Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSTRUKTIVITISME

DISUSUN OLEH:

SARA RITA PARAIBABO


NIS : 148620720093

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mvha Esa, yang telah
memberikan saya anugerah akal dan pikiran yang lebih sempurna di bandingkan
dengan ciptaan-Nya yang lain. Karena atas ijin, rahmat dan karunia-Nya lah, saya
dapat menyelesaika makalah ini.
Saya sadar bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak lepas dari
berbagai pihak. Karena itu, ucvpan terima kasih saya sampaikan kepada pihak
yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Saya sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna, begitu pula
saya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan.

Penyusun

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 3
D. Manfaat ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivitisme .................................... 4
B. Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivitisme .......................................... 8
C. Prinsip Teori Belajar Konstruktivitisme ........................................... 8
D. Proses Teori Belajar Konstruktivitisme ............................................ 10
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme ......................... 12
F. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas .............. 13
G. Hakikat Teori Belajar Konstruktivitisme .......................................... 15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki

kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri

sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah,

diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri

manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk

mewujudkannya.

Pengetahuan tidak bisa ditransfer begitu saja,melainkan harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing individu. Pengetahuan juga

bukan merupakan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses yang

berkembang terus menerus. Dalam proses itu keaktifan seseorang sangat

menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Banyak peserta didik yang salah menangkap apa yang diberikan oleh

gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tidak begitu saja

dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan sendiri oleh peserta didik

tersebut. Peran guru dalam pembelajaran bukan pemindahan pengetahuan,

tetapi hanya sebagai fasilitator, yang menyediakan stimulus baik berupa

strategi pembelajaran, bimbingan dan bantuan ketika peserta didik, mengalami

kesulitan belajar, ataupun menyediakan media dan materi pembelajaran agar

peserta didik itu merasa termotivasi, tertarik untuk belajar sehingga

1
pembelajaran menjadi bermakna dan ahirnya peserta didik tersebut mampu

mengkontruksi sendiri pengetahuaanya.

Seorang guru perlu memperhatikan konsep awal siswa sebelum

pembelajaran. Jika tidak demikian, maka seorang pendidik tidak akan

berhasilkan menanamkan konsep yang benar, bahkan dapat memunculkan

sumber kesulitan belajar selanjutnya. Mengajar bukan hanya untuk

meneruskan gagasan-gagasan pendidik pada siswa, melainkan sebagai proses

mengubah konsepsi-konsepsi siswa yang sudah ada dan di mana mungkin

konsepsi itu salah, dan jika ternyata benar maka pendidik harus membantu

siswa dalam mengkonstruk konsepsi tersebut biar lebih matang.

Melihat dari permasalahan tersebut, melatarbelakangi makalah kami.

Selain itu juga untuk mengetahui bagaimana sebenarnya hakikat teori belajar

konstruktivisme ini bisa mengembangkan keaktifan siswa dalam

mengkonstruk pengetahuannya sendiri, sehingga dengan pengetahuan yang

dimilikinya peserta didik bisa lebih memaknai pembelajaran karena

dihubungkan dengan konsepsi awal yang dimiliki siswa dan pengalaman yang

siswa peroleh dari lingkungan kehidupannya sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivitisme?

2. Apakah ciri-ciri dari teori belajar konstruktivitisme?

3. Bagaimanakah prinsip teori belajar konstruktivitisme?

4. Bagaimanakah proses belajar menurut teori konstruktivitisme?

5. Apakah kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivitisme?

2
6. Bagaimanakah implementasi teori belajar konstruktivitisme?

7. Bagaimanakah hakikat teori belajar konstruktivitisme?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori belajar konstruktivitisme

2. Mengetahui ciri-ciri dari teori belajar konstruktivitisme

3. Mengetahui prinsip teori belajar konstruktivitisme

4. Mengetahui proses belajar menurut teori konstruktivisme

5. Mengetahui kekurangan dan kelebihan teori belajar konstruktivitisme

6. Mengetahui implementasi teori belajar konstruktivitisme.

7. Mengetahui hakikat teori belajar konstruktivitisme

D. Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai

berikut :

1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan

teori belajar konstruktivisme sehingga dapat dijadikan sumber informasi

yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.

2. Dapat dipergunakan sebagai pemahaman dan gambaran bagi kita semua

untuk mengetahui teori belajar konstruktivitisme.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Teori Belajar Konstruktivitisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan

hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir

(filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit,yang hasilnya diperluas melalui konteks yang

terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat

fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia

harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

pengalaman nyata.

Teori belajar konstruktivisme ini bertitik tolak daripada teori

pembelajaran Behaviorisme yang didukung oleh Skinner yang mementingkan

perubahan tingkah laku pada pelajar. Pembelajaran dianggap berlaku apabila

terdapat perubahan tingkah laku kepada pelajar, contohnya dari tidak tahu

menjadi tahu. Hal ini, kemudiannya beralih kepada teori pembelajaran

Kognitivisme yang diperkenalkan oleh Jean Piaget di mana ide utama

pandangan ini adalah mental. Semua dalam diri individu diwakili melalui

struktur mental dikenal sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data

dan informasi yang diterima, difahami oleh manusia. Jika ide tersebut sesuai

dengan skema, ide ini akan diterima begitu juga sebaliknya dan seterusnya

lahirlah teori pembelajaran Konstruktivisme yang merupakan pandangan

4
terbaru di mana pengetahuan akan dibangun sendiri oleh pelajar berdasarkan

pengetahuan yang ada pada mereka. Makna pengetahuan, sifat-sifat

pengetahuan dan bagaimana seseorang menjadi tahu dan berpengetahuan,

menjadi perhatian penting bagi aliran konstruktivisme.

Pada dasarnya perspektif ini mempunyai asumsi bahwa pengetahuan

lebih bersifat kontekstual daripada absolut, yang memungkinkan adanya

penafsiran jamak (multiple perspektives) bukan hanya satu perspektif saja. Hal

ini berarti bahwa “pengetahuan dibentuk menjadi pemahaman individual

melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain”.

Peranan kontribusi siswa terhadap makna, pemahaman, dan proses

belajar melalui kegiatan individual dan sosial menjadi sangat penting.

Perspektif konstruktivisme mempunyai pemahaman tentang belajar yang

lebih menekankan proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai

penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga

dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar dan strategi

belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir

seseorang. sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan yang

bersifat subyektif.

Jadi, konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.

Kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia

membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada

pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya

5
bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita

selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi

pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan

menjadi lebih dinamis.

Menurut paham konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak

dipindahkan dari guru kepada murid dalam bentuk yang serba sempurna.

Murid perlu membina sesuatu pengetahuan mengikuti pengalaman masing-

masing. Pembelajaran adalah hasil daripada usaha murid itu sendiri dan guru

tidak boleh belajar untuk murid.

Tokoh-tokoh dalam Teori Belajar Konstruktivisme

1. Jean Piaget

Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget

dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism).

Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan

dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti

kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan

mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep

realitas dunia.

Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak

diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari

pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat

dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak

mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual

6
anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki

ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.

2. Teori Vigosky

Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan

pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi

oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata

nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi.

konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal

Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development

adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat

perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan

pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding

merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal

pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan

kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawb yang makin besar

setelah dapat melakukannya sendiri.

Menurut teori Vygosky untuk dapat menjelaskan bagaimana

pengetahuan dibentuk, maka dirangkum dalam dua penjelasan yang

bertahap. Pertama, realitas dan kebenaran dari dunia luar mengarahkan

dan menentukan pengetahuan. Kedua, faktor eksternal dan internal

mengarahkan pembentukan pengetahuan yang tumbuh melalui interaksi

faktor-faktor esternal (kognitif) dan internal (lingkungan dan sosial).

7
B. Ciri-ciri Teori Belajar Konstruktivitisme

Ada beberapa ciri-ciri dalam pembelajaran model konstruktivisme,

yaitu:

1. Mencari tahu dan menghargai titik pandang/pendapat siswa

2. Pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa

3. Memunculkan masalah yang relevan dengan siswa

4. Menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa

5. Menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari

6. Siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fokus belajar mereka pada

proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan

pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki

7. Setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa didorong untuk

menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi

8. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk

bersaing. Proses belajar melalui kerjasama memungkinkan siswa untuk

mengingat pelajaran lebih lama.

9. Kontrol kecepatan, dan fokus pembelajaran ada pada siswa.

10. Pendekatan konstruktivis memberikan pengalaman belajar yang tidak

terlepas dengan apa yang dialami langsung oleh siswa

C. Prinsip Teori Belajar Konstruktivitisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan

dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

8
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya

dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses

kontruksi berjalan lancer

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah

pertanyaan

7. Mencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru

tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa

harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru

dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat

informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

sendiri ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan

strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga

kepada siswa yang mana tangga itu nantinya dimaksudkan dapat membantu

mereka mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Tetapi harus

diupayakan agar siswa itu sendiri yang memanjatnya.

9
D. Proses Teori Belajar Konstruktivitisme

Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa

kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang

bermuara pada pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih

dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari

fakta-fakta yang terlepas-lepas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran

harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya,

bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan

pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem

penghargaan dari luar seperti nilai, ijazah, dan sebagainya.

1. Peran siswa (si-belajar)

Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun

konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru

harusnya dapat memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses

belajar. Namun, yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat

belajar siswa sendiri. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sudah

memilik kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan

awal tersebut adalah menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan

yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih

sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendepat guru, sebaiknya

diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

10
2. Peran guru

Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru

dituntut memahami jalan pikiran siswa dalam belajar. Guru tidak dapat

mengeklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai

dengan kemauannya.

3. Sarana Belajar

Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas

lainnya disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam

mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk

mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang

dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk

berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis,

dan mampu mempertanggung jawabkan pemikkirannya secara rasional.

4. Evaluasi Belajar

Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan

dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-

aktivitas lain yang didasarkan pada pengelaman. Pandangan konsrktivistik

mengemukakan bahwa relitas ada pada pikiran seseorang. Manusia

mengkonstruksi dan menginterprestasikannya berdasarkan

pengalamannya.

11
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Konstruktivisme

1. Kelebihan Teori Konstruktivisme

a. Dalam Aspek Berfikir yakni pada proses membina pengetahuan baru,

murid berfikir untuk menyelesaikan masalah, menggali ide dan

membuat keputusan;

b. Dalam aspek kefahaman seorang murid terlibat secara langsung dalam

mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan mampu

mengapliksikannya dalam semua situasi;

c. Dalam aspek mengingat yakni murid terlibat secara langsung dengan

aktif, mereka akan mengingat lebih lama konsep. melalui pendekatan

ini murid dapat meningkatkan kefahaman mereka;

d. Dalam aspek Kemahiran sosial yakni Kemahiran sosial diperoleh

apabila seorang murid berinteraksi dengan teman, kelompok kerja

maupun dengan guru dalam proses mendapatkan ilmu pengetahuan

maupun wawasan baru.

2. Kekurangan Teori Konstruktivisme

a. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa

hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi sesuai

dengan kaidah ilmu pengetahuan sehingga menyebabkan miskonsepsi;

b. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun

pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama

dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda;

12
c. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua

sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan

kreatifitas siswa;

d. Meskipun guru hanya menjadi pemotivasi dan memediasi jalannya

proses belajar, tetapi guru disamping memiliki kompetensi dibidang itu

harus memiliki perilaku yang elegan dan arif sebagai spirit bagi anak

sehingga dibutuhkan pengajaran yang sesungguhnya mengapresiasi

nilai-nilai kemanusiaan;

e. Dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu

sepertinya kurang begitu mendukung; siswa berbeda persepsi satu

dengan yang lainnya.

F. Penerapan Teori Belajar Konstruktivisme di Dalam Kelas

Implementasikan berbagai metode mengajar kepada pebelajar.

Pengusaaan berbagai metode mengajar, dapat diplikasikan oleh guru setiap

kali guru tersebut melaksanakan pembelajaran di kelas. Guru yang kaya akan

metode mengajar, niscaya dapat menciptakan suasana kelas yang dinamis dan

ceria di setiap pertemuannya. Konstruktivisme mempertimbangkan

keterlibatan siswa dalam memaknai pengalaman sebagai inti dari

pembelajaran.

1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

Dengan menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta

mendorong siswa berpikir mandiri, berarti guru telah membantu siswa

menemukan identitas intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan

13
pertanyaan-pertanyaan dan kemudian menganalisis serta menjawabnya

berarti telah mengembangkan tanggung jawab terhadap proses belajar

mereka sendiri serta menjadi “pemecah masalah” (problem solvers).

2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan

beberapa waktu kepada siswa untuk merespon

Berpikir reflektif memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar

gagasan-gagagsan dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan

pertanyaan dan cara siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong

siswa mampu membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.

3. Mendorong siswa berfikir tingkat tinggi

Guru yang menerapkan proses pembelajaran konstruktivisme akan

menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang berada di

balik respon-respon faktual yan sederhana. Guru mendorong siswa untuk

menghubungkan dan merangkum konsep-konsep melalui analisis,

prediksi, justifikasi, dan mempertahankan gagasan atau pemikirannya.

4. Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru dan

siswa lainnya

Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial dalam kelas yang

bersifat intensif sangant membantu siswa untuk mampu mengubah atau

menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki kesempatan untuk

mengemukakan apa yang mereka pikirkan dan mendengarkan gagasan

orang lain, maka mereka akan mampu membangun pengetahuan sendiri

yang didasarkan atas pemahaman sendiri. Jika merasa nyama dan aman

14
untuk mengemukakan gagasan-gagasannya, maka dialog yang sangat

bermakna akan tercipta di kelas.

5. Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong

terjadinya diskusi

Jika diberi kesempatan untuk menyusun berbagai macam prediksi,

seringkali siswa menghasilkan hipotesis tentang fenomena alam ini. Guru

yang menerapkan konstruktivisme dalam pembelajaran memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji hipotesis mereka,

terutama melalui diskusi kelompok dan pengalaman nyata.

6. Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-

materi interakti

Proses pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme

melibatkan para siswa dalam mengamati dan menganalisis fenomena

alam dalam dunia nyata. Guru kemudian membantu siswa untuk

menghasilkan abstraksi atau pemikiran-pemikiran tentang fenomena-

fenomena alam tersebut secara bersama-sama.

G. Hakikat Teori Belajar Konstruktivitisme

Dalam belajar sesuatu peserta didik telah mempunyai prakonsep

berdasarkan pengalaman yang telah di perolehnya. Untuk itu, guru perlu

mencermati prakonsep ini dalam menanamkan konsep-konsep baru. Apabila

prakonsep ini tidak diperhatikan, kemungkinan akan terjadi miskonsepsi atau

konsep yang salah. Apabila peserta didik mempunyai miskonsepsi yang tidak

15
dikoreksi atau dibiarkan, maka akan menyulitkan peserta didik untuk belajar

sesuatu secara benar.

Dalam menerapkan teori kontruktivisme dalam belajar dapat

digunakan model pembelajaran yang melibatkan beberapa tahap, yaitu:

1. Pengenalan

Tahap pengenalan merupakan pemberian hal-hal yang konkrit dan mudah

dengan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-

hari. Pada tahap ini, guru perlu mencermati melalui penilaian prakonsep

atau kompetensi awal yang dimiliki peserta didik untuk maju ke tahap

berikutnya. Tahap pembelajaran kompetensi merupakan tahap di mana

peserta didik mulai beranjak dari mengenali kompetensi baru ke

menguasai kompetensi dasar. Hasil penilaian akan menunjukkan apakah

peserta didik perlu diberi tahapan pemulihan, yaitu tahap di mana peserta

didik memulihkan prakonsep menjadi suatu konsep/kompetensi secara

benar.

2. Pembelajaran kompetensi

Bila peserta didik telah menguasai kompetensi secara benar, guru dapat

menilai sejauh mana minat, potensi, dan kebutuhan dalam penguasaan

kompetensi dasar. Apabila peserta didik cukup berminat dan kompetensi

dasar telah dikuasai secara tuntas, tahap pemulihan dapat dilewati dan

maju ke tahap berikutnya yaitu tahap pendalaman. Apabila tahap

pendalaman telah dilaksanakan, terdapat otomatisasi berpikir dan

bertindak sebagai perwujudan kompetensi. Selanjutnya, dapat diberikan

16
tahap pengayaan agar peserta didik memperoleh variasi pengalaman

belajar. Berbagai latihan dapat digunakan untuk mendalami atau

memperkaya kompetensi.

3. Pemulihan

Penilaian yang dilakukan menunjukkan apakah suatu kompetensi telah

tuntas dikuasai atau belum. Dari hasil penilaian dapat diketahui jenis-jenis

latihan yang perlu diberikan kepada peserta didik sebagai pemulihan,

pendalaman, dan pengayaan.

4. Pendalaman

Perlu dipertegas, bahwa strategi pembelajaran perlu mengikuti kaedah

pedagogik, yaitu pembelajaran diawali dari konkret ke abstrak, dari yang

sederhana ke yang kompleks, dan dari yang mudah ke sulit. Peserta didik

perlu belajar secara aktif dengan berbagai cara untuk mengkontruksi atau

membangun pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam

mata pelajarn sebaiknya dibangn siswa dalam bimbingan guru. Strategi

pembelajaran perlu mengkondisikan peserta didik untuk menemukan

pengetahuan sehingga mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan

menemukan sesuatu.

5. Pengayaan

Dalam hal pembelajaran seluruh peserta didik dalam hal ini perlu rasanya

untuk meningkatkan integrasi dan aktif dalam pembelajaran.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan

tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar

(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Konflik

kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan akan dibangun sendiri

oleh anak melalui pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.

Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme

lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan

pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang

telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih

diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui

asimilasi dan akomodasi.

B. Saran

1. Diharapkan kepada guru untuk menggunakan teori belajar

konstruktivitisme dalam proses belajar mengajar.

2. Untuk mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental

yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia mereka dan penalaran

yang dikembangkan dan yang dibuat para sisiwa untuk mendukung model-

model itu.

3. Saat menerapkan teori belajar konstruktivitisme guru harus kreatif

mengelola kelas.

18
DAFTAR PUSTAKA
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Dwijandono dan Sri Esti Wuryani. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta:


Depdikbud

Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Belajar. (Online),


(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, diakses tanggal 20 Desember
2020).

19

Anda mungkin juga menyukai