Oleh kelompok 7:
Mochamad Fachrul Rozi (18030174050)
Chusnul Fadlilah (18030174064)
Afifa Nur Arofa (19030174087)
Dewi Safina (18030174096)
2018 C
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas rahmat serta nikmat yang telah diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul ‘Materi Pembelajaran Dan Miskonsepsi Pada Kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama.’ yang isinya mencakup tentang materi pembelajaran dan miskonsepsi
apa saja yang dapat terjadi pada pembelajaran matematika kelas VIII sekolah
Menengah Pertama, untuk memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum
Sekolah yang diampu oleh ibu Dr. Endah Budi Rahaju, M.Pd.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Endah Budi
Rahaju, M.Pd. yang telah membantu menyusun makalah ini, juga dengan teman-
teman yang bersedia membantu mencari informasi serta kepada orang tua yang
senantiasa mendoakan penulis.
Surabaya, 16 November
2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI...............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
1.1 Materi pembelajaran KD 3.1 dan 4.1................................................. 3
1.2 Miskonsepsi pada KD 3.1 dan 4.1.......................................................7
2.1 Materi Pembeljaran KD 3.2 dan 4.2.................................................. 8
2.2 Miskonsepsi pada KD 3.2 dan 4.2.......................................................10
3.1 Materi pembelajaran KD 3.3 dan 4.3.................................................11
3.2 Miskonsepsi pada KD 3.3 dan 4.3.......................................................15
4.1 Materi pembelajaran KD 3.4 dan 4.4.................................................16
4.2 Miskonsepsi pada KD 3.4 dan 4.4.......................................................21
5.1 Materi pembelajaran KD 3.5 dan 4.5.................................................21
5.2 Miskonsepsi KD 3.5 dan 4.5................................................................25
6.1 Materi pembelajaran KD 3.6 dan 4.6.................................................26
6.2 Miskonsepsi pada KD 3.6 dan 4.6.......................................................32
7.1 Materi pembelajaran KD 3.7 dan 4.7.................................................33
8.1 Miskonsepsi pada KD 3.7, 3.8 dan 4.7, 4.8.........................................43
9.1 Materi pembelajaran KD 3.9 dan 4.9.................................................44
9.2 Miskonsepsi pada KD 3.9 dan 4.9.......................................................57
10.1...........................................Materi Pembelajaran KD 3.10 dan 4.10
...........................................................................................................59
10.2..................................................Miskonsepsi pada KD 3.10 dan 4.10
...........................................................................................................64
11.1............................................Materi pembelajaran KD 3.11 dan 4.11
...........................................................................................................65
11.2.......................................................Miskonsepsi pada KD 3.11 dan 4.11
...................................................................................................................67
A. Kesimpulan.....................................................................................70
B. Saran...............................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................71
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu pembelajaran kepada individu agar memiliki
pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi manusia yang kritis
dalam berpikir. Dengan pendidikan manusia menjadi mengetahui aturan-
aturan yang baik maupun buruk untuk dirinya sehingga ia dapat bertahan
hidup. Dalam dunia pendidikan, dalam hal ini yang dimaksud adalah
sekolah, terdapat istilah kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan
sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Kurikulum merupakan
hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam dunia pendidikan
karena dengan kurikulum maka tujuan pendidikan dapat tercapai karena
dengan berpedoman pada kurikulum maka kegiatan guru dan siswa dapat
dilaksanakan secara teratur dan terencana.
Dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang akan digunakan
guru sebagai pedoman materi yang akan diajarkan kepada siswanya. Setiap
materi yang diajarkan terdapat sub-sub materi yang harus dikuasai siswa.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai penjabaran materi yang
terdapat pada kompetensi dasar kelas VIII dan miskonsepsi yang
kemungkinan terjadi pada tiap kompetensi dasarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.1 dan
4.1
2. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.2 dan
4.2
3. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.3 dan
4.3
4. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.4 dan
4.4
5. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.5 dan
4.5
6. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.6 dan
4.6
7. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.7 dan
4.7
8. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.8 dan
4.8
9. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.9 dan
4.9
10. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.10
dan 4.10
11. Bagaimana materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd 3.11
dan 4.11
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.1 dan 4.1
2. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.2 dan 4.2
3. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.3 dan 4.3
4. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.4 dan 4.4
5. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.5 dan 4.5
6. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.6 dan 4.6
7. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.7 dan 4.7
8. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.8 dan 4.8
9. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.9 dan 4.9
10. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.10 dan 4.10
11. Untuk mengetahui materi pembelajaran dan miskonsepsi pada kd
3.11 dan 4.11
BAB II
PEMBAHASAN
U n =2n−1
Jawab:
U 13=2 n−1
U 13=2(13)−1
U 13=26−1
U 13=25
U n =2n
Jawab:
U n =2n
U 14=2(14)
U n =28
U n =n2
U n =n2
U 14=14 ×14
U 14=196
U n =n(n+1)
Jawab:
U n =n(n+1)
U 13=13( 13+1)
U 13=13( 14)
U 13=182
1
U n = n(n+1)
2
Jawab:
1
U n = n(n+1)
2
1
U 12= ×12(12+1)
2
U 12=6 (13)
U 12=78
jawab:
U n =2n−1
U 12=212−1
U 12=211
U 12=2048
U n =U n−13
n
Rumus mencari jumlah n suku awal merupakan Sn= (a+ Un)
2
n
ataupun Sn= (2 a+(n−1) b)
2
B. Cara Pembelajaran
Agar lebih memahami relasi dan bentuk penyajiannya, kita dapat
memberikan contoh soal berikut penyelesaian berupa penyajian relasi
sambil menjelaskan pada siswa lagi bagaimana perbedaan ketiga cara
penyajian relasi tersebut, berikut adalah contohnya.
Soal 1
Diketahui himpunan-himpunan bilangan A = {3, 4, 5, 6, 7} dan B = {4, 5,
6}. Buatlah diagram panah, himpunan pasangan berurutan dan diagram
kartesius dari himpunan A ke himpunan B yang menunjukkan relasi ‘satu
kurangnya dari’ !
Sebelum membuat penyjian relasi, maka kita akan tentukan dulu anggota
himpunan yang berpasangan dengan anggota himpunan B.
3 ∈A dipasangkan dengan 4 ∈B karena 4 = 3 + 1
4 ∈A dipasangkan dengan 5 ∈B karena 5 = 4 + 1
5 ∈A dipasangkan dengan 6 ∈B karena 6 = 5 + 1
Diagram panah
Himpunan pasangan berurutan : {(3, 4), (4, 5), (5, 6)} dengan
memberikan penjelasan bahwa yang sebagai absis adalah himpunan
pertama dan sebagai ordinat himpunan kedua. Memberikan noncontoh
dari himpunan pasangan berurutan agar siswa bisa membedakan mana
himpunan pasangan berurutan yang benar dan tidak.
Soal 2
Diketahui himpunan A={4, 5, 6, 7} dan himpunan B={0, 1, 2, 3, 4,
5}. Jika relasi himpunan A ke himpunan B adalah “lebih dari”.
Gambarkan diagram kartesiusnya
Sebelumnya kita menjelaskan bahwa harus mendata anggota yang
berpasangan dulu yaitu: 4 dengan 0, 1, 2 3; 5 dengan 0, 1, 2, 3, 4; 6
dengan 0, 1, 2, 3, 4, 5; 7 dengan 0, 1, 2, 3, 4, 5
Diagram kartesius : disajikan dengan menarik titik-titik (anggota
himpunan A dan B yang berpasangan) ke arah vertikal dan
horizontal lalu memberinya noktah pada titik-titik pertemuannya.
Kita sebagai guru juga dapat memberikan contoh lagi pada siswa.
D. Cara Pembelajaran
Berdasarkan definisi fungsi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suatu
relasi dikatakan sebagai fungsi apabila, misal relasi himpunan A ke
himpunan B maka jika semua anggota himpunan A memiliki pasangan dan
setiap anggota himpunan A memiliki tepat satu pasangan di himpunan satu
yang lain. Kita juga dapat memberikan contoh dan noncontoh dari fungsi.
Dari contoh di atas, (a) merupakan fungsi karena sesuai dengan definisi
fungsi, (b) bukan merupakan
fungsi karena ada anggota himpunan A yang memiliki lebih dari satu
pasang dan (c) bukan merupakan fungsi karena ada anggota himpunan A
3) Grafik
4) Tabel
Dengan memasukkan anggota-anggota yang berpasangan
saja.
5) Diagram persamaan fungsi
Memperhatikan himpunan pasangan berurut,
(1, 2) sama dengan (1, 2×1); (2, 4) sama dengan (2, 2×2);
(3, 6) sama dengan (3, 2×3); (4, 8) sama dengan (4, 2×4);
(5, 10) sama dengan (5, 2×5)
Kalau anggota A kita sebut x dan anggota B kita sebut y
maka . Dari maka kita
dapatkan y=2x. Sehingga dapat ditulis f(x)=2x
Alternatif Penyelesaian
Untuk x = −1, kita peroleh 4x − y = 5
4 (−1) − y = 5 substitusi x = −1
−4 – y = 5 sederhanakan
−y = 5 tambahkan kedua
ruas oleh 4
Y =9 kalikan kedua ruas
oleh −1
Untuk y = 0, kita peroleh 4x − y = 5 tulis persamaan
4x − 0 = 5 substitusi y = 0
4x = 5 sederhanakan
bagi
kedua ruas oleh 4 Tabel setelah dilengkapi
adalah
Dari tabel di atas, diperoleh pasangan berurutan (2, 3), (0, −5), (1, −1),
D. Cara Pembelajaran
Untuk
memahami
lebih jelas tentang
kemiringan
suatu garis
coba amati beberapa
garis lurus berikut.
E. Materi Esensial
Bentuk
Persamaan
Garis Lurus Dengan Kemiringan m Dan Melalui Titik (X1,Y1)
Persamaan garis lurus dengan kemiringan m melalui titik (x1,
y1) adalah y = mx + c atau y – y1 = m(x – x1)
F. Cara Pembelajaran
H. Cara Pembelajaran
4.2 Miskonsepsi pada KD 3.4 dan 4.4
SEJARAH MATEMATIKA
Pythagoras (582 SM-496 SM) lahir
di pulau Samos, di daerah Ionia,Yunani
Selatan. Salah satu peninggalan Pythagoras
yang paling terkenal hingga saat ini adalah
teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras
menyatakan bahwa kuadrat sisi miring
suatu segitiga siku-siku sama dengan
jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang lain.
Yang unik,ternyata rumus ini 1.000 tahun
sebelum masa Phytagoras. Orang-orang
Pythagoras Yunani sudah mengenal
penghitungan "ajaib” (582 SM-496 SM)
ini. Walaupun faktanya isi teorema ini telah banyak diketahui sebelum
lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dianggap sebagai temuan
Pythagoras, karena ia yang pertama membuktikan pengamatan ini secara
matematis. Pythagoras menggunakan metode aljabar untuk membuktikan
teorema ini.
BC 2= AC 2 + AB 2
a 2=b2 +c 2
Keterangan:
BC = sisi terpanjang atau hipotenusa
AC dan AB = sisi depan atau sisi samping
CARA PEMBELAJARAN
Untuk mengajarkan teorema Pythagoras, siswa perlu diajak untuk
memeriksa kebenaran dari rumus Pythagoras tersebut, caranya yaitu:
1. Meminta siswa untuk melakukan suatu kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
2. Meminta untuk memeriksa kebenaran dengan Langkah-langkah berikut.
MATERI ESENSIAL
Ada suatu masalah kontekstual yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan teorema Pythagoras.
CARA PEMBELAJARAN
Melatih siswa dengan memeberikan soal-soal kontekstual yang dapat
diselesaikan dengan menggunakan teorema Pythagoras.
Contoh Permasalahan:
CARA PEMBELAJARAN
Siswa dapat melakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
D. MEMERIKSA TRIPEL PYTHAGORAS
MATERI ESENSIAL
Tripel Pythagoras adalah panjang sisi-sisi dari segitiga siku-siku yang
dinyatakan dalam bilangan asli dan memenuhi persamaan pada teorema
Pythagoras.
CARA PEMBELAJARAN
Siswa diminta untuk melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
E. MENEMUKAN PERBANDINGAN SISI PADA SEGTIGA SIKU-SIKU
SAMA KAKI
MATERI ESENSIAL
BC :CA : AB=1:1 : √2
CARA PEMBELAJARAN
Siswa diminta untuk melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
F. MENENTUKAN PERBANDINGAN PANJANG SISI SEGITIGA YANG
BERSUDUT 30 °−60 °−90°
MATERI ESENSIAL
BC : CA : AB=2: √ 3 :1
CARA PEMBELAJARAN
Siswa diminta untuk melakukan kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
6.2 Miskonsepsi pada KD 3.6 dan 4.6
SEJARAH MATEMATIKA
SEJARAH PI(Π).
Pi (π) merupakan huruf ke enam belas
dari abjat yunani, untuk konstanta matematika
khusus dalam menghitung lingkaran, dan saat
ini dikenal sangat luas. Dikutip dari
livesceince.com. Phi (π) sudah ada sejak
dahulu kala. Simbol phi (π) sudah dikenal
sejak 4000 tahun yang lalu oleh orang-orang
babel kuno tertulis dalam sebuah papan/tablet
yang berumur antara antara 1900-1680 SM. Rhind Papyrus tahun 1650 SM
seorang dari bangsa mesir kuno pada juga menemukan hal yang serupa, dia
menghitung luas lingkaran dengan sebuah rumus dan menciptakan suatu
konstanta pi (π) perkiraan 3,1605.
Archimedes of Syracuse (287-212 SM) salah satu matematikawan
terbesar melakukan perhitungan pertama kali untuk mencari konstanta
lingkaran pi (π). Archimedes of Syracuse menghitung nilai konstanta pi (π)
dengan menggunkan teorema phytagoras untuk menemukan wilayah dua
poligon. Dia memperkiran luas lingkaran sama dengan luas poligon
beraturan yang digambar didalam lingkaran tersebut yang dibatasi oleh
1 10
garis lingkaran. Dia memperkirakan Pi (π) antara 3 dan 3 . William
7 71
Jones tahun 1706, memberikan simbol pi mirip seperti n yaitu (π). Jones
menggunakan 3,14159 sebagai perhitungan untuk Pi(π). Maka luas
lingkaran sama dengan Pi(π) diakli jari-jari lingkaran yang dikuadratkan
(πr2).
A. MENGENAL LINGKARAN
MATERI ESENSIAL
Lingkaran
Lingkaran adalah bentuk ya
ng terdiri dari semua titik
dalam bidang yang berjarak
tertentu dari titik tertentu, pusat;
ekuivalennya adalah kurva yang
dilacak oleh titik yang bergerak dalam bidang sehingga jaraknya
dari titik tertentu adalah konstan.
2. Jari-jari
Ciri-ciri:
Berupa ruas garis.
Menghubungkan titik pada lingkaran dengan titik pusat.
Simbol: OD
´ , PM
´ , QS
´
3. Diameter
Ciri-ciri:
Berupa ruas garis.
Menghubungkan dua titik pada lingkaran.
Melalui titik pusat
´ , JM
Simbol: DB ´ , SU
´
4. Tali busur
Ciri-ciri:
Berupa ruas garis
Menghubungkan dua titik pada lingkaran
Simbol: FE
´ , ŔI , SU
´
5. Apotema
Ciri-ciri:
Berupa ruas garis.
Menghubungkan titik pusat dengan satu titik di tali busur
Tegak lurus dengan tali busur
Simbol: OG
´ , PQ
´
3. Sudut pusat
Ciri-ciri:
o Terbentuk dari dua sinar garis (kaki sudut)
o Kaki sudut berimpit dengan jari-jari lingkaran
o Titik sudut berimpit dengan titik puast lingkaran
Pada gambar di bawah ini sudut pusat AOB ditulis ∠ AOB atau
α, sudut pusat JPG ditulis ∠ JPG atau β, sudut pusat KQJ ditulis
∠ KQJ atau θ
CARA PEMBELAJARAN
Dilakukan pembelajaran indirect instruction, yaitu diajarkan secara
langsung kepada siswa apa itu lingkaran dan bagaimana unsur-unsur
yang ada pada lingkaran.
Pernyataan:
“Jika sudut pusat dan sudut keliling lingkaran menghadap busur yang sama,
Maka besar sudut pusat = 2 kali besar sudut keliling”
CARA PEMBELAJARAN
Siswa diajak melakukan pembuktikan sebagai berikut
Hubungan Antara Sudut Pusat dan Sudut Keliling
Misal: sudut AOD=x dan sudut DOB= y, maka besar sudut AOB=¿ sudut AOD
+ sudut DOB=x+ y
Sudut BOC pelurus bagi sudut DOB maka sudut BOC+ sudutDOB=180°,
sehingga sudut BOC=180 ° –sudut DOB=180° – y .
Segitiga BOC adalah segitiga kaki, karena OC dan OB adalah jari-jari lingkaran,
sehingga besar sudut OBC danOCB sama(misal z) .
z + z+(180 ° – y)=180°
2 z – y+180 °=180°
2 z=180 ° – 180 ° + y
2 z= y
z=½ y
Sudut AOC pelurus bagi sudut AOD maka sudut AOC + sudut AOD=180 °,
sehingga sudut AOC=180 ° – sudut AOD=180 ° – x .
2 p – x+180 °=180 °
2 p=180 ° – 180 °+ x
2 p=x
p=½ x
Dengan demikian,
sudut ACB=sudut OCB +sudut OCA=z+ p=½ y +½ x=½( x+ y)=½ sudut AOB .
Maka besar sudut AOB=2× sudut ACB .
Karena sudut ACB adalah sudut keliling lingkaran dan sudut AOB sudut pusat
lingkaran, maka dapat ditarik kesimpulan, yakni :
“Jika sudut pusat dan sudut keliling lingkaran menghadap busur yang sama,
Maka besar sudut pusat = 2 kali besar sudut keliling”
MATERI ESENSIAL
Panjang Busur
Rumus:
∠ AOB
AB=
^ × K lingkaran
360 °
Luas Juring
Rumus:
∠ AOB
Luas Juring AOB= × Llingkaran
360 °
CARA PEMBELAJARAN
Siswa diminta untuk mengamati table berikut ini dan kemudian
menyimpulkan hubungan yang ada pada table tersebut hingga
menemukan rumus panjang busur dan luas juring.
Amati Tabel Gambar Panjang Busur dan Luas Juring Berikut ini
Rumus:
EH =SQ=√ PQ 2−(PF+ FZ )2 ⟺ EH =SQ=√ PQ2 −(r 1 −r 2)2
Melukis Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran
Melukis Garis Singgung Persekutuan Luar Dua Lingkaran
CARA PEMBELAJARAN
Untuk menentukan rumus garis singgung persekutuan dalam dan luar dua
lingkaran dapat dilakukan dengan mengajak siswa melakukakan kegiatan
pembelajaran dengan LKPD yang menghubungkan dengan pengetahuan
sebelumnya yaitu teorema pythagoras
Untuk melukis garis singgung persekutuan dalam dan luar dua lingkaran dapat
dilakukan pembelajaran indirect instruction, yaitu diajarkan secara langsung
kepada siswa bagaimana langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan
dalam dan luar dua lingkaran.
Miskonsepsi Pertama
Miskonsepsi Kedua
Soal: Suatu roda yang berdiameter 63 cm berputar hingga menempuh jarak
sejauh 693 m. Berapa kali roda tersebut berputar untuk menempuh jarak
tersebut?
Berdasarkan jawaban siswa mengalami miskonsepsi pada aspek
merencanakan pemecahan masalah. Siswa mengalami miskonsepsi dalam
mencari banyaknya putaran roda sepeda dikarenakan siswa tidak
memahami satu kali roda berputar sama dengan keliling roda sehingga
mengkontruksi kebermaknaanya sendiri dalam mencari berapa kali roda
sepeda berputar yaitu mengalikan keliling dengan jarak yang ditempuh
oleh roda sepeda. Penyebab miskonsepsi pada aspek ini adalah pemikiran
humanistik siswa.
I. KUBUS
MATERI ESENSIAL
Kubus adalah bangun ruang yang semua sisinya berbentuk persegi
dan semua rusuknya sama panjang.
Bagian-Bagian Kubus:
a) Rusuk yaitu ruas garis yang merupakan perpotongan dua sisi
bidang kubus
b) Titik sudut yaitu pertemuan dua rusuk atau lebih
c) Sisi yaitu bidang yang membatasi kubus
d) Diagonal bidang yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang saling berhadapan dalam satu sisi
e) Diagonal ruang yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut
yang saling berhadapan dalam satu ruang
f) Bidang diagonal yaitu diagonal bidang dan dua buah rusuk sejajar yang
membentuk suatu bidang di dalam ruang kubus.
Jaring-Jaring Kubus
Volume kubus
Gambar diatas menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran
berbeda. Kubus gambar (a) merupakan kubus satuan. Untuk
membuat kubus satuan seperti gambar (b), diperlukan
2 ×2 ×2=8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus pada
gambar (c) diperlukan 3 ×3 ×3=27 kubus satuan. Dengan
demikian, volume kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan
panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali, segingga
diperoleh sebagai berikut.
Volume kubus =
= s×s×s
=
Jadi, volume kubus adalah
CARA PEMBELAJARANNYA
Bagian kubus
Jaring-Jaring Balok
CARA PEMBELAJARAN
Menggambar Balok
Jaring-Jaring Balok
Volume Balok
Untuk menentukan volume balok dengan menggunakan kubus
satuan. Kubus satuan adalah kubus
yang ukuran rusuk-rusuknya 1 cm. untuk menentukan volume
balok yaitu dengan ada berapa banyak kubus satuan yang dapat
memenuhi balok tersebut.
III. PRISMA
MATERI ESENSIAL
Prisma adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh dua sisi
berbentuk segi banyak (segi n) yang sejajar dan kongruen, serta
sisi-sisi lainnya berbentuk persegipanjang.
Jenis-Jenis Prisma
Unsur-Unsur Prisma
Jaring-Jaring Prisma
CARA PEMBELAJARAN
Langkah-Langkah Menggambar Prisma
Jaring-jaring Prisma
Peserta didik mempraktekan secara langsung yaitu membuat jaring-
jaring prisma dari kertas/karton. Guru memberikan ilustrasi proses
terbentuknya prisma dari jaring-jaring prisma dengan
menggunakan aplikasi geogebra.
Langkah-langkah membuat jaring-jaring prisma :
a. Gambar jaring-jaring prisma dengan alas prisma segitiga/
segiempat/segilima pada kertas karton.
b. Guntinglah gambar jaring-jaringnya. (Catatan : sisi-sisi prisma tidak
boleh lepas satu sama lain)
c. Setelah selesai digunting, bagian yang bergaris masing-masing ditekuk
sesuai pola.
d. Hubungkan masing-masing tekukannya maka akan terbentuk prisma.
Volume Prisma
Volume Balok
IV. LIMAS
MATERI ESENSIAL
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segibanyak
sebagai alas dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga sebagai
bidang tegak yang bertemu pada satu titik puncak.
Jenis- jenis Limas
Jenis limas ada beberapa macam dan diberi nama sesuai dengan
bentuk bidang alasnya. Misalnya, gambar (a) dinamakan limas
segitiga, gambar (b) disebut limas segiempat, sedangkan gambar
(c) dinamakan limas segilima.
Berdasarkan bentuk alas dan sisi-sisi tegaknya limas dapat
dibedakan menjadi limas segi n beraturan dan limas segi n
sebarang.
Unsur-Unsur Limas
Pada limas segi empat T.ABCD disamping memiliki bagian –
bagian sebagai berikut : Titik sudut bangun limas segi lima titik
sudut yaitu A, B, C, D, dan T.
Limas segi empat memiliki 8 rusuk. 4 diantaranya yaitu rusuk tegak
yang meliputi TA, TB, TC, dan TD. Dan memiliki 4 rusuk alas
yaitu AB, BC, CD, dan DA.
CARA PEMBELAJARAN
Menentukan luas permukaan limas dapat dicari dengan luas jaring-
jaring limas.
Misal limas segi empat seperti gambar di atas. Luas Permukaan
Limas
= Luas segi empat ABCD + Luas ∆ ABT + Luas ∆ BCT + Luas ∆
CDT + Luas ∆ ADT
= Luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
Volume
= × 2a × (2a)2
= × a × (2a)2
Menggambar Limas
Menggambar limas dapat dilakukan dengan langkah - langkah
berikut :
a. Menggambar bidang alas limas.
b. Menentukan titik O sebagai titik potong diagonal dari bidang
alas, kemudian membuat tinggi limas melalui titik O yang
tegak lurus terhadap bidang alas.
c. Menggambar rusuk – rusuk tegak (melalui titik sudut pada
bidang alas ke titik puncak).
a. Kubus
b. Balok
c. Prisma
d. Limas
I. Pengumpulan Data
Materi Esensial
Dalam pengumpulan data, khususnya data kuantitatif, kita dapat
menggunakan dua cara atau kategori, yaitu
a) Data cacahan
Data cacahan atau data yang diperoleh dengan cara menghitung
atau mencacah. Misalnya: dalam suatu kelas terdiri dari 20
siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
b) Data ukuran
Data ukuran atau data kontinu yaitu data yang diperoleh dengan
cara mengukur. Misalnya:nilai ulangan harian matematika dari
lima orang siswayaitu 75, 63, 81, 86, dan 90
Cara Pembelajaran
Kita dapat mendata apa yang akan di data dan bisa dituliskan
dengan menggunakan turus contoh :
Lakukanlah pengumpulan data tentang ukuran nomor sepatu
teman-teman di kelasmu dengan cara mencatat dengan tally atau
turus dibawah ini
N Ukuran nomor Tally Juml
o sepatu atau ah
turus
1 37 III 8
. I
III
2 38 III 9
. I
III
I
3 39 III 10
. I
III
I
4 40 III 3
.
Jumlah 30
CARA PEMBELAJARAN
Dalam mengurutkan data bisa menggunakan tabel misal
Diberikan data banyaknya butir telur yang terjual dari 44 toko di
PasarGede per harinya adalah
Maka siswa dapat membuat tabel yaitu isikan jumlah masing-
masing banyak telur terjual pada tabel berikut
Jumlah terjual Banyak toko
(frekuensi)
70 6
46 7
50 3
56 5
75 4
71 6
87 3
92 3
63 1
60 2
61 2
69 1
65 1
Selanjutnya urutkan dalam "jumlah terjual" dari nilai kecil ke besar,
sedangkan frekuensi mengikuti
Jumlah terjual Banyak toko
(frekuensi)
46 7
50 3
56 5
60 2
61 2
63 1
65 1
69 1
70 6
71 6
75 4
87 3
92 3
Dari kegiatan di atas dapat ketahui bahwa minimal telur terjual
sebanyak 46 kg/hari dan maksimal terjual sebanyak 92 kg/hari.
Dalam hal ini 46 merupakan nilai minimal atau data terendah dan
92 merupakan nilai maksimal atau data terbesar atau tertinggi.
Dalam statistika, jika ada n buah data dengan urutan X 1 , X2 , X3 , ...
, Xn maka nilai data terkecil disebut statistik minimum dengan Xmin
= X1 dan data terbesar atau tertinggi disebut statistik maksimum
Xmax = Xn
Keterangan :
Cara Pembelajaran
Guru memberikan contoh data tunggal
Nilai 4 5 6 7 8 9 10
Frekuensi 4 5 5 8 7 4 2
Untuk menentukan rata-rata maka dilakukan sebagai berikut.
IV. Median
Materi Esensial
Median adalah nilai tengah dalam sekumpulan data, setelah data
tersebut diurutkan. Cara menentukan median dari data tunggal yaitu
sebagai berikut. Misalnya X1 , X2 , X3 , ... , Xn adalah data yang
telah diurutkan dari nilai terkecil sampai terbesar sehingga
diperoleh urutan data X1 ≤ X2 ≤ ... ≤ Xn
Untuk banyaknya data ganjil (n ganjil) maka median adalah nilai
data ke Untuk banyaknya data genap maka mediannya adalah
Cara Pembelajaran
Misal Diberikan data 7, 6, 11, 5, 8, 9, 13, 4, 10. Berapakah median
dari data tersebut?
Maka siswa diminta untuk mengurutkan data dari data terkecil ke
data terbesar yaitu : 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13
Kemudian siswa dapat menentukan data tersebut termasuk data
ganjil atau data genap atau data kelompok. Data yang diberikan
termasuk data ganjil maka dapat ditulis Banyaknya data (n) = 9
(ganjil) setelah itu siswa dapat menghitung nilai median nya yaitu
maka = 5. Jadi median dari data diatas terletak pada data
ke-5 yaitu 8.
V. Modus
Materi Esensial
Modus didefinisikan sebagai nilai data yang paling sering atau
paling banyak muncul atau nilai data yang frekuensinya paling
besar yang sering muncul.
Cara Pembelajaran
Misal diberikan sebuah data tunggal yaitu 3, 6, 4, 4, 5, 3, 4, 7, 3, 2.
Tentukan modus dari data tersebut
Maka siswa dapat mengurutkan data dengan urutan data sebagai
berikut
2, 3, 3, 3, 4, 4, 4, 5, 6, 7 maka Nilai data yang banyak muncul
adalah 3 dan 4, jadi modus dari data tersebut adalah 3 dan 4 karena
data 3 dan 4 muncul sebanyak 3 kali.
VI. Kuartil
Materi Esensial
Quartil adalah data atau nilai yang membagi data menjadi 4 bagian
sama besar. Ada 3 buah data quartil yaitu kuartil atas, kuartil tengah
dan kuartil bawah. Kuartil tengah biasa disebut dengan median.
Untuk mencari kuartil tengah sama seperti median. Untuk mencari
kuartil atas dan bawah menggunakan cara median kembali dengan
data yang tersisa.
Cara Pembelajaran
1. Tentukan dahulu data tersebut termasuk data genap atau ganjil.
2. Urutkan data tersebut dari data yang terkecil sampai data
terbesar.
3. Pertama-tama tentukan dahulu median nya atau kuartil tengah
(Q2) dari data tersebut.
4. Setelah itu baru menentukan Q1 dan Q3
5. Untuk Q1 lihat sisa data awal sebelum median
6. Untuk Q3 lihat sisa data terakhir sesudah median
Cara Pembelajaran
Misalkan guru memberikan data tunggal sebagai berikut Perhatikan
data dibawah ini.
3514279668 7
Tentukan jangkauan interkuartil serta jangkauan semi interkuartil
dari data diatas! Maka siswa dapat menyelesaikan dengan
Urutkan data, sehingga menjadi sebagai berikut.
1. Rata-rata nilai dari 15 anak adalah 60. Budi mendapat nilai 70 dan
Andi mendapat nilai 84. Jika nilai kedua anak ini digabungkan jadi
satu dengan 15 anak tersebut, hitunglah rata-rata nilai yang baru !
I. Peluang Empiric
Materi Esensial
Peluang empirik adalah perbandingan antara frekuensi kejadian
terhadap percobaan yang dilakukan.
Keterangan:
n(P) = nilai peluang
f = frekuensi kejadian yang diharapkan
n(S) = frekuensi seluruh percobaan
Cara Pembelajaran
Untuk mengajarkan peluang empirik dapat mengajak siswa
melakukan percobaan sendiri seperti
Mata Turus Kemuncula Banyaknya Nilai
uang n (f) percobaan peluang
(s)
Angka
Gambar
Lalu dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
peluang empirik adalah perbandingan antara frekuensi kejadian
terhadap percobaan yang dilakukan
Koin 1 / A G
Koin 2
An = banyaknya percobaan
Materi Esensial
Peluang teoritik adalah perbandingan antara frekuensi kejadian yang
diharapkan terhadap frekuensi kejadian yang mungkin (ruang sampel).
Ruang Sample adalah Himpunan dari semua hasil yang
mungkinpada suatu percobaan/kejadian.
n( A)
n(P)
n (S)
Keterangan:
n(P) = nilai peluang
n(A) = frekuensi kejadian yang diharapkan
n(S) = frekuensi seluruh percobaan
2. Sebuah dadu merah dan sebuah dadu putih dilempar bersamaan sebanyak
180 kali. Maka tentukan banyaknya titik sampel dan jika A merupakan
kejadian munculnya kedua mata dadu lebih dari 4. Tentukan frekuensi
harapannya
3. Dua puluh kartu ditandai dengan nomor 11 sampai dengan 30. Dari
kedua puluh kartu tersebut diambil sebuah kartu secara acak. Jika B
merupakan kejadian munculnya kartu bernomor bilangan prima maka
peluang munculnya kejadian B adalah...
Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa siswa masih belum memahami
konsep bilangan prima. Karena masih menganggap 27 merupakan
bilangan prima. Padahal bilangan 27 habis dibagi dengan bilangan lain
yaitu 3, 9 dan dirinya sendiri. Dari kesalahan konsep tersebut
menyebabkan siswa salah dalam menentukan banyak kejadian B yang
muncul. Yang mana seharusnya peluang kejadian B adalah
Cara mengatasi miskonsepsi tersebut adalah:
Tujuannya agar siswa terbiasa memahami perintah soal dan
menghindari keterbatasan model soal yang terlalu monoton. Selain
itu guru harus terus mengingatkan siswa akan konsep-konsep
bilangan karena bilangan sangat berhubungan erat dengan materi
peluang kejadian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Untuk pembuatan makalah selanjutnya, lebih banyak lagi mencari info
terkait penjelasan isi makalah karena dengan banyaknya sumber informasi
maka akan mendapat banyak informasi yang mungkin saja berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_8smp/siswa/Kelas_08_SMP_Matematika_
S1_Siswa_2017.pdf
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/03/pola-bilangan.html