Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PENGANTAR TEORI GRAF

MATEMATIKA DISKRIT

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc

Kelompok 9
Adella Sekar Ningrum (19029129)
Auliya Putri (19029136)
Bella Zahra Maharani (19029137)
Hafidz Ilham (19029142)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengantar Teori Graf”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Matematika Diskrit”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc.
selaku dosen pengampu, teman – teman, dan semua pihak yang membantu penyelesaian
makalah ini. Penyusunan materi dalam makalah ini disesuaikan dengan referensi yang di dapat
dari buku dan dan internet.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan
memberikan gambaran mengenai materi terkait. Sehingga pembaca dapat menggunakan
makalah ini sebagai literatur pendukung dalam pengembangan bidang ilmu selanjutnya yang
terkait ataupun langsung mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan makalah ini. Besar
harapan penulis agar penulisan makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang menjadikan
makalah ini sebagai bahan literatur mengenai materi terkait.

Bengkulu, 15 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Teori Graf ........................................................................................................... 3


B. Graf Kosong ....................................................................................................... 6
C. Graf Sederhana ................................................................................................... 6
D. Graf Rangkap ..................................................................................................... 7
E. Graft Komplit/Lengkap ....................................................................................... 8
F. Jalan, Jejak, Lintasan, dan Siklus ........................................................................ 8
G. Graf Bipartisi ...................................................................................................... 9
H. Graf Terhubung .................................................................................................. 11
I. Jembatan ............................................................................................................ 11
J. Graf Euler ........................................................................................................... 13
K. Graf Hamilton .................................................................................................... 17
L. Graf Pohon ......................................................................................................... 18
M. Graf Bagian ........................................................................................................ 19
N. Komplemen dari Suatu Graf ............................................................................... 19
O. Graf Bipartisi Lengkap/Komplit ......................................................................... 20
P. Graf Planar ......................................................................................................... 20
Q. Graf Berarah ....................................................................................................... 23

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 24
B. Saran .................................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori graf lahir pada tahun 1736 melalui tulisan Euler yang berisi tentang upaya
pemecahan masalah jembatan Konigsberg yang sangat terkenal di Eropa. Kurang lebih
seratus tahun setelah lahirnya tulisan Euler tersebut tidak ada perkembangan yang berarti
dengan teori graf. Tahun 1847, G. R. Kirchoff (1824 – 1887) berhasil mengembangkan
teori pohon (Theory of trees) yang digunakan dalam persoalan jaringan listrik. Sepuluh
tahun kemudian, A. Cayley (1821 – 1895) juga menggunakan konsep pohon untuk
menjelaskan permasalahan kimia yaitu hidrokarbon.
Pada masa Kirchoff dan Cayley juga telah lahir dua hal penting dalam graf. Salah
satunya berkenaan dengan konjektur empat warna, yang menyatakan bahwa untuk
mewarnai sebuah atlas cukup dengan menggunakan empat warna sedemikian sehingga
tiap negara yang berbatasan akan memiliki warna yang berbeda. Para ahli teori graf
berkeyakinan bahwa orang yang pertama kali mengemukakan masalah empat-warna
adalah A. F. Mobius (1790 – 1868) dalam salah satu kuliahnya di tahun 1840. Sepuluh
tahun kemudian, A. Demorgan (1806 – 1871) kembali membahas masalah ini bersama
ahli – ahli matematika lainnya di kota London. Dengan demikian tulisan Demorgan
dianggap sebagai referensi pertama berkenaan dengan masalah empat-warna. Masalah
empat-warna ini menjadi sangat terkenal setelah Cayle mempublikasikannya tahun 1879
dalam Proceeding of the Royal Geographic Society volume pertama.
Hal ini yang penting untuk membicarakan sehubungan dengan perkembangan teori
graf adalah apa yang dikemukakan oleh Sir W. R. Hamilton (1805 – 1865). Pada tahun
1895 dia berhasil menemukan suatu permainan yang kemudian dijualnya ke sebuah
pabrik mainan di Dublin. Permainan tersebut dari kayu berbentuk dodecahedron
beraturan yakni berupa sebuah polyhedron dengan 12 muka dan 20 pojok. Tiap muka
berbentuk sebuah pentagon beraturan dan tiap pojoknya dibentuk oleh tiga sisi berbeda.
Tiap pojok dari dodecahedron tersebut dipasangkan dengan sebuah kota terkenal seperti
London, New York, Paris, dan lain – lain. Masalah dalam permainan ini adalah kita
diminta untuk mencari suatu rute melalui sisi – sisi dari dodecahedron sehingga tiap kota
dari 20 kota yang ada dapat dilalui tepat satu kali. Walaupun saat ini masalah tersebut
dapat dikategorikan mudah, akan tetapi pada saat itu tidak ada seorangpun yang bisa

1
menemukan syarat perlu dan cukup dari eksistensi rute yang dicari.
Kurang lebih setengah abad setelah Hamilton, aktivitas dalam bidang teori graf
dapat dikatakan relative kecil. Pada tahun 1920-an kegiatan tersebut muncul kembali
yang dipelopori oleh D. Konig. Konig berupaya mengumpulkan hasil – hasil pemikiran
para ahli matematika tentang teori graf termasuk hasil pemikirannya sendiri, kemudian
dikemasnya dalam bentuk buku yang diterbitkan pada tahun 1936. Buku tersebut
dianggap sebagai buku pertama tentang teori graf.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam makalah ini,
yaitu:
1. Apa definisi dan contoh dari teori graf?
2. Apa definisi dan contoh dari graf kosong?
3. Apa definisi dan contoh dari graf sederhana?
4. Apa definisi dan contoh dari graf rangkap?
5. Apa definisi dan contoh dari graf graf komplit/lengkap?
6. Apa definisi dan contoh dari jalan, jejak, lintasan dan siklus?
7. Apa definisi dan contoh dari graf bipartisi?
8. Apa definisi dan contoh dari graf terhubung?
9. Apa definisi dan contoh dari jembatan?
10. Apa definisi dan contoh dari graf euler?
11. Apa definisi dan contoh dari graf Hamilton?
12. Apa definisi dan contoh dari graf pohon?
13. Apa definisi dan contoh dari graf bagian?
14. Apa definisi dan contoh dari komplemen dari suatu graf?
15. Apa definisi dan contoh dari graf bipartisi komplit/lengkap?
16. Apa definisi dan contoh dari graf planar?
17. Apa definisi dan contoh dari graf berarah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari teori graf.
2. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf kosong.
3. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf sederhana.

2
4. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf rangkap.
5. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf graf komplit/lengkap.
6. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari jalan, jejak, lintasan dan siklus?
7. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf bipartisi.
8. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf terhubung.
9. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari jembatan.
10. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf euler.
11. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf Hamilton.
12. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf pohon.
13. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf bagian.
14. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari komplemen dari suatu graf.
15. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf bipartisi komplit/lengkap.
16. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf planar.
17. Untuk mengetahui definisi dan contoh dari graf berarah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Graf
Graf adalah bagan yang memuat informasi yang diinterprestasikan secara tepat.
Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit dan hubungan antara objek-
objek tersebut. Graf (G) didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V, E), ditulis dengan
notasi G = (V, E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari simpul-simpul
(vertices atau node) dan E adalah himpunan sisi (edges atau arcs) yang menghubungkan
sepasang simpul.
Himpunan simpul dari graf G ditulis dengan V(G), sedangkan himpunan sisi dari graf G
dinyatakan dengan E(G).

Simpul pada graf dapat dinomori dengan huruf, seperti a, b, c, d, ..., dengan bilangan asli
1, 2, 3, ....

Sisi yang menghubungkan simpul u dengan simpul v dinyatakan dengan pasangan (u, v)
atau dengan lambang 𝑒1 , 𝑒2 , 𝑒3 ....

Sebuah sisi dikatakan loop jika sisi tersebut menguhubungkan simpul yang sama.
Dengan kata lain e adalah loop, jika e = (v, v). Jika dua buah sisi atau lebih
menghubungkan dua simpul yang sama, maka sisi-sisi tersebut dikatakan sisi ganda
(multiple edges atau paralel edges). Secara geometri graf digambarkan sebagai
sekumpulan noktah (simpul) di dalam bidang dwimatra.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini adalah Contoh Graf:
Contoh 1

Gambar 1

4
Contoh 2

Gambar 2

Pada gambar 2, terdapat tiga buah graf yaitu G1, G2, dan G3.

1) G1 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah

V = { 1, 2, 3, 4 }

E = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) }


2) G2 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah
V = { 1, 2, 3, 4 }
E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4) } → himpunan ganda

= {e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7 }

3) G3 adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan sisi E adalah

V = { 1, 2, 3, 4 }

E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4), (3, 3) } → himpunan
ganda

= { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8 }

Pada G2, sisi e3 = (1, 3) dan sisi e4 = (1, 3) dinamakan sisi-ganda (multiple
edges atau parallel edges) karena kedua sisi ini menghubungi dua buah
simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul 3. Pada G3, sisi e8 = (3, 3)
dinamakan gelang atau kalang (loop) karena ia berawal dan berakhir pada simpul
yang sama.

5
Graf dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori (jenis) tergantung
pada sudut pandang pengelompokkannya. Pengelompokkan graf dapat dipandang
berdasarkan ada tidaknya sisi ganda atau sisi kalang, berdasarkan jumlah simpul,
atau berdasarkan orientasi arah pada sisi.

B. Graf Kosong
Graf kosong (Null Graph atau Empty Graph) adalah graf yang himpunan sisinya
merupakan himpunan kosong. Graf kosong dapat dinotasikan dalam Nn, dimana n adalah
banyaknya simpul.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini adalah Contoh Graf Kosong:
Contoh 1

4 2
5

N5
Gambar 3

Contoh 2

Gambar 4

C. Graf Sederhana
Graf sederhana adalah graf yang tidak mempunyai sisi ganda dan/atau gelang. Pada
graf sederhana, sisi adalah pasangan tak terurut (unordered pairs) (Harju:2012). Jadi sisi
(u, v) sama dengan (v, u). Menurut Munir (2005) graf sederhana juga dapat didefinisikan
sebagai G = (V, E), terdiri dari V yaitu himpunan tidak kosong simpul-simpul dan E yaitu
himpunan pasangan tak terurut yang berbeda yang disebut sisi.

6
Berikut adalah contoh graf sederhana:
Contoh 1

Gambar 5

Contoh 2

Gambar
Pada gambar 6, G adalah graf dengan himpunan simpul V dan himpunan
sisi E adalah:
V = { u, v, w, x }
E = { (u,v), (u,w), (v,w), (v,x), (w,x) }

D. Graf Rangkap
Graf G = (V,E) disebut graf rangkap jika pada graf tersebut mengandung sisi-sisi
yang paralel dan tidak mengandung loop (gelang).
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini adalah Contoh Graf Rangkap:
Contoh 1

Gambar 7

7
Graf 𝐺1di atas adalah graf rangkap karena terdapat sisi yang paralel, yaitu antara sisi (u,t)
dan (v,s).

Contoh 2

Gambar 8
Graf 𝐺3 di atas adalah graf rangkap karena terdapat sisi yang paralel, yaitu pada sisi
(s,t).

E. Graf Komplit/Lengkap
Graf lengkap (Complete Graph) merupakan graf sederhana yang setiap titiknya
terhubung (oleh satu sisi) ke semua titik lainnya. Dengan kata lain, setiap titiknya
bertetangga. Graf lengkap dengan n buah titik dilambangkan dengan 𝐾𝑛 . Banyak sisi
pada sebuah graf lengkap yang terdiri dari n buah titik adalah n(n – 1)/2 sisi.
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini adalah Contoh Graf Komplit/Lengkap:
Contoh 1

K1 K2 K3 K4 K5 K6

Gambar 9
Contoh 2

Gambar 10

8
F. Jalan, Jejak, Lintasan dan Siklus

Sebuah jalan dalam graf G adalah urutan tak nol W = v0e1v1 ... vi-1eivi ... vk-1ekvk
yang suku-sukunya bergantian antara titik dan garis, demikian sehingga ujung dari
ei adalah vi-1 dan vi untuk 1 ≤ 𝑖 ≤ k. Banyaknya garis pada W adalah panjang jalan
tersebut.
Sebuah jejak adalah jalan W yang semua garisnya berlainan, sedangkan jejak
tertutup adalah jejak yang titik awal dan titik akhirnya sama.
Sebuah lintasan Pn adalah jalan W yang semua titiknya berlainan, sedangkan
siklus Cn adalah lintasan yang titik awal dan titik akhirnya sama. n menyatakan
banyaknya titik.
Notasi Cn = v0e1v1 ... vi-1eivi ... vk-1ekvk dapat ditulis Cn = v0v1 ... vi-1vi ... vn-1 v0.
Contoh:

Jalan : v7e13v6e12v5e7v0e1v1e8v5e9v1e2v2e3 v2e11v4e5 v3e4v2 e10v5e12v6e14v8


Jejak : v0e1v1e8v5e9 v1e2v2e3 v2e4v3e5 v4e11v2e10v5e12 v6e14v8
JejakTertutup : v0e1v1e8v5e9 v1e2v2e3 v2e4v3e5 v4e11v2e10v5e7 v0
Lintasan : v0e1v1e8v5e6 v4e5v3 = P5
Siklus : v0e1v1e2v2e10v5e7v0 = C4

G. Graf Bipartisi (Bipartite Graph)


Graf bipartisi adalah graf yang titik-titiknya dapat dibagi ke dalam 2 himpunan
terpisah V1 dan V2 sedemikian sehingga setiap titik pada himpunan V1 dapat berajasen
hanya dengan titik-titik pada himpunan V2, begitu pula dengan titik-titik pada himpunan
V2; yaitu tidak ada garis yang menghubungkan antara dua titik dalam satu himpunan.
Partisi V1 dan partisi V2 biasa diringkas menjadi bipartisi (V1,V2). Seringkali simbol V1
ditulis dengan X dan simbol V2 ditulis dengan Y, sehingga bipartisi (V1,V2) ditulis
dengan bipartisi (X, Y). Graf bipartit G = {V ; E} dengan bipartisi (V1,V2) adalah graf
dengan syarat :

9
1. Setiap titik pada himpunan V merupakan anggota dari salah satu himpunan
bagian V1 atau V2 dengan V1 ∩V2= ∅ dan V1∪ V2 = V.
2. Setiap garis berbentuk e = (v1,v2) dengan v1 ∈ V1 dan v2 ∈ V2

Graf G di bawah ini adalah graf bipartisi, karena simpul-simpulnya dapat dibagi
menjadi V1 = {a, b, d} dan V2 = {c, e, f, g}

Graf persoalan utilitas (K3,3 ) Topologi Bintang

Graf bipartit memiliki bilangan kromatik X(G) = 2


1. ∀ v1i , v1j ∈ V1 dengan i, j=1,2,3, ... ,n1 ; i ≠ j ; |V1| = n1 maka v1i dan v1j tidak
akan berajasen. Jadi ∀ v1 ∈ V1 bisa memakai 1 warna.
2. ∀ v2i , v2j ∈ V2 dengan i, j=1,2,3, ... ,n2 ; i ≠ j ; |V2| = n2 maka v2i dan v2j tidak
akan berajasen. Jadi v2 ∈ V2 bisa memakai 1 warna.
Jika sembarang v1 dan v2 berajasen maka perlu 2 warna

Contoh :
Tentukan ᵪ(G) dan 𝜆(𝐺) dari graf 𝐺 .

10
Catatan:
ᵪ(G) menyatakan banyak minimum titik-titik di 𝐺 yang jika dihilangkan akan
menghasilkan graf tak terhubung.
𝜆(𝐺 ) menyatakan banyak minimum sisi-sisi di 𝐺 yang jika dihilangkan akan
menghasilkan graf tak terhubung.

Untuk menentukan nilai ᵪ(G), pertama, hilangkan satu titik, misalnya titik ɑ
sehingga grafnya hanya memuat titik b dan c serta bc sisi (masih graf terhubung).
Hilangkan satu titik lagi, misalnya titik b sehingga hanya tersisa titik c. Graf tersebut
menjadi graf tak terhubung. Sesuai definisi, maka ᵪ(G) = 2 (karena titik yang dihilangkan
sebanyak).
Untuk menentukan nilai 𝜆(G), pertama, hilangkan salah satu sisi, misalnya sisi ɑb,
berarti G masih memuat titik ɑ,b, dan c serta sisi ɑc dan ɑb (graf terhubung). Hilangkan
salah satu sisi lagi, misalnya sisi ɑc sehingga graf tersebut hanya memuat titik ɑ,b, dan c
serta sisi bc . Jelas bahwa graf menjadi tak terhubung lagi. Berarti, penghilangan sisinya
paling sedikit adalah atau ditulis 𝜆(G) = 2.

H. Graf Terhubung
Dua buah simpul u dan v di dalam graph G dikatakan terhubung (connected), jika
u = v, atau jika u ≠ v, terdapatlah jalur u-v di G. Suatu graph G dikatakan terhubung jika
setiap dua simpul di G adalah terhubung, jika tidak demikian G disebut takterhubung
(disconnected).

I. Jembatan
Di sini Anda akan diperkenalkan dengan kelompok simpul dan rusuk yang dalam
beberapa hal banyak kemiripannya.

11
Jika e adalah suatu rusuk dalam graph G, maka G – e adalah subgraph dari G yang
mempunyai banyak simpul sama dengan G dan mempunyai banyak rusuk seperti G
terkecuali sebuah rusuk e. Jika v adalah suatu simpul dalam graph G yang paling sedikit
mempunyai dua simpul, maka G – v adalah subgraph dari G yang himpunan simpulnya
memuat semua simpul dari G terkecuali v dan himpunan rusuk terdiri atas semua rusuk
di G terkecuali rusuk-rusuk yang bertemu di G.
Suatu simpul v di dalam graph terhubung G disebut simpul pemotongan (cut-
vertex) jika G – v takterhubung. Dalam Gambar 3.4, c adalah simpul pemotongan;
bagaimanapun tidak ada simpul lainnya yang merupakan simpul pemotongan.
Sekarang perhatikan konsep yang terkait untuk rusuk-rusuk. Rusuk e di dalam
graph terhubung G disebut suatu jembatan (bridge) jika G – e takterhubung. rusuk r4 di
dalam Gambar 3.4 adalah suatu jembatan, tetapi tidak ada jembatan lain di situ.
Jika v adalah simpul pemotongan dari graph terhubung G, maka G – v memuat dua
atau lebih komponen. Akan tetapi, jika e suatu jembatan dari G, maka G – e mempunyai
tepat dua komponen. Teorema berikut ini akan menunjukkan rusuk-rusuk yang mana saja
dari suatu graph merupakan suatu jembatan.

Teorema 3.1. Misalkan G adalah graph terhubung. Suatu rusuk e di G adalah


suatu jembatan di G jika dan hanya rusuk e tidak terletak dalam sebarang sikel di G.

Sebelum membuktikan teorema di atas, perlu diingat bahwa teorema itu suatu
berimplikasi (memuat syarat perlu dan cukup). Jadi, teorema itu terdiri atas dua
pernyataan yang masing-masing harus dibuktikan. Kedua pernyataan itu adalah sebagai
berikut:

12
1. Jika e adalah suatu jembatan dalam graph terhubung G, maka rusuk e tidak terletak
dalam sebarang sikel C di G. (Pernyataan ini adalah syarat perlu).
2. Jika C sebarang sikel di graph terhubung G, dan e suatu rusuk di G yang tidak
termuat di C, maka e suatu jembatan di G. (Pernyataan ini adalah syarat cukup).

Bukti (1). Dibuktikan dengan teknik kontra positif. Misalkan rusuk e = ab


adalah jembatan di graph terhubung G yang termuat dalam sikel C: a, b, c, d, ..., x, a.
Maka subgraph G – e memuat lintasan a-b, yakni, a, x, ..., d, c, b. Kita tunjukkan bahwa
G – e terhubung.

Misalkan a1 dan b1 adalah dua simpul sebarang dalam subgraph G – e; kita


tunjukkan bahwa G - e memuat jalur a1 – b1 (sesuai dengan definisi graph terhubung).
Karena G terhubung (diketahui), maka ada jalur yang menghubungkan simpul a1 dan b1.
Kita namakan jalur ini J. Jika jembatan e tidak terletak di jalur J, maka jalur J pun adalah
jalur di G – e. Maka G – e terhubung. Sekarang andaikan jembatan e terletak pada jalur
J. Maka jalur J dapat dinyatakan dalam barisan a1, ..., a, b, ..., b1 atau dalam a1, ..., b, a,
..., a1. Dalam kasus pertama, a1 terhubungkan ke a, atau a 1 Ra dan b terhubungkan ke b1,
atau bRb1 di G - e, sedangkan dalam kasus kedua, a1 terhubungkan ke b atau a1Rb dan a
terhubungkan ke a1 atau aRa1. Dan telah kita lihat bahwa a dan b di G - e terhubung atau
aRb. Karena relasi “keterhubungan”, adalah relasi ekuivalen, jadi transitif, maka a 1 Ra,
aRb, bRb1 berakibat a1 Rb1 atau a1 dan b1 terhubungkan. Maka jika e termuat dalam
sikel, subgraph terhubung G - e, dan demikian e bukanlah jembatan. Kontradiksi dengan
ketentuan. Pengandaian yang mengatakan bahwa e terletak di J harus diingkar.

Bukti (2). Kita buktikan dengan teknik kontra positif lagi. Andaikan graph G
terhubung dan rusuk e = ab bukan jembatan di G. Akan kita buktikan bahwa rusuk e
termuat dalam suatu jembatan di G. Karena rusuk e bukan jembatan, akibatnya G - e
terhubung. Dengan demikian terdapat jalur a-b di G - e. Jalur ini kita namakan J. Tetapi
J bersama-sama e membentuk suatu sikel di G yang memuat jembatan e. Kontradiksi
dengan pengandaian.

J. Graf Euler
Suatu sirkuit yang memuat semua simpul dan semua rusuk dari multigraph M
disebut sirkuit Euler. Suatu graph yang memuat semua sirkuit Euler disebut graph

13
Euler, sedangkan multigraph yang memuat sirkuit Euler disebut multigraph Euler.
Contoh: Graph G pada Gambar 3.12 adalah graph Euler.
Teorema berikut ini memberikan cara sederhana menentukan apakah suatu
multigraph atau graph adalah multigraph atau graph Euler.
Teorema 3.3. Multigraph M adalah multigraph Euler jika dan hanya jika M,
terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap.

Yang harus dibuktikan ada dua pernyataan yaitu:


1. Jika multigraph M adalah multigraph Euler, maka M terhubung dan setiap
simpulnya berderajat genap.
2. Jika multigraph M terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap, maka M
adalah multigraph Euler.

Sebelum membuktikan Anda akan diberikan contoh prosedur yang digunakan


dalam graph G pada Gambar 3.12. Perhatikan salah satu simpul, umpamanya a. Kita
buat lintasan L berawal di a dan sepanjang mungkin. Jika kita mujur, L: a, b, c, f, g, a,
c, g, b, f, a. Dalam kasus ini, L bukanlah sirkuit Euler, sebab ia tidak memuat seluruh
simpul dan rusuk di G. Akan tetapi, c adalah simpul pada L1 yang bertemu dengan
rusuk-rusuk yang tidak termuat dalam L. Jika kita melanjutkan L1 sepanjang mungkin,
salah satu pilihan L1 adalah: c, d, e, c. Sekarang kita masukkan L1 ke dalam L dengan
cara memasukkan c pada pertama kali dijumpai dalam barisan, dan Anda akan
memperoleh:
a, b, c, d, e, c, f, g, a, c, g, b, f, a,
yang merupakan sirkuit Euler. Sekarang kita buktikan teorema tersebut.

14
Bukti (1). Misalkan G graph Euler. Maka G memuat sirkuit Euler S, yang berawal
dan berakhir, umpamanya di simpul di G, setiap dua simpul di G terhubungkan oleh
lintasan (yang berarti juga suatu jalur). Jadi G terhubung. Tinggal menunjukkan bahwa
setiap simpul berderajat genap. Pertama, perhatikan simpul u yang bukan v. Karena u
bukan simpul awal dan bukan simpul akhir dari S, setiap kali kita masuk ke u melalui
suatu rusuk dan keluar melalui rusuk yang lain; dengan demikian setiap kali S melalui
simpul u derajat simpul u naik dengan 2. Jadi, simpul u berderajat genap. Dalam kasus
simpul v, setiap kali masuk ke v, kecuali yang pertama kali dan terakhir kali, derajat
simpul v juga naik dengan 2, dan pada saat pertama kali meninggalkan v dan masuk
kembali ke v yang terakhir kalinya derajatnya bertambah 1. Jadi v juga berderajat genap.

Bukti (2). Diketahui graph G terhubung dan setiap simpulnya berderajat genap.
Akan dibuktikan bahwa G adalah graph Euler. Pilih sebuah simpul v di G, dan suatu
lintasan L berawal di v. Lanjutkan lintasan ini sepanjang mungkin sampai kita tiba pada
simpul w sedemikian rupa sehingga hanya rusuk-rusuk yang bertemu dengan w telah
berada di L semua. Maka L tak dapat dilanjutkan. Akan diperlihatkan bawah w = v.
Andaikan w ≠ v. Setiap kali lintasan masuk dan keluar dari w, kita gunakan 2 rusuk.
Ketika lintasan masuk ke w untuk terakhir kalinya, hanya digunakan satu rusuk. jadi
simpul w berderajat ganjil. Akan tetapi, w berderajat genap, jadi harus ada paling sedikit
satu rusuk yang bertemu di w untuk jalan keluar dari w, yang bukan berada di L. Ini
berarti bahwa L dapat dilanjutkan dan tidak berhenti di w, jika w ≠ v. Kontradiksi ini
memberikan kesimpulan bahwa w = v, dan L benar-benar sirkuit. Jika L memuat semua
rusuk dan simpul di G maka G adalah graph Euler.

Misalkan sirkuit L tidak memuat semua rusuk di G. Karena G terhubung, harus ada
paling sedikit satu simpul u di L yang bertemu dengan rusuk-rusuk yang tidak di L.
Singkirkan simpul u di G dan perhatikan submultigraph H yang terjadi. Karena L tidak
memuat semua rusuk di G, maka H pasti masih mempunyai rusuk. Selanjutnya setiap
simpul di L bertemu dengan rusuk di L yang banyaknya genap. Misalkan H1 adalah
simpul di L bertemu dengan rusuk di L yang banyaknya genap. Misalkan H1 adalah
komponen dari H yang memuat simpul u. Jika kita membuat lintasan L1 yang berawal di
u sepanjang mungkin, maka L1, seperti terdahulu, harus berakhir di u (yakni, L1 harus
merupakan sirkuit). Sekarang ada cara membuat sirkuit S1 berawal dan berakhir di v,
yang mempunyai lebih banyak rusuk daripada L. Hal ini kita kerjakan dengan

15
memasukkan sirkuit L1 ke dalam sirkuit L pada tempat terjadinya u.
Jika S1 telah memuat semua rusuk dan simpul di G, maka S1 adalah sirkuit Euler
di G dan G adalah multigraph Euler. Jika S1 tidak memuat semua rusuk dan simpul di G
prosedur di atas dapat diulangi, sehingga akhirnya akan diperoleh sirkuit Euler di G
(prosedur ini akan berakhir/selesai karena multigraph diasumsikan berhingga).
Sekarang kita perhatikan konsep yang analog. Jika suatu graph G mempunyai
lintasan, bukan sirkuit, yang memuat semua simpul dan rusuk di G, maka G disebut graph
terlacak (traversabel graph) dan lintasan itu disebut lintasan Euler. Gambar 3.13
menunjukkan graph terlacak dan L: a, b, d, c, b, b, e, d adalah lintasan Euler.

Teorema berikut menyatakan mana saja graph yang merupakan graph terlacak.
Bukti teorema ini sangat mudah dan ditinggalkan sebagai latihan.
Teorema 3.4. Multigraph G adalah terlacak jika dan hanya jika G terhubung dan
tepat mempunyai dua simpul ganjil. Selanjutnya, setiap lintasan Euler di G berawal pada
salah satu dari simpul berderajat ganjil dan berakhir pada simpul ganjil yang satu lagi.
Sekarang jelas bahwa multigraph pada Gambar 3.11 (Masalah Jembatan
Konigsberg) bukan graph Euler dan bukan graph terlacak, jadi tidak ada lintasan di M
yang memuat semua rusuk di M.
Sifat penting dari multigraph Euler dan terlacak adalah bahwa apabila sekali simpul
telah digambar, kita dapat menggambar seluruh multigraphnya dalam satu gerakan terus
menerus. Dengan kata lain, rusuk-rusuk dalam multigraph terhubung dapat digambar
“tanpa mengangkat pensil dari kertas gambar” asalkan banyaknya simpul berderajat
ganjil adalah dua atau nol.
Contoh 1
Berikut ini adalah denah perjalanan dan kota-kota seperti terlihat dalam Gambar
3.14. Jika Anda tinggal di kota A, mungkinkah Anda berjalan keliling kota-kota berawal
di A tepat melalui jalan-jalan itu sekali saja? Jika Anda tinggal di kota B, mungkin hal
itu dikerjakan?

16
Untuk menyelesaikan masalah ini, kita pandang denah itu sebagai multigraph.
Perhatikanlah bahwa semua simpul berderajat genap. Maka, multigraph itu adalah
multigraph Euler dan memuat sirkuit Euler S. Sirkuit S memuat setiap rusuk dari graph
masing-masing sekali, sehingga berjalan keliling harus ada dan memuat setiap rusuk
sekali saja. Oleh karena sirkuit dapat berawal dari sebarang simpul, maka ada
kemungkinan berjalan keliling baik dari A maupun dari B (sirkuit yang berawal di B akan
melalui B beberapa kali sebelum perjalanan terakhir).

K. Graf Hamilton
Mirip dengan konsep sirkuit Euler, sekarang akan dibicarakan sikel Hamilton (Sir
William Rowan Hamilton, 1805 - 1865, adalah matematikawan Irlandia). Suatu graph G
disebut graph Hamilton jika di G terdapat sikel yang memuat setiap simpul di G. Suatu
sikel yang memuat semua simpul di G dinamakan sikel Hamilton. Jadi graph Hamilton
adalah graph yang memuat sikel Hamilton.
Graph G1 pada Gambar 3.16 adalah graph Hamilton, sedang G2 bukanlah graph
Hamilton. Graph G1 adalah graph Hamilton, sebab graph itu memuat sikel Hamilton;
umpamanya, a, b, e, d, c, a adalah sikel Hamilton. Untuk menunjukkan bahwa G 2 bukan
graph Hamilton, kita berikan bukti dengan teknik kontra positif. Andaikan G 2 graph
Hamilton, maka ia memuat sikel Hamilton S. Sikel S memuat setiap simpul di G 2 ; maka
S memuat b, c, dan d. Masing-masing b, c, dan d berderajat 2, dengan demikian S harus
memuat dua rusuk yang bertemu dengan setiap b, c, dan d. Hal ini berarti bahwa S
memuat, misalnya, ketiga rusuk ab, ac, dan ad. Akan tetapi, sebarang sikel hanya dapat
memaut dua rusuk yang bertemu dengan suatu simpul pada sikel (ingat sikel tidak
mengulang simpul). Jadi G2 tidak mungkin memuat sikel Hamilton yang berarti bukan
graph Hamilton. Kontradiksi dengan pengandaian G2 sebagai graph Hamilton. Berikut
ini adalah teorema yang menyatakan syarat perlu bagi suatu graph agar menjadi graph

17
Hamilton.

Teorema 3.5. Jika G adalah graph dengan banyak simpul p ≥ 3, sedemikian rupa
sehingga derajat setiap simpul v di G minimal p/2 (dengan kata lain deg v ≥ 2 untuk
setiap v di G), maka G adalah graph Hamilton.

Anda harus sadar bahwa pernyataan dalam Teorema 3.5 itu adalah syarat perlu,
bukan syarat perlu dan cukup. Artinya, mungkin saja suatu graph G dengan p = 5 dan
deg v = 2 untuk setiap v di G adalah graph Hamilton, umpamanya ‘segi lima’ dalam
geometri adalah graph dengan p = 5, dan deg v = 2 < 5/2 untuk setiap v di G.
Bukti. Bukti menggunakan induksi matematika atas banyaknya simpul p di G.
1. Jika G mempunyai p = 3 dan deg v ≥ 3/2 untuk setiap v di G, maka deg v = 2 dan
G = K3. Jadi teorema benar untuk p = 3.
2. Teorema dianggap benar untuk p ≥ 4. Misalkan J adalah jalur terpanjang di G.
Misalkan J: u1, u2, ..., uK , seperti pada Gambar 3.17. Ini berarti bahwa J memuat
simpul paling banyak yang mungkin dimuat oleh J di G.

Karena tidak ada lagi jalur di G yang memuat simpul lebih banyak daripada yang
dimiliki J, setiap simpul yang bertemu dengan u1 harus berada di J. Juga, setiap simpul
yang bertemu (atau disebut juga “berdekatan”) dengan uk harus berada di J. Karena u1
paling sedikit berdekatan dengan p/2 simpul yang semuanya berada di J, maka J paling
sedikit memuat sebanyak 1 + p/2 simpul.

L. Graf Pohon
Definisi
Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf tak berarah yang tanpa loop. Graf G disebut
pohon jika G merupakan graf terhubung dan tidak mengandung siklus.
Teorema

18
1. Misalkan T = (V, E) merupakan sebuah pohon dan misalkan pula bahwa u dan v
merupakan dua simpul yang berlainan dalam T. Maka terdapat sebuah lintasan unik
yang menghubungkan kedua simpul tersebut.
2. Misalkan T adalah sebuah pohon. Maka berlaku .
3. Untuk setiap pohon , maka T mempunyai paling sedikit 2
simpul yang berderajat satu (pendant vertices).

Metode untuk menentukan pusat dari sebuah pohon:


Hapuslah semua simpul berderajat satu, bersama-sama dengan semua sisi yang
insiden dengan simpul itu. Ulangi proses ini sampai diperoleh sebuah simpul tunggal
(pusat) atau dua simpul (dwipusat) yang dihubungkan dengan sebuah sisi. Pohon yang
hanya memiliki sebuah pusat disebut pohon dengan pusat tunggal, dan pohon yang
mempunyai dua buah simpul pusat dinamakan pohon dwipusat.

M. Graf Bagian
Graf bagian/subgraf/upagraf adalah Graf yang himpunan titik dan sisinya
merupakan himpunan bagian dari graf yang lain. Contohnya pada gambar di bawah, graf
H merupakan graf bagian dari graf G:

N. Komplemen dari Suatu Graf


Komplemen dari suatu graf adalah graf yang apabila digabungkan dengan graf awal
akan menghasilkan graf lengkap. Berikut contoh graf dan komplemennya:

19
Misalkan suatu graf G dan komplemennya G’, Keterkaitan antara G dengan G’ adalah:
1. Banyaknya simpul graf G sama dengan banyak simpul graf G’
2. Jumlah banyaknya sisi G dan G’ adalah sama dengan banyaknya sisi pada graf
lengkapnya.

O. Graf Bipartisi Lengkap


Pada graf bipartisi (bipartite graf), apabila salah satu simpul di 𝑉1 bertetangga
dengan semua simpul di 𝑉2 , maka 𝐺 (𝑉1 , 𝑉2 ) disebut sebagai graf bipartit lengkap
(complete bipartite graph), dilambangkan dengan 𝐾𝑚,𝑛 . Jumlah sisi pada graf bipartit
lengkap adalah 𝑚𝑛. Contoh graf bipartit lengkap adalah graf 𝐾3,4 berikut:

P. Graf Planar
Sebuah graf dikatakan graf planar jika sisi-sisinya berada pada bidang datar dan
tidak saling berpotongan(bersilangan) Jika tidak maka disebut graf tak-planar.
Contoh graf planar:

Contoh graf tidak planar:

20
Representasi graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi tak saling berpotongan
disebut graf bidang(plane graph). Pada gambar dibawah, ketiga graf adalah planar, tetapi
graf (a) bukan graf bidang sementara (b) dan (c) adalah graf bidang.

Rumus Euler:
Jumlah wilayah (𝑓) pada graf planar sederhana dapat dihitung dengan rumus
Euler sebagai berikut:
𝑛 − 𝑒 + 𝑓 = 2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑓 = 𝑒 − 𝑛 + 2
𝑒= Jumlah sisi
𝑛= Jumlah simpul

Pada graf planar sederhana terhubung dengan 𝑓 wilayah, 𝑛 buah simpul, dan 𝑒 buah
sisi (dengan 𝑒 > 2) selalu berlaku ketidaksamaan berikut:
3𝑓
𝑒≥ 𝑑𝑎𝑛 𝑒 ≤ 3𝑛 − 6
2
Kedua ketidaksamaan ini dapat dibuktikan sebagai berikut: setiap daerah pada graf
planar dibatasi oleh tiga atau lebih sisi. Jadi, total banyaknya sisi lebih besar atau sama
dengan 3𝑓. Tetapi, karena suatu sisi berada pada batas paling banyak dua wilayah, maka
total banyaknya sisi lebih kecil atau sama dengan 2𝑒. Jadi.
2𝑒
2𝑒 ≥ 3𝑓 atau ≥𝑓
3

Berdasarkan rumus Euler, diperoleh

21
2𝑒
𝑛−𝑒+ ≥2
3
Atau
𝑒 ≤ 3𝑛 − 6
Ketidaksamaan ini dinamakan ketidaksamaan Euler, yang dapat digunakan untuk
menunjukkan keplanaran suatu graf sederhana (apabila graf planar, maka ia memenuhi
ketidaksamaan Euler). Hal ini dinyatakan dengan corollary berikut:
Corollary 8.1
Jika G adalah graf sederhana terhubung dengan 𝑒 adalah jumlah sisi dan 𝑣 adalah
jumlah simpul, yang dalam hal ini 𝑣 ≥ 3 maka berlaku ketaksamaan Euler 𝑒 ≤ 3𝑣 − 6.

Sayangnya ketidaksamaan Euler hanyalah syarat perlu agar suatu graf dikatakan
planar, tetapi bukan syarat cukup. Artinya, meskipun suatu graf planar sederhana
memenuhi kedua ketidaksamaan, tetapi tidak selalu menjamin keplanaran suatu graf.
Untuk menjamin keplanarannya, dibuktikan dengan corollary berikut:

Corollary 8.2
Jika G adalah graf sederhana terhubung dengan 𝑒 adalah jumlah sisi dan 𝑣 adalah
jumlah simpul., yang dalam hal ini 𝑣 ≥ 3 dan tidak ada sirkuit yang panjangnya 3, maka
berlaku 𝑒 ≤ 2𝑣 − 4.

Teorema Kuratowski
Teorema Kuratowski berguna untuk menentukan dengan tegas keplanaran suatu
graf. Terdapat dua graf tidak-planar yang khusus yaitu graf Kuratowski:
1. Graf Kuratowski pertama, yaitu graf lengkap yang mempunyai lima buah simpul
(𝐾5 ) adalah graf tidak-planar.
2. Graf Kuratowski kedua, yaitu graf terhubung teratur dengan 6 buah simpul dan 9
buah sisi (𝐾3,3 ) adalah graf tidak-planar.
Sifat graf Kuratowski adalah:
a. Kedua graf kuratowski adalah graf teratur.
b. Kedua graf Kuratowski adalah graf tidak-planar.
c. Penghapusan sisi atau simpul dari graf Kuratowski menyebabkannya menjadi graf
planar.

22
d. Graf Kuratowski pertama adalah graf tidak-planar dengan jumlah simpul
minimum, dan graf Kuratowski kedua dalah graf tidak-planar dengan jumlah sisi
minimum.

Teorema 8.2 (Teorema Kuratowski)


Graf G bersifat planar jika dan hanya jika ia tidak mengandung upagraf yang
isomorfik dengan 𝐾5 atau 𝐾3,3 atau homeomorfik dengan salah satu dari keduanya.

Q. Graf Berarah
Graf berarah (directed graph/diagraph) adalah Graf yang sisinya mengandung
orientasi arah. Sisinya disebut busur (arc). Suatu graf berarah 𝐷 mengandung dua
himpunan:
1. Himpunan 𝑉, anggotanya disebut simpul.
2. Himpunan 𝐴, merupakan himpunan pasangan terurut, yang disebut ruas berarah
atau arc. Apabila arc menyatakan suatu bobot maka graf tersebut dinamakan
suatu jaringan/Network.

Jika sisi-sisi pada graph, misalnya {𝑥, 𝑦} hanya berlaku pada arah-arah tertentu
saja, yaitu dari 𝑥 ke 𝑦 tapi tidak dari 𝑦 ke 𝑥; verteks 𝑥 disebut origin dan vertex 𝑦 disebut
terminus dari sisi tersebut. Secara grafis maka penggambaran arah sisi-sisi digraph
dinyatakan dengan anak panah yang mengarah ke verteks terminus, secara notasional sisi
graph berarah ditulis sebagai vektor dengan (𝑥, 𝑦). Berikut contoh graf berarah:

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Suatu graf dapat dipandang dapat dipandang sebagai kumpulan titik sebagai
kumpulan titik yang disebut simpul disebut simpul dan segmen garis yang
menghubungkan dua simpul yang disebut dengan rusuk. Graf G yang dilambangkan
dengan G = (V,E) terdiri atas dua himpunan V dan E yang saling asing. V bukan
himpunan kosong dengan unsur-unsurnya disebut simpul, sedangkan simpul, sedangkan
unsur himpunan E disebut rusuk. Setiap rusuk menghubungkan dua simpul yang disebut
simpul-simpul ujung dari rusuk tersebut.
Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka secara
umum graf dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu: graf sederhana (simple graph)
dan graf tak sederhana (unsimple graph). Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka
secara umum graf dibedakan atas 2 jenis, yaitu: graf tak berarah (undirected graph) dan
graf berarah (directed graph atau digraph).
Sebuah graf G dikatakan terhubung jika setiap dua simpul graf G terhubung.
Keterhubungan graf yaitu simpul (vertex), jalan (walk), jejak (trail), lintasan (path),
siklus (cycle) atau sirkuit (circuit).

B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan adalah perlu adanya lebih lanjut tentang
pengaplikasian konsep- konsep dasar Teori Graf di berbagi bidang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Azka, Muhammad. 2011. Pencarian Panjang Lintasan Pada Jaringan Melalui


Pendekatan
Beta Indo Putra. 2017. Teori Graf. Makalah.
Bondy, J.A. & Murty, U.S.R. 1977. Graph Theory With Applications. London: The
Macmillan Press LTD.
Buckley, F. & Lewinter, M. 2003. A Friendly Introduction to Graph Theory. New-
Jersey: Carson Education, Inc.
Chartrand, Gary, dan Lesniak, Linda. (1986). Graph & Digraph. Second Edition.
Belmont, California: Wadsworth. Inc.
Kartika Yulianti. 2008. Handout Matakuliah Teori Graf (MT 424) Jilid Satu. Handout.
Kusumah, Y.S., M.Sc., Ph.D. 1997. Matematika Diskrit. Bandung: IKIP Bandung Press
Lipschutz, Seymour. (1976). Discrete Mathematics. Schaum’s Outline Series. New
York: McGraw-Hill.
Liu, C.L. (1985). Elements of Discrete Mathematics. New York: McGraw-Hill.
Munir, Rinaldi. 2010. Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung.
Munir, R. 2005. Matematika Diskrit Edisi 3. Bandung: Informatika Bandung
Program Linear. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Rahayuningsih, Sri. 2018. Teori Graph dan Penerapannya. Malang: Universitas
Wisnuwardhana Press Malang (Unidha Press).
Rosen, Kenneth H. 2003. Discrete Mathematics and Its Application. New York: The
McGraw-Hill Companies.
Tucker, Alan. (1984). Applied Combinatorics. New York: John Wiley.
Wibisono, Samuel. 2008. Matematika Diskrit. Yogyakarta: Graha Ilmu.
https://eprints.uny.ac.id/28787/2/c.BAB%20II.pdf (Diakses pada Rabu, 13 Oktober
2021)
http://eprints.undip.ac.id/2929/1/BAB_I_dan_II.pdf (Diakses pada Rabu, 13 Oktober
2021)

25

Anda mungkin juga menyukai