan kastrasi ini dilakukan pada untuk memantau kejadian penyakit atau
hewan jantan dalam keadaan tidak sadar terjadinya gangguan pada hewan (Mayulu et
al, 2012). Rastogi (1997), menambahkan dengan kadar hemoglobin dibawah 7,5 g/dL
bahwa fungsi pertahanan tubuh yaitu darah, dan nilai hematoktrit dibawah 22%. Kondisi
yang mengandung komponen-komponen anemia terjadi karena jumlah eritrosit
yang dapat menjaga tubuh dari benda asing dewasa yang beredar dalam darah rendah.
dan infeksi. Nilai pH darah dalam keadaan Kegagalan pematangan eritrosit dapat
normal 7,35-7,45. Nilai pH dipertahankan disebabkan oleh rendahnya daya absorbsi
dengan adanya larutan penyangga terutama saluran pencernaan terhadap vitamin B12
oleh natrium bikarbonat (Frandson, 1993). (Guyton dan Hall, 2006).
Hemoglobin (Hb) adalah komponen Fungsi hemoglobin dalam darah
utama dari sel darah merah (eritrosit), membawa oksigen dari paru - paru
merupakan protein terkonjugasi yang keseluruhan jaringan tubuh dan membawa
berfungsi untuk transportasi oksigen (O2) kembali karbondioksida dari seluruh sel ke
dan karbon dioksida (CO2). Salah satu paru - paru untuk dikeluarkan dari tubuh.
hemoglobin abnormal diantaranya, Mioglobin berperan sebagai reservoir
hemoglobin yang berikatan dengan karbon oksigen: menerima menyimpan dan melepas
monoksida (karboksihemoglobin). oksigen di dalam sel sel otot.Sebanyak
Meningkatnya jumlah dari setiap jenis kurang lebih 80% besi tubuh berada di
hemoglobin abnormal disebabkan dalamhemoglobin (Sanita 2001).
penyerapan zat atau obat yang berbahaya Hemotokrit merupakan perbandingan
(Kiswari, 2014). antara eritrosit dan plasma darah yang
Kadar hemoglobin juga berhubungan dinyatakan dalam persen volume.
dengan kandungan zat besi (Fe) dalam (Frandson, 1993). Hematokrit yang normal
pakan. Zat besi terutama diperlukan dalam pada kambing adalah sebesar 23-33%
proses pembentukan eritrosit, yaitu dalam (Soeharsono, 2010). Widjajakusuma dan
sintesa hemoglobin (Arifin, 2008). Unsur zat Sikar (1986) menyatakan hematokrit atau
besi merupakan komponen utama dari PACKED CELL VOLUME (PCV) adalah
hemoglobin, sehingga kekurangan zat besi suatu persentase sel darah merah dalam 100
akan mempengaruhi pembentukan mL darah. Pada hewan normal PCV
hemoglobin. Berkurangnya penyerapan zat sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar
besi menyebabkan jumlah feritin (zat besi hemoglobin (Widjajaksuma dan Sikar,
yang tersimpan dalam tubuh) juga akan 1986). Wilson (1997) menyatakan bahwa
berkurang yang akan berdampak pada nilai hematokrit sangat berhubungan dengan
menurunnya jumlah zat besi yang akan viksositas (kekentalan) darah dimana
digunakan untuk sintesa hemoglobin peningkatan nilai hematokrit akan
sehingga dapat menimbulkan anemia. meningkatkan viksositas darah, kemudian
Andryanto et al. (2010) menyatakan bahwa nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh
kadar hemoglobin juga dipengaruhi oleh temperatur lingkungan.
musim, jenis kelamin, aktifitas tubuh, ada Peningkatan nilai hematokrit juga
atau tidaknya kerusakan eritrosit, dapat terjadi karena volume plasma darah
penanganan darah saat pemeriksaan, dan yang menurun seperti pada kondisi
nutrisi pada pakan. dehidrasi. Pada kondisi dehidrasi
Kondisi dimana terjadinya penurunan perbandingan sel darah merah dengan
jumlah eritrosit, hemoglobin, dan nilai plasma darah berada diatas normal. Banyak
hematokrit dari nilai normalnya disebut penyebab yang dapat membuat tubuh
dengan anemia (Dunn, 2000). Menurut mengalami kondisi dehidrasi seperti
Anumol (2011) kambing dikatakan anemia aktivitas yang berlebih, kurang
mengkonsumsi cairan, muntah, dan diare kastrasi pada kambing kacang terhadap
(Narendra, 2007). Chotiah (2010) kadar hemoglobin dan hematokrit yang
menyatakan bahwa dehidrasi juga dapat dihasilkan.
disebabkan oleh nutrisi yang tidak cukup 1.4 Manfaat penelitian
dan lingkungan yang tidak memadai. 1. Penelitian ini sebagai informasi
Pola kenaikan dan penurunan nilai tentangpengaruh jenis kelamin dan
hematokrit yang tidak sesuai dengan pola kastrasi pada Kambing Kacang
kenaikan dan penurunan eritrisot ini dapat terhadap kadar Hemoglobin dan
disebabkan oleh banyak faktor. Penurunan Hemotokrit yang dihasilkan.
nilai hematokrit diduga terjadi karena nilai 2. Penelitian ini sebagai pengembangan
MCV pada kambing yang rendah. ilmu pengetahuan tentang kadar
Rendahnya nilai MCV disebabkan oleh hemoglobin dan hematocrit pada
kekurangan Fe dan vitamin B6 pada hewan kambing kacang kastrasi, nonkastrasi
(Benjamin, 1979). Selain itu penurunan nilai dan betina.
hematokrit tanpa disertai penurunan jumlah
eritrosit dapat disebabkan oleh kadar BAB II
hemoglobin yang rendah. Salam (2012) TINJAUAN PUSTAKA
dalam penelitiannya menyatakan ukuran 2.1 Kambing kacang
eritrosit yang kecil dan kadar hemoglobin Kambing kacang adalah ras unggulan
yang rendah menyebabkan nilai hematokrit kambing yang pertama kali dikembangkan
kambing betina mengalami penurunan. di Indonesia. Kambing kacang merupakan
Fungsi Hemotokrit adalah untuk kambing lokal Indonesia, memiliki daya
mengukur derajat anemia dan polistemia. adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam
Untuk mengetahui adanya icterus yang setempat serta memiliki daya reproduksi
dapat diamati dari warna plasma terbentuk yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan
warna kuning atau kuning tua dan betina keduanya merupakan tipe
(Gandasoebrata,2008).Meskipun kambing pedaging (Devandra dan Burns,
hemoglobin dan hemotokrit penting namun 1994), Natasasmita (1980) menyatakan
profilnya belum banyak diketahui bahwa kambing kacang merupakan kambing
padakambing kacang kastrasi dan non asli Indonesia. Kambing kacang yang ada di
kastrasi maupun betina.Oleh karena itu akan Indonesia diduga berasal dari India muka
dilakukan penelitian dengan judul” yang dibawa oleh orang Hindu ke Indonesia
pengaruh jenis kelamin dan kastrasi ratusan tahun lalu sehingga sering disebut
terhdap kadar hemoglobin dan juga dengan kambing Jawa atau kambing
hematokrit kambing kacang” lokal (Isya, 1991).
1.2 Rumusan Masalah Menurut Davendra dan Burns (1994)
Berdasarkan uraian dari latar kambing kacang merupakan kambing asli
belakang tersebut maka di yang akan Indonesia dan Malaysia. Ternak kambing
dirumuskan masalah sebagai pertama kali dijinakkan sejak jaman
berikut“Bagimana pengaruh jenis kelamin prasejarah. Ternak kambing merupakan
dan kastrasi pada kambing kacang terhadap salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh
kadar hemoglobin dan hematokrit yang manusia. Semua ternak kambing adalah
dihasilkan.”? binatang pegunungan yang hidup di lereng-
1.3 Tujuan penelitian lereng bukit sampai lereng yang curam
Tujuan dari penelitian untuk (Williamson danPayne, 1978). Kambing
mengetahuipengaruh jenis kelamin dan kacang (Caegagrus hircus) adalah salah satu
kambing lokal di Indonesia dengan populasi urat daging, tulang otak, jantung dan
yang cukup tinggi dan tersebar luas. semuajaringan tubuh (kecuali jaringan
Kambing kacang Memiliki ukuran tubuh lemak) serta alat-alat tubuh lainnya.
yang relatif kecil, memiliki telinga yang Istilahpertumbuhanterdapat pertumbuhan
kecil dan berdiri Memiliki ukuran tubuh murni, yaitu penambahan dalam
yang relatif kecil, memiliki telinga yang jumlahprotein dan zat-zat mineral,
kecil dan berdiri tegak. Kambing ini telah sedangkan pertambahan akibat penimbuhan
beradaptasi dengan lingkungan setempat, lemakatau penimbunan air bukanlah
dan memiliki keunggulan pada tingkat pertumbuhan murni (Anggorodi,
kelahiran. 1979).Pertumbuhan pada hewan adalah
Kambing ini memiliki tanduk baik suatu fenomena universal yang bermula dari
jantan maupunbetina. Secara umum warna seltelur yang dibuahi dan berlanjut sehingga
tubuhnya adalah gelap dan hewan mencapai dewasa.Pertumbuhan
coklat(Pamungkas, 2009).Menurut Murtidjo umumnya dinyatakan dengan pengukuran
(1993), kambing kacang merupakan kenaikan beratbadan yang mudah dilakukan
kambing lokal asli Indonesia. Tubuh dengan penimbangan berulang-ulang
kambing kacang relatif kecil, kepala ringan terhadappertambahan berat badan setiap
dan kecil Telinga pendek dan tegak lurus hari. Pada pertumbuhan juga terdapat dua
mengarah ke atas depan, dengan kehidupan tahapyakni tahap cepat dan tahap lambat,
yangsederhana, memiliki daya adaptasi yang dimana tahap cepat terjadi pada
tinggi terhadap kondisi alam setempat dan kedewasaantubuh ternak telah tercapai,
reproduksinya dapat digolongkan sangat sedangkan perkembangan adalah perubahan
tinggi. Jenis kambing ini juga terdapat di ukuranserta fungsi dari berbagai bagian
Filipina, Myanmar, Thailand, Malaysia dan tubuh hewan semenjak embrio hingga
sekitarnya. dewasa(Muljana, 2005).
Menurut Linnaeus (1758) klasifikasi Pertumbuhan dan perkembangan
kambing kacang (Capra aegagrus hircus) kambing, pertumbuhan itu sendiri
termasuk Kerajaan:Animalia, tidaksekedar meningkatnya berat badan
Filum:Chordat, Kelas:Mammalia, kambing, tetapi juga menyebabkan
Ordo:Artiodactyla, Sub:Selenodantia, konformasioleh perbedaan tingkat
Familia:Bovidae, Subfamily:Caprinae, pertumbuhan komponen tubuh, dalam hal ini
Genus:Capra, Spesies:C. aegagrus, urat dagingdari karkas atau daging yang
Subspecies:C. a. hircus.De Haas dan Horst akan dikonsumsi oleh manusia (Parakkasi,
(1979) mengelompokkan kambing atas tiga 1997).Laju pertambahan bobot
tipe berdasarkan tinggi pundak dan bobot badandipengaruhi oleh umur, lingkungan
badan hidup. Fungsi utama kambing tipe dan genetikdimana berat tubuh awal
kecil adalah penghasil daging, tipe sedang fasepenggemukan berhubungan dengan
untuk penghasil daging dan susu, sedangkan berat dewasa.(Tomaszewska et al., 1993).
tipe besar ditujukan untuk penghasil susu. Menurut Anggorodi (1990) pertumbuhan
Tipe kerdil (dwarf) sama sekali tidak ideal murnimencakup dalam bentuk danberat
sebagai penghasil daging karena jaringan-jaringan pembangun seperti urat
pertumbuhannya yang sangat lambat. daging, tulang, jantung, otak dan
2.2 Pertumbuhan Kambing Kacang semuajaringan tubuh lainnya (kecuali
Pertumbuhan kambing adalah jaringanlemak) dan alat-alat tubuh. Pada
pertambahan dalam bentuk dan umumnyapertumbuhan pada ternak
beratjaringan-jaringanpembangun, seperti
mamaliadapat dibagi dalam dua periode pedet yang baru lahir atau hingga umur 4
utama yakni prenataldan postnatal. bulan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
Dua hal yang terjadi pada kesulitan peternak karena menguasai pedet
pertumbuhan yaitu adanya kenaikan tidak sesulit menguasai ternak dewasa.
bobotbadan danatau komponen tubuh Pengkastrsian dengan menggunakan pisau
sampai mencapai ukuran dewasa yang dilakukan pada skrotum yang sudah
disebutpertumbuhandan adanya perubahan dibersikan dengan desinfektan. Setelah itu
bentuk konformasi disebabkan oleh dilakukan pemotongan skrotum di bawah
perbedaanlaju pertumbuhanjaringan atau testis. Testis lalu didorong kluar dan saluran
bagian tubuh yang berbeda dengan yang menggantungnya dipotong. Bekas luka
prosesperkembangan, proses penggemukan dari operasi tersebut dioles dengan obat
termasuk kedalam perkembangan(Hammond merah agar tidak terjadi infeksi.
etal., 1976).Pertumbuhan ternak dipengaruhi Sacara umum, kastrasi atau
oleh faktor genetik dan pengembirian dilakukan pada pedet pejantan
lingkungan.Siregar(1994) mengatakan mulai dari umur 1 minggu hingga 4 bulan.
bahwa faktor genetik dan lingkungan Selain itu kastrasi juga hanya dilakukan
mempengaruhipertumbuhan baik dari segi pada system kendang koloni atau Pasture
kualitas dan kuantitas karkas kambing Fattening (penggembalaan). Sementara itu
denganperbandingan 20-30% : 70 -80%. pada usaha penggemukan ternak yang
Ternak tidak akan mampu berproduksi menggunakan Kandang individu tidak
secaraoptimal, apabila tidak diperlukan pengkastrasian.
memperolehlingkungan yang optimal 2.4Kadar Hemoglobin
walaupun fungsigenetik cukup tinggi dan Hemoglobin (Hb) adalah komponen
begitu jugasebaliknya (Siregar, 1994). utama dari sel darah merah (eritrosit),
2.3 kastrasi pada kambing jantan merupakan protein terkonjugasi yang
Kastrasi atau yang lebih populer dan berfungsi untuk transportasi oksigen (O2)
dikenal dengan istilah “penembirian” adalah dan karbon dioksida (CO2). Salah satu
salah satu aspek penting dalam tatalaksana hemoglobin abnormal diantaranya,
pemeliharaan dan perawatan ternak potong. hemoglobin yang berikatan dengan karbon
orchidektomi atau kastrasi adalah sebuah monoksida (karboksihemoglobin).
prosedur operasi/bedah dengan tujuan Meningkatnya jumlah dari setiap jenis
membuang testis hewan kastrasi ini hemoglobin abnormal disebabkan
dilakukan pada hewan jantan dalam keadaan penyerapan zat atau obat yang berbahaya
tidak sadar (anastesi) (Fossum, 2002). (Kiswari, 2014).Oksigen yang kalah
kastrasi dapat dilakukan dengan jalan bersaing dengan karbon monoksida,
mengikat mengoperasi, atau memasukkan menyebabkan jaringan kekurangan suplai
cairan tertentu dalam tubuh. oksigen yang dapat menyebabkan terjadinya
Ternak yang akan dikastrasi adalah hipoksia jaringan. Hipoksia merangsang
ternak yang tidak akan di jadikan bibit, oleh pembentukan sel darah merah (eritropoiesis)
karena itu waktu terbaik melakukan kastrasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam
yaitu setelah program seleksi selesai darah, sehingga memproduksi sel darah
dilaksanakan sehingga ternak yang tidak merah lebih banyak. Kadar hemoglobin
mengalami standar seleksi dikastrasi untuk yang diperoleh dari hasil penelitian
menghasilkan daging. menunjukkan nilai yang cenderung lebih
Kastrasi menggunakan pisau. Kastrasi rendah dibandingkan dengan literatur yang
menggunakan pisau biasa dilakukan pada ada. Hal ini disebabkan karena adanya
pengaruh kualitas dan kuantitas pakan yang Nilai hematokrit sangat berhubungan
diberikan terhadap pembentukan dengan viskositas darah dimana peningkatan
hemoglobin sehingga kadar hemoglobin nilai hematokrit akan meningkatkan
cenderung rendah. viskositas darah (Wilson, 1981). Nilai
Tharar, (1983) menyatakan dalam hematokrit biasanya dianggap sama
hasil penelitiannya bahwa kerbau yang manfaatnya dengan hitungan eritrosit total
diberi pakan tinggi konsentrat akan (Frandson, 1992). Secara normal, jumlah
memperlihatkan kadar hemoglobin yang eritrosit berkorelasi positif dengan nilai
lebih tinggi. Kadar hemoglobin yang hematokrit. Besarnya nilai hematokrit
cenderung lebih rendah ini dapat disebabkan dipengaruhi oleh bangsa dan jenis ternak,
karena pakan kambing kacang betina pada umur dan fase produksi, jenis kelamin
penelitian ini hanya berupa hijauan yang ternak, penyakit, serta iklim setempat
diperoleh pada saat digembalakan, berbeda (Sujono, 1991).
dengan pakan berupa konsentrat yang Naik turunnya nilai hematokrit
diberikan pada kerbau penelitian Tharar, tergantung pada volume sel-sel darah yang
(1983). dibandingkan dengan volume darah
Kadar hemoglobin juga berhubungan keseluruhan (Swenson, 1977). Nilai
dengan kandungan zat besi (Fe) dalam hematokrit dapat ditentukan dengan
pakan. Zat besi terutama diperlukan dalam menggunakan metode manual dan metode
proses pembentukan eritrosit, yaitu dalam otomatis. Pada pemeriksaan metode manual
sintesa hemoglobin (Arifin, 2008). Unsur zat sampel diolah berdasarkan prinsip
besi merupakan komponen utama dari sentrifugal, dimana alat sentrifus yang
hemoglobin, sehingga kekurangan zat besi digunakan memiliki kekurangan yaitu saat
akan mempengaruhi pembentukan dilakukan sentrifugasi yang tidak optimal
hemoglobin. Berkurangnya penyerapan zat maka menyebabkan nilai hematokrit terlalu
besi menyebabkan jumlah feritin (zat besi tinggi (Larry, 1998). Pemeriksaan
yang tersimpan dalam tubuh) juga akan hematokrit secara otomatis menggunakan
berkurang yang akan berdampak pada hematology analyzer. Metode ini memiliki
menurunnya jumlah zat besi yang akan prinsip flow cytometry yang dibaca dengan
digunakan untuk sintesa hemoglobin menggunakan alat, salah satunya adalah alat
sehingga dapat menimbulkan anemia. hematology analyzer Sysmex XT-1800i.
Andryanto et al. (2010), menyatakan bahwa 2.6 Hipotesis
kadar hemoglobin juga dipengaruhi oleh Jenis Kelamin, kastrasi dan non
musim, aktifitas tubuh, ada atau tidaknya kastrasi mempengaruh terhadap
kerusakan eritrosit, penanganan darah saat KadarHemoglobin dan Hematokrit kambing
pemeriksaan, dan nutrisi pada pakan. kacang.
2.5Hematokrit BAB III
Hematokrit adalah volume eritrosit dalam METEDOLOGI PENELITIAN
100 mL(1 dL) darah dan dinyatakan dalam 3.1 Waktu dan tempat penelitian
persen. Pemeriksaan hematokrit digunakan Penelitian ini dilaksanakan di
untuk mengukur konsentrasi eritrosit dalam kandang kambing kacang Milik Program
darah dan merupakan salah satu Studi Peternakan Fakultas Pertanian
pemeriksaan yang berguna dalam membantu Universitas Timor. Penelitian dilaksanakan
diagnosa beberapa penyakit seperti, demam pada tanggal 16 juni sampai 16 September
berdarah, anemia, polisitemia, dan diare 2021.
berat (Sutedjo, 2007). 3.2Materi penelitian
3.2.1 Ternak 3.4 Prosedur Penelitian
Ternak yang digunakan dalam 3.4.1 Tahap 1 persiapan
penelitian ini adalah ternak kambing kacang Pembuatan pakan
kastrasi dan Non Kastrasi yang terdiri dari Setelah pembuatan kandang selesai,
15 ekor ternak 5 betina muda dan 5 jantan selanjutnya dilakukan pemotongan jerami
muda kastrasi dan 5 jantan mudah tanpa jagung, dan gamal, persiapan jagung dan
kastrasi kisaran bobot badan 10 – 15 kg. brand pollard kemudian dibuat pakan
3.2.2 Alat dan bahan alternatif complete feed.
Alat yang digunakanadalah yaitu: Bahan dasar dalam pembuatan pakan
spuit, jarum suntik, vacumtainer yang complete feed adalah jerami jagung, daun
mengandung EDTA (Tutupan Ungu), gamal dan konsentrat. Hijauan daun gamal
hemoglobinometer (tabung sahli, pipet sahli, dan jerami jagung dapat diambil di sekitar
standar warna sahli), gelas ukur, pipet tetes, Unimor Area Kefamenanu. Daun gamal dan
sarung tangan, label, kater, isolasi kecil, alat jerami jagung diambil harus masih
tulis, buku tulis, mistar, dan kamera. dalamkeadaan segar, kemudian di jemur
Bahan yang digunakan dalam sampai kering dan digiling menggunakan
penelitian ini adalah, alkohol, kapas, air mesing giling. Jerami jagung dan daun
(hangat), dan darah. gamal yang sudah digiling lalukemaskan
3.2.3 Kandang dalam karung kemudian konsentrat
Kandang yang digunakan dalam dicampur dengan brand pollard dan dedak
penelitian ini adalah kandang individu padi sampai merata lalu dikemas dalam
berbetuk memanjang, kandang terdiri atas karung dan siap untuk diberikan pada
15 petak dengan ukuran tiap petak 140 x 69 ternak.
cm tinggi kandang 140 cm tiap kandang Persiapan Kandang dan Perlengkapan
petak dilengkapi tempat pakan dan air Kandang
minum. Dalam penelitian iniadalah kandang
3.3 Metode Penelitian yang disiapkan 15 petak kandang
Metode yang digunakan dalam mengunakan papan kayu. Ukuran kandang
penelitian ini adalah metode eksperimen yang dibuat 140 x 69cm.
dengan rangcangan acak lengkap (RAL) Kandang panggung tersebut dibuat tipe
kambing kacang yang digunakan sebanyak individu dilengkapi dengan tempat pakan
15 ekor dan dikelompokkan menjadi 3 (yang dibuat dari papan) dan air minum
kelompok masing masing perlakuan terdiri (ember plastik atau gayung) tempat pakan
dari 5 ekor. Ketiga kelompok ternak terbentuk panggung dengan lebar 35 cm
kambing tersebut masing masing adalah: panjang 150 cm dan kedalaman tempat
T1 Kelompok kambing kacang pakan 23 cm dan tinggi tempat pakan 23 cm
kastrasi dan tinggi panggung tempat pakan dari
T2 Kelompok kambing kacang tanah 70 cm.
mudah jantan mudah tanpa kastrasi 3.4.2 Adaptasi Ternak
T3 Kelompok kambing kacang Kambing kacang yang telah
betina mudah ditimbang bobot badan awalnya kemudian
ketiga kelompok ternak perlakuan di ditempatkan dalam kandang individu untuk
berikan ransum komplit yang tersusun dari beradaptasi dengan ransum dan kandang
jerami jagung segar 30% + gamal 20% + penelitian selama 2 minggu atau sampai
jagung giling + 30% + pollard 15% dan ransum yang dikomsumsi oleh kambing
dedak padi 5%. kacang dalam jumlah konstan. Tujuan dari
adaptasi ternak yaitu proses penyesuaian Kadar Hb = absorbansi sampel
diri ternak terhadap perubahan lingkungan. x faktor reagen drobkin
3.4.4 Tahap Pelaksanan Keterangan:
Prosedur Pemberian Pakan Hb = kadar hemoglobin
Pemberian pakan dilakukan sesuai 3.5.2 Prosedur penentuan Hematokrit
dengan perlakuan yang sudah ditentukan, Darah
pakan di berikan dua kali sehari pagi jam Penentuaan hematokrit didalam
08:00 dan sore 04:00 sesuai dengan jumlah darah dilakukan dengan metode mikro
pakan 3% dari bobot badan. hematokrit. Darah yang dicampur dengan
3.4.3 Prosedur pengambilan darah ETDA antikoagulan dicentrifuge dengan alat
Persiapan alat untuk pengambilan centrifuge sehingga akan membentuk
darah yaitu holder, jarum suntik, EDTA, lapisan-lapisan(Rosita et al, 2015). Lapisan
untuk mencegah darah beku atau rusak, yang terdiri dari butir-butir eritrosit diukur
sarung tangan, label kater, isolasi kecil. dan dinyatakan sebagai % volume dari
Pada saat Pengambilan darah ternak keseluruhan darah. Rumus untuk
dipuasakan selama 1 malam dan menghitung nilai hematocrit adalah sebagai
pengambilan darah dilakukan pagi hari berikut:
mulai dari jam 06:00 – 12: 00 hingga Formula:
selesai. pengambilan darah dilakukan setiap Nilai hematokrit (vol %)
MCV = x 10
2 jam setelah pengambilan darah langsung jumlah eritrosit ( juta /ul)
diberikan label pada tabung tersebut 3.6 Analisis Data
kemudian di simpan di dalam Mindray BC- Data yang diperoleh ditabulasi
5300 untuk menjaga kestabilan darah agar dengan menggunakan Analisis Sidik Ragam
tidak rusak pada saat antar untuk (ANOVA). Apabila terdapat perbedaan
pemeriksaan di Laboratorium. nyata maka dilanjutkan dengan Uji Duncan.
3.5 Variabel Penelitian Multiple range test (DMRT), menggunakan
Adapun variabel yang diamati dalam SPPS Versi 26 dengan model matematis
penelitian ini adalah: rancangan acak lengkap (RAL).
1. Kadar hemoglobin Yij = µ+τi+εij
2. Hemotokrit. Keterangan:
3.5.1 Prosedur penentuan Hemoglobin Yij : pengamatan perlakuan ke-i
Darah dan ulangan ke-j
Hemoglobin darah yang tentukan µ : rataan umum
dengan cara dilarutkan dengan Larutan HCl τi : pengaruh perlakuan ke-i
0,1 N akan membentuk Hematin yang εji : galat perlakuan ke-i dan
berwarna coklat. Warna akan disamakan ulangan ke-j
dengan warna standar Sahli dengan i : perlakuan
menambahkan aquades sebagai pengencer j : ulangan.
(Rosita et al,2015). BAB IV
Penentuan kadar Hb dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan metode hematin asam
dengan Hemometer Sahli-Hellige (g/dL). 4.1 Gambaran Umum Penelitian
Formula rumus untuk menghitung Kadar Penelitian ini dilaksanakan di
Hemoglobin adala sebagai berikut: kandang percobaan Fakultas Pertanian
Rumus: Universitas Timur pada tahun 2021
kecamatan kota kefamenanu Kabupaten
Timor Tengah Utara, penelitian berlangsung ,04 ,01 ,05
selama 3 bulan. langkah awal penelitian ini Juml 57.87 49.70 59,09
dengan melakukan pembersihan lahan ah
kemudian dilakukan dilakukan 15 petak Rata- 11,50±0, 12,5±0, 11,8±0,
kandang, kemudian dilanjutkan dengan Rata 86a 65a 45a
pembersihan kandang.
Langkah selanjutnya pemberian label (P>0,05) Ket: tn = tidak nyata
pada perlakuan sesuai dengan rancangan dan Hasil analisis sidik ragam (Anova)
melakukan penyesuaian 2 minggu. menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
Kemudian pada setiap ternak dilakukan tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar
perawatan atau pemberian pakan 2 kali hemoglobin kambing kacang. Nilai
sehari pagi dan sore dan pemberian air hemoglobin kambing kacang tanpa kastrasi
minum secara adlibitun. (T1) =11.5±0.86, Kastrasi (T2) = 12.5±0.65
Dalam penelitian ini,sampel darah dan betina (T3) =11.8±0.45. Nilai
yang diambil dari ternak kambing kacang hemoglobin perlakuan T1, T2 dan T3 yang
kastrasi dan non kastrasidapat dianalisis relatif sama menunjukkan faktor bahwa
berdasarkan kode perlakuan dilaboratrium jenis kelamin perlakuan kastrasi tidak
hingga diperoleh data dari tujuan penelitian mempengaruhi hemoglobin darah. Diduga
yaitu untuk mengetahui kadar hemoglobin ada faktor lain yang berpengaruh terhadap
dan hematokrit kambing kacang kastrasi dan kadar hemoglobin ketiga kelompok ternak
nonkastrasi. seperti faktor pakan digunakan. Dimana
4.2Kadar Hemoglobin pakan yang digunakan pada ketiga
Hemoglobin merupakan kelompok ternak adalah sama, dan cukup
persenyawaan yang berfungsi mengikat mengandung protein dan mineral yang
oksigen dalam darah yang terdiri dari atas dibutuhakan ternak untuk meningkatkan dan
molekul porfirin, Fe, glisin dan gugus menormalkan kandungan hemoglobin.
samping metal, propionil dan vinil Normalnya hemoglobin pada ternak
(Soeharsono, 2010). Nilai rataan dan standar kambing dapat meningkatkan oksigen dalam
deviasi kadar hemoglobin kambing kacang tubuh ternak, sehingga pertukaran oksigen
kastrasi, non kastrasi dan betina tertera pada dan karbondioksida optimal. Kandungan
Tabel 1. protein terutama asam amino glisin dan
Tabel 1. Nilai rataan dan standar deviasi mineral Fe merupakan komponen
kadar hemoglobin kambing pembentuk hemoglobin sehingga kombinasi
kacang kastrasi, non kastrasi dari protein dan mineral Fe inilah yang
dan betina dapat mempertahankan jumlah hemoglobin
Ulang Perlakuan di dalam darah (Sriwati et al., 2014).
an T1 T2 T3 Menurut Siegmund (1979), kekurangan zat
R1 10,19±0 13,33±0 12,04±0 besi, vitamin E, dan vitamin B6 dalam
,00 ,04 ,05 pakan dapat menyebabkan penurunan
R2 11,40±0 12,90±0 11,83±0 produksi hemoglobin. Semakin banyak zat
,12 ,10 ,05 besi, vitamin, dan asam amino tubuh maka
R3 11,76±0 12,04±0 12,35±0 semakin cepat sintesa hemoglobin dan
,63 ,50 ,20 pembentukan eritrosit.
R4 12,40±0 12,61±0 11,76±0 Hemoglobin hasil pengukuran ketiga
,07 ,00 ,10 kelompok ternak kambing kacang masih
R5 12,12±0 11,71±0 11,11±0 berada dalam kisaran normal yaitu
11.5±0.86 - 12.5±0.65. Menurut Siegmund
(1979), kadar hemoglobin dalam darah 24 - 48 %. Kadar hemoglobin 8-14 % nilai
normal kambing adalah 8-14 g/100 ml hematokrit dipengaruhi oleh beberapa faktor
darah. seperti aktivitas ternak, konsumsi air, suhu
4.3 Hematokrit. lingkungan serta kandungan nutrien dalam
Hematokrit merupakan perbandingan pakan terutama protein, vitamin dan mineral
antara eritrosit dan plasma darah yang yang sangat dibutuhkan dalam menjaga nilai
dinyatakan dalam persen volume (Frandson, hematokrit (Weiss dan Wardrop, 2010).
1993). Nilai rata-rata hematokrit kambing Menurut Weiss dan Wardrop (2010),
kacang tanpa kastrasi, kastrasi dan betina beberapa faktor yang mempengaruhi PVC
tertera seperti pada Tabel 3 di bawah ini. adalah umur, aktivitas ternak, konsumsi air,
suhu lingkungan serta kandungan nutrisi
dalam pakan terutama protein, mineral, dan
vitamin yang sangat dibutuhkan ternak.
Tabel 3.Nilai rataan dan standar deviasi Hematokrit atau packed cell volume
kadar hematokrit kambing (PCV) adalah suatu persentase sel darah
kacang kastrasi, non kastrasi dan merah dalam 100 mL darah (Widjajakusuma
betina dan Sikar, 1986). Pada hewan normal PCV
sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar
Ulang Perlakuan hemoglobin (Widjajaksuma dan Sikar,
an 1986). Nilai hematokrit sangat berhubungan
T1 T2 T3 dengan viksositas (kekentalan) darah dimana
R1 30,56 40,00 36,11 peningkatan nilai hematokrit akan
R2 34,21 38,71 35,48 meningkatkan Viksositas darah, kemudian
R3 35,29 36,11 37,04 nilai hematokrit juga dipengaruhi oleh pakan
R4 37,21 37,84 35,29 dan temperatur lingkungan (Wilson, 1997).
R5 36,36 35,14 33,33 Nilai hematokrit yang diperoleh
Jumla 173,63 187,8 177,25 dalam penelitian ini lebih besar dari hasil
h penelitian Bijanti (2011), memperoleh nilai
Rata- 34,7±2, 37,5±1, 35,4±1, hematokrit sebesar 15,32%. Nilai hematokrit
Rata 58tn 95tn 36tn yang tinggi disebabkan oleh kandungan
(P< 0,05) Ket: tn= tidak nyata protein dalam pakan tinggi. Nilai hematokrit
Hasil penelitian (tabel 3) dalam penelitian kambing kacang jantan
menunjukkan bahwa nilai kadar hematokrit tanpa kastrasi, kastrasi dan betina berada
perlakuan T1 (kambing kacang jantan tanpa dalam kisaran normal. Faktor lain yang
kastrasi) adalah 34.7±2.58, T2 (kambing dapat memengaruhi nilai hematokrit yaitu
kacang jantan kastrasi) adalah 37.5±1.95 kerusakan eritrosit (eritrositosis), penurunan
dan T3 (kambing kacang betina) adalah produksi eritrosit atau dipengaruhi oleh
35.4±1.36, jumlah dan ukuran eritrosit (Wardhana et al.,
Hasil analisis varians (Anova) 2001). Semakin besar jumlah eritrosit darah
menunjukkan bahwa nilai PCV ketiga maka nilai hematokrit akan mengalami
kelompok ternak berbedatidak nyata peningkatan juga (Duka et al., 2015).
(P>0,05). Meskipun demikian, perlakuan T2 BAB V
(kambing kacang jantan kastrasi) cenderung PENUTUP
memiliki nilai hematokrit cendrung lebih 5.1 Kesimpulan
tinggi dibandingkan T1 (kambing kacang Berdasarkan hasil penelitian ini
tanpa kastrasi) dan T3 (kambing kacang dapat disimpulkan bahwa perbedaanjenis
betina. Nilai hematokrit yang diperoleh pada kelamin dan perlakuan kastrasi tidak
penelitian ini masih normal sesuai pendapat mempengaruhi kadar haemoglobin dan nilai
Orheruata dan Akhuomobhogbe (2006) yang hematokrit kambing kacang. Kadar
menyatakan bahwa kadar hematokrit yang haemoglobin dan hematokrit diduga lebih
normal pada ternak kambing adalah antara dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi
18-38%. Benjamin (1961) menyatakan oleh ternak.
bahwa rata-rata normal nilai PCV pada 5.2 Saran
kambing adalah 35 % dengan range antara
Perlu ada penelitian tentang kambing kacang Driyorejo Gresik. J. Vet. Med. 4
kastrasi, nonkastrasi dan betina terhadap (3): 187-190.
kadar hemoglobin dan hemotokrit. Devendra, C. dan M. Burns 1994. Produksi
kambing di daerah tropis.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Terjemahan. Putra, I. D.
K. H. penerbit ITB.
Abdurrahman Ginting. 2008. Esensi Praktis De. Has, H.J. 1979. Growth of the boer goat
Belajar Dan Pembelajaran. crooses in comparispon with
Bandung: Humaniora. indigenous small African goats in
Andriyanto, Y.S. Rahmadani, A.S. kenya. Tropenlandwirt 79.7-9
Satyaningsih, dan S. Abadi. 2010. (ABA,1861).
Gambaran hematologi domba Depkes (2002, pedoman nasional
selama transportasi: peran penanggulangan tuberkolosis.
multivitamin dan meniran. Jurnal Jakarta: Depkes RI,2002.
Ilmu Peternakan Indonesia. 15(3): Dirjen Peternakan. 2010. Pedoman
134-136. Pembangunan Pabrik Pakan dan
Anggrodi, 1979 ilmu makanan ternak Skala Kecil dan Proses Pengolahan
umum. PT Gradmedia, Jakarta. Beauvois). Skripsi.Fakultas
Anggrodi 1990 Ilmu makanan ternak umum. Teknologi Pertanian Institut
Cetakan ketiga, PT Gramedia. Pertanian Bogor.
Jakarta. Duka MY, Hadisutanto B, Helda. 2015.
Ambri, Khairul et al,.2009, “Studi Status Hematologis Broiler Umur 6
Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Minggu Yang Diberi Ransum
(BAL) dari Dadih dalam es krim Komersial Dan Probio FMplus.
sebagai Pangan Prabiotik”, Malang: Jurnal Kajian Veteriner 3(2): 165-
Jurnal Teknologi Pertanian Vol.10 171
No.1, Hal.1-9. Dukes HH. 1977. Dukes Physiology of
Anggraeni.D.M & Saryono. (2013). Domestic Animal. Swenson MJ,
Meteodologi Penelitian Kualitatif editor. 9th ed. London (GB):
Dan Kuantitaif Dalam Bidang Cornell Univ Pr
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Edey, T. N. 1983. Lactation Growth and
Medika. Body Composition. In: Edey T.N.
Andriyanto, Y. S. Rahmadani, A.S. ed. Tropical Sheep and Goat
Satyaningsih, dan S. Abadi. Produktion. Pp. 83-110. AUIDP.
Gambaran hematologi domda Canberra
selama transportasi: peran Fossum, T.W and Duprey, L. P., 2002Small
multivitamin dan meniran ‘jurnal Animal surgery, scond Edition,
ilum peternakan Indonesia. 15 (3): Mosby
134-136 Frandson, R. D. 1993. Anatomi Fisiologi
Apriyanto Nunung. 2012. Seluk beluk Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada
tunagrahita dan strategi University Press.Yogyakarta. pp:
pembelajarannya. 395-436.
Arifin, Zainal. 2008. Metodologi Penelitan Gandasoebrata R. 2007. Penuntun
Pessndidikan. Surabaya: Lentera laboratrium klinik. Jakarta: Dian
Cendikia. Rakyat.
Arief Sadiman, dkk (2014). Pendidikan Ganong, WF. 1979. Review of Medical
media. Jakarta: Rajawali Pers. Phisiology. Large Medical
Benjamin MM. 1961. Outline of Veterynary Publication, Los Atlos, California,
Clinical Patology. Iowa (USA): USA.
Univ Iowa Pr. Isya. 1991, Menggemukkan Domba,
Bijanti, R., H. Eliyani, dan Soeharsono. Kambing Dan Sapi Potong. PT.
2011. Parameter hematologi Agromedia Jakarta Selatan.
kambing kacang Desa Mojosarirejo
Jain, NC. 1993. Essentials of Veterinary Parakkasi. 1997. Cara Memelihara Domba
Hematology. Lea and Febiger: dan Kambing Organik. PT. Indeks.
Philadelpia Jakarta.
J.T. Wood 1983 Hematology of Indonesia Rastogi, S. C. 1997. Essensial of Animal
large ruminants. Tropical animal Physiology.Wiley Eastern Limited,
health and production. 15: 76- 82. New Delhi.
Kasthama IGP, Marhaeniyanto E. 2006. Rosadi F. 2013. Profil darah kambing
Identifikasi Kadar Hemoglobin peranakan etawah laktasi yang
Darah Kambing Peranakan Etawa mendapat ransum dengan berbagai
Betina Dalam Keadaan Birahi. level Indigofera sp. berbentuk
Buana Sains 6(2): 189-193. pellet. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Kiay, Mohammad, Z, (2014) Level Institut Pertanian Bogor, Bogor.
penambah tepung daun lamtoro Sander, L.D. 2004 Korelasi Antara Ukuran
(laucaena leucocephala) dalam Ukuran Tubuh dengan Bobot
ransum untuk meningkatkan Tubuh Bobot Badan Pada Kambing
kualitas kuning telur puyuh. Di Kota Pekanbaru. Skripsi
Skripsi. Universitas Negeri Fakultas Pertanian Dan
Gorontalo. Peternakan. UIN Suska Riau.
Kiswari, R. 2014. Hematologi dan Pekanbaru.
Transfusi. Jakarta: Erlangga. Schalm CM, NC Jain, and EJ Carrol. 1986.
Larry, Waterbury. 1998. Buku Saku Veterinary hematology. 4th
Hematologi. Jakarta: Buku Edition. ML Scottand
Kedokteran EGC. Associatation, New York.
Linnaeus. 1758. Teknik Beternak Kambing. Swenson. M. J. 1977. Dukes Physiology of
Wikepedia Indonesia. Domestic Animals, 9 th, Ed.
Murtidjo, B. 1993. Kambing sebagai ternak Comstock Publishing Associate a
potong dan perah. Yogyakarta: Division of Cornell University
kanisius. Press. Ithaca, New York.).
Muljana. 2005. Cara peternakan kambing. Setiadi, B. 2003. Alternatif Konsep
Aneka ilmu Semarang, Semarang. Pembibitan Dan Pengembangan
Natasasmita. 1980. Budidaya Ternak UsahaTernak Kambing. Makalah
Kambing. Penebar Swadya. Jakarta. Sarasehan “Potensi Ternak
Nemeth, N., F. Kiss, I. Furka, and I. Miko. Kambing dan Propek Agribisnis
2010. Gender differences of blood Peternakan", 9 September 2003 di
rheological parameters in Bengkulu.
laboratory animals. Clinical Setiadi, B., D. Priyanto dan M.
Hemorheology and Martawidjaja. 1997. Komparatif
Microcirculation. 45(6):263-272. MorpologikKambing. Laporan
Pamungkas. 2009. Beberapa data Hasil Penelitian APBN 1996/1997.
performans ternak kambing yang Balai Penelitian Ternak. Ciawi-
dipelihara secara tradisional di Bogor.
pedesaan sejak lahir sampai dengan Sujono.A 1997. Nilai hemotokrit dan
umur sapih. Pertemuan Ilmiah konsentrasi mineral dalam darah.
Ruminansia Kecil. Puslitbang Fakultas institute perternakan
Peternakan Bogor. Bogor , Bogor.
Orheruata, A.M. & P.U. Akhuomobhogbe. Sutedjo AY, 2007, Mengenal penyakit
2006. Haematological and blood melalui hasil pemeriksaan
biochemical indices in West laboratrium, Yogyakarta: Amara
African dwarf goats vaccinated Books.
against pestes des petit ruminants Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar
(PPR). Afr. J. Biotechnol. 5: 743- Swadaya, Jakarta
748. Siegmund,O.H.1979.The merck Veterinary
Manual.Fifth
edition.Merck&Co.Inc.Rahway.US
A.
Sihombing D.T.H., 1997. Ilmu ternak lebah
madu, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Siregar, S. B. 1990. Ransum Ternak
Ruminansia. Penerbit Swadaya.
Jakarta.
Soeharsono. 2010. Fisiologi Ternak. Widya
Padjajaran: Bandung.
Sriwati D, Widodo E, Natsir MH. 2014.
Pengaruh Penggunaan Tepung
Jintan Putih (Cuminum cyminum,
L.) Dalam Pakan Terhadap Profil
Darah Ayam Pedaging. Malang.
Fakultas Peternakan, Universitas
Brawijaya. Hlm: 1-9.
Tharar, A. J. B. Maron and J, T. Wood 1983
hematologi of indonesia large
ruminantas, Tropical animal health
and production.
Tomaszewska M. W., J.M. Mastika,Adjaja
negara S,Gardiner dan T.R.
Wiradarya.193. Produksi Kambing
dan Domba di Indonesia. Sebelas
Maret University Press. Surabaya.
Wardhana AH, Kencanawati E, Nurmawati,
Rahmaweni, Jatmiko CB. 2001.
Pengaruh Pemberian Sediaan
Patikan Kebo (Euphorbia hirta l)
Terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar
Hemoglobin, Dan Nilai Hematokrit
Pada Ayam Yang Diinfeksi Dengan
Eimeria tenella. Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner 6(2): 126-133.
Williamson, G. dan W. J.A. Payne. 1993.
Pengantar peternakan daerah tropis.
Terjemahan oleh S. G. N. Dwija, D.
Gajah Mada University press.
Yogyakarta.
Widjajakusuma, R dan Sikar, H. 1986.
Fisiologi Hewan Laboratorium.
Fisiologi dan Farmakologi. FKH –
IPB. Bogor.
Wilson, J. A. 1979. Principle of Animal
Phisiology. 2nd Edition. MacMilan
Publisher, New York.
Zahrah. 1990. Pengaruh Breed terhadap
Konsentrasi Eritrosit dan
Hematokrit pada Sapi. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.

Anda mungkin juga menyukai