Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSTUKTIVISME

OLEH KELOMPOK 6

1. BERNADINA ALFA LEDI MORU 34230045


2. CHANRA CRISTIN TANAEM 34230046

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2023

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat Kuasa dan Rahmat-nya berupa Kesempatan Dan Pengetahuan sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konstuktivisme”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar
Pendidikan.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah


ini dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya
dengan segala kerendahan hati saran dan kritik yang konstruktif yang sangat
penulis harapkan dari pembaca guna meningkatkan semangat dan ketelitian dalam
pembuatan makalah pada waktu yang akan

Kefamenanu, 05 Oktober 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian dan Tujuan Teori Belajar Konstruktivisme ..................................3
2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme .........................................................5
2.3 Prinsip dari teori belajar konstruktivisme .....................................................5
2.4 Proses Belajar Teori Belajar Konstruktivisme ...............................................6
2.5 Karakteristik perspektif teori belajar konstruktivisme ................................... 8
2.6 Kelebihan dan Kekurangan teori belajar konstruktivisme .............................8
2.7 Perbedaan teori belajar behaviourisme dan teori belajar kognitivisme
dengan teori belajar konstruktivisme ............................................................9
2.8 Kaitan teori belajar konstruktivisme kurikulum 2006 dan kurikulum 2013...10
BAB III PENUTUP ............................................................................................12
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................12
3.2 Saran ..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................13

BAB I

iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,
mandiri, bertanggung jawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat,
serta mampu berkolaborasi dan memecahkan masalah, diperlukan layanan
pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan
praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya.
Pengetahuan tidak bisa di transfer begitu saja,melainkan harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing masing individu. Pengetahuan juga bukan
merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang berkembang
terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat menentukan dalam
mengembangkan pengetahuannya.
Banyak peserta didik yang yang salah menangkap apa yang diberikan oleh
gurunya. Hal itu menunjukan bahwa pengetahuan tidak begitu saja dipndahkan,
melainkan harus di kontribusikkan sendiri oleh peserta didik tersebut. Peran guru
dalam pembta didik elajaran bukan pemindahan pengetahuan, tetapi hanya
sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus bak berupa strategi pembelajran,
bimbingan dan bantuan ketika peserta megalami kesulitan belajar, atupun
menyediakan media dan materi dalam pembelajaran menadi bermakna dan
akhirnya peserta didik tersebut mampu mengkontribusi sendiri pengetahuannya.
Seprang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum
pembelajaran. Jika tiak ditemukan, maka seorang pendidik tidak akan berhasil
menanamkan konsep yang benar. Mengajar bukan hanya untuk meneruskan
gagasan-gagasan pendidik pada siswa melainkan sebagai proses megubah konsep-
konsep siswa.
Melihat dari permasalahan tersebut, yang melatarbelakangi makalah kami.
Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenernya siswa dalam mengontruk
pengetahuannya sendiri. Sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya peserta
didik bisa lenih memaknai pembelajaran karena dihubungkan dengan konsep awal

iv
yang dimiliki siswa pengalaman yang siswa peroleh dari lingkungan kehidupan
sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaskud dengan teori belajar konstruktivisme dan tujuannya?
2. Apa ciri-ciri teori belajar konstruktivisme ?
3. Bagaimana prinsip belajar dari teori belajar konstruktivisme?
4. Bagaimana proses belajar dari teori belajar konstruktivisme?
5. Apa saja karakteristik perspektif teori belajar konstruktivisme ?
6. Apakah kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivisme ?
7. Bagaimana perbedaan teori belajar behaviourisme dan teori belajar
kognitivismedengan teori belajar konstruktivisme ?
8. Bagaimana kaitan teori belajar konstruktivisme kurikulum 2006 dan
kurikulum 2013?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan teori belajar konstruktivisme.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri teori belajar konstruktivisme.
3. Untuk mengetahui prinsip dari teori belajar konstruktivisme.
4. Untuk mengetahui proses belajar teori belajar konstruktivisme.
5. Untuk mengetahui karakteristik perspektif teori belajar konstruktivisme.
6. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar
konstruktivisme.
7. Untuk mengetahui perbedaan teori belajar behaviourisme dan teori belajar
kognitivismedengan teori belajar konstruktivisme.
8. Untuk mengetahui kaitan teori belajar konstruktivisme kurikulum 2006 dan
kurikulum 2013.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Tujuan Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruksi berarti bersifat membangaunn, dalam konteks filsafat
pendidikan konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup
yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir
kontekstual. Teori belajar Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang
dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar
sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan
teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer
dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai
upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau
membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan
menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar
menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi
hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan
hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh

vi
melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan
memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau
diingat dalam setiap individu.
Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan
kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar,
1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran
anak melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi
baru dalam pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur
pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai
tempat (Ruseffendi 1988:133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah
proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan
ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan
rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Jadi, secara umumpengertian dari teori belajar konstrutivisme
merupakan suatu metode pembelajaran yang lebih menekankan pada proses dan

vii
kebebasan dalam menggali pengetahuan. Teori ini memberikan keaktifan terhadap
siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi
dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Ibarat botol
air, siswa bukanlah botol botol kecil yang siap menerima berbagai ilmu
pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
2.2 Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivisme
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui
penglibatan dalam dunia sebenarnya.
2. Menggalakkan soalan atau idea yang dimulakan oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif mengambil kira sikap dan
pembawaan murid.
4. Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide.
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid.
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru.
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan
hasil pembelajaran.
8. Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen.
2.3 Prinsip dari teori belajar konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah:
a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
c. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

viii
g. Mencari dan menilai pendapat siswa.
h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan
dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang
mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat
penemuan.
2.4 Proses Belajar Teori Belajar Konstruktivisme
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif,
bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam
diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada
pengalamannya melalui prosesnya asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada
pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi
prosesnya dari pada segi perolehan pangetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-
lepas. Pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu tersebut
tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi
dalam jaringan sosial, yang unik yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun
di luar kelas. Oleh sebab itu pengelolaan siswa dalam memperolah gagasannya,
bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan
pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan dengan sistem
penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.
a. Peran Siswa
Menurut pandangan kontruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar.
Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang dapat

ix
dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi
peluang optimal bagian terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.
Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendala belajar
sepenuhnya ada pada siswa.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal
tersebut akan menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru.
Oleh karena itu meskipun kemamuan awal tersebut masih sangat sederhana
atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan
dasar pembelajaran dan pembimbingan.
b. Peranan Guru
Dalam belajar kostruksi guru atau pendidik berperan membantu agar
proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa untuk membentuk
pengetahuaanya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran
atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengklaim bahwa
satu-satunya cara yang tepat adalah yang sama dan sesuai dengan
kemampuannya.Peranan guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendali,
yang meliputi;
1) Menumbuhkan kamandirian dengan menyediakan kesempatan untuk
mengambil keputusan dan bertindak.
2) Menumbuhkan kemampuan mengambil keputusan dan bertindak dengan
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa.
3) Menyediakan sistem dukungan yang memberikan kemudahan belajar
agar siswa mempunyai peluang optimal untuk latihan.
Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama
dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan,
lingkungan dan fasilitas lainnya.
c. Sarana belajar

x
Pendekatan ini menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan belajar
adalah aktifitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Segala
sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya
disediakan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan
untuk mengungkapkan pendapat dan pemikiranya tentang sesuatu yang
dihadapinya. Untuk menyampaikan pengalaman yaitu menyajikan bahan
kepada murid-murid yang sekiranya tidak mereka peroleh dari pengalaman
langsung. Ini dapat di lakukan dengan melalui film, TV, rekaman suara, dan
lain-lain. Hal ini merupakan pengganti pengalaman yang langsung.
d. Evaluasi
Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan belajar
sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap
realitas, kontruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan
pada pengalaman.
2.5 Karakteristik perspektif teori belajar konstruktivisme
Beberapa karakteristik yang merupakan prinsip dasar prespektif
kontruktivistik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis
informasi.
b. Dimungkinkannya prespektif jamak dalam proses belajar.
c. Peran siswa utama dalam proses belajar, baik dalam mengatur atau
mengendalikan proses berfikirnya sendiri maupun ketika berinteraksi dengan
lingkungannya.
d. Peran pendidik atau guru lebih sebagai tutor, fasilitator, dan mentor untuk
mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa.
e. Pentingnya kegiatan belajar dan evaluasi belajar yang otentik.
2.6 Kelebihan dan Kekurangan teori belajar konstruktivisme
1. Kelebihan teori belajar konstruktivisme
Teori konstrutivistik memiliki beberapa kelebihan antara lain:

xi
a. Dalam aspek berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru,
murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menjana idea dan membuat
keputusan.
b. Dalam aspek faham yakni seorang murid terlibat secara langsung dalam
mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh
mengapliksikannya dalam semua situasi.
c. Dalam aspek ingat yakni murid terlibat secara langsung dengan aktif,
mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Melalui pendekatan ini
seorang murid membina sendiri kefahaman mereka. Justru mereka lebih
yakin menghadapi dan
d. menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
e. Dalam aspek kemahiran sosial yakni kemahiran sosial diperolehi apabila
berinteraksi dengan rakan dan guru dalam membina pengetahuan baru.
f. Dalam aspek seronok yakni murid terlibat secara terus, mereka faham,
ingat, yakin dan berinteraksi dengan sihat, maka mereka akan berasa
seronok belajar dalam membina pengetahuan baru.
2. Kekurangan teori belajar konstruktivisme
Teori konstrutivistik memiliki beberapa kekurangan antara lain:
a. Siswa menkostruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai dengan kaidah
ilmu penegtahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi;
b. Kostruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannnya
sendiri, hal ini membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbedabeda;
c. Situasi dan kondisi sekolah tidak sama karena tidak setiap sekolah
memiliki sarana dan prasarana yang membantu keaktifan dan kreatifitas
siswa
d. Meskipun guru hanya menjadi pemotovasi dan memediasi jalannya proses
belajar tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu harus
memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak sehingga

xii
dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresisi nilai-nilai
kemanusiaan.
2.7 Perbedaan teori belajar behaviourisme dan teori belajar kognitivisme
dengan teori belajar konstruktivisme
a. Teori Belajar Behaviourisme
Teori behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada tingkah laku
manusia sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.

b. Teori Belajar Kognitivisme


Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan
dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan
dengan lingkungan.
c. Teori Belajar konstuktivisme
Teori belajar konstrutivisme merupakan suatu metode pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan.
Teori ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan
sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.
2.8 Kaitan teori belajar konstruktivisme kurikulum 2006 dan kurikulum
2013

No Kurikulum 2013 Kurikulum 2006


1 SKL (Standar Kompetensi Standar Isi ditentukan terlebih
Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melaui Permendiknas No 22
dahulu, melalui Permen dikbud Tahun 2006. Setelah itu ditentukan
No 54 Tahun 2013. Setelah itu SKL (Standar Kompetensi Lulusan)
baru ditentukan Standar Isi, yang melalui Permendiknas No 23 Tahun
berbentuk Kerangka Dasar 2006
Kurikulum, yang dituangkan
dalam Permendikbud No 67, 68,
69, dan 70 Tahun 2013
2 Aspek kompetensi lulusan ada Lebih menekankan pada aspek
keseimbangan soft skills dan pengetahuan
hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan,

xiii
dan pengetahuan
3 di jenjang SD Tematik Terpadu di jenjang SD Tematik Terpadu
untuk kelas I-VI untuk kelas I-III
4 Jumlah jam pelajaran per minggu Jumlah jam pelajaran lebih sedikit
lebih banyak dan jumlah dan jumlah mata pelajaran lebih
matapelajaran lebih sedikit banyak dibanding Kurikulum 2013
dibanding KTSP
5 Proses pembelajaran setiap tema Standar proses dalam pembelajaran
di jenjang SD dan semua mata terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi,
pelajaran di jenjang dan Konfirmasi
SMP/SMA/SMK dilakukan
dengan pendekatan ilmiah
(saintific approach), yaitu
standar proses dalam
pembelajaran terdiri dari
Mengamati, Menanya,
Mengolah, Menyajikan,
Menyimpulkan, dan Mencipta.
6 TIK (Teknologi Informasi dan TIK sebagai mata pelajaran
Komunikasi) bukan sebagai
matapelajaran, melainkan
sebagai media pembelajaran
7 Standar penilaian menggunakan Penilaiannya lebih dominan pada
penilaian otentik, yaitu aspek pengetahuan
mengukur semua kompetensi
sikap, keterampilan, dan
pengetahuan berdasarkan proses
dan hasil.
8 Pramuka menjadi ekstrakuler Pramuka bukan ekstrakurikuler
wajib wajib
9 Pemintan (Penjurusan) mulai Penjurusan mulai kelas XI
kelas X untuk jenjang SMA/MA

Menurut kelompok kami Berdasarkan dari tagihan standar kurikulum


tersebut, teori konstuktivisme sejalan dengan tagihan standar kurikulum 2013
karena siswa ditekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan
dan memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.

xiv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar konstrutivisme merupakan suatu metode pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan. Teori
ini memberikan keaktifan terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri. Model pembelajaran konstruktivisme adalah
salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam
proses belajar diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaks dengan lingkungannya.
Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
memfokuskan pada kessuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan
dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
3.2 Saran
1. Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar konstruktivisme
dalam proses belajar mengajar. Khususnya mata pelajaran matematika.
2. Saat menerapkan teori belajar konstruktivisme guru haru aktif dalam
mengelola kelas.
3. Pesrta didik diharapkan selalu aktif dalam menemukan cara belajar yang
sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman
yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pada dir peserta
didik.

xv
DAFTAR PUSTAKA

Budianto. 2010. Teori Belajar dan Implikasi dalam Pembelajaran, (Online),


(http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/09/teori-belajar-dan-
implikasinya-dalam-pembelajarn), diakses 20 maret 2016.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: P2LPTK, Dirjen Dikti
Depdikbud.
Suratno J. 2010. Konstruktivisme, (Online), (Jokosuratno's Blog Just another
Word Press.com weblog), diakses 7 Februari 2012.
Zainul. 2010. Teori Belajar Konstruktivistik, (Online),
(ifzanul.blogspot.com/2010/.../teori-belajar-konstruktivistik.html - Cached
- Similar), diakses 7 Februari 2012.

xvi

Anda mungkin juga menyukai