Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam membangun dan

mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan mampu

bersaing secara global. Menurut Ulfah (Mawati et al., 2023) pendidikan

berlangsung pertama di lingkungan rumah, kemudian di lingkungan sekolah.

Pendidikan di lingkungan rumah merupakan pendidikan utama dalam

pendidikan anak. Selain itu, sekolah merupakan tempat kedua bagi anak-anak

untuk di didik. Anak-anak berinteraksi dan belajar dengan guru dalam

pendidikan sekolah.

Di Indonesia sendiri, banyak persoalan terkait kualitas pendidikan yang

harus dibenahi. Salah satu masalah pendidikan sederhana yang perlu dibenahi

adalah cara guru mengajar. Dalam kebanyakan kasus, guru masih sangat aktif

dalam proses pembelajaran dan menjadi badan utama pembelajaran, sehingga

membuat siswa tidak leluasa menampilkan kemampuannya. Seorang profesional

adalah seseorang yang memiliki seperangkat pengetahuan atau keterampilan yang

unik untuk profesinya. Mengajar adalah pekerjaan yang membutuhkan berbagai

persyaratan profesional yang terdefinisi dengan baik (Gulo, 2022; & Ilyas, 2022).

Menurut Arifin, (2020) matematika merupakan salah satu mata pelajaran

yang harus dipelajari oleh siswa mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang menjadi dasar

pengembangan ilmu-ilmu lain, selalu digunakan dan dimanfaatkan secara sengaja

1
2

maupun tidak sengaja dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan dengan marlina

yang mengungkapkan matematika sebagai induk ilmu, karena matematika sebagai

ilmu berkembang dan berkembang untuk dirinya sendiri, sekaligus melayani

kebutuhan ilmu-ilmu lain untuk berkembang dan berfungsi.

Menurut Tohir, (2019) kategori matematika, Indonesia berada di peringkat

7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 379. Indonesia berada di atas Arab Saudi

yang memiliki skor rata-rata 373. Kemudian untuk peringkat satu, masih diduduki

China dengan skor rata-rata 591.

Menurut Asnawir (Wulandari et al., 2023) salah satu faktor penyesuaian

yang berkaitan dengan pengajaran adalah media pembelajaran yang perlu

dikuasai guru agar dapat mengkomunikasikan materi pembelajaran kepada siswa

dengan baik, efisien dan efektif. Penggunaan media pembelajaran dalam proses

belajar mengajar dapat menimbulkan keinginan dan minat baru, membangkitkan

motivasi dan merangsang kegiatan belajar, bahkan membawa efek psikologis

bagi siswa.

Perkalian adalah salah satu operasi penjumlahan bilangan berulang dengan

nilai yang sama. Di tingkat sekolah dasar, perkalian merupakan dasar matematika

setelah penjumlahan dan pengurangan. Perkalian merupakan aritmatika dasar

dimana satu bilangan dilipat gandakan sesuai dengan bilangan pengalinya

(Fatimah, 2020; & Hasanah, 2022).

Maka perkalian merupakan salah satu mata pelajaran dasar matematika

setelah penjumlahan dan pengurangan, yang dimana cara mengoperasikannya

dengan cara satu bilangan dilipat gandakan sesuai dengan bilangan pengalinya.
3

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 11

Mei 2023 dengan guru kelas IV SD Negeri 1 Baadia yaitu (1) guru masih

menggunakan cara konvesional seperti metode ceramah (2) guru masih belum

menggunakan media sehingga berpengaruh pada hasil pembelajaran (3) perkalian

adalah salah satu materi yang di anggap sulit, (4) sangat membosankan bagi yang

tidak suka dengan pelajaran berhitung khususnya perkalian, (5) siswa sering lupa

untuk menambahkan hasil kali yang telah dilakukan sebelumnya dalam perkalian

bersusun 2 sampai 3 angka, (6) terdapat > 60% siswa yang belum mencapai KKM

yaitu 60 pada mata pelajaran matematika, (7) berdasarkan hasil PISA tahun 2018

bahwa matematika Indonesia berada di peringkat 73 dengan skor rata-rata 379.

Berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas IV SD Negeri Baadia,

perlu adanya inovasi pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru matematika.

Mengingat kekhawatiran tersebut, para peneliti berencana menggunakan media

yang menjanjikan untuk meningkatkan kemampuan perkalian siswa. Salah satu

media tersebut adalah media Takalintar (Tabel Perkalian Pintar).

Dari uraian latar belakang masalah tersebut maka peneliti ingin melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Siswa Dengan Menggunakan Media Takalintar Kelas IV SD Negeri 1 Baadia”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi

pada meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan media

takalintar di kelas IV SD Negeri 1 Baadia.


4

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah di atas, yang

menjadi rumusan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana deskripsi penerapan media Takalintar dalam meningkatkan hasil

belajar matematika siswa di kelas IV SD Negeri 1 Baadia?

2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan

menggunakan media takalintar di kelas IV SD Negeri 1 Baadia?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui deskripsi penerapan media Takalintar dalam meningkatkan

hasil belajar matematika siswa di kelas IV SD Negeri 1 Baadia.

2. Meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan media

takalintar di kelas IV SD Negeri 1 Baadia.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam

dunia pendidikan berupa gambaran mengenai Penggunaan Media Takalintar

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, secara khusus penelitian ini bermanfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran berupa informasi

mengenai peran guru dalam menggunakan media takalintar untuk meningkatkan

hasil belajar siswa dan menganalisis dampak penggunaan Media takalintar untuk
5

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian matematika di kelas IV

SD Negeri 1 Baadia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dan sebagai alternatif

penggunaan media pengajaran disekolah dasar.

b. Bagi siswa. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dan minat belajar siswa

pada pembelajaran matematika menjadi pelajaran menarik bagi siswa

terutama dalam operasi hitung perkalian.

c. Bagi sekolah. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap sekolah

khususnya dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang

dilakukan disekolah tersebut.

d. Bagi peneliti. Untuk menambah pengalaman serta wawasan baik dalam

bidang penulisan maupun penelitian.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIS

1. Pembelajaran Matematika SD

a. Pengertian Pembelajaran Matematika SD

Matematika adalah ilmu yang dapat memancing keterampilan anak untuk

berpikir kritis yang dapat diaplikasikannya untuk memecahkan masalah dalam

kehidupannya yang berisi pemikiran abstrak, terdapat bilangan, simbol, rumus

yang dipergunakan pada kegiatan berhitung. Pembelajaran matematika juga

diharapkan dapat membantu anak untuk meningkatkan cara berpikirnya dalam

memecahkan masalah, penalaran dan permainan logika.

Menurut Suci & Taufina, (2020) pembelajaran matematika seharusnya

tidak menjadi hal yang ditakuti oleh siswa, karena matematika adalah ilmu yang

mengandung simbol, rumus, konsep yang sangat berguna dalam kehidupan.

Seharusnya rumus, simbol dan konsep tersebut berguna dalam memecahkan

masalah dalam kehidupan siswa yang untuk mengatasinya menggunakan hal

tersebut. didalam matematika banyak model-model yang dapat membantu siswa

membentuk pola pemikiran yang matematika yang sistematika, dapat membantu

siswa berpikir logis dan kritis, yang membutuhkan kecermatan.

Menurut Kurniawati & Ekayanti, (2020) pembelajaran matematika adalah

ilmu dasar penting di dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran

matematika memerlukan keterampilan berpikir kritis..

6
7

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah ilmu dasar

penting didalam proses pembelajaran matematika karena mengandung simbol,

rumus, konsep yang sangat berguna dalam kehidupan. didalam matematika

banyak model-model yang dapat membantu siswa membentuk pola pemikiran

yang matematika yang sistematika, dapat membantu siswa berpikir logis dan

kritis, yang membutuhkan kecermatan.

b. Karateristik Pembelajaran Matematika SD

Karateristik pembelajaran matematika di SD menurut Wandini, (2019:8)

adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika menggunakan metode spiral, metode spiral ini

melambangkan adanya keterkaitan antara suatu materi dengan materi lainnya.

Topik sebelumnya menjadi prasyarat untuk memahami topik berikutnya atau

sebaliknya.

2. Pembelajaran matematika dilakukan secara bertahap. Materi pembelajaran

matematika dilakukan secara bertahap yang dimulai dari konsep-konsep yang

sederhana, menuju konsep yang lebih kompleks.

3. Pembelajaran matematika menggunakan metode induktif sedangkan

matematika merupakan ilmu deduktif namun sesuai tahap perkembangan siswa

maka pembelajaran matematika di SD digunakan metode induktif.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi.

5. Pembelajaran matematika hendaknya bermakna konsep matematika tidak

diberikan dalam bentuk jadi, tapi sebaliknya siswalah yang harus

mengonstruksi konsep tersebut.


8

c. Tujuan Pembelajaran Matematika SD

Tujuan mata pelajaran matematika menurut Andani et al., (2021)

diantaranya:

a) Meningkatkan kemampuan kognitif siswa,

b) Membantu siswa dalam memecahkan masalah,

c) Meningkatkan hasil belajar siswa,

d) Meningkatkan siswa dalam mengkomunikasikan suatu ide,

e) Serta mengembangkan karakter siswa.

2. Media pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

“medium” yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua pihak atau

kutub) atau suatu alat. Media pembelajaran adalah sarana pendidikan yang dapat

digunakan untuk membantu proses belajar-mengajar, serta menumbuhkan

motivasi belajar siswa, dan segala sesuatu yang digunakan baik benda maupun

lingkungan yang berada di sekitar siswa yang dapat dimanfaatkan pelajar dalam

proses pembelajaran media pembelajaran adalah alat yang berfungsi yang dapat

dimanfaatkan untuk menyalurkan pesan pembelajaran (Moto, 2019).

Wulandari et al., (2023) media adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyampaikan suatu pesan dari pengirim pesan kepada

penerima pesan sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, dan

perhatian anak sehingga proses belajar dapat berlangsung. Media berasal dari

kata jamak medium yang berarti perantara. Selanjutnya, medium juga diartikan
9

sebagai sesuatu yang berada di tengah. Maksudnya disini adalah perantara yang

menghubungkan semua pihak yang membutuhkan berlangsungnya hubungan

dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi.

Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sarana pendidikan

yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar-mengajar, sehingga media

pembelajaran diharapkan menarik perhatian dan membangkitkan minat serta

motivasi siswa dalam belajar. Dengan demikian pemakaian media pembelajaran

akan sangat mempengaruhi keefektifan proses pembelajaran yang diberikan

kepada siswa.

b. Karateristik Media Pembelajaran

Hasan et al., (2021:29) mengemukakan tiga ciri media antara lain:

1. Ciri Fiksatif (Fixative Property)


Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Dengan ciri fiksatif

ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada

satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu. Contohnya adalah

peristiwa tsunami, gempa bumi, banjir, dan sebagainya diabadikan dengan

rekaman video.

2. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)


Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media

memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari atau

bahkan berbulan bulan dapat disajikan kepada siswa dalam waktu yang lebih

singkat lima sampai sepuluh menit. Misalnya, bagaimana proses pelaksanaan

ibadah haji dapat direkam dan diperpendek prosesnya menjadi lima sampai
10

sepuluh menit. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula

diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video.

Misalnya, proses terjadinya gempa bumi yang hanya kurang dari satu menit dapat

diperlambat sehingga lebih mudah dipahami oleh peserta didik bagaimana proses

terjadinya gempa tersebut.

3. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan

kepada sejumlah besar peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relatif

sama mengenai kejadian itu. Contohnya, rekaman video, audio yang disebarkan

melalui flashdisk atau link yang bisa diakses menggunakan internet.

c. Macam-Macam Media Pembelajaran

Berbicara tentang mecam-macam media pembelajaran yang ada di

Indonesia tentu sangatlah banyak. Tetapi semua media yang ada tentu memiliki

kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karenannya, guru harus

selektif dalam memilih media yang akan dipilihnya dalam mengajar.

Pada pembagian macam-macam media pembelajaran Mahnun (Faqih,

2020) media pembelajaran diklasifikasikan menjadi tujuh kelompok, antara lain:

benda yang di demonstrasikan, media cetak, gambar diam, gambar bergerak, film

bersuara, dan mesin belajar. Adapun pendapat lain mengatakan media itu

diklasifikasikan menjadi sembilan kelompok, antara lain: visual diam, film,

televisi, obyek tiga dimensi, rekaman, pelajaran terprogram, demonstrasi, buku

teks cetak, dan sajian lisan.


11

d. Tujuan Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran menurut

Maghfiroh & Suryana, (2021) adalah sebagai berikut:

1. Mempermudah proses pembelajaran dikelas.

2. Meningkatkan efesiensi proses pembelajaran.

3. Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar.

4. Membantu konsentrasi anak dalam proses pembelajaran.

e. Manfaat Media Pembelajaran

Adapun manfaat dalam menggunakan media pembelajaraan menurut

Syamsiani, (2022); & Wulandari et al., (2023) adalah sebagai berikut:

1. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan

kapan saja,

2. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.

3. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

4. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: objek

yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model.

5. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

sikap pasif siswa.

f. Media Pembelajaran Takalintar

Menurut Kusuma & Wilujeng, (2022) media Takalintar merupakan media

pembelajaran berupa meja yang terbuat dari papan dan gabus. Keuntungan dari

media takalintar adalah dengan cepat memfasilitasi pengoperasian perkalian dasar.

Membangkitkan motivasi dan memotivasi siswa untuk giat belajar. Media


12

Takalintar merupakan salah satu alternatif untuk melakukan dan memecahkan

masalah yang berkaitan dengan konsep perkalian selain teknik susun pendek dan

teknik susun panjang. Alat perhitungan ini dirancang untuk menyederhanakan

operasi perkalian yang membosankan.

Menurut Marganis, (2023) Tabel Perkalian Pintar (Takalintar) merupakan

media pembelajaran yang dapat membantu memudahkan siswa dalam melakukan

operasi hitung perkalian.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa media takalintar

merupakan alat bantu yang berbentuk tabel perkalian untuk mengoperasikan

perkalian dengan cara penjumlahan. memudahkan siswa dalam melakukan operasi

hitung perkalian.

Papan Takalintar merupakan suatu media pembelajaran yang dapat

membantu memudahkan siswa dalam melakukan operasi hitung perkalian.

Media pembelajaran ini merupakan hasil pengembangan atau modifikasi dari

media pembelajaran yang telah ada sebelumnya. Jika sebelumnya media ini hanya

berupa tabel, pada penelitian kali ini media dimodifikasi dengan menambah nilai

fungsi dari tabel kali pintar, dimana pada papan Takalintar kali ini bisa digunakan

untuk latihan individu dan latihan berkelompok yang tentunya akan menambah

daya tarik tersendiri, sehingga siswa tidak akan merasa bahwa belajar perkalian

itu sulit.

1. Langkah-langkah Media Takalintar

Berikut ini langkah-langkah media takalintar menurut Kusuma &

Wilujeng, (2022) diantaranya:


13

a) Sebuah tabel seperti dibawah ini.

b) Setelah itu buatlah garis diagonal pada daerah pengerjaan.

c) Lalu buatlah lambang perkalian (x) pada kolom atas sebelah kanan

d) Setelah itu tukisan angka yang diinginkan pada kolom atas dan kanan. Contoh

23 x 40. Lalu kerjakanlah dimulai dari 2x4, 2x0, 3x4, 3x0. Setelah hasilnya

diketahui.

2 3 X

0
14

e) Lalu kerjakanlah dimulai dari 2x4, 2x0, 3x4, 3x0. Setelah hasilnya diketahui

masukan pada kolom yang bergaris diagonal. Tulislah hasil puluhan pada

kolom diagonal atas dan satuan pada kolom diagonal yang bawah.

2 3 X

0 1 4
8 2
0 0 0
0 0

f) Setelah daerah pengerjaan sudah dikerjakan semua, jumlahkan hasil tersebut

dengan cara menjumlahkan angkanya mengikuti garis/kolom yang sejajar

sama dengan angka tersebut.

2 3 X

0 1 4
0 8 2

0 0 0
9 0 0
2 0

Gambar 2.1 Media Takalintar

g) Cara yang terakhir yaitu, untuk mengetahui hasil akhirnya dilihat dari kolom

sebelah kiri yaitu 0920, karena angka nol (0) tidak termasuk dalam hasilnya

jadi hanya dituliskan 920. Hasil perkalian dari 23 x 40 = 920.

2. Kelebihan Dan Kekurangan Media Takalintar

Menurut Harina et al., (2019) adapun kelebihan dan kekurangan media


15

Takalintar yaitu:

a. memudahkan pengoperasian perkalian dasar dengan cepat.

b. Penyajian angka lebih cepat, jelas, menarik, dan ringkas.

c. Membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar dengan baik.

Setelah mengetahui kelebihan media Takalintar, ada juga kekurangan

media ini yaitu, pembuatan memerlukan waktu yang cukup lama dan siswa tidak

akan dapat mengikuti dengan baik kalau penjelasan guru terlalu cepat dalam

menjelaskan pembelajaran dengan menggunakan media ini. Secara umum tujuan

yang ingin dicapai dari media Takalintar ini yaitu: memotivasi siswa,

mempertajam daya ingat dan menyenangkan.

3. Hasil Belajar

a. Konsep Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap Gulo, (2022).

Sedangkan menurut Rahman, (2021) belajar merupakan kegiatan yang paling

pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Hal ini sejalan dengan

pendapat Suardi, (2018:16) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup

yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang

lainnya, dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan

Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau interaksi

yang dilakukan seseorang dalam memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah


16

laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur

hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan

yang lainnya.

2. Teori-teori Belajar

Adapun Teori-teori Belajar menurut Wibowo, (2020) sebagai Berikut:

1) Behaviorisme adalah sebuah pandangan yang menganggap seorang

pembelajar pada dasarnya adalah pasif dalam menanggapi rangsangan

lingkungan. Pembelajar sebagai kertas putih (yaitu tabula rasa). Oleh karena

itu, belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku pada siswa. Awalnya,

seorang behavioris melakukan terhadap binatang (misalnya anjing Pavlov)

dan digeneralisasikan untuk manusia.

2) Kognitivisme berfokus pada aktivitas mental batin membuka "kotak hitam"

dari pikiran manusia yang berharga dan diperlukan untuk memahami

bagaimana orang belajar. Proses mental seperti berpikir, menyimak,

keingintahuan, dan pemecahan masalah inilah yang perlu dieksplorasi.

Pengetahuan dilihat sebagai suatu skema atau simbolis konstruksi mental.

Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam skema pembelajar.

3) konstruktivisme yaitu Sebuah reaksi terhadap pendekatan didaktik seperti

behaviorisme dan diprogram instruksi, konstruktivisme menyatakan bahwa

belajar adalah aktif dalam konteks pengetahuan proses penyusunan dalam

memperolehnya. Pengetahuan disusun berdasarkan pengalaman pribadi dan

hipotesis dari lingkungan. Pembelajar terus-menerus menguji hipotesis ini

melalui negosiasi sosial. Setiap orang memiliki interpretasi yang berbeda dan
17

proses konstruksi pengetahuan. Pelajar bukanlah kertas kosong (tabula rasa),

tetapi membawa pengalaman masa lalu dan faktor-faktor budaya terhadap

suatu situasi.

3. Faktor-Faktor Belajar

Setiawan, (2020:10) faktor faktor belajar dapat dikategorikan menjadi dua

golongan:

a. faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor

individual mencakup kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi

dan faktor pribadi, dan

b. faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial yang mencakup

keluarga/keadaan rumah tangga, guru, cara mengajar, media, lingkungan,

kesempatan dan motivasi sosial.

Menurut Sunarsih, (2020) faktor yang mempengaruhi belajar yaitu:

a. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam siswa. Faktor

intern dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor

psikologis dan faktor kelelahan.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang bersal dari luar diri siswa meliputi guru,

metode mengajar, prasarana dan sarana pembelajaran, dan lingkungan sosial

siswa, dan kebijakan penilaian.

b. Konsep Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Novita et al., (2019) hasil belajar merupakan perubahan perilaku


18

dan kemampuan yang didapatkan oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya

berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar sebagai

pengukuran dari penilaian kegiatan belajar atau proses belajar dinyatakan dalam

simbol, huruf, atau kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai peserta

didik pada periode tertentu.

Sebagai salah satu patokan untuk mengukur keberhasilan proses

pembelajaran, hasil belajar merefleksikan hasil dari proses pembelajaran yang

menunjukkan sejauh mana murid, guru, proses pembelajaran, dan lembaga

pendidikan telah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Hasil belajar

juga merupakan laporan mengenai apa yang telah diperoleh siswa dalam proses

pembelajaran (Andriani & Rasto, 2019).

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar

mengajar yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Maka siswa

memperoleh suatu hasil belajar.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Marlina & Sholehun, (2021) faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu ada faktor internal (minat, bakat,

motivasi, dan cara belajar) dan faktor eksternal (lingkungan sekolah dan

lingkungan keluarga).

1. Faktor Internal

a)Minat

Minat merupakan sesuatu yang penting, dan harus dimiliki ketika kita
19

akan melakukan sesuatu. Jika seseorang tidak memiliki minat yang tinggi dalam

suatu hal, maka ia akan kesulitan dan tidak tertarik untuk melakukannya.

b) Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang

masih perlu dikembangkan atau dilatih. Pada dasarnya setiap manusia memiliki

bakat pada suatu bidang tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda.

c) Motivasi

Motivasi merupakan serangkain usaha untuk untuk menyiapkan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu. Motivasi

merupakan hal yang penting dan harus dimiliki oleh setiap siswa agar seorang

siswa semangat dalam belajar.

d) Cara Belajar

Cara belajar adalah sebuah strategi yang dilakukan siswa agar lebih

memahami materi yang dijelaskan tentunya dengan cara belajar yang disenangi

oleh siswa tersebut.

2. Faktor Eksternal

a) Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya.

b) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga memiliki pengaruh utama dan utama bagi

kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan seseorang.


20

B. Kajian Literatur

Penelitian yang relevan yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mianti, (2021) “Penggunaan media takalintar

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian matematika di

kelas IV MIN 4 Batu Ralang”. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini,

maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga Takalintar dapat meningkatkan

aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan hasil siklus I 64,28%,

siklus II 71,42% dan siklus III 89,28%. Aktivitas siswa juga meningkat dengan

hasil siklus I 53,84%, siklus II 71,15%, dan siklus III 92,30%.Dan hasil belajar

siswa mengalami peningkata dengan hasil belajar siklus I 48,00%, siklus II

72,00% dan siklus III 80,00%. Guru juga memberikan post-test dan mendapat

nilai sebesar 92%. Sehingga target indikator keberhasilan hasil belajar siswa

sebesar 75% tercapai.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Handayani, (2019) “Penggunaan media

Takalintar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Operasi Hitung

Perkalian Sd Negeri 5 Raman Aji Kec.Raman Utara”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penggunaan media Takalintar dalam pembelajaran

matematika pada operasi hitung perkalian dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Hal ini dapat dilhat hasil belajar siswa siklus I rata-rata nilai 73,07 dan

siklus II rata-rata nilai 85,76 dengan tingkat ketuntasan klasikal pda siklus I

69,23% dan pada siklus II menjadi 92,30%. Pada siklus II persentase

ketuntasan klasikal sudah melampaui target indicator keberhasilan yaitu 75%

sehingga dapat disimpulkan penggunaan media Takalintar dapat meningkatkan


21

hasil belajar matematika operasi hitung perkalian SD Negeri 5 RamanAji Kec.

Raman Utara.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma & Wilujeng, (2022) “Pengaruh Media

Takalintar Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Pada Materi Perkalian

Siswa Kelas III Di MIN 2 Kota Madiun”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran matematika dengan media takalintar berpengaruh terhadap

peningkatan pemahaman konsep siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil analisis

data perhitungan uji-t menunjukkan nilai sig. (2-tailed) 0,000<0,05. Maka HO

ditolak dan H1 diterima. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan

pemahaman konsep siswa pada materi perkalian yang menggunakan media

takalintar lebih tinggi dari kemampuan pemahaman konsep siswa

menggunakan metode ceramah.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Harina et al., (2019) “Pengaruh Penggunaan

Media Tabel Perkalian Pintar (Takalintar) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada

Materi Perkalian Bersusun Di Kelas IV SDN 4 Tapaktuan Aceh Selatan”.

Berdasarkan penelitian telah diilakukan, dapat di simpulkan bahwa terdapat

pengaruhh dari penggunaaan media Takalintar terhadapp hasil belajar siswa

pada materi perkalian bersusun dikelas IV SDN 4 Tapaktuan Kabupaten Aceh

Selatan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sari & Rusnilawati, (2022) “Pengaruh

Penerapan Model PBL dengan Media Takalintar terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa”. Penerapan model Problem Based Learning dengan media

Takalintar memberikan pengaruh positif dan dapat meningkatkan hasil belajar


22

Matematika siswa Sekolah Dasar. Rata-rata nilai sebelum perlakuan dan rata-

rata nilai setelah perlakuan meningkat. Dengan diterapkannya model Problem

Based Learning dengan media Takalintar ini dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah dan memudahkan siswa dalam melakukan

operasi hitung perkalian. Hal tersebut menjadi bukti keefektifan model

Problem Based Learning dengan media Takalintar.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah, (2022) “Peningkatan Keterampilan

Berhitung Perkalian Melalui Penggunaan Media Tabel Perkalian Pintar

(Takalintar) siswa Kelas III UPT SD Negeri 182 Gresik”. Berdasarkan hasil

penelitian tindakan kelas ini, maka dapat disimpulkan bahwa media tabel

perkalian pintar (Takalintar) dapat meningkatkan keterampilan berhitung

perkalian siswa. Pada observasi pertama terdapat beberapa siswa yang belum

menguasai keterampilan berhitung perkalian dengan persentase 30%, dan 70%

peserta didik sudah menguasai keterampilan berhitung perkalian. Untuk

observasi kedua menggunakan media Takalintar dan sudah mencapai 84%

peserta didik sudah bisa menguasai keterampilan berhitung perkalian. Sehingga

hal tersebut sudah dapat dikatakan tuntas dan hasil yang diperoleh sudah

memenuhi KKM yang telah ditentukan, terdapat 84,2% peserta didik tuntas

dalam mengerjakan tes keterampilan berhitung perkalian dan 15,8% peserta

didik belum tuntas.

B. Kerangka Berpikir

Aktivitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung

secara wajar, begitupun dalam pembelajaran matematika. Keadaan tersebut


23

dipengaruhi oleh cepat lambatnya daya tangkap seseorang terhadap suatu

pelajaran dan cepat daya tangkap dipengaruhi oleh konsentrasi. Ada banyak

hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan belajar yang sering kita jumpai dalam

aktivitas sehari-hari yang disebut kesulitan belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan, masih ada beberapa diantara siswa tersebut

yang mendapat nilai rendah dalam ulangan harian tentang materi perkalian yang

masih jauh berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berdasarkan

ketetapan atau patokan yang ditentukan sekolah.

Hasil belajar ini dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan di kelas

maupun pekerjaan rumah dan hasil ulangan harian. Rendahnya nilai bahkan ada

siswa SD yang sama sekali tidak memahami perkalian merupakan alasan penulis

mengambil media tabel perkalian pintar sebagai sumber belajar, diharapkan

dengan adanya media ini, siswa SD dapat dengan mudah memahami dan

menghafal perkalian. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, yang

dilakukan kepada siswa SD sebanyak 34 orang di sekolah SD Negeri 1 Baadia.

Tahap persiapan penulis melakukan survey dan mencari informasi yang

berkaitan dengan penelitian. Dari hasil survey tersebut, penulis

mengidentifikasikan dan merumuskan permasalahan yang terjadi dilapangan.

Kemudian menentukan tujuan dari penelitian agar penelitian dapat fokus pada

permasalahan yang ada dilapangan.

Selanjutnya melakukan tes kepada siswa SD Negri 1 Baadia, dan

memberikan media tabel perkalian pintar, terakhir melakukan tes untuk

mengetahui hasil belajar dengan menggunakan media tersebut.


24

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Masih Rendah

1. Guru masih menggunakan cara konvesional seperti metode


ceramah,
2. Guru masih belum menggunakan media sehingga berpengaruh
pada hasil pembelajaran,
3. Perkalian di anggap materi sulit,
4. Materi yang membosankan,
5. Siswa sering lupa menambahkan hasil kali yang telah dilakukan
sebelumnya,
6. terdapat > 60% siswa yang belum mencapai KKM yaitu 60 pada
mata pelajaran matematika, dan
7. berdasarkan hasil PISA tahun 2018 bahwa matematika
Indonesia berada di peringkat 73 dengan skor rata-rata 379.

Penerapan Media Pembelajaran

Siswa menemukan Guru menerapkan


sendiri jawaban media pembelajaran
terhadap pertanyaan Takalintar

Penggunaan Media Takalintar Dapat Meningkatkan


Hasil Belajar Siswa

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir


C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Siswa Dengan Menggunakan Media Takalintar Kelas IV SD Negeri 1

Baadia.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action),

Penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action merupakan suatu penelitian

yang dilakukan untuk memecahkan masalah di kelas. Sejalan dengan pendapat

Ritonga, (2021:43) PTK ialah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan guru di

dalam kelasnya dengan permasalahan diperoleh dari kegiatan refleksi diri dan

disertai suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut atau meningkatkan

mutu pembelajaran yang dilakukan.

Peneliti menemukan masalah dimana sebagian siswa mengeluh ketika

disuruh menghitung perkalian 2 digit dan hasil belajar banyak kurang mencapai

KKM. Maka dari itu peneliti menemukan solusi dengan menggunakan media

Takalintar pada proses pembelajaran untuk membantu siswa dalam melakukan

operasi hitung perkalian.

Secara umum, pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran proses pembelajaran oleh guru-guru SD Negeri 1 Baadia di

dalam kelas dengan cara mendefinisikan permasalahan yang mereka lakukan

sehari-hari dan mencoba mengatasi melalui perlakuan tindakan secara sistematik

dan reflektif.

2. Desain

Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian

25
26

yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada

seluruh proses penelitian. Penelitian ini menggunakan metode bentuk penelitian

tindakan kelas khusus untuk mengetahui dan menangani masalah hasil belajar

siswa. Penelitian ini mempunyai arti suatu penelitian yang memerlukan tindakan

untuk menanggulangi masalah dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan dalam

kelas atau sekolah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Tindakan ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan 2 kali

pertemuan yang sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam satu siklus

terdiri dari empat langkah, yaitu: 1. Perencanaan (planning), 2. Aksi atau tindakan

(acting) 3. Observasi (observing), 4. Refleksi (reflecting). Konsep di atas bila

diilustrasikan sebagai berikut:

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Kesimpulan

Sumber: Arikunto (2014:137)


27

Gambar 3.1. Desain Penelitian Tindakan Kelas

Langkah-langkah atau persiapan yang dilakukan dalam penelitian tindakan

kelas menurut Arikunto (2014:137) sebagai berikut:

a) Siklus I

1. Tahap Perencanaan

Sebelum pembelajaran dimulai, perlu dilakukan hal-hal yang berhubungan

dengan kegiatan tersebut antara lain:

a. peneliti menganalisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar (KD)

yang akan diajarkan kepada siswa melaui penerapan media Takalintar

b. Menyusun persiapan mengajar seperti RPP dan LKPD

c. Menyiapkan lembar observasi/pengamatan

d. Menyiapkan soal/ tes pada akhir siklus

e. Menyiapkan alat dokumentasi

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang dimaksud adalah pelaksanaan pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi perkalian melalui penerapan

dengan menggunkan media Takalintar yang telah direncanakan sesuai dengan

RPP dan LKPD.

3. Observasi

Kegiatan ini dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran dan mengidentifikasi kendala-kendala siswa selama mengikuti

pembelajaran. Kegiatan pengamatan ini menggunakan pedoman observasi yang


28

telah disediakan. Melakukan observasi dengan memakai format observasi

Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LKPD.

4. Refleksi

Setelah semua kegiatan pada tahap observasi, maka langkah untuk

selanjutnya perlu dianalisis hasilnya dan ditinjau ulang apa yang belum dilakukan

yang tujuannya untuk memberikan arahan guna untuk melaksanakan langkah pada

siklus selanjutnya. Apabila kriteria yang telah ditetapkan tersebut belum tercapai

maka diulangi sampai kriteria yang ditetapkan tercapai.

b) Siklus II

Pelaksanaan siklus II berdasarkan hasil dari refleksi siklus I. Oleh

karenanya hasil observasi, evaluasi dijadikan bahan untuk refleksi dan hasil

refleksi pada siklus I akan dijadikan acuan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Apabila proses pembelajaran siklus I belum memenuhi target yang ditetapkan

maka dilanjutkan ke siklus II. Dan pada dasarnya pelaksanaan siklus II adalah

untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas IV SD

Negeri 1 Baadia Tahun Ajaran 2023/2024 yang berjumlah 34 siswa, yang terdiri

dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Memilih siswa kelas IV SD

Negeri 1 Baadia sebagai responden dengan alasan masih rendahnya hasil belajar

matematika khususnya pada operasi bilangan perkalian, keterjangkauan lokasi

penelitian oleh peneliti baik dari segi tenaga maupun efisien waktu dan situasi

sosial seperti sebelum mendapatkan izin formal untuk memasuki lokasi tersebut
29

peneliti telah mengadakan komunikasi informal dengan pihak sekolah sehingga

mendapatkan izin secara informal.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Baadia, yang terletak

di Jln. Sultan Labuke. Kec. Murhum Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara.

Tanggal 28 September s.d 13 Oktober tahun ajaran 2023/2024 Semester Ganjil.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah salah satu perangkat yang digunakan untuk

mencari sebuah jawaban dalam suatu penelitian. Untuk mempermudah dalam

pengumpulan data dan analisis data, dalam penelitian ini menggunakan instrumen

berupa lembar observasi, soal tes maka dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Lembar Observasi/Pengamatan

Observasi dilakukan dengan menggunakan berupa lembar pengamatan

aktivitas guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

media Takalintar yang terdiri dari beberapa aspek yang ditandai dengan memberi

check list di kolom yang ada pada lembar observasi. Untuk mengamati aktivitas

guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh melalui pengamatan

oleh observer menggunakan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

2. Soal Tes

Soal yang digunakan dalam penelitian ini berisi soal pencapaian dari

indikator hasil belajar siswa pada materi perkalian, adapun bentuk soal yang

digunakan berbentuk esay dengan jumlah 5 soal, terdiri dari soal untuk siklus I
30

dan siklus II yang berkaitan dengan indikator yang diterapkan dalam RPP. Guna

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Siyoto & Sodik, (2015:77) adalah

observasi tes dan dokumentasi:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati

kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang

hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam menggunakan metode observasi

cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format pengamatan sebagai

instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah

laku yang digambarkan sedang terjadi. Peranan yang paling penting dalam

menggunakan metode observasi adalah pengamat.

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam menggunakan tes sebagai

pengumpul data, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes.

Seperti sudah dijelaskan bahwa data yang diungkap dalam penelitian dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk

mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti,

digunakan tes.
31

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,

agenda, dan sebagainya. Adapun dokumentasi yang diperlukan adalah data-data

tertulis tentang hasil belajar siswa visi dan misi sekolah, jumlah siswa, profil

sekolah, jumlah guru dan staf di sekolah serta kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan sebagai bukti konkret.

F. Teknik Analisis Data dan Indikator Keberhasilan

1. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan pengumpulan, pemilahan, dan

klasifikasi. Kode atau token, dan kategorikan untuk penemuan berdasarkan

fokus atau pertanyaan yang akan dijawab. Melalui rangkaian kegiatan ini, data

kualitatif yang seringkali terpencar dan bertumpuk dapat disederhanakan dan

dibuat mudah untuk dipahami.

Menganalisis data setelah dikumpulkan. Analisis data adalah bagian yang

sangat penting dari penelitian dan analisis data kualitatif sangat sulit dilakukan

karena tidak ada pedoman baku. Itu tidak berjalan secara linear, tanpa aturan

yang sistematis.

Analisis data-data dengan alur tahapan menurut Sujarweni, (2014:35)

sebagai berikut:

a. Reduksi Data
32

Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data rinci.

Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, diringkas dan

dipilih hal-hal utama untuk fokus pada hal-hal yang penting.

Hasil mempertimbangkan dan mengurutkan data sesuai dengan konsep,

tema, dan kelas unit tertentu akan memberikan gambaran yang lebih jelas

tentang pengamatan dan memudahkan peneliti untuk mencari kembali data di

luar data yang diperoleh sebelumnya jika diperlukan.

b. Penyajian Data

Data yang diperoleh dikategorikan menurut pokok bahasan dan

dihasilkan dalam bentuk matriks untuk memudahkan peneliti melihat pola

hubungan antara satu data dengan data lainnya.

c. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan

reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan disajikan secara

sistematis akan disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap

awal biasanya kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin

tegas dan memiliki dasar yang kuat.

Kesimpulan sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat digunakan

untuk memverifikasi adalah triangulasi sumber data dan metode, diskusi teman

sejawat, dan pengecekan anggota.

Adapun rumus yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian

menggunakan rumus berikut:

a). Rumus untuk mengelolah data siswa (Rusilowati (2014:73)


33

Skor yang diperoleh


Nilai ¿ X 100
Skor maksmal

b). Rumus untuk menentukan ketuntasan hasil belajar siswa Rusilowati (2014:73)

Jumlah siswa yang tuntas


Ketuntas belajar ¿ X 100
jumlah siswa

2. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil

belajar siswa dari siklus ke siklus, meningkatkan kemampuan perkalian pada

siswa ditandai dengan tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan

nilai yaitu 60 mencapai minimal 75% di akhir siklus.

Indikator Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

1) Indikator Proses

Indikator proses dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran ditandai

dengan kemampuan guru dan keaktifan siswa pada pembelajaran Matematika

dengan penerapan media Takalintar. Lebih jelasnya dapat dilihat dari observasi

pada aspek guru dan aspek siswa yang sesuai dengan langkah-langkah media

Takalintar. Kriteria yang digunakan untuk penilaian keberhasilan proses, yaitu

kriteria diadaptasi dari Rusilowati, (2014:73) sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Efektifitas/Penugasan Proses Pembelajaran


Angka Kategori
(81-100) % Sangat Baik (SB)
(61- 80) % Baik (B)
(41- 60) % Cukup(C)
(20-40) % Kurang (K)
34

Sumber: Rusilowati, (2014:73)

2) Indikator Hasil Belajar

Indikator hasil dapat dilihat dari segi hasil belajar siswa dengan melihat

skor perolehan atau nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes yang

diberikan kepada siswa disetiap akhir siklus dengan menerapkan media Takalintar

pada pembelajaran Matematika dengan kriteria penilaian yang diadaptasi dari

Rusilowati, (2014:73) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Tingkat Kualifikasi Hasil Belajar Siswa


Angka Kategori
81-100% Sangat Baik (SB)
61-80% Baik (B)
41-60% Cukup (C)
21-40% Kurang (K)
Sumber: Rusilowati (2014:73).

Anda mungkin juga menyukai