BAB I
PENDAHULUAN
pendidikan formal peran guru dan peserta didik tidak lepas dari pembelajaran
bahwa belajar matematika pada dasarnya adalah belajar konsep. Salah satu tujuan
melaksanakan kegiatan untuk memperbaiki tingkah laku yang lebih baik. Tidak
ada belajar jika tidak ada aktivitas. Dengan adanya aktivitas pembelajaran akan
baik yaitu diperlukan adanya interaksi yang baik antara guru dan siswa sehingga
semua informasi yang diberikan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Salah satu manfaat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika adalah siswa
kelas VIII SMP ADVENT 2 MEDAN pada saat proses pembelajaran berlangsung.
persiapan siswa untuk menerima materi pelajaran kurang. (1) Siswa kurang
Adapun siswa membawa buku catatan dan buku latihan yang tidak lengkap. (2)
ketika guru menjelaskan materi ada beberapa siswa mengantuk. (3) Kurangnya
perhatian dalam proses belajar dimana siswa melakukan kegiatan yang tidak ada
menjadi ribut, mengganggu teman da nada juga siswa keseringan minta izin pergi
ke kamar mandi. (4) Kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru saat
pelajaran.
kegiatan belajar mengajar dan setiap siswa hanya mendengar dan mencatat apa
yang disampaikan oleh guru sehingga membuat siswa kurang terlibat dalam
latihan yang dikerjakan secara individu. Calon peneliti melihat guru hanya diri di
depan saja saat menjelaskan dan tidak memperhatikan siswa yang dibelakang.
Metode ini lebih terlihat keaktifan guru dari pada siswa. Dengan menerapakan
metode ceramah disaat kegiatan proses pembelajaran sebagian besar siswa akan
3
buku tulis , bahkan masih banyak siswa yang ngobrol dengan teman sebangkunya.
jalan ke depan, bolak balik permisi ke kamar mandi dan ada pula siswa bernyayi
menjawab pertanyaan tersebut tidak banyak siswa yang ingin (antusias) untuk
menjawab dan siswa hanya menuggu teman yang lain untuk menjawab dan hanya
siswa aktif yang mau menjawab pertanyaan guru. Sebaliknya ketika siswa diminta
untuk bertanya tentang materi pelajaran yang sudah dijelaskan hanya siswa yang
Jika diberi latihan hanya beberapa siswa yang mengerjakan dengan serius
Ketika siswa diminta untuk mengerjakan soal di papan tulis, hanya siswa yang
wawancara kepada guru pengampuh mata pelajaran matematika yaitu Ibu Nova
4
Marbun, S.Pd. Dari hasil wawancara tersebut, guru mengatakan di kelas VIII
perhatian dan motivasi untuk belajar yaitu memberikan nilai tambahan dan pujian-
pujian contohnya kamu cantik, ganteng, manis, pintar dan baik. Itulah yang
Pada saat siswa diberi latihan, guru mengatakan (1) siswa hanya
menyalin pekerjaan temannnya yang lebih pintar dan tidak berusaha mencari
jawaban. Ada juga siswa yang berusaha tetapi masih banyak kesalahan. (2) siswa
tidak bisa menyelesaikan soal-soal matematika yang berbeda dari contoh soal
siswa kurang mengerti apa yang diketahui dan apa yang ditanya dari soal. (3)
Ketika siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang baru siswa mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal latihan yang sedikit berbeda dengan contoh
soal. Keadaan ini terjadi disebabkan karena siswa hanya menghafal konsep-
konsep yang diberikan tanpa memahaminya. Siswa masih terfokus pada contoh
untuk mengerjakan soal tersebut. Siswa kelas VIII kurang memahami konsep
matematika, terbukti dari nilai ulangan harian pada materi lingkaran. Guru
mengatakan bahwa persentase siswa tuntas belajar yang mampu mencapai nilai
rata-rata dan diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 adalah 21 siswa atau
5
sekitar 40,38 % dari 52 siswa. Selain observasi di kelas dan wawancara kepada
siswa kelas VIII SMP ADVENT 2 MEDAN. Tujuan memberikan minites tersebut
matematika semester dua kelas VIII yang sudah dipelajari sebelumnya. Minites
yang diberikan terdiri dari tiga buah soal dan masing-masing soal termasuk salah
yaitu siswa mampu menyatakan ulang sebuah konsep dengan skor nilai 25. (2)
atau algoritma dalam pemecahan masalah dengan skor nilai 35. (3) Menentukan
keliling lingkaran yang sudah diketahui luas lingkaran merupakan indikator dari
Gambar 1.
Dilihat dari hasil tes siswa, siswa belum tuntas belajar yang memeperoleh
nilai dibawah KKM 70 yaitu 37 orang siswa atau sekitar 71,15 % dari 52 siswa.
Ada juga 15 siswa atau 28,84 % dari 52 siswa yang tidak menjawab sama sekali.
Berdasarkan dari gambar tersebut hasil tes pemahaman kosep matematika untuk
dengan sempurna, dari delapan unsur-unsur lingkaran hanya empat yang mampu
siswa jawab. Adapun siswa menjawabnya dapat menyatakan ulang konsep tetapi
masih banyak kesalahan. Dari data yang diperoleh, presentase siswa yang mampu
Gambar 1.2
Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah
Berdasarkan indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam
matematika siswa. Hasil dari Gambar 1.2 siswa tidak dapat mengaplikasikan
siswa dapat mengerjakan proses penyelesaian dengan benar dan sempurna. Dari
data yang diperoleh, presentasi siswa yang mampu menjawab dengan sempurna
Gambar 1.3
Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah
Berdasarkan indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam
matematika siswa. Hasil dari Gambar 1.3 siswa tidak dapat mengaplikasikan
pemecahan masalah tetapi masih banyak kesalahan, akan tetapi hanya saja hasil
penghitungan yang tidak benar, untuk cara proses penyelesaian soal tersebut
sudah benar. Dari data yang diperoleh, presentasi ya hanya 19,23% atau 10 siswa
dari 52 siswa. Dari data yang diperoleh, presentasi siswa yang mengerjakan soal
seperti Gambar 1.3 hanya 13,46% atau 7 siswa dari 52 siswa. Adapun siswa tidak
menjawab sama sekali untuk soal Gambar 1.3 hanya 21,15% atau 11 siswa dari
52 siswa.
Berdasarkan hasil minites yang diberikan kepada siswa, bahwa terlihat
belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep. Oleh karena itu,
kemampuan dan kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting dalam
tentang suatu konsep dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Di
9
dalam kelas guru hanya terpaku pada metode ceramah dengan menuliskan
definisi, rumus, memberikan contoh soal, dan memberikan tugas atau latihan.
dan cepat pudar karena pengetahuan tersebut tidak dibangun sendiri oleh siswa.
Masih tergantung pada guru dan tidak berusaha mencari bahan ajar yang lain.
Calon peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa yang tidak bisa sama
sekali menjawab mini tes tersebut. Siswa mengatakan yaitu: Soalnya berbeda
dengan soal yang diberikan kepada guru matematika yang mengajar dikelas VIII
dan soal yang diberikan calon peneliti sulit dipahami dipahami siswa, siswa
merasa pusing menjawab, siswa belum mengerti untuk mencari luas lingkaran dan
tampak aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep matematika siswa masih
rendah di kelas VIII SMP ADVENT 2 MEDAN. Oleh karena itu diperlukan suatu
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran.
telah ditetapkan. Model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif
meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa yang rendah akan
pembelajaran siswa yang kurang beraktivitas dan kurang jelas dalam memahami
pembelajaran secara garis besar siswa yang berperan aktif dan tidak lagi pasif.
pembelajaran antara guru dan siswa. Siswa yang aktif dalam belajar akan
diperlukan adanya pembelajaran yang aktif dan kreatif yang dilaksanakan dalam
model pembelajaran yang mampu menempatkan siswa pada posisi yang lebih
yang dimiliki siswa. Salah satu yang dapat dilakukan oleh calon peneliti dalam
(AIR).
aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematika siswa. Alasan yang kuat
tersebut ialah pada sebelumnya sudah ada penelitian relevan yang berhasil
berdasarkan isi dari latar belakang masalah tersebut. Beberapa penelitian yang
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII A SMPN 18
pertemuan dari siklus I,II dan III berturut-turut yaitu 3,5; 6,2; 9,9; 8,0; 11,4; 12,6;
dan pada siklus III aktivitas siswa dikategori sangat tinggi. Nilai rata-rata siswa
pada siklus I,II, dan III berturut-turut yaitu 41,10; 54,42; 58,42. Dari hasil yang
materi pokok Fungsi dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas
optimal terjadi pada siklus III dengan rata – rata skor mencapai 80,10, daya serap
80,10% dan ketuntasan belajar 77,41%. Pelaksanaan yang optimal terjadi pada
siswa oleh guru terkait apersepsi, selama proses pembelajaran guru berusaha
konsep dengan bahasa sendiri dan memberikan contoh atau bukan contoh supaya
penghargaan yang lebih kepada kelompok siswa yang unggul diakhir pelajaran.
intellectually repetition ditinjau dari rata – rata skor tanggapan siswa sebesar
65,06 berada dalam kategori sangat positif karena siswa tertarik dengan adanya
berlangsung di kelas.
2. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru
3. Persiapan siswa untuk menerima materi pelajaran kurang
4. Rendahnya aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung
5. Jika guru bertanya siswa tidak merespon dikarenakan siswa tidak mengerti
6. Ketika guru memberikan tugas atau latihan, siswa mengerjakan tugas mata
maka diperlukan batasan masalah agar pembahasan lebih terpokus dan terarah.
Dalam hal ini masalah yang dibahas adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar
matematika.
- Dengan menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectually
matematika.
- Membantu siswa mengembangkan kemampuan pemahaman konsep
matematika
3. Bagi peneliti
- Untuk menambah wawasan peneliti tentang model pembelajaran Auditory
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
pengalaman dan latihan. Menurut pengertian ini belajar adalah merupakan suatu
proses atau suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat akan tetapi belajar yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan atau tingkah laku. Belajar
juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak
2013:13)
3. Kemudian Lester D.Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk
yang telah dipelajarinya , maka belajar seperti ini disebut “rote learning”.
2013:13)
Berdasarkan uraian yang dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa
menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dari
tidak terampil menjadi terampil. Belajar akan berhasil jika seseorang mampu
mengulang kembali materi yang telah dipelajari dan mampu disampai dalam
bahasa sendiri.
18
dengan aktivitas belajar. Belajar pada hakikatnya merupakan proses atau kegiatan
aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas non fisik. Semakin banyak terlibat
aktivitas maka kadar belajar akan semakin tinggi (Karwono dan Heni, 2017:32).
Menurut Oemar Hamalik (dalam Sri dan Erni, 2015:58) mengungkapkan bahwa
aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, dimana siswa bekerja atau berperan aktif dalam
aspek-aspek lain tentang apa yang siswa lakukan. Anak akan berpikir sepanjang
ia berbuat, tanpa berbuat anak tidak berpikir. Menurut Sardiman (dalam Azizah,
dkk., 2014: 178) yang dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat
fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar ke dua aktivitas itu harus selalu
berkaitan. Aktivitas sangat diperlukan dalam belajar sebab belajar adalah berbuat,
mengubah tingkah laku dan melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada
mengajar merupakan interaksi antara siswa dengan guru. Seorang guru berusaha
dengan baik sesuai tujuan pembelajaran. Mengajar merupakan suatu upaya yang
dilakukan seorang guru agar peserta didik dapat belajar dengan maksimal. Dalam
belajar. Disaat pembelajaran peserta didik berperan aktif dalam kegiatan belajar,
oleh karena itu seorang guru hendaknya dapat merencanakan pengajaran yang
rangkuman.
5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
6. Motor activities, termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
psikomotorik.
3. Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan para siswa.
4. Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri.
5. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis, kekeluargaan,
peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran
sumber dari ilmu yang lain. Dengan kata lain, banyak ilmu-ilmu lain yang
ilmu dasar yang berkembang pesat baik materi maupun kegunaannya dalam
(IPTEK). Oleh karena itu, matematika perlu diajarkan pada semua jenjang
prinsip, dan operasi yang berhubungan dengan bilangan. Belajar matematika pada
dasarnya adalah belajar konsep yang artinya dalam mempelajari matematika siswa
21
dan diingat. Menurut Purwanto ( Any Mulyani, dkk., 2013) pemahaman adalah
paham tentang konsep matematika serta dapat menjelaskan dan menyatakan ulang
konsep matematika adalah suatu kemampuan yang paham tentang konsep dan
kembali konsep dengan bahasa sendiri yang lebih mudah dimengerti dan mampu
konsepnya
Indikator kedua yang digunakan dalam penelian adalah kemampuan siswa
kemampuan siswa dalam membedakan mana yang termasuk contoh dan bukan
berdasarkan syarat perlu atau syarat cukup yang telah telah diketahui.
6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
dan,
Indikator yang keenam dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur
pembelajaran. Menurut Joyce & Weil (dalam Daitin Tarigan 2014:58) model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh pendidik
dari awal sampai akhir yang di sajikan secara khas oleh pendidik di dalam kelas.
pembelajaran.
pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang terdiri dari tiga hal, yaitu
24
melalui pemberian tugas atau kuis. Teori yang mendukung model pembelajaran
hukum latihan (law of exercise) yang pada dasarnya menyatakan bahwa stimulus
dan respons akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat jika proses
saat belajar matematika yang terpenting adalah proses belajar siswa, guru sebagai
ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal,
antara telinga dan otak dapat dimanfaatkan secara optimal. Dalam kegiatan
dengan komunikasi lisan dan melibatkan indera telinga. Salah satu kegiatan yang
diskusi secara bergantian. Dalam presentasi tersebut ada kelompok yang berbicara
auditory adalah salah satu modalitas belajar yaitu bagaimana menyerap informasi
saat berkomunikasi ataupun belajar dengan cara mendengarkan pada kegiatan ini
siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat
mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan
hendaknya peserta didik diajak membicarakan apa yang sedang mereka pelajari,
menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal
26
dan menciptakan hubungan, makna, rencana, serta nilai dari pengalaman tersebut.
memecahkan masalah. Menurut Meier (dalam Siti dan Ati 2013:71) aspek
intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam
pemberiantugas atau kuis. Ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka
informasi ke dalam otak yang diterima melalui proses penginderaan akan masuk
pendek memiliki jumlah dan waktu yang terbatas. Proses mempertahankan ini
otak. Latihan dan pengulangan akan membantu proses mengingat, karena semakin
lama informasi tersebut tinggal dalam memori jangka pendek, maka semakin
Pengulangan ini berarti pemberian soal dan tugas, peserta didik akan mengingat
pemahaman siswa yang perluh dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas,
27
tugas latihan dan kuis. Dengan pemberian tugas diharapkan siswa lebih terlatih
mengingat apa yang telah diterima. Sementara pemberian kuis dimaksudkan agar
siswa siap menghadapi ujian atau tes yang dilaksanakan sewaktu-waktu serta
Repetition (AIR)
lebih efektif dan peserta didik bisa berlatih untuk bertanggung jawab. Dalam
anggota.
2) Siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru.
3) Setiap kelompok mendiskusikan tentang materi mereka pelajari dan
(intellectually).
28
mengekspresikan idenya.
2. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan
mereka sendiri.
4. Siswa secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
5. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam
menjawab permasalahan.
Kelemahan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition
jawaban mereka.
2.1.8 Pembelejaran Matematika di SMP
Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan di lembaga
pendidikan formal, yang merupakan salah satu bagian penting dalam upaya
29
yang berhubungan dengan banyak konsep. Konsep merupakan ide abstrak yang
(dalam Angga, dkk., 2012: 20) bahwa ”mata pelajaran matematika menekankan
matematika.
Sekolah Menengah Pertama merupakan jenjang pendidikan dasar yang
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
yang diperoleh.
30
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
2.1.9 Materi Kesebangunan dan Kekongruenan
a. Dua bangun datar dikatakan kongruen jika kedua bangun datar tersebut
Penyelesaian:
Diketahui persegi panjang ABCD dan persegi panjang EFGH. Sudut-sudut yang
∠EFG, ∠BCD bersesuaian dengan ∠FGH, dan ∠CDA bersesuaian dengan ∠GHE.
bersesuaian dengan GH, dan DA bersesuaian dengan HE. Berikut adalah panjang
AB = EF = 3 cm,
BC = FG = 2 cm,
CD = GH = 3 cm, dan
DA = HE = 2 cm.
Ternyata, diperoleh panjang sisi-sisi yang bersesuaian adalah sama. Oleh karena
sudut-sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi-sisi yang bersesuaian sama
panjang maka persegi panjang ABCD dan persegi panjang EFGH kongruen.
Setelah memahami syarat dua bangun datar kongruen, kali ini kamu
kongruen dapat digunakan untuk menentukan panjang sisi pada dua bangun datar
Panjang AB = 6 cm, CD = 10 cm, dan EH = 8 cm. Tentukan panjang GH, EF, dan
AD.
32
Penyelesaian:
dengan FG, CD bersesuaian dengan GH, dan AD bersesuaian dengan EH. Oleh
Panjang GH = CD = 10 cm,
Panjang AD = EH = 8 cm.
Jika suatu benda digeser maka bentuk maupun ukuran benda tersebut akan
tetap sama. Demikian juga bentuk dan ukuran dari benda dan bayangannya pada
cermin datar adalah sama. Untuk memahami syarat dua segitiga kongruen, kamu
juga dapat melakukan pergeseran atau pencerminan dari bangun datar segitiga
tersebut. Coba kamu perhatikan Gambar 1.3 untuk kasus pergeseran segitiga.
Gambar 1.3
Jika ΔABC digeser ke samping sejauh AE maka ΔABC akan berimpit atau
menutupi dengan tepat ΔEFG. Jadi, ΔABC kongruen dengan ΔEFG, ditulis ΔABC
≅ ΔEFG.
∠CAB = ∠GEF,
∠ABC = ∠EFG,
∠BCA = ∠FGE,
AB = EF,
BC = FG, dan
AC = EG.
segitiga pada uraian tadi maka dapat disimpulkan syarat dua segitiga kongruen
dua segitiga kongruen maka sisi-sisi yang bersesuaian (seletak) sama panjang dan
juga berlaku, yaitu jika dua segitiga yang mempunyai sisi-sisi yang bersesuaian
(seletak) sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar
dan sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang adalah kongruen. Diberikan ΔABC
dan ΔKLM yang mempunyai sisi-sisi yang bersesuaian (seletak) sama panjang
dan sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar. Jika ΔABC diimpitkan
bersesuaian sama panjang dan sudut-sudut yang bersesuaian (seletak) sama besar
ketika diimpitkan akan saling menutupi. Jadi, ΔABC ≅ ΔKLM. Berdasarkan sifat
dua segitiga kongruen tersebut, kamu dapat menurunkan syarat-syarat lain untuk
menentukan dua segitiga kongruen. Berikut akan dijelaskan tentang kondisi dari
unsur-unsur segitiga (sisi dan sudut) yang dapat menentukan dua segitiga
kongruen.
1. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Ketiga Sisinya (sisi, sisi,
sisi)
35
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari ketiga sisinya (sisi, sisi, sisi).
Jadi, ΔPQR dan ΔUVW saling menempati sehingga ΔPQR ≅ ΔUVW. Maka dapat
disimpulkan bahwa jika dua segitiga yang mempunyai sisi-sisi bersesuaian yang
sama
Jika panjang
pada diimpitkan
dua segitiga makasisi
ketiga akan saling
(sisi, sisi,menutupi
sisi) yangdengan tepat. Dengan
bersesuaian kata
sama panjang
maka
lain, kedua segitiga tersebut
kedua segitiga tersebutkongruen.
kongruen.
2. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Dua Sisi dan Sudut
Gambar 1.7
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari dua sisi dan sudut apitnya (sisi, sudut,
Jika dua segitiga dua sisinya yang bersesuaian sama panjang dan sudut apit kedua sisi
tersebut sama besar (sisi, sudut, sisi) maka kedua segitiga tersebut kongruen.
3. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Dua Sudut dan Sisi
Gambar 1.8
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari dua sudut dan sisi persekutuan dua
sudut (sudut, sisi, sudut). Jika ΔPQR diimpitkan pada ΔUVW maka:
mempunyai dua sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang merupakan
persekutuan kedua sudut tersebut sama panjang diimpitkan maka kedua segitiga
Jika dua segitiga mempunyai dua sudut yang bersesuaian sama besar dan sisi yang
merupakan persekutuan kedua sudut tersebut sama panjang (sudut, sisi, sudut) maka
kedua segitiga tersebut kongruen.
37
4. Menentukan Dua Segitiga Kongruen Dilihat dari Satu Sisi dan Dua Sudut
dilihat dari satu sisi dan dua sudut (sisi, sudut, sudut), yaitu satu sudut terletak di
sisi tersebut dan sudut yang lain terletak di depan sisi tersebut.
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari satu sisi dan dua sudut (sisi, sudut,
sudut). Karena jumlah sudut-sudut dalam segitiga adalah 180° maka berlaku:
⇔∠ABC = ∠DEF
1. ∠ABC = ∠DEF,
2. AB = DE, dan
3. ∠CAB = ∠FDE.
38
Kamu dapat mengamati bahwa ketiga keadaan tersebut memenuhi syarat (sudut,
sisi, sudut). Jadi, ΔABC ≅ ΔDEF. Apa yang dapat kamu simpulkan? Ternyata,
syarat (sisi, sudut, sudut) dapat dibawa ke bentuk syarat (sudut, sisi, sudut)
segitiga.
Jika dua segitiga satu sisinya yang bersesuaian sama panjang dan dua sudut yang
bersesuaian, yaitu satu sudut terletak di sisi tersebut dan sudut yang lain terletak di
depan sisi tersebut adalah sama besar (sisi, sudut, sudut) maka kedua segitiga tersebut
kongruen.
5. Menentukan Segitiga Kongruen Dilihat dari Satu Sudut dan Dua Sisi
Kali ini, kamu akan memahami cara menentukan dua segitiga kongruen dilihat
dari satu sudut dan dua sisi (sudut, sisi, sisi), yaitu satu sisi tempat terletaknya
sudut tersebut dan sisi yang lain terletak di depan sudut tersebut.
Kekongruenan dalam segitiga dilihat dari satu sudut dan dua sisi (sudut, sisi, sisi).
Karena RP dan US merupakan sisi-sisi yang bersesuaian dari ΔPQR dan ΔSTU
bersesuaian juga, yaitu ∠PQR dan ∠STU, dengan catatan ∠PQR dan ∠STU
39
merupakan sudut sejenis (sudut yang sama lancip atau sudut yang sama tumpul).
besar). Oleh karena jumlah sudut-sudut dalam segitiga adalah 180° maka berlaku:
Karena diketahui ∠RPQ = ∠UST dan telah diperoleh bahwa ∠PQR = ∠STU maka
berakibat,
⇔∠QRP = ∠TUS
Sehingga diperoleh:
1. QR = TU,
3. RP = US.
Kamu dapat mengamati bahwa ketiga keadaan tersebut memenuhi syarat (sisi,
sudut, sisi). Jadi, ΔPQR ≅ ΔSTU. Apa yang dapat kamu simpulkan? Ternyata,
syarat (sudut, sisi, sisi) dapat dibawa ke bentuk syarat (sisi, sudut, sisi) sehingga
Jika dua segitiga satu sudutnya yang bersesuaian sama besar dan dua sisi yang bersesuaian,
yaitu satu sisi tempat terletaknya sudut tersebut dan sisi yang lain terletak di depan sudut
tersebut adalah sama panjang (sudut, sisi, sisi) maka kedua segitiga tersebut kongruen.
datar sama.
maket gudang tersebut dibuat dengan lebar 6 cm, berapakah tinggi maket
gudang tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui lebar bagian depan gudang adalah 12 m (1.200 cm), tinggi gudang
adalah 8 m (800 cm), dan lebar maket adalah 6 cm. Misalnya, tinggi maket adalah
41
sebangun diperoleh:
1. Jika sudut-sudut yang bersesuaian pada dua segitiga sama besar maka kedua
2. Jika perbandingan panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada dua segitiga sama
3. Jika dua segitiga mempunyai satu sudut yang sama besar serta perbandingan
panjang sisi-sisi yang bersesuaian yang mengapit sudut tersebut sama maka
Penyelesaian:
∠RPQ = ∠ZXY = α,
∠PQR = ∠XYZ = β.
Karena dua sudut pada ΔPQR dan ΔXYZ sama besar maka sudut yang lain
juga sama besar. Jadi, ∠QRP = ∠YZX. Karena ketiga sudut yang bersesuaian
pada ΔPQR dan ΔXYZ sama besar maka ΔPQR dan ΔXYZ sebangun.
mengandung YZ.
QR PQ 12 6 96
= = 6 YZ=12 x 8 6 YZ=96 YZ=
YZ XY YZ 8 6
YZ=16
1. Pada suatu siang, seorang siswa yang tingginya 160 cm berdiri di samping
menara. Jika pada saat yang sama panjang bayangan siswa tersebut adalah 2
menara?
43
Penyelesaian :
160 cm, panjang bayangan siswa adalah 2 m (200 cm), dan panjang bayangan
menara adalah 8 m (800 cm). Coba kamu perhatikan bahwa sisi-sisi yang
antaranya adalah:
t 800
dalam kesebangunan di peroleh: = 200 t=800 x 160
160 200
128.000
200 t=128.00 t= t=640
200
Repetition (AIR) pada materi segi empat kelas VII SMPN 9 HARUAI tahun
siklus pertama, siswa berada pada kriteria Cukup Aktif. Kreteria tiap kategori
menjadi 10% dan pada siklus 2 dan kriteria Sangat Aktif yaitu 35% meningkat
hanya mencapai 25% meningkat menjadi 55% dan pada siklus II pertmemuan
siswa mencapai 90%. Diharapkan dengan hasil penelitian ini, bisa menjadi
peserta didik sehingga karakter tanggung jawab dan pemecahan masalah dapat
pengelolaan pembelajaran oleh guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan
teman; (3) nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 75,15; dan (4) respons
Repetition (AIR) terjadi peningkatan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
sangat penting bagi setiap pendidikan mulai dari tingkat SD sampai pendidikan
dan kerjasama antara guru dan siswa. Guru harus selalu menciptakan proses
Belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa dengan guru. Seorang guru
menjadi sumber utama dalam kegiatan belajar mengajar dan setiap siswa hanya
mendengar dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru sehingga membuat
ceramah terlihat jelas aktivitas siswa pada proses pembelajaran yaitu lima puluh
47
melihat siswa melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran
matematika yaitu siswa membuat pesawat dari buku tulis , masih banyak siswa
kamar mandi dan ada pula siswa beryanyi dibelakang. Dari paparan tersebut maka
terbukti bahwa interaksi antara siswa dan guru kurang sehingga aktivitas belajar
pemahaman konsep tersebut. Dari tiga soal yang diberikan terbukti bahwa
keseluruhnya siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar atau belum mencapai
nilai KKM (70). Siswa masih beranggapan soal tersebut susah untuk di kerjakan.
Dengan demikian dari kondisi awal yang di ketahui melalui observasi, calon
peneliti berkeinginan untuk memperbaiki masalah yang ada di dalam kelas yakni
matematika.
Model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR)
berpikir (minds-on) dan belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Adapun
Siklus selanjutnya
Siklus 2 Dalam pembelajaran pada
Dalam pembelajaran pada materi materi kesebangunan dan
kesebangunan dan kekongruenan, guru kekongruenan, guru masih
masih menggunakan model pembelajaran menggunakan model
Auditory Itellectually Repetition (AIR) pembelajaran Auditory
dengan melakukan perbaikan-perbaikan Intellectually Repetition (AIR)
pada siklus 1
bila ada perbaikan pada siklus
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
yang diterima sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dan apa adanya”. Menurut
bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik/
meningkatkan hasil belajar peserta didik baik dari aspek akademik maupun
yang berlokasi di Jl. Dr. Mansyur Gg. Berkat No. 9 Medan. Alasan memilih
sekolah SMP ADVENT 2 MEDAN adalah karena belum pernah ada penelitian di
tampak aktivitas belajar dan pemahaman konsep matematika di kelas VIII masih
tergolong rendah.
3.2.2 Waktu dan Kegiatan Penelitian
2019
Tabel 3.1
No Kegiatan Bulan
Jan Feb Mar Apri Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
52
. l
1 Persiapan
Penelitian
a. Mengurus
Perizinan
b. Koordinasi
dengan
kepala
sekolah dan
guru.
c. Penyusunan
proposal dan
instrument
d. Seminar
proposal
penelitian
2. Pelaksanaan
Penelitian
a. Siklus 1
1) Perencana
an
2) Pelaksanaa
n Tindakan
3) Observasi/P
engamatan
4) Refleksi
b. Siklus 2
1) Perencanaa
n
2) Pelaksanaa
n Tindakan
3) Obsevasi/P
engamatan
4) Refleksi
53
3. Penyusunan
Laporan/Skri
psi
a. Penyusuna
n Laporan
Penelitian
b. Pelaksanaa
n
c. Ujian
Skrisi dan
Revisi
pemahaman konsep matematika siswa yaitu hasil tes akhir pembelajaran setiap
siklus dan data kualitatif yakni hasil observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru
54
Sumber data dalam penilitian tindakan kelas ini diperoleh dari siswa
Repetition (AIR). Adapun aktivitas yang harus diamati terdiri dari kegiatan
MEDAN dan guru adalah calon peneliti. Alat yang digunakan dalam
diamati adalah (1) Visual Activities, (2) Oral Activites, (3) Listening
2. Teknik tes
siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan soal tes.
Tes yang diberikan yaitu tes untuk mengukur pemahaman konsep matematika
siswa. Bentuk tes yang diberikan berbentuk soal uraian. Tes tersebut terdiri dari 7
(tujuh) soal uraian yakni berdasarkan 7 (tujuh) indikator pemahaman konsep yang
dilakukan pada setiap akhir siklus dengan tujuan untuk mengukur pemahaman
adalah lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan tes
(AIR). Adapun tes yang digunakan adalah tes kemampuan awal (pretest) dan tes
dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru (Razax
mengingat kembali bebrapa konsep yang telah dipelajari di kelas VII. Konsep
tersebut diantaranya adalah skala dan perbandingan, bangun datar segitiga, dan
Tabel 3.2
Matematika
1. Menyatakan ulang Siswa dapat 1. √
sifat-sifat bangun
datar yaitu:
a. Persegi
b. Persegi
panjang
c. Trapesium
d. Jajar genjang
e. Belah ketupat
f. Layang-layang
2. Mengklasifikasi Siswa dapat 2. √
57
konsepnya.
3. Memberi contoh dan Siswa dapat 3. √
lancip, siku-siku,
lurus.
4. Menyajikan konsep Siswa dapat 4. √
reprentasi
matematis.
5. Mengembangkan Siswa dapat 5. √
menyelesaikan
konsep hubungan
antar sudut.
6. Menggunakan, Siswa dapat 6. √
benar.
7. Mengaplikasikan Siswa dapat 7. √
yang
berhubungan
dengan kehidupan
sehari-hari.
Keterangan:
C1 = Mengingat
C2 = Memahami
C3 = Menerapkan
matematika siswa terhadap pokok bahasan yang diberikan. Beberapa yang perlu
konsep matematika.
Tabel 3.3
Konsep Kesebangunan
No. Indikator Indikator Butir Ranah Kognitif
C1 C2 C3 C 4 C5 C6
Pemahaman Pembelajaran Soal
konsep matematika
1. Menyatakan ulang Siswa dapat 1 √
konsep
kesebangunan.
2. Mengklasifikasi Siswa dapat 2. √
syarat-syarat
kesebangunan.
3. Memberi contoh dan Dari gambar yang 3. √
contoh
kesebangunan.
4. Menyajikan konsep Siswa dapat 4. √
diberikan.
5. Mengembangkan Siswa dapat 5. √
60
dibutuhkan untuk
menyelesaikan soal
nomor 5.
6. Menggunakan, Siswa dapat 6. √
Tertentu. menggunakan
algoritma aplikasi
C1 = Mengingat
C2 = Memahami
C3 = Menerapkan
Tabel 3.3
Konsep Kekongruenan
No. Indikator Indikator Butir Ranah Kognitif
C1 C2 C3 C4 C5 C6
Pemahaman yang pembelajaran yang Soal
61
kongruen melalui
gambar yang
diberikan.
2. Mengklasifikasi Siswa dapat 2. √
konsepnya.
kongruen .
4. Menyajikan konsep Siswa dapat 4. √
representasi
matematis.
5. Mengembangkan Siswa dapat 5. √
syarat cukup.
6. Menggunakan, Siswa dapat 6. √
operasi dengan
Tertentu. menggunakan
kekongruenan.
Keterangan:
C1 = Mengingat
C2 = Memahami
C3 = Menerapkan
Tabel 3.4
Konsep Matematika
Menyatakan ulang Jawaban Kosong 0
Tidak dapat menyatakan ulang konsep 1
sebuah konsep Dapat menyatakan ulang konsep tetapi masih 2
banyak kesalahan
Dapat menyatakan ulang konsep tetapi belum tepat 3
Dapat menyatakan ulang konsep dengan tepat 4
Memberikan contoh Jawaban Kosong 0
Tidak dapat memberikan contoh dan bukan contoh 1
bukan contoh dari Dapat memberikan contoh dan bukan contoh tetapi 2
63
belum tepat.
Dapat memberikan contoh dan bukan contoh 4
dengan tepat
Mengklasifikasikan Jawaban Kosong 0
Tidak dapat mengklasifikasikan objek sesuai 1
objek menurut sifat-
dengan konsepnya.
sifat tertentu sesuai Dapat menyebutkan sifat-sifat sesuai dengan 2
dan sempurna
Menyajikan konsep Jawaban Kosong 0
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk 1
dalam bentuk
representasi matematika (gambar) tetapi belum
representasi matematis
tepat dan tidak menggunakan penggaris.
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk 2
tepat
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk 3
menggunakan penggaris.
Dapat menyajikan sebuah konsep dalam bentuk 4
kesalahan
Dapat menggunakan atau memilih prosedur atau 3
kesalahan
Dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih 3
tepat
Dapat menggunakan, memanfaatkan dan memilih 4
dengan tepat.
Siti dan Ratih (2016:79-80)
3.5.2.3 Observasi
Observer adalah guru SMP ADVENT 2 MEDAN yang
mengobservasi atau mengamati kegiatan yang dilakukan oleh calon peneliti dari
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun oleh calon peneliti.
(AIR). Lembar observasi ini diisi dengan membubuhkan tanda check list (
√ ) pada kolom yang sesuai dengan sikap yang ditunjukkan guru pada
saat pembelajaran.
Tabel 3.5
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Repetition
I Kegiatan Awal:
berdoa bersama
b. Mengecek kehadiran
siswa dan
mengkondusikan siswa
untuk belajar.
c. Menyampaikan materi
telah ditentukan.
d. Guru melakukan
apersepsi dengan
mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang
mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan
66
dipelajari.
e. Motivasi siswa.
Guru memberikan
contoh permasalahan
kehidupan sehari-hari
dapat dilebih
termotivasi.
II Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan
materi kesebangunan
dan kekongruenan
dengan menggunakan
model pembelajaran
Auditory,
Auditory intellectualy
Intellectualy, dan
repetition (AIR).
b. Mengorganisasikan Repetition
siswa-siswa ke dalam
kelompok heterogen
kepada tiap-tiap
materi.
d. Meminta siswa
berdiskusi dengan
kelompoknya untuk
67
mengerjakan LKS.
e. Membimbing
kelompok belajar
dalam mengerjakan
kesulitan.
f. Menunjuk beberapa
kelompok untuk
mempresentasikan
hasil diskusinya
sedangkan siswa
kelompok lain
menanggapi.
g. Memberikan umpan
dikerjakan secara
individu.
III Penutup
a. Membimbing siswa
membuat rangkuman.
b. Melakukan refleksi
pembelajaran.
c. Meminta siswa untuk
mempelajari materi
selanjutnya.
Keterangan :
68
keaktifan guru dalam mengelolah proses pembelajaran yang tandai dari presentase
satu alat evaluasi jenis nontes dengan jalan pengamatan dan pencatatan
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk
Tabel 3.7
belajar
1. Visual Selalu memperhatikan
materi.
Memperhatikan teman
yang sedang
memperesentasikan
seksama.
Membaca LAS pada
saat diskusi.
jawab.
Siswa mengemukakan
pendapatnya disaat
diskusi.
Siswa aktif bertanya
dimengerti.
Siswa selalu
menjawab/ merespon
yang lain.
Siswa mengomentari
kesalahan.
3. Listening Siswa tidak mengobrol
saat pembelajaran
berlangsung.
Siswa focus saat
pembelajaran
berlangsung
Siswa mendengarkan
mempresentasikan hasil
diskusi.
Siswa mendengarkan
menyampaikan
bertanya.
71
mencatat materi
berlangsung.
Siswa mengerjakan
LKS.
Siswa mengerjakan
diberikan guru.
5. Drawing Siswa dapat membuat
dan kongruen.
6. Motor Siswa berlatih dan
untuk menyelesaikan
permasalahan.
7. Mental Siswa dapat mengingat
dipelajari sebelumya
dipelajari sekarang.
Siswa langsung
mengerjakan tugas
yang diberikan
Siswa memberikan
kesempatan kepada
temannya untuk
mengemukakan
memecahkan masalah
di LKS.
Siswa ikutserta
membuat kesimpulan
pada akhir
pembelajaran.
8. Emosional Siswa menaruh minat
matematika.
Siswa terlihat
bersemangat saat
diskusi.
Siswa berani
mengajukan pertanyaan
dan mengeluarkan
73
mengikuti pelajaran
matematika dengan
diterapkannya model
pembelajaran Auditory
Intellectualy Repetition
(AIR).
Siswa tenang dan tidak
guru.
Siswa antusias
mengikuti
pembelajaran.
Keterangan :
Skor : 5 = Baik Sekali, 4 = Baik, 3 = Cukup, 2 = Kurang, 1 = Sangat Kurang
3.6 Uji Validitas Data dan Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal-soal materi
dari hasil uji coba kemudian di uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat
kesukarannya untuk mendapat butir soal yang baik. Selanjutnya diujikan kepada
dengan tepat mengukur apa yang hendak di ukur”. Artinya, jika instrumen
dikatakan valid maka data yang diperoleh dari penelitian ini juga valid. Untuk
korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi product moment
74
dengan angka kasar. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar menurut
Table 3.8
3.6.2 Reliabilitas
Suatu alat ukur (instrumen) memiliki reliabilitas yang baik bila alat
ukur itu memiliki konsistensi handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam
level yang sama), dimanapun dan kapan pun berada. Reliabilitas menurut Eko
75
∑ σi 2
(
r 11 =
n
( n−1 ) )(
1−
σ i2 )
Dengan ket:
2
σi : varians total
(Arikunto 2013:123):
( ƩX )2
2
ƩX−
2 N
σi =
N
Table 3.9
sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal yang
B
P=
JS
Dimana:
P = Indeks kesukaran
Table 4.0
kelompok atas (JA) dengan skor kelompok bawah (JB) dengan ketentuan untuk
kecil (kurang dari 100) seluruh kelompok dibagi dua sama besar 50 kelompok
B A BB
D= − =P A −PB
J A JB
Ket:
benar
benar
Table 4.1
Repetition (AIR) pada mata pelajaran matematika yang diperolehh dari lembar
sebagai berikut:
A
P a= x 100 (Eka Dkk 2015:87)
N
Keterangan:
Pa = Presentase Aktivitas Siswa
A = Jumlah skor aktivitas belajar yang diperoleh siswa
N = Jumlah Skor maksimum aktivitas belajar siswa
Table 4.2
x́=
∑ xi (sudjana dalam Tatag dan Nanang 2016:74)
n
Keterangana:
n = banyak subjek
2. Membuat daftar nilai, jika nilai ≥ 70 maka siswa “TUNTAS” dan jika nilai <
jumlah siswatuntas
presentase ketuntasan= =100
jumlah siswa
80
Tabel 4.3
2016:72)
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dari kebijakan sekolah untuk nilai
1. Presentase siswa yang mendapatkan nilai tes pemahaman konsep jika nilai ≥
beberapa tahap yang merupakan suatu siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai
dengan perubahan yang akan dicapai. Pada penelitian ini stiap siklus I tidak
maka dilaksanakan silus II. Siklus akan berhenti jika aktivitas belajar pada pokok
Siklus I
1. Permasalahan I
Berdasarkan observasi yang dilakukan calon peneliti di kelas, calon
peneliti menemukan masalah. (1) Masalah tersebut diperoleh dari aktivitas guru
dan siswa, proses pembelajaran di dalam kelas masih berpusat pada guru sehingga
sebangkunya. (2) masalah yang selanjutnya dari tes awal yang diberikan kepada
siswa yaitu tes kemampuan pemahaman konsep matematika. Berdasarkan tes awal
yang diberikan kepada siswa yang merupakan suatu tindakan untuk mengukur
matematika siswa dengan kategori sedang dan 37 siwa yang memiliki kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa dengan kategori sangat rendah. Dari hasil
menganalisa soal dan memahami apa yang diminta soal masih kurang, sisw masih
sebagai berikut:
1) Siswa tidak dapat meyatakan ulang sebuah konsep pada unsur-unsur
lingkaran tersebut.
2) Tidak dapat mengaplikasikan rumus sesuai prosedur dalam menyelesaikan
pemahaman konsep awal siswa. Hasil tes ini kemudian digunakan sebagai acuan
matematika siswa
e. Menyusun kisi-kisi kemampuan peemahaman konsep matematika siswa
f. Mempersiapakan sarana pendukung pelajaran yang mendukung pelaksanaan
tindakan, yakni: (1) Lembar Aktivitas Siswa, (2) buku mata pelajaran yang
85
relevan untuk calon peneliti. LAS digunakan untuk membantu siswa dalam
(AIR).
iii. Tes pemahaman konsep matematika untuk mengukur kemampuan
siswa
Mengecek kehadiran siswa dan mengkondusikan siswa untuk belajar
Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
Guru menyampaikan Apersepsi
Memotivasi Siswa
b. Kegiatan Inti
Guru mengorganisasikan siswa-siswa kedalam kelompok yang heterongen
LKS
menggunakan lembar observasi aktivitas guru yang telah disusun dalam proses
pembelajaran berlangsung.
siswa yang telah disusun oleh calon pendidik dalam proses pembelajaran
belakang.
3) Dokumentasi
5. Tahap refleksi I
Hasil pengamatan (observasi) yang telah dilaksanakan kemudian
dianalisis dan direfleksikan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang
matematika siswa, hasil observasi aktivitas guru dan hasil aktivitas peserta didik.
Pada tahap ini calon peneliti dibantu oleh guru atau observer
mendiskusikan data hasil observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil
pemahaman konsep matematika siswa pada tiap akhir siklus. Data yang diperoleh
segala hal yang berkaitan dengan tindakan kemudian di refleksi. Hasil kajian ini
merupakan data yang sangat mendasar untuk menyusun kegiatan tindakan pada
siklus berikutnya.
Siklus II
88
tercapai terhadap indikator kinerja penelitian yang telah ditetapkan oleh calon
peneliti, maka tindakan masih perlu dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II
diadakan perencanaan kembali dengan mangacu pada hasil refleksi I. Hal ini
siswa dan mencapai target yang telah ditentukan. Siklus II merupakan kesatuan
dari tahap permasalahan baru hasil refleksi, tahap perencanaan tindakan ke II,
Dalam diskusi II permasalahan yang akan diambil dari hasil refleksi pada
siklus I. Permasalahan yang terjadi adalah (1) hasil belajar siswa melalui tes
yang diperoleh dari siklus II. Pada rencana tindakan II, calon pendidik
lebih menarik sehingga siswa aktif dalam diskusi dan tes pemahaman konsep
pemahaman konsep matematika siswa telah meningkat dan aktivitas belajar siswa
dan guru sudah sangat baik. Karena telah meningkat, maka tidak dilanjukan pada
siklus berikutnya.