Anda di halaman 1dari 94

BAB I

SISTIM KOORDINAT DAN VEKTOR BIDANG

DESKRIPSI SINGKAT

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana menentukan dan menyatakan letak suatu tempat atau
titik pada garis lurus dan pada bidang datar, bagaimana menyatakan segmen garis dan mencari
sifat-sifatnya. Bagaimana definisi serta menyatakan vektor secara geometri dan secara aljabar,
sifat-sifatnya, operasinya, dan penggunaannya dalam mencari koordinat suatu titik pada suatu
segmen (garis).
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan mampu memahami system koordinat dan konsep
vektor bidang.
INDIKATOR :
1. Menentukan jarak dua titik pada garis bilangan
2. Menyatakan letak suatu titik
3. Menentukan komponen skalar sebuah segmen
4. Menentukan jarak antara dua titik
5. Menentukan cosinus arah suatu segmen
6. Menyebutkan definisi vektor secara geometris
7. Menggambar vektor, jika komponen skalarnya diketahui
8. Menentukan kosinus-kosinus arah suatu vektor
9. Menentukan sudut antara dua vektor
10. Menyebutkan syarat dua vektor sejajar dan saling tegak lurus
11. Menggunakan konsep kesejajaran dan ketegaklurusan dua vektor
12. Mencari koordinat suatu titik pada segmen
13. Mencari koordinat titik tengah sebuah segmen
BAHAN KAJIAN
1. Garis bilangan
2. Jarak antara dua titik pada garis bilangan
3. Sistim koordinat kartesius

1
4. Komponen skalar segmen garis berarah
5. Kosinus arah sebuah segmen
6. Vektor bidang
7. Sudut diantara dua vector
8. Vektor-vektor yang sejajar dan tegaklurus
9. Koordinat suatu titik yang membagi segmen atas perbangingan tertentu
10. Titik tengah sebuah segmen

PETUNJUK BAGI MAHASISWA


1. Bacalah bagian awal Bab I ini dengan saksama, perhatikan capaian pembelajarannya dan
indikator yang akan dicapai.
2. Bahan kajian harus dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami secara baik.
3. Diskusikan dengan teman pada setiap kelompok, dan jawab soal-soal yang diberikan.
4. Kerjakan juga soal-soal latihan yang tertera pada bahan ajar ini.

URAIAN BAHAN KAJIAN


A. Garis Bilangan dan Jarak antara Dua titik pada Garis Bilangan
Untuk menentukan letak suatu titik pada garis lurus maka terlebih dahulu kita buat skala
bilangan. Skala bilangan itu ditentukan sebagai berikut:
a. Ambil sembarang titik 0 pada garis g. Titik 0 ini disebut titik pangkal (titik pusat)
b. Menentukan titik A pada garis g, sehingga panjang segmen OA sebagai satuan
panjang
c. Menentukan arah positif dan arah negatif
Titik C ada pada pihak yang sama dengan titik A terhadap titik nol dan OC = 4 OA, maka
titik C kita bubuhi angka + 4 atau – 4. Jadi titik C menyatakan +4 atau titik C
berkoordinat 4 dan ditulis C = (4) atau C(4). Cara yang sama juga dapat diterapkan untuk
titik titik lainnya, sehingga O(0), B(-4), D(5). Jadi untuk setiap bilangan real ada tepat
satu titik pada garis g dengan bilangan real sebagai koordinatnya, dan sebaliknya untuk
setiap titik pada garis g ada tepat satu bilangan. Jadi ada hubungan satusatu antara
himpunan titik pada garis g dengan himpunan bilangan real. Garis g untuk menyatakan
atau menggambarkan bilangan real ini disebut garis bilangan.

2
Bagaimana menentukan jarak antara dua titik pada garis bilangan ?
Ada dua pengertian tentang jarak ini, yaitu:
1. Bila jarak itu tidak diperhatikan tandanya, maka yang dimaksud adalah jarak positif
atau nol (tidak negatif). Misal A(1) dan B (-4) maka jarak antara titik A dan titik B
diberi lambang AB = 1 – (-4) = 5.
2. Pengertian kedua adalah jarak berarah (bisa positif, negatif, atau nol). Jika ditentukan
titik A dan titik B, maka jarak berarah AB atau panjang segmen AB ditulis AB
didefinisikan sebagai xB - xA . Jadi jarak berarah dari titik A ke titik B berarti pula
jarak berarah segmen atau ruas garis AB adalah AB = xB – xA, dan BA = xA - xB

B. Sistem Koordinat Kartesius


Untuk menentukan letak suatu titik pada bidang datar, kita buat dua buah garis bilangan
yang berpotongan pada titik pangkal nol.
Bagaimana menentukan skala pada kedua garis bilangan tersebut ? caranya sebagai
berikut.
1. Titik pangkal bersekutu pada titik O
2. OA adalah satu satuan panjang pada garis bilangan X’X dan OB satu satuan panjang
pada garis bilangan Y’Y
3. Arah positif ditentukan dari X’ ke X yaitu dari O ke A dan dari Y ’Y yaitu dari O ke
B
Kedua garis bilangan berpotongan saling tegaklurus pada titik pangkal O, sehingga system
kordinat ini dinamakan system koordinat kartesius siku-siku atau salib sumbu siku-siku. Untuk
garis bilangan x’x dan garis bilangany’y berturut-turut kita namakan sumbu x dan sumbu y.
Jika titik C terletak pada bidang, bagaimana menyatakan letak atau kedudukan titik C? Buat OC 1
sejajar sumbu y dan OC2 sejajar sumbu x. Jarak berarah OC 1 adalah 4 dan jarak berarah OC 2
adalah 3, maka pasangan bilangan berurut (4,3) menyatakan letak titik C. Dengan cara yang
sama pasangan berurut (-4,2) menyatakan letak titik D. Untuk memudahkan kita tulis C = (4,3).
Dapat kita pahami bahwa tiap pasangan bilangan real berurut (x,y) menyatakan sebuah titik pada
bidang, dan sebaliknya tiap titik pada bidang datar menyatakan satu pasangan bilangan real
berurut (x,y). Jadi ada pemetaan satu satu antara himpunan titik pada bidang dengan himpunan
pasangan bilangan real berurut (x, y).

3
Bila P(x,y), maka x disebut koordinat kesatu atau absis dari titik P, dan y disebut koordinat
kedua atau ordinat dari P. Kedua sumbu, yaitu sumbu x dan sumbu y membagi bidang atas empat
daerah bagian yang lepas dari tiap bagian disebut kuadran. Jadi ada kuadran I, kuadran II,
Kuadran III, kuadran III, kuadran IV.
Tanda dari absis dan ordinat suatu titik pada tiap kuadran dapat ditunjukan pada tabel berikut.
Kuadra Absis Ordinat
n
I + +
II - +
III - -
IV + -

Bagaimanakah titik-titik pada sumbu-sumbu koordinat ? titik pada sumbu x mempunyai ordinat
sama dengan 0, tetapi absisya sembarang, dan titik-titik pada sumbu y mempunyai absis sama
dengan 0 untuk sembarang ordinat.
Contoh 1.1
Gambarlah sebuah garis bilangan, kemudian tentukan letak titik-titik A (2), B(-5), tentukan juga
AB
Penyelesaian :
| AB | = 7 B -5 O A2
Gbr 1.1 Jarak dua titik pada garis bilangan

Kerja Kelompok
Secara berpasangan, gambarlah titik P(a,b) terletak pada kuadran I dan merupakan salah satu
titik sudut dari segiempat beraturan PQRS yang sisi-sinya sejajar dengan sumbu koordinat,
sedangkan titik pangkal O adalah pusatnya. Tentukan koordinat-koordinat titik Q, R, dan S.
Contoh 1.2
Cara lain untuk menentukan letak suatu titik pada bidang datar ialah dengan menggunakan
system koordinat polar, yaitu dengan cara menentukan terlebih dahulu sebuah garis g dan titik
pangkal O pada garis g. Jika sebuah titik P berjarak positif r satuan dari O dan bersudut α 0
dengan garis g (arah positif), maka titik P dinyatakan dengan P(r, α0)

4
Diskusikanlah dengan teman anda, bagaimana hubungan antara koordinat polar suatu titik
dengan koordinat kartesiusnya ?
Petunjuk: Ambillah garis g sebagai sumbu x, dan sumbu y, buat melalui O, kemudian gunakan
fungsi trigonometri
C. Komponen Skalar Segmen Garis Berarah
A(x1,y1) dan B(x2, y2) adalah dua titik sembarang yang terletak pada bidang. A1 adalah
proyeksi A pada sumbu x, dan B 1 adalah proyeksi B pada sumbu x, maka A 1B1 adalah
proyeksi segmen AB pada sumbu x. A2 adalah proyeksi A pada sumbu y dan B2 adalah
proyeksi B pada sumbu y, maka A2B2 adalah proyeksi segmen AB pada sumbu y.
Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa:
Komponen skalar segmen garis berarah AB adalah jarak berarah dari proyeksi AB
berturut-turut pada sumbu x (=A1B1) dan pada sumbu y (=A2B2)

A(x1, y1) A2

B2 B (x2, y2)

A1 O B1 X
Gbr 1.2 Jarak dua titik pada sistim koordinat kartesius.

Karena A1B1 = x2 – x1 dan A2B2 = y2 – y1, maka komponen skalar segmen berarah AB
adalah (x2 – x1) dan (y2 – y1).
Bila x2 – x1 = ∆x disebut peubah dari x
y2 – y1 = ∆y disebut peubah dari y
Maka komponen skalar segmen AB adalah: [ ∆x, ∆y ]
Contoh 1.3
Carilah komponen skalar segmen garis berarah A(-2, 3) ke B(5, -1). Bagaimana juga
dengan komponen skalar segmen garis berarah BA ?
Penyelesaian:

5
Perhatikan gambar
∆x = A1B1 = 5 – (-2) = 7
∆y = A2B2 = -1 -3 =-4
Jadi komponen skalar segmen berarah
AB adalah [7,-4]
Untuk segmen berarah BA
∆x = B1 A1 = - 2 – 5 = - 7
∆y = B2A2 = 3 – (- 1) = 4
Jadi komponen skalar segmen berarah BA = [-7,4]

D. Jarak Antara Dua Titik/ Panjang Segmen


Perhatikan segmen P1P2 dengan P1(x1. y1) dan P2(x2, y2). Lukislah segitiga siku-siku
dengan sisi miring P1P2, dan dua sisi siku-sikunya masing-masing sejajar dengan sumbu x
dan sumbu y dan berpotongan di titik R

Y Y

P2(x2, y2) P1(x1, y1)

R1(x1, y2) P2(x2,y2)

O X O X
P1(x1,y1) R(x2, y1)
Panjang Segmen P1P2
Gbr 1.3 a Gbr 1.3 b

Segitiga P1RP2 siku-siku di R, maka menurut teorema Pythagoras, berlaku:


|P1P2|2 = |P1R|2 + |RP2|2 = | ∆x |2 + | ∆y |2 atau
d = |P1P2| = √ ∆ x 2+ ∆ y 2 = 0

6
jarak antara dua titik atau panjang suatu segmen adalah akar kuadrat dari jumlah kuadrat
komponen-komponen skalar segmen, dengan kedua titik tersebut sebagai titik-titik ujung
segmen.

Contoh 1.4
Hitunglah panjang segmen P1P2 dengan P1(-2,5) dan P2(3,-1)
Jika P1 dianggap sebagai titik awal segmen dan P2 (3,-1)
Penyelesaian:
Segmen P1P2 diperhatikan pada gambar. Jika P1 dianggap sebagai titik awal segmen dan
P2 sebagai titik ujungnya, maka: x = 3 – (-2) = 5 dan y = -1 -5 = -6. Jadi komponen
skalar segmen adalah (5, -6)

E. Cosinus Arah Sebuah Segmen


Perhatikan segmen P1P2 dengan P1(x1, y1) dan P2(x2, y2). Cosinus arah segmen P1P2
didefinisikan sebagai kosinus sudut yang dibentuk oleh segmen P1P2 berturut-turut
dengan sinar garis yang melalui P1 sejajar dengan sumbu x positif dan sumbu y positif,
yaitu sudut α dan β . Ukuran sudut α dan β kita pilih ukuran yang terkecil karena
cos(3600- α) = cos α, dan cos(- α) = cos α. Demikian pula untuk sudut β.

Y Y

P2(x2, y2) P1(x1, y1)

R1(x1, y2) P2(x2,y2)


O X
P1(x1,y1) R(x2, y1) O X
Gbr 1.4a Cosinus arah segmen P1P2 Gbr 1.4b

7
Dari gambar, jelaslah bahwa α adalah sudut antara P 1P2 dengan sumbu x positif, dan β
adalah sudut antara P1P2 dengan sumbu y positif. Α dan β disebut juga arah segmen P 1P2,
dan nilainya diambil 00 ≤ α ≤ 1800 , dan 00 ≤ β ≤ 1800 .
Jika l dan m adalah notasi untuk cosinus arah segmen P1P2, maka l = cos α, dan m = cos β
Jadi untuk sembarang segmen P1P2 , dengan P1 (x1, y1) dan P2(x2, y2) maka:
l = cos α = ∆x / |P1P2|
m = cos β = ∆y / |P1P2|
Antara l dan m dari suatu segmen garis terdapat hubungan l2 + m2 = 1, karena
l2 + m2 = ∆x2 + ∆y2 / |P1P2|2 = ∆x2 + ∆y2 / x2 + y2
Contoh 1.5
Carilah cosinus arah segmen garis yang ditentukan oleh titik P1(-3,2) ke P2(2,-1)
Penyelesaian:
∆x = 2 – (-3) = 5
∆y = -1 – 2 = -3
|P1P2| = √ 52 + (-3)2 = √ 34
Jadi cosinus arah segmen P1P2 adalah l = cos α = 5 / √ 34 dan m = -3 / √ 34
F. Vektor dan Cosinus Arah Vektor
Perhatikan segmen garis berarah PQ titik awal P dan titik akhir Q
Segmen berarah PQ memiliki:
1) Arah dari titik awal ke titik ujung
2) Besar , atau panjang, yaitu panjang segmen PQ dan diberi lambang |PQ|
3) Garis pemuat, yaitu garis berarah itu berada.

Y
Q

P X
Gbr 1.5 Vektor pada sistim koordinat

8
Segmen garis berarah pada bidang ini yang memiliki ketiga sifat tadi disebut vektor
(vektor bidang). Ditulis PQ (dibaca vektor PQ).
Secara umum kita definisikan, bahwa vektor adalah himpunan segmen-segmen garis
berarah pada bidang yang memiliki besar dan arah yang sama. Salah satu segmen tersebut
dapat mewakilinya. Sedangkan secara aljabar, bahwa vektor dianggap sebagai komponen
skalar dari segmen yang mewakilinya.
Jika suatu vektor v dengan titik awal P1 dan titik ujung P2 maka vektor v ditulis dengan v
= [v1, v2] atau v = P1P2 = [ ∆x ,∆y ] dalam hal ini v1 dan v2 adalah komponen skalar vektor
v, dan P1P2
adalah segmen yang mewakilinya, sehingga dapat kita peroleh v1 = ∆x dan v2 = ∆y
Contoh 1.6
Gambarlah secara geometris v = [3,-4]
Penyelesaian:
Tinjau dua vektor u = [ u1,u2] dan v = [v1,v2], dua vektor u dan v didefinisikan sebagai dua
vektor yang sama jika komponen-komponen skalarnya sama. Jadi u = v ↔ u1 = v1 dan u2
= v2.
Seandainya titik awal dari suatu vektor berimpit dengan titik pangkal system koordinat,
dan titik ujungnya dimisalkan titik P (x,y), maka OP = [x,y]. Vektor ini disebut vektor
posisi
Jumlah dua vektor didapat dengan cara menjumlahkan komponen-komponen skalar yang
seletak. Dengan demikian jika u = [ u1 , u2 ] dan v = [ v1 , v2 ] maka jumlah dari u dan v
adalah w dengan w = u + v = [ u1 + v1 , u2 + v2 ]
Jika vektor u = [u1 . u2], maka – u = [- u1, - u2 ] didefinisikan sebagai negatif dari u .
Negatif dari suatu vektor mempunyai besar yang sama dengan vektor asal tapi arahnya
berlawanan. Konsep negatif ini dapat kita gunakan dalam pengurangannya itu, u - v = u
+ (- v )
Sekarang perhatikan perkalian vektor dengan skalar k. Misal u = [ u1, u2 ] dan k skalar ( k
bilangan real), maka k. u = k. [u1 , u2] = [ku1 , ku2].
Jika k positif maka vektor k. u mempunyai arah yang sama dengan u dan besarnya k kali
u . Jika k negatif maka k.u berlawanan arah dengan u dan besarnya k.u.

9
Kita definisikan 0 = [ 0, 0 ] disebut vektor nol. Arahnya tak tentu (dapat dianggap tidak
mempunyai arah)..
Vektor satuan didefinisikan sebagai vektor yang besarnya satu satuan panjang.
Cosinus arah sebuah vektor didefinisikan sebagai cosinus arah dari segmen yang
mewakili vektor tersebut..
Cosinus arah u = [3, -4] adalah [3/5 , - 4/5], sebab ini adalah cosinus arah segmen [3, 4].
Berarti cosinus arah vektor satuan sama dengan komponen-komponen skalar vektor
satuan tersebut
DISKUSIKAN
Apakah vektor nol mempunyai cosinus arah ? jelaskan pendapat anda.
Contoh 1.7
Vektor u diwakili oleh segmen P1P2 dengan P1 (4,7) dan P2 (-1,2). Tentukan cosinus arah
u dan tentukan arah vektor u
Penyelesaian :
Mencari cosinus arah berarti mencari l dan m.
U = P1P2 = [-5, -5], dengan u1 = -5, u2 = -5, dan | u | = 5 √ 2
Maka l = cos α = -5 / 5 √ 2
m = cos β = -5 / 5 √ 2
Sedangkan arah vektor, berarti menentukan α dan β
Cos α = -1/2 √ 2, maka α = 1350
Cos β = - 1/2 √ 2 maka β = 1350

G. Sudut Antara Dua Vektor


Misalkan u dan v. Berapakah besar sudut yang dibentuk oleh kedua vektor ini ? Jika u =
[u1, u2] dan v = [v1 , v2].maka
u = |u | {u1 / |u |, u2 / |u |} = | u | [ l1 , m1 ] dan
v = | v | {v1 / | v |, v2 / | v | = | v |[ l2 , m2 ]
Jadi besar sudut antara u dan v sama dengan besar sudut yang dibentuk oleh vektor
[ l1 , m1 ] dan vektor [ l2 , m2 ].
Jadi besar sudut antara u dan v sama dengan besar sudut yang dibentuk oleh vektor
[l1,m1] dan vektor [l2, m2]

10
Untuk selanjutnya u , v vektor [l1 , m1], dan vektor [l2 , m2] kita gambar dengan vektor
posisinya, serta OP1 = [l1 , m1] dan OP2 = [l2 , m2]. Jelas |OP1| = |OP2 ] = 1
Misalkan θ = sudut ( u , v ) = sudut (OP1 , OP2), maka menurut aturan cosinus dalam
segitiga OP1P2 berlaku:
|P1P2|2 = |OP1|2 + |OP|2 – 2 |OP1| . |OP2| cos θ
= 1 + 1 - 2. 1 . 1 cos θ
= 2 - 2 cos θ

Sedangkan |P1P2|2 = (l2 – l1)2 + (m2 – m1)2 maka


2 – 2 cos θ = (l2 – l1)2 + (m2 – m1)2
2 cos θ = 2 – (l12 + m12 + l22 + m22 – 2 l1 l2 – 2 m1m2)
2 cos θ = 2 – ( 1 + 1 - 2 l1 l2 – 2 m1m2)
2 cos θ = 2(l1 l2 + m1 m2)
2 cos θ = l1 l2 + m1 m2
Jadi cosinus sudut antara dua vektor sama dengan jumlah perkalian dari cosinus-cosinus
arah kedua vektor tersebut, dan karena cos θ = l 1 l2 + m1 m2, maka θ = Arc cos(l1l2 +
m1m2).
Karena l1 = u1/ |u| ; l2 = v1 / |v| ; m1 = u2 / |u| ; m2 = v2 / |u|

u1 v 1+u 2 v 2
Maka cos θ =
|u|∨v∨¿ ¿

Karena pentingnya bentuk u1 v1 + u2 v2 diberi nama dan notasi khusus yaitu sebagai
produksi skalar, atau produk simetri, atau dot produk ( perkalian titik dua vektor) dan
diberi lambang dengan u . v
Sehingga u . v = u1 v1 + u2 v2

u.v
Cos θ = jika dan hanya jika u . v = |u|.|v |. Cos θ
|u|.∨v ∨¿ ¿

Contoh 1.8
11
Tentukan besar sudut yang dibentuk oleh u = (3,2) dan v =(-3,2)
Penyelesaian:
Misalkan θ = sudut (u , v ), maka
u.v
Cos θ =
|u|.∨v ∨¿ ¿
3 (−3 ) +2.2
=
√ 9+4 . √ 9+ 4
−5
=
13
= - 0,3846 (θ lancip)
= Arc cos – 0,3846

H. Vektor-vektor Yang Sejajar dan Tegak Lurus


Dua vektor yang tidak nol sejajar dalam arah yang sama jika sudut diantara keduanya
adalah θ = 00. Dan sejajar dalam arah berlawanan jika sudut θ = 1800. Jika vektor-vektor
sejajar dalam arah yang sama atau berlawanan maka kedua vektor itu disebut sejajar.
Dua vektor u = (u1, u2) = |u |. (l1, m1) dan
Vektor v = (v1 , v2) = |v | .(l2 , m2) adalah sejajar dan searah jika cosinus-cosinus
arahnya sama, berarti l1 = l2 dan m1 = m2. Dalam hal ini θ = 0 0 , sehingga l1 l2 + m1m2 =
cos 00 = 1.
Jika kedua vektor sejajar berlawanan arah, maka l1 = l2 dan m1 = - m2 dan
l1 l2 + m1 m2 = cos 1800 = - 1
v
v
u

u 1800

θ = 00 θ = 1800
Vektor Sejajar dan searah Vektor Sejajar berlawanan arah

Gbr. 1.6

12
u1 u1 v2 v2
Karena l1 = ¿ u∨¿ ¿ , m1 = |u| , l2 = ¿ v∨¿ ¿ , m2 = ¿ v∨¿ ¿
u1 u2
Maka u sejajar v jika dan hanya jika
v1
= v2
Misalkan u = (3,-2) sejajar dan searah dengan v = (6, -4)
Tetapi u = (2, 1) sejajar dan berlawanan arah dengan v = ( -4, -2) untuk yang pertama
v = (6, -4) = 2(3 , -2) = 2 u , dan yang kedua v = (-4, -2) = - 2 (2, 1) = - 2 u .
Jika u tegak lurus v berarti θ = 900 dan cos 900 = 0, maka l1 l2 + m1 m2 = 0. Karena u . v
= |u|. |v| . cos θ, maka berlaku u tegak lurus v jika dan hanya jika u . v = 0
Jadi dua vektor saling tegak lurus jika dan hanya jika jumlah perkalian diantara
komponen-komponen skalar yang seletak adalah nol. Misalnya u = (2, -1) tegak lurus
terhadap v = (1, 2) karena u . v = 0

Diskusikan
Apakah ketegaklurusan berlaku untuk u dan v yang tidak nol ? dan apakah benar
vektor nol tegak lurus terhadap setiap vektor ?

I. Koordinat Suatu Titik pada Sebuah Segmen


Perhatikan gambar 1.7 titik P(x,y) terletak pada segmen garis yang dibentuk oleh titik P 1
(x1,y1) dan P2 (x2 , y2) sehingga mempunyai perbandingan P1 P = k. P1P2, dengan k adalah
konstanta bilangan real. Masalahnya bagaimana mencari koordinat titik P dalam berbagai
kemungkinan nilai k.

P2(x2,,y2)

P(x, y)

P1(x1, y1)

Gbr 1.7 Koordinat titik P yang menbagi titik P1P2 atas perbandingan tertentu

Diketahui bahwa P1P = k. P1P2 sedangkan P1P = (x – x1. y – y1 ) dan

13
P1P2 = (x2 – x1, y2 – y1) = (∆x , ∆y), maka didapat:
[x – x1, y – y1] = k [∆x, ∆y] = [k. ∆x, k. ∆y]
x – x1 = k . ∆x dan y – y1 = k. ∆y
x = x1 + k. ∆x dan y = y1 + k. ∆y
Jadi P (x1 + k. ∆x, y1 + k.∆y)
Kemungkinan-kemungkinan dari nilai k dan hubungannya dengan letak titik-titik P, P 1
dan P2 adalah sebagai berikut:
1) Jika k = 0, maka P = P1
2) Jika k = 1, maka P = P2
3) Jika 0 < k <1, maka P terletak diantara P1 dan P2
4) Jika k > 1, maka P terletak di seberang P2, pada perpanjangan P1P2
5) Jika k < 0, maka P terletak di seberang P1, pada perpanjangan P2P1

Contoh 1.9 :
Carilah koordinat titik P, Jika P1P = 2/3 P1P2, dengan P1 (-3, 4) dan P2 (2, -1)
Penyelesaian:
Karena k = 2/3, berarti P terletak di antara P1 dan P2
P1P = 2/3 P1P2
[ x + 3, y – 4] = 2/3 [5, -5]
= [10/3. -10/3]

x + 3 = 10/3 dan y – 4 = -10/3


x = 1/3 dan y = 2/3
Jadi P (1/3, 2/3).

RANGKUMAN
1. Garis bilangan sebagai system koordinat
xA = 4 ditulis A(4) xB = -3 ditulis B(-3) xP1 = x1 ditulis P(x1) xP2 = x2 ditulis Q(x2)
AB = - 3 – 4 = - 7 p1 p 2 = x2 – x1
| AB| = |−3−4| = |−7| = 7 |P1 P 2| =¿
2. System salib sumbu siku-siku/system koordinat kartesius

14
Jika absisnya P = xP = - 2 , ordinat P = yP = 3 maka titik P dinyatakan dengan P(-2, 3)
3. Secara geometri,vektor adalah himpunan segmen garis berarah yang memiliki besar
dan arah yang sama, sedangkan secara aljabar, vektor dianggap sebagai komponen
skalar dari segmen yang mewakilinya.
4. Cosinus arah sebuah vektor didefinisikan sebagai cosinus arah dari segmen yang
mewakili vektor tersebut
5. Produk skalar dari u dan v ditulis u . v didefinisikan u . v = u1 v1 + u2 v2
u1 u2 |u|
6. u sejajar v jika dan hanya jika = = =k
v1 v 2 |v|
jika k ¿ 0, maka u sejajar v dan searah
jika k¿ 0, maka u sejajar v dan berlawanan arah
7. u tegaklurus v jika dan hanya jika u . v = 0

SOAL LATIHAN 1
1. Gambarlah sebuah garis bilangan, kemudian tentukan letak titik A(2), B(13/4),C(-5)
2. Tentukan juga AC, AB kemudian carilah |AB| dan |AC|
3. Gambarlah sistim koordinat kartesius, kemudian tentukan letak titik-titik P9-1,3),
Q(4,0), R(3/2,-4) dan S(0,2)
4. Titik P(a,b) terletak pada kuadran I dan merupakan salah satu titik sudut dari segi
empat beraturan PQRS yang sisi-sisinya sejajar dengan sumbu koordinat, sedangkan
titik pangkal O adalah pusatnya. Tentukan koordinat-koordinat titik Q, R, dan S.
5. Gambarlah proyeksi segmen PQ ke sumbu x dan ke sumbu y, jika titik P(-2,1) ke Q
(5,3),tentukan komponen skalar segmen PQ, kemudian hitung panjang segmen PQ
6. Apakah yang dimaksud dengan kosinus arah sebuah segmen ?
7. Berapakah jumlah kuadrat kosinus-kosinus arah setiap segmen ?
8. Apakah pasangan bilangan -2/3 dan ¼, 3/5 dan -4/5 adalah merupakan kosinus arah
sebuah segmen? Jelaskan
9. Carilah kosinus-kosinus arah segmen AB jika A(3,5), dan B(-1,2) dan A(0,0), dan
B(-3,4)
10. Hitunglah sudut-sudut arah segmen PQ, Jika P (1,1) dan Q(-4,-4)

15
11. Buatlah sketsa geometris dari vektor-vektor u = [-3,2], v = [1,-4] dan w = [2,3],
kemudian carilah u – 3v , v + 2u – w , |u - 3v|, dan | v + 2u – w|
12. Tentukan cosinus arah u dan v jika u = P1P2 dan v = P3P4 dengan P1 (3,0), P2(5,5),
P3(-3,1), P4(-5,6), kemudian cari besar sudut yang dibentuk oleh u dan v
13. Tentukan nilai k jika segmen yang dibentuk oleh titik (1,3) dan (2,k) adalah tegak
lurus terhadap segmen yang dibentuk oleh titik (-3,1) dan (5, 6)
14. Jika P1 (-4,-3) dan P2 (7, 2), Carilah koordinat-koordinat suatu titik dimana segmen
P1P2 memotong sumbu-sumbu koordinat

KUNCI JAWABAN LATIHAN 1

4. Q(-a,b) ; R(-a,-b) ; S(a,-b)


5. Komponen skalar PQ (7,2); panjang segmen PQ = √ 51
6. Kosinus sudut yang dibentuk oleh segmen P1P2 berturut-turut dengan sinar garis yang
melalui P1 sejajar dengan sumbu x positif dan sumbu y positif, yaitu sudut α dan β .
7. Satu
8. – 2/3 dan ¼ bukan pasangan kosinus arah, karena penyebut tidak sama.
9. (- 4/5, -3/5) dan (-3/5, 4/5)
−8
10.
√2 √ 32
11. u – 3v = (-6, 14)
2 5
12. ( )
√29 √29
7
13. k =
5
3 13
14. Memotong sumbu x di (2 , 0 ¿ dan memotong sumbu y di (0, - )
5 11

16
BAB II
GARIS LURUS

DESKRIPSI SINGKAT
Pada bab ini akan dibahas tentang macam-macam persamaan garis lurus, sudut antara dua garis,
jarak dari titik ke garis, perpotongan garis-garis dan berkas garis.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi ini anda diharapkan memahami macam-macam persamaan garis
lurus serta trampil menggambarkan grafiknya.

INDIKATOR :
1. Mencari bilangan arah garis lurus
2. Menentukan kosinus arah garis lurus
3. Menentukan koefisien arah garis lurus
4. Menentukan inklinasi garis lurus
5. Mencari persamaan parameter garis
6. Mencari persamaan simetri garis
7. Mencari persamaan segmen garis
8. Menemukan persamaan umum garis
9. Mengubah bentuk persamaan garis
10. Menggambar grafik persamaan garis lurus
11. Mencari kosinus sudut antara dua garis
12. Menentukan besar sudut antara dua garis
13. Menentukan syarat ketegaklurusan dan kesejajaran dua garis
14. Mencari persamaan garis dengan syarat-syarat tertentu
15. Menentukan jarak dari titik ke garis

17
16. Mencari koordinat titik potong antara dua garis
17. Membentuk berkas garis
18. Menggunakan persamaan berkas garis

BAHAN KAJIAN
1. Bilangan arah dan kosinus arah garis lurus
2. Koefisien arah suatu garis
3. Persamaan parameter suatu garis
4. Persamaan garis dalam bentuk bilangan arah
5. Persamaan linier umum suatu garis
6. Sudut antara dua garis
7. Persamaan garis dalam bentuk koefisien arah titik
8. Persamaan garis dalam bentuk garis potong sumbu
9. Persamaan garis dalam bentuk koefisien arah garis potong
10. Persamaan garis dalam bentuk normal
11. Garis-garis yang sejajar dan tegaklurus suatu garis
12. Jarak dari suatu titik terhadap suatu garis
13. Garis-garis yang berpotongan
14. Berkas garis

PETUNJUK BAGI MAHASISWA


1. Bacalah bagian awal Bab II ini dengan saksama, perhatikan capaian pembelajarannya
dan indikator yang akan dicapai.
2. Bahan kajian harus dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami secara baik.
3. Diskusikan dengan teman pada setiap kelompok, dan jawab soal-soal yang diberikan.
4. Kerjakan juga soal-soal latihan yang tertera pada bahan ajar ini.

URAIAN BAHAN KAJIAN


A. Bilangan Arah dan Cosinus Arah Garis
Kita definisikan bahwa sepasang bilangan arah satu garis adalah komponen-komponen
skalar sembarang vektor (tidak nol) yang terletak pada gris itu. Sebuah vektor dikatakan

18
terletak pada suatu garis lurus jika segmen yang mewakili vektor dalam bab ini ialah
garis lurus. Perhatikan gambar 2.1 dan disini kita akan mencari bilangan-bilangan arah
dari garis g yang melalui titik P1 (x1 , y1) dan P2 (x2 , y2

g
Y
P2(x2,y2)
k. ∆y
∆y

P1(x1,y1) ∆x
k.∆x
-s = [-l,-m]

O X
s = [ l, m ]
Gbr 2.1 Bilangan arah garis melalui titik P1P2

Segmen P1P2 terletak pada garis g, jadi P1 P2 = (x2 - x1 , y2 – y1) = (∆x , ∆y) terletak pada
garis g. Berdasarkan definisi maka ∆x dan ∆y adalah sepasang bilangan arah garis g. ∆x
dinamakan bilangan arah horizontal, dan ∆y dinamakan bilangan arah vertikal.
Sedangkan komponen skalar dari vektor-vektor lainnya (bukan vektor nol) yang terletak
pada garis g adalah k. [∆x, ∆y] = [k. ∆x, k. ∆y]. Dengan demikian k . ∆x dan k . ∆y juga
merupakan pasangan bilangan arah garis g. Jadi jelaslah bahwa pasangan-pasangan
bilangan arah suatu garis itu banyak sekali.
Sekarang kita definisikan cosinus arah sebuah garis adalah komponen skalar dari vektor
satuan yang terletak pada garis tersebut.
Jika S = [l,m] adalah vektor satuan yang terletak pada garis g, maka – S = [-l, -m] juga
adalah vektor satuan yang terletak pada garis g. Jelas S dan – S berlawanan arah, ini
berarti jika u = [u1 , u2] pada garis g maka vektor satuannya adalah S = [l, m] = [u 1/|u| ,
u2/|u| ]
Jadi cosinus arah garis g adalah l = u1 /|u|, dan m = u2 /|u|

Kerja Kelompok

19
Bagaimana pasangan cosinus arah dari garis yang horizontal dan yang vertikal ?

Contoh 2. 1:
Carilah sepasang bilangan arah dan sepasang kosinus arah dari garis g yang melalui titik
P1 (-1,2) dan P2(2, -5)
Penyelesaian:
Garis g melalui P1 dan P2, berarti P1P2 = [ 3, -7 ] terletak pada garis g, maka sepasang
bilangan arah garis g adalah 3 dan -7.
Vektor satuan untuk P1P2 adalah [ 3 / √ 58 , -7/ √ 58 , maka sepasang cosinus garis g
3 −7
adalah: l = dan m =
√58 √58

B. Koefisien Arah Suatu Garis


Inklinasi atau sudut arah garis g didefinisikan sebagai sudut yang dibentuk oleh sumbu x
positif dengan garis g, diukur dari sumbu x berlawanan arah dengan arah jarum jam. Bila
inklinasi tersebut adalah α , maka 00 ≤ α < 1800
Y Y
g
g

α
α O X
O X

Gbr 2.2a Inklinasi atau sudut arah garis Gbr 2.2b

Nilai tangen dari inklinasi sebuah garis disebut koefisien arah (= slope = gradient =
kemiringan) dari garis tersebut. Berarti koefisien arah garis g adalah tangent yang diberi
notasi dengan s = tg α.
Jika garis membentuk sudut lancip dengan sumbu x positif maka koefisien arahnya
positif, dan jika tumpul maka koefisien arahnya negatif. Jika inklinasi nol maka koefisien
arahnya nol dan garisnya sejajar sumbu x. Jika inklinasinya 900 maka koefisien arahnya

20
tidak terdefinisikan. Demikian pula sebaliknya, jika s > 0 maka lancip, jika s < 0 maka α
tumpul, jika s = 0 maka α = 0, dan jika s tidak terdefinisikan maka α = 900.
Jika P1 (x1. y1) dan P2 (x2 , y2) dua titik pada garis g maka:
y 2− y 1
S = tg α = ∆y /∆x =
x 2−x 1
Jadi koefisien arah sebuah garis adalah hasil bagi dari bilangan arah vertikal oleh
bilangan arah horizontal yang tidak nol.

Contoh 2.2:
Carilah koefisien arah sebuah garis yang melalui titik-titik A (-3, 4) dan B ( 5, -1)
Penyelesaian:
AB = (8, -5), maka s = -5/8 = -5/8
BA = (-8, 5), maka s = 5/-8 = -5/8

C. Persamaan Parameter Suatu Garis


Tinjau suatu garis yang melalui titik-titik P1 (x1 , y1) dan P2 (x2 , y2) dengan P1 ≠ P2
Y
P2(x2, y2)

P(x, y)

O X

P1(x1,y1)

Gbr 2.3 Menentukan titik P(x,y) sebagai persamaan parameter garis

Perhatikan Gambar 2.3 .Jika P (x, y) adalah suatu titik yang berubah-ubah pada garis g,
dan t adalah suatu parameter maka kita peroleh P1P = t. P1P2, dengan t bilangan real. Jika
t = 0 maka P berimpit dengan P1. Jika t = 1 maka P berimpit dengan P2, jika 0 < t < 1
maka P terletak di antara P1 dan P2 , jika t > 1 maka P terletak di perpanjangan P1P2 dan
jika t < 0 maka P terletak perpanjangan P2P1

21
DISKUSIKAN
Jika P (x, y) berubah-ubah, dimanakah letak kumpulan titik-titik P (x, y) sedemikian
hingga P1P = t. P1P2
Karena P1P = x – x1, y – y1 dan P1P2 = [ x2 – x1, y2 – y1 ] dan juga P1P = t. P1P2, maka
diperoleh [ x – x1 , y – y1 ] = [ t (x2 - x1), t ( y2 – y1) ] jika dan hanya jika
x – x1 = t (x2 – x1), dan y – y1 = t (y2 – y1)
Persamaan ini memberikan gambaran bahwa setiap pasangan (x,y) merupakan koordinat
suatu titik yang terletak pada garis g yang memuat P1P2 .
Jadi persamaan parameter garis g adalah:
x – x1 = t (x2 – x1) x = x1 + t. ∆x
y – y1 = t (y2 – y1) atau y = y1 + t. ∆y

Kerja Kelompok
Secara kelompok diskusikanlah jika garis horizontal dan vertikal bagaimana persamaan
parameternya?
Contoh 2.3 :
Carilah persamaan parameter dari garis yang melalui A(-3,2) dan B(4, 3)
Penyelesaian :
AB = ( 7, 1 ), berarti sepasang bilangan arah garis AB adalah ∆x = 7 dan ∆y = 1
Garis AB melalui A(-3, 2) dengan kata lain A terletak pada garis AB.
Jadi persamaan parameter garis AB adalah:
x = -3 + 7 t
y=2 +t

D. Persamaan Garis dalam Bentuk Bilangan Arah


Kita telah mengetahui persamaan parameter garis AB dengan A(x 1 , y1) dan B(x2 , y2 ),
dan t parameter. Kalau parameter t dari kedua persamaan itu kita eliminir maka
diperoleh:
t = x – x1 /∆x dan t = y – y1 /∆y, sehingga x – x1 / ∆x = y – y1 / ∆y dengan

22
∆x, ∆y ≠ 0
Karena adanya ∆x dan ∆y adalah sepasang bilangan arah dari garis tersebut, maka
persamaan : x – x1 /∆x = y – y1 /∆y disebut persamaan garis dalam bentuk bilangan arah,

E. Persamaan Umum Suatu Garis


Tinjau sebuah titik P1(x1, y1) yang merupakan titik awal dari u = [ a , b ] yang tidak nol,
dengan a dan b konstanta. Timbul pertanyaan dimanakah himpunan titik-titik atau
tempat kedudukan P (x,y), sehingga P1P tegak lurus terhadap vektor tetap u ?
Perhatikan gambar berikut.
Y

u = [a,b]
P1

O X
P(x,y)

Gbr 2.4 Menurunkan persamaan umum suatu garis

Karena u tegak lurus P1P, maka u . P1P2 = 0 berarti tempat kedudukan titik-titik P (x, y)
harus terletak pada garis yang melalui P1 ( x1 , y1 ) dan tegak lurus pada vektor tetap
u = [ a, b ].
Persamaan garis yangmerupakan tempat kedudukan titik-titik P(x, y) tersebut dicari sebagai
berikut.
u . P1P = 0
[ a, b ] = [ x – x1 , y – y1 ] = 0
ax + by - ax1 - by1 = 0
ax + by + c = 0 dengan c = -ax1 - by1
Jadi persamaan garis tersebut adalah ax + by + c = 0
Persamaan garis ini berpangkat satu dalam x dan y sehingga disebut persamaan linier atau
persamaan umum suatu garis.
Catatan:

23
1) u = [ a, b] disebut vektor koefisien atau vektor normal garis, dengan a dan b tidak
boleh serentak Nol
2) sebuah vektor b, -a pada garis, karena b, -a . a,b = 0
Jadi koefisien arah dari garis dengan persamaan umum ax + by + c = 0 adalah
s = -a/b, dengan b ≠ 0
Jika a = 0, dan b ≠ 0, maka u = [ 0,b ] adalah vektor vertikal, dan garisnya horizontal
dengan persamaan by + c = 0. Bagaimana koefisien arahnya ? Jika b = 0, dan
a ≠ 0 maka u = [ a, 0 ] adalah vektor horizontal, dan garisnya vertikal dengan
persamaan ax + c = 0. Bagaimana koefisien arahnya? Jika c = 0, maka persamaan
garisnya adalah ax + by = 0, berarti garis ini melalui titik pangkal O (0,0),
mengapa?.
Untuk menggambar suatu garis yang persamaan umumnya sudah ditentukan, ialah
dengan cara menentukan dua buah titik pada garis itu. Suatu titik terletak pada garis,
jika koordinatnya memenuhi persamaan garis tersebut. Cara yang paling sederhana
ialah dengan menentukan titik-titik pada sumbu- sumbu koordinat, dengan kata lain
titik potong garis dengan sumbu-sumbu koordinat. Pada sumbu x berarti y = 0, dan
pada sumbu y berarti x = 0. Tetapi jika garis melalui titik pangkal nol maka cukup
menentukan satu titik lagi yang bukan titik nol. Jika kedua titik ini sudah tertentu,
maka garis yang dimaksud adalah garis hubung kedua titik itu.

Contoh 2.4 :
Carilah persamaan umum dari garis yang melalui A(-2, 0) dan B (3, 2) kemudian cari
koefisien arah dan inklinasinya.
Penyelesaian :
Misalkan garis yang harus dicari adalah g: ax + by + c = 0
G melalui titik A (-2, 0) maka -2a + c = 0 ……… .. …(1)
G melalui titik B (3, 2) maka 3a + 2b + c = 0 ……….(2)
Dari persamaan (1) dan (2) kita peroleh c = 2a, dan b = -5a/2
Maka g : ax + ( -5a/2 ) y + 2a = 0
g : x – 5/2 y + 2 = 0
g : 2x - 5y + 4 = 0

24
Koefisien arah garis g adalah s = -2/-5 = 2/5.
Inklinasinya dicari dengan tg α = s = 2/5 = 0,4, maka α = 210 48’

F. Sudut Antara Dua Garis


Misalkan kita mempunyai dua buah garis g dan l, dan sudut yang dibentuk oleh kedua
garis ini adalah θ . Kita akan mencari besarnya. Jika u = [ u1 , u2 ] salah satu vektor pada
g, dan v = [ v1 , v2 ] salah satu vektor pada l, maka θ adalah juga sudut antara u dan v
Kita buat perjanjian, bahwa sudut ( g, l ) diambil yang terkecil (tidak tumpul). Jadi batas-
batasnya adalah 00 ≤ θ ≤ 900

u (u1,u2)
- v

v (v1,v2)
v l
Gbr 2.5 Cosinus sudut antara dua vector u dan vector

Jika sudut ( u , v ) tumpul, maka sudut ( u , -v ) lancip, dan sebaliknya.


Cos sudut ( u , v ) = u . v / | u | . | v |, dan cos sudut ( u , -v ) = -u . v / | u | .| v |
Jika sudut ( g, l ) = sudut ( u , v ) = θ , atau sudut ( g, l ) = sudut ( u , -v )
Maka cos θ = ± u . v / | u | .| v |
Tanda + atau – diambil sedemikian hingga ruas kanan tidak negatif. Cara ini diambil
dengan maksud agar θ tidak tumpul.

Contoh 2. 5 :
Diketahui dua garis g dan l dengan persamaan g: 2x - 3y + 12 = 0, dan l: x + 2y - 4 = 0.
Carilah cosinus sudut antara g dan l.
Penyelesaian :
Misalkan θ = sudut ( g, l)
u = (6,4) sebuah vecktor pada g
v = (-4,2) sebuah vektor pada l

25
cos θ = ± u .v / |u|. |v| = -24 + 8 /52-20 = -16 /30 atau 32 /30

G. Garis-garis Sejajar dan Saling Tegak Lurus


Tinjau garis g1 dan g2 dengan persamaan g1: a1x + b1y + c1 = 0, dan g2: a2x + b2y + c2 = 0
a1b1 dan a2b2 berturut-turut adalah vektor-vektor normal g1 dan g2 .Sehingga salah satu vektor
pada g1 adalah – b1 . a1 sejajar dengan vektor – b 2.. a2. Salah satu vektor pada g 2 adalah –b2.a2. Jika
g1 sejajar g2 (= 00 ), maka vektor –b1a1 sejajar dengan vektor –b2. a2. Dalam pengertian kita sejajar
mencakup berimpit. Akibatnya –b1. a1 = k. –b2 . a2 dengan k bilangan real. Kita peroleh b1 = kb2
sehingga: b1/ b2 = a1/a2 = k. Jadi g1 sejajar g2 jika dan hanya jika a1/ a2 = b1/ b2
Jika c1 = kc2 atau c1 / c2 = k, berarti a1 / a2 = b1 / b2 = c1 / c2, maka g1 dan g2 berimpit. Misalnya
garis 2x - 3y -1 = 0 sejajar dengan garis 6x - 9y + 2 = 0, karena 2/6 = -3/-9, dan garis 2x – 3y -
1 = 0 berimpit dengan garis 6x -9y -3 = 0, karena 2/6 = -3/-9 = -1/-3.
Jika α1 dan α2 berturut-turut inklinasi dari garis g 1 dan g2 , dan g1 sejajar g2 ( θ = 00) maka α1 = α2.
Berarti tg α1 = tg α2 atau s1 = s2 . Dapat pula ditulis tg θ = s1 – s2 / 1 + s1 .s2 dengan θ = 00, maka
diperoleh s1 – s2 = 0 atau s1 = s2. Jadi g1 sejajar g2 jika dan hanya jika s1 = s2 , dengan s1 koefisien
arah g1 dan s2 koefisien arah g2.
Misalnya garis 2x – 3y + 7 = 0 sejajar dengan garis 4x – 6y = 0 karena koefisien arahnya sama
yaitu 2/3.
Jika g1 tegak lurus g2 ( θ = 900 ), berarti vektor [ - b 1 , a1 ] juga tegak lurus vektor [ - b 2 , a2 ], maka
[ -b1, a1 ] . [ - b2, a2 ] = b1 b2 + a1 a2 = a1 a2 + b1 b2 = 0. Dapat pula ditunjukan dengan rumus
cos θ = ± u. v / |u| . |v| = [ u.v /|u|.|v| ] dengan memasukan θ = 900 ,maka u . v = 0 atau a1 a2 +
b1 b2 = 0 jadi, g1 tegak lurus g2 jika dan hanya jika a1 a2 + b1 b2 = 0.
Jika s1 dan s2 berturut-turut gradient garis g1 dan g2 , dan g1 tegak lurus g2 ( θ = 900), maka dengan
rumus: tg θ = s1 - s2 / 1 + s1 . s2 untuk θ = 900 diperoleh 1 + s1 . s2 = 0 atau s1 . s2 = - 1.
Jadi g1 tegak lurus g2 jika dan hanya jika s1 . s2 = -1 .
Misalnya garis g1 : 2x - 3y + 6 = 0 tegak lurus terhadap garis g 2 : 3x + 2y - 1 = 0, karena
a1 a2 + b1 b2 = 2.3 + (-3.2) = 0, atau karena s1 . s2 = 2/3 (-3/2) = -1
Contoh 2.6 :
Carilah persamaan garis yang melalui titik (5, -2) dan sejajar dengan garis 2x – 3y + 6 = 0
Penyelesaian :
Misalkan g1: 2x - 3y + 6, dan garis yang harus dicari adalah g 2: ax + by + c = 0. g 1 sejajar g2,
maka 2/a = -3/b = k (ambil k = 1) berarti a = 2 dan b = -3, sehinga g 2 : 2x - 3y + c = 0.

26
g2 melalui titik (5, -2), berarti 2.5 - 3(-2) + c = 0, maka c = -16. Maka persamaan garis yang
dicari adalah g2 : 2x - 3y - 16 = 0.

H. Jarak dari suatu Titik ke suatu Garis


Tinjau suatu titik sembarang P1( x1 , y1 ) dan garis g: ax + by + c = 0. Pada bagian ini kita
akan mencari jarak dari titik P1 ke garis g..
Pertama, kita anggap P1( x1 , y1 ) berada pada pihak yang sama dengan arah yang sama dengan
arah vektor normal garis g. Diketahui bahwa u = [ a, b ] adalah vektor normal garis g. perhatikan
gambar 2.6a dan 2.6b.

Y Y
u [a,b]
u (a,b)

P1(x1,y1)

X
P2(x2,y2) P 2(x2,y2)

g: ax + by + c = 0
P 1(x1,y1)
Gbr 2.6a Jarak titik P ke garis g Gbr 2.6b

Titik P2 ( x2 , y2 ) adalah proyeksi titik P 1( x1 , y1 ) pada garis g. Jadi |P2 P1| adalah jarak dari P 1 ke
garis g (d = |P2 P1|). Jelas P2P1 sejajar dan searah dengan u sehingga sudut ( u , P2 P1 ) = θ = 00.
Dengan menggunakan rumus cosinus sudut antara dua vektor, yaitu:
u. p2 p1 u . p 2. p 1
Cos θ =
[ u ] .[ p 2 p 1] dan mengingat θ = 00 maka diperoleh |P2 P1| = [u] =

[ a , b ] . [x 1−x 2 , y 1− y 2]
√ a2 +b2
ax 1+by 1+(−ax 2−by 2)
|P2 P1| =
√ a2+ b2
27
Karena P2 (x2 , y2) terletak pada garis g, berarti ax2 + by2 + c = 0 atau c = -ax2 – by2
ax 1+by 1+c
Jadi d = |P2 P1| = ……………………………… (1)
a+b

Kedua kita anggap P1( x1 , y1 ) berada pada pihak yang berlawanan dengan arah vektor normal
garis g, perhatikan gambar P2 (x2 , y2) adalah proyeksi P1( x1 , y1 ) pada garis g berarti jarak (d)
dari P1 ke g adalah |P2P1|. Karena P2P1 sejajar berlawanan arah dengan u, maka sudut antara u dan
u . p 2. p 1
P2P1 adalah θ = 1800 sehingga cos θ = [ u ] .[ p 2 p 1] = - 1

−(u . p 2. p 1)
|P2P1| = [u ]

−( ax 1+by 1+ c)
Jadi d = |P2P1| = …………………………………….(2)
√ a2 +b 2
Dari persamaan (1) dan (2), dan mengingat pengertian jarak disini adalah jarak positif, maka
secara umum, jarak dari suatu titik P(x1, y1) pada garis g: ax + by + c = 0 adalah:
−(ax 1+by 1+ c)
d =
√ a2 +b 2

Contoh 2.7 :
Carilah jarak dari titik A (-3, 5) dan dari titik B( 0, -3) terhadap garis g dengan persamaan
g: 3x – 4y + 12 = 0
Penyelesaian :
Misalkan d1 = jarak dari titik A ke garis g, dan d2 = jarak dari titik B ke garis g, maka:
−( ax 1+by 1+ c) −( ax 1+by 1+ c)
d1 = d2 =
√ a2 +b 2 √ a2 +b 2
3 (−3 ) + (−4 ) .5+ 12 3 ( 0 ) + (−4 ) (−3 ) +12
= =
√3 +(4 )
2 2
√3 2+ ¿¿ ¿
−17 24
= 15 = 15
−17
Jadi jarak terhadap garis g: 3x - 4y + 12 = 0 dari titik A (-3, 5) adalah satuan panjang
15
24
dan dari titik B ( 0, -3 ) adalah satuan panjang.
15

28
I. Perpotongan Garis-garis
Titik potong antara dua garis, berarti titik itu terletak pada garis pertama maupun pada garis
kedua. Mencari koordinat titik potong antara dua garis adalah mencari penyelesaian dari system
persamaan linear dengan dua variabel.
Tinjau dua persamaan linear a 1x + b1y + c1 = 0 dan a2x + b2y + c2 = 0 tiap persamaan
linier ini mewakili sebuah garis pada bidang. Dua garis itu mungkin sejajar, berimpit, atau
berpotongan disatu titik. Hal ini dapat ditunjukan dengan gambar 2.7a, 2.7b dan 2.7c sebagai
berikut.

Y Y Y
g1 g1

g2 g1 = g2

O X O X O X
g2
Gbr 2.7a Dua gari sejajar Gbr 2,7b Dua garis berimpit Gbr 2.7c Dua garis berpotongan

Menurut aljabar ada beberapa cara untuk menyelesaikan system persamaan linear antara
lain dengan cara substitusi, eliminasi, matriks, dan determinan. Tentu anda sudah
mengenalnya. Dengan cara determinan adalah sebagai berikut.

|−c 2 b 2|
−c 1 b1

{a 2 x +b 2 y +c 2=0
a 1 x +b 1 y +c 1=0
→ x = =
b 1 c 2−b 2 c 1
dan
|aa 12 bb 12| a 1b 2−a 2 b 1

y=
|a2 −c 2|
a1 −c 1
a 2 c 1−a 1 c 2
= a 1b 2−a 2 b 1
|aa 12 bb 12|
Pasangan x dan y adalah koordinat titik potong dari garis g 1 dan g2. Kita tinjau berbagai
kemungkinan:

29
1) Jika | |
a1 b 1
a2 b 2
= a1b2 - a2 b1 ≠ 0 atau
a1
a2

b1
b2
maka dua garis tersebut

berpotongan di satu titik.

2) Jika | |
a1 b1
a2 b2
= a1 b2 - a2 b1 = 0 atau
a 1 b1
=
a 2 b2
dan
a 1 b1
=
a 2 b2

c1
c2
maka

garisersebut sejajar (dianggap tidak berpotongan)

3) Jika |a1a2 bb 12| = |a1a2 cc 12| = |cc 12 bb 12| atau a 1 b1


=
a 2 b2
=
c1
c2
maka kedua garis

tersebut berimpit (titik potongnya banyak sekali yaitu garis itu sendiri)

Contoh 2.8 :
Carilah koordinat titik potong antara g1 : 2x - y - 3 = 0 dan garis g2 : x + 3y -4 = 0
Penyelesaian :
Secara determinan:
2x - y - 3 = 0
x + 3y -4 = 0

x=
|−3 −1
4 3|
dan y =
|21 34|
|21 −13 | [ 21 −13 ]
−9+ 4 8+3
= =
6+ 1 6+1
−5 11
= =
7 7
−5 11
Jadi titik potong g1 dan g2 adalah titik ( , 7 )
7

J. Berkas Garis
Garis-garis yang melalui satu titik tertentu membentuk sebuah himpunan garis yang banyaknya
tak terhingga. Himpunan dari semua garis yang melalui satu titik tertentu ini disebut berkas garis.
Misal ditentukan dua garis yang tidak sejajar yaitu: g 1 : a1x + b1y + c1 = 0 dan

30
g2 : a2x + b2y + c2 = 0 atau ditulis secara simbolis dengan g 1 = 0 dan g2 = 0. Kedua garis ini
a1 b1 a1 b1
tidak sejajar berarti syaratnya:
a2
≠ b2
atau
a2 b2 ≠ 0
Sekarang dibentuk persamaan a1x + b1y + c1 + λ (a2x + b2y + c2 ) = 0 atau secara simbolis
g 1 + λ g 2 = 0 dengan λ adalah parameter bilangan real.
Jika T ( x1 , y1 ) adalah titik potong g1 dan g2 berarti a1x1 + b1y1 + c1 = 0 dan
a2x1 + b2y1 + c2 = 0, maka a1x1 + b1y1 + c1 + λ (a2x1 + b2y1 + c2 ) = 0. Ini berarti garis-
garis g 1 + λ g 2 = 0 untuk setiap λ bilangan real selalu melalui titik T (titik potong g 1 dan g2 )
sehingga g 1 + λ g 2 = 0 adalah membentuk sebuah berkas garis. Jadi garis g 1 + λ g 2 = 0
adalah persamaan berkas garis dengan g 1 = 0 dan g2 = 0 disebut garis-garis dasar dari berkas
tersebut.
Perhatikan persamaan berkas garis g 1 + λ g 2 = 0 maka,
a1x + b1y + c1 + λ (a2x + b2y + c2 ) = 0
( a 1 + λ a 2 ) x + ( b 1 + λ b2 ) y + c 1 + λ c 2 = 0
Dalam hal ini, koefisien x dan y tidak boleh serentak keduanya nol. Sebab kalau keduanya nol
a1 b1 a1 b1
menghasilkan:
a2
≠ b 2 ini bertentangan dengan perjanjian diatas bahwa a2
≠ b2 ,
atau dengan kata lain g1 tidak sejajar dengan g2

Contoh 2. 9 :
Carilah persamaan garis melalui titik potong garis 2x - y + 2 = 0 dengan garis x + y = 4
dan gradiennya 1 / 2
Penyelesaian :
Garis-garis melalui titik potong garis 2x - y + 2 = 0 dan x + y = 4 membentuk sebuah
berkas dengan persamaan:
2x - y + 2 + λ ( x + y - 4 ) = 0
−(2+ λ)
( 2 + λ ) x + ( -1 + λ ) y + 2 - 4 = 0 dengan gradien
(−1+ λ)
−(2+ λ) 1
Garis yang dicari mempunyai gradien 1 / 2 , = ↔ = -1
(−1+ λ) 2
Substitusi λ = -1 kepersamaan berkas maka diperoleh persamaan garis yang harus dicari, yaitu

RANGKUMAN

31
1. Bilangan arah suatu garis adalah komponen-komponen skalar sembarang vektor (tidak
nol) yang terletak pada garis itu.
2. Cosinus arah suatu garis adalah komponen skalar dari vektor satuan yang terletak pada
garis tersebut.
3. Inklinasi atau sudut arah garis g adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu x positip dengan
garis g yang diukur dari sumbu x positip berlawanan arah dengan arah jarum jam
4. Koefisen arah atau gradien garis g adalah nilai tangens dari inklinasi yaitu s = tg α .

5. Persamaan parameter garis g adalah: { x=x 1+ at


y= y 1 +bt

6. Persamaan garis dalam bentuk bilangan arah suatu garis adalah:


x−x 1 y− y 1
g: =
∆x ∆y
7. Persamaan umum garis adalah g : ax + by + c = 0
8. Persamaan koefisien arah titik suatu garis g adalah: g: y – y1 = s (x – x1 )
y− y1 x−x 1
9. Persamaan garis melalui titik(x1 , y1) dan titik (x2 , y2 ) adalah: =
y 2− y 1 x2 −x1
x y
10. Persamaan segmen suatu garis adalah : + =1
a b
x - 2y + 6 = 0

SOAL LATIHAN 2
1. Garis g melalui titik P (-1,2) dan mempunyai pasangan bilangan arah [ 2, 3 ], gambarlah garis g,
kemudian carilah :
a. Gradiennya
b. Cosinus arah garis g
c. Persamaan parameter garis g
d. Persamaan garis g dalam bentuk bilangan arah
e. Persamaan umum garis g
2. Tentukan garis l dengan persamaan umum l : 5x + y - 5 = 0
a. Gambarlah sketsa garis l
b. Carilah vektor normalnya
c. Ubahlah persamaan l menjadi persamaan parameter dan persamaan simetris
d. Tentukan inklinasinya

32
3. Ditentukan dua buah garis g dan l dengan persamaan g : x / 3 + y / -2 = 1 dan
L:y= -5/4x +5
a. Gambarlah garis g dan l dalam suatu system koordinat
b. Jika θ adalah sudut yang dibentuk oleh kedua garis itu carilah cos θ dan tg θ
c. Berapakah θ
4. Manakah dari pasangan-pasangan garis berikut yang sejajar dan yang tegak lurus
a. 2x - y + 2 = 0, y = 2x + 8
b. 3x - 6y - 2 = 0, x + 2y = 3
c. y = 1 / 2 x , y = 2x + k
d. x = 2, y = 8
5. Carilah koordinat titik potong dari garis-garis dengan persamaan berikut ini :
a. x - y - 2 = 0, y = 2x
b. 2x - y - 8 = 0, 4x - 2y + 1 = 0
c. 3x - 2y - 1 = 0 , 9x - 6y - 3 = 0
6. Garis l adalah anggota berkas garis dengan garis-garis dasar g 1 : x + y - 3 = 0, dan
g2 : x = 2. Carilah persamaan l jika
a. l memotong titik tengah segmen AB, dengan A(1, 0), B( 1, 2)
b. l tegak lurus garis s : 3x - y + 3 = 0
7. Tentukan persamaan garis yang melalui titik potong = 3x + 7y - 1 = 0 dengan garis x - 9y + 7 = 0
dan memotong sumbu y di titik (0, 3)

KUNCI JAWBAN LATIHAN 2


1
1. a. .
3
3 1
b.( , )
√10 √ 10
c. x = 2 + 3t
y=3+t
x+1 y−2
d. =
3 1
e. x – 3y + 7 = 0

2. a.
5

33
1
b. [ 5, 1]
x−1 y
c. Persamaan parameter x = 1 – t Persamaan simetri =
−1 5
y = 5t
d. s = tg α = -5

3. a. Y

X
l
b. { 3, 2 } salah satu vector pada g
{ - 4, 5 } salah satu vector pada l
2 2 5
Cos θ = ; gradient garis g adalah dan gradient garis l adalah -
√533 3 4
23
Tg θ = = 11,5
2
c. θ = 850 , 021

4. a garis sejajar, c garis tegaklurus

5. a. ( -2, -4 )
b. Tidak ada titik potong
c. garis itu sendiri, karena kedua garis itu berimpit.

6. a. y = 1
b. gradient garis s adalah 3, dan gradient garis l adalah – (1 + λ )
2
l tegaklurus s maka 3(-1- λ) = - 1 jika dan hanya jika λ = - maka l: x + 3y -5 = 0
3

7. 2x – y + 3 = 0

34
BAB III
LINGKARAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN

DESKRIPSI SINGKAT
Anda sudah harus memahami tentang garis lurus, karena garis lurus akan digunakan atau prasyarat dalam
mempelajari lingkaran dan tempat kedudukan. Materi ini sangat berguna untuk pengayaan dan penunjang
cabang matematika sekolah, untuk bidang ilmu science, untuk bidang social ekonomi, dan bidang ilmu
lainnya, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Pada bab ini akan dibahas, macam-macam persamaan lingkaran, garis singgung pada lingkaran, garis
kuasa, berkas lingkaran dan tempat kedudukan.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini anda diharapkan memahami persamaan lingkaran, garis singgung dan garis
kuasa, serta trampil menggambarkannya, dan juga memahami pengertian tempat kedudukan

INDIKATOR :
1. Mencari persamaan standar lingkaran
2. Menentukan pusat dan jari-jari lingkaran

35
3. Mencari persamaan umum lingkaran
4. Mencari persamaan parameter lingkaran
5. Mencari persamaan lingkaran yang memenuhi syarat-syarat tertentu
6. Mencari persamaan garis singgung di suatu titik pada lingkaran
7. Mencari persamaan garis singgung dari suatu titik terhadap lingkaran
8. Menentukan kuasa titik terhadap lingkaran
9. Menentukan letak suatu titik terhadap lingkaran
10. Menentukan panjang garis singgung
11. Mencari persamaan garis kuasa dua lingkaran
12. Menentukan titik kuasa tiga lingkaran
13. Membentuk persamaan berkas lingkaran
14. Menggunakan persamaan berkas lingkaran
15. Menentukan bangun atau bentuk tempat kedudukan titik-titik
16. Memilih cara yang tepat untuk mencari persamaan tempat kedudukan

BAHAN KAJIAN
1. Persamaan standar dari lingkaran
2. Persamaan umum lingkaran
3. Persamaan parameter lingkaran
4. Persamaan lingkaran yang memenuhi syarat-syarat tertentu
5. Garis singgung terhadap lingkaran dari suatu titik diluar lingkaran
6. Panjang garis singgung
7. Garis kuasa

PETUNJUK BAGI MAHASISWA


1. Bacalah bagian awal Bab III ini dengan saksama, perhatikan capaian pembelajarannya
dan indikator yang akan dicapai.
2. Bahan kajian harus dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami secara baik.
3. Diskusikan dengan teman pada setiap kelompok, dan jawab soal-soal yang diberikan.
4. Kerjakan juga soal-soal latihan yang tertera pada bahan ajar ini.

36
URAIAN BAHAN KAJIAN
A. Persamaan Standar dari Lingkaran
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang datar yang berjarak sama
terhadap titik tertentu. Jarak yang sama atau tetap disebut jari-jari (radius), sedangkan
titik tertentu disebut pusat (center).
Misalkan titik C (a,b) adalah pusat sebuah lingkaran, dan r adalah jari-jarinya, sedangkan
titik P(x,y) pada lingkaran.
Perhatikan Gambar
|⃗
CP | = r
√¿¿ = r
¿ = r2
Jadi setiap titik P (x, y) pada lingkaran memenuhi persamaan ini.
Sebaliknya jika koordinat titik P1 ( x1, y1 ) memenuhi persamaan ini yaitu jika
¿ = r2 maka titik P1 ( x1, y1 ) adalah suatu titik pada lingkaran, dari sini
mengakibatkan |⃗
CP 1| = r , ini berarti P 1 terletak pada lingkaran dengan titik pusat C
(a,b) dan jari-jari r. Jadi: ¿ = r2 adalah persamaan suatu lingkaran yang berpusat pada
titik ( a, b) dan berjari-jari r. Persamaan ini disebut persamaan standar dari lingkaran.
Jika a = b = 0, berarti C (a, b) = O (0, 0), maka persamaannya adalah x 2+ y 2=r 2 dan
ini disebut persamaan pusat suatu lingkaran, atau disebut juga persamaan sederhana.
Contoh 3.1 :
Carilah persamaan suatu lingkaran yang berpusat di titik (-2,3) dan berjari-jari 2.
Penyelesaian :
Persamaan standar dari lingkaran ini adalah ¿ = 4
Contoh 3.2 :
Tentukan pusat lingkaran dan jari-jari lingkaran yang mempunyai persamaan
¿= 9
Penyelesaian :
Karena persamaan standar dari lingkaran adalah ¿ = r2 maka dalam hal ini a = -2, b =
-1, dan r = 3. Jadi pusat lingkaran adalah (-2, -1) dan jari-jari 3.
B. Persamaan Umum Lingkaran

37
Dari persamaan standar lingkaran ¿ = r2 kita peroleh x 2+ y 2 - 2ax –
2by + a2 + b2 - r2 = 0, atau x2 + y2 + Ax + By + C = 0. Dengan A = -2a,
B = - 2b, dan C = a 2 + b2 - r2. Ternyata secara aljabar bahwa persamaan lingkaran
berderajat dua dalam x dan y tanpa suku xy, dan koefisien x2 dan y2 sama yaitu 1.
Jadi persamaan x2 + y2 + Ax + By + C = 0 disebut persamaan umum suatu
lingkaran atau disebut juga persamaan normal, dan ditulis secara simbolis dengan L = 0.
Kita tinjau pusat dan jari-jari lingkaran dengan bentuk persamaan umum. Berdasarkan
persamaan standar dan mengingat A = -2a, B = -2b, dan C = a2 + b2 - r2, maka


2
1 1
a = - 1/2 A, b = -1/2 B dan r = A + B2 −C
4 4
Kemungkinan-kemungkinan untuk r :
1 2 1 2
1) Jika A + B - C > 0, maka lingkarannya real,artinya grafiknya ada
4 4
1 2 1 2
2) Jika A + B - C = 0 berarti jari-jarinya r = 0. Maka lingkaran berupa titik
4 4
dan disebut lingkaran titik.
1 2 1 2
3) Jika A + B - C < 0, maka lingkaran disebut lingkaran imajiner, berarti
4 4
pusatnya ada dan nyata tetapi lingkarannya khayal karena r 2 negatif, sehingga tidak
ada titik real yang memenuhi.
1) A = 0, berarti persamaannya x2 + y2 + By + C = 0, maka pusatnya terletak pada
sumbu y
2) B = 0, berarti persamaannya x2 + y2 + Ax + C = 0, maka pusatnya terletak pada
sumbu x.
3) Jika C = 0, berarti persamaannya x2 + y2 + Ax + By = 0, maka lingkarannya
melalui titik O (0,0).
DISKUSIKAN
Bagaimana jika A = B = 0, dan C ≠ 0 ?
Bagaimana jika A = C = 0, dan B ≠ 0
Bagaimana jika A = B = C = 0 ?
Contoh 3.3 :
Carilah pusat dan jari-jari lingkaran yang mempunyai persamaan

38
x2 + y2 - 4x + 6y - 3 = 0. Kemudian sketsa grafiknya.
Penyelesaian :
A = -4 , B = 6 dan C = -3, maka pusat lingkaran adalah (-1/2 A, - ½ B ) =(2,-3)


2
1 1
Jari-jari r = A + B2 −C
4 4
= √ 4 +9+3
= 4
Sketsa lingkaran dengan pusat ( 2, -3) dan jari-jari 4 diperlihatkan dalam gambar 3.1
sebagai berikut.

O X
(2,-3)

4
Gbr 3.1 Lingkaran pusat (2,-3) Jari-jari 4

C. Persamaan Parameter Lingkaran


Perhatikan sebuah lingkaranan dengan pusat di O(0,0) dan jari-jari r seperti diperlihatkan
Jika:P ( x, y ) adalah sembarang titik pada lingkaran, θ adalah sudut yang dibentuk oleh
OP berlawanan arah dengan jarum jam, dan |⃗
sumbu x positif dengan ⃗ OP∨¿¿ = r maka:
x
Cos θ = jika dan hanya jika x = r cos θ
r
39
y
Sin θ = jika dan,hanya jika y = r sin θ
r
Setiap titik (x , y) pada lingkaran (0, r) dinyatakan dengan hubungan tersebut.

{x=r cos θ
y =r sinθ
Adalah persamaan lingkaran dan disebut persamaan parameter suatu lingkaran dengan
pusat pada O dan jari-jarinya r dan θ adalah parameternya.
Kalau pusatnya di titik (a,b) dan jari-jari r maka persamaan parameternya sebagai berikut:
Y

P(x,y)

r
θ
O X
Gbr 3.2 Menurunkan pers.
Parameter lingkaran

CP = [ x – a , y – b ], dan ⃗
CP = r cos θ . r sin θ maka:
x - a = r cos θ
y - b = r sin θ
Jadi persamaan parameter dari lingkaran dengan pusat ( a, b ) dan jari- jari r adalah:

{x=a+r cos θ
y=b+ rsinθ
θ adalah parameter, yaitu sudut yang dibentuk oleh sumbu x positif dengan ⃗
CP lawan
arah jarum jam.

Contoh 3.4 :
Carilah persamaan parameter suatu lingkaran yang berpusat di titik ( -3, 2 ) dan berjari-
jari 3.
Penyelesaian :
A = -3 , b = 2 , dan r = 3, maka persamaan parameter dari lingkaran adalah:

40
{x=−3+3 cos θ
y =2+3 sin θ

D. Mencari Persamaan Lingkaran dengan Syarat-syarat Tertentu


Kita tinjau ketiga bentuk persamaan lingkaran yang sudah kita kenal yaitu:
1) Persamaan standar, L: (x - a )2 + ( y – b )2 = r2
2) Persamaan Umum, L: x2 + y2 + Ax + By + C = 0

3) Persamaan parameter L: {x=a+r cos θ


y =b+r sin θ
dengan θ parameter.

Kalau kita perhatikan banyaknya konstanta dari ketiga bentuk persamaan lingkaran itu
sama, yaitu tiga buah. Untuk persamaan standar, konstantanya adalah a, b, dan r.
Persamaan umum konstantanya adalah A, B, dan C. Persamaan parameter konstantanya
adalah a, b, dan r.
Jika dari syarat-syarat yang ditentukan dapat diturunkan tiga persamaan linear dalam
ketiga konstanta tersebut, maka secara aljabar ketiga konstanta itu dapat dicari. Proses
pencarian ketiga konstanta ini sejalan dengan mencari persamaan lingkaran sebagai
tafsiran geometrinya. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, perhatikan langkah-
langkah penyelesaiannya dalam contoh berikut.
Contoh 3.5
Carilah persamaan umum lingkaran yang melalui titik-titik ( -1, 1), ( 2, 3 ), dan ( 1, - 2 )
Penyelesaian :
Menurut geometri, melalui tiga titik yang tidak segaris dapat dibuat satu lingkaran.
Persamaannya kita cari sebagai berikut:
Misalkan persamaan lingkaran yang dicari adalah L: x2 + y2 + Ax + By + C = 0.
L melalui ( -1, 1 ) maka 1 + 1 - A + B + C = 0
L melalui ( 2, 3 ) maka 4 + 9 + 2A + 3B + C = 0
L melalui ( 1, -2 ) maka 1 + 4 + A – 2B + C = 0
Jadi kita dapatkan system persamaan linier dengan variable A, B, dan C, yaitu:

{
− A +B+ C+2=0
2 A+ 3 B+C +13=0
A−2 B+C +5=0

41
Dalam aljabar salah satu cara penyelesaiannya adalah dengan menggunakan determinan
yaitu :

[ ]
−2 1 1
−13 3 1
−5 −2 −1 39
= = -3
[ ]
A= −13
−1 1 1
2 3 1
1 −2 1

[ ]
−1 −2 1
2 −13 1
1 −5 1 13
= = -1
[ ]
B = −13
−1 1 1
2 3 1
1 −2 1

[ ]
−1 1 −2
2 3 −13
1 −2 −5 52
= = -4
[ ]
C = −13
−1 1 1
2 3 1
1 −2 1

Jadi persamaan lingkaran yang dicari adalah: L: x 2 + y2 -3x -y -4 = 0, dengan pusat C


(3/2, ½ ) dan jari-jari r = ….?

E. Garis Singgung di Suatu Titik pada lingkaran


Ditentukan lingkaran dengan persamaan L: x2 + y2 + Ax + By + C = 0 dan titik T
(x1 , y1 ) pada lingkaran. Akan kita cari persamaan garis singgung di titik T pada
lingkaran.
Misalkan P ( - ½ A, - 1/2B ) adalah pusat lingkaran L, dan g adalah garis singgung di titik
y 1
1+ B
2
T pada lingkaran L. g tegak lurus PT, dan gradient PT adalah
x 1
1+ A
2

42
x 1
1+ A
2
Maka gradient g adalah :
y 1
1+ B
2

Garis g melalui T (x1 , y1) dan dengan gradient tersebut , maka persamaannya adalah,
1
−( x 1+ A)
2
g : y – y1 = (x - x1)
1
( y 1+ B)
2
1 1 1 1 1
y 1y + By - y12 - By1 + x1 x - x12 + Ax - Ax - Ax1 = 0
2 2 2 2 2
1 1
y1 y + B ( y + y1 ) + x1 x + A ( x + x1 ) – x12 - y12 – Ax1 - By1 = 0
2 2
Titik T (x1 , y1 ) pada lingkaran, berarti – C = x12 + y12 + Ax1 + By1
Jadi persamaan garis singgung yang dicari adalah :
1 1
g : x1 x + y 1 y + A ( x + x1 ) + B ( y + y1 ) + C = 0
2 2
Contoh 3.6
Carilah persamaan garis singgung pada lingkaran berikut di titik sebagai berikut.
a) x2 + y2 - 4x + 4y - 1 = 0, ( 2,1 )
b) x2 + y2 - 4x = 0 , ( 3, √ 3 )
c) x2 + y2 = 25 , ( 4, 3 )
Penyelesaian :
a) A = -4, B = 4, C = -1, x 1 = 2 dan y1 = 1, maka dengan memasukan nilai-nilai ini
ke persamaan garis singgung, kita peroleh persamaan garis singgung yaitu:
1 1
g : 2x + 1y + (-4) (x + 2) + . 4 ( y + 1) - 1 = 0
2 2
2x + y - 2x - 4 + 2y + 2 - 1 = 0
y = 1
b) Dengan cara seperti a), maka diperoleh :
1
g : 3x + √ 3y - 2 . 4 ( x + 3 ) = 0
x + √ 3y - 6 = 0

43
c) x2 + y2 = 25 jika dan hanya jika x2 + y2 - 25 = 0, maka persamaan garis
singgungnya adalah : g : 4x + 3y - 25 = 0

F. Garis Singgung dengan Gradien Diketahui


Misalkan diketahui lingkaran dengan pusat di titik (a,b) dan berjari-jari r, sehingga
persamaannya adalah ( x - a )2 + ( y - b )2 = r2
Garis dengan gradient s, persamaannya adalah y = sx + k jika dan hanya jika sx –y + k =0
( k adalah konstanta, yaitu perpotongan dengan sumbu y ).
Jarak dari pusat lingkaran ke garis singgung sama dengan jari-jari, maka diperoleh :
sa−b+ k
| √ s +1 | = r

→ | sa - b + k | = r √ s 2 +1
→ sa - b + k = ± r √ s 2 +1
k = b - sa ± 2 √ s 2 +1
substitusikan k ke persamaan y = sx + k, maka diperoleh : y = sx + b - sa ± r
√ s 2 +1 ↔y - b = s(x–a)±r √ s 2 +1
jari-jari r adalah : y - b = s ( x - a ) ± r √ s 2 +1
Catatan:
Pada persamaan di atas ada tanda ± berarti ada dua garis singgung dengan gradient s
Contoh 3.7 :
Carilah persamaan garis singgung terhadap lingkaran x2 + y2 - 2x + 4x + 1 = 0 yang
1
tegak lurus pada garis y = x + 2
2
Penyelesaian :
1
Garis singgung tegak lurus garis y = x + 2 maka gradien garis singgungnya adalah -
2
2.
Pusat dan jari-jari lingkaran yang diketahui berturut-turut adalah( 1, -2 ) dan r = 2. Maka
persamaan garis singgung adalah : y + 2 = -2 ( x – 1 ) ± 2 √ (−2)2 +1
= 2x + y ± 2 √ 5 = 0
Jadi garis singgung pertama g1 : 2x + y + 2 √ 5 = 0 dan garis singgung kedua

44
g : 2x + y - 2 √ 5 = 0

G. Garis Singgung dari Suatu Titik di Luar Lingkaran


Misalkan T ( x1, y1 ) adalah titik di luar lingkaran L: (x – a) 2 + (y - b)2 = r2. Kita buat
garis singgung ternhadap lingkaran L dari titik T. Ada beberapa garis singgung yang
dapat kita buat ? tentu ada dua garis singgung yang dapat kita buat. Bagaimana
persamaannya ?
Misalkan garis melalui T ( x1, y1 ) memiliki gradient s, maka persamaannya
g : y - y1 = s ( x - x1 )
↔ sx - y + y1 - sx1 = 0
sa−b+ y 1−sx 1
Jarak dari pusat lingkaran ke garis adalah: d = | |
√ x 2+1

T(x1,y1)

r
(a, b) g1
g2

Gbr 3.3 persamaan garis nelalui T dengan gradient diketahui.

Ada tiga kemungkinan tentang jarak yaitu :


1) Jika d < r, berarti garis memotong lingkaran pada dua titik
2) Jika d > r, berarti garis tidak memotong lingkaran
3) Jika d = r, berarti garis menyinggung lingkaran.
sa−b+ y 1−sx 1
Jadi syarat agar garis g menyinggung lingkaran ialah : | √ x 2+1 | = r. Dari
hubungan ini kita dapat menentukan nilai s
Contoh 3.8 :

45
Carilah persamaan garis singgung dari titik ( 2, 1 ) terhadap lingkaran
x2 + y2 – 2x + 4y +1 = 0
Penyelesaian :
Lingkaran x2 + y2 – 2x + 4y +1 = 0 berpusat di ( 1, -2 ) dan berjari-jari r = 2, berarti a = 1,
b = 2 dan r = 2
Garis singgung dari titik ( 2, 1), berarti x1 = 2 dan y1 = 1
Misalkan g: y – y1 = s ( x – x1 )
↔ y–1= s(x–2)
↔ sx - y + 1 - 2s = 0 adalah garis singgung dengan s gradiennya, maka s
sa−b+ y 1−sx 1
dicari dari : | √ s 2+1 | = r

s +2+1−2 s
→ | √ s 2+ 1 |= 2

↔ | 3 – s | = 2 √ s 2 +1
↔ 9 - 6s + s2 = 2s2 + 2
↔ s2 + 6s - 7 = 0
↔ ( s + 7 ) ( s – 1) = 0,
↔ s = -7, atau s = 1
Substitusikan ke persamaan garis g, maka diperoleh :
Untuk s = -7 maka g1 : -7x -y + 15 = 0
7x + y - 15 = 0
Untuk s = 1, maka g2 : x - y - 1 = 0
Jadi persamaan garis singgung dari titik ( 2, -1 ) terhadap lingkaran
x2 + y2 – 2x + 4y +1 = 0 adalah :
g1 : x + y2 – 2x + 4y +1 = 0 dan g2 : x - y - 1 = 0

H. Panjang Garis Singgung ( Kuasa )


Dari suatu titik T dapat ditarik banyak sekali garis-garis yang memotong lingkaran di
titik-titik A dan A1 , B dan B1 , C dan C1, dan seterusnya.

46
Secara geometri dapat dibuktikan bahwa : | TA | . | TA1 | = | TB | . | TB1 | = | TC | . | TC1 |
= ……
Perhatikan gambar3.4
P
A’
A T(x1,y1)
B
B’ M(a,b) C

C’
Q
Gbr 3.4 Kuasa titik T terhadap lingkaran

Hasil yang tetap ini disebut kuasa titik T terhadap lingkaran. Ada 3 kemungkinan letak
titik T terhadap lingkaran yaitu :
1) Jika T terletak di luar lingkaran, maka kuasanya positif dan merupakan kuadrat dari
panjang garis singgung.
2) Jika T pada lingkaran, maka kuasanya nol.
3) Jika T di dalam daerah lingkaran, maka kuasanya negatif.
Perhatikan gambar 3.4, maka definisi kuasa tersebut adalah m ( a, b) adalah pusat
lingkaran dengan jari-jari r, P dan Q titik singgung dari titik T (x1 , y1 ), maka:
| TP |2 = | TM |2 – r2
| TP |2 = ( x1 - a)2 + ( y1 - b )2 - r2
Hal ini berarti kuadrat dari panjang garis singgung dari titik T (x 1 , y1 ) , pada
lingkaran L ternyata sama dengan nilai dari bentuk persamaan lingkaran setelah r 2
dipindahkan ke ruas kiri, dan menafsirkan koordinat T (x1 , y1 ) pada persamaan tadi.
Jadi, jika titik T (x1 , y1 ) dan lingkaran L : ( x 1 - a)2 + ( y1 - b )2 = r2 maka kuasa
T terhadap lingkaran L adalah: ( x1 - a)2 + ( y1 - b )2 - r2. Jika lingkarannya L :
x2 + y2 + Ax + By + C = 0 maka kuasanya adalah: x1 2 + y1 2 + Ax1 + By1 + C = 0
Contoh 3. 9 :
Carilah kuasa titik T ( -4, 2), terhadap lingkaran berikut, kemudian tentukan panjang
garis singgungnya.

47
a) L1 : ( x – 3 )2 + ( y + 2 )2 = 25
b) L2 : 2x2 + 2y2 + 3x - y - 5 = 0
Penyelesaian :
a) Kuasa T terhadap L1 adalah : ( -4, -3 )2 + ( 2 + 2 ) 2 - 25 = 40. Maka panjang garis
singgung dari T terhadap L1 adalah √ 40 = 2 √ 10
3 1 5
b) L2: x2 + y2 + x - y - = 0
2 2 2
3 1 5 1
Kuasa terhadap L2 adalah : (-4)2 + 22 + ( -4) - (2) - = 10
2 2 2 2
1
Maka panjang garis singgung dari T terhdap L2 adalah √ 10 2

I. Garis Kuasa
Kita tinjau dua lingkaran L1: x1 2 + y1 2 + A1 x + B1 y + C1 = 0,
L2: x2 2 + y2 2 + A2 x + B2 y + C2 = 0, dan titik T (x1 , y1 ). Kita akan mencari letak atau
tempat kedudukan titik T agar kuasanya terhadap L1 dan L2 sama.
Kuasa T terhadap L1 adalah x1 2 + y1 2 + A1 x1 + B1 y1 + C1
Kuasa T terhadap L2 adalah x1 2 + y1 2 + A2 x1 + B2 y1 + C2
Kuasa ( T, L1 ) = Kuasa ( T, L2 )
x1 2 + y1 2 + A1 x1 + B1 y1 + C1 = x1 2 + y1 2 + A2 x1 + B2 y1 + C2
( A1 - A2 ) x1 + ( B1 - B2 ) y1 + ( C1 - C2 ) = 0
Jika T (x1 , y1 ) dijalankan atau T sembarang, berarti menghasilkan indeks 1, maka
T(x, y), dan hubungan ini menjadi ( A1 - A2 ) x + ( B1 - B2 ) y + ( C1 - C2 ) = 0
Persamaan ini linear dalam x dan y, sehingga menyatakan garis lurus, dan titik T terletak
pada garis ini. Garis ini disebut garis kuasa. Jadi garis kuasa adalah tempat kedudukan
titik-titik yang mempunyai kuasa sama terhadap dua lingkaran.
DISKUSIKAN:
Tunjukan bahwa garis kuasa L1 dan L2 yaitu ( A1 - A2 ) x + ( B1 - B2) y + (C1 - C2) = 0
tegak lurus terhadap garis sentral.
Catatan :
Garis sentral ialah garis hubung kedua titik pusat lingkaran

48
Untuk tiga lingkaran L1 = 0, L2 = 0, dan L3 = 0, kuasanya dari suatu titik kita cari sebagai
berikut.:
Garis kuasa dari L1 dan L2 adalah g1: L1 - L2 = 0
Garis kuasa dari L1 dan L3 adalah g2: L1 - L3 = 0
Garis kuasa dari L2 dan L3 adalah g3: L2 - L3 = 0
Kalau ketiga garis kuasa ini tidak sejajar, maka ketiga garis kuasa ini berpotongan di
suatu titik dan titik ini disebut titik kuasa. Jadi tiga buah lingkaran hanya mempunyai
sebuah titik kuasa, yakni titik yang mempunyai kuasa sama terhadap tiga lingkaran.
Bagaimana melukis garis kuasa dua lingkaran ?
1) Jika kedua lingkaran itu berpotongan, maka garis kuasanya adalah tali busur
persekutuannya.
2) Jika kedua lingkaran itu bersinggungan, maka garis kuasanya adalah garis singgung
persekutuan.
3) Jika kedua lingkaran tidak berpotongan, maka cara melukisnya menggunakan sifat-
sifat garis kuasa dan titik kuasa
Contoh 3. 10 :
Carilah garis kuasa L1: x2 + y2 - 6x - 4y + 9 = 0, dan L2: x2 + y2 + 6x – 4y + 4 = 0.
Jika L3: x2 + y2 - 25 = 0. Tentukan titik kuasa dari L1, L2 , dan L3
Penyelesaian :
L1 dengan pusat M1 ( 3, 2 ) dan jari-jari r1 = 2
L2 dengan pusat M2 (-3, 2 ) dan jari-jari r2 = 3
L3 dengan pusat M3 (0, 0) dan jari-jari r3 = 5
Garis kuasa L1 dan L2 adalah g : L1 – L2 = 0
-12x + 5 = 0
12x - 5 = 0 (sejajar sumbu y)
Garis kuasa L1 dan L3 adalah l : 6x + 4y - 34 = 0
3x + 2y - 17 = 0
5 63
Titik potong g dan l yaitu T ( . ) adalah titik kuasa L1, L2, dan L3
12 8

49
J. Berkas Lingkaran
0, maka dalam lingkaranpun kita dapat membentuk berkas (berkas lingkaran).
Jika kedua lingkaran L1 = 0, dan L2 = 0, maka persamaan simbolis berkas lingkaran
adalah L1 + λ L2 = 0 . L1 dan L2 disebut lingkaran dasar, dan dua titik potongnya (nyata
atau tidak) disebut titik-titik dasar. λ adalah parameter berharga real. Untuk tiap nilai λ
terdapat sebuah lingkaran dari berkas itu dan disebut anggota berkas.
Sifat :
Semua anggota berkas selalu melalui titik-titik dasar berkas, dan pusat dari anggota-
anggota berkas terletak pada sentral.
Bukti:
Misalkan (xD , yD) adalah titik dasar, maka
L1: xD2 + yD2 + A1 xD + B1 yD + C1 = 0 dan
L2: xD2 + yD2 + A2 xD + B2 yD + C2 = 0, maka
L1 + λ L2 = ( 1 + λ ) xD2 + ( 1 + λ ) yD2 + ( A1 + λ A2 ) xD + ( B1 + λ B2) yD + C1 + λ
C2 = 0
Berarti setiap anggota berkas melalui titik dasar (xD , yD)
−( A 1+ λA 2)
Pusat anggota berkas adalah titik ( , −¿ ¿ ) dan terletak pada garis sentral :
2(1+ λ)
1 1
x+ A 1 y+ B1
2 2
−1 1
= −1 1
A 2+ A 1 B 2+ B 1
2 2 2 2

1) Jika kedua titik dasar itu nyata, maka semua anggota berkas berpotongan di titik-titik
itu. Anggota berkas yang terkecil ialah lingkaran yang berdiameter garis hubung
kedua titik dasar.
2) Jika kedua titik dasar berimpit, tentulah semua anggota dari berkas juga melalui dua
titik yang berimpit itu, dengan kata lain semua anggota berkas bersinggungan di titik
dasar yang berimpit itu. Berkas mempunyai satu lingkaran titik yaitu titik singgung
tadi.
3) Jika titik dasarnya khayal atau lingkaran dasarnya tidak berpotongan, tentu semua
anggota dari berkas itu tidak berpotongan.

50
Contoh 3.11:
Bentuklah persamaan sebuah berkas lingkaran, dengan lingkaran dasarnya L1: x2 + y2 -
2x + 4y - 4 = 0, dan L 2: x2 + y2 - 16 = 0. Kemudian tentukan persamaan sebuah
anggota berkas yang melalui titik ( 3, 1 )
Penyelesaian :
Persamaan berkas dengan lingkaran dasar itu adalah :
L : x2 + y2 - 2x + 4y - 4 + λ ( x2 + y2 - 16) = 0, atau L melalui ( 3, 1), maka
2
y + 1 - 6 + 4 - 4 + λ ( x2 + y2 - 16 = 0 λ =
3
Jadi persamaan anggota berkas adalah :
2 2
L : x2 + y2 - 2x + 4y - 4 + ( x + y2 - 16 ) = 0 atau
3
L : 5x2 + 5y2 - 6x + 12y - 44 = 0

K. Mencari Persamaan Tempat Kedudukan


Umumnya masalah tempat kedudukan adalah mencari persamaannya. Ada 3 cara yang
dapat digunakan untuk menyelesaikan atau mencari persamaan tempat kedudukan, yaitu:
Cara 1 : Menjalankan Titik
Diambil suatu titik sembarang (x0 , y0 ) dan dimisalkan memenuhi syarat-syarat yang ada,
dengan pendekatan lain (x0 , y0 ) terletak pada tempat kedudukan yang dicari. Dari syarat-
syarat yang ada dapat dibentuk suatu hubungan antara x 0 dan y0 dengan bilangan-
bilangan yang diketahui. Untuk tiap titik (x1 , y1 ) pada tempat kedudukan berlakulah
hubungan itu. Jadi koordinat merupakan tempat kedudukan yang dicari.
Contoh 3.12 :
A adalah titik (-3, 4) dan B adalah titik (2, -1). Carilah persamaan tempat kedudukan
titik-titik P agar jaraknya ke A sama dengan 3/2 kali jaraknya ke B.
Penyelesaian :
Misalkan P (x0 , y0 ) pada tempat kedudukan , maka :
3
|PA| = |PB| ↔ 2 |PA| = 3 |PB|
2
→ 2 √¿ ¿ = 3 √¿ ¿

51
→ 4 ( 9 + x02 + 6x0 + 16 + y02 - 8y0)
9 ( 4 + x02 - 4x0 + 1 + y02 + 2y0 )
→ x02 + y02 - 12x0 + 10y0 - 11 = 0
Ini adalah hubungan dalam x0 dan y0 yang tidak mengandung x dan y. Maka dengan cara
menjalankan titik P (x0 , y0 ) pada tempat kedudukan artinya dengan meniadakan indeks
nol, kita peroleh persamaan tempat kedudukan yang diminta yaitu:
x2 + y2 - 12x + 10y - 11 = 0
Tempat kedudukan ini berupa sebuah lingkaran yang berpusat di ( 6, -5) dan jari-jari
r = 3 √8
Cara 2 : menggunakan parameter
Mula-mula diambil satu atau lebih parameter yaitu ukuran pembantu (bilangan) yang
dapat berubah-ubah. Dari syarat-syarat yang ada dibentuklah hubungan dalam x, y, dan
parameter. Eliminir atau hilangkan parameter dari hubungan ini maka diperoleh
persamaan tempat kedudukan yang dicari. Untuk menghilangkan parameter diperlukan
dua persamaan, jika ada satu parameter, tiga persamaan jika ada dua parameter, dan
seterusnya.
Contoh 3.13 :
Sebuah garis berputar melalui titik A(3,0), dari titik B (0,5) ditarik garis yang tegak lurus
pada garis melalui A . Carilah tempat kedudukan titik potong kedua garis itu.
Penyelesaian :
Garis-garis melalui A(0,3) memiliki persamaan y = s (x – 3) ( s adalah gradient dan kita
jadikan parameter).
Garis melalui B(0,5) memiliki persamaan y – 5 = sx , dan karena tegak lurus garis
1 1
melalui A, maka t = - , sehingga garis ini melalui B adalah y – 5 = - x. Kedua garis
s s
berpotongan, maka kita hilangkan parameter s dari kedua persamaan tersebut, dan kita
peroleh tempat kedudukan yang dicari yaitu : x2 + y2 - 3x - 5 = 0. Jadi tempat
3 5
kedudukan titik-titik potong kedua garis berupa lingkaran berpusat di ( , ) dan
2 2
melalui pusat sumbu.
Cara ketiga merupakan gabungan dari cara 1 dan cara 2. Jika menggunakan koordinat
jalan dan parameter.

52
RANGKUMAN
1. Persamaan standar lingkaran adalah L: (x – a)2 + (y – b)2 = r2
2. Persamaan umum lingkaran adalah L: x2 + y2 + Ax + By + C = 0
1 1
Persamaan g : x1 x + y1 y + A ( x + x1 ) + B ( y + y1 ) + C = 0
2 2

3. Persamaan parameter lingkaran adalah L: {x=a+r cos α


y=b+ rsin α
4. Garis singgung dari suatu titik di luar lingkaran adalah:
sa−b+ y 1−sx 1
| √ x 2+1 |=r
5. Garis singgung pada suatu titik pada lingkaran adalah:
1 1
g : x 1 x + y1 y + A ( x + x1 ) + B ( y + y 1 ) + C = 0
2 2
6. Garis singgung dengan gradient diketahui adalah:
y - b = s(x - a) ± r √ s 2 +1
7. Kuasa suatu titik tehadap lingkaran adalah:
x1 2 + y1 2 + Ax1 + By1 + C = 0
Garis kuasa L1 dan L2 adalah: x1 2 + y1 2 + A1 x1 + B1 y1 + C1 = x1 2 + y1 2 + A2 x1 + B2
y1 + C2
( A1 - A2 ) x1 + ( B1 - B2 ) y1 + ( C1 - C2 ) = 0
8. Titik kuiasa dari tiga lingkaran: jika L1, L2 dan L3 maka terdapat hanya satu titik kuasa,
yaitu perpotongan dari garis-garis kuasa.
9. Berkas lingkaran : Jika L1 = 0 dan L2 = 0 maka persamaan L1 + λ L2 = 0 adalah
persamaan berkas lingkaran dengan L1 = 0, L2 = 0 adalah lingkaran-lingkaran dasar dan λ
adalah parameter bilangan real.Setiap anggota berkas selalu memotong titik-titik dasar.
Titik dasar adalah titik potong kedua lingkaran dasar.
10. Tempat kedudukan himpunan dari semua titik yang memenuhi syarat-syarat tertentu atau
mempunyai sifat-sifat yang sama, tempat kedudukan ini bisa berupa garis, lingkaran dan
sebagainya.

53
11. Ada tiga cara menyelesaikan soal-soal tempat kedudukan, yaitu dengan cara Koordinat
jalan, parameter, dan gabungan antara koordinat jalan dan parameter.

SOAL LATIHAN 3.,


1. Carilah persamaan standar dan sketsa grafiknya untuk tiap lingkaran berikut ini :
a. L1 adalah lingkaran berpusat di ( 2, -1 ) dan jari-jari 5
b. L2 adalah lingkaran berpusat di ( 0, 2 ) dan melalui (-1, -4)
c. L3 adalah lingkaran berpusat di ( 3, 2 ) dan menyinggung sumbu x
2. Ditentukan lingkaran L dengan persamaan x2 + y2 - 4x + 6y - 2 = 0
a. Tentukan pusat dan jari-jarinya.
b. Buat grafiknya
c. Ubah persamaan L menjadi persamaan standar dan persamaan parameter.
3. Cari persamaan tiap lingkaran dengan syarat-syarat berikut ini.
a. Melalui titik-titik (2,-3), (4, 2) dan (0, 0)
b. Pusat terletak pada garis x - 3y - 1 = 0, melalui (3,1) dan menyinggung sumbu y
c. Segmen AB adalah diameternya, jika A(2, -3) dan B(-2, 2)
4. Dalam tiap soal berikut, periksalah letak titik terhadap lingkaran, kuasa, panjang garis
singgung (bila mungkin), dan persamaan garis singgung (bila mungkin )
a. (5, 2) dan x2 + y2 = 16
b. (-1,3) dan x2 + y2 - x + y - 1 = 0
c. (0,0) dan ( x – 1 )2 + ( y + 1 )2 = 4
d. (-2,5 ) dan x2 + y2 + 4x - 4y - 1 = 0
5. Diketahui tiga buah lingkaran yaitu :
L1 : x2 + y2 - 6x - 4y + 4 = 0
L2 : x2 + y2 - 4x - 4y + 1 = 0
L3 : x2 + y2 = 4

a. Carilah garis kuasa L1 dan L2


b. Carilah titik kuasa ketiga lingkaran ini
c. Buatlah sketsanya

54
6. Carilah persamaan lingkaran yang pusatnya terletak pada sumbu x dan merupakan
anggota berkas dengan lingkaran x2 + y2 - 2x + 4y - 6 = 0 dan
x2 + y2 - 4x + 2y - 4 = 0

KUNCI JAWABAN LATIHAN 3


1 a. L1: ( x – 2 )2 + ( y + 1 )2 = 52
b. L2: x2 + ( y – 2 )2 = 37
c. L3: ( x – 3 )2 + ( y – 2 )2 = 4

2 a. Pusat ( 2. – 3) dan jari-jari r = √ 15


b. Persamaan standar : ( x – 2 )2 + ( y + 3)2 = 15

c. Persamaan parameter: { x=2+ √ 15 cosθ


y=−3+ √ 15 sinθ

3 a. 8x2 + 8y2 – 43x + 6y = 0


8 2 5
b. Ada dua buah lingkaran yaitu L1: (x – 4 )2 + ( y – 1 )2 = 1 dan L2: ( x - ) + (y - ¿ 2=¿ )2
3 9
1 2 41
c. x2 + ( y + ) =
2 4

4. a. Kuasanya 13
Titik terletak di luar lingkaran
Panjang garis singgung √ 13
10+4 √ 13
Persamaan garis singgungnya ada dua yaitu y – 2 = ( x – 5) dan
9
10−4 √ 13
y–2= ( x – 5)
9
b. Kuasanya 13
Titik terletak di luar lingkaran
Panjang garis singgung √ 13
Persamaan garis singgung ada dua
c. Kuasanya - 2

55
titik terletak di dalam lingkaran
tidak ada garis singgung dari titik ini
d. Kuasanya 0
titik terletak pada lingkaran
panjang garis singgung = 0
persamaan garis singgungnya: - 2x + 5y + 2(x -2) – 2 (y + 5) – 1 = 0 ; jadi y = 5

5. a. x = 1
7
b. ( 1, )
4
c. Buat sendiri

6. x2 + y2 – 6x – 2 = 0

56
BAB IV
PARABOLA

DISKRIPSI SINGKAT
Pada bab ini akan akan dibahas irisan kerucut dengan bidang datar, macam-macam irisan
kerucut, parabola, persamaan parabola dan garis singgung terhadap parabola. Pengetahuan yang
anda pelajari pada bab ini sangat berguna, baik untuk pengayaan dan penunjang cabang
matematika lainnya, untuk bidang ilmu science, untuk bidang sosial ekonomi, dan bidang ilmu
lainnya, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa memahami irisan kerucut dan macam-
macamnya, memahami parabola, persamaan parabola, dan garis singgung terhadap parabola,
serta trampil mengambarkannya.

INDIKATOR:
1. Menentukan macam irisan kerucut
2. Mencari persamaan irisan kerucut, jika ditentukan fokus, direktriks dan eksentrisitasnya.
3. Menyebutkan definisi parabola
4. Menyebutkan istilah atau unsur yang berhubungan dengan parabola.
5. Melukis parabola.
6. Mencari persamaan sederhana parabola.
7. Menentukan sifat atau unsur parabola, jika persamaan parabolanya diketahui
8. Menentukan unsur yang berhubungan dengan parabola, jika unsur lainnya diketahui
9. Mencari persamaan parabola dengan puncak pada titik (a,b)
10. Mencari persamaan garis singgung terhadap parabola.

57
BAHAN KAJIAN
1. Irisan kerucut
2. Persamaan parabola dan garis singgung

PETUNJUK BAGI MAHASISWA


1. Bacalah bagian awal Bab IV ini dengan saksama, perhatikan capaian pembelajarannya
dan indikator yang akan dicapai.
2. Bahan kajian harus dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami secara baik.
3. Diskusikan dengan teman pada setiap kelompok, dan jawab soal-soal yang diberikan.
4. Kerjakan juga soal-soal latihan yang tertera pada bahan ajar ini

URAIAN BAHAN KAJIAN


A. Irisan kerucut
Definisi :
Irisan kerucut ialah penampang antara bidang datar dengan permukaan lengkung kerucut
tegak. Perhatikan dua buah garis g dan s yang berpotongan pada titik O dan membentuk
sudut θ. Garis g diputar mengelilingi garis s dengan sudut tetap yaitu θ, maka lintasan garis
g karena perputarannya mengelilingi s akan membentuk kerucut lingkaran tegak. Perhatikan
gambar 4.1

S g

58
Gbr 4.1 Garis g diputar mengelilingi sumbu y

Karena garis g dan s memanjang keduah arah tanpa batas maka permukaan kerucut juga meluas
ke atas dan ke bawah tanpa batas. Garis g disebut garis pelukis, garis s disebut sumbu kerucut, O
disebut titik puncak kerucut dan θ adalah setengah sudut puncak.
Ada tujuh macam irisan dari bidang datar dengan permukaan lengkung kerucut lingkaran tegak.
Jenis irisan tergantung pada letak bidang penampangnya.Tujuh kemungkinan yang dapat terjadi
adalah:

1) Titik
Jika bidang penampang V melalui puncak kerucut dan α ¿ ∅ maka irisan antara bidang V
dengan kerucut adalah berupa sebuah titik, yaitu titik puncak kerucut tersebut.
2) Dua garis berpotongan
Jika bidang penampang V melalui puncak kerucut O dan α <∅ maka irisan antara bidang
V dengan kerucut adalah berupa dua buah garis berpotongan di O, yaitu garis g dan h.
3) Sebuah garis
Jika bidang penampang V melalui puncak kerucut O dan α = θ berarti V menyinggung
kerucut, maka irisan antara bidang V dengan kerucut adalah sebuah garis.
4) Lingkaran
Jika bidang penampang V tegak lurus sumbu kerucut α = 900 maka irisannya berupa
sebuah lingkaran.
5) Parabola
Jika bidang V tidak melalui puncak kerucut dan α = θ atau V sejajar terhadap suatu garis
pelukis, maka irisannya berupa sebuah parabola.
6) Elips
Jika α¿ ∅ dan bidang V tegak lurus bidang kertas maka irisannya berupa sebuah elips.
7) Hiperbola
Jika bidang V tidak melalui puncak kerucut O dan V tegak lurus bidang kertas, dan α¿ θ
maka irisannya berupa hiperbola.

59
B. Definisi Irisan Kerucut secara analitis
Definisi:
Irisan kerucut ialah tempat kedudukan titik-titik sehingga perbandingan jarak dari titik-titik
ini ke suatu titik dan garis tertentu tetap harganya. Harga yang tetap ini disebut eksentrisitas
dan disingkat dengan e, dan :
Jika e = 1, irisan kerucut adalah parabola
Jika 0 ¿ e <1 irisan kerucut adalah elips
Jika e ¿ 1 irisan kerucut adalah hiperbola
Jika e = 0 irisan kerucut adalah lingkaran
Titik tertentu dalam irisan kerucut dinamakan fokus, sedangkan garis tertentu dinamakan
direktriks.
Contoh 4.1
Carilah persamaan irisan kerucut dengan direktriks garis 2x – 3y + 6 = 0, fokusnya F(-1, -2),
dan eksentrisitasnya e = 1.
Penyelesaian :
Misalkan titik P(x0,y0) pada irisan kerucut. Jarak dari titik P pada garis 2x – 3y + 6 = 0
adalah :
Y+

2x – 3y + 6 = 0
O X
D

F(-1,-2)

P(x0, y0)

60
Gbr 4.2 Jarak titik P ke garis

|PD| = | 2 x 0 −3 y 0+ 6
√13 |
Jarak dari titik P ke titik F (-1,-2) adalah |PF| = √ ¿ ¿
¿
karena e = ¿ PF ∨ ¿ PD∨¿=1 ¿ ¿ atau | P F| = |P D| maka :

√¿¿ = |
2 x 0 −3 y 0+ 6
√13 |
√¿¿ = ¿¿

2 2
9 x 0 +12 x 0 y 0 +4 y 0+ 2 x 0 +88 y 0 +29=0
Dengan menjalankan titik P(x0, y0) pada irisan kerucut maka persamaan irisan kerucut yang
dicari adalah: 9 x 20 +12 x 0 y 0 +4 y20+ 2 x 0 +88 y 0 +29=0
Irisan kerucut ini merupakan parabola karena eksentrisitasnya satu (e = 1).

C. Parabola
Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang jaraknya terhadap fokus sama dengan
jaraknya terhadap direktriks. Perbandingan kedua jarak ini disebut eksentrisitas (e). Berarti
dalam hal ini e = 1. Bila ditentukan direktriks d dan focus F, maka kita dapat melukis
beberapa titik yang berjarak sama terhadap F dan D. Jika titik-titik ini dihubung-hubungkan
secara berurutan maka akan didapat garis lengkung yang disebut parabola.
Beberapa istilah penting mengenai parabola :
1) FD, d merupakan sumbu simetri parabola, karena bayangan setiap titik pada parabola
terhadap pencerminan sumbu ini juga terletak pada parabola.
2) Titik P disebut puncak dari parabola, yaitu titik potong antara parabola dengan sumbu
simetri.
3) Titik F disebut titik api atau fokus
4) Garis d disebut direktriks parabola, jelas |FD| = 2 |FP| = 2a (a positif
5) Garis hubung antara dua titik pada parabola disebut tali busur. Tali busur yang melalui
fokus disebut tali busur fokus. Tali busur fokus yang tegak lurus sumbu simetri disebut
6) Garis hubung atau segmen antara focus dengan suatu titik pada parabola disebut-jari-jari
fokus.

61
D. Persamaan sederhana Parabola
Misalkan suatu parabola dengan fokus F(p,0) dengan p positif dan direktriks d: x = -p.
bagaimana mencari persamaannya?
Untuk mencari persamaan parabola ini kita misalkan titik P(x,y) terletak pada parabola.
Selanjutnya dengan menyelesaikan persoalan tempat kedudukan dengan syarat-syarat yang
ada dalam hal ini kita gunakan teknik koordinat , walaupun indeks dari koordinat titik P
tidak ada.

d Y
P(x,y)
Q |PF| = |PQ| (definisi parabola)
⇒ √( p−x)2 + y 2=¿ x + p∨¿
(p – x)2 + y2 = (x + p)2
y2 = x2 + 2px + p2 – p2 + 2px - x2
F(p,0) X
y D(-p,0) y2 = 4px

x = -p
Gbr 4.3 Persamaan parabola y2 = 4px

bangun aljabar y2 = 4px disebut persamaan sederhana (kanonik) parabola. Parabola dengan
persamaan ini berpuncak di O(0,0), sumbu x sebagai sumbu simetri, berfokus F(p,0), dan
berdirektriks d: x = -p jika fokusnya titik F(-p,0) dan direktriksnya garis d: x – p = 0 dengan
p positif, maka persamaan parabolanya adalah y2 = - 4px, dan grafiknya membuka ke kiri.
Y d: x = p Y

F(0,p)

F O X O X
(-p.0)
d : y = -p

Gbr 4.4a y2 = - 4px Gbr 4.4b x2 = 4 py

62
Jika fokus pada sumbu y yaitu F(0,p) dan direktriksnya d: y + p = 0, maka persamaan
parabolanya adalah x2 = 4 py dan grafiknya membuka keatas. Jika fokus F(0,-p) dan
direktriksnya d: y – p = 0 maka persamaan parabolanya adalah x2 = - 4py dan grafiknya
membuka kebawah.
Dari keterangan ini dapat disimpulkan secara umum yakni untuk p bilangan real, maka
persamaan parabolanya adalah y2 = 4px, atau x2 = 4py. Persamaan-persamaan ini disebut
persamaan sederhana parabola.
Sifat parabola dengan persamaan y2 = 4px adalah:
1) Fokus F(p,0)
2) Direktriks d: x = -p
3) Sumbu simetri y = 0 (sumbu x)
4) Puncak O(0,0) Titik pangkal
5) Jika p positif, parabola membuka ke kanan, dan jika negatif parabola membuka ke kiri.
Contoh 4.2.
Carilah persamaan sederhana parabola yang mempunyai fokus (0,-2) dan puncaknya O(0,0).
Kemudian sebutkan semua sifat tentang parabola ini.
Penyelesaian:
Fokus F(0,2) dan puncak O(0,0) berarti p = -2, sehingga persamaan parabola yang dicari
adalah x2 = 4(-2)x ⇔ x2 = - 8y.

Contoh 4.3.
Ditentukan parabola dengan persamaan 4y2 - 25 x = 0
a. Carilah persamaan latus rektum dan koordinat titik ujung dari latus rektum ini
Tentukan sifat-sifar dari parabola dan sketsa grafiknya.
Penyelesaian:
a) Latus rektum ialah talibusur fokus tegak lurus sumbu simetri. Jadi latus rektum ini
melalui fokus F dan tegak lurus sumbu simetri. Persamaan kita cari sebagai berikut.
25
4y2 – 25x = 0 y2 = x y2 = ¿) x
4

63
25
Kalau kita bandingkan dengan parabola y2 = 4px, maka p =
16
25
Jadi fokus F( , 0 ¿ dan sumbu x sebagai sumbu simetrisnya.
16
Untuk mencari koordinat titik-titik ujung latus rektum, maka harus diingat bahwa titik-
titik ujung ini terletak pada parabola, dengan kata lain koordinatnya memenuhi
persamaan parabola. Dicari sebagai berikut.:
25
y2 = 4 ( 16 ¿ x
25 50
y2 = 4( 16 )2 = ( 16 )2
50 25 25
y = ± 16 =± 8 x = 16
25 25 25 25
jadi titik-titik ujung latus rectum adalah: ( , ¿ dan ( ,− ¿
16 8 16 8
b) Menentukan sifat-sifat dari parabola yaitu mencari fokus, direktriks, sumbu simetri,
puncak, latus rektum, dan titik-titik ujung latus rektum.
25
Dari persamaan y2 = 4 ( ¿ x dan dari hasil a) maka diperoleh:
16
25
1) Fokus ( ,0¿
16
25
2) Direktriks d: x = -
16
3) Sumbu simetri y = 0 (sumbu x)
4) Puncak O(0,0)
25 25 25
5) Persamaan latus rektum x = dan titik-titik ujungnya ( , ¿ dan
16 16 8
25 25
( 16 ,− 8 ¿

6) Parabola membuka ke kanan


7) Grafiknya lihat gambar 4.5

64
−25
D: x = Y
16

25 25
( , ¿
16 8

25
O F( ,0¿ X
16

25 25
( ,− ¿ Gbr 4.5 Persamaan parabola
16 8

E. Parabola dengan Puncak (a,b) dan sumbu simetri sejajar sumbu koordinat
Bagaimanakah persamaan parabola yang berpuncak pada titik P(a,b), sumbu simetrinya
2
sejajar sumbu x dan jarak dari fokus ke direktriksnya adalah ? berarti fokusnya adalah F(a
p
+ p, b) dan direktriksnya adalah d: x = a – p. Perhatikan gambar berikut ini.

Y misalkan T(x,y) pada parabola, maka jarak


d: x = a – p (T,d) = |TF|

|x−a+ p
1 |
=√( x−a− p) + ¿¿
2

(x – a + p)2 = (x – a – p)2 + (y – b)2


p p F(a+p, b)
P(a,b)
(y – b)2 = 4p (x - a)
- jadi parabola yang berpuncak di P(a,b)
O X dan berfokus F(a + p, b) memiliki persa
T(x,y) maan
(y – b)2 = 4p( x - a).

65
Gbr 4.6 Parabola dengan puncak (a,b)

Contoh 4. 4
Carilah persamaan parabola yang berpuncak di titik P(2,3) dan fokus (4,3)
Penyelesaian:
Puncak P(2,3), maka a = 2 dan b = 3.
Fokus (4,3) = F(2 + 2, 3) berarti p = 2 dan sumbu simetri sejajar smbu x dan direktriks d : x
= 2 – 2 = 0. Jika puncak (a,b) dan fokus (p, b) maka persamaan parabolanya :
(y – b)2 = 4p(x – a). jadi persamaan parabola yang dicari adalah: (y – 3)2 = 4. 2(x – 2)
⇔ (y – 3) 2 = 8 (x -2)

Contoh 4. 5
Sebutkan sifat-sifat dari parabola x2 + 2x – y – 3 = 0
Penyelesaian:
1
x2 + 2x – y – 3 = 0 ⇔ (x + 1)2 = y + 4 ⇔ (x + 1)2 = 4 (y + 4)
4
Kalau dibandingkan dengan persamaan parabola (x – a) = 4p (y – b), maka a = 1, b =
2

1 1
-4 dan p = . Sifat-sifat dari parabola ; (x + 1)2 = 4. (y + 4) adalah :
4 4
a) Puncak P(-1, -4)
1 3
b) Fokus F(-1, -4 + ¿ = F(-1, -3 )
4 4
1 1
c) Direktriks d : y = - 4 - = - 4
4 4
d) Sumbu simetri x = - 1
3 1 3 1 3
e) Latus rektum y = - 3 dan titik-titik ujungnya adalah : (- ,−3 ¿ dan ( -1 ,−3 ¿
4 2 4 2 4
f) Titik potong dengan sumbu x di (-3, 0) dan (1,0) titik potong dengan sumbu y di (0, -3)
g) Parabola membuka ke atas
h) Grafiknya lihat gambar 4.7

Y
d
1
(x + 1)2 = 4. (y +4)
4

(-3,0) O (1,0)

66
3
d: y = - 4
4

Gbr 4.7 Gambaran dari sifat-sifat parabola

F. Garis Singgung terhadap Parabola


Bagaimana mencari persamaan garis singgung dengan gradient s terhadap parabola y 2 = 4px
dan terhadap parabola x2 = 4py.
Misalkan garis dengan gradient s memiliki persamaan g: y = sx + k, perpotongan g dengan
parabola y2 = 4px dicari sebagai berikut :

{ y 2=4 px
y=sx+k
Maka (sx + k)2 = 4px ⇔ s2 x2 + (2ks – 4p)x + k2 = 0 dengan diskriminan:
D = (2ks – 4p)2 – 4k2 s2
Jika D ¿ 0 , garis g tidak memotong parabola
Jika D ¿ 0 garis g memotong parabola pada dua titik
Jika D = 0 garis g memotong parabola pada satu titik, berarti g menyinggung parabola.
Jadi syarat agar garis g menyinggung pada parabola adalah:
p
(2ks – 4p)2 – 4k2s2 = 0 ⇔ 4k2s2 - 16ksp + 16p2 – 4k2s2 = 0 ⇔ k =
s
Jadi persamaan garis singgung dengan gradient s terhadap parabola y2 = 4px, adalah
p
y = sx +
s
Diskusikanlah: bagaimana jika persamaan parabolanya x2 = 4 py dengan gradient s.
Jika parabolanya (y – b)2 = 4p(x – a), maka persamaan garis singgungnya dengan gradient s
p
terhadap parabola ini adalah: y – b = s(x – a) +
s
Dan jika parabolanya (x – a)2 = 4 py(y – b) maka persamaan garis singgungnya adalah:
y – b = s(x –a) – ps2
Contoh 4.6
Carilah persamaan garis singgung dengan gradient 2 terhadap parabola y 2 = 8x dan terhadap
parabola(x – 3)2 = - 6(y + 1). Kemudian carilah titik singgungnya.
Penyelesaian:

67
Persamaan garis singgung dengan gradient garis s terhadap parabola y2 = 4px adalah
p
y = sx + . Dengan menggunakan rumus ini maka persamaan garis singgung dengan
s
2
gradient 2 (s = 2) terhadap parabola y2 = 8x – 4. 2x(p = 2) adalah y = 2x + ⇔ y = 2x + 1
2
dengan menggunakan rumus persamaan garis singgung dengan gradient s terhadap parabola
(x – a)2 = 4p(y – b) yaitu y – b = s(x –a) – ps 2 , maka persamaan garis singgung dengan
3
gradient 2 terhadap parabola (x – 3)2 = - 6(y + 1) atau (x – 3)2 = 4( - ) + (y +1) adalah y +
2
3 2
1 = 2 (x – 3) – (- ) 2 ⇔ y = 2x + 1.
2
Titik singgung garis y = 2x + 1 terhadap parabola y2 = 8x dicari sebagai berikut.

{ y 2=8 x
y=2 x+1
1 1
Maka (2x + 1)2 = 8x ⇔ x = jadi titik singgungnya adalah T( , 2¿
2 2
Tugas : silahkan sketsa grafiknya.

RANGKUMAN
1. Parabola dengan persamaan sederhana y2 – 4px memiliki sifat
a. Fokus F(p,0)
b. Direktris d: x = -p
c. Sumbu simetri s: y = 0
d. Puncak (0,0)
e. Jika p positif parabola membuka ke kanan, dan jika p negatif parabola membuka ke
kiri.
2. Parabola dengan persamaan sederhana x2 = 4py memiliki sifat
a. Fokus F(0,p)
b. Direktriks d: y = -p
c. Sumbu simetri S: x = 0
d. Puncak (0,0)
e. Jika p positif parabola membuka ke atas, dan jika p negatif parabola membuka ke
bawah.

68
3. Parabola dengan persamaan (y – b)2 = 4p(x – a) memiliki sifat
a. Puncak P(a,b)
b. Fokus F(a+p, b)
c. Sumbu simetri s: y = b
d. Direktriks d: x =a - p
e. Latus rektum l: x = a + p
4. Parabola dengan persamaan (x –a)2 = 4p(y-b) memiliki sifat
a. Puncak P(a,b)
b. Fokus F(a, b+p)
c. Sumbu simetri s: x = a
d. Direktriks d: y = b – p
e. Latus rektum l: y = b + p
5. Garis singgung dengan gradient s terhadap parabola:
p
a. y2 = 4px memiliki persamaan y = sx +
s
b. x2 = 4py memiliki persamaan y = sx – ps2
p
c. (y –b)2 = 4p(x-a) memiliki persamaan y – b = s(x –a) +
s
d. (x – a)2 = 4p(y- b) memiliki persamaan y – b = s(x – a) – ps2
6. Garis singgung di titik (x1,y1) pada parabola :
a. y2 = 4px memiliki persamaan y1y = 2p(x + x1)
b. x2 = 4py memiliki persamaan x1x = 2p(y + y1)

SOAL LATIHAN 4
1. Sebutkan jenis irisan kerucut berikut dan carilah persamaannya.
a) Fokus (-1, 2), direktriks x = 3, dan e = 1
1
b) Fokus (0,2), direktriks y = 4, dan e =
2
c) Fokus (0,0), direktriks x = 4, dan e = 2
d) Fokus (2, -3), direktriks 4x – 3y + 24 = 0 dan e = 1
Buatlah lukisan parabola dengan direktriks d dan fokus F, jika jarak F ke d 2 cm
2 a). buatlah lukisan parabola dengan direktriks d dan fokus F, jika jarak F ke d 2 cm

69
b). lukislah parabola dengan direktriks garis x = -1 dan fokus F(1,0)
c). lukislah parabola dengan direktriks garis 2x – y + 2 = 0 dan fokus F(1,2)
3. Carilah persamaan sederhana parabola yang memenuhi syarat-syarat:
a. Fokus (0,3) dan puncak O
b. fokus (-2, 0) dan puncak O
c. Fokus terletak pada sumbu y dan kurvanya melalui (8, - 3)
4. Carilah persamaan latus rektum dan koordinat titik ujungnya untuk parabola:
a. y2 - 36 = 0
b. x2 + 6y = 0
c. (x - 3)2 = 8(y + 1)
d. (y + 4)2 = 4(x – 1)
5. Sebutkan bagian dari parabola dan sketsa grafiknya
a. 4y2 - 25x = 0
b. y = x2 - x – 6
c. (y – 2)2 = 6(x – 3)
6. Carilah persamaan parabola dalam bentuk (x – a)2 = 4p(y – b) atau
(y – b)2 = 4p(x – a)
yang memenuhi syarat-syarat:
a. P(- 2, 3) sebagai puncak dan F(0,3) sebagai fokusnya
b. Puncak (-2, 4) dan direktriks y = 7
3
7. Carilah persamaan garis singgung dengan gradien terhadap parabola x2 = 8y dan
2
terhadap parabola (y-3)2 = -6(x + 1). Kemudian carilah koordinat titik singgungnya dan
sketsa grafiknya.

KUNCI JAWABAN LATIHAN 4


1. a. parabola
b. lingkaran
c. hiperbola
d. elips atau parabola
2. lukislah parabolanya.

70
3. a. x2 = 12 y
b. y2 = - 8x
64
c. x2 = - y
3
4. a. F (9, 0) ; Latus rectum x = 9 ; titik ujung (9,18) dan (9,-18)
−3 3 3 −3
b. F (0, ); Latus rectum x = - ; titik ujung (3, ) dan (-3,
2 2 2 2
c. F ( 3,1 ); Latus rectum y = 1; titik ujung (7,1) dan (-1,-7)
d. F (2,-4); Latus rectum x = 2; titik ujung (2,-2) dan (2, -6)
25
5. a. 4y2 – 25x = 0 ↔ y2 = 4. x
16
25
Fokus ( , 0)
16
Direktriks y = 0; puncak (0,0); parabola membuka ke kanan.
25 25 25 25 −25
Latus rectum x = ; dan titik-titik ujung ( , ¿ dan ( ,
16 16 8 16 8
Grafiknya dibuat sendiri.
1 2 25
b. y = x2 – x – 6 ↔ (x - ) =(y+ )
2 4
1 2 1 25
↔ (x - ) = 4. (y + )
2 4 4
1 25 1 1 13
Puncak ( ,− ; F ( ,−6 ¿; sumbu simetri s: x = ; direktriks d: y =-
2 4 2 2 2
Latus rectum: y = -6; dengan titik ujung (0,-6) dan (1,-6)
3
c. (y – 2)2 = 6(x – 3) ↔ ( y – 2 )2 = 4. (x – 3); Puncak (3, 2)
2
17 3
Fokus ( , 2); sumbu simetri s: y = 2 ; direktriks d: x =
4 2
9 9 9
Latus rectum l: ; dengan titik ujung ( , 5 ) dan ( , -1 )
2 2 2

6. a. Puncak P(a,b)=P(-2,3), maka a = -2 dan b = 3; F (a +p, b) = F(0,3), maka p = 2


jadi persamaannya: (y – 3)2 = 4.2(x + 2)
b. Puncak P(a,b) =P(-2,4), maka a = -2 dan b = 4; direktriks d: y = b –p = 7, maka p=-3

71
jadi persamaannya: (x + 2)2 = 4.(-3)(y-4)
grafiknya dikerjakan sendiri
3 9 9
7. a. Terhadap parabola x2 = 8y adalah y= x - ; dengan titik singgung (6, )
2 2 2
−3
b. Terhadap parabola (y – 3)2 = -6 (x + 1) ↔ (y – 3 )2 = 4 ( )(x + 1) adalah
2
3
3 2 3 7 5
y – 3= (x + 1) + atau y = x + ; dengan titik singgung (- , 1 ¿
2 3 2 2 3
2
grafiknya dikerjakan sendiri.

BAB V

ELIPS

DISKRIPSI SINGKAT
Pada bab ini akan akan dibahas irisan kerucut dengan bidang datar, macam-macam irisan
kerucut, parabola, persamaan parabola dan garis singgung terhadap parabola. Pengetahuan yang
anda pelajari pada bab ini sangat berguna, baik untuk pengayaan dan penunjang cabang
matematika lainnya, untuk bidang ilmu science, untuk bidang sosial ekonomi, dan bidang ilmu
lainnya, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Diharapkan mahasiswa memahami elips dan persamaannya, dan garis singgung serta trampil
menggambarkannya.

72
INDIKATOR
1. Menyebutkan definisi elips sebagai tempat kedudukan
2. Menentukan hubungan antara ukuran sumbu panjang dan ukuran sumbu pendek
3. Melukis elips bila ditentukan sebagai tempat kedudukan
4. Menentukan hubungan antara ukuran sumbu panjang dan ukuran sumbu pendek
5. Melukis elips bila ditentukan beberapa unsurnya.
6. Mencari persamaan elips
7. Menentukan unsur yang berhubungan dengan elips, jika unsure-unsur lainnya
diketahui
8. Mencari unsur yang berhubungan dengan elips jika persamaan elipsnya diketahui.
9. Mengubah persamaan parameter elips menjadi persamaan biasa, atau sebaliknya.
10. Mencari persamaan garis singgung terhadap elips
11. Mencari persamaan elips dengan pusat bukan pada O(0,0).

BAHAN KAJIAN
1. Pengertian elips
2. Elips dan garis singgung
PETUNJUK BAGI MAHASISWA
1. Bacalah bagian awal Bab V ini dengan saksama, perhatikan capaian pembelajarannya dan
indikator yang akan dicapai.
2. Bahan kajian harus dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami secara baik.
3. Diskusikan dengan teman pada setiap kelompok, dan jawab soal-soal yang diberikan.
4. Kerjakan juga soal-soal latihan yang tertera pada bahan ajar ini

URAIAN BAHAN KAJIAN

A. Definisi Elips
Elips adalah tempat kedudukdn titi-titik dehingga perbandingan jarak ke titik
tertentu (fokus F) dan terhadap garis tertentu (direktriks d) tetap sama dengan e dan
e ¿1

73
Bila ditentukan direktriks d dan focus F, maka kita dapat melukis beberapa titik P
yang perbandingan jaraknya terhadap F dan d adalah e ( e ¿ 1 ¿. Jika titik-titik ini
dihubungkan secara berurutan maka akan didapat garis lengkung yang disebut elips.
Cara melukisnya adalah sebagai berikut.
Misalkan ditentukan direktriks d dan focus F yang berjarak 3 satuan ke d, lukis
1
elips dengan eksentrisitas e =
2

d1 d
D1 C1 B1
E1 A1

E C A
T1 V2 D = F1 B=F V1 T

E2 A2
D2 C2 B2

Gbr 5.1 Lukisan Elips

Jika direktriks d1 disebelah kiri V2 dan berjarak dua satuan, serta fokus F1 pada FT
¿ V 2 F 1∨ ¿ ¿
dengan 1
¿ V 2 T 1∨¿= ¿ maka akan menghasilkan elips yang sama. Jadi
2
tiap elips memiliki dua fokus dan dua direktriks.

B. Istilah-istilah pada elips


1) F1 dan F2 disebut fokus
2) d1 dan d2 disebut direktriks. Jika P pada elips, maka
¿ P F 1∨ ¿ =¿ P F2∨ ¿ =e ¿ ¿
jarak ( P , d 1) jarak ( P , d 2)
3) V1, V2, T1 , T2 adal puncak elips
4) O adalah pusat elips, |OV1| = |OV2| = a, |OF1| = |OF2| = c
5) V1 V2 dan T1T2 disebut sumbu simetri, sumbu simetri yang memuat fokus
disebut sumbu panjang (V1V2), dengan ukuran 2a. sumbu simetri yang tidak
memiliki fokus disebut sumbu pendek (T1T2) dengan ukuran 2b.
6) Tali busur yang melalui fokus disebut tali busur fokus

74
7) Tali busur fokus yang tegak lurus sumbu panjang disebut latus rektum.
8) Segmen penghubung fokus dengan titik pada elips disebut jari-jari fokus.

C. Persamaan Sederhana Elips


Misalkan O(0,0) adalah pusat elips, sumbu x sebagai sumbu panjang, sumbu y
sebagai sumbu pendek, fokus F1 (c,0), a adalah setengah sumbu panjang, dan b
adalah setengah sumbu pendek, dan e adalah eksentrisitas elips. Sekarang akan
dicari persamaan elips dengan apa yang diketahui ini.

T1
P(x,y)
a
P’( , y ¿
e

F2 O F1 V D X

T2

Gbr 5.2 Persamaan elips dengan sumbu x sebagai sumbu panjang

|OF1| = C, dan |OV1| = a (a ¿ C


¿ V 1 F 1∨ ¿ ¿
V1 (a,0) dan V2 (- a, 0) pada elips, sehingga a−c
¿ V 1 D∨¿=e ⇒ =e …(1)¿
|OD|−a
a−c
¿ V 2 F 2∨ ¿ =e ⇒ ¿
¿V2D a+¿ OD∨¿=e … (2)¿
a a
Dari (1) dan (2) diperoleh C = ae dan |OD| = . jadi direktriks d1 memiliki persamaan x = .
e e
hubungan antara a, b,c dan e dicari sebagai berikut.
|OT|2 = |T1F1|2 - |OF1|2 . ¿
b2 = a2 – c2
b2 = a2 – a2 e2
b2 = a2 (1 – e2)
Sekarang akan dicari persamaan elips dengan sifat-sifat seperti yang dikemukakan.

75
a
Misalkan titik P(x,y) pada elips dan |PP’| adalah jarak P ke direktriks d1 maka P’( , y ¿,
e
¿ P F 1∨ ¿ ¿
sehingga: ¿ P P ∨¿=e ⇔|P F 1|=e∨P P ∨¿ ¿
' '

⇒ √¿ ¿ √¿ ¿

c2 - 2 cx + x2 + y2 = e2 ( a2
e 2
a
−2 x + x 2
e )
c2 - 2 cx + x2 + y2 = a2 – 2aex + e2x2
(1 – e2) x2 + y2 = a2 – c 2 = a2 (1 – e 2)
2 2
x y
2
+ 2 2
=1
a a (1−e )

x2 y 2
2
+ 2 =1
a b

Dengan cara yang sama untuk direktriks d2 dan fokus F2 akan diperoleh persamaan
2 2
x y
2
+ 2 =1 persamaan ini disebut persamaan sederhana sebuah elips. Sifat-sifat dari elips ini
a b
adalah:
1) Titik pusat di O(0.0)
2) Focus F1 (C, 0) dan F2 (- C, 0) dengan a ¿ b dan c2 = a2 – b 2

Jika a ¿ b dan c2 = b2 – a 2 , maka F1 (0,C) dan F2 (0, -C)

c c
3) Eksentrisitas e = ( jika a ¿ b ¿, dan e = (jika a ¿ b )
a b
a −a
4) Direktriks d1 : x = dan d2 : x = ( jika a ¿ b
e e
b −b
5) d1 : x = dan d2 : x = ( jika a ¿ b )
e c

Sumbu x dan sumbu y adalah sumbu simetri dan jika a ¿ b maka sumbu x adalah sumbu

panjang dan sumbu y adalah sumbu pendek.

6) Latus rektum x = c dan x = - c jika sumbu x adalah sumbu panjang. Jika sumbu y sumbu
panjang maka y = c dan y = - c adalah latus rektum.

76
7) Titik puncak elips yaitu titik potong elips dengan sumbu-sumbu simetrisnya.

Contoh.5.1
1
Carilah persamaan elips dengan pusat O(0,0) e = , dan salah satu fokusnya (4,0)
2
Penyelesaian
C 1
C = 4. e = = ⇒ a=8
a 2
b2 = a2 – c 2 = 64 – 16 = 48 ⇒ b = 4√ 3
2 2
x y
dengan demikian persamaan elipsnya adalah : +
8 ¿¿
2

D. Jari-jari fokus suatu Elips


Garis penghubung fokus dengan titik pada elips disebut jari-jari fokus. Misalkan elips dengan
2 2
x y
persamaan : 2 + 2 =1 dan a ¿ b berarti sumbu x sebagai sumbu panjang dan fokusnya adalah
a b
a −a
F1 (C, 0) dan F2 (- C, 0) direktriksnya d1 : x = dan d2 : x =
e e
Misalkan P(x,y) pada elips, maka
¿ P F 1∨ ¿
jarak (P , d 1) e( )
=e ¿ ⇒ |PF1| = e|x - a ∨¿ e a −x =a−ex
e

¿ P F 2∨ ¿
jarak ( P , d 2) e ( )
=e ¿⇒ |PF2| = e|x + a ∨¿ e a + x =a+ex dijumlahkan maka
e
diperoleh |PF1| + |PF2| = 2a. jadi setiap titik pada elips mempunyai sifat bahwa

jumlah kedua jari-jari fokus dari titik tersebut adalah tetap harganya yaitu 2a, atau sama dengan
ukuran dari sumbu panjangnya. Jadi elips dapat dikatakan sebagai tempat kedudukan titik-titik
sehingga jumlah jaraknya terhadap dua titik tertentu adalah tetap, yaitu 2a, jika 2a adalah ukuran
sumbu panjangnya, dan 2b jika adalah ukuran sumbu imajiner

Contoh 5.2
Carilah pesamaan elips dengan fokus (-2,0) dan direktris x = 4. Kemudian carilah
Semua puncaknya, titik ujung latus rektum dan sketsa grafiknya.
Penyelesaian:
Fokus (-2,0) = F(- C, 0) maka C = ae = 2 berarti a ¿ b

77
a
Direktriks d : x = = 4 ⇒ a = 4e maka a = 2√ 2 , b = 2, dan c = 2
e
x2 y 2
Jadi persamaan elips adalah : + =1
8 4
Puncak-puncaknya adalah: (2√ 2, 0), (- 2√ 2, 0), (0, 2) dan (0, - 2 )
Titik-titik ujung latus rektumnya adalah : (2, √ 2 ¿¿ , (2, −√ 2 ¿¿ (- 2, √ 2 ¿¿ ,
(- 2, −√ 2 ¿¿

78
E. Persamaan Ax2 + By2 + C = 0
Kita akan menyelidiki persamaan Ax2 + By2 + C = 0 dengan A dan B bertanda sama dan
tidak nol.
Pertama : jika C ≠ 0dan berlainan tanda dengan A dan B
2 2
x y
Ax + By + C = 0 ⇔ Ax + By = - C ⇔ −C + −C = 1
2 2 2 2

A B
−C −C −C 2
Karena C berlainan tanda dengan A dan B, maka dan positif dan misalkan =a
A B A
−C x2 y 2
dan =b 2 dengan a dan b positif, maka diperoleh 2 + 2 = 1 ini adalah persamaan
B a b
sederhana elips yang berpusat di O(0,0) dan memiliki fokus pada salah satu sumbu koordinat,
tergantung pada nilai a dan b. Jika a ¿ b maka fokus pada sumbu x, sumbu x adalah sumbu
panjang dan jika a¿ b maka focus pada sumbu y, sumbu y adalah sumbu panjang.
x2 y 2 a 2
+ 2 = 1 ⇔ x = ± √b − y
2
Selanjutnya 2
a b b
b 2 2
x real untuk |y| ≤ b dan y = ±
a
√ a −x y real untuk |x| ≤ a
x2 y 2
Elips 2 + 2 = 1 dapat dibuat grafiknya dan disebut elips real.
a b
Kedua : jika A = B, dan C ≠ 0 berlainan tanda dengan A dan B Ax2 + By2 + C = 0 menjadi
x2 y2 x2 y2
+ =1↔ + −C
Ax2 + By2 = - C ⇔ −C −C a2 a2 = 1 ⇔ x + y = a (a= b dan a = b = A )
2 2 2 2 2

A A
−C
bentuk ini adalah persamaan standar lingkaran dengan pusat O(0,0) dan jari-jari r = a = ,
A
karena a = b, maka c = √ a2−b2 = 0, sehingga fokus F1(c,0) dan F2(-c, 0) berimpit dengan
c
pusat O(0,0). Sedangkan eksentrisitasnya e = = 0. fokus berimpit pada Jadi lingkaran
a
adalah elips istimewa dengan kedua fokus berimpit pada pusat lingkaran dan eksentrisitas
e=0
Ketiga : jika (C = 0) persamaan Ax 2 + By2 + C = 0 menjadi Ax2 + By2 = 0. Grafiknya
hanya terdiri dari satu titik real yaitu O(0,0). Persamaan ini disebut elips titik atau lingkaran
titik dengan r = o. kadang disebut juga elips tidak benar atau lingkaran tidak benar.
79
Keempat: (jika A,B,C bertanda sama)
x2 y2
+ =1
Ax2 + By2 + C = 0 ⇔ −C −C
A B

2 2
x y
+ =1 x2 y 2 a
+ 2 = 1 ⇔ x = ± √ −b − y ( x imajiner)
2 2
C C ⇔ 2
a b b
A B
b 2 2
⇔y=±
a
√ a −x (y imajiner).
Ternyata tidak ada pasangan (x,y) yang real yang memenuhi persamaan elips, maka
persamaan ini disebut persamaan elips imajiner (elips khayal), atau jika A = B disebut
lingkaran khayal dengan pusat nyata titik pangkal O.

Diskusikan dalam kelompok:


Jelaskan persamaan 9x2 + 4y2 – 36 = 0 dan buat sketsa grafiknya.

F. Persamaan Parameter Elips


x2 y 2
Elips + = 1 dapat dipandang sebagai hasil perkalian lingkaran x2 + y2 = a2 terhadap
a2 b 2
b
sumbu x dengan factor .
a
b
Misalkan T1 (x1,y1) hasil perkalian titik T (x, y) terhadap sumbu x dengan factor .
a
2 2
y
2 x1
lingkaran x + y = a maka x + ¿ ⇔ 2 + 2 =1
2 2 2
1
a b
Dengan menjalankan titik T pada lingkaran berarti T 1 juga bergerak dan tempat
2 2
x y
kedudukannya adalah elips dengan persamaan 2 + 2 = 1
a b
Jika θ adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu x positif dengan OT, maka koordinat titik

T(x,y) dapat dinyatakan dengan: {x=a cos θ


y =a sin θ
ini adalah persamaan parameter lingkaran

dengan pusat O, jari-jari a dan θ adalah parameternya.

80
Kerja kelompok

Gambarkan elips {x=3 cos θ


y=sinθ
kemudian cari persamaan sederhananya.

G. Garis singgung terhadap elips


Kedudukan sebuah garis terhadap elips dapat dicari sebagai berikut. ::
2 2
x y
Misalkan garis itu adalah g: y = sx + k dan elips 2
+ 2 = 1. Absis titik potong antara g
a b
2
x
dan elips diperoleh dari : 2 +¿ ¿ dengan diskriminan D = 4a2b2 (a2 s2 + b2 – k2)
a
Jika D ¿ 0 , maka g tidak memotong elips
Jika D ¿ 0 , maka g memotong elips pada dua titik yang nyata dan berlainan
Jika D = 0, maka g menyinggung elips
Jadi syarat agar g menyinggung elips D= 4a2b2(a2s2 +b2- k2) = 0 ⇔ a2s2 +b2- k2= 0.
Substitusikan k = ± √ a2 s 2+ b2 ke persamaan garis g: y = sx + k. maka diperoleh persamaan
2 2
x y
garis singgung dengan gradient s terhadap elips 2
+ 2 = 1 yaitu:
a b
Y = sx ± √ a2 s 2+b2
2 2
x y
Jika titik (x1, y1) pada elips 2
+ 2 = 1 maka persamaan garis singgung di titik (x1, y1) pada
a b
2
x y
2
x1 x y1 y
elips 2
+ 2 adalah 2 + 2 = 1
a b a b

Contoh 5,3
1 x2 y 2
Tentukan persamaan garis singgung dengan gradient terhadap elips + =1
2 4 3
Penyelesaian:
Gunakan rumus persamaan garis singgung dengan gradient s, terhadap elips

81
2 2
x y 1 2
+ 2 = 1. Dari soal ini s = , a = 4 dan b2 = 3, maka. persamaan garis singgung
2
a b 2

adalah y =
1
2 √(
1 1
x ± 4 ¿2+ 3 ⇔ y = x ± 2. Jadi ada dua garis singgung yaitu:
2 2
1 1
y= x +2 dan y = x – 2
2 2
Anda ditugaskan membuat sketsanya

RANGKUMAN
1. Elips didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik sehingga perbandingan jarak
ke titik tertentu (fokus) dan terhadap garis tertentu (direktriks) tetap sama dengan e
dan e ¿ 1 (e = eksentrisitas), atau elips dapat pula didefinisikan sebagai tempat
kedudukan titik-titik sehingga jumlah jaraknya kedua titik tertentu (fokus-fokusnya)
adalah tetap
2. Istilah-istilah pada elips:
Pusat
Fokus
Direktriks
Puncak
Eksentrisitas
Latus rectum
Sumbu panjang dan sumbu pendek
Jari-jari fokus
x2 y 2
3. Elips dengan persamaan sederhananya + =1
a2 b 2

SOAL LATIHAN 5
1. Jelaskan setiap persamaan kurva berikut dan buat sketsa grafiknya.
a) 9x2 + 2y2 – 18 = 0

82
b) 4x2 + 9y2 + 36 = 0
c) 4x2 + 4y2 – 64 = 0
2. Ubahlah persamaan elips berikut

a) {x=8 cos θ
y =2 sinθ
menjadi persamaan sederhana

b) 2x2 + y2 – 16 = 0 menjadi persamaan parameter


x2 y 2
3. Carilah persamaan garis singgung terhadap elips + = 1, jika
4 1
a) Gradiennya 2
b) Melalui titik (4,1)

KUNCI JAWABAN LATIHAN 5


2 2
x y 1
1. a. 9x2 + 2y2 – 18 = 0 ↔ + = 1 (elips real); a = √ 2 ; b = √ 3 ; c = √ 7; e = √ 7
2 9 3
sumbu panjang terletak pada sumbu y karena a ¿ b, pusat(0,0)
Fokus F1(0,√ 7) dan F2(0,-√ 7)
9 9
Direktriks d1: y = √ 7 dan d2: y = - √ 7
7 7
Sumbu x adalah sumbu pendek dengan ukuran 2√ 2, dan sumbu y adalah sumbu
panjang dengan ukuran 6.
Puncak elips adalah (√ 2 , 0), (−√ 2 , 0), (0,3) dan (0,-3)
2 2
Latus tectum l1: y = √ 7 dan l2: y = −√ 7 ; dengan titik-titik ujung ( , √ 7 ¿, ( ,−√ 7 ¿ ,
3 3
−2 −2
( , √ 7 ¿, dan ( ,−√7 ¿
3 3
b. 4x2 + 9y2 + 36 = 0
A = 4, B = 9, dan C = 36 semuanya bertanda sama, jadi 4x2 + 9y2 + 36 = 0
2 2
x y
Jika dan hanya jika + =−1 adalah elips imajiner. grafiknya tidak nyata.
9 4
x2 y2
c. 4x2 + 4y2 – 64 = 0 ↔ + =−1 ↔ x2 + y2 = 16 (A = B = 4)
16 16
Elips real khusus atau lingkaran. Jadi 4x2 + 4y2 – 64 = 0 adalah persamaan lingkaran
dengan pusat (0,0) dan jari-jari 4.

2. a. { x=8 cos θ
y =2 sinθ

x 2 y2
+ =1
64 4

{
2 2
x y x=8 cos θ
b. 2x + y – 16 = 0 ↔
2 2
+ =1 →
y=4 sin θ
8 16
83
3. a. y = sx ± √ a2 s 2+ b2
dengan s = 2, a = 2, dan b = 1, maka y = 2x ± √ 17

BAB VI

HIPERBOLA

DISKRIPSI SINGKAT
Pada bab ini akan akan dibahas irisan kerucut dengan bidang datar, macam-macam irisan
kerucut, parabola, persamaan parabola dan garis singgung terhadap parabola. Pengetahuan yang
anda pelajari pada bab ini sangat berguna, baik untuk pengayaan dan penunjang cabang
matematika lainnya, untuk bidang ilmu science, untuk bidang sosial ekonomi, dan bidang ilmu
lainnya, maupun dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Diharapkan mahasiswa memahami hiperbola, persamaan hiperbola, garis singgung terhadap
hiperbola dan trampil menggambarkannya.

INDIKATOR
1. Menyebutkan definisi hiperbola sebagai tempat kedudukan
2. Menentukan hubungan antara ukuran sumbu nyata dan sumbu imajiner
3. Melukis hiperbola bila ditentukan beberapa unsurnya
4. Mencari persamaan sederhana hiperbola
84
5. Menentukan unsur-unsur yang berhubungan dengan hiperbola, jika unsur-unsur lainnya
diketahui.
6. Mencari unsur-unsur yang berhungan dengan hiperbola jika persamaan hiperbolanya
diketahui.
7. Menentukan persamaan hiperbola Ax2 + By2 + C = 0 dengan A dan B berlainan tanda
8. Mengubah persamaan parameter hiperbola menjadi persamaan sederhana atau sebaliknya
9. Mencari persamaan garis singgung terhadap hiperbola.

BAHAN KAJIAN

1. Persamaan Hiperbola
2. Hiperbola dan garis singgung

PETUNJUK BAGI MAHASISWA


1. Bacalah bagian awal Bab VI ini dengan saksama, perhatikan capaian pembelajarannya dan
indikator yang akan dicapai.
2. Bahan kajian harus dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami secara baik.
3. Diskusikan dengan teman pada setiap kelompok, dan jawab soal-soal yang diberikan.
4. Kerjakan juga soal-soal latihan yang tertera pada bahan ajar ini

URAIAN BAHAN KAJIAN


A. Definisi Hiperbola
Hiperbola ialah tempat kedudukan titik-titik sehingga perbandingan jarak dari titik ini ke
titik tertentu (fokus) dengan jarak ke garis tertentu (direktriks) adalah tetap sama dengan
e dan e ¿ 1.
Maka Bila ditentukan direktriks d dan fokus F maka dapat dilukis beberapa titik T yang
perbandingan jaraknya terhadap F dan d adalah e (e ¿ 1 ¿ jika titik-titik ini dihubungkan
secara berurutan maka akan didapat garis lengkung yang disebut hiperbola.
Misalkan ditentukan direktriks d1 dan fokus F1 yang berjarak 4 satuan ke d1 . kemudian
kita lukis parabola dengan eksentrisitas e = 2.

85
d1 d2

C1 E1

B1

A1 D1

B=F1 T2 D E
C A V1 T1 V2 F2

A2

D2
B2
86
g1 g2 g3 g4 g5 g6
C2 E2
Gbr 6.1 Hiperbola dengan sifat-sifatnya

B. Istilah-istilah pada hiperbola


1) F1 dan F2 disebut fokus
2) d1 dan d2 disebut direktriks. Jika titik P ada hiperbola maka
¿ P F 1∨ ¿ =¿ P F2∨¿∨ ¿ ¿ ¿¿ = e
jarak (P , d 1) jarak(P ,d )
2

3) V1 dan V2 adalah puncak parabola


4) O titik tengah garis F1F2 adalah titik pusat hiperbola, dengan |OF1|=|OF2| = C
5) Garis simetri yang memuat fokus dan puncak disebut sumbu nyata(sumbu utama).
Jarak antara kedua puncaknya yaitu |V1V2|= 2a. sedangkan |OV1| = a
6) Garis melalui pusat O dan tegak lurus sumbu nyata disebut sumbu imajiner atau
sumbu tambahan yaitu garis B1B2 dengan |OB1 | =| OB2 |= b.
7) Tali busur fokus adalah tali busur yang melalui fokus
8) Tali busur fokus yang tegak lurus sumbu nyata disebut latus rektum
9) Garis fokus dengan titik pada hiperbola disebut jari-jari fokus
10) Terdapat hubungan b2 = c2 – a2

C. Persamaan Sederhana Hiperbola


Misalkan diketahui O(0,0) adalah pusat hiperbola, sumbu x adalah sumbu nyata,sumbu y
sebagai sumbu imajiner. F(c,0), 2a adalah ukuran sumbu nyata, 2b ukuran sumbu
imajiner. e adalah eksentrisitas hiperbola. Sekarang akan dicari persamaan hiperbola.
|OF1|= c, dan |OV1| = a (a ¿ c ¿
¿ c−a
V1(a,0) dan V2(-a,0) pada hiperbola sehingga ¿ V 1 F 1∨ ¿ V D∨¿ ¿ ¿ = e ⇒
1 a−¿OD∨¿¿
= e ………. (1)
¿ V 2 F 1∨ ¿ ¿ a+c
¿ V 2 D∨¿ ¿ = e ⇒ a+¿ OD∨¿ ¿ = e ………. (2)

87
a a
Dari (1) dan(2) diperoleh c = ae dan |OD|= = jadi F1(c,0) = F1(ae,0) dan
c e
a
direktriks d1 memiliki persamaan x =
e
Hubungan antara a, b,c, duan e dicari sebagai berikut.
OV1T1 merupakan segitiga siku-siku di V1, maka |T1V1|2 = |OT1|2 - |OV1|2 ⇒
b2 = a2 (e2-1)
gunakan sifat-sifat ini untuk mencari persamaan hiperbola.
a
Misalkan P(x,y) pada hiperbola dan (PP’) adalah jarak P ke direktriks d1, jadi P’( , y) ,
e
¿
sehingga ¿ P F 1∨ ¿ P P' ∨¿=e ⇔ P F =e∨P P' ∨¿ ¿ ¿
| 1|
⇒ √¿ ¿ = e √¿¿
a2 a 2
(c – x)2 + y2 = e2 ( −2 x+ x ¿
e 2
e
c2 – 2cx + x2 + y2 = a2 – 2aex + e2x2
(e2 – 1) x2 – y2 = c2 – a2
2
c 2 2 2
( 2
−1 ¿ x − y =b
a
c 2−a2 2 2
2
x − y =b
a
b2 2 2 2
x − y =b
a2
2 2
x y
2
− 2 = 1 persamaan ini disebut persamaan sederhana hiperbola.
a b

Diskusikan :
b −b
Jika F1 (0,c), F2 (0, -c) , d1: y = dan d2 : y = - maka cari persamaan hiperbolanya.
e e

Contoh 6.1
Carilah persamaan sederhana hiperbola yang salah satu fokusnya adalah (4,0) dan
direktriks x = 3.
Penyelesaian:

88
F1(c,0) = F1(4,0) ⇒ c = ae = 4
a 2
d1 : x = =3 ⇒ a = 3e, a = 2, maka e =
e 3
b2 = c2 – a2 = 16 – 12 = 4 ⇒ b = 2
jadi persamaan sederhana hiperbola adalah:
2 2
x atau x − y =1
2

¿¿ 12 4

D. Jari-jari Fokus Hiperbola


Jika P(0,4) suatu titik pada hiperbola, maka |PF1| dan |PF2| adalah panjang jari-jari fokus
untuk titik P. jika F1(c,0) = F2(ae,0) dan F1(-c,0) = F2(-ae,0) dan titik P(x,y) terletak pada
¿ a
hiperbola maka berlaku ¿ P F 1∨ jarak (P , d ) =e ¿ ⇒|PF1| = e |x - | = ex + a
1 e

¿ P F 2∨ ¿ =e ¿ ⇒|PF2| = e |x + a | = ex – a
jarak ( P , d 2) e

Dari kedua persamaan ini diperoleh |PF1|- |PF2| = - 2a


Dengan cara yang sama dapat ditunjukan, bila titik P terletak pada cabang kiri hiperbola
maka akan diperoleh |PF1|- |PF2| = 2a
Jadi untuk setiap titik P pada hiperbola selalu berlaku |PF1|- |PF2| = ±2a.

E. Asimtot Hiperbola
x2 y 2
Perhatikan grafik hiperbola 2
− 2 =1 perhatikan pula garis-garis bx + ay = 0 dan
a b
bx –ay = 0 pada gambar 6.2

bx – ay = 0

B1(0,b) P(xp,yp)

b c

89
V2 V2
F2(-c,0) F1(c,0)

B2(0,-b)
bx + ay= 0

Gbr 6.2 Asimtot Hiperbola

Jika x makin positif atau negatif maka grafik makin dekat pada garis bx + ay = 0 dan
bx – ay = 0. Bahkan jika x menuju atau mendekati + grafik hiperbola makin mendekati
garis-garis tersebut, namun tak pernah sampai memotongnya.Demikian pula jika x
mendekati – grafiknya akan mendekati garis bx + ay = 0 dan garis bx – ay = 0 namun tak
pernah memotongnya. Garis dan garis bx – ay = 0 yang bersifat seperti ini dinamakan
2 2
x y
asimtot hiperbola. 2 − 2 =1
a b
Sebagai buktinya kita tinjau garis bx – ay = 0 dan ambik titik P(xp,yp) yang terletak pada
hiperbola. Jika jarak P ke garis untuk titik P bergerak menuju ke tak hingga mendekati
nol, berarti garis tersebut adalah asimtot. Cara mencarinya sebagai berikut.
Jarak P ke garis bx – ay = 0 adalah
2 2 2 2
b x p −a y p b x p−a y p 1
d = |PQ|= | |¿| . |
2
a +b
2 2
a +b
2
b x p+ a y p
2 2
xp yp
karena P(xp,yp) pada hiperbola, maka 2
− 2
=1 atau b 2 x 2p−a 2 y 2p=a2 b2 sehingga: d = |
a b
a2 b 2 1
. ∨¿
a +b b x p+ a y p
2 2

jika P(xp,yp) bergerak menuju tak hingga, berarti xp dan yp menuju tak hingga dan
|b x p +a y p∨¿ juga menuju tak berhingga. Jadi limit jarak d jika P bergerak menuju tak

a2 b2 1
hingga adalah d = .
√ a +b
2 2
¿ b x p + a y p ∨¿=0 ¿

90
2 2
x y
Garis bx –ay = 0 dan hiperbola 2 − 2 =1 bersinggungan di titik tak hingga. Jadi
a b
2 2
x y
terbukti bahwa garis bx – ay = 0 adalah asimtot hiperbola 2 − 2 =1 .
a b
Contoh 6.2
x2 y 2
Carilah persamaan asimtot hiperbola − =1
4 2
Penyelesaian :
x2 y 2 x2 y2
− =1 ⇔ 2
− 2
=1
a2 b 2 2 ( √ 2)

x2 y 2
Secara umum asimtot hiperbola − =1 adalah bx + ay = 0 dan bx – ay = 0.
a2 b 2
x2 y 2
jadi asimtot-asimtot hiperbola − =1 adalah √ 2 x + 2y = 0 dan √ 2 x - 2y = 0 .
4 2
RANGKUMAN
1. Hiperbola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik sedemikian hingga
perbandingan jarak dari titik ini ke titik tertentu (fokus) dengan jarak ke garis tertentu
(direktriks) adalah tetap sama dengan e dan e ¿ 1. Dengan kata lain Hiperbola dapat
didefinisikan sebagai tempat kedudukan yang selisih jaraknya terhadap dua titik tertentu
(fokus-fokus) adalah tetap sama dengan ukuran sumbu nyata.
2 2
x y
2. Hiperbola persamaannya 2 - 2 = 1 memiliki sifat –sifat:
a b
a. Pusat (0,0)
b. Fokus F1 (c,0); F2 (-c,0)
c. Terdapat hubungan c2 = a2 + b2
c
d. Eksentrisitas e = dan c ¿ a , jelas c = ae
a
a −a
e. Direktriks d1: x = dan d2: x =
e e
f. Sumbu x adalah sumbu nyata dengan ukuran 2a dan sumbu y sebagai sumbu imajinar
dengan ukuran 2b
g. Puncak v1 (a,0) dan v2 (-a,0)
h. Latus rektum x = e dan x = -e
91
i. Asimtot bx + ay = 0 dan bx – ay = 0

SOAL LATIHAN 6

1. Lukislah sebuah hiperbola jika jarak antara fokusnya 6 cm dan ukuran sumbu nyata
4cm, dengan cara
a) Membuat garis-garis tegak lurus sumbu nyata menggunakan eksentrisitas
b) Sifat selisih jari-jari fokus.
2. Carilah persamaan sederhana hiperbola yang memiliki fokus (0,-3) direktriks y = - 2
dan pusat O(0,0). Kemudian tentukan sifat-sifatnya dan sketsa grafiknya.
3. Tentukan persamaan asimtot dari hiperbola
x2 y 2
a) − =1
1 3
x2 y 2
b) − =1
9 2
4. Tentukan persamaan direktriks dari hiperbola,jika memiliki puncak (0,5) dan ukuran
sumbu khayal 2√ 11
2 2
y x
5. Tentukan persamaan latus rektum dari persamaan − =1
4 1
3
6. Hiperbola dengan eksentrisitas e = dan salah satu fokusnya (0.4). tentukan
2
persamaan hiperbolanya,
x2 y 2
7. Cari persamaan asimtot dari hiperbola − =1
4 9
4
8. Cari persamaan sederhana hiperbola jika salah satu asimtotnya adalah y = x dan
3
salah satu puncaknya (0,5).
9. Tentukan persamaan hiperbola jika focus (4,0) dan ukuran sumbu nyatanya 6 cm.

KUNCI JAWABAN LATIHAN 6


1. Lukislah sesuai dengan yang ditanyakan.
2. Fokus F1(0,3) berarti c = 3 → bc = c = 3 ….. (1)

92
−b
Direktriks y = =−2 → b = 2e ……(2)
e
1
Dari (1) dan (2) diperoleh e = √ 6 dan b = √ 6 ; maka a = √ 9−6 = √ 3
2
Dengan a = √ 3 dan b = √ 6; maka persamaan hiperbola yang harus dicari adalah
y2 x2
− =1
6 3
Sebutkan sifat-sifatnya.
y2 x2
3. a. asimtot-asimtot dari hiperbola − = 1 dicari dengan cara
1 3
x
2
y
2
y −y
− =0↔ (x+ ¿( x ¿=0
1 3 √3 √3
y −y
Jadi asimtotnya adalah x + =0 dan x =0
√3 √3
y2 x2 y x y x
b. Asimtot-asimtot dari hiperbola − = 1 adalah + = 0 dan + = 0
9 2 3 2 3 2
25
4. y = ±
6
5. y = √ 5 dan y = −√ 5
2 2
9 y 9x
6. − =1
64 80
3
7. y = x
2
y2 x2
8. − =1
25 225
x2 y 2
9. − =1
9 7

93
DAFTAR PUSTAKA

Karso. 1983. Geometri Analitik Bidang. Bandung: Epsilon

Lithold.L. 1976. The Kalkulus with Analityc Geometry.New York: Haper & Raw
Publisher

Maman Suherman. 1986. Geometri Analitik Bidang. Jakarta: Karunika

94

Anda mungkin juga menyukai