Anda di halaman 1dari 12

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi


2.1.1. Kondisi Geografis Daerah

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 550 - 750 Lintang
Selatan dan 104 48 - 108 48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah:
Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;
Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;
Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;
Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang
kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta
dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan
konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10%
dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat
intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air
permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th.
Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam 27
kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota Bogor, Kota
Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Cimahi,
Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626 kecamatan, 641 kelurahan,
dan 5.321 desa.

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 1


2.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Jawa Barat menurut BPS Provinsi Jawa Barat Tahun 2012
mencapai 44.548.431 jiwa atau 18,24% penduduk Indonesia, terdiri dari laki-laki
sebanyak 22.609.621 jiwa dan perempuan sebanyak 21.938.810 jiwa (ditambah
spasi) (Pusdalisbang Provinsi Jawa Barat, 2013). Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) Jawa Barat pada periode 2007-2012 berfluktuasi dan lebih tinggi dari LPP
Nasional sebagaimana pada Gambar 2.1. Fluktuasi pertumbuhan penduduk
tersebut, diakibatkan kontribusi dari pertumbuhan migrasi penduduk (1,1%)
sementara pertumbuhan berdasarkan kelahiran (0,8%) menurut data Tahun 2011,
hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang terbuka
untuk keluar masuknya arus migrasi dari atau ke Provinsi lain.

Sumber: BPS Jawa Barat, 2007-2012


Gambar 2.1
Perkembangan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi Jawa Barat
Tahun 2007-2012

Secara demografis, komposisi penduduk Jawa Barat berdasarkan kelompok


umur menurut Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010 adalah kelompok umur 0-14
tahun sebesar 29,27%, kelompok umur 15 59 tahun (usia produktif) sebesar
63,69% , dan kelompok umur 60 tahun keatas (kelompok masyarakat lanjut usia
berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia) sebesar 7,04% (Gambar 2.2).

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 2


Sumber : Sensus Penduduk Tahun 2010 (diolah)

Gambar 2.2
Piramida Penduduk Provinsi Jawa Barat
Tahun 2010

Berdasarkan sebaran penduduk kabupaten/kota menurut Sensus Penduduk


2010 jumlah penduduk tertinggi berada di Kabupaten Bogor sebesar 4.771.932 jiwa,
disusul oleh Kabupaten Bandung sebesar 3.178.543 jiwa dan Kabupaten Bekasi
sebesar 2.630.401 jiwa. Sedangkan Jumlah jumlah penduduk terendah berada di
Kota Banjar sebesar 175.157 jiwa. Uraian jumlah penduduk tiap kabupaten/kota
dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel2.1
DistribusiPendudukJawaBaratBerdasarkanKabupaten/KotaTahun2012
Kabupaten/ Jenis Kelamin
No.
Kota
Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)

1 Kab Bogor 2,564,119 2,425,820 4,989,939


2 Kab Sukabumi 1,227,409 1,180,929 2,408,338
3 Kab Cianjur 1,153,993 1,077,114 2,231,107
4 Kab Bandung 1,685,952 1,621,444 3,307,396
5 Kab Garut 1,256,742 1,224,410 2,481,152
6 Kab Tasikmalaya 858,728 863,786 1,722,514
7 Kab Ciamis 773,907 788,979 1,562,886
8 Kab Kuningan 531,012 525,263 1,056,275
9 Kab Cirebon 1,081,203 1,028,944 2,110,147

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 3


Kabupaten/ Jenis Kelamin
No.
Kota
Total
Laki-laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)

10 Kab Majalengka 594,223 594,968 1,189,191


11 Kab Sumedang 563,455 561,447 1,124,902
12 Kab Indramayu 873,528 823,070 1,696,598
13 Kab Subang 756,231 741,270 1,497,501
14 Kab Purwakarta 451,553 431,246 882,799
15 Kab Karawang 1,133,547 1,065,431 2,198,978
16 Kab Bekasi 1,426,765 1,359,873 2,786,638
17 Kab Bandung Barat 797,771 765,618 1,563,389
18 Kota Bogor 503,317 484,131 987,448
19 Kota Sukabumi 157,060 151,448 308,508
20 Kota Bandung 1,249,333 1,212,598 2,461,931
21 Kota Cirebon 151,795 150,977 302,772
22 Kota Bekasi 1,240,796 1,207,495 2,448,291
23 Kota Depok 930,120 905,837 1,835,957
24 Kota Cimahi 283,982 276,677 560,659
25 Kota Tasikmalaya 330,362 322,723 653,085
26 Kota Banjar 89,265 90,765 180,030
Total 22,666,168 21,882,263 44,548,431

Sumber:SurveiSosialEkonomiNasional(Susenas)2012

Secara kewilayahan penduduk Jawa Barat terkonsentrasi pada daerah-daerah


industri yaitu Metropolitan Bodebek-Karpur (Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Bekasi) serta Metropolitan Bandung Raya (Kabupaten Bandung). Hal ini
menunjukkan bahwa daerah industri masih memiliki daya tarik bagi penduduk dari
desa untuk mencari pekerjaan.

2.1.3. Potensi pengembangan wilayah

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat Tahun 2009
2029, wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi ke dalam 6 (enam) Wilayah
Pengembangan (WP), yaitu WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP
Ciayumajakuning, WP Priangan Timur dan Pangandaran, WP Sukabumi dan

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 4


sekitarnya, serta WP Kawasan Khusus (KK) Cekungan Bandung, dengan potensi
masing-masing wilayah adalah :
1. WP Bodebekpunjur, yang mencakup wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten
Bekasi, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor dan sebagian Kabupaten Cianjur
(Kecamatan Cugenang, Kecamatan Pacet, Kecamatan Sukaresmi dan
Kecamatan Cipanas). Wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam
sektor pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa,
pertambangan, agribisnis dan agrowisata;
2. WP Purwasuka, yang meliputi daerah Kabupaten Subang, Kabupaten
Purwakarta dan Kabupaten Karawang. Wilayah ini memiliki potensi
pengembangan pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata, dan pertambangan;
3. WP Ciayumajakuning, yang mencakup Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu dan Kota Cirebon.
Wilayah ini merupakan wilayah yang potensial untuk dikembangkan dalam sektor
agribisnis, agroindustri, perikanan, pertambangan, dan pariwisata;
4. WP Priatim Pangandaran, yang mencakup Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota Tasikmalaya, Kota Banjar dan Kabupaten
Pangandaran. Wilayah ini memiliki potensi pengembangan dalam sektor
pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, dan
pertambangan mineral;
5. WP Sukabumi, wilayahnya mencakup Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi
dan Kabupaten Cianjur. Wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam
sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan tangkap, pariwisata,
industri pengolahan, bisnis kelautan, dan pertambangan mineral.
6. WP Kawasan Khusus Cekungan Bandung, yang meliputi Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung dan sebagian
Kabupaten Sumedang (Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Tanjungsari,
Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Pamulihan).
Wilayah ini memiliki potensi pengembangan pada sektor pertanian hortikultura,
industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan dan jasa, pariwisata, dan
perkebunan.

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 5


Setiap kabupaten/kota di masing-masing wilayah pengembangan (WP)
memiliki industri unggulan spesifik sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Kab.Karawang :
Kab.Bekasi : Kab.Subang :
1 .Mesin & Kab.Cirebon :
1.Pakaian jadi 1. Keraj.Kayu
Komponen 1. Furniture Rotan
2.Boneka 2. Komponen
2. Pakaian jadi. 2. Batik
3.Komponen
Kota Depok : 3. Mak. Olahan 3. Batu Alam
1. Pakaian jadi. 4. Mak. Olahan
2. Ind. Telematika Kota Bekasi :
3. Mak. Olahan 1. Pakaian jadi. Kab.Purwakarta: Kab.Indramayu:
2. Keraj.Kayu 1. Keramik 1.Batik
3. Perhiasan 2. Mak. Olahan 2.Kerajinan Rotan
Kab.Bogor : 3. Mak. Olahan Kota Cirebon :
1. Tekstil & Produk 1. Furniture Rotan
Tekstil 2. Kaca Patri
2. Ind. Tas 3. Kerajinan Rotan
3. Alas Kaki
4. Mak. Olahan
Kab.Majalengka :
Kota Bogor : 1. Bola Sepak
1. Pakaian jadi. 2. Bata,Genteng
2. Bordir 3. Kerajinan Rotan
3.Ind. Tas 4. Batu Alam
Kab.Sukabumi : 4. Keramik
1. Batu Aji. 5. Mak. Olahan
2. Keraj. Kayu.
Kab.Kuningan :
3. Komponen &
1. Kerjajinan Rotan
MEsin
2. Minyak Atsiri.
4. Bola Sepak Kota Sukabumi : 3. Mak. Olahan
5. Mak. Olahan 1. Keraj. Kayu.
2. Mak. Olahan Kab.Ciamis :
1. Ijuk.
2. Furniture Kayu Kelapa
Kab. Cianjur : 3. Mak. Olahan
1. Furniture kayu 4. Batik
2. Kerajinan logam
Kab.Tasikmalaya :
3. Komponen Logam
1. Bordir.
4. Sutera. Kab.Bandung : 2. Keraj.Pandan &
5. Mak. Olahan 1. Tekstil & Produk Kota Banjar :
Kab. Garut : Mendong
Tekstil 1. Kulit & Produk 1. Meubel Akar Kayu 3. Kelom Geulis.
2. Alaskaki Kulit 4. Mak. Olahan
Kota Bandung : 3. Komponen. 2. Batik.
1. Tekstil & Produk Tekstil 4. Boneka 3. Sutera.
2. Alas kaki. 5. Mak. Olahan Kota Tasikmalaya :
4. Minyak Atsiri Kab.Sumedang :
3. Elektronika 1. Bordir.
Kota Cimahi : 5. Mak. Olahan 1. Kerajinan Kayu
4. Rajut 2.Keraj.Pandan& Mendong
5. Ind. Telematika 1. Pakaian jadi 2. Furniture Kayu
3. Kelom geulis
6. Komponen 2. Ind. Telematika. 3. Mak. Olahan
4. Batik
7. Mak. Olahan 3. Mak. Olahan
5. Mak. Olahan

Sumber : Disperindag Provinsi Jawa Barat, 2012

Gambar 2.3
Peta Industri Unggulan Kabupaten/Kotadi Jawa Barat

2.1.4. Wilayah Rawan Bencana

Sesuai dengan karakteristik Jawa Barat, beberapa daerah merupakan daerah


rawan banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain adalah :
a) Gempa Bumi dan Tsunami
Tatanan geologi dan tektonik di Jawa Barat membentuk jalur gempa
dengan ribuan titik pusat gempa yang berpotensi menjadi ancaman.
Terdapat 5 (lima) sesar aktif di 8 (delapan) kabupaten/kota yang rawan
gempa bumi dan tsunami yaitu Kabupaten Garut, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Pangandaran, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung, dan Kota
Sukabumi.
b) Gunung Berapi

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 6


Terdapat 7 (tujuh) gunung berapi aktif dan berpotensi menjadi ancaman
bencana, yaitu: 1) Kawasan bahaya letusan Gunung Tangkuban Perahu
terketak di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang, 2) Kawasan
bahaya letusan Gunung Papandayan terletak di Kabupaten Garut dan
Kabupaten Bandung, 3) Kawasan bahaya letusan Gunung Ciremai
terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Majalengka, 4)
Kawasan bahaya letusan Gunung Gede Pangrango terletak di Kabupaten
Bogor, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi, 5) Kawasan bahaya
letusan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut, 6) Kawasan bahaya
letusan Gunung Salak terletak di di Kabupaten Bogor dan Kabupaten
Sukabumi.
c) Angin Topan dan Badai
Terdapat 6 Kabupaten/Kota yang rawan angin topan dan badai, yaitu
Kabupaten Indramayu, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi, dan Kota Bogor.
d) Banjir
Terdapat 13 kabupaten/kota yang merupakan daerah rawan banjir yaitu
Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Subang,
Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Indramayu, Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kota Bekasi, dan Kota Depok.
e) Longsor
Terdapat 13 kabupaten/kota yang merupakan daerah rawan longsor, yaitu
Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten
Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kuningan, Kabupaten
Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten
Pangandaran.
f) Kekeringan
Terdapat 3 kabupaten/kota yang merupakan daerah rawan kekeringan,
yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, dan Kabupaten
Karawang yang merupakan lumbung pangan nasional.

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 7


2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Berdasarkan publikasi BPS selama kurun waktu Tahun 2007-2012,


perekonomian Jawa Barat tumbuh rata-rata 5,86% dengan capaian tertinggi pada
Tahun 2011 sebesar 6,48%. Rata-rata inflasi selama periode tersebut sebesar
5,45% dengan capaian terendahnya adalah 3,09% pada Tahun 2009 dan inflasi
tertinggi adalah 11,11% pada Tahun 2008. Terkendalinya inflasi yang mencapai
angka di bawah dua digit, kecuali Tahun 2008 tidak lepas dari peran kolaborasi
otoritas moneter dengan pemerintah daerah melalui forum pengendalian inflasi
daerah. Data Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi dari Tahun 2008 2012
dapat dilihat pada Tabel 2-2.

Tabel 2.2.
LPE dan Inflasi Jawa Barat Tahun 2008-2011
Tahun
Uraian 2007
2008 2009 2010 2011 2012
Baseline
Laju Pertumbuhan 6,48 6,21 4,29 6,09 6,48 6,21
Ekonomi
Inflasi 5,10 11,11 3,09 6,46 3,10 3,86
Sumber: BPS Jawa Barat 2012;
Keterangan: *) angka perkiraan BPS Provinsi Jawa Barat

Berdasarkkan sisi produksi, kapasitas sektor non-tradable (sektor jasa dan


perdagangan) semakin besar terkait dengan keunggulan Jawa Barat sebagai pusat
kuliner dan fashion yang menarik bagi turis domestik maupun asing untuk
mengunjungi Jawa Barat terutama Kota Bandung dan sekitarnya. Sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) tumbuh tinggi menembus dua digit selama
dua tahun berturut-turut, yakni 10,12% pada Tahun 2009 dan 11,77% pada Tahun
2010, sedangkan pada Tahun 2011 sektor ini tumbuh melambat yakni 8,11%
mendekati pertumbuhan pada Tahun 2007 mencapai 8,03%, kemudian melonjak lagi
pada Tahun 2012 mencapai 11,55%. Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh
diatas dua digit untuk tiga tahun terakhir, yakni 16,23%Tahun 2010, 14,93% Tahun
2011dan 12% Tahun 2012.
Sementara itu, pertumbuhan sektor tradable (pertanian dan industri)
cenderung lebih rendah dari rata-rata LPE Jawa Barat. Sektor industri pengolahan

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 8


yang merupakan sektor dominan PDRB Jawa Barat tumbuh 6,21% Tahun 2011
setelah mengalami pertumbuhan negatif pada tahun 2009 sebesar 1,74%. Namun
Tahun 2012 melambat menjadi 3,94% seiring dengan melambatnya pertumbuhan
ekspor Jawa Barat menjadi 5,52% dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai 6,51%.
Krisis ekonomi yang masih terjadi di sejumlah negara tujuan ekspor Indonesia
mengakibatkan turunnya permintaan terhadap ekspor Jawa Barat. Pertumbuhan
sektor pertanian menurun di Tahun 2010 dan negatif di Tahun 2011 (-0,09%) dan
2012(-0,7%), tetapi berpotensi tumbuh kembali karena besarnya peluang
pengembangan agribisnis di Jawa Barat.
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang didominasi oleh pertumbuhan pada
sektor non-tradable (sektor perdagangan dan jasa) perlu mendapat perhatian karena
dapat berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja dan pemanfaatan sumber daya
yang rendah, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.4. Dengan demikian,
pertumbuhan sektor tradable (pertanian & industri) perlu menjadi prioritas
pembangunan ekonomi Jawa Barat.

P e rt u m b u h a n S e kt o r T ra d a b le
d a n N o n t ra d a b le J ab a r
1 2,0
11 ,56
1 0,9 6

1 0,0
9 ,41

7 ,61 7, 68 8 ,26
8,0
6, 96
6 ,53
6,2 1 6, 48
5,9 5 6 ,4 8
6,0 5 ,45 6, 21 6, 21
6,0 2
5, 60 6, 09
4,6 7 4,7 7 5,8 9 5, 74
4,1 2
5,0 7 4 ,32
4,0 3,1 6 3,7 6 4, 19
3, 98
3,5 4 3,5 3 3 ,39
2,5 1
2,0 2 ,36
1 ,81
1,5 9

0,0
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 110 12
02 02 02 02 02 02 02 02 02 02 2 02

T ra da ble No n T r ad ab le P D RB

Sumber : Data diolah, Bappeda Jabar, 2012

Gambar: 2.4.
Pertumbuhan Sektor Tradable dan Nontradable Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan sisi penggunaan, konsumsi rumah tangga masih tetap


mendominasi PDRB Jawa Barat, yakni sebesar 58,24% Tahun 2012 (Tabel 2.3).
Seperti halnya perekonomian nasional, perekonomian Jawa Barat bercirikan
RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 9
domestic-demand led growth, dimana dominasi utama berasal dari konsumsi rumah
tangga. Permintaan domestik menjadi kekuatan ekonomi Jawa Barat untuk tumbuh
dan membentuk resistensi terhadap gejolak eksternal. Konsumsi rumah tangga yang
tinggi akan menjadi sumber ketahanan ekonomi yang penting apabila dapat
dimanfaatkan sebagai pasar hasil produksi.

Tabel 2.3
Distribusi PDRB Provinsi Jawa Barat
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan Tahun 2011-2012
Laju
No Komponen Penggunaan 2011 2012
Pertumbuhan
1. Konsumsi Rumah Tangga 59,28% 58,24% -1,04%
2. Konsumsi Pemerintah 8,89% 8,78% -0,11%
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 18,16% 18,50% 0,34%
4. a. Perubahan Inventori 4,58% 5,12% 0,54%
b. Diskrepansi Statistik 2,51% 1,63% -0,88%
5. Ekspor 35,40% 35,94% 0,54%
6. Dikurangi: Impor 29,40% 28,62% -0,78%
Sumber : Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Jawa Barat, 2013

PDRB per kapita berdasarkan harga konstan mengalami peningkatan dari


sekitar Rp 7,01 juta pada Tahun 2008 menjadi Rp 8,18 juta juta pada Tahun 2012
atau meningkat rata-rata sebesar 3,95% per tahun. Sementara itu, Indeks Gini
selama periode 2008-2012 cenderung mengalami peningkatan, yaitu dari 0,28
menjadi 0,41 (Pusdalisbang, Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2013). Kedua hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan pendapatan penduduk Jawa Barat cenderung
semakin terdistribusi secara tidak merata sehingga ketimpangan pendapatan yang
terjadi semakin lebar.

2.2.2 Kesejahteraan Sosial

Pembangunan daerah bidang kesejahteraan sosial berkaitan dengan kualitas


manusia dan masyarakat Jawa Barat. yang tercermin pada pendidikan, kesehatan,
tingkat kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja, dan tingkat kriminalitas.
Capaian Bidang Pendidikan untuk indikator Angka Melek Huruf (AMH) pada Tahun
2012 sebesar 96,97%, pada Tahun 2008 sebesar 95,53% (LKPJ 2008), sedangkan
Tahun 2007 sebagai tahun dasar perhitungan/baseline adalah sebesar 95,32%
(LKPJ 2007). Dengan demikian terjadi peningkatan capaian AMH Tahun 2012
terhadap Tahun 2007 sebesar 1,65%. Capaian Rata-rata Lama Sekolah (RLS) pada

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 10


Tahun 2012 sebesar 8,15 tahun (angka perkiraan BPS Jawa Barat, 6 Maret 2013),
Tahun 2008 sebesar 7,50 tahun (LKPJ 2008), sedangkan capaian RLS Tahun 2007
sebesar 7,50 tahun (LKPJ 2007). Dengan demikian capaian RLS Tahun 2012
terhadap Tahun 2007 terjadi peningkatan sebesar 0,65 tahun.
Indikator AHH Pada Tahun 2012 sebesar 68,60 tahun, pada Tahun 2008
sebesar 67,8 tahun (LKPJ 2008), sedangkan capaian Tahun 2007 sebagai tahun
dasar perhitungan/baseline adalah sebesar 67,60 tahun (LKPJ 2007).

Tabel 2.4
Capaian IPM Jawa Barat tahun 2007-2012
Tahun
Uraian
2007 2008 2009 2010 2011 2012
IPM 70,71 71,12 71,64 72,08 72,82 73,19*)
a) Indeks Pendidikan 80,21 80,35 81,14 81,67 82,55 82,75*)
- RLS (Tahun) 7,50 7,50 7,72 7,95 8,20 8,15*)
- Angka Melek Huruf (%) 95,32 95,53 95,98 96,00 96,48 96,97*)
b) Indeks Kesehatan 71,00 71,33 71,67 72,00 72,34 72,67*)
- Angka Harapan Hidup 67,60 67,80 68,00 68,20 68,40 68,60*)
c) Indeks Daya beli 60,93 61,66 62,10 62,57 63,57 64,17*)
- Purchasing Power
623,64 626,81 628,71 630,77 635,10 637,67*)
Parity/PPP (Rp.000)
Sumber: Bappeda Jabar 2013

Dari Tabel 2.4 menunjukan bahwa capaian IPM terus meningkat dari tahun ke
tahun namun demikian disparitas IPM antara kabupaten/kota masih cukup tinggi
sebagaimana digambarkan pada grafik dibawah ini (Gambar 2.5).
Beberapa kabupaten kota capaian IPM berada diatas rata-rata capaian IPM
Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota
Tasikmalaya, Kota Cirebon, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Bandung. Sedangkan kabupaten kota lainya
berada dibawah rata-rata IPM Jawa Barat dengan capaian terendah berada di
WKPP III dan WKPP IV yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon Dan
Kabupten Cianjur (Gambar 2.5).

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 11


Sumber: Pusdalisbang Bappeda Provinsi Jawa Barat (diolah)
Gambar 2.5
Data IPM Jawa Barat per Kabupaten/Kota

Peningkatan IPM jawa Barat selama kurun waktu 6 tahun dipengaruhi bukan
oleh salah satu komponen aja melainkan dari ketiga komponen penyusun IPM yaitu
pendidikan kesehatan dan daya beli.
Indeks pendidikan di Jawa Barat mengalami peningkatan, kondisi tersebut
sama dengan kondisi di kabupaten/kota (Gambar 2.6). Indeks pendidikan yang
tertinggi terjadi pada Tahun 2011 yang dicapai oleh Kota Cimahi yaitu sebesar 89,95,
kemudian berturut-turut Kota Bandung sebesar 89,93, dan kota Bekasi sebesar
89,33. Indeks pendidikan terendah berada pada Kabupaten Depok dengan nilai
67,49, Kabupaten Indramayu sebesar 70,03, dan Kabupaten Bandung sebesar
73,49.

RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2018 II 12

Anda mungkin juga menyukai