Anda di halaman 1dari 52

MATEMATIKA DISKRIT

PENGAPLIKASIAN
KOMBINATORIAL DAN
TEORI GRAF
2.1 Introduction

Pengertian Kombinatorika

 Kombinatorika sering disebut seni menghitung tanpa


menghitung karena kita mencoba sedapat mungkin, untuk
menghitung obyek dalam himpunan tanpa mendaftar semua
obyek yang akan dihitung
Example 2.1.1
Complete Binary Tree (Pohon Biner Lengkap)

Disebut akar  Level 0


Tinggi pohon
Disebut anak dari 𝑥1

Disebut daun  level tertinggi

Kata pohon mengacu pada cabang pertumbuhan. Kata biner menunjukkan bahwa setiap
puncak mempunyai 2 anak, dan kata lengkap menunjukkan semua titik yang bukan daun
mempunyai 2 anak dan semua daun berada di level yang sama. Ketinggian pohon adalah level
dari sebarang daun. Pada gambar, 𝑥4 adalah daun dan tinggi pohonnya adalah 2.

Untuk menghitung banyak jalur (path) dari akar ke daun pada pohon biner lengkap dengan
tinggi r adalah dengan memperhatikan bahwa jalan dari akar ke daun tertentu dipandang sebagai
urutan pilihan “ambil cabang kiri” , “ambil cabang yang kanan”, dan seterusnya. Urutan
semacam ini menghasilkan jalan dari akar ke beberapa daun, jadi ada korespondensi satu-satu
antara kumpulan path dan susunan r-biner.
Jadi dapat disimpulkan ada 2𝑟 path, karena path yang berbeda berkorespondensi dengan daun
yang berbeda, kita juga menyimpulkan ada 2𝑟 daun.
Ingat bahwa !

Misalkan,
A : suatu kejadian
T : banyaknya semua kemungkinan (semesta)
N(A) : banyaknya kejadian A
P(A) : peluang kejadian A
Maka,
𝑁 𝐴
P(A) =
𝑇
Example 2.1.2
Permasalahan :
Berapa peluang dari sebuah pelemparan 2 dadu (merah dan hijau) yang
menghasilkan jumlah kurang dari 5?

Misalkan,
A : banyak kejadian yang mungkin muncul jumlah 2 dadu kurang dari 5
T : banyaknya kejadian yang mungkin muncul jumlah 2 dadu
Penyelesaian:

 Kasus 1:
Maka,
𝐴 = {2,3,4}
𝑁 𝐴 =3
𝑇 = {2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12}
𝑁 𝑇 = 11
Sehingga,
𝑁 𝐴 3
𝑃 𝐴 = =
𝑁 𝑇 11
 Kasus 2:
Maka,
M|H 1 2 3 4 5 6
1 (1,1) (1,2) (1,3) (1,4) (1,5) (1,6)
2 (2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,6)
3 (3,1) (3,2) (3,3) (3,4) (3,5) (3,6)
4 (4,1) (4,2) (4,3) (4,4) (4,5) (4,6)
5 (5,1) (5,2) (5,3) (5,4) (5,5) (5,6)
6 (6,1) (6,2) (6,3) (6,4) (6,5) (6,6)

𝑁 𝐴 =6
𝑁 𝑇 = 36
Sehingga,
𝑁 𝐴 6 1
𝑃 𝐴 = = =
𝑁 𝑇 36 6

Kesimpulan : Berdasarkan kasus 1 & kasus 2 , yang lebih tepat sesuai dengan
konsep probabilitas dan “real world” adalah penyelesaian kasus 2
Example 2.1.3
Permasalahan:
Sebuah tim baseball terdiri dari 25 pemain. Tunjukkan bahwa banyaknya 9
orang disusun berjajar sama dengan banyaknya sampel dari 9 obyek yang
diambil dari {1, 2, 3, 4, ..., 25} dimana urutan penting dan pengulangan tidak
diperbolehkan?
Penyelesaian:
Barisan dibuat dengan mendaftar 9 pemain berbeda yang diambil dari 25
orang tim
Misal,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11
.
.
.
n kejadian
Example 2.1.4
Permasalahan:
Tunjukkan bahwa banyaknya jalan 10 blok dari stasiun ke kantor pada gambar
2-2 adalah sama artinya dengan banyaknya himpunan bagian dengan 3 elemen
yang diambil dari {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10} dimana urutan tidak diperhatikan
dan tidak boleh berulang.

Penyelesaian:
Beberapa jalan membutuhkan 7 blok mendatar (across=A) dan 3 blok
menurun (down=D). Akibatnya, banyaknya jalan sama dengan banyaknya
barisan 10 huruf yang terdiri dari 7A dan 3D.
Example 2.1.5

Permasalahan:
Tunjukkan bahwa banyaknya domino (ingat domino dibuat dari 2
sisi, masing-masing mempunyai 0 sampai 6 titik) sama dengan
banyaknya sampel 2 obyek yang diambil dari {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
dimana urutan tidak diperhatikan dan boleh berulang.

Penyelesaian:
Domino itu unik dihitung dengan menentukan 2 sisi yang
muncul. Urutan tidak diperhatikan karena domino dapat berotasi
1. Kita menghitung semua pasangan sisi domino yang mungkin:
{(0,0), (0,1), (0,2), (0,3), (0,4), (0,5), (0,6)
(1,0), (1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (1,5), (1,6),
(2,0), (2,1), (2,2), (2,3), (2,4), (2,5), (2,6),
(3,0), (3,1), (3,2), (3,3), (3,4), (3,5), (3,6),
(4,0), (4,1), (4,2), (4,3), (4,4), (4,5), (4,6),
(5,0), (5,1), (5,2), (5,3), (5,4), (5,5), (5,6),
(6,0), (6,1), (6,2), (6,3), (6,4), (6,5), (6,6)}

2. Pada domino tidak memperhatikan urutan karena domino bisa diputar, maka
kita hilangkan unsur yang sama:
{(0,0), (0,1), (0,2), (0,3), (0,4), (0,5), (0,6)
(1,1), (1,2), (1,3), (1,4), (1,5), (1,6),
(2,2), (2,3), (2,4), (2,5), (2,6),
(3,3), (3,4), (3,5), (3,6),
(4,4), (4,5), (4,6),
(5,5), (5,6),
(6,6)}
Berarti kita menemukan bahwa banyaknya domino dengan kondisi tersebut adalah
28. Nampak bahwa sama saja dengan kita menyusun banyaknya sampel 2 obyek
yang diambil dari {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6} dimana urutan tidak diperhatikan dan boleh
berulang.
3. Berapa banyak elemen dari 1,2,3, … , 10000 yang habis
dibagi 4?
Jawab :

𝑁 𝐴 : banyaknya kejadian bilangan dari {1,2,3, … , 10000}

yang habis dibagi 4

10000
𝑁 𝐴 = = 2500
4

11
4. Sebuah bilangan digambarkan secara random dari {1,2,3,...,10000}. berapa
banyak peluang bahwa bilangan ini habis dibagi 4? habis dibagi 8?
Jawab:

𝑁 𝐴 : banyaknya kejadian bilangan 𝑁 𝐵 : banyaknya kejadian bilangan


dari {1,2,3, … , 10000} dari {1,2,3, … , 10000} yang
yang habis dibagi 4 habis dibagi 8

10000 10000
𝑁 𝐴 = = 2500 𝑁 𝐵 = = 1250
4 8
𝑁 𝑇 = 10000 𝑁 𝑇 = 10000

𝑁 𝐴 2500 1 𝑁 𝐴 1250 1
𝑃 𝐴 = = = 𝑃 𝐴 = = =
𝑁 𝑇 10000 4 𝑁 𝑇 10000 8

12
2.2 KAIDAH PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN
Pada bab ini, kita kembangkan 2 aturan dasar dari perhitungan. Aturan ini membantu kita
untuk mengatur pemikiran kita tentang masalah perhitungan khusus dan menghindari
pencacahan eksplisit.

• Aturan yang pertama adalah pemecahan berdasarkan kejadian dalam kasus yang mudah
untuk diselesaikan, menghitung setiap kasus, dan memperoleh hasil.

• Aturan yang kedua digunakan dalam situasi yang sama untuk masalah permainan dadu
seperti pada contoh 2.1.2 yang mana terdiri dari kejadian yang dapat dipikirkan sebagai
tahapan yang berlangsung (kita melempar dadu pertama kemudian yang kedua). Aturan
tersebut mungkin digunakan secara tunggal atau bersamaan, dan membentuk dasar untuk
hampir semua teknik perhitungan yang kita kaji.

Ketika anda membaca contoh dibagian ini, perhatikan bahwa aturan ini membantu kita
menghitung tanpa perhitungan; bahwa, kita menghitung tanpa mendaftarkan semua objek
yang dihitung.
2.2 Kaidah Penjumlahan dan Perkalian

 Jika A dan B adalah dua himpunan yang saling lepas, maka


banyak elemen dari 𝐴 ∪ 𝐵 adalah jumlah elemen dari A dan
elemen dari B

Kaidah Penjumlahan
 Misalkan A dan B kejadian yang saling lepas yang berarti A
dan B tidak pernah terjadi pada saat bersamaan. Jika A
terjadi sebanyak m cara dan B terjadi sebanyak n cara,
maka kejadian A atau B terjadi sebanyak 𝑚 + 𝑛 cara.
Example 2.2.1
Permasalahan :
a. Berapa banyak cara pengambilan satu kartu As atau satu kartu Q
dari tumpukan kartu?
Penyelesaian :
Misalkan,
A : kejadian terambilnya satu kartu As
B : kejadian terambilnya satu kartu Q
N(A) : 4
N(B) : 4
A dan B kejadian saling lepas
Sehingga berdasarkan kaidah penjumlahan banyaknya cara
untuk mengambil satu kartu As atau satu kartu Q adalah :
N(A) +N(B) =4+4
=8
Permasalahan :
b. Berapa banyak cara untuk mengambil satu kartu As atau satu kartu merah dari tumpukan kartu?
Penyelesaian :
Misalkan,
A : kejadian terambilnya satu kartu As
B : kejadian terambilnya satu kartu merah
N(A) : 4
N(B) : 26
Maka, banyaknya banyak cara untuk mengambil satu kartu As atau satu kartu merah adalah
𝑁 𝐴 +𝑁 𝐵 = 4 + 26
= 30
Namun penyelesaian tersebut SALAH karena A dan B tidak saling lepas disebabkan adanya kartu
As yang juga berwarna merah. Sehingga dalam hal ini digunakan prinsip inklusi & eksklusi dan
pendekatan lain sebagai berikut:

Misalkan , Misalkan ,
A : kejadian terambilnya kartu As
A : kejadian terambilnya kartu As (hitam)
B : kejadian terambilnya kartu merah
𝑁 𝐴 = 4 B : kejadian terambilnya kartu merah
𝑁 𝐵 = 26 𝑁 𝐴 =2
𝑁 𝐴∩𝐵 =2 𝑁 𝐵 = 26
Maka, Maka,
𝐴 ∪ 𝐵 = 𝑁 𝐴 + 𝑁 𝐵 _𝑁(𝐴 ∩ 𝐵)
𝐴∪𝐵 =𝑁 𝐴 +𝑁 𝐵
= 4 + 26 − 2
= 28 = 2 + 26
= 28
Berdasarkan ilustrasi diatas, maka kita harus berhati-hati dalam
melakukan perhitungan. Kita mengururangi kesalahan dengan melihat
permasalahan dengan sedikit cara berbeda. Untuk diperhatikan juga
mungkin terdapat lebih dari satu cara untuk menyelesaikan masalah
yang diberikan.

Kembali pada contoh persoalan 2.1.2 apabila pelemparan dua dau


(merah dan hijau) diuraikan menjadi 2 tahap, yaitu pelemparan dadu
merah akan menghasilkan 6 kemungkinan{1, 2, 3, 4, 5, 6}, kemudian
dilanjutkan dengan pelemparan dadu hijau akan menghasilkan 6
kemungkinan juga. Sehingga banyak kemungkinan yang terjadi pada
pelemparan dadu merah dan dadu hijau adalah 6 × 6 = 36.

Kaidah Perkalian
Misalkan kejadian C diuraikan ke dalam dua tahap, yaitu kejadian A dan
kejadian B. Dan A terjadi pada 𝑚 kemungkinan dan B terjadi pada
𝑛 kemungkinan, dimana kejadian A dan B saling lepas, maka kejadian C
terjadi 𝑚 × 𝑛 kemungkinan.
Example 2.2.2
Permasalahan:
Berapa banyak cara pengambilan satu kartu As merah dan kartu merah lainnya dari
suatu tumpukan kartu (tidak boleh ada pengulangan)
Penyelesaian :
Misalkan,
• A : kejadian terambilnya satu kartu As merah
• B : kejadian terambilnya satu kartu merah selanjutnya
• C : kejadian terambilnya satu kartu As merah dan satu kartu merah selanjutnya
• 𝑁 𝐴 =2
• 𝑁 𝐵 = 25
Sehingga,
• 𝑁 𝐶 = 𝑁 𝐴 ×𝑁 𝐵
= 2 × 25
= 50
Jadi banyaknya cara pengambilan satu kartu As merah dan satu kartu merah
selanjutnya dimana tidak boleh ada pengulangan adalah 50
Example 2.2.3
Permasalahan :
Berapa banyak cara pengambilan satu kartu As dan satu kartu merah dari
tumpukan kartu ?
Penyelesaian :
Misal,
• A : kejadian terambilnya satu kartu As
• B : kejadian terambilnya satu kartu merah
• C : kejadian terambilnya satu kartu As dan satu kartu merah
Pada permasalahan ini terdapat dua kemungkinan keadaan, yaitu :
• Jika satu kartu As hitam yang terambil pada tahap A, maka tahap B terjadi
sebanyak 26 cara
• Jika satu kartu As merah yang terambil pada tahap A, maka tahap B terjadi
sebanyak 25 cara
Sehingga, pada permasalahan ini menggunakan aturan penjumlahan dan
perkalian
i. Dengan menggunakan aturan penjumlahan, maka diperoleh
• A : kejadian terambilnya satu kartu As hitam dan satu kartu merah
• B : kejadian terambilnya satu kartu As merah dan satu kartu merah
• Kejadian A dan B saling lepas (disjoint) karena perbedaan warna dari satu
kartu As yang terambil pertama.

ii. Dengan menggunakan aturan perkaalian, maka berdasarkan kejadian A dan


B pada (ii) diperoleh
• Kejadian A terjadi sebanyak 2 x 26 = 52 cara
• Kejadian B terjadi sebanyak 2 x 25 = 50 cara
• Sehingga jawaban dari permasalahjan ini adalah 52 + 50 = 102 cara
Example 2.2.4 (Birthday Problem)
Permasalahan :
Berapa banyak kemungkinan agar paling sedikit 2 orang dari n orang yang dipilih
secara acak mempunyai hari ulangtahun yang sama ?

Penyelesaian :
𝑘
• Peluangnya adalah 𝑡 , dimana t adalah banyaknya cara untuk menetapkan hari
ulangtahun kepada n orang , dan k adalah banyaknya cara untuk menetapkan
hari ulangtahun agar paling sedikit dua orang mempunyai hari ulangtahun yang
sama. Kita menghitung t dengan menguraikan proses penetapan hari ulangtahun
menjadi n tahap : tetapkan hari ulang tahun orang pertama , kedua dan
seterusnya
• Asumsikan bahwa ada 365 hari dalam satu tahun dan hari ulangtahunnya
didistribusikan secara acak. Sehingga ada 365n kemungkinan.
• Selanjutnya tentukan k yaitu banyaknya cara untuk menetapkan hari ulangtahun
agar paling sedikit dua orang mempunyai hari ulangtahun yang sama. Karena
tidak mudah untuk mengetahui k secara langsung dapat dilakukan dengan
memisalkan m adalah banyaknya cara untuk menentapkan hari ulang tahun agar
tidak ada seorangpun memiliki hari ulang tahun yang sama.
• Dengan menggunakan kaidah penjumlahan , maka diperoleh
𝑚 + 𝑘 = 365𝑛 , sehingga 𝑘 = 365𝑛 − 𝑚
Asumsikan bahwa ada 365 hari dalam 1 tahun, maka:
𝑚 = 365 × 364 × 363 × ⋯ . .× (365 − (𝑛 − 1))
𝑘 = 365𝑛 − 𝑚
𝑘 = 365𝑛 − 365 × 364 × 363 × ⋯ . .× (365 − (𝑛 − 1))

Maka peluangnya adalah

365𝑛 − 365 × 364 × 363 × ⋯ . .× 365 − 𝑛 − 1


365𝑛
Peluang > 0,5 jika 𝑛 ≥ 23
Faktanya, jika 𝑛 = 30, maka peluangnya >7
2.3 Dua Model Perhitungan
2.3.1 Model Perhitungan Sampel

Misalkan terdapat n objek berbeda 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3, … , 𝑥𝑛 , dimana dapat


diambil suatu sampel dari r-objek. Dalam kondisi ini, terdapat dua
permasalahan yaitu:

i. Apakah urutan dalam pengambilan sampel itu penting?


Contoh :
jika r = 2, apakah memilih x1, kemudian x2 berbeda dengan
memilih x2, kemudian x1?
ii. Apakah pengulangan objek diperbolehkan?
Contoh :
jika r = 2, apakah diperbolehkan suatu sampel terdiri dari 2x1?
Berdasarkan kaidah 1. Berapa banyak sampel yang ada jika urutan
perkalian menunjukkan penting dan pengulangan diperbolehkan?
bahwa kedua
permasalahan sebelumnya
terdiri dari empat masalah 2. Berapa banyak sampel yang ada jika urutan
yang terpisah, yaitu: penting dan pengulangan tidak diperbolehkan?

3. Berapa banyak sampel yang ada jika urutan tidak


penting dan pengulangan tidak diperbolehkan?

4. Berapa banyak sampel yang ada jika urutan tidak


penting dan pengulangan diperbolehkan?
Dari uraian di atas diperoleh beberapa istilah penting, yaitu:
 Jika urutan penting, maka sampel terdiri dari arrangements (susunan-susunan).
 Jika urutan tidak penting, maka terdapat selections (pilihan-pilihan).
 Jika pengulangan diperbolehkan, maka menggunakan replacement
(penggantian).
 Suatu susunan r objek dimana urutan penting dan pengulangan diperbolehkan
disebut
r-sequence.
 Suatu susunan r objek dimana urutan penting dan pengulangan tidak
diperbolehkan disebut r-permutation.
 Suatu susunan r objek dimana urutan tidak penting dan pengulangan tidak
diperbolehkan disebut r-combination.
 Suatu susunan r objek dimana urutan tidak penting dan pengulangan
diperbolehkan disebut r-multiset.
 r-combinations sering disebut r-sets.
 r-multisets sering disebut r-assortments.
Example 2.3.1.1
Kita mengambil sampel dua objek dari 𝑥1, 𝑥2, 𝑥3 artinya, n = 3 dan r = 2.
Gambar 2-4 mengilustrasikan empat masalah berbeda dan penyelesaiannya.

Perhatikan bahwa sequences dan permutations diberikan dengan mendata elemen-elemen


dalam urutan yang benar, sedangkan combinations dan multisets menggunakan notasi
kurung.

Jika 𝑟 = 0, maka ada tepat satu 0-combination, yaitu himpunan kosong. Ahli matematika
juga berpendapat bahwa ada tepat satu 0-sequence, 0-permutation, dan 0-multiset.
Proposisi 2-1
Banyaknya r-sequences dari 𝑛 objek adalah 𝑛𝑟

Bukti.
• Jika 𝑟 = 0, maka 𝑛𝑟 = 1, sesuai dengan ketentuan sebelumnya bahwa ada tepat satu
0-sequence.
• Jika 𝑟 ≥ 1, maka bentuk dari r-sequence dapat diuraikan menjadi 𝑟 tahap, yaitu
dengan mengambil objek pertama, kemudian objek kedua, dst. Pada setiap tahap
terdapat 𝑛 pilihan, oleh karena itu berdasarkan kaidah perkalian bentuk ini dapat
dilakukan dalam 𝑛𝑟 cara. (terbukti)
Proposisi 2-2.
Banyaknya r-permutations dari 𝑛 objek adalah 𝑛 𝑛 − 1 𝑛 − 2 ⋯ 𝑛 − 𝑟 + 1

Bukti

• Jika 𝑟 = 0, maka 𝑃(𝑛, 𝑟) = 1, sesuai dengan ketentuan sebelumnya bahwa hanya

ada tepat satu 0-permutation.

• Jika 𝑟 > 𝑛, maka 𝑃(𝑛, 𝑟) = 0, sesuai dengan fakta bahwa tidak ada cara untuk

mengambil 𝑟 objek berbeda dari 𝑛 < 𝑟 objek.

• Jika 𝑛 ≥ 𝑟 ≥ 1, maka bentuk dari r-permutation dapat diuraikan menjadi 𝑟 tahap,

yaitu kita mengambil objek pertama, kemudian objek kedua yang berbeda, dst. Pada

tahap pertama terdapat 𝑛 pilihan, 𝑛 − 1 pilihan pada tahap kedua, ..., dan 𝑛 − 𝑟 + 1

pilihan pada tahap ke - r. Oleh karena itu berdasarkan kaidah perkalian bentuk ini dapat

dilakukan dalam 𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2) . . . (𝑛 − 𝑟 + 1) cara. (terbukti)

Perhatikan bahwa definisi 𝑃(𝑛, 𝑟) = 𝑛 (𝑛 − 1) . . . (𝑛 − 𝑟 + 1) dapat berlaku untuk


setiap 𝑛 ∈ ℝ dan 𝑟 ∈ ℕ. Contohnya, 𝑃(−1, 0) = 1 dan 𝑃(2, 3) = 0.
 Secara khusus, banyaknya cara untuk menyusun 𝑛 orang berbeda dalam satu
baris adalah 𝑛 (𝑛 − 1) . . . 1.
Pernyataan itu disebut 𝑛 factorial, yang ditulis 𝑛!

Contohnya:
6 orang dapat disusun dalam 6! = 6 𝑥 5 𝑥 4 𝑥 3 𝑥 2 𝑥 1 = 720 cara.
Perhatikan bahwa 𝑛! = 𝑛 (𝑛 − 1)! untuk 𝑛 > 1. Didefinisikan 0! = 1,
sehingga 𝑛! = 𝑛(𝑛 − 1)! untuk n ≥ 1.
Proposisi 2-3.
Banyaknya r-combinations dari 𝑛 objek adalah 𝑃 (𝑛, 𝑟) / 𝑟 !
𝑛
Dinotasikan dengan 𝐶 (𝑛, 𝑟) atau .
𝑟

Bukti.
 Jika 𝑟 > 𝑛, maka 𝐶(𝑛, 𝑟) = 0, sesuai dengan fakta bahwa tidak ada cara untuk
mengambil 𝑟 objek berbeda dari 𝑛 < 𝑟 objek.
 Untuk 𝑛 ≥ 𝑟, diberikan contoh berikut.
Jika 𝑛 = 3 dan 𝑟 = 2, maka ada enam 2-permutations, yaitu
𝑥1 𝑥2 𝑥1 𝑥3 𝑥2 𝑥3
𝑥2 𝑥1 𝑥3 𝑥1 𝑥3 𝑥2
dan tiga 2-combinations, yaitu
{𝑥1 , 𝑥2 } 𝑥1 , 𝑥3 {𝑥2 , 𝑥3 }.

Oleh karena itu, banyaknya r-combination dari 𝑛 objek dapat dicari dengan cara membagi
rumus untuk 𝑃 (𝑛, 𝑟) dengan 𝑟!. (terbukti)

𝑛 𝑛 (𝑛 − 1) ...(𝑛 − 𝑟 + 1)
Perhatikan bahwa definisi 𝐶 𝑛, 𝑟 = = dapat berlaku untuk
𝑟 𝑟!
setiap 𝑛 ∈ ℝ dan 𝑟 ∈ ℕ. Contohnya, 𝐶(−1, 0) = 1 dan 𝐶(2, 3) = 0.
Proposisi 2-4
𝑛−1 + 𝑟
Banyaknya r-multisets dari 𝑛 objek adalah 𝑟
.
Bukti.
• Jika 𝑛 = 0 dan 𝑟 = 0, maka 𝐶 𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟 = 𝐶 −1, 0 = 1, sesuai dengan ketentuan
sebelumnya bahwa hanya ada tepat satu 0-multiset.
• Jika 𝑛 = 0 dan 𝑟 > 0, maka 𝐶 𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟 = 0, sesuai dengan fakta bahwa tidak ada cara untuk
memilih 𝑟 > 0 objek dari 𝑛 = 0 objek.
• Untuk 𝑛 > 0, diberikan contoh berikut
Dalam menentukan banyaknya r-multisets dari 𝑛 > 1 dapat menggunakan daftar yang terdiri dari 𝑛
kolom yang diberi label 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 . Suatu multiset dibentuk dengan menempatkan 𝑟 bintang ke
kolom-kolom yang ada. Jika 𝑛 = 2 dan 𝑟 = 4, maka daftar multiset adalah sebagai berikut:
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa terdapat 𝑛 − 1 pembatas kolom untuk membentuk 𝑛
kolom dan 𝑟 bintang untuk menotasikan 𝑟 objek. Permasalahan disini adalah menentukan
banyaknya susunan 𝑟 bintang identik dan 𝑛 − 1 pembatas kolom identik. Bayangkan dalam 𝑛 −
1 + 𝑟 ruang ditempatkan 𝑟 bintang dan 𝑛 − 1 pembatas kolom. Sehingga penempatan itu dibagi
menjadi 2 tahap, yaitu tahap pertama untuk menempatkan bintang-bintang, dan kemudian
menempatkan pembatas-pembatas kolom. Karena pembatas-pembatas kolom adalah identik, maka
penempatannya setara dengan memilih 𝑛 − 1 ruang. Sehingga, berdasarkan kaidah perkalian maka
banyaknya cara untuk menyusun 𝑟 bintang dan 𝑛 − 1 pembatas kolom adalah 𝐶 𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟 .
Oleh karena itu, banyaknya r-multisets dari 𝑛 objek adalah 𝐶 𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟 . (terbukti)
Pada r-permutations dan r-combinations untuk bilangan asli 𝑛 ≥ 𝑟 berlaku:

• 𝑃 𝑛, 𝑟 = 𝑛 𝑛 − 1 𝑛 − 2 . . . 𝑛 − 𝑟 + 1 = 𝑛!/ 𝑛 − 𝑟 !

𝑛!
• 𝐶 𝑛, 𝑟 = 𝑟! 𝑛−𝑟 !

Perhatikan kasus istimewa berikut:

• 𝑃 𝑛, 0 = 𝐶 𝑛, 0 = 𝐶 𝑛, 𝑛 = 1
Proposisi 2-5
𝑛 𝑛
=
𝑟 𝑛−𝑟

Bukti.

• Misalkan terdapat 𝑛 orang. Ruas kiri adalah banyaknya kelompok

berbeda dengan 𝑟 orang, dan ruas kanan adalah banyaknya kelompok

berbeda dengan 𝑛 − 𝑟 orang. Tetapi dua kumpulan kelompok ini

dapat ditempatkan ke dalam korespondensi satu-satu dengan

membiarkan grup yang berisi 𝑟 orang berkorespondensi dengan grup

yang berisi 𝑛 − 𝑟 orang. (terbukti)


Example 2.3.1.2
Permasalahan:

Berapa banyak arrangements (susunan) dari 52 tumpukan kartu yang ada?

Penyelesaian:

• Banyaknya cara untuk menyusun 52 kartu adalah

𝑛! = 52! = 52 × 51 × 50 × ⋯ × 1 = ~7.96 × 1067 .


Example 2.3.1.3

Permasalahan:
Berapa banyak hasil keluaran yang mungkin dari pelemparan tiga dadu
berbeda?
Penyelesaian:
• Karena urutan diperhatikan (penting) pada pelemparan tiga dadu berbeda
dan pengulangan mungkin terjadi (pengulangan diperbolehkan), maka
penyelesaian dari masalah ini menggunakan r-sequences.
𝑛 = 6, 𝑟 = 3.
• Banyaknya kemungkinan hasil keluaran dari pelemparan tiga dadu berbeda
adalah
𝑛𝑟 = 63 = 216.
Example 2.3.1.4
Permasalahan:
Ingat bahwa domino merupakan balok kayu yang mempunyai dua bagian pada sisi
depannya. Tiap dua bagian pada sisi depannya berisi titik-titik dari nol sampai enam.
Berapa banyak domino berbeda yang ada?
Penyelesaian:
• Karena urutan dari dua bagian pada sisi depannya tidak penting (domino dapat
diputar) dan pengulangan mungkin terjadi (pengulangan diperbolehkan), maka
penyelesaian dari masalah ini menggunakan r-multisets.
𝑛 = 7, 𝑟 = 2; (𝑛 > 𝑟) .
• Banyaknya domino berbeda dapat ditentukan dengan memilih dua kemungkinan
dari tujuh kemungkinan titik (nol sampai enam) untuk dua bagian pada sisi
depannya. Sehingga diperoleh:
8! 8! 8×7×6!
𝐶 𝑛 − 1 + 𝑟, 𝑟 = 𝐶 7 − 1 + 2, 2 = 𝐶 8, 2 = 2! = 2! 6! = 2×1×6!
8−2 !
= 28 domino berbeda.
Example 2.3.1.5
Permasalahan:
Berapa banyak subset (himpunan bagian) dari {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, 𝑒} yang memiliki tiga
anggota?
Penyelesaian:
• Karena dalam suatu subset (himpunan bagian) urutan tidak penting dan
pengulangan tidak diperbolehkan, maka penyelesaian dari masalah ini
menggunakan r-combinations.
𝑛 = 5, 𝑟 = 3; (𝑛 > 𝑟) .
• Banyaknya subset (himpunan bagian) yang memiliki tiga anggota adalah
5! 5! 5×4×3!
𝐶 𝑛, 𝑟 = 𝐶 5, 3 = = = = 10.
3! 5−3 ! 3! 2! 3!×2×1
Example 2.3.1.6

Permasalahan:
Berapa banyak kemungkinan terambilnya lima kartu dari tumpukan kartu?
Penyelesaian:
• Karena urutan tidak penting dan tidak mungkin adanya pengulangan
(pengulangan tidak diperbolehkan), maka penyelesaian dari masalah ini
menggunakan r-combinations.
𝑛 = 52, 𝑟 = 5; (𝑛 > 𝑟)
• Banyaknya kemungkinan terambilnya lima kartu dari tumpukan kartu adalah
52! 52! 52×53×⋯×47!
𝐶 𝑛, 𝑟 = 𝐶 52, 5 = = = = 2.598.960
5! 52−5 ! 5! 47! 5×4×3×2×1×47!
Example 2.3.1.7

Permasalahan:
Berapa peluang dari pelemparan tiga dadu berbeda yang berjumlah 4?
Penyelesaian:
Misalkan:
• 𝐴: kejadian jumlah mata dadu 4 dalam pelemparan 3 dadu berbeda.
• 𝑁 𝐴 = 3, yaitu 1,1,2; 1,2,1; 2,1,1.
Dari contoh 2.3.3, maka diperoleh 𝑇 = 216 sehingga diperoleh
𝑁(𝐴) 3
𝑃 𝐴 = =
𝑇 216
2.3.2. MODEL PERHITUNGAN DISTRIBUSI
Misalkan, terdapat r bola yang didistribusikan ke dalam n sel berbeda. Berapa banyak
cara yang dapat dilakukan? Sebagaimana yang telah dijelaskan, permasalahan ini tidak
dirincikan secara lengkap , terutama pada frasa “r bola yang didistribusikan” yang
terkesan tidak jelas.
i. Apakah bola dianggap berbeda atau identik?
ii. Apakah beberapa bola dalam tiap sel diperbolahkan (nonexclusive occupancy), atau
Apakah paling banyak satu bola dalam tiap sel diperbolehkan (exclusive occupancy?

Karena setiap pertanyaan mempunyai dua jawaban, maka kaidah perkalian menunjukkan
bahwa masalah sesungguhnya terdiri dari empat masalah yang terpisah, yaitu:
1) Berapa banyak cara pendistribusian r bola berbeda ke dalam n sel berbeda dengan
beberapa bola tiap sel?
2) Berapa banyak cara pendistribusian r bola berbeda ke dalam n sel berbeda dengan
paling banyak satu bola tiap sel?
3) Berapa banyak cara pendistribusian r bola identik ke dalam n sel berbeda dengan
paling banyak satu bola tiap sel?
4) Berapa banyak cara pendistribusian r bola identik ke dalam n sel berbeda dengan
beberapa bola tiap sel?
Example 2.3.2.1
Example 2.3.2.2

Permasalahan:

Penyelesaian:
Example 2.3.2.3

Permasalahan:

Penyelesaian:
Example 2.3.2.4

Permasalahan:

Penyelesaian:

Anda mungkin juga menyukai