Tentang
LANDASAN KULTURAL DAN LANDASAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Oleh:
Nama Kelompok 2:
1. Ariful khairi ( 1705122489 )
2. Armi Parlusi Putri ( 1705122283 )
3. Reyvani Rahmawati ( 1705122381 )
4. Rumaisa Indah Dalimunte ( 1705122308 )
5. Wahyudi Parlindungan (
Pendidikan Matematika
Jurusan PMIPA
UNIVERSITAS RIAU
2017
1
Kata Pengantar
Pujui sukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu
menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena
itu, dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa yang
dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaanbangsa Indonesia dan yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan jalan mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik
secara informal maupun secara formal. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan
pelaksanaan pendidikan itu ikut ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana
proses pendidikan itu berlangsung. Dimaksudkan dengan kebudayaan adalah hasil
cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah
laku, dan teknologi yang dipelajarin dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat
tertentu.
Psikologi pendidikan adalah studi tentang bagaimana manusia belajar
dalam setting pendidikan, efektivitas intervensi pendidikan, Psikologi pengajaran,
dan Psikologi sosial sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan
dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, sering fokus pada subkelompok
seperti anak-anak berbakat dan mereka tunduk pada cacat tertentu. Peneliti dan
ahli teori yang cenderung diidentifikasi di Amerika Serikat dan Kanada sebagai
psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah atau sekolah yang terkait
dengan pengaturan yang diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Namun
perbedaan ini tidak dibuat di Inggris, di mana istilah generik untuk praktisi adalah
"psikolog pendidikan". Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
pendidikan peranan Psikologi menjadi sangat mutlak. Analisis Psikologi akan
membantu para pendidik memahami struktur Psikologi s anak didik dan kegiatan-
4
kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan
secara efektif.
Oleh karena itu kami membuat makalah ini untuk memberikan pandangan
tentang landasan kultural dan psikologi pendidikan untuk mencegah terjadinya
beban Psikologi pada peserta didik serta dapat melakukan pendekatan secara baik
antara pendidik dan peserta didik.
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa tahu pengertian landasan kultural dan psikologi
pendidikan
2. Agar mahasiswa mengetahui bahwa Kebudayaan Nasional sebagai
landasan Sistem Pendidikan Nasional ( Sikdiknas )
3. Agar mahasiswa mengetahui kontribusi landasan psikologi pendidikan
dalam proses belajar
4. Agar mahasiswa mengetahui bentuk psikologi dalam pendidikan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
(2) Kebudayaan merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial.
Kebudayaan dari satu pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut
serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
Kebudayaan dapat dikelompokan menjadi tiga macam,yaitu:
1. Kebudayaan umum,misalnya kebudayaan Indonesia
2. Kebudayaan daerah,misalnya kebudayaan Jawa,Bali,Sunda,dan sebagainya
3. Kebudayaan populer,suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih
pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.Misalnya,lagu-lagu
populer,model film musiman dan sebagainya.
Kerber dan Smith menyebutkan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam
kehidupan manusia,yaitu:
1. Penerus keturunan dan pengasuh anak.
Suatu fungsi yang menjamin kelangsungan hidup biologis kelompok
sosial,budaya mendidik yang baik akan banyak orang melaksanakan KB,proses
persalinan yang tidak menakutkan,dan pengasuhan anak secara profesional.
2. Pengembangan kehidupan berekonomi.
Pendidikan sebagai budaya akan membuat orang mampu menjadi pelaku
ekonomi yang baik, bisa berproduksi secara efektif dan efisien, dan
mengembangkan bakat ekonomi bidang tertentu.
3. Transmisi budaya.
Mampu membentuk dan mengembangkan generasi baru menjadi orang-
orang dewasa yang berbudaya,terutama berbudaya nasional.
4. Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak
mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama
yang dipeluknya.
5. Pengendalian sosial
Yaitu pelembagaan konsep-konsep untuk melindungi kesejahteraan
individu dan kelompok. Ada sejumlah lembaga yang berfungsi melindungi
kesejahteraan masyarakat, seperti lembaga hukum, lembaga konsumen, badan
7
pelestarian lingkungan, lembaga permasyarakatan, lembaga pendidikan, dan
sebagainya.
6. Rekreasi
Kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada orang untuk
memuaskan kebutuhannya akan permainan-permainan atau untuk main-main.
8
dengan tuntutan perkembangan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola tingkah
laku, norma-norma dan nilai-nilai baru ini disebut transformasi kebudayaan.
Lembaga social yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi
kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.
Pada masyarakat primitive, transmisi kebubayaan dilakukan secar informal
dan nonformal, sedangkan pada masyarakat yang telah maju transmisi
kebudayaan dilakukan secara informal, nonformal dan formal. Pemindahan
kebudayaan secara formal ini melalui lembaga-lembaga social, utamanya sekolah.
Pada masyarakat yang sudah maju, sekolah sebagai lembaga social mempunyai
peranan penting sebab pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransmisi
kebudayaan kepada generasi penerus, tetapi pendidikan juga berfungsi untuk
mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan tujuan
zaman. Dengan kata lain, sekolah secara seimbang melaksanakan fungsi ganda
pendidikan, yakni sebgai proses sosialisasi dan sebagai agen pembaruan.
9
unggulan dan bukan sekolah unggulan, hingga persaingan antar sekolah yang
berwujud tawuran pelajar dan perbuatan negatif lainnya). Persaingan harus
sebatas berlomba, bukan eksklusivisme yang mengakibatkan renggangnya
kerukunan sosial. Penataan pola pikir sistem pendidikan nasional harus
menumbuhkan pola kerjasama antar siswa, misalnya melalui praktek-praktek
kegiatan belajar yang diisi proyek bersama siswa dalam pembahasan materi
pelajar, atau pelaksanaan seni-budaya dan reaksi bersama antar sekolah-sekolah,
menanamkan kesadaran sebagai siswa sekolah Indonesia, dimanapun tempat
bersekolahnya.
Ciri-ciri kebudayaan nasional menurut Umar Khayam :
1. Afeksi yang memiliki atau mengandung :
a) Sikap jujur dalam semua bidang.
b) Tidak munafik, tidak berbeda antara apa yang dipikirkan dengan diucapkan
atau dikerjakan.
c) Tulus dan ikhlas dalam semua pekerjaan yang harus dilakukan, tidak terlalu
banyak pertimbangan untung dan rugi.
2. Sistem politik yang ban penghalang demokratis, yaitu ;
a) Pemerintahan dari rakyat dan untuk rakyat.
b) Rakyat selalu mendapat kesempatan untuk mempertanyakan perihal
pemerintahannya.
3. Sistem Ekonomi yang :
a) Memberi kesempatan adil kepada semua warga negara untuk mendapat
penghidupan dan kehidupan yang layak sesuai dengan harkat kemanusiaan.
b) Mampu menciptakan pasar luas untuk bersaing.
c) Menyalurkan hasil penjualan untuk kesejahteraan yang relatif merata pada
seluruh masyarakat.
4. Sistem pendidikan yang :
a. Sanggup menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh
warga negara untuk mendapatkan pendidikan, yang menjamin dapat menemukan
atau mengadakan lapangan pekerjaan yang dipilihnya.
10
b. Mampu mendorong perimbangan ilmu dan teknologi yang setinggi-
tingginya.
5. Sistem kesenian yang :
a) Mampu mengembangkan sussana kehidupan kesenian yang kaya dan penuh
vitalitas.
b) Tanpa adanya beban terhadap pernyataan kesenian.
6. Sistem kepercayaan yang :
a. Sehat, toleransi, dan damai
b. Memberi tempat seluas-luasnya kepada semua bentuk agama untuk
berlangsung secara selamat dan tentram.
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi olaeh alam sekitar. Jiwa
manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu
melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan Psikologi pendidikan
merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai
informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia
11
perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai
dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan
proses pendidikan.
12
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan
kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum
yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada
intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus
memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi,
kajian Psikologi terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
(1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
(2) pengalaman belajar siswa;
(3) hasil belajar (learning outcomes), dan
(4) standarisasi kemampuan siswa.
13
2) Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan
bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
5) Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
10) Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain.
11) Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13) Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
14
potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya
melalui pengukuran Psikologi s, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan
proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat
dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan Psikologi pendidikan
bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan
usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara Psikologi. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan
yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
Psikologi.
Dengan demikian, Psikologi adalah salah satu landasan pokok dari
pendidikan. Antara Psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan
Psikologi menelaah gejala-gejala Psikologi dari manusia. Dengan demikian
keduanya menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
15
membuat kelompokkelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan
satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan
intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu,
dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan
seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan
yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek
perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap
perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor
tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya
pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
b. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat
atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.
Secara Psikologi, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
16
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan (Slameto, 1991:2). Definisi ini
menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan
perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini
berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan
hasil belajar.
Para ahli Psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku
manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip
belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
1. Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk
menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa
dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2. Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3. Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk
mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
c. Psikologi Sosial
Menurut Hollander (1981) Psikologi sosial adalah Psikologi yang
mempelajari Psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-
ciri Psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat
terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
1. Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
17
2. Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
3. Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama
tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan
pendidik akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi
juga merupakan aspek Psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang
sulit untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik
punya kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga
mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang
menentukan motivasi belajar adalah.
1. Minat dan kebutuhan individu.
2. Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
3. Harapan sukses.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat kami simpulkan, Kebudayaan (Kultural)
adalah cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia itu
sendiri sebagai warga masyarakat. Peradaban adalah kebudayaan yang sudah
maju.
Sedangkan landasan Psikologi pendidikan merupakan suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada
umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap
tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai
dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses
pendidikan. Bentuk-bentuk landasan Psikologi pendidikan mencakup, Psikologi
Perkembangan,belajar, sosial. Dalam perkembangannya landasan Psikologi pendidikan
memiliki peranan sebagai perkembangan kurikulum dalam sistem pembelajaran dan
penilaian.
3.2 SARAN
Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut:
1. Pendidik diwajibkan menerapkan nilai-nilai landasan Kultural dan Psikologi
pendidikan dalam proses belajar mengajar.
2. Pendidik lebih memperhatikan landasan Kultural dan Psikologi pendidikan yang
sesuai dengan peserta didik.
Dengan begitu maka perkembangan peserta didik diharapkan berkembang
secara optimal dan mengarah ke arah yang ditujukan
19
DAFTAR PUSTAKA
20