KETERBAGIAN
2.1 Pendahuluan
Pada pertemuan minggu ke-3 , dan 4 ini dibahas konsep keterbagian, algo-ritma
pembagian dan bilangan prima pada bilangan bulat. Relasi keterbagian pada
himpunan semua bilangan bulat memunculkan banyak sifat menarik. Dari relasi ini
dapat didefinisikan pengertian hasil bagi dan sisa pembagian, sehingga dapat
membangkitkan operasi pembagian bilangan bulat dan konsep modulo.
Dengan mempelajari bab ini, diharapkan:
2.2 Keterbagian
Sejak di sekolah dasar telah dikenal beberapa operasi pada bilangan bulat,
diantaranya penjumlahan(+), pengurangan(−), perkalian(× atau ·) dan pembagian(: atau
/). Untuk sebarang dua bilangan bulat berlaku jumlah, selisih dan hasil kalinya masing-
masing merupakan bilangan bulat, tetapi pembagian bilangan yang satu dengan yang
lain belum tentu merupakan bilangan bulat.
Jika m tidak habis dibagi oleh n, dituliskan n̸m|. Karena 0 = 0.n, diperoleh
a. x|x;
d. Jika x|y dan x|z, maka x|αy + βz untuk setiap bilangan bulat α dan β;
Diperhatikan bahwa untuk sebarang bilangan bulat tak nol n, faktor positif
dari n ada sebanyak ganjil jika dan hanya jika n merupakan kuadrat sempurna, yaitu
n = m2 untuk suatu bilangan bulat m. (Jika suatu bilangan bulat tidak habis dibagi
oleh sebarang bilangan kuadrat, maka bilangan terse-but disebut square free.) Hal ini
dikarenakan jika n bukan kuadrat sempurna, maka semua faktor positif dari n dapat
dinyatakan ke dalam pasangan-pasangan berbentuk (x,nx ).
n + 20
Contoh 2.2.3. Tentukan semua bilangan bulatnsehingga merupakan
bilangan bulat. n − 13
n + 20 n − 13 + 33 33
= =1+ .
n − 13 n – 13 n − 13
n + 20 33
Jika n−13 bulat, maka n−13 bulat. Artinya n− 13|33 atau n− 13 faktor
dari 33. Karena faktor dari 33 adalah −33,−11,−3,−1, 1, 3, 11 dan 33, maka
diperoleh nilai n yang mungkin adalah −20, 2, 10, 12, 14, 16, 24 atau 46. Dapat
Contoh 2.2.4. Tentukan semua pasangan bilangan bulat positif (m, n) dengansifat
2 3
m +n = 1.
2 3
Penyelesaian. Misalkan bilangan bulat positif n dan m memenuhi m + n = 1, maka
berlaku
2n + 3m = mn
⇔ (m− 2)(n− 3) = 6.
Contoh 2.2.5. Pada suatu ruangan terdapat 20 kotak kosong, bernomor 1 sam-pai
20. Sebanyak 20 anak secara bergiliran melakukan ekperimen terhadap kotak-kotak
tersebut. Anak pertama memasukkan satu bola ke masing-masing 20 kotak tersebut.
Anak kedua mengambil bola yang ada pada kotak bernomor 2, 4, . . . , 20. Anak
ketiga melakukan eksperimen terhadap kotak-kotak bernomor 3, 6, . . . , 18: jika
pada kotak tidak terdapat bola, maka dia memasukkkan satu bola ke kotak tersebut
dan jika pada kotak terdapat bola, maka dia mengambil bola pada kotak tersebut.
Anak ke i melakukan eksperimen terhadap kotak-kotak bernomor keli-patan i: jika
pada kotak tidak terdapat bola, maka dia memasukkkan satu bola ke kotak tersebut
dan jika pada kotak terdapat bola, maka dia mengambil bola pada kotak tersebut.
Tentukan banyak kotak yang berisi bola setelah semua anak menyelesaikan
eksperimennya?
Teorema 2.2.6. Hasil kalin≥ 1 bilangan bulat berurutan selalu habis dibagioleh n!.
(n! = 1 × 2 × . . . × n)
Basis induksi. Untuk n = 1, cukup jelas bahwa perkalian 1 bilangan bulat positif pasti
habis dibagi oleh 1. Jadi, pernyataan benar untuk kasus n = 1. Langkah induksi.
Diasumsikan pernyataan benar untuk n = k, yaitu perkalian k bilangan bulat positif
berurutan habis dibagi oleh k!. Akan ditunjukkan perny-ataan benar untuk kasus n =
k + 1, yaitu perkalian k + 1 bilangan bulat positif berurutan habis dibagi oleh (k +1)!.
Misalkan k +1 bilangan berurutan dimaksud adalah m, m + 1, m + 2, . . . , m + k
untuk suatu bilangan bulat positif m. Akan di-tunjukkan dengan induksi matematika
bahwa untuk setiap bilangan bulat positif
m berlaku m(m + 1)(m + 2) . . . (m + k) habis dibagi oleh (k + 1)! .
Jadi, terbukti bahwa perkalian n bilangan bulat positif berurutan habis dibagi oleh n!.
Selanjutnya, jika diantara n bilangan bulat berurutan terdapat 0, maka hasil kalinya
sama dengan 0, sehingga pasti habis dibagi oleh n!. Untuk kasus, jika n bilangan
berurutan tersebut semua merupakan bilangan negatif, dapat dibuk-tikan dengan cara
yang sama seperti bagian pertama dengan mengalikan hasil
kalinya dengan (−1)n.
Contoh 2.2.7.
Tunjukkan bahwan6−n2selalu habis dibagi oleh 60 untuk semuabilangan bulat positif
n.
Beberapa konsep dasar yang dimiliki oleh bilangan ganjil dan genap sebagai berikut:
g. Perkalian dua bilangan bulat merupakan bilangan genap jika dan hanya jika
salah satunya merupakan bilangan genap.
Konsep ini sangat bermanfaat dalam menyelesaikan beberapa masalah teori bi-
langan.
Berikut diberikan salah satu konsep yang disebut Algoritma Pembagian yang
memiliki peranan penting dalam teori bilangan.
Contoh 2.3.2. Diketahui bilangan 1059, 1417 dan 2312 memiliki sisa yang
samaketika dibagi oleh d >1. Tentukan nilai d.
1059 = q1d + r
1417 = q2d + r
2312 = q3d + r,
( ) m−2 2
(x + y)m = xm + ( 1 xm−1y+ 2 x
)
y + . . . +(m−1)xym−1+ ym,
dengan mengambil m = 2n−1, x = 8 dan y = 1 diperoleh
n n n
n
1 1 2 1 1 n 1 2n 1
(8 + 1)2 = 82 + (1− ) 82 −1+ (2 2− )8m−2+. . .+ ( − )
2n−1 1 8 + 1.
−
n 2
n
2 1
Akibatnya 3 + 1 = (8 + 1) + 1 = (8K + 1) + 1 = 4(2K) + 2 untuk suatu
bilangan bulat positif K. Jadi, 32n +1 habis dibagi oleh2 tetapi tidak habis dibagi
oleh 4.
Pada bagian ini dijelaskan mengenai konsep bilangan prima dan bilangan
komposit.
Contoh 2.4.4. Tentukan semua bilangan bulat positifndengan sifat 3n−4, 4n−5 dan
5n − 3 merupakan bilangan prima.
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa jumlah ketiga bilangan tersebut adalah bilangan
genap, maka setidaknya salah satu diantaranya merupakan bilangan
Contoh 2.4.5. Tunjukkan bahwan4 + 4 merupakan bilangan prima jika danhanya jika
n = 1.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Euclid telah menunjukkan bahwa ada tak
hingga banyak bilangan bulat positif yang merupakan bilangan prima.
Bukti. Diandaikan bilangan prima hanya berhingga banyak, katakan p1< p2<
. . . < pm. Diperhatikan bilangan P = p1p2. . . pm + 1. Jika P prima, maka
P > pm, kontradiksi dengan fakta bahwa pmbilangan prima terbesar. Akibat-
nya P haruslah komposit. Artinya P memiliki faktor prima, katakan p > 1.
Diperhatikan bahwa p = pk untuk suatu k∈{1, 2, . . . , m}. Diperoleh bahwa
pk|p1p2 . . . pk . . . pm+ 1. Artinya pk|1, suatu kontradiksi. Jadi, ada tak hingga
3.1 Pendahuluan
Sebagai kelanjutan dari konsep bilangan prima dan keterbagian, pada bagian ini
dibahas mengenai faktorisasi prima pada bilangan bulat dan aplikasinya un-tuk
menentukan banyak faktor dan jumlah faktor suatu bilangan bulat. Materi ini
disampaikan pada Minggu ke-5 dan 6.
Dengan mempelajari bab ini, diharapkan:
Salah satu sifat dasar dari teori bilangan terkait dengan faktor prima diberikan
sebagai berikut.
Teorema 3.2.1 (Teorema Fundamental Aritmatik). Setiap bilangan bulatn > 1 dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilangan-bilangan prima secara tunggal.
dimana p1, p2, . . . , pk, q1, q2, . . . , qh bilangan prima dengan p1≤p2≤. . .≤pk dan
q1≤q2≤. . .≤qh sehingga k-tupel (p1, p2, . . .) tidak sama dengan h-tupel (q1, q2, . . . , qh.
Jelas bahwa k, h≥ 2. Misalkan n merupakan bilangan terkecil yang memiliki dua
faktorisasi prima. Akan ditunjukkan terjadi suatu kontradiksi dengan menemukan
bilangan yang lebih kecil dari n yang memiliki dua faktorisasi prima.
dengan p1, p2, . . . , pk bilangan prima berbeda dan α1, α2, . . . , αk. Representasi ini
dinamakan faktorisasi prima (faktorisasi kanonik ) dari n.
Bukti. Karena p|ab, maka p harus muncul pada faktorisasi prima dari ab. Karena
faktorisasi prima dari a, b dan ab tunggal dan faktorisasi prima dari ab merupakan
perkalian faktorisasi prima dari a dan b, maka p harus muncul setidaknya pada
salah satu faktorisasi prima dari a atau b, yang berarti p|a atau p|b.
De nisi 3.2.5. Diberikan bilangan bulatn > 1 dan bilangan primap. Bilanganpk
dikatakan membagi penuh n, ditulis pk∥n, jika k adalah bilangan bulat positif
terbesar sehingga pk|n.
Contoh 3.2.6. Tentukan faktor terbesar dari 1001001001 yang kurang dari 10000.
dengan π(n) merupakan banyaknya bilangan prima yang kurang dari atau sama
dengan n.
Untuk setiap bilangan bulat positif n, banyaknya faktor positif dari n dinotasikan
dengan τ(n). Jelas bahwa
∑
τ (n) =1.
d|n
Teorema 3.3.1. Jika n = pα11 pα22 . . . pαkk faktorisasi prima dari n, maka
Bukti. Diperhatikan bahwa berdasarkan faktorisasi prima dari n, setiap fak-tor positif
dari n berbentuk pb11pb22. . . pbkk , dengan 0 ≤bi≤αi, i = 1, 2, . . . , k. Diperoleh
banyaknya faktor positif dari n sama dengan banyaknya kemungkinan nilai dari b1,
b2, . . . , bn. Karena untuk setiap i, ada (αi +1) kemungkinan untuk bi,
maka diperoleh banyaknya faktor positif dari n adalah (α1 +1)(α2 +1) . . . (αk +1).
= d n ( d. d ) =
Jadi,
∏
|
(n)
d=n 2 .
dn
Contoh 3.3.3. Tentukan peluang sebarang bilangan dipilih dari faktor positif
1020merupakan kelipatan 1013.
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa setiap faktor positif dari 1020 berbentuk 2a5b
dengan 0 ≤a, b≤ 20, sedangkan 1013 = 213513. Diperoleh faktor posi-tif dari faktor
positif 1020 yang merupakan kelipatan 1013 berbentuk 2a5b den-gan 13 ≤a, b≤ 20,
sehingga didapat banyaknya faktor yang memenuhi kondisi
tersebut ada 8 × 8 = 64. Di lain pihak, banyak faktor positif dari 1020 adalah
21 × 21 = 441. Jadi, peluang sebarang bilangan dipilih dari faktor positif 1020
64
√
Teorema 3.3.4. Untuk setiap bilangan bulat positifnberlakuτ(n) ≤ 2 n.
Bukti. Misalkan d1<√d2< . . . < dk faktor-faktor positif dari n yang kurang dari atau
sama dengan n. Diperoleh bahwa faktor lain yang tersisa adalah
n n n
, ,..., .
d1 d2 dk
√
Akibatnya diperoleh τ(n) ≤ 2k≤ 2dk≤ 2 n.
Untuk setiap bilangan bulat positif n, jumlah semua faktor positif dari n, terma-suk 1
dan n, dinotasikan dengan σ(n). Jelas bahwa
∑
σ(n) = d.
d|n
Teorema 3.4.1. Jika n = pα11 pα22 . . . pαkk faktorisasi prima dari n, maka
α +1 α +1
σ(n) = p1 1 −1 ... pk k −1 .
p1 − 1 pk − 1
Bukti. Diperhatikan bahwa setiap faktor positif dari n berbentuk
dengan 0 ≤bi≤αi, i = 1, 2, . . . , k. Setiap faktor positif dari n muncul tepat sekali pada
penjabaran perkalian
(1 + p1 + . . . + pα11 ) . . . (1 + pk + . . . + pαkk ).
Akibatnya diperoleh
(2 + 22 + 23 + 24 + 25)(1 + 5 + 52 + 53 + 54 + 55).
Akibatnya diperoleh
56 − 1
2 3 4 5 2 3 4 5
(2 + 2 + 2 + 2 + 2 )(1 + 5 + 5 + 5 + 5 + 5 ) = 62. = 242172.
5−1
Teorema 3.4.3. Bilangan bulat positifpmerupakan bilangan prima jika danhanya jika
σ(p) = p + 1.
√
Teorema 3.4.4. Untuk setiap bilangan kompositnberlakuσ(n) > n + n.
√
berdasarkan Teorema 2.4.2 terdapat a faktor positif dari n dengan 1 < a≤ n.
n n n √
1 + a + na + n > n + √n.
4.1 Pendahuluan
Pada bagian ini dibahas konsep mengenai faktor persekutuan terbesar dan
kelipatan persekutuan terkecil bilangan-bilangan bulat. Faktorisasi prima yang telah
dibahas pada Bab 2, pada pertemuan Minggu ke-8 dan 9 memunculkan konsep faktor
persekutuan dan kelipatan persekutuan antara lebih dari satu bi-langan bulat.
5. Mahasiswa bisa menerapkan sifat-sifat FPB dan KPK pada masalah bilan-gan
bulat
e. Jika px∥m dan py∥n, maka pmin(x,y)∥gcd(m, n). Lebih lanjut, jika m = pα11 . .
. pαkk dan n = pβ11 . . . pβkk , αi, βi ≥ 0, i = 1, 2, . . . , k, maka
min( α ,β ) min( α ,β )
gcd(m, n) =p 1 1 1 ...p k k k.
b. Buktikan bahwa d = 3 jika dan hanya jika n = 3k + 1 untuk suatu bilangan bulat
positif k.
a. Diperhatikan bahwa d|7n + 5 dan d|5n + 4, maka d|5(7n + 5) dan d|7(5n + 4).
Akibatnya d|5(7n + 5) − 7(5n + 4) atau d|3. Artinya, d faktor positif dari 3. Jadi, d
= 1 atau d = 3.
b. Diperhatikan bahwa n dapat dinyatakan dalam salah satu bentuk berikut: 3k, 3k +
1 atau 3k + 1, untuk suatu bilangan bulat positif k. Jika n = 3k, maka 7n + 5 = 21k
+ 5 = 3(7k + 1) + 2 dan 5n + 4 = 15k + 4 = 3(5k + 1) + 1. Jika n = 3k + 1, maka 7n
+ 5 = 21k + 12 = 3(7k + 4) dan 5n + 4 = 15k + 9 =3(5k + 3). Jika n = 3k + 2, maka
7n + 5 = 21k + 19 = 3(7k + 6) + 1 dan
Contoh 4.2.4. Tunjukkan bahwa untuk setiap bilangan bulat positifn, pecahan
21n+ 4
tidak dapat disederhanakan.
14n + 3
Bilangan a1, a2, . . . , an dikatakan relatif prima jika gcd(a1, a2, . . . , an) = 1.
Diperhatikan bahwa gcd(a1, a2, . . . , an) = 1 belum tentu berakibat gcd(ai, aj ) =
1 untuk 1 ≤i < j≤n. Jika a1, a2, . . . , an memenuhi gcd(ai, aj ) = 1 untuk
1 ≤ i < j ≤ n, maka a1, a2, . . . , andikatakan sepasang-sepasang relatif prima.
Contoh 4.3.1. Jika sebuah bilangan bulat positif kelipatan 305 dipilih secara acak,
dengan setiap kelipatan mempunyai peluang yang sama untuk dipilih, ten-tukan
peluang bilangan tersebuthabisdibagi 2013?
diperoleh gcd(2013, 305) = gcd(305, 183) = gcd(183, 122) = gcd(122, 61) = 61.
Diperoleh 2013 = 61.33 dan 305 = 61.5. Akibatnya, peluang yang dimaksud sama
dengan peluang suatu bilangan kelipatan 5 habis dibagi 33, yaitu 331.
Akibatnya d|6. Di lain pihak, setiap bilangan pada barisan 2014 + 2, 20142 + 2,
20143 + 2, . . . habis dibagi 2. Lebih lanjut, karena 2014 = 2013 + 1 = 671.3 + 1,
maka untuk setiap bilangan bulat positif k berlaku 2014k = 3ak + 1 untuk suatu
bilangan bulat positif ak. Diperoleh 3|2014k + 2 untuk setiap bilangan bulat posi-tif k.
Karena 2 dan 3 relatif prima, maka setiap bilangan pada barisan tersebut habis dibagi
oleh 6, sehingga diperoleh 6|d. Karena d|6 dan 6|d, maka d = 6.
α
i+1 i−1+qi+1αi
=α
β
i+1 =βi−1+qi+1βi
untuk i = 2, 3, . . . , k− 1. Akibatnya diperoleh gcd(m, n) = rk = αkm + βkn.
Teorema 4.4.3. Diberikan bilangan bulat positifa, bdan bilangan bulatc. Jikaa|bc
Teorema 4.4.4. Diberikan bilangan bulat positifa, byang relatif prima. Jikacbilangan
Bukti. Karena a|c, maka c = ax untuk suatu bilangan bulat x. Akibatnya b|ax. Karena
gcd(a, b) = 1 dan b|ax, maka b|x. Diperoleh x = by untuk suatu bilangan
bulat y, sehingga didapat c = aby atau ab|c.
p membagi( k ).
4.5 Kelipatan Persekutuan Terkecil
b. Jika m′ kelipatan persekutuan dari s dan t dan m′= ss′= tt′, gcd(s′, t′) =1,
makam′ = lcm(s, t).
c. Jika m; kelipatan persekutuan dari s dan t, maka lcm(s, t)|m′.
max(α ,β )+min(α ,β )
gcd(m, n).lcm(m, n) = p1 1 1 1 1 . . . pkmax(αk,βk)+min(αk,βk)
pα1+β
α +β
= 1 . . . p k k = mn.
1 k
Penyelesaian. Misalkan d = gcd(a, b). Diperoleh d|52 dan d|168, sehingga d| gcd(52,
168). Karena 168 = 3.52+12, 52 = 4.12+4, 12 = 3.4, maka berdasarkanAlgoritma
Euclid diperoleh gcd(168, 52) = 4, sehingga d|4. Diperhatikan bahwa 4|lcm(a, b),
maka 4|a atau 4|b. Karena 4|a+b, maka 4|a dan |b, sehingga diperoleh 4|d. Jadi, d =
4. Berdasarkan Teorema 4.5.3, diperoleh ab = 4.168 = 724.
Lebih lanjut, untuk setiap bilangan bulat positif a1, a2, . . . , an, keli-patan
persekutuan terkecil dari a1, a2, . . . , an adalah bilangan bulat positif terkecil yang
merupakan kelipatan dari masing-masing a1, a2, . . . , an, dinotasikan dengan lcm(a1,
a2, . . . , an).
5.1 Pendahuluan
Pada bagian ini dibahas konsep kekongruenan dan kelas residu. Topik ini
menjadi bahan bahasan untuk Minggu ke-11 . Beberapa teorema terkenal dalam
Teori Bilangan yang berkaitan dengan kekongruenan, seperti Teorema Euler dan
Teorema Kecil Fermat, diberikan pada bagian ini.
Setelah mempelajari topik bahasan pada bab ini yang meliputi modulo, kelas
residu:
5.2 Kekongruenan
a. a ≡ a (mod m).
Teorema 5.2.6. Diberikan bilangan bulata, bdann, n ≠ 0 dengan sifata = nq1+ r1, b =
nq2+ r2, 0 ≤ r1, r2< |n|. a ≡ b (mod n) jika dan hanya jika
r1 = r2 .
Hal ini merupakan salah satu contoh kesamaan yang terdapat dalam be-
berapa konsep teori bilangan: p|xy (notasi keterbagian), xy≡ 0 (mod p) (notasi
kekongruenan) dan p = kxy (notasi persamaan Diophantine). Beberapa aplikasi dari
Teorema 4.4.3 dan Teorema 4.4.4 diberikan sebagai berikut.
Contoh 5.3.3. Tunjukkan bahwa tidak ada bilangan bulat x dan y yang memenuhi x2
− 5y2= 2013.
Penyelesaian. Diandaikan bilangan bulat x dan y memenuhi x2− 5y2 = 2013.
Diperhatikan bahwa x2− 5y2≡ 0 atau ±1 (mod 5). Di sisi lain, 2013 ≡ 3
(mod 5), suatu kontradiksi.
T = aS + b = {as + b : s ∈ S}
Teorema 5.3.6. Diberikan bilangan bulat positifm. Jikaa, bbilangan bulat den-gan
gcd(a, m) = 1, maka terdapat bilangan bulat x dengan sifat ax ≡ b (mod m) dan
semua bilangan x yang memenuhi kondisi tersebut berada pada tepat satu kelas
residu modulo m.
Bukti. Misalkan {c1, c2. . . , cm} himpunan kelas residu lengkap modulo m. Berdasarkan
Teorema 5.3.5,
{ac1 − b, ac2 − b, . . . , acm − b}
merupakan himpunan kelas residu lengkap. Akibatnya, terdapat ci dengan sifat aci −
b ≡ 0 (mod m), dengan kata lain cimerupakan solusi persamaan kongru-
ensi ax b (mod m). Lebih lanjut, jika x dan x′solusi persamaan kongruensi
≡
ax b (mod m), maka berlaku ax ax′ (mod m). Karena gcd(a, m) = 1, maka
≡ ≡
diperoleh x≡x′ (mod m).
Teorema 5.3.7 (Teorema Wilson). Untuk setiap bilangan primapberlaku (p− 1)! =
−1 (mod p).
Bukti. Untuk kasus p = 2 dan p = 3 cukup jelas. Diambil sebarang bilangan prima p≥
5. Misalkan S = {2, 3, . . . , p− 2}. Karena p prima, maka untuk sebarang s∈S
memiliki invers tunggal s′∈{1, 2, . . . , p− 1}. Lebih lanjut, s′≠ 1 dan s′≠ p − 1,
akibatnya s′∈ S. Diperhatikan bahwa s′≠ s sebab jika s′= s, maka s2 ≡ 1 (mod p),
sehingga diperoleh p|s−1 atau p|s+1. Hal ini tidak
Diperhatikan bahwa konvers dari Teorema Wilson benar, yaitu jika (n−
1)! ≡ −1 (mod n) untuk suatu bilangan bulat positif n≥ 2, maka n prima, sebab jika n
= n1n2 untuk suatu bilangan bulat positif n1, n2≥ 2, maka n1|1.2. . . . n1 . . . (n − 1) +
1, suatu kontradiksi. Hal ini memberikan cara lainmengetahui suatu bilangan
merupakan bilangan prima atau tidak. Namun, un-tuk n yang cukup besar hal ini sulit
dilakukan.
Untuk setiap bilangan bulat positif m, banyaknya bilangan bulat positif n yang
kurang dari m dan relatif prima dengan m dinotasikan dengan φ(n).Fungsi φ disebut
fungsi Euler . Jelas bahwa φ(1) = 1 dan untuk setiap bilangan prima p, φ(p) = p− 1.
Lebih lanjut, jika n bilangan bulat positif dengan sifat φ(n) = n − 1, maka n prima.
Beberapa karakteristik lain dari fungsi Eulerdiberikan sebagai berikut.
φ(n) = n (1 − p1 ) (1 − p2 ) . . . (1 − pk ) .
Contoh 5.4.4. Tunjukkan bahwa ada tak hingga banyaknya bilangan bulat positif
n dengan sifat 10|φ(n).
De nisi 5.4.5. Diberikan bilangan bulat positifm. Himpunan bilangan bulatS disebut
himpunan kelas residu tereduksi lengkap modulo m jika untuk setiap 0 ≤ i ≤ n − 1
dengan gcd(i, m) = 1, terdapat s ∈ S dengan sifat i ≡ s (mod m).
T = aS = {as|s ∈ S},
a
φ(m
Bukti. Misalkan S = {a1, a2, . . . , aφ(m)} himpunan semua bilangan bulat positif yang
kurang dari m dan relatif prima dengan m. Karena gcd(a, m) = 1, maka berdasarkan
Teorema 5.4.6 berlaku
|11{z.. . 1}
(p−1) kali
habis dibagi oleh p.
11 . . . 1 = 10p−1− 1 .
(p| −{z }
9
1) kali
Ka
1) li
Karena gcd(x, d) ≤d dan d bilangan bulat positif terkecil dengan sifat ad≡ 1 (mod m),
maka diperoleh gcd(x, d) = d. Artinya, d membagi x, sehingga diperoleh Teorema
sebagai berikut.
6.1 Pendahuluan
Pada bagian ini dibahas konsep persamaan linear Diophantine dan eksis-tensi
solusi bulat dari persamaan tersebut. Topik ini merupakan pokok bahasan pada
Minggu ke-11 dan 12 . Lebih lanjut, diberikan karakteristik solusi bulat non-negatif
persamaan linear Diophantine dua variabel.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memiliki learning out-comes
berupa:
Berikut diberikan syarat cukup dan perlu agar persamaan (6.1) memiliki
solusi bulat.
Teorema 6.2.2. Persamaan (6.1) memiliki solusi bulat jika dan hanya jika
Lebih lanjut, jika persamaan (6.1) memiliki solusi bulat, maka semua solusi bulat
Diasumsikan persamaan (6.2) dengan n−1 variabel memiliki solusi bulat(n≥ 2).
Akan dibuktikan bahwa persamaan (6.1) dengan n variabel memiliki solusi bulat.
Misalkan dn−1 = gcd(a′1, a′2, . . . , a′n−1). Diperoleh bahwa setiap solusi bulat dari
persamaan (6.2) memenuhi
xn ≡ c (mod dn−1),
′φ(dn 1)−1 ′
dengan c = a b . Artinya, x =c+d t untuk suatu bilangan bulat
n− n−
n n 1 1
tn−1. Dengan mensubstitusi xnke persamaan (6.2), diperoleh
a′1x1+ · · · + a′n−1xn−1= b − a′nc − a′ndn−1tn−1.
Diperhatikan bahwa dn−1|(b′−a′nc−a′n−1dn−1tn−1) atau yang ekuivalen dengan a′nc ≡
b′(mod dn−1), sebab c = a′nφ(dn1)−1b′. Akibatnya, dengan membagi keduaruas
persamaan terakhir dengan dn−1 diperoleh
96 = 1.54 + 42
54 = 1.42 + 12
42 = 3.12 + 6
12 = 2.6 + 0.
a. Karena 6 ̸20,| maka berdasarkan Teorema 6.2.2 persamaan 96x + 54y = 20 tidak
memiliki solusi bulat.
6 = 42 − 3.12
12 = 54 − 42
42 = 96 − 54.
Diperoleh
6 = 42 − 3(54 − 42)
= 4.42 − 3.54
= 4(96 − 54) − 3.54
= 4.96 − 7.54,
Teorema 6.2.4. Diberikana, bdancbilangan bulat dengan gcd(a, b)|c. Jika (x0, y0)
merupakan solusi bulat dari persamaan
ax + by = c,
maka setiap solusi bulat dari persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk
B a
Penyelesaian. Misalkan a = gcd(a, b)a′ dan b = gcd(a, b)b′. Diperoleh gcd(a′, b′) =
1. Diketahui (x0, y0) merupakan solusi bulat dari persamaan ax + by = c. Diper-oleh
ax0 + by0 = c. Diambil sebarang (x, y) solusi bulat persamaan ax + by = c. Diperoleh
ax + by = c = ax0+ by0
a(x − x0) = b(y0 − y).
3x + 4y = 3 + 5s
untuk suatu bilangan bulat s .Salah satu solusi dari persamaan tersebut adalah
: x = 1 + 3s ,y = −s. Berdasarkan Teorema 6.2.4, diperoleh x = 1 + 3s + 4t
,y = −s− 3t untuk suatu bilangan bulat t. Dengan mensubstitusi x dan y ke
persamaan awal, didapat z = 402 −s.
Jadi, semua solusinya adalah
x + 2010y + 2010z = n.
Bukti. Misalkan bilangan bulat positif n dikatakan ”baik” jika terdapat bilanganbulat
non-negatif r dan s dengan sifat ar+bs = n. Diperhatikan susunan berikut:
0 1 2 ... k. . . a − 1
a a+1 a+2 . . . a + k . . . 2a − 1
2a 2a + 1 2a + 2 . . . 2a + k . . . 3a− 1
... ... ... ... ... ... ...
Setiap kolom membentuk barisan artimatik dengan beda a. Diperhatikan bahwa jika
n baik, maka n + ka baik untuk setiap bilangan bulat positif k. Jelas bahwa setiap
kelipatan dari b baik. Diperhatikan bahwa tidak ada dua kelipatan dari b, vb dan wb
dengan 0 ≤ v, w ≤ a − 1, berada pada kolom yang sama sebab
Diperoleh banyaknya bilangan yang tidak baik sama dengan banyaknya bilangan
yang berada tepat di atas bilangan berbentuk vb, 0 ≤v≤a− 1. Diperhatikan bahwa
pada kolom ke j, terdapat (vb−j)/a bilangan yang berada di atas vb. Akibatnya
diperoleh banyaknya bilangan yang tidak baik adalah
a−
1 a−1
vb − j =(a − 1)(b − 1).
∑ ∑j
a 2
v=
0 =0
Diperhatikan bahwa bilangan bulat positif terbesar yang tidak baik be-rada
tepat di atas bilangan (a− 1)b, sehingga diperoleh bilangan terbesar yang tidak baik
adalah (a− 1)b−a.
Teorema 6.3.2. Diberikan bilangan bulat positifadanbyang saling prima.Persamaan
ax + by = n
7.1 Pendahuluan
Teorema 7.2.1. Diberikan bilangan bulat b >1. Untuk setiap bilangan bulat
n ≥ 1 , terdapat dengan tunggal sistem bilangan bulat (k, a0, a1, . . . , ak) dengan sifat
0 ≤ ai ≤ b − 1, i = 0, 1, . . . , k, ak≠ 0, dan
dengan qk hasil bagi terakhir yang tidak sama dengan nol. Dipilih
q0= n, a0= n − q1b, a1= q1 − q2b, . . . , ak−1= qk−1 − qkb, ak= qk.
Diperoleh
∑
∑ i ∑ ∑
k k−1 k K
aib = (qi − qi+1b)b + qkb = q0+ aib − aib = q0= n.
i i k i i
i=0 =0 i=1 i=1
Selanjutnya, akan dibuktikan ketunggalannya. Diasumsikan n = c0 + c1b + · · · +
chbhrepresentasi lain dari n. Akan ditinjau 2 kasus, yaitu h ≠ k dan h = k.Kasus h ≠f.
Tanpa mengurangi keumuman misalkan h > k, diperoleh n≥bh≥
bk+1. Akan tetapi,
suatu kontradiksi.
Kasus h = k. Diperhatikan bahwa
Contoh 7.2.4. Tentukan bilangan bulat yang terdiri dari 6 digit dengan
angkaterakhir 7 dan menjadi 5 kali bilangan semula jika digit terakhir dipindahkan
menjadi digit pertama.
7.105 + 104a + 103b + 102c + 10d + e = 5(105a + 104b + 103c + 102d + 10e + 7)
⇔ 490000a + 49000b + 4900c + 490d + 49e = 699965
10000a + 1000b + 100c + 10d + e = 14285.
(Y E) · (M E) = T T T.
Penyelesaian. Karena T T T = T·111 = T·3 ·37, maka salah satu dari Y E atau M E
adalah 37, yang berakibat E = 37. Karena 0 ≤ T ≤ 9 dan T ·3 bilangan duadigit
dengan digit terakhir 7, maka diperoleh T = 9, dan T T T = 999 = 27 · 37.
Jadi, E + M + T + Y = 2 + 3 + 7 + 9 = 21.
1111011(2) = 1 · 26 + 1 · 25 + 1 · 24 + 1 · 23 + 0 · 22 + 1 · 21 + 1 · 20
= 64 + 32 + 16 + 8 + 2 + 1 = 123.
1 287 41 7
0 35 5
6
Jadi, 2010 = 5601(7).
Penyelesaian. Jawabannya adalah 207. Diperhatikan bahwa digit 4,6 dan 8 tidak bisa
muncul pada digit satuan, sehingga diperoleh jumlahan dari anggota-anggota
himpunan dengan kondisi tersebut setidaknya 40 + 60 + 80 + 1 + 2 +
3 + 5 + 7 + 9 = 207. Di lain pihak, nilai ini bisa didapatkan dari himpunan
(
n2 + 2 − 2 ) < n4+ n3+ n2+ n + 1.
dan
n 1 2 5n2 n 1
(
n2 + 2 +2 ) = n4 + n3 + 4 +2 + 2
n2−2n−3
= 4 3 2
n +n +n +n+ 1 + 4
(n−3)(n+ 1)
= n4 +n3 +n2 +n+ 1 + .4
Untuk n bilangan ganjil lebih dari 3, 11111(n) berada diantara 2 bilangan bulat
kuadrat berurutan, yaitu
n 1 2 n 1 2
(
n2 + 2 − 2 ) Dan (n2 + 2 + 2 ) .
Jadi, 11111(n) bukan kuadrat sempurna untuk setiap bilangan positif lebih dari
3. Untuk n = 3, diperoleh 11111 (3) = 121 = 112. Jadi, bilangan bulat positif
yang memenuhi hanya n = 3.
Pada contoh terakhir, diperoleh bahwa suatu bilangan bulat bukan kuadrat
sempurna jika bilangan tersebut terletak di antara 2 bilangan kuadrat berurutan. Cara
ini sangat bermanfaat dalam menyelesaikan beberapa masalah terkait persamaan
Diophantine.
Dalam beberapa sistem numerik, basis tidak harus selalu bernilai kon-stan.
Berikut salah satu contohnya.
k = m1!fm1 + r1
untuk suatu bilangan bulat positif fm1 dan bilangan bulat r1 dengan 0 ≤r1<m1!. Karena
k <(m1+ 1)! = m1! · (m1+ 1), maka fm1 ≤ m. Dengan mengulangiproses ini, diperoleh
r1= m2!fm2+ r2,
untuk suatu m2 bilangan bulat positif yang tunggal dengan m2! ≤r1< (m2 + 1)!, 1
≤fm2≤m2, dan 0 ≤r2< m2!. Dengan melanjutkan proses ini berulang-ulang, akan
diperoleh suatu ekspansi basis faktorial yang tunggal dari k.
dengan banyak bilangan nol pada bagian awal adalah n− 1. Diperhatikan bahwa
ekspansi basis faktorial dari 16! adalah (0, 0, . . . , 0, 1), sehingga diperoleh ekspansi
yang dicari adalah
c. Jika s′(n) = a0 − a1+ . . . + (−1)hah, maka n habis dibagi oleh 11 jika dan
hanya jika s(n) habis dibagi 11.
d. n habis dibagi oleh 7,11 atau 13 jika dan hanya jika ahah−1 . . . a3 −a2a1a0
habis dibagi oleh bilangan yang sama.
e. n habis dibagi oleh 27 atau 37 jika dan hanya jika ahah−1 . . . a3+ a2a1a0
habis dibagi oleh bilangan yang sama.
Contoh 7.3.2. Diberikana679bbilangan lima digit yang habis dibagi 72. Ten-tukan
nilai a dan b.
b. Apakah terdapat bilangan kuadrat sempurna 5 digit yang terdiri dari digit-digit
genap berbeda.
c. Tentukan semua bilangan bulat positif n dengan sifat bilangan n digit 200 . . . 013
merupakan bilangan kuadrat sempurna.
11 . . . 1 ≡ 11 ≡ 3 (mod 4),
| {z }
k kali
yang berarti 11 . . . 1 bukan kuadrat sempurna.
Diperoleh abc + de habis dibagi 11 jika dan hanya jika abcde habis dibagi 11.
Diperhatikan bahwa bilangan 5 digit terbesar yang habis dibagi oleh 11 adalah 99990
(9090 × 11) dan bilangan 4 digit terbesar yang habis dibagi oleh 11 adalah 9999 (909
× 11). Diperoleh ada tepat 9090 − 909 = 8181 bilangan 5 digit yang
merupakan kelipatan 11. Jadi, banyaknya ada 8181 bilangan.
a. 9|S(n1) −n1;
d. S(n1n2) ≤ S(n1)S(n2).
b. Dipilih t terkecil dengan sifat ai + bi< 10 untuk setiap i < t. Diperoleh at+ bt ≥ 10,
sehingga ct= at+ bt − 10 dan ct+1= at+1+ bt+1+ 1. Akibatnya
berlaku ∑i ∑ ∑
t+1 t+1 t+1
ci ≤ ai+ bi.
=1 i=1 i=1
Dengan melanjutkan proses ini diperoleh S(n1 + n2) ≤S(n1) + S(n2).
| n1{z }
kali
≤ S (n ) +S(n
| 2 2{z)+. . .+S(n2}) =n1S(n2).
n1kali
sehingga banyaknya digit dari a tidak lebih dari 17776 digit. Karena setiap digit
kurang dari atau sama dengan 9, maka diperoleh A = S(a) ≤ 17776.9 = 159984.
Diantara bilangan bulat positif yang kurang dari atau sama dengan 159984, bilangan
dengan jumlah digit terbesar adalah 99999, sehingga diperoleh B = S(A) ≤ 45.
Diantara bilangan bulat positif yang kurang dari atau samadengan 45, bilangan
dengan jumlah digit terbesar adalah 39, sehingga diperoleh S(B) ≤ 12. Diperhatikan
bahwa
S(B) ≡ B ≡ S(A) ≡ A ≡ S(a) ≡ a ≡ 44444444 (mod 9)
dan
x +⌊ y⌋ + {z} = 200.0,
{x} + y +⌊ z⌋ = 190.1,
⌊ x⌋ + {y} + z = 178.8.
Penyelesaian. Karena untuk setiap bilangan real x berlaku x =⌊ x⌋ +{x}, makadengan
menjumlahkan ketiga persamaan tersebut diperoleh
2x + 2y + 2z = 568.9, or x + y + z = 284.45.
{y} +⌊ z⌋ = 84.45,
⌊ x⌋ + {z} = 94.35,
{x} +⌊ y⌋ = 105.65.
4x2− 40 ⌊ x⌋ + 51 = 0.
⌊ x⌋ =⌊ √
40 ⌊2 ⌋ − 51
√ 29 √ 18 22
9 √9 √ 26
9
memenuhi adalah 2 , 2 , 2 dan 2 .
e. ⌊ x⌋ +⌊ y⌋ ≤ ⌊ x + y⌋ ≤ ⌊ x⌋ +⌊ y⌋ + 1.
⌊ 2x⌋ + ⌊ 2y⌋ ≥⌊ x⌋ + ⌊ y⌋ + ⌊ x + y⌋ .
dan
⌊ x + y⌋ =⌊ x⌋ +⌊ y⌋ + {x} + {y} .
Akibatnya, cukup dibuktikan
Jadi,
⌊ 2x⌋ + ⌊ 2y⌋ ≥⌊ x⌋ + ⌊ y⌋ + ⌊ x + y⌋ .
Fungsi floor memiliki cukup banyak aplikasi, salah satunya dalam menen-
tukan pangkat tertinggi suatu bilangan pada faktorisasi prima bilangan berbentuk n!.
p + p2 + p3 +....
⌋ = 0,
⌊ ps
sehingga diperoleh
1 1 1
0 = ⌊ p ⌋ + ⌊ p2 ⌋ +
⌋
⌊ p3 + . . . .
Terbukti untuk kasus n = 1.
pk−k1∥(k1)!
Berdasarkan asumsi induksi diperoleh
k k
k 1 1
1
k − k1=⌊ p ⌋ + ⌊ p2 ⌋ + ⌊ p3 ⌋ + . . . .
Karena untuk setiap bilangan bulat positif s berlaku
M
k1 ⌊ p⌋ m
= = ,
s S s
⌊p ⌋ p ⌊ p ⌋
maka diperoleh
m m m m
k−⌊ p⌋ = ⌊ p2 ⌋ + ⌊ p3 ⌋ + ⌊ p4 ⌋ + . . . .
Jadi,
k =⌊ m ⌋ + ⌊ m ⌋ + ⌊ M⌋ + . . . .
Contoh 7.5.2. Tentukan banyaknya digit nol berurutan yang terletak pada
bagianakhir dari representasi desimal 2013!.
m = q =⌊ 5⌋ + ⌊ 25 ⌋ + ⌊ 125 ⌋ + ⌊ ⌋
625 = 402 + 80 + 16 + 3 = 501.
i=
1 ⌊ pi ⌋ ≥ i=1 ⌊ pi ⌋
+m
i=1 ⌊ pi ⌋ .
Jelas bahwa jika p > n, jumlahan kedua pada ruas kanan bernilai 0, sehingga
ketaksamaan benar. Diasumsikan p≤n. Misalkan s bilangan bulat positif dengan sifat
ps≤n < ps+1. Diperoleh
∑ ∑ ∑
∞ mn s n ∞ mn
⌊m +
i=1 ⌊ pi ⌋ = i=1 pi ⌋ i=1 ⌊ pi ps ⌋
∑ ∑
s n ∞ m n
≥m +
i=1 ⌊ pi ⌋ i=1 ⌊ pi ⌋ ⌊ ps ⌋
∑ ∑
∞ ⌊ n⌋ ∞ ⌊ m⌋ .