Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang abstrak, hirarkis dan konsisten
yang melandasi disiplin ilmu lainnya dan mengembangkan daya pikir
manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) saat ini juga dilandasi oleh perkembangan matematika.
Oleh karena itu, di Indonesia mata pelajaran matematika diberikan dari
tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT).

Belajar matematika tidak hanya bertujuan memperoleh pengetahuan


tetapi juga diharapkan terbentuknya nilai dan sikap berikut (Mohammad
Soleh, 1998: 9): kebiasaan bekerja baik (sistematis, fleksibel, imajinatif,
kreatif), sikap positif (berminat, termotivasi, dan menyenangi pekerjaan),
kemampuan belajar efektif (menyelidiki, memecahkan masalah, berpikir
logis, rasional dan kritis, serta menghargai keteraturan dan keindahan),
nilai-nilai positif atau akhlak yang baik (disiplin, jujur, efisien dan efektif,
selalu mencari kebenaran).

Selama ini ada anggapan dalam mempelajari matematika hanya


menggunakan otak kiri (intelektual) saja, sehingga siswa hanya menghapal
tanpa pemahaman. Kondisi ini diperparah dengan pembelajaran guru yang
hanya menekankan aspek penyajian materi tanpa menekankan pentingnya
nilai-nilai luhur dalam matematika. Sistem pendidikan juga tidak
mendukung, terbukti ukuran keberhasilan ditentukan oleh Ujian Nasional
(UN) yang hanya mengukur kemampuan matematika sebagai aspek
pengetahuan (kognitif).

1
Belajar matematika tidak hanya memerlukan kecerdasan intelektual
saja. Agar berkembang, matematika membutuhkan kreativitas, imajinasi,
estetika, akal budi, dan intuisi, dan kebenaran (M. Masykur dan Abdul
Halim F, 2007: 68). Dalam belajar matematika perlu didukung kemampuan
emosional (otak kanan) dan spiritual (hati), karena kemampuan intelektual
(pikir) sangat dipengaruhi kemampuan emosional dan spiritual
(Abdusysyakir, 2007: 28-29). Untuk mempelajari matematika dengan baik
perlu ada aktivitas menikmati dan merasakan, di samping aktivitas berpikir.

Dengan pola pembelajaran yang memadukan beberapa aspek


tersebut diharapkan aka adanya pemahaman peserta didik, tidak hanya
aspek pengetahuan (kognitif) tetapi juga sikap terhadap matematika. Untuk
mengaplikasikan konsep tersebut diperlukan sosok guru matematika yang
mempunyai kompetensi tinggi dan profesional. Lantas seperti apa sosok
guru yang diharapkan tersebut? Pada makalah ini akan dikaji dan diuraikan
tentang profil guru yang profesional agar pembelajaran matematika dapat
berkualitas sehingga meningkatkan mutu pembelajaran secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Guru Profesional ?
2. Bagaimana menjadi Guru yang Profesional Matematika

C. Tujuan Penulisan
1. Memberitahukan seperti apa Guru Profesional itu
2. Memberitahukan cara menjadi Guru yang Profesional Matematika
3. Meningkatkan kualitas Guru Matematika

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profesionalisme Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas pada bab II pasal 3, jelas tertulis fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Jelas terlihat bahwa pendidik
mempunyai peranan yang sangat besar dalam tercapainya tujuan pendidikan
nasional tersebut. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tentu
diperlukan seorang pendidik yang professional.
Pendidik mempunyai dua arti yaitu arti luas dan arti sempit. Dalam
arti luas pendidik adalah semua orang yang berkewajiban membina
manusia, sedangkan dalam arti sempit pendidik adalah orang-orang yang
yang disiapkan untuk menjadi tenaga pendidik. Siapa sajakah yang disebut
pendidik ? Bab I pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan
bahwa Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Guru sebagai salah seorang tenaga pendidik tentu dituntut
keprofesionalismenya. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya
dibutuhkan sumber daya manusia yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Bab
I dalan UU Guru dan Dosen tertulis Profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

3
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Sedangkan menurut Uzer Usman (1996), Guru professional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang
keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan maksimal.
Dari pendapat para ahli seperti Schein ( 1972 ), Imran Manan (
1989 ), Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia I (1988 ), ISPI (1991 ),
dan Manap Somantri ( 1996 ) dalam Made Pidarta (1990) bahwa ciri-
ciri seorang professional adalah sebagai berikut
- Pekerjaan berdasarkan motivasi yang kuat
- Memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu dan ketrampilam
khusus yang bersifat dinamis dan terus berkembang.
- Ilmu, pengetahuan, dan ketrampilan itu diperoleh melalui studi
dalam waktu lama
- Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaannya.
- Pekerjaan berorientasi pada pelayanan, bukan material semata
- Tidak mengarvetensikan keahliannya untuk mendapatkan klien
- Menjadi anggota organisasi profesi
- Memiliki kode etik profesi
- Punya kekuatan dan status yang tinggi sebagai ekspect yang
diakui oleh masyarakat
- Berhak mendapatkan imbalan yang layak

4
B. Sosok Guru Matematika Yang Profesional
Agar proses pembelajaran matematika berkualitas, maka diperlukan
sosok guru yang profesional dalam semua aspek, baik keilmuan maupun
sikap dan perilaku. Hal ini diharapkan melahirkan sosok guru ideal sehingga
mampu mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi matematika
sebagai pengetahuan maupun sikap sehingga bisa diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari.
Identifikasi tentang sosok guru matematika profesioanl terangkum
dalam empat komponen professional di berbagai aspek: pengetahuan dan
pendidikan matematika, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran,
profesi kependidikan matematika, dan stabilitas pribadi. Identifikasi
tersebut merupakan pengalaman penulis dan kajian dari berbagai literatur
yang relevan (Sobel & Maletsky, 2002; Van de Walle, 2008: 1 9, 38
62, Appendik B1; dan Marsigit, 2008 ):

1. Profesional Dalam Bidang Pengetahuan Matematika dan Pendidikan


Matematika
- Guru menguasai matematika dan hakekat pembelajaran
matematika
- Guru memahami tentang hakekat perkembangan siswa dan
hakekat siswa belajar matematika
- Guru menguasai berbagai teori dan metode pembelajaran
matematika

2. Profesional dalam Strategi Pembelajaran Matematika


- Guru mampu mengembangkan Rencana Pembelajaran
- Guru mampu menyiapkan lingkungan belajar dan iklim belajar
matematika
- Menguasai dan menerapkan keterampilan dan strategi mengajar
- Mampu menyiapkan dan menggunakan alat bantu pembelajaran
matematika.

3. Profesional Dalam Meningkatkan Profesi Kependidikan Matematika


- Guru menyesuaikan diri dan meningkatkan dengan
perkembangan global kependidikan matematika
- Mampu menerapkan dan merefleksikan profesi kependidikan
matematika
- Guru aktif sebagai anggota profesi pendidikan matematika

Selain beberapa indikator di atas berdasarkan pengalaman dan


kajian beberapa literatur (Toto Tasmara, 2001; Ary Ginanjar Agustian,
2005; Amir Tengku Ramli & Erlin Tri Sulianti, 2006; Amir Tengku
Ramli, 2007) untuk menjadi guru matematika yang profesional perlu
memiliki beberapa kecerdasan emosi dan spiritual dalam hal kepribadian
dan keseimbangan diri dan berusaha penulis rangkum sebagai berikut:

5
1. Guru perlu mengembangkan mentalitas yang tinggi
- Memiliki visi, penuh tanggungjawab, disiplin dan proaktif
terhadap tugasnya.
- Memegang teguh nilai-nilai profesi guru matematika dan kode
etik profesi guru serta memegang teguh komitmen sebagai guru.
- Memiliki integritas yang tinggi dan citra diri yang positif
- Memiliki etos kerja tinggi dan menjauhi ketidakberdayaan
- Mempunyai keteguhan idealisme sebagai seorang pendidik.

2. Guru perlu mengembangkan moralitas dirinya


- Mampu mampu memberikan keteladanan sebagai manusia
berbudaya beradap, berbudi pekerti luhur, jujur dan beretika
tinggi,
- Berjiwa besar menerima kekurangan murid, dan berempati
- Mampu mengemban amanah; dipercaya, menghargai dan
menghormati orang lain.

3. Guru mengembangkan spiritualitas dirinya


- Mempunyai karakter yaitu teguh pada prinsip-prinsip dan
keyakinan sebagai kekuatan diri, tidak terombang ambing pada
situasi apapun,
- Sikap tenang, santun, memiliki akhlak mulia, memiliki iman
yang kuat,
- Menghargai prinsip-prinsip kebenaran, mengekspresikan
gagasan dengan berani, diikuti tenggang rasa dan menghargai
gagasan atau perasaan orang lain,
- Mampu mengendalikan diri, santun tapi bersikap tegas,
- Melakukan proses pengajaran yang menumbuhkan nilai-nilai
spiritual dan humanisme pada jiwa peserta didik.
- Mensyukuri segala kenikmatan yang berikan Allah atas
profesinya sebagai guru

4. Perhatian terhadap Estetika


- Untuk menjadi guru profesional selain memiliki berbagai
kemampuan profesional maka harus mempunyai citra diri yang
positif di depan peserta didik dan masyarakat berkaitan dengan
penampilannya, yaitu:
- Kebersihan diri
- Cara Berpakaian

6
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sosok guru matematika yang profesional adalah guru yang
memiliki berbagai macam kompetensi dan kecerdasan yang terpancar jelas
dari karakter dan perilakunya sehari-hari, baik ketika sebagai pendidik, di
tengah komunitas profesi, maupun sebagai anggota masyarakat. Beberapa
kecerdasan yang diuraikan di atas dapat dikelompokkan menjadi empat
kecerdasan yang harus dimiliki sosok guru ideal yaitu kecerdasan:
intelektual (otak kiri), emosional (otak kanan), spiritual (hati) dan
pancaindera. Oleh karena itu itu sudah seharusnya sebagai guru berlomba-
lomba untuk menjadi sosok guru yang profesional. profesional di mata
peserta didik, profesional di mata masyarakat, dan profesional di mata
Allah. Bila semakin banyak guru profesional yang tersebar di sekolah-
sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-
sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa yang cakap
dan memiliki budi pekerti yang luhur.

B. Saran
Menjadi seorang guru matematika yang profesional adalah sebuah
pilihan. Pilihan untuk mau atau tidak mewujudkan tujuan-tujuan dalam
pembelajaran matematika. Pilihan untuk mau atau tidak bertanggungjawab
terhadap generasi penerus bangsa. Dan pilihan untuk mau memajukan
pendidikan bangsa atau tidak.
Pemerintah harus memperbanyak pelatihan terhadap guru-guru di
indonesia khususnya guru matematika agar menjadi guru yang profesional
sehingga mampu membuat siswa-siswa unggul untuk memajukan bangsa
indonesia khususnya di bidang pendidikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Marsigit, 2008a. Guru Matematika Bertaraf Internasional, Yogyakarta : Tugus


Publisher

Marsigit, 2008b. Indikator Guru Matematika yang Profesional, Yogyakarta :


Tugu Publisher

Uzer, Usman, 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya .

Uzer, Usman, 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005


tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Citra Umbara.

Toto Tasmara, 2001. Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence).


Membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak.
Jakarta: Gema Insani Press.

Van De Walle John A., 2008. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah:
Pengembangan Pengajaran. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wadimin, 2005. Profesionalisme Gur. Artikel dalam Majalah Gerbang Edisi 2 th


V - 2005

Anda mungkin juga menyukai