Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang harus dikuasai oleh

siswa karena memegang peran penting disekolah. Pembelajaran matematika bagi

para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu

pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara pengertian-

pengertian itu. Berkaitan dengan hal ini matematika harus diajarkan dengan baik

agar siswa bisa menguasainya, karena pada dasarnya matematika sangat berguna

untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan observasi di SD Inpres 1 Tanamodindi melalui kegiatan

wawancara dengan wali kelas V diperoleh bahwa dari tahun ketahun mata

pelajaran menjadi salah satu mata pelajaran tersulit bagi siswa. Hal ini dibuktikan

dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas V tahun ajaran 2018/2019

tergolong rendah, dimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di

kelas V kurang dari 70 dengan kata lain kriteria ketuntasan minimal (KKM)

belum tercapai.

Salah satu materi matematika yang sulit dipahami siswa di kelas V yaitu

penjumlahan dan pengurangan pecahan terutama pada bagian penjumlahan dan

pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama, dimana siswa mengalami kesulitan

saat menyamakan penyebutnya. Selain itu siswa juga sering lupa dengan materi

yang diajarkan pada pertemuan sebelumnya sehingga menyebabkan hasil belajar

siswa menjadi kurang.

1
2

Kurangnya pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika di sekolah

antara lain disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Slameto (2010) faktor

tersebut dapat diuraikan dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal berupa kemampuan, minat, bakat, motivasi, kesiapan

belajar dan lain-lain, sedangkan faktor eksternal berupa kurikulum, sarana dan

prasarana, kemampuan professional guru, lingkungan dan sebagainya.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

penggunaan model maupun pendekatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah.

Model maupun pendekatan dalam pembelajaran di kelas sering terjadi karena

didominasi dengan belajar langsung sesuai teori dan penggunaan rumus dalam

materi itu sendiri sehingga menimbulkan paradigma yang berbeda tentang

bagaimana siswa belajar, bagaimana guru mengajar, dan apa yang dipelajari

siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru diharapkan dapat menggunakan

pendekatan, model, dan strategi pembelajaran yang bervariasi yang memberi

perhatian cukup pada pemahaman siswa terhadap konsep matematika untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Untuk itu guru dapat

menggunakan pendekatan pembelajaran matematika yang tepat digunakan dalam

mengajar dan erat kaitannya dalam menciptakan situasi belajar mengajar

berdasarkan konteks keseharian siswa yang ada di lingkungan siswa, serta

memungkinkan siswa dapat mengkonstruksi pemikirannya sendiri untuk

menemukan konsep matematika yaitu dengan pendekatan matematika realistik.


3

Pembelajaran matematika realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan

dalam pembelajaran matematika yang menggunakan masalah kontekstual sebagai

titik awal pembelajaran. Masalah yang dimaksud adalah masalah yang berkaitan

dengan kehidupan sehari-hari. Dengan PMR siswa diberikan kesempatan dalam

menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri menggunakan

pengalaman yang telah dilakukan secara langsung sebelum diarahkan pada

penyelesaian matematika formal, dengan demikian siswa diperlukan sebagai

partisipan yang aktif dalam pembelajaran sehingga dapat mengembangkan ide-ide

matematika untuk memahami materi-materi dari matematika itu sendiri.

Diharapkan dengan PMR pelajaran tersebut bermakna bagi siswa sehingga

mereka termotivasi untuk terlibat dalam pelajaran.

Pembelajaran matematika realistik harus berorientasi pada realita dan

pengalaman siswa serta memberikan kesempatan bagi siswa untuk

mengembangkan dirinya sendiri, memahami suatu konsep tentang matematika dan

pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya dalam

penjumlahan pecahan, dimana siswa tidak hanya semata-mata diajarkan mengenai

cara menjumlahkan pecahan, tetapi juga memiliki pengetahuan dasar tentang apa

yang dimaksud dengan pecahan di dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang

membuat peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan menerapkan

pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berminat melakukan penelitian dengan

judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik untuk


4

meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Tanamodindi pada Materi

Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah penerapan pembelajaran matematika realistik

(PMR) Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Inpres 1

Tanamodindi Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas V SD Inpres 1 Tanamodindi dengan penerapan pembelajaran

matematika realistik (PMR) pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat untuk kita semua

baik yang langsung maupun tidak langsung :

1. Bagi Siswa

Membantu siswa membangun pemahaman matematika realistik

mereka secara benar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan

siswa dapat mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi guru

Guru dapat termotivasi untuk menggunakan pembelajaran matematika

realistik pada pokok bahasan yang lain.

3. Bagi Sekolah
5

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

upaya perrbaikan pembelajaran matematika khususya di SD Inpres 1

Tanamodindi.

4. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman langsung kepada

peneliti dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik.

1.5 Batasan Istilah

Untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran tentang istilah dalam

penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan istilah sebagai berikut:

1. Hasil belajar yang dimaksud adalah nilai tes siswa kelas V SD Inpres 1

Tanamodindi setelah menggunakan pendekatan pembelajaran matematika

realistik yang diukur melalui tes dan hasil observasi.

2. Pecahan adalah beberapa bagian dari keseluruhan. Pecahan dapat diartikan

sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Pecahan juga dapat dikatakan sebagai

a
bilangan yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b bilangan cacah, a
b

disebut pembilang dan b disebut penyebut.

3. Pendekatan pembelajaran matematika realistik yang dimaksud adalah konsep

pembelajaran yang memberikan kemudahan bagi guru matematika dalam

mengembangkan konsep-konsep dan gagasan-gagasan matematika bermula

dari dunia nyata. Dunia nyata tak berarti konkret secara fisik dan kasat mata,

namun juga termasuk dapat dibayangkan oleh fikiran anak. Pendekatan

pembelajaran matematika realistik ini yaitu dengan menggunakan kertas lipat

atau kertas yang dapat dilipat pada materi penjumlahan pecahan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan Pendekatan Pendidikan

Matematika Realistik yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kusnar (2017) dengan judul penelitian

“Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi memecahkan masalah

perhitungan yang melibatkan uang melalui pendekatan pembelajaran

matematika realistik di kelas III SDN 2 Pinembani”. Adapun hasil penelitian

ini adalah untuk tes awal tingkat pemahaman siswa hanya mencapai 40,0%

dengan kategori sangat kurang, pada siklus I berada dalam kategori cukup

dengan hasil 9 dari 15 siswa dinyatakan tuntas belajar secara individu

sehingga diperoleh nilai rata-rata 63,0% berkategori cukup dan hasil

ketuntasan belajar klasikal 60,0% berkategori cukup. Sedangkan pada siklus II

telah terjadi peningkatan hasil belajar, hal ini dilihat dari hasil observasi

aktivitas siswa dan guru berada pada kategori sangat baik dan hasil tes akhir

tindakan siklus II, 14 dari 15 siswa dinyatakan tuntas belajar individu,

sehingga diperoleh nilai rata-rata 91,7 berkategori sangat baik dan hasil

ketuntasan belajar klasikal sebesar 93,3% berkategori sangat baik.

2. Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Normanisasi (2012) dengan judul

“Penerapan pembelajaran matematika realistik (PMR) untuk meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi menentukan persentase untung-rugi di kelas

VIIB SMP Negeri 7 Palu”. Adapun hasil penelitian ini adalah berdasarkan

6
7

analisis lembar observasi kegiatan guru diperoleh presentase nilai rata-rata

sebesar 89,7%, pada siklus 2 presentase nilai rata-rata sebesar 95,5%.

Sedangkan untuk analisis lembar observasi siswa siklus 1 dan 2 diperoleh

presentase nilai rata-rata sebesar 61,7% dan 79,6%. Pada siklus 1 peneliti

mengadakan tes akhir pada pertemua kedua, jumlah siswa yang mengikuti tes

tersebut sebanyak 30 orang siswa dan diperoleh informasi bahwa 18 orang

siswa memperoleh nilai ≥ 65 sedangkan 12 orang siswa memperoleh nilai <

65. Sehingga presentase ketuntasan belajar klasikal pada siklus 1 sebesar 60%.

Besar presentase di atas belum mencapai nilai ketuntasan yang ditetapkan

yaitu ≥ 75%. Berdasarkan hasil tes akhir hasil belajar siswa masih harus

ditingkatkan. Setelah dilaksanakan siklus 2 dan analisis tes akhir tindakan

diperoleh bahwa dari 28 siswa terdapat 23 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65

dan 5 orang siswa yang memperoleh nilai < 65. Sedangkan ketuntasan klasikal

siswa adalah 82,1%. Walaupun presentase ketuntasan ini belum mencapai

nilai yang sempurna namun hasil ini telah mencapai kriteria ketuntasan

klasikal yang ada disekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

yang dilakukan dalam penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dari

penelitian yang dilakukan di atas yaitu :

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan terhadap penelitian yang relevan.

Persamaan Perbedaan
1. Menggunakan pendekatan 1. Tempat dan lingkungan penelitian
pembelajaran matematika realistik 2. Materi pelajaran
2. Tujuan penelitian meningkatkan 3. Subjek penelitian
hasil belajar siswa 4. Hasil belajar siswa yang diperoleh
3. Jenis penelitian PTK
8

4. Menggunakan dua siklus

2.2. Kajian Pustaka

2.2.1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

kegiatan belajar. Belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang

berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relative

menetap (Nashar, 2004).

Menurut sagala (2005), kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari

kegiatan psikis dan fisik yang saling bekerjasama secara terpadu dan

komprehensif intergral. Sejalan dengan itu, belajar dapat difahami sebagai

berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian.

Kemudian, menurut Dimyati (2009), hasil belajar merupakan tujuan akhir

dilaksanakannya kegiatan pembelajaran disekolah. Hasil belajar dapat

ditingkatkan melalui kegiatan pembelajaran disekolah. Hasil belajar dapat

ditingkatkan melalui kegiatan yang dilakukan dengan sistematis menuju suatu

perubahan yang positif. Sehubungan dengan pendapat tersebut, wahidmurni

(2010) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar jika

ia mampu menunjukan perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut

dari segi kemampuan berfikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu

objek.

Suprijono (2009) juga berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut :


9

1. Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk

bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik

terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan

manipulasi symbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-

prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan

melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam

memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi

dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-

nilai sebagai standar perilaku.

Untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa maka perlu diadakan

penilaian. Penilaian terhadap siswa dapat dilaksanakan pada saat proses

pembelajaran berlangsung ataupun setelah pembelajaran dilaksanakan dalam

kurun waktu tertentu.


10

Berdasarkan beberapa penjelasan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran yang

memberikan perubahan serta memperoleh pengalaman belajar, pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan sikap siswa terhadap pembelajaran.

2.2.2. Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran matematika adalah suatu proses dimana pengetahuan yang

berupa hasil belajar siswa diciptakan oleh siswa sendiri melalui transformasi

pengalaman siswa sendiri (Aisyah, 2007). Pembelajaran matematika merupakan

suatu proses untuk menciptakan lingkungan belajar bagi siswa agar terkondisikan

dalam belajar matematika. Pembelajaran matematika juga menggunakan suatu

desain yang mengoptimalkan siswa dalam belajar matematika sehingga terciptalah

belajar matematika yang optimal(Muhsetyo, 2007).

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi

reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu

cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun

penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah

mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan

sesuatu hal yang baru (Heruman, 2007).

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pembelajaran matematika adalah

suatu proses menemukan konsep dan ide matematika agar pembelajaran menjadi

tidak membosankan dengan cara menkonstruksi dan masalah-masalah dapat

dibayangkan atau yang pernah dialami yang berkaitan dengan dunia nyata.
11

2.2.3. Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan

Konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan meliputi :

1. Pengertian Pecahan

Pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam

ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang

biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang.

Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan

dinamakan penyebut (Heruman, 2007). Pecahan juga dikatakan sebagai bilangan

a
yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b anggota bilangan cacah, a
b

disebut pembilang dan b disebut penyebut.

2. Penjumlahan Pecahan

Penjumlahan pecahan terbagi dua yaitu penjumlahan pecahan berpenyebut

sama dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Pada pecahan yang

berpenyebut sama, cara mengoperasikannya yaitu dengan menjumlahkan

pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap. Adapun penulisan dua

penyebut yang sama ditulis menjadi satu penyebut saja, agar terbentuk dalam

pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut harus sama dan tidak dijumlahkan.

Sedangkan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama cara

mengoperasikannya yaitu dengan menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut,

yaitu dengan menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK).

4 5
Contoh 1 : + = ………….
8 8

4 5 4+ 5 9
Penyelesaian : + = =
8 8 8 8
12

2 3
Contoh 2 : + = ………….
3 4

Penyelesaian : KPK dari 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15….

KPK dari 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20….

Bilangan kelipatan 3 dan 4 adalah 12 jadi :

2 3 8 9 8+9 17
+ = + = =
3 4 12 12 12 12

3. Pengurangan Pecahan

Pengurangan pecahan terbagi dua yaitu pengurangan pecahan berpenyebut

sama dan penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama. Pada pecahan

yang berpenyebut sama, cara mengoperasikannya yaitu dengan

mengurangkan pembilang-pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.

Adapun penulisan dua penyebut yang sama ditulis menjadi satu penyebut

saja, agar terbentuk dalam pemikiran siswa bahwa bilangan penyebut

harus sama dan tidak dijumlahkan. Sedangkan pengurangan pecahan

berpenyebut tidak sama cara mengoperasikannya yaitu dengan

menyamakan penyebut kedua pecahan tersebut, yaitu dengan menentukan

kelipatan persekutuan terkecil (KPK).

2.2.4. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan teori

belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Pendekatan Pembelajaran

matematika realistik adalah suatu pendekatan di mana matematika dipandang

sebagai suatu kegiatan manusia. Kata realistik diambil dari salah satu diantara
13

empat pendekatan dalam pendidikan matematika. Menurut klasifikasi Treffer

(Maulana, 2015) yaitu mekanistik, empirik, strukturalistik dan realistik.

Mekanisme artinya cara mengerjakan suatu masalah secara teratur, empirik

artinya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari,

strukturalistik artinya cara menyusun suatu konsep atau unsur-unsur dengan pola

tertentu dan realistic artinya bersifat nyata.

Pendekatan Matematika Realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan

realitas lingkungan yang dipahami oleh peserta didik untuk memperlancar proses

pembelajaran matematika sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika

secara lebih baik dari pada masa lalu. Realistik adalah hal-hal yang nyata atau

konkret yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan.

Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa

berada baik lingkungan sekolah, maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa.

Lingkungan ini disebut kehidupan sehari-hari siswa (Nisbah, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pendekatan PMR

dapat dipahami peserta didik dengan memberikan kesempatan menemukan

konsep atau ide-ide matematika dari dunia nyata dengan bimbingan guru.

Realistik dalam pengertian tidak hanya pada situasi yang ada didunia nyata, tetapi

juga dengan masalah yang dapat mereka bayangkan. Jadi, dengan demikian PMR

menggunakan situasi dunia nyata atau sesuatu konteks nyata sebagai titik tolak

belajar matematika.

2. Prinsip Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik


14

Menurut Asikin (Shofia, 2013), tiga prinsip utama pendekatan

pembelajaran matematika realistik adalah :

(1) Guided Reinvention dan Progressive Mathematization

Yaitu melalui topik-topik yang disajikan, siswa harus diberi kesempatan

untuk mengalami sendiri proses yang sama sebagaimana konsep matematika

ditemukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memasukan sejarah matematika,

memberikancontextual problem yang mempunyai berbagai solusi yang sama, serta

perencanaan alur belajar sedemikian rupa sehingga siswa menemukan sendiri

konsep atau hasil. Situasi yang berisikan fenomena dan dijadikan bahan serta area

aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari keadaan nyata.

Dalam hal ini, matematisasi horizontal dan vertikal haruslah dijadikan dasar untuk

berangkat dari tingkat belajar matematika secara real ketingkat belajar matematika

secara formal. Matematisasi horizontal meliputi pengidentifikasian, perumusan,

dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentransformasian

masalah dunia real ke masalah matematik. Sedangkan matematisasi vertikal

meliputi representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan

penyesuaian model matematika, penggunaan model-model yang berbeda, serta

penggeneralisasian.

(2) Didactial Phenomenolgy

Topik matematika disajikan atas dua pertimbanganyaitu aplikasinya serta

kontribusinya untuk pengembangan konsep-konsep matematika selanjutnya.

(3) Self Developed Models


15

Merupakan jembatan bagi siswa dari situasi real ke situasi konkrit atau

dari matematika informal ke matematika formal. Artinya siswa membuat

model sendiri dalam menyelesaikan masalah. Pertama adalah model suatu

situasi yang dekat dengan siswa. Dengan generalisasi dan formalitas

model tersebut akan berubah menjadi model-of masalah tersebut. Model-of

akan bergeser menjadi model-for masalah yang sejenis, kemudian pada

akhirnya akan menajdi pengetahuan.

3. Karakteristik dalam Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

PMR mencerminkan pandangan matematika tertentu mengenai bagaimana

anak belajar matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan. Pandangan

ini tercermin dalam enam karakteristik yaitu : kegiatan, nyata, bertahap, saling

menjalin, interaksi dan bimbingan (Setyawan dkk, 2010).

1. Kegiatan

Siswa harus diperlakukan sebagai partisipan aktif dalam proses

pengembangan seluruh perangkat perkakas dan wawasan matematis

sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan dalam situasi masalah yang

memungkinkan iya membentuk bagian-bagian masalah tersebut dan

dikembangkan secara bertahap.

2. Nyata (Konstektual)

Matematika realistis harus memungkinkan siswa dapat menerapkan

pemahaman matematika dan perkakas/alat matematikanya untuk

memecahkan masalah. Hanya dalam pemecahan masalah siswa dapat

mengembangkan alat matematis dan pemahaman matematis.


16

3. Bertahap

Belajar matematika artinya siswa harus melalui berbagai tahapan

pemahaman, yaitu dari kemampuan menemukan pemecahan informal yang

berhubungan dengan konteks, menuju penciptaan berbagai tahap

hubungan langsung dan pembuatan bagan.

4. Saling Menjalin (Keterkaitan)

Hal ini ditemukan pada setiap jalur matematika, misalnya antar topik-topik

seperti kesadaran akan bilangan, mental aritmatika, perkiraan (estimasi)

dan algoritma.

5. Interaksi

Dalam matematika realistik belajar matematika dipandang sebagai

kegiatan sosial. Pendidikan harus dapat memberikan kesempatan bagi para

siswa untuk saling berbagi dan strategi dan penemuan mereka. Dengan

mendengarkan apa yang ditemukan orang lain dan mendiskusikan temua

ini, siswa mendapat ide untuk memperbaiki strateginya.

6. Bimbingan

Pengajar maupun program pendidikan mempunyai peranan terpenting

dalam mengarahkan siswa untuk memperoleh pengetahuan. Mereka

mengendalikan proses pembelajaran yang lentur untuk menunjukan apa

yang dipelajari untuk menghindarkan pemahaman semu melalui proses

hafalan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Matematika

Realistik
17

Adapun kelebihan dari penerapan pendekatan PMR yaitu :

1. Siswa lebih termotivasi karena materi yang disajikan terkait dengan

kehidupan sehari-hari

2. Materi yang disajikan lebih lama membekas dipikiran siswa karena

siswa dilibatkan aktif dalam pembelajaran.

3. Melatih siswa untuk terbiasa berfikir

4. Siswa merasa dihargai dan semakin terbuka karena setiap jawaban

mempunyai nilai.

Kekurangan dari penerapan pendekatan PMR yaitu :

1. Tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan

kontekstual

2. Membutuhkan waktu yang lama

3. Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran

saat itu, dengan memanipulasi benda-benda nyata yang dapat

digunakan sebagai perantaranya seperti buah, kue, kertas, karton, dan

benda-benda lain yang dapat dijadikan alat peraga.

5. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

Secara umum langkah-langkah atau fase pendekatan pembelajaran

matematika realistik menurut Hobri (2009: 170-172) sebagai berikut :

a. Langkah pertama

Memberikan masalah kontekstual, yaitu guru memberikan masalah

kontekstual dalam kehidupan sehari-hari pada siswa dan meminta siswa

untuk memahami masalah tersebut.


18

b. Langkah kedua

Menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami masalah

siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi

dari soal dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk atau berupa saran

seperlunya, terbatas pada bagian tertentu dari permasalahan yang belum

dipahami siswa.

c. Langkah ketiga

Menyelesaikan masalah kontekstual, siswa secara individu dan kelompok

menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Dengan

menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal dan guru memotivasi

siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.

d. Langkah keempat

Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, guru menyediakan waktu

dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan

jawaban secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide

yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses

belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.

e. Langkah kelima

Menyimpulkan, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik

kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

2.3. Kerangka Pemikiran

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan adalah

guru dan siswa, oleh karena itu proses pembelajaran harusnya mendapatkan
19

perhatian oleh guru agar mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan mendorong siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi dari guru kelas V di sekolah tersebut

pada mata pelajaran matematika mengenai materi penjumlahan dan pengurangan

pecahan terlihat masih sangat rendah, dimana dengan hasil tes yang diberikan

kepada siswa kelas V yang terdiri dari 28 orang yang mengerjakan soal tersebut

hanya terdapat 7 orang siswa yang memperoleh nilai diatas 65 yang lainnya

kurang dari 65. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami konsep

penjumlahan dan pengurangan pecahan, karena pembelajaran yang diterapkan di

kelas lebih banyak didominasi dengan belajar langsung sesuai teori dan

pengguanaan rumus di dalam materi itu sendiri. Berdasarkan masalah-masalah

yang ditemukan oleh peneliti di kelas V SD Inpres 1 Tanamodindi peneliti

melakukan penelitian yang mencoba menerapkan pendekatan pembelajaran

matematika realistik dimana mengajak anak-anak mengenal matematika dimulai

dari kehidupan sehari-hari mereka kemudian mengapliksikannya kedalam

matematika formal untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Inpres 1

Tanamodindi.
20

g
Rendahnya hasil belajar
Kondisi Awal siswa di kelas V SDN Inpres
1 Tanamodindi

Tindakan yang akan


dilakuakan Menerapkan penedakatan
pembelajaran matematika
realistik

Kondisi yang diharapkan Dengan menerapkan


model penedekatan
pembelajaran matematika
realistik , dapat
meningkatkan hasil
belajar siswa dikelas V SD
Inpres 1 tanamodindi

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Penelitian


21

Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini jika

diterapkan pendekatan pembelajaran matematika realistik maka hasil belajar

matematika pada siswa kelas IV SD Inpres 1 Tanamodindi dapat ditingkatkan..


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Dalam buku Penelitian Tindakan Kelas Wibawa (2004:3) “penelitian

tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah

aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan".

Taniredja (2010:16) “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

mengangkat masalah-masalah yang aktual yang dilakukan oleh para guru yang

merupakan pencermatan kegiatan belajar yang berupa tindakan untuk

memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih

profesional”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas adalah suatu proses daur ulang yang terdiri dari beberapa

tahap yaitu mengembangkan percencanaan, melakukan tindakan sesuai rencana,

observasi, pengamatan terhadap tindakan serta pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika materi

penjumlahan pecahan melalui pendekatan PMR.

3.2. Rancangan Penelitian

Desain penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap penelitian tindakan

kelas yang tiap tahap disebut siklus. Model penelitian ini mengacu pada

modifikasi diagram yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTaggart dalam

(Tukiran Taniredja,dkk, 2010:24), seperti yang terlihat pada gambar. Tiap siklus

22
23

dilakukan beberapa tahap , yaitu : 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan

tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi.

Adapun skema alur tindakan yang direncanakan dalam penelitian ini

disajikan sebagai berikut :

Keterangan
0 : Pratindakan
1 : Rencana
2 : Pelaksanaan
3 : Observasi
4 : Refleksi
5 : Rencana
6 : Pelaksanaan
7 : Observasi
8 : Refleksi
A. : Siklus 1
B. : Siklus 2

(Tukiran Taniredja, dkk, 2010)

Gambar 3.1. penelitian tindakan model Kemmis dan McTaggart

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SD Inpres 1 Tanamodindi, Kota Palu. Peneliti

memilih sekolah ini karena peneliti melihat adanya permasalahan yang dimana

mesih rendahnya hasil belajar siswa terutama dalam mata pelajaran Matematika

pada materi Penjumlahan dan pengurangan pecahan.


24

3.3.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah dilakukan pada semester genap tahun ajaran

2018/2019.

3.4. Setting dan Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Inpres 1

Tanamodindi yang berjumlah 28 orang siswa, terdiri dari 19 orang siswa laki-laki

dan 9 orang siswa perempuan yang terdafar pada tahun ajaran 2018/2019.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa ciri-ciri, sifat-sifat, kedaan atau

gambaran dari kualitas objek yang diteliti. Sebagai contoh, data mengenai kualitas

suatu produk yaitu baik, sedang, kurang. Sementara data kuantitatif diperoleh dari

hasil evaluasi berupa penilaian terhadap kemampuan siswa setelah tindakan

penelitian.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan melalui dua cara yaitu :

a) Tes yaitu data yang diperoleh dari hasil pekerjaan siswa dalam

mengerjakan tes yang berupa kuis pada akhir pembelajaran. Tes ini

diberikan dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan tiap

siklusnya.

b) Observasi yaitu data berupa hasil aktivitas siswa selama kegiatan

pembelajaran.
25

3.7. Instrumen Penelitian

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang

digunakan, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian

(masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes dan non

tes.

3.7.1. Instrumen non tes

Lembar observasi memuat aspek-aspek yang penting dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan peneliti untuk memperoleh gambaran baik yang

bersifat umum maupun khusus yang berkenaan dengan aspek-aspek pembelajaran

yang dikembangkan. Berdasarkan lembar observasi ini digunakan sebagai data

dalam menganalisis temuan untuk memberikan gambaran pembelajaran yang

relatif lengkap.

3.7.2. Instrumen Tes

Untuk instrumen tes yaitu soal-soal yang diberikan kepada peserta didik

setelah proses pembelajaran berlangsung. Nilai skor yang diperoleh peserta didik

menjadi penentu keberhasilannya dalam menguasai materi.

3.8. Teknik Analisis Data

Ada dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini untuk menentukan

berhasil atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan pendekatan PMR, maka

digunakan skor penilaian sebagai berikut :


26

3.8.1. Data Kuantitatif

Data kuntitatif diperoleh dari tes awal dan tes akhir Data tersebut

kemudian diolah dan dinyatakan dalam bentuk persentase yang dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut.

1. Ketuntasan Belajar Individu (KBI)

Skoryangdiperole h siswa
KBI = x 100
skormaksimumsoal

Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu jika ketuntasan belajar

individu ≥ 70

2. Ketuntasan belajar secara klasikal (KBK)

Jumla h siswayangtuntas
KBK = x100%
jumla h seluru h siswa

Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar secara klasikal jika ≥ 80% siswa

yang telah tuntas.

3.8.2. Data Kualitatif

Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah

proses pengumpulan data yang diperoleh dari aktivitas guru dan siswa. Untuk

analisa kegiatan siswa dalam pembelajaran dan hasil observasi guru menggunakan

analisis presentase sekolah. Untuk indikator sangat baik diberi skor 5, baik diberi

skor 4, cukup diberi skor 3, kurang diberi skor 2 dan sangat kurang diberi skor 1.

Selanjutnya presentase nilai rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :
27

Jumlah skor perolehan


Presentase nilai rata-rata (NR) = X 100%
Skor maksimum

Tindakan dianggap berhasil apabila nilai rata-rata (NR) aktivitas guru dan

aktivitas siswa minimal berada pada kategori “baik”.

Kriteria nilai rata-rata (NR).

Tabel 3.1 Kriteria Keberhasilan

Interval Nilai Interval Presentase (%) Kriteria

63 ≤ NR ≤ 75 84 ≤ NR ≤ 100 Sangat Baik

51 ≤ NR < 63 68 ≤ NR < 84 Baik

39 ≤ NR < 51 52 ≤ NR < 68 Cukup

27 ≤ NR < 39 46 ≤ NR < 52 Kurang

15 ≤ NR < 27 20 ≤ NR < 46 Sangat Kurang

Wilma (Fredianto, 2015 : 45)

3.9. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini terdiri dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan

tahap pelaksanaan tindakan.

3.9.1. Tahap Pra Tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Mengkonfirmasi teman sejawat (Observer) dan memastikan kesediaannya

mendampingi peneliti.

b. Melakukan konsultasi kedosen pembimbing untuk pemantapan

pelaksanaan tindakan.

c. Melaksanakan tes awal.


28

3.9.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilakukan secara bersiklus dan terdiri dari empat

fase: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi, 4) Refleksi. Adapun

kegiatan-kegiatan dalam setiap siklus terdiri dari empat tahap sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan

diajarkan dengan menerapkan Pendekatan PMR dalam kegiatan

pembelajaran.

2. Membuat lembar observasi terhadap guru dan siswa selama proses

belajar mengajar di kelas.

3. Membuat lembar kegiatan dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan

untuk melaksanakan pembelajaran.

4. Menyiapkan tes akhir tindakan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang diiaksanakan pada tahap ini didasarkan pada rencana

pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan, yaitu dengan

menggunakan Pendekatan PMR.

c. Observasi

Pada tahap ini diiaksanakan proses kegiatan pembelajaran di kelas dengan

menggunakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa maupun


29

peneliti yang akan dilakukan oleh teman sejawat dari SD Inpres 1

Tanamodindi.

d. Refleksi

Pada tahap ini seluruh hasil dan data yang diperoleh dari beberapa sumber

dianalisis dan direfleksikan, apakah kegiatan yang dilakukan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika Materi

penjumlahaan pecahan di kelas V SD Inpres 1 Tanamodindi. Hasil refleksi

akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan yang lebih

efektif pada siklus berikutnya.


30

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Nyimas, dkk. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD.


Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional.

Depdiknas. (2014). Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen


Dikdasmen.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di SD. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Kusnar. (2017). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Memecahkan


Masalah Perhitungan Yang Melibatkan Uang Melalui Pendekatan
Pembelajaran Matematika Realistik Di Kelas III SDN 2 Pinembani.
Skripsi Sarjana Pada FKIP Universitas Tadulako Palu: Tidak diterbitkan.

Maulana, dkk. (2015). Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang:


UPI Sumedang Press.

Muhsetyo Gatot, dkk. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Muslich. (2016). Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nashar, H. (2004). Peranan Motivasi Kemampuan Awal dalam Kegiatan


Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.

Normanisasi, A. (2012). Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)


Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menentuka
Persentase Untung-Rugi Di Kelas VIIB SMP Negeri 7 Palu. Skripsi
Sarjana Pada FKIP Universitas Tadulako Palu: Tidak diterbitkan.

Setyawan, Agus. dkk. (2010). Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).


(online), Tersedia: https://easymatematika.files.wordpress.com/2013/04/z-
pembelajaran-matematika-realistik.doc diakses 16 Januari 2019.
31

Syaiful Sagala. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Albeta.

Taniredja, Tukiran, dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Purwekerto:


Alfabeta.

Wahidmurni, dkk. (2010). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Nuha Litera.

Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nisbah, F. (2013). Hakikat IPA. Semarang: Aneka Ilmu

Shofia, Renny. (2013). Metode Pembelajaran Realistik. (online). Tersedia :


www.http://shofiarenny.wordpress.com/pengetahuan-artikel-tugaskuliah/
diskusi-tentang-metode-pembelajaran-berbasis-rme-realistic-mathematics-
education/ diakses 11 januari 2019

Hobri. (2009). Model-model Pembelajaran Inovativ. Jember: Center for Soiety


Studies.

Anda mungkin juga menyukai