Anda di halaman 1dari 41

A.

Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu proses yang teramat penting dalam rangka


pembangunan di Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan negara
berkembang yang sangat membutuhkan generasi penerus bangsa untuk
membangun bangsa ini ke arah yang lebih baik.Indonesia menempati urutan
ke 22 sebagai negara berkembang dalam laporan IDI (Inclusive Development
Index) 2017. IDI adalah sebuah indikator ekonomi yang berusaha
memberikan gambaran lebih luas tentang pemerataan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi di suatu negara. Laporan IDI 2017 menyatakan
bahwa Indonesia memperoleh nilai 4,29 yang didasarkan pada 7 pilar, yaitu
pendidikan, fasilitas umum, korupsi, intermediasi finansial, pengembangan
aset dan kewirausahaan, konpensasi pegawai dan tenaga kerja serta transaksi
fiskal. Pendidikan menempati urutan pertama dalam penilaian IDI (Word
Economic Forum, 2017: 60).
Melalui sistem pendidikan, diharapkan Indonesia mampu menaikan daya
saingnya di dunia internasional dengan sumber daya manusia yang dimiliki
Indonesia, sehingga selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin
dicapai. Sebagaimana dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 ayat 1 secara tegas menyatakan
bahwa:
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”

Fadillah (2014:13) menjelaskan bahwa untuk mencapai tujuan


pendidikan tentu tidak bias terlepas dari kurikulum sekolah. Struktur dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk tingkat Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan salah satu
ketentuannya memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan
diri. Salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum tersebut adalah
matematika.
Heruman (2014:1) menjelaskan matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Matematika sebagai bahasa
simbol; ilmu deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang
terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsuryang
didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Dalam
pembelajaran metematika di sekolah dasar proses bepikir siswa secara konkrit
dan menjadikan siswa menyenangi pembelajaran matematika dengan cara
siswa yang lebih aktif. Hal ini memungkinkan bagi pendidikan di Indonesia
untuk menerapkan pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik
(PMR) dalam konteks Indonesia.
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) mampu merubah perubahan
pembelajaran matematika dari abstrak menjadi realistik dan kontektual bagi
siswa. Selain itu siswa sejak di sekolah dasar dilatih untuk berdiskusi,
menghargai pendapat orang lain, dan belajar berdemokrasi. Siswa dilatih
untuk percaya diri dan menyampaikan gagasan secara logis dan
sistematis.Siswa juga tidak cepat bosan karena belajar sambil bermain
(Hadi,2017:7).
Pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan situasi dunia
nyata atau suatu konteks yang nyata dan pengalaman siswa sebagai titik tolak
belajar matematika. Proses pembelajaran matematika menggunakan
Pendekatan Matematika Realistik (PMR), siswa bukan sekedar penerima
yang pasif terhadap materi matematika yang diajarkan oleh guru, tetapi siswa
harus mampu melakukan suatu proses matematika yang mengaitkan dengan
realitas dan aktivitas manusia yang berhubungan dengan matematika
(Muncarno dan Astuti, 2018:104).
Berdasarkan penelitian Robiah, Budiman, dan Agustini (2017) berjudul
“Keefektifan Pendekatan Realistic Mathematics Education Terhadap Hasil
Belajar Materi Bangun Datar Siswa Kelas III SDN 01 Mulyoharjo
Pemalang”. Hasil penelitian menunjukkan pendekatan RME pada materi
bangun datar lebih efektif terhadap hasil belajar, hal ini ditunjukkan siswa
mencapai ketuntasan belajar dengan menggunakan pendekatan RME lebih
tinggi dari pada ketuntasan belajar individu dan klasikal tanpa menggunakan
pendekatan RME. Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif guru dalam mengajar khususnya pada
materi bangun datar sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar
siswa.
Berdasarkan penelitian Garnis Fatmala (2019) yang berjudul
“Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Terhadap Hasil
Belajar Materi Volume bangun ruang Kelas IV SD Negeri Sarirejo Kota
Semarang Tahun Ajaran 2018/2019” mengemukakan kegiatan pembelajaran
matematika di sekolah dasar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran agar
siswa mampu menerima, dan memahami materi dengan lebih jelas dengan
suasana pembelajaran yang menyenangkan, didalam pembelajaran
matematika juga diperlukan alat paraga atau media yang konkrit karena
matematika membutuhkan pemahaman yang nyata. Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) bisa digunakan untuk kegiatan pembelajaran di sekolah
dasar karena dalam proses pembelajar ini mampu memberikan pendekatan
yang nyata dan melibatkan siswa dalam berfikir untuk penyelesaikan masalah
berdasarkan pengalaman, didalam pembelajaran ini juga menggunakan alat
paraga atau media yang bersifat konkrit untuk pembelajaran
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Kelas V SD Negeri 03 Rejosari
Kota Semarang menujukkan bahwa pembelajaran masih menggunakan
metode konvensional, yaitu pembelajaran yang masih didominasi oleh
ceramah dan belum menggunakan media pembelajaran yang sesuai sehingga
siswa hanya pasif mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan soal-
soal latihan yang diberikan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya minat para
siswa dalam menerima pelajaran khususnya pelajaran matematika, dibuktikan
dengan siswa malas belajar matematika dan berakibat menurunnya nilai
siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu dicarikan pendekatan
pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika. Para guru terus berusaha menyusun dan
menerapkan Pendekatan Matematika Realistik (PMR).
Berbagai uraian diatas bahwa penerapan Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) sangat mendukung dalam pembalajaran di Sekolah Dasar
pada khususnya materi Volume Bangun Ruang. Dalam perjalanan
prosespenerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) diperlukan
pendampingan, evaluasi dan perbaikan dalam pengelolahan pembelajaran.
Dalam kondisi dapat mendorong peneliti dalam melakukan penelitian
terhadap pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, yang dapat diambil
judul Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik Berbantu Media Montase
Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Volume Bangun Ruang Kelas V
SD Negeri 03 Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran 2019/2020.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan


beberapamasalah, antara lain:
1. Pembelajaran masih bersifat konvensional dan berpusat pada guru
sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran.
2. Guru kurang variatif dalam menerapkan pendekatan dalam pembelajaran
matematika.
3. Konsep siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran
yang sulit.
4. Aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih
rendah.
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian akan fokus pada


Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik berbantu media montase
terhadap hasil belajar matematika materi volume bangun ruang kelas V SD
Negeri 03 Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran 2019/2020. Waktu
penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2020.

D. Rumusan Masalah

Batasan masalah yang sudah ditentukan, maka rumusan masalahnya


adalah: “Bagaimanakah keefektifan Pendekatan Matematika Realistik
berbantu media montase terhadap hasil belajar matematika materi volume
bangun ruang kelas V SD Negeri 03 Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran
2019/2020 ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan, untuk mengetahui keefektifan


Pendekatan Matematika Realistik berbantu media montase terhadap hasil
belajar matematika materi volume bangun ruang kelas V SD Negeri 03
Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran 2019/2020.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfat penelitian sebagi berikut:


1. Bagi Peneliti
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, khususnya mengenai keefektifan
Pendekatan Matematika Realistik berbantu media montase terhadap hasil
belajar matematika materi volume bangun ruang kelas V SD Negeri 03
Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran 2019/2020.
2. Bagi siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik siswa agar lebih
bersamangat dalam proses pembelajaran metematika untuk meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi volume bangun ruang.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi metode
pembelajaran matematika dalam meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
di sekolah sehingga menjadi lebih baik.
4. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru
tentang proses pembelajaran matematika dengan adanya inovasi
pembelajaran yang menitikberatkan Keefektifan Pendekatan Matematika
Realistik pada materi volume bangun ruang.
G. Kajian Teori dan Hipotesis

1. Hakikat Belajar
a. Tentang Belajar
Woolfolk berpendapatbahwa belajar sebagai perubahan perilaku
akibat dari suatu pengalaman tertentu.Belajar terjadi bilamana
pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan, dan perilaku
yang relatif permanen pada seseorang atau individu. Jadi anak SD telah
belajar jika dia menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap, atau
keterampilan tertentu yang bersifat menetap sebagai akibat anak
itumengalami sesuatu, artinya aktif atau sadar melakukan sesuatu atau
berinteraksidengan lingkungan tertentu (Taufiq, dkk. 2012: 5.3).
Hamalik (2014:27) mengemukakan bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatuhasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari
itu,yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Syamsuddin mendefinisikan bahwa
belajar adalah proses mengalami sesuatu untuk menghasilkan
perubahan tingkah laku dan pribadi. Jadi untuk berubah, seseorang atau
anak harus mengalami sesuatu terlebih dahulu (Taufiq, dkk. 2012: 5.4).
Santrock dan Yusen mendefinisikan bahwa belajar ialah
perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang terjadi karena
pengalaman. Perubahan tingkah laku mencakup pengertian yang luas,
tidak hanya menyangkut perubahan pengetahuan saja yang hanya
merupakan salah satu aspek kecil dari tingkah laku individu atau anak
(Taufiq, dkk. 2012: 5.4).
Slameto (2013:2) mengatakan “Belajar ialah suatu proses usaha
yangdilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.”
Berdasarkan pandangan para pakar pendidikan mengenai
pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar sebagai akibat dari
pengalaman yang dilalui.
Ciri–ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar
menurut Slameto (2013:3-4):
1) Perubahan terjadi sacara sadar
Berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang–kurangnya ia merasakan telah terjadi
adanya berubahan dalam dirinya. Bahwa belajar akan mengalami
perubahan tingkah lakunya, bertambahnya pengetahuan, cara
berkomunikasi, dan kebiasaan akan mengalami berubahan dengan
proses belajar yang disadari secara langsung.
2) Perubahan dalam belajar postif dan aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan–perubahan ini senantiasa
bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa
perubahan itu tidak terjadi dengan sendiri melainkan karena usaha
individu sendiri. Perubahan tingkah laku karena proses kematangan
yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam.
3) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah
benar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki
bahkan akan main berkembang kalau terus dipergunakan atau
berlatih.
4) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Ini berati bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada
tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada
perubahan tingkah laku yang benar–benar disadari. Dengan
demikian perbuatan belajar yang dilakukan senatiasa terarah
kepada tingkah laku yang telah ditetapkan
b. Prinsip Belajar
Menurut Suprijono (2017:4) dalam hal ini pikirkan apa asas
belajar itu, berikut adalah prinsip-prinsip belajar pertama, Prinsip
belajar adalah perubahan perilaku, perubahan perilaku sebagai hasil
belajar memiliki ciri-ciri sebagai hasil tindakan rasional instrumental,
aktif atau sebagai usaha yang direncakan dan dilakukan, bertujuan dan
terarah, mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua, Belajar
merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan
tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,
kontruktif, dan organik. Belajar merupahkan kesatuan fungsional dari
berbagi komponen belajar. Ketiga, Belajar merupakan bentuk
pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi
antara siswa dengan lingkungannya.
Menurut Aunurrahman (2013:113) prinsip-prinsip belajar dalam
proses pembelajaran yang dipelajari siswa maka harus mempelajarinya
sendiri, setiap siswa menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk
setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar, siswa
belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan
penguatan (reinforcement), penguasaan secara penuh dari setiap
langkah langkah pembelajaran memungkinkan murid belajar secara
lebih berarti, siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari
sendiri maka siswa lebih termotivasi untuk belajar dan siswa akan
belajar dan mengingat lebih baik.
Sehingga dapat disimpulkan dari uraian diatas, prinsip prinsip
belajar dapat memberikan perubahan perilaku siswa setiap proses
belajar dengan adanya proses penguatan dan motivasi untuk belajar
agar mampu mencapai tujuan yang ingin dicapai.
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar
Perubahan perilaku secara sadar dan terencana oleh seseorang
merupakan pertanda terjadinya kegiatan belajar pada orang tersebut.
Akan tetapi, perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang dilakukan
oleh individu satu dan lainnya pun berbeda. Adanya perbedaan tersebut
terjadi akibat dari faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan
kegiatan belajar setiap individu. Para ahli di bidang pendidikan telah
melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar setiap individu.
Hamalik (2014: 32-3) berpendapat bahwa belajar yang efektif
sangatdipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-
faktor itu yaitu:
1) Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan;
2) Belajar memerlukan latihan,dengan jalan: relearning, recalling,
dan reviewing agar pelajaran yang terlupakandapat dikuasai
kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebihmudah
dipahami;
3) Belajar siswa akan lebih berhasil jika siswa merasa berhasildan
mendapatkan kepuasannya;
4) Siswa yang belajar perlu mengetahui apakahia berhasil atau gagal
dalam belajarnya;
5) Faktor asosiasi;
6) Pengalaman masalampau yang telah dimiliki oleh siswa;
7) Faktor kesiapan belajar;
8) Faktorminat dan usaha;
9) Faktor-faktor fisiologis, dan
10) Faktor intelegensi.
Pendapat yang senada disampaikan oleh Slameto (2013: 54-72),
bahwafaktor-faktor yang memengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi
dapatdigolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar diri individu. Faktor intern terdiri atas faktor jasmaniah, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan. Faktorekstern terdiri atas faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Taufiq, dkk. (2012: 5.20-21) mengemukakan bahwa terdapat tiga
faktor yang memengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah
yaitu; faktor input, faktor proses, dan faktor output. Faktor input
(masukan) meliputi: (1) raw input atau masukan dasar yang
menggambarkan kondisi individual anak dengan segala karakteristik
fisik dan psikis yang dimilikinya; (2) instrumental input (masukan
instrumental) yang mencakup guru, kurikulum, materi serta sarana, dan
(3) environmental input (masukan lingkungan) yang mencakup
lingkungan fisik, geografis, sosial, dan lingkungan budaya. Faktor
proses menggambarkan bagaimana ketiga jenis input tersebut saling
berinteraksi satu sama lain terhadap aktivitas belajar anak. Faktor
output adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada
anak setelah anak melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi proses dan hasil
belajar terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
faktor yang berasal dari dalam diri individu. Adapun faktor eksternal
ialah faktor yang berasal dari luar diri individu.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat puncak dari proses pembelajaran,
dimana hasil belajar adalah bukti yang didapatkan dari proses belajar.
Guru bertujuan agar bias mengajarkan atau mentransformasikan ilmu serta
pengetahuannya kepada murid dengan proses belajar mengajar. Dengan
harapan murid mendapatkan hasil pemahaman dari proses ini. Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana 2014: 22).
Hasil belajar ialah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baikyang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
dari kegiatan belajar (Susanto 2013: 5). Sedangkan menurut Rifa’i dan
Anni (2012:69) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan
aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari oleh peserta didik di dalam lingkungan belajarnya.
Sudjana (2014: 22) menjelaskan bahwa ranah kognitif berkenaan
denganhasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan
keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri ataslima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Sedangkan
ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan dan ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diutarakan oleh para ahli,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang diperoleh karena timbulnya perubahan perilaku secara keseluruhan
yang terjadi pada dirisiswa setelah mengalami kegiatan belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif,dan psikomotorik.
a. Tujuan Hasil Belajar
Setelah kegiatan belajar mengajar maka akan dilakukan evaluasi
hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar yang mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotoris. Beberapa prosedur pengukuran hasil belajar
yaitu pengukuran secara tertulis, secara lisan, dan melalui observasi.
Prosedur tertulis dipakai untuk mengukur hasil belajar yang sifatnya
kognitif dan afektif, sedangkan prosedur observasi dipakai untuk
mengukur hasil belajar yang bersifat motorik (Nasution, 2012: 4).
Tujuan hasil belajar merupakan diskripsi tentang perubahan perilaku
yang diinginkan atau diskripsi tentang perubahan perilaku yang
diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukkan bahwa belajar
telah terjadi.
Pengukuran mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
evaluasi. Evaluasi dilakukan setelah dilakukan pengukuran, artinya
keputusan (judgement) yang harus ada dalam setiap evaluasi berdasar
data yang diperoleh dari pengukuran. Untuk mengetahui seberapa jauh
pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa, dilakukan pengukuran
tingkat pencapaian siswa. Dari hasil pengukuran ini guru memberikan
evaluasi atas keberhasilan pengajaran dan selanjutnya melakukan
langkah-langkah guna perbaikan proses belajar mengajar berikutnya.
Secara rinci, fungsi evaluasi dalam pengajaran dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu: (1) Untuk mengetahui kemajuan
dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah melakukan kegiatan
belajar selama jangka waktu tertentu, (2) Untuk mengetahui tingkat
keberhasilan program pengajaran, (3) Untuk keperluan bimbingan
konseling, (4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan
kurikulum sekolah yang bersangkutan.
Salah satu tahap kegiatan evaluasi, baik yang berfungsi formatif
maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui
pengukuran. Menurut Darsono (2012:110-111) pengumpulan informasi
hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu:
1) Teknik Tes
Teknik tes biasanya dilakukan di sekolah-sekolah dalam rangka
mengakhiri tahun ajaran atau semester. Pada akhir tahun sekolah
mengadakan tes akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat
diklasifikasikan menjadi tiga yaitu, tes objektif, tes jawaban
singkat, dan tes uraian.
2) Teknik Non Tes
Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil
belajar dapat juga dilakukan melalui observasi, wawancara dan
angket. Teknik non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkap
kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan hasil belajar yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan
perilaku siswa ke arah yang lebih baik dan untuk memberikan motivasi
kepada siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajar.
b. Prinsip-prinsip Hasil Belajar
Benyamin S. Bloom menyatakan klasifikasi hasil belajar menjadi
tiga ranah, yaitu: (Catharina Tri Ani 2012:7-12)
1) Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan ke mampuan intelektual
seseorang. Hasil belajar kognitif melibatkan siswa kedalam proses
berpikir seperti menginggat, memahami, menerapkan, menganalisa
sintesis dan evaluasi.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan kemampuan yang berkenaan
dengan sikap, nilai perasaan dan emosi. Tingkatan-tingkatannya
aspek ini dimulai dari yang sederhana sampai kepada tingkatan
yang kompleks, yaitu penerimaan, penanggapan penilaian,
pengorganisasian, dan karakterisasi nilai.
3) Ranah Psikomotor
Ranah Psikomotor berkaitan dengan kemampuan yang menyangkut
gerakan-gerakan otot. Tingkatan-tingkatan aspek ini, yaitu gerakan
refleks keterampilan pada gerak dasar kemampuan perseptual,
kemampuan dibidang pisik, gerakan-gerakan skil mulai dari
keterampilan sederhana sampai kepada keterampilan yang
kompleks dan kemampuan yang berkenaan dengan non discursive
komunikasi seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Komsiyah (2012:101) ada banyak faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor tersebut anatara lain:
faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
meliputi faktor fisiologis, faktor psikologis, faktor ini meliputi
intelegensi siswa, sikap siswa, baakt siswa, minat siswa, motivasi
siswa. sedangkan pada faktor eksternal siswa meliputi faktor
lingkungan sosisal seperti peran guru, peran teman-teman sekelas.
Faktor lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah, letak sekolah, rumah
tempat tinggal siswa, alat peraga, waktu belajar yang digunakan siswa.
faktor-faktor itulah yang dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
Djamarah (2012: 123) menyatakan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajarditentukan oleh faktor tujuan, guru, anak
didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana
evaluasi. Slameto (2012:54) hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern
dan ekstern. Faktor intern meliputi kesehatan, cacat tubuh, inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif (motivasi), kematangan, dan kesiapan.
Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
3. Pendekatan Matematika Realistik
a. Tentang Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) tidak dapat dipisahkan
dari Institut Freudenthal. Institut ini didirikan pada tahun 1971, berada
di bawah Utrecht University, Belanda. Nama institut diambil dari nama
pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905 – 1990). Sejak tahun
1971,I nstitut Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis
terhadappembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic
Mathematics Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa
itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana
matematika harus diajarkan. Freudenthal berkeyakinan bahwa siswa
tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of ready-made
mathematics (penerima pasif matematika yangsudah jadi). Menurutnya
pendidikan harus mengarahkan siswa kepadapenggunaan berbagai
situasi dan kesempatan untuk menemukan kembali matematika dengan
cara mereka sendiri. Banyak soal yang dapat diangkat dariberbagai
situasi (konteks), yang dirasakan bermakna sehingga menjadi sumber
belajar. Konsep matematika muncul dari proses matematisasi, yaitu
dimulai dari penyelesaian yang berkait dengan konteks (context-link
solution), siswa secara perlahan mengembangkan alat dan pemahaman
matematik ke tingkat yang lebih formal. Model model yang muncul dari
aktivitas matematik siswa dapat mendorong terjadinya interaksi di
kelas, sehingga mengarah pada level berpikir matematika yang lebih
tinggi (Hadi, 2017:7-8).
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah suatu teori
tentang pembelajaran matematika yang salah satu pendekatan
pembelajarannya menggunakan konteks dunia nyata. Dia menyatakan
bahwa pendekatan pembelajaran matematikaharus dipandang sebagai
suatu proses, baik kegiatan belajar mengajarnya maupun topik atau
materi yang sudah jadi, tetapi harus dibentuk dan ditemukan oleh siswa
tentunya dengan bantuan dan bimbingan guru. PMR merupakan suatu
pendekatan pembelajaran matematika yang menggunakan situasi dunia
nyataatau suatu konteks yang real dan pengalaman siswa sebagai titik
tolak belajarmatematika. Dalam pembelajaran ini siswa diajak untuk
membentuk pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang
telah mereka dapatkan atau alami sebelumnya. Pada pendekatan
realistik, peran guru sebagai seorang fasilitator, moderator atau
evaluator (Fathurrohman, 2015:185).
Pendekatan Matematika Realistik (PMR) merupakan salah satu
pendekatan pemeblajaran matematika yang berorientasi pada siswa,
bahwa matematika adalah aktivitas manusia dan matematika harus
dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa
ke pengelaman belajara yang berorientasi pada hal-hal yang real
(Susanto, 2016:205).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pendekatan Matematika Realistik
(PMR) atau RME (Realistic Mathematics Education) ialah suatu
pendekatan realistik yang dalam kegiatan pembelajaran siswa
diharapakan agar dapat menemukan suatu penyelesaian soal
matematika dengan sendiri berdasarkan pengalaman dan aktivitas siswa
yang menunjang pemahaman materi yang diajarkan dengan
menggunakan konteks dari lingkungan dalam mengajarkan konsepnya.
b. Ciri dan Karakteristik Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
Fathurrohman (2015:186) menjelaskan pembelajaran dengan
pendekatan PMR bercirikan sebagai berikut:
1) Mengajarkan matematika secara lebih menarik, relevan dengan
lingkungansiswa, sedikit formal, dan tidak terlalu abstrak.
2) Menekankan belajar dari pengalaman siswa sendiri, bukan
berdasarpengalaman guru.
3) Memperkenalkan asas kemampuan siswa.
4) Banyak ditekankan pada penyelesaian masalah yang tidak rutin dan
mungkinjawabannya tidak tunggal.
Menurut Ratumanan (2015:100) karakteristik Pendekatan
Matematika Realistik sebagai berikut :
1) Matematika dipandang sebagai aktivitas manusia sehari-hari,
sehingga memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
(contextual promblem) merupahkan bagian yang esensial.
2) Belajar berarti bekerja dengan matematika (doing mathematics).
3) Siswa diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent)
konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika di bawah bimbingan
orang dewasa.
4) Usaha untuk membangun kembali (reconstruction) konsep konsep
dan prinsip-prinsip matematika dapat dilakukan dengan
penjelajahan berbagai situasi nyata (reslistis) dan permasalahan-
permasalahan dunia nyata. Pada RME (Realistic Mathematics
Education), dunia nyata digunakan sebagai basis (titik pangkal)
untuk mengembangkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
matematika. Ini berarti bahwa pengenalan konsep, prinsip, dan
abstraksi dilakukan melalui hal-hal yang konkrit atau dari sekitar
siswa.
5) Selama proses matematisasi (mathematizing), siswa mengonstruksi
gagasan sendiri. Gagasan siswa ini tidak harus sama antara siswa
satu dengan yang lainnya, bahkan tidak harus sama dengan gagasan
gurunya.
6) Proses belajar berlangsung secara interaktif, siswa menjadi fokus
dari semua aktivitas di kelas. Pendidikan matematika pada
dasarnya bersifat interaktif. Siswa diberi kesempatan untuk
bertukar ide, berbantahan argumen, dan sebagainya.
c. Prinsip Pendekatan Matematika Realistik (PMR)
Menurut Susanto (2016:205) suatu prinsip utama Pendekatan
Matematika Realistik (PMR) adalah siswa harus berpartisipasi secara
aktif dalam proses belajar. Siswa harus diberi kesempatan untuk
membangun pengetahuan dan pemahaman siswa. konsep-konsep
matematika yang bersifat abstrak perlu ditransformasikan menjadi hal-
hal yang bersifat real bagi siswa. tentu saja tidak berarti bahwa
Pendekatn Matematika Realistik (PMR) harus menggunakan masalah
yang ada dalam kehidupan nyata, masalah matematiak yang bersifat
abstrak dapat dibuat menjadi nyata dalam pikiran siswa.
Mengemukakan adanya lima prinsip Pendekatan Matematika
Realistik (PMR) atau RME (Realistic Mathematics Education) di dalam
buku (Ratumanan, 2015: 112-114), yakni:
1) Konstruksi dan Konkretisasi
Prinsip ini kontradiksi dengan ide belajar sebagai proses
penyerapan pengetahuan yang disampaikan atau ditransfer guru.
Karakteristik konstruksi adalah jelas, yakin siswa mengonstruksi
pengetahuan sendiri. Hal ini mungkin terjadi karena belajar dimulai
dari hal yang konkret bagi siswa.
2) Level-level dan Model-model
Pada prinsip ini, belajar konsep atau keterampilan matematika
dipandang sebagai proses jangka panjang dan bergerak pada
berbagi level abstraksi. Untuk dapat mencapai tujuan dalam level
dari informal ke formal, siswa harus mempergunakan peralatan
untuk membantu menjembatani di antara konkrit dan abstrak.
3) Refleksi dan Tugas Khusus
Pembelajaran matematika dan secara khusus munculnya level dari
proses belajar berkembang melalui refleksi. Dalam pembelajaran,
siswa harus selalu diberikan kesempatan dan dirangsang untuk
melakukan refleksi pada belajar yang dihadapi, dan untuk
mengantisipasi apa yang terbentang di depan siswa.
4) Konteks Sosial dan Interaksi
Belajar bukanlah hanya suatu aktivitas tunggal, tetapi sesuatu yang
terjadi dalam masyarakat dan yang terarah dan didorong oleh
konteks sosio-kultural. Melalui kerjasama di dalam kelompok
siswa memiliki kesempatan untuk bertukar ide dan argumen
sehingga siswa saling belajar.
5) Penstrukturan dan Keterkaitan
Belajar matematika bukanlah suatu proses menyerap kumpulan
elemen-elemen pengetahuan dan keterampilan yang tidak saling
terhubung, tetapi merupakan proses konstruksi pengetahuan dan
keterampilan yang sungguh-sungguh terstruktur.
4. Volumen Bangun Ruang
Suharjana (2012:5) menyatakan bahwa bangun ruang adalah bagian
ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh
permukaan bangun tersebut. Sementara Subarinah berpendapat bahwa
bangun ruang adalah bangun geometri dimensi tiga dengan batas-batas
berbentuk bidang datar dan atau bidang lengkung (2014:136).
Menurut Diwarta (2012) bangun ruang merupakan bangun
matematika (matematica) yang memiliki isi atau volume. Bangun ruang
dalam matematika dibagi menjadi beberapa bangun ruang yakni sisi, rusuk
dan titik sudut. Sisi merupakan bidang pada bangun ruang yang membatasi
antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya, Rusuk merupakan
pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis pada bangun ruang sedangkan
Titik sudut adalah titik dari hasil pertemuan rusuk yang berjumlah tiga
atau lebih. Pada umumnya bangun ruang yang telah kita kenal adalah
balok, kubus, prisma, limas, kerucut, tabung dan bola. Pada setiap bangun
ruang tersebut mempunyai rumusan dalam menghitung luas maupun
isi/volumenya. Bangun ruang yang perlu diketahui oleh siswa kelas V
yaituprisma, tabung, limas, kerucut dan bola.
a. Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang
sejajar dan kongruen serta beberapa bidang yang saling berpotongan
menurut garis-garis yang sejajar. Dua bidang sejajar dan kongruen
tersebut disebut bidang alas dan bidang atas, bidang bidang lainnya
disebut bidang tegak, sedangkan jarak antara dua bidang sejajar tersebut
disebut tinggi prisma. Prisma yang rusuktegaknya tegak lurus dengan
bidang alas dinamakan prisma tegak. Prisma yang umumnya dikenalkan
di SD adalah sebagai berikut.
1) Prisma segitiga
Prisma segitiga adalah prisma yang bidang alas dan bidangatasnya
berbentuk segitiga yang saling sejajar, dan bidangtegak berupa
segiempat.

Gambar 2.1. Prisma Segitiga


Sifat-sifat prisma segitiga yaitu sebagai berikut.
a) Memiliki sisi sebanyak 5 buah.
b) Memiliki titik sudut sebanyak 6 buah.
c) Memiliki rusuk sebanyak 9 buah.
d) Bidang alas dan atasnya berbentuk segitiga.
2) Prisma segiempat
Prisma segiempat adalah prisma yang bidang alas dan bidang
atasnya berupa segiempat yang saling sejajar, dan bidang tegak
berupa segiempat. Prisma segiempat dikenal dengan nama balok.

Gambar 2.2 Prisma Segiempat (Balok)


Sifat-sifat prisma segiempat (balok) yaitu sebagai berikut.
a) Memiliki sisi sebanyak 6 buah.
b) Memiliki titik sudut sebanyak 8 buah.
c) Memiliki rusuk sebanyak 12 buah.
d) Bidang alas dan atasnya berbentuk segiempat.
3) Kubus
Kubus adalah prisma segiempat yang keenam sisinyaberupa
persegi yang kongruen.

Gambar 2.3. Kubus


Sifat-sifat prisma segiempat (balok) yaitu sebagai berikut.
a) Memiliki sisi sebanyak 6 buah.
b) Memiliki titik sudut sebanyak 8 buah.
c) Memiliki rusuk sebanyak 12 buah.
d) Keenam sisinya berbentuk persegi.
b. Tabung

Gambar 2.4. Tabung


Tabung merupakan bangun ruang yang dibatasi dua lingkaranyang
sejajar dan kongruen dan dibatasai juga oleh himpunan garisgarissejajar
yang tegak lurus dan memotong dua lingkarantersebut. Rusuk tabung
berupa garis melingkar. Tabung tidakmempunyai titik sudut karena
rusuk-rusuknya tidak saling bertemu.Sifat-sifat tabung adalah sebagai
berikut.
1) Terdiri dari sisi alas, sisi atas, dan sisi lengkung.
2) Sisi alas sama dan sebangun dengan sisi atas, berbentuklingkaran.
3) Sisi lengkung disebut selimut tabung.
4) Memiliki 2 buah rusuk, berupa garis lengkung.
5) Memiliki 3 buah sisi.
6) Tidak memiliki titik sudut.
c. Limas

Gambar 2.5. Limas


SegiempatLimas merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah
poligon (segi banyak) sebagai alas dan segitiga-segitiga (yangdisebut
sisi tegak) yang memiliki satu titik sudut persekutuan (yangdisebut
puncak). Rusuk-rusuk yang melalui puncak disebut rusuktegak. Sebuah
limas dinamai menurut bentuk alasnya. Limas yangbentuk alasnya
segiempat dinamakan limas segiempat.Sifat-sifat limas segiempat
adalah sebagai berikut.
1) Memiliki 5 buah sisi.
2) Memiliki 8 buah rusuk.
3) Memiliki 5 buah titik sudut.
4) Sisi alas berbentuk segiempat.
d. Kerucut

Gambar 2.6. Kerucut


Kerucut adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah lingkaran (yang
disebut bidang alas) dan dibatasi juga oleh himpunan garis-garis yang
melalui satu titik (yang disebut puncak) dan lingkaran (bidang alas).
Sifat-sifat kerucut adalah sebagai berikut.
1) Memiliki 2 buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung.
2) Sisi alas berbentuk lingkaran.
3) Sisi lengkung bertemu di suatu titik yang disebut titik
puncakkerucut.
4) Memiliki 1 buah rusuk, berupa garis lengkung.
5) Tidak mempunyai titik sudut.

5. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini diawali dengan adanya masalah pembelajaran
matematika yang bersifat deduktif, pembelajaran di kelas V SD Negeri
Rejosari 03 Semarang masih berpusat kepada guru. Guru belum
menggunakan pendekatan matematika realistik dengan maksimal sedangkan
di lingkungan sekitar banyak benda-benda yang dapat digunakan untuk
menunjang pembelajaran matematika materi volume bangun ruang.
Hal tersebut juga berdampak pada hasil belajar siswa kelas V pada
pembelajaran matematika khususnya pada materi volume bangun ruang
masih terdapat siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah serta kurangnya antusias dan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan penelitian diatas, Proses penelitian ini akan dibagi menjadi
kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penerapan keefektifan pendekatan
matematika realistik pada materivolume bangun ruang menjadi adanya
penciptaan proses pembelajaran yang bersifat induktif, menyajikan konsep
matematika yang lebih konkrit, proses pembelajara siswa menyelesaikan
berbagai soal tentang materi volume bangun ruang berdarkan pengalaman
langsung dari siswa. Diakhir perlakuanakan adanya posttest untuk mengukur
Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik terhadap hasil belajar
matematika materi volume bangun ruang. Secara keseluruhan kerangka
berfikir pada penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Proses Pembelajaran
Matematika

Kelas Eksperimen Pembelajaran Kelas Kontrol proses


Volume bangun ruang pembelajaran materi volume
menggunakan Pendekatan bangun ruang
Matematika Realistik

Posttest Kelas Kontrol


dan Kelas Eksperimen

Pendekatan Matematika Realistik Berbantu Media


Montase Efektif Terhadap Hasil Belajar Matematika
Materi Volume Vangun Ruang Kelas V SD Negeri 03
Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran 2019/2020

6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut:
a) Ada keefektifan model problem based learning terhadap hasil belajar
materi tema indahnya kebersamaan subtema 1 kelas IV SD negeri
pandean lamper 03.
b) Hipotesis statistik
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha : Adanya Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik
Berbantu Media Montase Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi
Volume Bangun Ruang Kelas V SD Negeri 03 Rejosari Kota
Semarang Tahun Ajaran 2019/2020
Ho : Tidak Adanya Keefektifan Pendekatan Matematika
Realistik Berbantu Media Montase Terhadap Hasil Belajar
Matematika Materi Volume Bangun Ruang Kelas V SD Negeri 03
Rejosari Kota Semarang Tahun Ajaran 2019/2020

H. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri 03 Rejosari Kota
Semarang pada kelas V tahun pelajaran 2019/2020. Materi yang akan
digunakan adalah volume bangun ruang. Penelitian akan dilaksanakan
pada bulan April 2020.
2. Variabel Penelitian
Variebel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yangberbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari sehingga
memperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2016:38). Variabel penelitian sebagai berikut :
1. Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2016:39) “variabel ini sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasaindonesia sering
disebut sebagai variabel bebas”.
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadisebab perubahannya atau timbulnya variabel depende
(terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Keefektifan Pendekatan
Matematika Realistik (PMR).
2. Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2016:39) “sering disebut sebagai variabeloutput,
kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebutsebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yangdipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.
Jadi variabel terikat yang terdapat penelitian ini adalah hasil belajar
Matematika materi volume bangun ruang menggunakan Pendekatan
Matematika Realistik (PMR) pada kelas V SD Negeri 03 Rejosari Kota
Semarang.
3. Metode dan Desain Penelitian
a. Metode Penelitian
Metode yang akan digunakan penelitian adalah metode eksperimen.
Menurut Sugiyono (2016:72) “metode penelitian eksperimen dapat
diartikan sebagi metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendali”.
b. Desain penelitian
Menurut Sugiyono (2016:73) ada beberapa bentuk desain eksperimen
sebagai berikut: Pre-Experimental Designs (Nondesign) merupakan hasil
eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independen. True Experimental Design adalah
bahwa sampel yang digunakan untuk eksperimen maupu sebagai
kelompok kontrol diambil secara randomdari populasi tertentu. Jadi
cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.
Peneliti dalam menetukan desain penelitian yang akan digunakan
yaitu True Experimental Design. Ada beberapa jenis design penelitian
tersebut seperti Posttest-Only Control Design dan Pretest-posttest Control
Group Design.
Sedangkan jenis design penelitian yang digunakan peneliti adalah
Pretest-posttest Control Group Design. Pretest-posttest Control Group
Design adalah design ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara
random kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan anatara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menurut
(Sugiyono, 2016:76).
Adapun rancangan penelitian dapatdigambarkan sebagai berikut:

(Sugiyono, 2016:76)
Keterangan :
E = Kelas Eksperimen
K = Kelas Kontrol
X = Perlakuan Proses Pembelajaran
O1 = Nilai pretest kelas eksperimen
O2 = Nilai posstest kelas ekperimen
O3 = Nilai pretest kelas kontol
O4 = Nilai posstest kelas kontrol

4. Populasi, Sampel dan Sampling


a. Populasi
Menurut Sugiyono (2016:80) “populasi adalah wilayahgeneralisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitasdan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untukdipelajari
dan kemudian hari ditarik kesimpulan”.
Jadi poulasi bukanhanya orang, tetapi juga obyek dan benda–benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada
obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang
dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Populasi penelitian ini adalah siswa Kelas V SD Negeri 03
Rejosari Semarang.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2016:81) Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari poulasi harus betul-
betul representatif (Mewakili). Sampel yang akan digunakan dalam
penilitian ini adalah siswa kelas V A sejumlah 27 siswa dan kelas V
B sejumlah 25 siswa SD Negeri Rejosari 03 Semarang.
c. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan random sampling karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2016 : 82).
Random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau
tidak pandang bulu. Di dalam random sampling, semua individu baik
secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel penelitian (Sutrisno
Hadi, 2014 : 83).
Teknik ini digunakan karena peneliti menggunakan dua kelas yaitu
satu sebagai kelas kontrol dan satu sebagai kelas eksperimen.
Sampel diambil sebanyak dua kelas dari 2 kelas yang ada di kelas
V, dua kelas yang terpilih tersebut diundi mana yang menjadi kelas
kontrol dan mana yang menjadi kelas eksperimen. Adapun langkah-
langkah yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sebagai berikut :
1) Menulis kelas VA dan V B dalam potongan kertas.
2) Menggulung kertas kecil yang bertuliskan kelas.
3) Memasukkan gulungan-gulungan kecil tersebut ke dalam
kaleng atau tempat sejenis.
4) Mengocok baik-baik kaleng tersebut sehingga akan keluar
dua gulungan kertas, kemudian menentukan mana yang kelas
eksperimen dan mana yang kelas kontrol.
Berdasarkan langkah-langkah di atas di peroleh hasil bahwa yang
menjadi kelas eksperimen adalah kelas V A dan yang menjadi kelas
kontrol adalah kelas V B.
5. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016:224) Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar datayang ditetapkan.
Dalam memenuhi data-data yang diperlukan, teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes
(wawancara dan dokumentasi).
a. Tes
Meteode ini digunakan dalam penelitian untuk mendapat hasil
belajar siswa dalam memahami materi volume bangun ruang. Teknik
tes digunakan sebelum dan sesudah konsep materi disampaikan.
Dalam penelitian ini melakukan pretest dan posttest. Prestest
digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum adanya
perlakuan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) sedangkan
posttest digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa agar
dapat mengukur keefektifan pendekatan matematika realistik pada
materi bangun ruang yang sudah diberi perlakuaan.
b. Nontes
1) Wawancara
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau
kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer) (Arikunto, 2016:198).
Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan
seseorang, misal untuk mencari data tentang variabel latar belakang
murid, orang tua, pendidik, perhatian, sikap terhadap sesuatu.
Peneliti menyiapkan berbagai pertanyaan berdasarkan jumlah
siswa, karakteristik siswa, buku pedoman yang digunakan, dan
proses pembelajaran, teknik wawancara ini dilakukan kepada guru
kelas V SD Negeri 03 Rejosari Kota Semarang.
2) Dokumentasi
Menurut Arikunto (2016:201) dokumentasi, dari asal katanya
dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, natulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
Dalam metode dokumentasi yang digunakan oleh peneliti
bertujuan untuk mendapatkan data nama siswa kelas V SD Negeri
03 Rejosari, data nilai siswa, dan foto-foto pembelajaran di SD
Negeri 03 Rejosari.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk memproses data
penelitian dengan Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik Berbantu
Media Montase Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Volume
Bangun Ruang Kelas V SD Negeri 03 Rejosari Kota Semarang sebagai
berikut:
a. Analisis Instrumen Penelitian
1) Validitas

Untuk mengetahui validitas tes atau alat ukur digunakanrumus


korelasi product moment yaitu :

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi tiap item
∑X = Jumlah skor item.
∑Y = Jumlah skor total.
∑X 2
= Jumlah kuadrat di skor item X.
∑Y2 = Jumlah kuadrat di skor total Y.
ΣXY = Jumlah perkalian antara jumlah skor item X dan jumlah
skor total Y.
N = Banyaknya subyek uji coba
(Arikunto, 2016: 87).
Koefisien korelasi yang diperoleh dengan rumus tersebut
dibandingkan dengan responden pada taraf signifikan 5%. Jika
harga rhitung > rtabel maka instrumen dinyatakan valid. Sebaliknya
jika rhitung < rtabel maka item yang bersangkutan dikatakan
tidakvalid.
2) Reliabilitas
Reliabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,
2016:221). Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel
akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Dalam penelitian ini menggunakan metode K-R20 (Kuder
Richardson). Untuk mengetahui realiabilitas dapat ditentukan
dengan rumus K-R20 sebagai berikut:

Keterangan :
r11 = Realiabilitas Instrumen
n = Banyaknya butir soal
p = Proposi subjek yang menjawab dengan benar
q = Proposi subjek yang menjawab dengan salah
Σp = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
S = Standar deviasi dari tes (Arikunto, 2016: 115)

Jika harga r11 < rtabel (taraf signifikan 5%), maka instrumen
dinyatakan tidak reliabel. Tetapi apabila harga r11 > rtabel
makainstrumen dinyatakan reliabel.
Kriteria reliabilitas butir soal:
Antara 0,80 sampai 1,00 sangat tinggi

Antara 0,60 sampai 0,80 Tinggi

Antara 0,40 sampai 0,60 Cukup


Antara 0,20 sampai 0,40 Rendah

Antara 0,00 samapai 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto,2016:89)

3) Analisis Tingkat Kesukaran Soal


Taraf kesukaran butir soal diperlukan untuk mengetahui
apakah soal tersebut mudah, sedang, atau sukar. Menurut Arikunto
(2016:223) menyatakan bahwa soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang
menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran, yang diberi simbol P. Rumus untuk mencari P sebagai
berikut:

Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes
(Arikunto, 2016:223)

Dengan ketentuan :

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

(Arikunto,2016:225)

4) Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2016:226) daya pembeda soal adalah
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang
pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah)”. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan :
D = Daya pembeda
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal
itu benar
BB = Banyaknya peserta kelompok kelas bawah yang
menjawab soal itu benar
PA = Proposi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Arikunto, 2016:228)

Membandingkan daya pembeda dengan kriteria seperti berikut :

D : 0,00 - 0,20 : Jelek


D : 0,21 - 0,40 : Cukup
D : 0,41 – 0,70 : Baik
D : 0,71 - 1,00 : Baik Sekali
(Arikunto, 2016: 232)
b. Analisis Data Awal
Analisis data awal yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas dan uji homogenitas. Analisis data awal menggunakan hasil
pretest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1) Uji Normalitas Awal
Analisis data awal terdiri dari uji normalitas bertujuan untuk
mengkaji apakah sampel berasal dari populasi normal atau tidak.
Jika sampel berasal dari populasi berdistribusi normal maka analisis
datanya menggunakan statistik parametrik dan jika tidak normal
maka analisis datanya menggunakan statistik non parametrik. Untuk
mengetahui normalitas suatu sampel dari populasi yang ada bisa
menggunakan uji liliofors. Hipotesis statistika dalam uji normalitas
adalah sebagai berikut:
Ho: Sampel berasal dari data berdistribusi normal.
Ha: Sampel berasal dari data berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors adapunlangkah-
langkahnya sebagai berikut:
a) Pindahkan data nilai siswa dengan mengurutkan dari yang
terkecil sampai yang terbesar, tuliskan pada kolom Xi.
b) Ubah data nilai siswa menjadi bilangan baku z1, z2, z3,...,zn
dengan rumus:

(x dan s merupakan rata-rata dansimpangan baku sampel).


Tuliskan pada kolom zi.
c) Tentukan nilai Z tabel dengan menggunakan tabel distribusi
normal baku.
d) Kemudian dihitung peluang F(Zi) = P (Z ≤ Zi), jika nilai Z
negative Maka nilai F(Zi) adalah 0,5-Ztabel. Jika nilai Zpositif
maka nilai F(Zi) 0,5+Ztabel.
e) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ,... Zn yang ≤ Z1. Dengan
rumus:

f) Hitung selisih |F (Zi) – S(Zi)|, kemudian tentukan harga


mutlaknya.
g) Kesimpulan
Jika Lhitung < Ltabel maka H0 diterima yaitu sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Jika Lhitung > Ltabel maka H0
ditolak yaitu sampel berasal dari populasi tidak berdistribusi
normal (Sudjana, 2005:466).
2) Uji Homogenitas Awal
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dua
populasi yang berditribusi normal. Apabila sampel-sampel tersebut
mempunyai varians maka kelompok dikatakan homogen. Pada
analisis uji homogenitas data awal data yang digunakan adalah data
nilai pretest dari kedua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pada uji homogenitas dihasilkan kedua kelompok
homogen maka digunakan rumus:

Mencari varians atau standar deviasi menggunakan rumus sebagai


berikut:

Keterangan:
S12
= Standar Deviasi Kelas Kontrol
S22
= Standar Deviasi Kelas Eksperimen
n = Jumlah Subyek
Σ(tA −tA ̅ )² = Jumlah Skor
Σ(tB −tB ̅ )² = Jumlah Skor
(Sudjana, 2015:249)

c. Analisis Data Akhir


Analisis data akhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
homogenitas akhir dan uji hipotesis. Analisis data akhir menggunakan
hasil postest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1) Uji Normalitas Akhir
Analisis data akhir terdiri dari uji normalitas bertujuan untuk
mengkaji apakah sampel berasal dari populasi normal atau tidak.
Jika sampel berasal dari populasi berdistribusi normal maka analisis
datanya menggunakan statistik parametrik dan jika tidak normal
maka analisis datanya menggunakan statistik non parametrik. Untuk
mengetahui normalitas suatu sampel dari populasi yang ada bisa
menggunakan uji liliofors. Hipotesis statistika dalam uji normalitas
adalah sebagai berikut:
Ho: Sampel berasal dari data berdistribusi normal.
Ha: Sampel berasal dari data berdistribusi tidak normal.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Pindahkan data nilai siswa dengan mengurutkan dari yang
terkecil sampai yang terbesar, tuliskan pada kolom Xi.
2) Ubah data nilai siswa menjadi bilangan baku z1, z2, z3,...,zn
dengan rumus:

(x dan s merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).


Tuliskan pada kolom zi.
3) Tentukan nilai Z tabel dengan menggunakan tabel distribusi
normal baku.
4) Kemudian dihitung peluang F(Zi) = P (Z ≤ Zi), jika nilai
Znegative Maka nilai F(Zi) adalah 0,5-Ztabel. Jika nilai Zpositif
maka nilai F(Zi) 0,5+Ztabel.
5) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ,... Zn yang ≤ Z1.
Dengan rumus:

6) Hitung selisih |F (Zi) – S(Zi)|, kemudian tentukan harga


mutlaknya.
7) Kesimpulan
Jika Lhitung < Ltabel maka H0 diterima yaitu sampel berasal
daripopulasi yang berdistribusi normal.
Jika Lhitung > Ltabel makaH0 ditolak yaitu sampel berasal dari
populasi tidak berdistribusi normal
(Sudjana, 2015:466).
2) Uji Homogenitas Akhir
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians
dua populasi yang berditribusi normal. Apabila sampel-sampel
tersebut mempunyai varians maka kelompok dikatakan homogen.
Pada analisis uji homogenitas data akhir data yang digunakan adalah
data nilai posttest dari kedua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Pada uji homogenitas dihasilkan kedua kelompok
homogen maka digunakan rumus:

Mencari varians atau standar deviasi menggunakan rumus


sebagai berikut:

Keterangan:
S12
= Standar Deviasi Kelas Kontrol
S22
= Standar Deviasi Kelas Eksperimen
n = Jumlah Subyek
Σ(tA −tA ̅ )² = Jumlah Skor
Σ(tB −tB ̅ )² = Jumlah Skor
(Sudjana, 2015:249)
3) Uji Hipotesis
Uji T dua pihak Untuk mengetahui Keefektifan Pendekatan
Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Siswa Materi bangun
ruang Kelas V SD Negeri 03 Rejosari KotaSemarang Tahun Ajaran
2019/2020. Dengan membandingkan hasil posttest kelas kontrol dan
kelas eksperimen maka dapat menggunakan uji t polled varian.
Karena n1 ≠ n2 varian homogen ( 1 = 2 ), dapat digunakan rumus t-
test dengan pooledvarian, derajat kebebasannya (dk) = n1+n2-2
Analisis data akhir penelitian ini menggunakan uji t polled varian.
Adapun rumus yang digunakan untuk uji t polled varian adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
T = Koefesien
X̅ ₁ = Rata-rata kelas eksperimen
X̅ ₂ = Rata-rata kelas kontrol
n₁ = Jumlah subjek kelas eksperimen
n₂ = Jumlah subjek kelas kontrol
S₁² = Varian kelas eksperimen
S₂² = Varian kelas kontrol
(Sugiyono,2016:291)

Kriteria Ho diterima jika thitung < ttabelKelas thitung ttabel


Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik Berbantu Media Montase
Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Volume Bangun Ruang Kelas V
SD Negeri 03 Rejosari Semarang

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH

SARAS UTAMI

NPM 16120222

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2020
Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik Berbantu Media Montase
Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Volume Bangun Ruang Kelas V
SD Negeri 03 Rejosari Semarang

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang


untuk Penyususnan Skripsi

OLEH

SARAS UTAMI

NPM 16120222

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

2020
PROPOSAL SKRIPSI

Keefektifan Pendekatan Matematika Realistik Berbantu Media Montase


Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Volume Bangun Ruang Kelas V
SD Negeri 03 Rejosari Semarang

Disusun dan Diajukan oleh


SARAS UTAMI
NPM 16120222

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dilanjutkan untuk disusun menjadi


skripsi
pada tanggal …………………………………………………………..................

Pembimbing I Pembimbing II

Sukamto, S.Pd., M.Pd. Rofian, S.Pd., M.Pd.


NIP / NPP 987701131 NIP / NPP 158601471

Anda mungkin juga menyukai