Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional

Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman” (Depdiknas, 2003).

“Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia” (Kemendikbud,

2013).

Salah satu ilmu dasar yang mendasari perkembangan teknologi modern

adalah matematika. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan

diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Namun pada kenyataannya

matematika masih dianggap pelajaran yang sulit dan sukar dipahami oleh

sebagian besar peserta didik karena karakteristik matematika yang memiliki objek

kajian yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini yang menjadi salah satu kendala bagi

peserta didik, dimana mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep pada

1
matematika. Oleh karena itu materi matematika yang diberikan kepada peserta

didik SD perlu adanya pemilihan dan penyesuaian. Matematika yang telah dipilih

dan disederhanakan serta disesuaikan oleh perkembangan berpikir peserta didik

ialah matematika yang termuat dalam kurikulum SD.

Salah satu materi yang terdapat pada mata pelajaran matematika yaitu

operasi bilangan pecahan. Penyelesaian soal operasi hitung bilangan pecahan

membutuhkan kemampuan berhitung yang cukup sulit dibandingkan dengan

operasi hitung bilangan lainnya, Sehingga banyak peserta didik yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal operasi hitung bilangan pecahan salah

satunya terjadi di SD Negeri 1 Koabula.

Permasalahan yang ditemukan peneliti adalah rendahnya hasil belajar

peserta didik dalam mengoprasikan bilangan pecahan hal ini terlihat dari data nilai

matematika siswa kelas 3 Sekolah Dasar Negeri 1 Kaobula pada materi pecahan,

dari 17 siswa, ada 6 siswa yang nilainya tidak mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) dengan rentang nilai 40-64, 3 siswa yang dapat melebihi

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dengan rentang nilai 75-100, dan 8 lainnya

hanya mencapai KKM dengan rentang nilai 65-74. Guru kelas III Sekolah Dasar

Negeri 1 Koabula menentukan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah

70.

Selain itu, guru kurang menggunakan media pembelajaran saat kegiatan

pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran jadi kurang menyenangkan,

mengingat karakteristik anak SD yang masih senang bermain. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan adalah dengan memasukan materi pelajaran dalam suasana

2
permainan. Maka dari itu, kreativitas dalam mengajarkan matematika merupakan

salah satu faktor kunci agar matematika menjadi pelajaran yang menarik di SD

Negeri 1 Kaobula tepatnya kelas III.

Pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan sangat dibutuhkan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satunya adalah dengan penggunaan

alat peraga atau alat bantu pembelajaran yang tepat.

Kartu pecahan dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat

menarik perhatian dan minat belajar peserta didik. Kartun pecahan merupakan

sebuah kartu matematika yang didesain menyerupai kartu domino. Kartu-kartu ini

digunakan untuk mengenalkan makna pecahan. Kartu-kartu ini dapat digunakan

untuk melatih siswa dalam operasi hitung pecahan. Materi soal yang terdapat pada

kartu pecahan dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan (Sundayana,

2013).

Berdasarkan pemaparan sebelumnya masih ditemukan beberapa kekurangan

yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru dan minimnya penggunaan

media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan Untuk meningkatkan hasil belajar

siswa menggunakan media pembelajaran kartu pecahan. Hal inilah yang menjadi

alasan penulis mengambil judul Penelitian Tindakan Kelas "Penggunaan Media

Kartu Pecahan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep Pecahan

pada Siswa Kelas III SDN 1 Kaobula".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

3
1) Apakah penggunaan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar

konsep pecahan pada pelajaran matematika siswa kelas III sekolah dasar?

2) Apakah penggunaan kartu pecahan dapat meningkatkan pemahaman siswa

kelas III SD dalam pembelajaran konsep pecahan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pernyataan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada pokok bahasan pecahan

pada siswa kelas III SD N 1 Kaobula melalui penggunaan kartu pecahan.

2. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai konsep pecahan pada siswa kelas

III SD N 1 Kaobula melalui penggunaan kartu pecahan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Dapat menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga siswa tidak

hanya mendapatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan untuk melakukan

sesuatu berdasarkan materi yang diberikan.

2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan.

b. Bagi Guru

Untuk membantu guru menemukan solusi yang tepat dalam pembelajaran

matematika, yaitu dengan penggunaan media pembelajaran yang dapat

4
mengatasi kesulitan belajar.

c. Bagi Sekolah

1) Memberi masukan kepada sekolah dalam mengupayakan perbaikan

pembelajaran sehingga berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan

sekolah.

2) Untuk meningkatkan hasil belajar matematika dalam rangka meningkatkan

prestasi sekolah.

d. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menemukan fakta bahwa penggunaan alat peraga dalam

pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar, terutama bagi

siswa yang mengalami kesulitan belajar.

2. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya.

2) Dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan alat

peraga dalam proses belajar mengajar di sekolah.

3) Dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru di sekolah untuk menyajikan

materi pembelajaran matematika yang lebih menarik bagi guru.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR & HIPOTESIS


PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Media Kartu Pecahan

a. Hakikat Media Pembelajaran

1) Pengertian

Kata "media" merupakan bentuk jamak dari kata "medium". Medium dapat

diartikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya proses komunikasi dari

pengirim kepada penerima. Pengertian media dalam dunia pendidikan adalah

media yang digunakan sebagai alat dan bahan untuk kegiatan pembelajaran

(Daryanto, 2016: 4).

Pengertian media, menurut Arsyad, media pembelajaran adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media

pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat mengarahkan dan

menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan

belajar yang mendukung dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar

secara efektif dan efisien. (Yudhi Munadi, 2013: 8)

Sementara itu, Arif Sadiman (2014: 7) mengatakan bahwa media adalah

segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

6
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan, merangsang pikiran, membangkitkan

semangat, perhatian, keterlibatan dan partisipasi peserta didik untuk mendukung

proses belajar mengajar yang diharapkan antara pengajar dan peserta didik.

Pengajaran dapat dikatakan efektif apabila siswa lebih memahami materi

pelajaran yang diajarkan oleh guru melalui media.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu yang

dapat digunakan untuk menyampaikan pesan, merangsang pikiran,

membangkitkan semangat, perhatian, keterlibatan dan partisipasi siswa untuk

mendukung proses belajar mengajar yang diharapkan antara guru dan siswa.

Pengajaran dapat dikatakan efektif jika siswa memiliki pemahaman yang lebih

baik tentang materi pelajaran yang diajarkan oleh guru melalui media.

2) Manfaat

Manfaat penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran siswa adalah

sebagai berikut: pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya,

metode mengajar akan lebih bervariasi, dan siswa lebih banyak melakukan

kegiatan belajar.

Dalam Dede Rosyada (2010), manfaat media pembelajaran antara lain:

1) Sebagai Sumber Belajar

Sumber belajar dapat dipahami sebagai semua jenis sumber yang ada di luar

diri seseorang (pelajar/siswa) dan memungkinkan terjadinya proses belajar.

2) Fungsi Semantik

7
Yakni, kemampuan media untuk menambah kosakata (simbol verbal) yang

maknanya benar-benar dipahami oleh siswa (non verbal).

3) Fungsi Manipulatif

Media memiliki dua kemampuan: mengatasi keterbatasan ruang dan waktu

dan mengatasi keterbatasan inderawi.

4) Fungsi Psikologis

Berupa fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, fungsi imajinatif, dan

fungsi motivasi.

5) Fungsi Sosio-Kultural

Yaitu, mengatasi hambatan sosial-kultural antara peserta dalam komunikasi

pembelajaran

b. Media Kartu Pecahan

1) pengertian media kartu pecahan

Kartu pecahan di sini bukanlah kartu yang biasa digunakan untuk berjudi,

melainkan media pembelajaran yang menyerupai kartu domino untuk membuat

siswa tertarik belajar matematika.

Kartu pecahan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan untuk menarik minat siswa dalam belajar matematika. Menurut Niniek

(2009), media ini juga dapat digunakan untuk mengajarkan menulis dan membaca

pecahan dengan menggunakan gambar dan membandingkan pecahan dengan

penyebut yang sama. Media ini sangat sederhana dan berhubungan dengan

kehidupan sehari-hari.

Kartu pecahan terbuat dari kertas karton yang dipotong-potong. Pada

8
penelitian ini digunakan 2 jenis kartu pecahan, yaitu kartu pecahan untuk operasi

hitung dan kartu pecahan untuk pengenalan pecahan. Dengan menggunakan kartu

pecahan, siswa dapat dengan mudah mempelajari konsep pecahan. Selain itu,

siswa akan tertarik dan aktif dalam pembelajaran.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa media kartu pecahan adalah

suatu benda yang digunakan untuk perantara dalam menyampaikan pembelajaran

berupa kartu bergambar dan pecahan, yang digunakan untuk menarik minat dan

membantu peserta didik dalam mempelajari pecahan.

2) Langkah-langkah Media Kartu Pecahan

Berikut ini adalah contoh gambar kartu pecahan:

Gambar 2.1. Kartu Pecahan Model Pengenalan(kiri) & Model


Pengurangan (kanan)

Cara bermain bermain kartu pecahan “Model Pengenalan” adalah

a) Kocok semua kartu pecahan yang ada

b) Bagikan kartu yang berisi pecahan kepada peserta, buka 1 kartu sebagai acuan

permainan, kartu tersebut memiliki 2 bagian, yaitu bagian atas (gambar

pecahan) dan bagian bawah (lambang pecahan).

9
c) Mulailah memainkan kartu, cari kartu yang berisi jawaban yang sama dengan

kartu acuan.

d) Tempatkan gambar dan simbol secara berdampingan atau sebaliknya dan

seterusnya hingga kartu terakhir.

e) Jika pemain tidak memiliki kartu dengan jawaban yang sama dengan kartu

acuan, maka 1 kekalahan (tidak ada poin diberikan).

f) Setiap jawaban yang benar bernilai 1 poin, tidak ada jawaban bernilai 0 poin.

g) Pemenangnya adalah pemain dengan jumlah poin tertinggi.

Gambar 2.2 Cara bermain Kartu Pecahan “Model Pengenalan”

Cara bermain kartu pecahan “Model Operasi Hitung” adalah:

a) Kocok semua kartu pecahan yang ada

b) Bagikan kartu pecahan secara merata di antara para peserta permainan.

c) Buka 1 kartu sebagai kartu acuan permainan, kartu ini memiliki 2 bagian, yaitu

bagian atas dan bawah.

d) Mulailah memainkan kartu, cari kartu yang berisi jawaban yang sama dengan

kartu acuan.

10
e) Begitu seterusnya hingga kartu terakhir

f) Jika seorang pemain tidak memiliki kartu dengan jawaban yang sama dengan

kartu acuan, ia dianggap kalah 1 (tidak ada poin).

g) Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 poin, tidak ada jawaban diberi nilai 0

poin

h) Pemenangnya adalah pemain dengan jumlah poin tertinggi.

Gambar 2.3 Cara bermain kartu pecahan “Model Operasi Hitung”

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses perubahan, yaitu perubahan perilaku akibat

interaksi dengan lingkungan. Seperti yang dikemukakan Slamet (2010: 2),

"belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya".

Ada banyak contoh perubahan yang terjadi pada diri seseorang, namun tidak

semua perubahan pada diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Perubahan yang terjadi pada aspek kematangan, pertumbuhan dan perkembangan

11
tidak termasuk dalam konsep belajar.

Selain itu, Briggs (dalam Sumiyati & Asra, 2008: 40) mengatakan bahwa

belajar adalah suatu proses terintegrasi yang terjadi dalam diri individu dalam

upaya memperoleh pemahaman dan struktur kognitif yang baru atau mengubah

pemahaman dan struktur kognitif yang lama.

Skinner memberikan definisi pembelajaran: " Learning is a process

progressive behavior adaptation (Pembelajaran adalah proses adaptasi perilaku

yang berlangsung secara progresif)". Berdasarkan definisi ini, kita dapat

mengatakan bahwa belajar adalah proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.

Artinya, belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan

sebelumnya. (dalam Walgito, 2010: 184)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses kehidupan yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan

perubahan-perubahan dalam kualitas dan kuantitas tingkah laku yang merupakan

hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

1) Ciri-ciri Belajar

Slameto (2010), ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam hal belajar adalah

sebagai berikut:

1. Perubahan terjadi secara sadar

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

12
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.

6. Perubahan mempengaruhi semua aspek perilaku.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibagi menjadi dua, yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Slameto (2010: 54) menjelaskan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, baik faktor yang berasal dari dalam

diri pelajar (internal) maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal), atau bisa

juga kombinasi dari keduanya.

(a) Faktor-faktor Internal

a. Faktor jasmaniah, seperti kesehatan, dan faktor cacat tubuh

b. Faktor Psikologis, seperti : intelegensi, perhatian, minat, bakat

c. Faktor kelelahan

(b) Faktor-faktor Eksternal

a. Faktor keluarga seperti: gaya pengasuhan anak, hubungan antar anggota

keluarga, suasana rumah, kondisi ekonomi keluarga, pemahaman orang tua

dan latar belakang budaya.

b. Faktor sekolah seperti: metode pengajaran, kurikulum, kondisi gedung,

metode belajar, hubungan antar siswa.

c. Faktor masyarakat seperti: pergaulan dengan teman, kegiatan siswa di

masyarakat, bentuk kehidupan bermasyarakat.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Soedijarto, hasil belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai

13
oleh siswa dalam menyelesaikan program belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan. (Purwanto, 2011: 46)

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2011), hasil belajar adalah bila

seseorang memperoleh pengetahuan, maka terjadi perubahan tingkah laku pada

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi

mengerti.

Menurut Hudojo (2012), hasil belajar adalah penguasaan perilaku yang

dicapai sehingga seseorang dapat mendemonstrasikan pengalaman dan

penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajari.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan usaha

untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama proses pembelajaran untuk

memenuhi kebutuhannya. Usaha tersebut dipengaruhi oleh kondisi dan situasi

tertentu, yaitu pendidikan dan latihan pada suatu jenjang pendidikan.

3. Pembelajaran Matematika

a. Pengertian Pembelajaran

Secara umum, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi antara diri sendiri dengan lingkungannya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Knowles (2011), pembelajaran adalah cara untuk mengatur peserta

didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Crow & Crow

(1998), pembelajaran adalah pemerolehan perilaku, pengetahuan, dan sikap.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses

14
perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Pengertian Matematika

Matematika berasal dari kata Yunani mathema, yang berarti ilmu,

pengetahuan atau belajar. Juga dari kata mathematikos, yang berarti kecintaan

terhadap belajar. Dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu

pasti, dan semua konsep ini terkait dengan penalaran. Ciri utama matematika

adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan

diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga keterkaitan

antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengatakan bahwa matematika

adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan.

Sejauh ini, belum ada yang dapat memberikan definisi matematika yang

lengkap dalam satu kalimat. Budi Manfaat (2010), di bawah ini adalah beberapa

definisi matematika yang telah dibuat oleh beberapa ahli:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang akurat dan terorganisir

secara sistematik.

2) Matematika adalah pengetahuan tentang angka dan perhitungan.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logis dan berhubungan

dengan angka.

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logis.

15
6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Sedangkan definisi matematika menurut Ruseffendi (Murniati, 2008)

menyatakan bahwa matematika terdiri atas unsur-unsur yang tidak didefinisikan,

definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil, di mana dalil-dalil itu setelah

dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, sehingga matematika sering

disebut dengan ilmu deduktif.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah

pengetahuan eksak yang sistematik serta bahasa simbolis untuk mengekspresikan

hubungan kuantitatif dan keruangan dengan menggunakan penalaran deduktif

dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.

c. Pembelajaran Matematika

Menurut Brunner (dalam Aisyah, 2007), belajar matematika adalah

mempelajari konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di

dalam materi yang sedang dipelajari, dan mencari hubungan-hubungan antara

konsep-konsep di dalam struktur matematika itu.

Dalam mengajarkan matematika di sekolah dasar, guru perlu memahami

karakteristik matematika. Menurut Karso (2002), karakteristik matematika yang

bersifat deduktif-aksiomatik perlu diketahui oleh guru agar dapat mengajarkan

matematika dengan baik mulai dari konsep yang sederhana hingga konsep yang

kompleks.

Dari uraian di atas pembelajaran matematika merupakan suatu proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan kelas

yang memungkinkan siswa untuk belajar matematika.

16
d. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Kemendikbud (2013) menyatakan tujuan pembelajaran matematika yang

tercantum dalam Kurikulum 2013 yaitu agar peserta didik dapat:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep/algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat

dalam pemecahan masalah.

b. menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah, dan mampu

membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada.

c. Menggunakan penalaran pada sifat, melakukan manipulasi matematika baik

dalam penyederhanaan, maupun menganalisa komponen yang ada dalam

pemecahan masalah dalam konteks matematika maupun di luar matematika

d. mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti

matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat untuk mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah

f. Menggunakan alat peraga sederhana maupun hasil teknologi untuk melakukan

kegiatan-kegiatan matematik

4. Materi Konsep Pecahan

a. Pengertian Pecahan

Kata "pecahan" berarti bagian dari keseluruhan dengan ukuran yang sama,

berasal dari bahasa Latin fractio, yang berarti membagi menjadi bagian yang lebih

17
kecil. Pecahan terdiri dari dua bagian, pembilang dan penyebut, yang dipisahkan

1 1
oleh garis lurus. Contoh, , , dan seterusnya.
2 4

Purwoto & Marwiyanto (2003), macam-macam pecahan meliputi :

 Pecahan sederhana, yaitu pecahan yang pembilang dan penyebut merupakan

bilangan-bilangan bulat koprim. (FPB dari pembilang dan penyebut adalah 1).

2 4 11
Contoh: , , , dst.
3 9 15

 Pecahan murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih kecil dari penyebut.

1 1 3
Contoh: , , , dst.
2 3 4

 Pecahan tidak murni, yaitu pecahan yang pembilangnya lebih besar dari

penyebut.

7 12 4
Contoh: , , , dst.
5 10 3

 Pecahan Mesir, yaitu pecahan dengan pembilang 1

1 1 1
Contoh: , , , dst.
2 3 4

 Pecahan campuran, yaitu suatu bilangan yang terbentuk atas

bilangan cacah dan pecahan biasa.

1 1 4
Contoh: 4 , 2 , 6 , dst.
3 2 9

Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap

bagian dari yang utuh. Misalnya: kakak mempunyai sebuah apel yang akan

dimakan berempat dengan temannya, maka apel tersebut harus dipotong-potong

menjadi 4 bagian yang sama.

18
Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan besarnya setiap bagian

dari keseluruhan. Sebagai contoh: Andi memiliki sebuah apel yang akan

dimakan bersama tiga orang temannya, sehingga apel tersebut harus dipotong

menjadi empat bagian yang sama besar. Sehingga masing-masing andi dan

1 1
temannya akan memperoleh bagian dari apel tersebut. Pecahan biasa
4 4

1
mewakili ukuran dari masing-masing potongan apel. Dalam lambang bilangan
4

(dibaca seperempat atau satu per empat), "4" menunjukkan jumlah bagian yang

sama dari keseluruhan atau bagian dari keseluruhan dan disebut "penyebut"

sedangkan "1" menunjukkan angka yang terkait dengan atau digunakan atau

diambil dari keseluruhan pada satu waktu dan disebut pembilang.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah

bilangan yang lebih kecil atau lebih besar dari bilangan bulat, yang terdiri dari

pembilang dan penyebut dan merupakan bagian dari keseluruhan yang sama.

Pecahan sangat erat kaitannya dengan satuan, sehingga metode pengajaran

pecahan membutuhkan visualisasi dengan satuan.

b. Materi Bilangan Pecah di Kelas III

Pada awal pembelajaran konsep pecahan di kelas 3 semester 2, alat peraga

yang tepat dan sesuai dengan lingkungan belajar siswa sangat dibutuhkan. Alat

peraga tersebut dapat berupa kartu-kartu bertuliskan pecahan, gambar-gambar

bangun datar, atau bilah-bilah bambu/kayu triplek yang digambar/warnai menjadi

beberapa bagian. Alat peraga ini berguna untuk meningkatkan pemahaman siswa

tentang pecahan.

19
Kartu pecahan digunakan sebagai alat peraga dalam penelitian ini. Kartu-

kartu tersebut terbuat dari kertas karton yang dipotong dan diberi arsiran. Materi

yang dipelajari pada pecahan berfokus pada pengenalan pecahan, perbandingan

pecahan dan operasi hitung pecahan (penjumlahan dan pengurangan). Uraian

materi tersebut adalah sebagai berikut:

 Mengenal pecahan

Bilangan pecahan adalah angka yang mewakili bagian yang sama besar dari

keseluruhan.

Contoh: Pada gambar di bawah ini daerah yang diarsir menyatakan 2 bagian

dari 4 bagian atau “ dua per empat” yang diberi lambang

 Membandingkan pecahan

Contoh:

1
Dari gambar disamping dapat dibandingkan antara
2

1 1 1 1 1
, dan , menunjukkan lebih besar dari atau
3 2 3 2 3

1 1
dapat ditulis ¿ .
2 3

 Operasi Hitung Pecahan (Penjumlahan dan Pengurangan)

Menjumlahkan dan mengurangkan pecahan membutuhkan pemikiran yang

lebih kompleks dalam hal alat peraga, karena pecahan ini berurusan dengan

pasangan bilangan, penamaan ulang agar penyebutnya sama, dan hanya

menjumlahkan pada pembilangnya.

20
1 1
Contoh: mencari +¿ ¿....., dilakukan peragaan dengan kartu pecahan bentuk
3 3

persegi panjannya sebagai berikut:

(1) (3)

1 1 1
3 3 3

(2) 1
3

3 1
Contoh: −¿ ¿......, dilakukan peragaan dengan kartu pecahan sebagai
4 4

berikut:

(1) (3)
1 1 1 1 1
4 4 4 4 4

(2)

B. Kajian Emperis

Menurut penelitian tersebut, terdapat beberapa penelitian yang dianggap

relevan dengan penelitian ini, antara lain:

21
Berdasarkan penelitian Yuliana susanti (2020), ia melakukan penelitian

yang berjudul "Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Media Berhitung

Di Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa’". Menurut hasil

penelitian tersebut, hasil belajar dapat ditingkatkan dengan penggunaan kartu

pecahan.

Sedangkan Yasa Setiawan (2020) mengadakan penelitian dengan judul

”Pengembangan Kartu Domino Pecahan Sebagai Media Pembelajaran

Matematika Di Kelas IV Sekolah Dasar”. Dari penelitian ini hasil belajar dapat

ditingkatkan dengan kartu pecahan.

Sementara itu, Komariah (2020) melakukan penelitian yang berjudul

"Penggunaan Media Kartu Pecahan untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Materi Pecahan Kelas 3 SD Ta’mirul Islam Inovatif". Penelitian ini

menunjukkan bahwa hasil belajar dapat ditingkatkan dengan penggunaan kartu

pecahan.

Dan Ainuria Indah Isstanti (2019) melakukan penelitian serupa dengan

penelitian berjudul “Penggunaan Alat Peraga Kartu Pecahan Untuk Meningkatkan

Aktivitas Belajar Dan Pemahaman Matematika Siswa MI N Pucangan Kelas IV

Tahun 2019/2020”. Juga menunjukkan adanya peningkatan dengan menggunakan

media kartu pecahan dalam hasil pembelajaran.

Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan bahwa alat peraga dapat

mempengaruhi hasil belajar. Ketika alat peraga digunakan, peserta didik akan

lebih aktif dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi secara langsung dalam

pembelajaran. Hal ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna.

22
Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan pada peningkatan hasil

belajar dalam konsep pecahan dengan menggunakan media kartu pecahan pada

siswa kelas III SDN 1 Kaobula Tahun Pelajaran 2022/2023.

C. Kerangka Berpikir

Kondisi awal sebelum dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah

pembelajaran masih konvensional. Guru menyampaikan materi dengan metode

ceramah, tanpa menggunakan alat peraga, sehingga mengakibatkan rendahnya

hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika pada konsep pecahan.

Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah proses

belajar mengajar yang memerlukan media pembelajaran yang tepat untuk

mempermudah penyampaian materi pecahan. Media tersebut adalah kartu

pecahan. Media kartu pecahan adalah suatu benda yang digunakan menjadi

perantara untuk menyampaikan pembelajaran berupa kartu bergambar dan

pecahan yang digunakan untuk menarik minat dan mempermudah pembelajaran

pecahan.

Dengan menggunakan media kartu pecahan, materi tentang konsep pecahan

menjadi lebih jelas, siswa akan lebih tertarik dan terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep pecahan.

Penggunaan media kartu pecahan dilakukan dalam 2 siklus dengan indikator yang

berbeda pada pokok bahasan pecahan.

Dengan demikian, pada kondisi akhir diperoleh hasil yang menunjukkan

bahwa penggunaan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar konsep

pecahan pada mata pelajaran matematika siswa kelas IV SDN I Kaobula.

23
Kerangka berpikir penelitian ini dapat diperjelas dengan bagan pada Gambar 2.4

berikut:

Guru: belum Siswa: Hasil


Kondisi menggunakan belajar masih
awal media rendah

Siklus I
Penggunaan alat
peraga secara
Guru: menggunakan kelompok
Tindakan media kartu pecahan
dlm pembelajaran Siklus II
Penggunaan alat
peraga secara
individual

Diduga melalui penggunaan


kartu pecahan dapat
Kondisi meninggkatkan hasil belajar
Akhir matematika konsep pecahan pada
siswa kelas III SDN 1 Kaobula

Gambar 2.4 Kerangka berpikir

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dapat

dirumuskan sebagai berikut.

"Dengan penggunaan media kartu pecahan dapat meningkatkan hasil belajar

konsep pecahan pada mata pelajaran matematika siswa kelas III SDN 1 Koabula

tahun ajaran 2023/2024."

24
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu dasar yang sangat penting dalam

penelitian karena berhasil tidaknya dan tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian

banyak ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam menentukan metode penelitian,

(Arikunto, 2006). Penelitian dapat menunjukkan pencapaian keberhasilan proses

melalui tingkat penelitian dalam proses penelitian. Berdasarkan hal-hal yang

berkaitan dengan metode penelitian, peneliti dapat menjelaskan sebagai berikut

A. Jenis dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK)

dengan menggunakan model desain penelitian Sarwiji Suwandi. Penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri,

dengan fokus pada penyempurnaan praktik dan proses pembelajaran. (Susilo,

2009) Tujuan utama dari PTK adalah untuk mengatasi masalah yang muncul di

dalam kelas dan mencari jawaban ilmiah mengapa masalah tersebut dapat

dipecahkan dengan melakukan tindakan. Dalam (Dadi, 2019) juga disebutkan

bahwa PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja aktual guru dalam

pengembangan profesional mereka dan tujuan khususnya adalah untuk mengatasi

berbagai masalah dunia nyata untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas

25
pembelajaran di kelas.

Sarwiji Suwandi menggambarkan model desain PTK sebagai suatu proses

spiral. Penelitian tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah,

yaitu: a. perencanaan, b. tindakan, c. pengamatan, d. refleksi, dengan demikian

prosedur penelitian tindakan kelas meliputi empat kegiatan tiap siklus. Prosedur

penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan pada gambar 3.1 berikut:

Gambar 3.1 Prosedur PTK


(Sarwiji Suwandi, 2010: 28)

Berdasarkan Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa prosedur tindakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Siklus I

a. Perencanaan

Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran

Matematika dengan KD Mengenal pecahan sederhana

2) Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan yaitu kartu pecahan.

26
3) Mengembangkan skenario pembelajaran.

4) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar kerja kelompok.

5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran

6) Menyiapkan lembar observasi

b. Pelaksanaan

1) Guru mengadakan apersepsi tentang pecahan dengan memberikan tanya

jawab tentang permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan.

2) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu siswa

dapat menyajikan gambar dengan menuliskan lambangnya.

3) Guru memberi penjelasan mengenai materi yang dimaksud dan membagi

siswa dalam kelompok kecil, tiap kelompok berisi 4-5 anak.

4) Guru memberikan petunjuk pada siswa mengenai kegiatan yang akan

dilaksanakan. Siswa melaksanakan kegiatan diskusi kelompok kemudian

menuliskannya pada lembar kerja dibimbing oleh guru.

5) Siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.

6) Siswa dibimbing guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah dipelajari.

7) Penghargaan terhadap kelompok dengan kinerja yang baik.

8) Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di Lembar

Kerja Siswa yang telah tersedia.

9) Guru mengoreksi soal evaluasi

10) Guru memberikan tugas di rumah

c. Pengamatan

27
Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi,

untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Kegiatan observasi dilaksanakan

untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran

matematika dengan menggunakan media kartu pecahan. Observasi juga dilakukan

terhadap guru yang menggunakan media dalam menyampaikan materi.

d. Refleksi

Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan dikaji keberhasilan

dan kegagalannya. Jika pembelajaran siklus I didapatkan suatu kendala, yaitu

adanya nilai siswa yang belum mencapai hasil yang diharapkan. Persentase

ketuntasan belajar siswa masih di bawah presentase ketuntasan yang ditentukan

yaitu ≥ 80 % oleh karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus II.

Siklus II

a. Perencanaan

1) Guru mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada

refleksi siklus I

2) Menyempurnakan rencana pembelajaran dengan materi membandingkan

bilangan pecahan dengan menggunakan media kartu pecahan.

3) Memperbaiki bentuk kelompok-kelompok yang sudah terbentuk agar didapat

hasil yang lebih baik dari siklus 1.

4) Menyiapkan soal-soal yang bervariasi dan sedikit lebih sulit sesuai dengan

materi yang diberikan.

5) Menyiapkan tugas rumah.

28
6) Menyiapkan lembar penilaian

7) Menyiapkan lembar pengamatan / observasi.

b. Pelaksanaan

1) Guru memberikan penjelasan materi matematika (membandingkan pecahan)

dengan menggunakan kartu pecahan.

2) Guru menjelaskan cara membandingkan pecahan dengan menggunakan

media kartu pecahan.

3) Beberapa siswa maju kedepan untuk mengerjakan soal perbandingan pecahan

dengan menggunakan media kartu pecahan.

4) Guru membagikan alat peraga kepada seluruh kelompok dan menyuruh

siswa berlatih dengan alat peraga yang telah disediakan.

5) Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan peserta didik secara

kelompok dengan bantuan media kartu pecahan.

6) Guru berkeliling untuk memastikan bahwa seluruh siswa dapat menggunakan

alat peraga kartu pecahan.

7) Guru memberikan soal tertulis untuk dikerjakan secara individu di Lembar

Kerja Siswa yang telah tersedia.

c. Pengamatan

Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan pada saat implementasi,

untuk mengetahui jalannya proses pembelajaran. Kegiatan observasi dilaksanakan

untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran

matematika dengan menggunakan media kartu pecahan. Observasi juga dilakukan

29
terhadap guru yang menggunakan media dalam menyampaikan materi.

d. Refleksi

Setelah hasil dari siklus kedua dikumpulkan dan dianalisis oleh semua

peserta dalam penelitian, langkah selanjutnya adalah merefleksikan apakah

pembelajaran berhasil atau tidak. Tujuan dari siklus kedua adalah setidaknya 80%

dari siswa akan mencapai KKM dalam memecahkan masalah (soal) pecahan.

Hasil penilaian pada siklus ini menunjukkan bahwa target telah tercapai dengan

tingkat ketuntasan 90%, sehingga penelitian ini dihentikan dan dianggap berhasil.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa kelas III di SD Negeri. Ada

17 siswa di kelas III, terdiri dari 6 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Para

siswa memiliki tingkat kecerdasan, latar belakang sosial, dan kondisi keluarga

yang berbeda-beda. Namun, dari semua 17 siswa tersebut adalah anak normal atau

anak tanpa disabilitas.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester ganjil Tahun ajaran

2023/2024 tepatnya pada bulan Juni di Kelas III SD Negeri 1 Kaobula, Kelurahan

Kaobula, Kota Baubau. Adapun jadwal pelaksannan penelitian menyesuaikan

dengan jadwal mata pelajaran Matematika di Kelas III SDN 1 Kaobula.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui interaksi guru dan siswa dalam

pembelajaran matematika, serta data tentang aktivitas atau perilaku belajar siswa

30
sebagai hasil dari kegiatan dan tes untuk mengetahui kemampuan siswa. Data

dikumpulkan dengan cara mengumpulkan:

1. Observasi Aktivitas Guru

Observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat gejala-gejala yang diselidiki (Anas Sudono, 2007).

observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati kegiatan

pengelolaan pembelajaran guru selama menggunakan alat peraga berupa kartu

pecahan.

2. Observasi Aktivitas Siswa

Observasi aktivitas siswa dalam penelitian ini terdiri dari observasi aktivitas

siswa selama pembelajaran dengan menggunakan media kartu pecahan.

3. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mempelajari

materi yang telah mereka pelajari. Tes terdiri dari dua jenis, yaitu tes individu dan

tugas kelompok. Tes individu adalah tes yang diberikan untuk melihat

peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang melibatkan

pecahan, seperti mengenal pecahan, membandingkan dua pecahan, dan

menjumlahkan serta mengurangkan dua pecahan berpenyebut sama dengan

bantuan kartu pecahan. Tugas kelompok adalah tugas yang diberikan di setiap

pelajaran.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiono (2013), instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

31
Sedangkan menurut Purwanto (2018), instrumen penelitian adalah alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini, penulis menggunakan instrumen penelitian berupa tes dan

lembar observasi. Perbedaan alat tersebut dijelaskan sebagai berikut

1. Lembar Observasi Aktivitas Guru

Lembar observasi guru digunakan untuk mengamati kegiatan guru

(penelitian) dalam mengelola pembelajaran yang sedang berlangsung dan untuk

memperoleh data kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran.

2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama

pembelajaran.

3. Tes

Tes digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi

pecahan, hasil belajar siswa mengacu pada indikator yang telah ditetapkan dalam

RPP. Tes yang dimaksud berupa soal-soal yang diberikan kepada siswa. Soal-soal

yang terdapat pada unit ini berbentuk essay dan terdapat lima soal.

F. Teknik Analisis Data

Data dari penelitian ini kemudian dianalisis. Tujuan dari analisis data adalah

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam rumusan masalah.

Data yang akan dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Aktivitas Guru

Data aktivitas guru diperoleh dari lembar observasi yang diisi selama proses

32
pembelajaran. Data aktivitas ini berguna untuk memperoleh informasi tentang

bagaimana guru mengelola proses pembelajaran. Data tersebut kemudian

dianalisis dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

f
P= × 100%
N

Keterangan : P = Angka persentase, f = Skor yang diperoleh, N = Skor maksimal

100% = Bilangan tetap

NO Nilai Kategori

1 80 ≤ P < 100 Baik Sekali

2 60 ≤ P < 80 Baik

3 40 ≤ P < 60 Cukup

4 0 ≤ P < 40 Kurang

Tabel 3.3 kategori kriteria penilaian hasil pengamatan aktivitas guru


(Anas sudjono, 2008)

2. Analisis Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi yang diisi selama

pembelajaran berlangsung. Data tersebut kemudian dianalisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P= × 100%
N

Keterangan : P = Angka persentase, f = Skor yang diperoleh, N = Skor maksimal

100% = Bilangan tetap

NO Nilai Kategori

1 80 ≤ P < 100 Baik Sekali

33
2 60 ≤ P < 80 Baik

3 40 ≤ P < 60 Cukup

4 0 ≤ P < 40 Kurang

Tabel 3.3 kategori kriteria penilaian hasil pengamatan aktivitas siswa


(Anas sudjono, 2008)

3. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan tingkat ketuntasan

individual dan klasikal. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan belajar

siswa dengan penggunaan media kartu pada materi pecahan. Maka hasil tes siswa

harus dianalisis untuk mengetahui berapa banyak siswa yang mencapai ketuntasan

dan ketidaktuntasan. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di SD

Negeri 1 Koabula untuk ketuntasan individu adalah ≥70 pada mata pelajaran

matematika, sedangkan ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah ≥80%.

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara individu dapat digunakan

rumus sebagai berikut:

1. Rumus ketentuan individu:

SS
KL = x 100%
SM
Keterangan: KL = Ketuntasan Individual, SS = Skor Siswa, SM = Skor

Maksimum

2. Rumus ketuntasan klasikal (Trianto, 2011)

ST
KS = x 100%
N
Keterangan: KS = Ketuntasan Klasikal, ST = Jumlah Siswa yang tuntas, N =

34
Jumlah siswa keseluruhan

NO Nilai Kategori

1 80 ≤ P < 100 Baik Sekali

2 60 ≤ P < 80 Baik

3 40 ≤ P < 60 Cukup

4 0 ≤ P < 40 Kurang

Tabel 3.3 Presentase ketuntasan belajar siswa secara keseluruhan


(Anas sudjono, 2008)

35

Anda mungkin juga menyukai