Anda di halaman 1dari 19

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA

MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI


PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DI SD NEGERI 1 KOTA
BENGKULU, PROPINSI BENGKULU
(Kajian teoritis tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat)

Ummul Badriah

Nama :

NIM :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya karya tulis ilmiah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangsih baik dalam bentuk materi maupun
pikiran.
Harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca agar di lain kesempatan dapat
memperbaiki karya tulis ilmiah ini agar menjadi lebih baik lagi. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari
tingkat Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi, penerapan ilmu matematika
tidak terlepas dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itulah konsep-konsep
dasar matematika harus dikuasai siswa sejak dini, yang akhirnya terampil dan
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penjumlahan adalah salah satu operasi hitung yang mulai diajarkan di
kelas I (satu) Sekolah Dasar. Umumnya guru menjelaskan konsep penjumlahan
terpisah dengan masalah sehari-hari, sehingga sulit diterima siswa. Hal tersebut
menyebabkan pembelajaran tidak bermakna, padahal operasi penjumlahan
merupakan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa untuk melanjutkan ke
pembelajaran selanjutnya.
Siswa yang tidak menguasai materi penjumlahan akan merasakan
kesulitan dalam mengikuti pelajaran selanjutnya. Apabila hal ini terus
berlanjut, maka siswa bisa saja tidak menyukai pelajaran matematika karena
mengganggap pelajaran matematika itu sulit sekali, bahkan siswa akan malas
bersekolah bila ada pelajaran matematika.
Untuk mengembangkan kemampuan pelajaran matematika dalam materi
penjumlahan dapat dilakukan sambil bermain dengan berbagai media yang
bersifat edukatif dan guru dalam mengolah kegiatan belajar mengajar tersebut
dapat mendorong, menantang, merangsang dan menarik minat siswa untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar secara optimal. Dengan kegiatan yang
optimal maka tujuan pendidikan yang diharapkan akan tercapai.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan berhitung permulaan dengan permainan kartu bergambar, karena
dapat bermanfaat untuk melatih siswa bersosialisasi, menemukan sikap
bekerjasama dan membantu siswa mengenal dasar-dasar berhitung permulaan
sehingga siswa akan tertarik dan senang dalam mengikuti proses pembelajaran.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masalah yang sering timbul
dengan metode bermain adalah banyak waktu yang tersita, kelas menjadi tidak
tertib dan penyampaian materi pun tidak merata antara siswa yang
memperhatikan dengan yang tidak. Masalah-rnasalah seperti itu dapat
terhindarkan jika guru mampu memilih permainan yang tepat.
Salah satu permainan yang efesien yaitu permainan kartu bergambar.
Memang pada umumnya sudah tidak asing di SD kelas I dalam mengenalkan
berhitung permulaan, tetapi permainan ini sering terlupakan dan tidak
digunakan. Padahal permainan kartu bergambar dapat merangsang siswa agar
lebih cepat mengenal angka maupun bilangan. Permainan ini pun mudah
didapat bahkan dapat dibuat sendiri dengan berbagai variasi namun tetap
memenuhi kriteria atau pedoman yang ada.
Selain itu, permainan ini dapat disediakan sesuai dengan jumlah siswa
sehingga masing-masing siswa dapat mengikuti pembelajaran secara
bersamaan dan masalah ketertiban kelas pun dapat ciptakan. Keuntungan
lainnya permainan ini pun dapat dipergunakan di rumah maupun di sekolah.
Dengan demikian alokasi waktu pun tidak menjadi masalah. Berdasarkan
uraian sebelumnya, dalam mengembangkan kemampuan berhitung permulaan
perlu memperhatikan tahapan perkembangan siswa. Selain itu, penggunaan alat
permainan edukatif / permainan juga penting diperhatikan. Permainan yang
menyenangkan dan membuat siswa tertarik serta antusias memudahkan siswa
memahami konsep berhitung permulaan bila diajarkan dengan permainan kartu
bergambar. Untuk mengetahui apakah penggunaan kartu bergambar dapat
meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan di kelas I Sekolah
Dasar, maka penulis merasa perlu untuk melaksanakan suatu penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi latar belakang permasalahan, maka peneliti
membatasi masalah dalam penelitian ini pada : “Upaya meningkatkan hasil
belajar matematika pada materi penjumlahan bilangan bulat melalui
penggunaan media kartu bergambar di SD Negeri 1 Kota Bengkulu, Propinsi
Bengkulu. Agar penelitian ini dapat menjadi lebih terarah, maka permasalahan
tersebut dijabarkan ke dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar matematika tentang penjumlahan bilangan bulat di
kelas I SD Negeri 1 Kota Bengkulu melalui penggunaan media kartu
bergambar ?
2. Bagaimana respon siswa terhadap penjumlahan bilangan bulat melalui
penggunaan media kartu bergambar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa pada materi penjumlahan
bilangan bulat di kelas I SD Negeri 1 Kota Bengkulu melalui penggunaan
media kartu bergambar.
2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap penjumlahan bilangan bulat
melalui penggunaan media kartu bergambar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik secara
teoritis dan praktis :
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan tentang pengembangan kemampuan kognitif pada siswa
kelas I, khususnya pengembangan di bidang kemampuan berhitung
permulaan melalui kegiatan permainan kartu bergambar bagi siswa usia 6 -
7 tahun.
2. Secara Praktis
a. Siswa SD Kelas I
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada materi penjumlahan.
b. Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menemukan alternatif media
pembelajaran maternatika sehingga diperoleh hasil belajar yang
maksimal.
c. Orang Tua
Sebagai informasi dan pengetahuan kepada orang tua tentang
perkembangan kognitif siswa kelas I melalui kegiatan bermain dengan
menggunakan kartu bergambar untuk mengembangkan kemampuan
berhitung permulaan pada siswa usia 6 - 7 tahun.
d. Masyarakat
Diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai alternatif
pembelajaran sehingga berhitung menjadi lebih bermakna dan
menyenangkan bagi siswa melalui permainan kartu bergambar.
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Acuan Teori dan Fokus Penelitian


1. Pembelajaran Matematika
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia kata pembelajaran adalah kata
benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang atau mahluk
hidup belajar” (Depdikbud). Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang
berarti “ berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”(Depdikbud).
Menurut Gagne dan Briggs dalam (Aisyah) melukiskan pembelajaran
sebagai “upaya orang yang tujuannya adalah membantu orang belajar”
(Aisyah, dkk, 2007), secara lebih terinci Gagne mendefinisikan
pembelajaran sebagai “ seperangkat acara peristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar yang
sifatnya internal (Gredler, 1991).
Dari ketiga pengertian pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada
kegiatan guru mengajar. Oleh karena itu pada hakekatnya pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan memungkinkan seseorang (si pelajar)
melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses tersebut berpusat
pada guru mengajar matematika. Pembelajaran matematika harus
memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman
tentang matematika.
2. Tujuan Pembelajaran Matematika
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
tahun 2006 tentang KTSP, bahwa ; Mata pelajaran matematika bertujuan
agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
3. Hakikat Hasil Belajar Matematika
Hasil Belajar Matematika dapat dijabarkan sesuai pengertiannya yaitu
sebagai berikut:
a. Hasil Belajar
Berdasarkan hakikatnya hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh
siswa setelah melalui kegiatan belajar.
b. Matematika
Matematika adalah bahasa simbol untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia berpikir
dan memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Jadi berdasarkan uraian pengertian di atas, hasil belajar matematika
adalah kemampuan yang diperoleh siswa pada perhitungan dan penalaran
matematika setelah melalui kegiatan belajar.
Piaget lebih menekankan bahwa pembelajaran matematika untuk
siswa harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan siswa.
Menurutnya, memperkaya pengalaman konkret sangat penting bagi
perkembangan mental siswa. Piaget juga menyatakan bahwa belajar tidak
harus bergantung pada guru, tetapi juga harus keluar dari dalam diri siswa
sendiri.
Berdasarkan teori-teori pembelajaran matematika yang dikemukakan
oleh para ahli tersebut, maka dalam memberikan pembelajaran matematika
dalam bentuk konkret, secara bertahap, dan dengan cara yang bervariatif.
Siswa juga harus dilibatkan aktif dalam pembelajaran, serta tidak lupa untuk
selalu mengadakan pengulangan pelajaran.
4. Hakikat Penjumlahan
Penjumlahan adalah salah satu operasi aritmetika dasar. Penjumlahan
merupakan penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu
bilangan yang merupakan jumlah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Penjumlahan).
Hakikat penjumlahan yang pertama ditanamkan pada siswa/peserta
didik adalah “bertambah” dan ini merupakan bahasa sehari-hari yang sering
didengar oleh siswa siswi maupun peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar. Contoh dalam penjumlahan disini misalnya : Dalam sebuah wadah
diatas meja tersedia 5 buah kelereng, siswa/peserta didik disuruh
menambahkan kelereng baru kedalam wadah tersebut sebanyak 4 buah
kelereng, dengan alat peraga yaitu kelereng.
Jumlah kelereng dalam wadah 5 ditambah 4 kelerang baru, maka
5 + 4 = 9.
Di awal masa belajar/sekolah anak akan mengenal aspek “tambah”
dari operasi penjumlahan. Ini terjadi ketika ingin menambahkan sebagian
benda baru kedalam suatu kumpulan. Misalnya : saya mempunyai 2 buah
pensil, saya tambahkan 3 buah pensil lagi. Berapa jumlah pensil semuanya?
Aspek lain penjumlahan menemukan jumlah benda. Contoh : Saya
mempunyai 3 buah buku, sedangkan Dewi mempunyai 2 buah buku,
berapakah jumlahnya? Siswa dapat menunjukkan dengan gambar.
Jadi apabila menjumlahkan sebuah bilangan dengan bilangan lain,
artinya kita menambah bilangan ditambah sebanyak bilangan yang
ditambahkannnya.
B. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif
1. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu
perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa
ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang
bersifat visual, audial,projected still media maupun projected motion media
bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang
disebut Multi Media.
2. Hakikat Permainan Kartu Bergambar
Belajar sambil bermain merupakan salah satu bentuk pembelajaran
yang menarik kecintaan siswa dalam sebuah bidang ilmu pengetahuan.
Montessori sebagaimana dikutip oleh Malla (2002:36), menyatakan bahwa
pembelajaran pada siswa kelas I dapat menggunakan teori “Learning by
doing”. Pembelajaran dilakukan dengan mengutamakan penggunaan alat
peraga dan alat permainan. Ini berarti dalam pembelajaran pada siswa kelas
I selalu melibatkan berbagai macam bentuk alat dan permainan.
Eksplorasi, observasi dan eksperimen yang merupakan kegiatan
ilmiah pun mendapatkan tempat yang sesuai dengan teori belajar yang
dinyatakan oleh Montessori. Melalui alat permainan dan bermain sambil
belajar, siswa dapat melakukan ketiga hal tersebut untuk memenuhi rasa
keingintahuan. Rasa ingin tahu pada siswa harus ditanamkan sejak dini. Hal
ini dilakukan agar kelak siswa selalu mencari dan bertanya tentang segala
sesuatu yang ingin diketahuinya.
Gambar adalah bahasa yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-
mana. Sifatnya konkret dan dapat mengatasi keterbatasan pengamatan,
karena gambar merupakan bentuk nyata dari benda sesungguhnya, sehingga
dengan hanya melihat gambar maka dapat membayangkan benda
sesungguhnya walaupun benda tersebut belum pernah dilihat atau
diketahuinya.
Kartu bergambar adalah salah satu media yang dapat melatih daya
pikir siswa. Kartu bergambar dapat dipergunakan untuk mengenalkan
konsep bilangan, kartu bergambar dapat dipergunakan untuk mengenalkan
konsep berhitung permulaan pada siswa usia 6 - 7 tahun dengan gambar-
gambar sebagai simbolnya. Artinya pada usia 6 - 7 tahun yang merupakan
masa praoperasional konkret maka siswa dapat mengembangkan
kemampuan kognitifnya dengan benda-benda yang nyata sebagai simbolnya
seperti kartu-kartu bergambar.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka pengertian
permaianan kartu bergambar adalah suatu alat/media untuk bereksplorasi
dan mencari informasi tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam diatas, maka hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah jika pembelajaran matematika disajikan
dengan menggunakan alat bantu kartu bergambar maka hasil belajar
matematika siswa usia 6-7 tahun dapat ditingkatkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kota Bengkulu, Propinsi
Bengkulu.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri 1 Kota Bengkulu
yang berjumlah 28 orang, terdiri dari 12 orang laki-laki dan 16 orang
perempuan. Dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2012
semester I tahun pelajaran 2012-2013.
B. Metode dan Disain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan (Action Research) yang
merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan atau pendekatan yang bertujuan mengembangkan keterampilan
dalam rangka memecahkan masalah melalui penerapan langsung. Dalam dunia
pendidikan, penelitian ini dapat memperbaiki efektivitas dan efesiensi praktik
pembelajaran.
Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas dirancang dari siklus ke
siklus, dengan target penggunaan metode permainan kartu bergambar
meningkat sehingga hasil belajar meningkat pula, berikut ini adalah bagian
awal dari rancangan Penelitian Tindakan Kelas.
1. Tahap Perencanaan
2. Tahap Tindakan
3. Tahap Pengamatan/Observasi
4. Tahap Refleksi
C. Data dan Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penilaian ini ada 2, yaitu: a) Data Proses,
b) Data hasil belajar penyelesaian soal penjumlahan. Data proses berfungsi
sebagai pemantau tindakan yang merupakan data yang digunakan sebagai
pengontrol kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan, dalam
hal ini pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu bergambar.
Sedangkan data hasil belajar penyelesaian soal penjumlahan digunakan untuk
keperluan analisis data penelitian sehingga diperoleh gambaran peningkatan
hasil belajar penyelesaian soal penjumlahan.
Data tersebut diperoleh dari dua sumber, yaitu :
1. Data proses, yaitu data yang diambil dengan menggunakan lembar observasi
yang dilakukan oleh peneliti. Lembar observasi memuat gambaran tentang
pelaksanaan pembelajaran, baik kondisi, keadaan siswa, tindakan guru, dan
hal lain yang diperlukan sebagai pendukung keberhasilan PTK.
2. Data hasil, berupa hasil tes kemampuan pembelajaran menyelesaikan soal
penjumlahan menggunakan permainan kartu bergambar. Data ini diambil
dengan tes pada akhir pembelajaran.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap siklus dimulai dari awal
sampai berakhirnya tindakan siklus I sampai siklus terakhir. Untuk
melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu
observasi dan tes.
2. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal penjumlahan dengan menggunakan kartu bergambar.
Sesuai dengan tujuan tersebut, maka dalam penelitian dibutuhkan 2 data
yaitu :
a. data tentang hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan,
b. data tentang pelaksanaan penggunaan kartu bergambar.
Instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Instrumen Tes Hasil Belajar Menyelesaikan Soal penjumlahan.
b. Instrumen Pelaksanaan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Siklus I (Pertemuan ke 1)
a. Perencanaan
Pada siklus I dirancang pembelajaran matematika yaitu
penjumlahan sampai dengan 20 dengan menggunakan alat bantu (kartu
bergambar) di kelas I SD Negeri 1 Kota Bengkulu. Siklus I dilaksanakan
dalam 2 kali pertemuan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pada siklus I, pertemuan 1 kegiatan pertama diawali
dengan pengkondisian kelas untuk siap belajar. Kemudian diianjutkan
dengan kegiatan melaksanakan apresiasi dengan memberikan pertanyaan
tentang penjumlahan, contohnya: Ibu mempunyai 8 buah permen,
kemudian diberi lagi oleh ayah 5 buah permen, berapa buah semua
permen Ibu sekarang?
Setelah melakukan apersepsi, guru (peneliti) menyampaikan tujuan
yang hendak dicapai pada kegiatan hari ini, kemudian siswa dibagi dalam
7 Kelompok. Siswa diperkenalkan dengan kartu bergambar sebagai alat
bantu untuk melakukan penjumlahan sampai 20.
Pertama-tama siswa diperkenalkan pada masing-masing kartu
bergambar dengan nilai angka yang berbeda.
Kemudian siswa diberikan penjelasan cara menggunakan kartu
bergambar sesuai dengan kebutuhan. Siswa dalam kelompok berlatih
menggunakan kartu-kartu bergambar sesuai dengan bilangan yang
diberikan oleh guru (peneliti).
Siswa diberikan soal - soal latihan tentang penjumlahan misalnya :
3 + 4 = ...
Langkah-langkah penggunaan kartu bergambar, siswa mencari
gambar yang jumlahnya 3, kemudian siswa mencari gambar yang
berjumlah 4, gambar yang yang berjumlah 3 disatukan (dijumlahkan)
dengan gambar yang berjumlah 4, jika digambarkan sebagai berikut:
Pada kartu bergambar yang menunjukkan jumlahnya 3 dengan gambar 4
dihitung semua itulah yang menunjukkan hasilnya.
Setelah siswa mengerjakan latihan soal-soal, kemudian bersama-
sama guru membahas soal tersebut lalu siswa bersama guru (peneliti)
menyimpulkan pelajaran, sebagai tindak lanjut siswa diberikan PR.
Siklus I (Pertemuan ke 2)
Pemberajaran dimulai dengan pengkondisian kelas agar siap untuk
belajar. Sebagai apersepsi guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
mengarah ke materi pelajaran, kemudian mengerjakan soal-soal latihan
yang diberikan guru dengan menggunakan kartu bergambar, siswa
bersama guru (peneliti) membahas soal yang terah dikerjakan siswa
dalam kelompoknya. Kemudian menyimpulkan pembelajaran hari ini,
kegiatan diakhiri dengan pemberian test formatif.
c. Tahap Observasi
Dari observasi peneliti terhadap pembelajaran siklus I didapatkan:
1) Contoh-contoh yang diberikan dalam menggunakan alat bantu (kartu
bergambar) untuk membantu siswa memahami materi ajar masih
kurang.
2) Kesempatan siswa untuk berlatih menggunakan alat bantu (kartu
bergambar) dirasa masih kurang
d. Tahap Refleksi
Setelah peneliti melakukan proses belajar dan melakukan observasi
peneliti melakukan refleksi (merenungkan kembali proses belajar
mengajar yang telah dilakukan peneliti). Berdasarkan pengamatan dan
hasil refleksi terhadap pembelajaran siklus I ditemukan hal-hal khusus,
yaitu:
1) Pada dasarnya siswa kelas satu aktif.
2) Beberapa kelompok masih lambat dalam menggunakan alat bantu
dalam penjumlahan.
3) Masih terdapat beberapa siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya.
Dalam pengamatan pada proses pembelajaran di kelas satu
diperoleh kesimpulan yaitu masih terdapat beberapa siswa yang belum
memahami cara penjumlahan, sehingga banyak jawaban yang hasilnya
masih salah, dikarenakan siswa tersebut tidak aktif dalam menggunakan
alat bantu. Jika yang menjadi fokus perbaikan adalah: “Bagaimana
mengefektifkan penggunaan kartu bergambar dalam penjumlahan
sehingga hasil belajar siswa meningkat”.
Cara mengatasi:
1) Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan media/alat bantu
(kartu bergambar).
2) Proses pembelajaran dilaksanakan seefisien mungkin sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
3) Memberikan contoh-contoh dalam penjumlahan.
4) Memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah menyelesaikan
soal penjumlahan dengan menggunakan kartu bergambar.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih tentang
penjumlahan secara individu.
6) Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum paham.
7) Menyiapkan alat bantu (kartu bergambar) sejumlah siswa.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan hasil siklus kesatu dan permasalahan-permasalahan
yang ditemukan, yaitu siswa sudah memahami nilai angka suatu
bilangan, namun masih beberapa siswa kurang teliti dalam melakukan
penjumlahan atas dasar permasalahan tersebut direncanakan tindakan apa
yang akan dilakukan untuk menerapkan strategi pembelajaran yang tepat
pada siklus kedua, maka direncanakan tindakan berikutnya yang disusun
dalam pembelajaran pada siklus ke II.
b. Tahap Pelaksanaan
Seperti biasa kegiatan diawali dengan pengkondisian siswa agar
siap untuk belajar, apersepsi, dan penyampaian tujuan.
Pada kegiatan ini alat bantu kartu bergambar disiapkan sejumlah
siswa yaitu 28 siswa. Masing-masing siswa berlatih mengerjakan soal
penjumlahan dengan menggunakan kartu bergambar sesuai dengan
langkah-langkah penyelesaiannya. Misalnya: 12 + 8 = ...
Langkah-langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
1) Menentukan kartu-kartu bergambar sesuai angka yang digunakan.
2) Soal-soal latihan yang dikerjakan siswa dibahas bersama-sama oleh
siswa dan guru (peneliti). Kemudian bersama-sama menyimpulkan
pembelajaran hari ini.
c. Tahap Observasi
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap pembelajaran siklus II,
ditemui hal-hal yaitu:
1) Siswa sudah mulai cepat menggunakan alat bantu dalam penjumlahan
2) Semua siswa aktif melakukan penjumlahan dengan menggunakan
kartu bergambar.
3) Siswa sangat bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.
d. Tahap Refleksi
Pada siklus II ini peneliti sudah melakukan perbaikan terhadap
kekurangan-kekurangan yang muncul pada siklus I. Dimana siklus II ini
masing-masing siswa tampak aktif dalam menggunakan alat bantu kartu
bergambar dan sudah terlihat adanya peningkatan kemampuan siswa
dalam menjumlah. Siswa yang kurang teliti dalam menjumlah mulai
mengerti dan memaknai arti penjumlahan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil pembelajaran matematika dengan menggunakan media kartu
bergambar ternyata menunjukkan peningkatan yang signifikan ditandai
dengan hasil rata-rata tes pada setiap siklus yang meningkat.
2. Secara keseluruhan respon siswa positif terhadap penjumlahan bilangan
bulat melalui penggunaan media kartu bergambar.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian seperti yang diuraikan di atas, maka
dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi guru hendaknya dapat memodifikasi permainan kartu bergambar ini
untuk memperkenalkan siswa tentang pelajaran matematika sehingga siswa
tertarik dan menyukai pelajaran matematika.
2. Bagi orang tua, dapat juga mengajarkan konsep penjumlahan menggunakan
media kartu bergambar di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Doman Glenn. Mengajar Bayi Anda Membaca. Jakarta : Gaya Favorit Press, 1998

Edwards Mary dan Roy. Membantu Anak Memahami Matematika. Jakarta :


Gramedia,1993

Gredler, Margaret E. Bell. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta :Rajawali,1991.


Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997.
Kasbuloh, Kasihani. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud,1998/1999
Lisnawati. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta l992
Miarso Y dkk. Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Tugas Definisi dan
Terminologi AECT. Jakarta:Rajawali, 1986.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002

Munandar, Utami. S. C. Mengembangkan Bakat dan kreativitas Anak Sekolah.


Jakarta: Grasindo, 1992

Nugraha Ali dkk. Kiat Merangsang Kecerdasan Anak. Bandung : Puspa


Swara,2003

Nyimas Aisyah, dkk. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.


Depdiknas,2007.

Paimin, Ekaningsih. Agar Anak Pintar Matematika. Jakarta : Puspa Swara,1998


Sabarinah, Sri. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta :
Depdiknas,2006

Anda mungkin juga menyukai