Anda di halaman 1dari 54

TEORI HIMPUNAN

KELOMPOK 1
Oleh
Nyoman Chindana Prabaningrum (2105511094)
I Gst Ayu Indirayani Intan Natadewi (2105511095)
Komang Figo Anggara Wijana (2105511096)
The Nikolaus Ferrer (2105511097)
TEORI HIMPUNAN

BAB 1 BAB 2
HIMPUNAN DAN OPERASI-OPERASI DASAR
SUBHIMPUNAN DARI HIMPUNAN
BAB 1

HIMPUNAN
DAN
SUBHIMPUNAN
HIMPUNAN
BAB I
Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas
objek-objek yang didefinisikan secara jelas. Objek-objek
dalam himpunan-himpunan dapat berupa apa saja:
bilangan, orang, surat, sungai, dan sebagainya. Objek-
objek ini disebut elemen-elemen atau anggota-anggota
dari himpunan.
CONTOH HIMPUNAN
BAB I

Contoh 1 : Bilangan-bilangan 1, 3, 7, dan 10.


Contoh 2 : Jawaban dari persamaan 𝑥 2 − 3𝑥 − 2.
Contoh 3 : Huruf-huruf dari alfabet a, e, i, o, u.
Contoh 4 : Ibukota-ibukota di benua Asia.
NOTASI
BAB I Himpunan-himpunan akan selalu dinyatakan dengan
huruf-huruf besar
𝐴, 𝐵, 𝑋, 𝑌, …

Elemen-elemen dalam himpunan-himpunan ini akan


selalu dinyatakan dengan huruf kecil
𝑎, 𝑏, 𝑥, 𝑦, …
Pendaftaran (tabular form)
Anggota suatu himpunan dinyatakan dengan jelas. Misalnya, 𝐴 terdiri atas
bilangan-bilangan 1, 3, 7, dan 10, maka:
BAB I 𝐴 = {1, 3, 7, 10}

Pembangun-himpunan/rincian (set-builder form)


Anggota suatu himpunan dinyatakan dengan sifat-sifat yang harus
dipenuhi oleh elemen-elemennya. Misalnya, 𝐵 adalah himpunan dari
semua bilangan-bilangan genap, maka:
𝐵 = { 𝑥 ȁ 𝑥 genap}
CONTOH HIMPUNAN
BAB I

Contoh 1 𝐴1 : {1, 3, 7, 10}


Contoh 2 𝐴2 : {𝑥 ห 𝑥 2 − 3𝑥 − 2 = 0}
Contoh 3 𝐴3 : {a, e, i, o, u}
Contoh 4 𝐴4 : {𝑥 ȁ 𝑥 adalah ibukota dan 𝑥 terdapat di Asia}
Jika suatu objek 𝑥 adalah elemen dari sebuah himpunan 𝐴, artinya 𝐴
mengandung 𝑥 sebagai salah satu dari elemen-elemennya, maka:
𝑥𝜖𝐴
Jika suatu objek 𝑥 bukanlah elemen dari sebuah himpunan 𝐴, artinya 𝐴
BAB I tidak mengandung 𝑥 sebagai salah satu dari elemen-elemennya, maka:
𝑥 ∉ 𝐴
Garis tegak “|” atau garis miring “/” menyatakan arti kebalikan atau
sanggahan dari arti lambang tersebut.
Contoh 1 : Misalkan 𝐴 = {a, e, i, o, u}
Maka 𝑎 ∈ 𝐴, 𝑐 ∉ 𝐴, 𝑒 ∈ 𝐴, 𝑓 ∉ 𝐴.
Contoh 2 : Misalkan 𝐵 = {𝑥 ȁ 𝑥 adalah genap}
Maka 3 ∉ 𝐵, 6 ∈ 𝐵, 11 ∉ 𝐵, 14 ∈ 𝐵.
HIMPUNAN-HIMPUNAN BERHINGGA
DAN TAK BERHINGGA

BAB I Secara intuitif, sebuah himpunan adalah berhingga bila ia terdiri dari
sejumlah tertentu elemen-elemen yang berbeda. Bila tidak demikian, maka
himpunannya adalah tak berhingga.

Contoh 1 : Misalkan 𝑀 adalah himpunan dari hari-hari dalam seminggu.


Maka 𝑀 berhingga.
Contoh 2 : Misalkan 𝑁 = {2, 4, 6, 8, ...}. Maka 𝑁 tak berhingga.
Contoh 3 : Misalkan 𝑃 = {𝑥 ȁ 𝑥 adalah sebuah sungai di bumi}. Maka 𝑃
berhingga.
KESAMAAN HIMPUNAN-HIMPUNAN

BAB I

Himpunan 𝐴 sama dengan himpunan 𝐵 jika keduanya memiliki


anggota-anggota yang sama. Artinya, jika setiap elemen yang
termasuk 𝐴 juga termasuk 𝐵 dan jika setiap elemen yang termasuk
𝐵 juga termasuk 𝐴 . Maka kesamaan himpunan-himpunan 𝐴
dengan 𝐵 dapat dinyatakan dengan:
𝐴=𝐵
CONTOH HIMPUNAN
BAB I
Contoh 1 : Misalkan 𝐴 = {1, 2, 3, 4} dan 𝐵 = {3, 1, 4, 2}.
Maka 𝐴 = 𝐵, yaitu {1, 2, 3, 4} = {3, 1, 4, 2}.
Contoh 2 : Misalkan 𝐶 = {5, 6, 5, 7} dan 𝐷 = {7, 5, 7, 6}.
Maka 𝐶 = 𝐷, yaitu {5, 6, 5, 7} = {7, 5, 7, 6}.
Contoh 3 : Misalkan 𝐸 = {𝑥 ȁ 𝑥 2 − 3𝑥 = −2}, 𝐹 = {2, 1} dan
𝐺 = {1, 2, 2, 1}. Maka 𝐸 = 𝐹 = 𝐺.
HIMPUNAN-NOL
Himpunan-kosong, suatu himpunan yang tidak mengandung
BAB I elemen-elemen. Disebut juga himpunan-nol. Himpunan hampa
atau kosong dinyatakan dengan lambang ∅.

Contoh 1 : Misalkan 𝐴 adalah himpunan dari orang-orang di


dunia yang lebih tua daripada usia 200. Menurut
statistik, 𝐴 adalah himpunan kosong.
Contoh 2 : Misalkan 𝐵 = {𝑥 ȁ 𝑥 2 = 4, 𝑥 adalah ganjil}. Maka 𝐵
adalah himpunan kosong.
SUBHIMPUNAN

BAB I Jika semua elemen sebuah himpunan 𝐴 adalah juga sebuah


himpunan 𝐵, maka 𝐴 disebut subhimpunan dari 𝐵 atau lebih
khusus lagi, 𝐴 adalah subhimpunan 𝐵. Berarti jika 𝑥 ∈ 𝐴 maka
𝑥 ∈ 𝐵. Dapat disimbolkan:
𝐴 ⊂𝐵
CONTOH HIMPUNAN
BAB I
Contoh 1 : Himpunan 𝐶 = {1, 3, 5} adalah subhimpunan dari 𝐷 = {5, 4, 3, 2,
1}, karena tiap-tiap bilangan 1, 3, dan 5 yang termasuk 𝐶 juga
termasuk 𝐷.
Contoh 2 : Himpunan 𝐸 = {2, 4, 6} adalah subhimpunan dari 𝐹 = {6, 2, 4},
karena tiap-tiap bilangan 2, 4, dan 6 yang termasuk 𝐸 juga
termasuk 𝐹.
Contoh 3 : Misalkan 𝐺 = {𝑥 ȁ 𝑥 adalah genap}, artinya 𝐺 = {2, 4, 6,...}, dan
𝐹 = {𝑥 ȁ 𝑥 adalah sebuah bilangan pangkat positif dari 2}, artinya
𝐹 = {2, 4, 6, 16, ...}. Maka F ⊂ 𝐺.
DEFINISI KESAMAAN DUA HIMPUNAN
Dua himpunan 𝐴 dan 𝐵 adalah sama, yaitu 𝐴 = 𝐵, jika dan hanya jika 𝐴 ⊂ 𝐵 dan 𝐵 ⊂ 𝐴.
BAB I Jika 𝑨 subhimpunan dari 𝑩, maka:
𝐵⊃𝐴
Jika 𝐀 bukanlah subhimpunan dari 𝐁, maka:
𝐴 ⊄ 𝐵 atau 𝐵 ⊅ 𝐴

Persyaratan 1 : Himpunan nol ∅ dipandang sebagai subhimpunan dari setiap himpunan.


Persyaratan 2 : Jika 𝐴 bukanlah subhimpunan 𝐵 (𝐴 ⊄ 𝐵), maka ada sekurang-kurangnya
satu elemen 𝐴 yang bukan anggota 𝐵.
SUBHIMPUNAN SEJATI
Jika 𝐴 adalah subhimpunan dari 𝐵, maka 𝐵 disebut subhimpunan
BAB I sejati dari 𝐴 dengan syarat:
1. 𝐵 adalah subhimpunan 𝐴 (𝐵 ⊂ 𝐴),
2. 𝐵 tidak sama dengan 𝐴 (𝐵 ≠ 𝐴).

Contoh : 𝐴 = {2, 4}, 𝐵 = {1, 2, 3, 4}


Karena 𝐵 ⊂ 𝐴 dan 𝐵 ≠ 𝐴, maka 𝐵 subhimpunan sejati
dari 𝐴.
HAL DAPAT DIPERBANDINGKAN

Dua himpunan dapat diperbandingkan (comparable) jika :


BAB I
A ⊂ B atau B ⊂ A
Dua himpunan tidak dapat diperbandingkan jika :
A ⊄ B atau B ⊄ A

Contoh :

1. Misalkan A = { 1,2}, B = {1,2,3}. Maka A dapat diperbandingkan dengan B karena A


adalah subhimpunan B.

2. Misalkan C = { 1,2}, D = {2,3,4}. Maka C tidak dapat diperbandingkan dengan D


karena 1 ∈ C namun 1 ∉ D dan 3 ∈ D namun 3 ∉ C.
TEOREMA DAN BUKTI
Teorema adalah formula atau proposisi dalam matematika atau logika yang dapat
BAB I dibuktikan dengan aksioma dan asumsi dasar. Teorema juga dapat diartikan sebagai ide
yang diterima sebagai kebenaran. Pada kenyataannya, inti matematika terdiri atas
teorema-teorema dan pembuktian-pembuktiannya.

Teorema 1 :
A ⊂ B dan B ⊂ C maka berarti A ⊂ C

Pembuktiannya :
Misalkan x suatu elemen A, yaitu x ∈ A. Karena A adalah subhimpunan B, maka x
juga termasuk B, yaitu x ∈ B. Tetapi, menurut hipotesis, B ⊂ C, oleh karena itu setiap
elemen B, termasuk x, juga merupakan anggota C. Dapat dilihat bahwa jika x ∈ A maka x
∈ C. Dengan demikian menurut definisi A ⊂ C.
HIMPUNAN DARI HIMPUNAN-HIMPUNAN

BAB I Himpunan dari himpunan-himpunan atau biasa disebut dengan


keluarga himpunan-himpunan atau kelas himpunan-himpunan adalah
himpunan yang elemen-elemennya juga berupa himpunan. Untuk
menghindari kekeliruan, digunakan huruf-huruf tulisan tangan seperti
A, B, …
Contoh :
A = {{2,4}, {1,5}, {2,6,7}}
B = {{2,4}, 1, 5 , {2,6,7}}
HIMPUNAN SEMESTA (U)

BAB I Dalam setiap pemakaian teori himpunan, semua himpunan yang


ditinjau adalah subhimpunan dari sebuah himpunan tertentu. Himpunan
ini disebut himpunan semesta atau semesta dari uraian (universe of
discourse).
Contohnya:
1. Dalam studi kependudukan, himpunan semesta terdiri dari semua
orang di dunia.
2. Jika A = {1, 2, 3, 4 }, B = {5, 6, 7, 8}, C = { 9, 10, 11, 12}. Maka
himpunan semestanya, U = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12}
HIMPUNAN KUASA
Keluarga dari semua subhimpunan sebuah himpunan S dikatakan himpunan
BAB I kuasa dari S. Himpunan kuasa dari S dinyatakan dengan
2𝑆
Himpunan kuasa dari sebuah himpunan S merupakan himpunan dari semua
subhimpunan S, termasuk himpunan kosong dan himpunan S itu sendiri. Dan jika S
memiliki n elemen, maka himpunan kuasa dari S memiliki elemen sebanyak 2𝑛 .

Contoh :
1. A = {x, y}
Maka 2𝐴 = {{x, y}, {x}, {y}, ∅}
2. B = {1, 2, 3}
Maka 2𝐵 = {{1, 2, 3}, {1, 2}, {1, 3}, {2, 3}, ∅}
HIMPUNAN-HIMPUNAN TERPISAH
Himpunan-himpunan terpisah adalah himpunan-himpunan yang tidak memiliki elemen
BAB I yang sama.
Misalnya:
A = {1, 2, 3}
B = {3, 4, 5}
Maka himpunan A dan B bukan himpunan terpisah karena memiliki elemen yang sama yaitu 3.
C = {6, 7, 8}
D = {2, 3, 4}
Maka himpunan C dan D merupakan himpunan terpisah.
E = {x, y, z}
F = {k, l, m}
Maka himpunan E dan F merupakan himpunan terpisah.
DIAGRAM VENN-EULER
Diagram venn-euler atau diagram venn adalah 2. Misalkan himpunan A dan B tidak dapat
BAB I cara untuk menggambarkan hubungan antara diperbandingkan, maka dapat dinyatakan
himpunan-himpunan yang dinyatakan dengan dengan diagram :
suatu daerah bidang, biasanya menggunakan
lingkaran. A B A B

Misalkan : Jika himpunan-himpunan Jika himpunan-himpunan


tersebut tidak terpisah tersebut terpisah
1. A ⊂ B dan A ≠ B
3. A = {1,2,3,4}, B = {3,4,5,6}. Maka diagram
Maka himpunan A dan B dapat dinyatakan venn digambarkan seperti dibawah ini :
dengan salah satu diagram ini :
A B

• 1 • 3 • 5
A B
• 2 • 4 • 6
A
B
DIAGRAM-DIAGRAM GARIS

BAB I
Diagram garis adalah cara untuk menggambarkan hubungan antara himpunan-
himpunan yang dinyatakan dengan menggunakan garis.
Misalkan :
1. Jika A ⊂ B maka diagram garisnya : 2. Jika A ⊂ B dan B ⊂ C maka diagram
garisnya :

B C

A
A
BAB 2

OPERASI-
OPERASI DASAR
DARI HIMPUNAN
OPERASI-OPERASI DASAR
DARI HIMPUNAN
Dalam Ilmu berhitung kita belajar menjumlahkan, mengurangkan dan
BAB II mengalikan, yaitu kita menetapkan untuk setiap pasangan bilangan-
bilangan x dan y: suatu bilangan x + y yang disebut penjumlahan x dan
y, x – y yang disebut selisih x dan y, dan bilangan xy yang disebut
perkalian x dan y. Penetapan-penetapan ini disebut operasi-operasi
penjumlahan, pengurangan dan perkalian bilangan-bilangan.
PERPADUAN
Perpaduan himpunan-himpunan A dan B A B
adalah himpunan dari semua elemen-
BAB II
elemen yang termasuk dalam A atau B
atau keduanya. Kita nyatakan perpaduan
A dan B dengan
A∪B
Yang biasa dibaca “perpaduan A dan B”. A ∪ B yang diberi arsiran
PERPADUAN
Contoh :
Misalkan S = {a, b, c, d} dan T = {f, b, d, g}
BAB II Maka S ∪ T = {a, b, c, d, f, g}
Misalkan P himpunan bilangan-bilangan riil positif dan Q himpunan
bilangan bilangan riil negatif. Maka P ∪ Q, yaitu perpaduan P dan Q,
terdiri dari semua bilangan-bilangan riil kecuali nol.
Perpaduan A dan B dapat juga didefinisikan secara ringkas oleh
A ∪ B = (𝑥 ȁ 𝑥 𝜖 A atau 𝑥 𝜖 B)
PERPADUAN
Pernyataan :
Sesuai dengan definisi perpaduan dua buah himpunan maka A ∪ B
dan B ∪ A adalah sama, jadi berarti
BAB II
A∪ B= B∪A

A dan B kedua-duanya selalu berupa subhimpunan-subhimpunan dari


A ∪ B, Yaitu
𝐴 ⊂ 𝐴 ∪ 𝐵 dan B ⊂ (𝐴 ∪ 𝐵)
PERPADUAN

BAB II Dalam bebrapa buku, perpaduan A dan B dinyatakan oleh A + B


dan disebut penjumlahan himpunan teoritik A dan B atau, secara
singkat, penjumlahan A dan B
PERPOTONGAN
Perpotongan himpunan-himpunan A dan B adalah himpunan dari
elemen-elemen yang dimiliki bersama oleh A dan B, yaitu elemen-
BAB II elemen yang termasuk A dan juga termasuk B. Kita nyatakan
perpotongan A dan B dengan:
A∩ B
yang dibaca “perpotongan A dan B”
PERPOTONGAN

Dalam diagram Venn, kita telah


BAB II
beri arsiran untuk A – B, yaitu
daerah yang dimiliki bersama oleh
A dan B

A ∩ B yang diberi arsiran


PERPOTONGAN
Contoh:
Misalkan S = {a, b, c, d} dan T = {f, b, d, g}.
Maka S ∩ T = {b, d}
BAB II
Misalkan V = {2,4,6,…}, yaitu kelipatan dari 2; dan misalkan W = {3, 6,
9, …}, yaitu kelipatan dari 3.
Maka V ∩ W = {6, 12, 18,…}
Perpotongan A dan B dapat juga didefinisikan secara ringkas oleh
A ∩ B = (𝑥 ȁ 𝑥 𝜖 A, 𝑥 𝜖 B)
Di sini, tanda koma mempunyai arti yang sama dengan “dan”
PERPOTONGAN
Pernyataan:
Sesuai dengan definisi perpotongan dua buah himpunan, maka
BAB II
A∩ B= B∩A

Setiap himpunan-himpunan A dan B mengandung A ∩ B sebagai


subhimpunan, jadi
𝐴 ∩ 𝐵 ⊂ 𝐴 dan (𝐴 ∩ 𝐵) ⊂ 𝐵
PERPOTONGAN
Jika himpunan-himpunan A dan B tidak mempunyai elemen-elemen
yang dimiliki bersama, jadi berarti A dan B terpisah maka perpotongan
BAB II A dan B adalah himpunan kosong, yaitu A ∩ B = ∅

Dalam beberapa buku, terutama mengenai teori kemungkinan


(probability), maka perpotongan A dan B dinyatakan dengan AB dan
disebut perkalian himpunan-teoritik A dan B atau, secara singkat A kali
B
SELISIH
Selisih himpunan-himpunan A dan B
adalah himpunan dari elemen-elemen
BAB II
yang termasuk A tetapi tidak termasuk B.
Kita nyatakan selisih A dan B dengan
A– B
Yang dibaca “selisih A dan B” atau,
secara singkat, “A kurang B” A – B yang diberi arsiran
SELISIH
Contoh:
• Misalkan S = {a, b, c, d} dan T = {f, b, d, g}
Maka S – T = {a,c}
BAB II
• Misalkan R himpunan bilangan-bilangan riil dan Q himpunan
bilangan-bilangan rasional. Maka R – Q terdiri dari bilangan-
bilangan irasional
Selisih A dan B dapat juga didefinisikan secara ringkas oleh
A − B = (𝑥 ȁ 𝑥 𝜖 A, 𝑥 ∉ B)
SELISIH
Pernyataan:
• Himpunan A mengandung A – B sebagai subhimpunan, jadi berarti
BAB II (A – B) ⊂ A
• Himpunan-himpunan (A – B), A ∩ B dan (B – A) saling terpisah,
artinya perpotongan setiap dua buah himpunan di atas adalah
himpunan nol

Selisih dari A dan B kadang-kadang dinyatakan oleh A/B atau A ∼ B


KOMPLEMEN

Komplemen dari sebuah himpunan


BAB II
A adalah himpunan dari elemen-
elemen yang tidak termasuk A,
yaitu, selisih dari himpunan semesta
U dan A. Kita nyatakan komplemen
dari A dengan
A’ A’ yang diarsir
KOMPLEMEN
Contoh:
• Misalkan himpunan semesta U adalah alphabet inggris dan T = {a,
BAB II
b, c}. Maka T’ = {d, e, f,…., y, z}
• Misalkan E = {2, 4, 6, ….}, yaitu bilangan bilangan genap. Maka
E’ = {1, 3, 5, ….}, yaitu bilangan-bilangan ganjil. Di sini kita
menganggap bahwa himpunan semesta adalah bilangan-bilangan
asli, 1, 2, 3, ….
KOMPLEMEN
Komplemen A dapat juga didefinisikan secara ringkas oleh

BAB II
A’ = (𝑥 ȁ 𝑥 𝜖 U, 𝑥 ∉ A)
A’ = (𝑥 ȁ 𝑥 ∉ A)

Kita nyatakan beberapa pernyataan mengenai himpunan-himpunan


yang merupakan akibat langsung dari definisi komplemen kehidupan.
KOMPLEMEN
Pernyataan:
• Penggabungan sebarang himpunan A dan komplemennya A’
BAB II adalah himpunan-himpunan semesta, yaitu
A ∪ A’ = U
Selanjutnya, himpunan A dan komplemennya A’ terpisah yaitu
A ∩ A’ = ∅
• Komplemen Himpunan U adalah himpunan nol ∅, dan begitu pula
sebaliknya, yaitu
U’ = ∅ dan ∅’ = U
KOMPLEMEN
• Komplemen dari komplemen himpunan A adalah himpunan A
sendiri. Secara lebih singkat
BAB II
(A’)’ = A

Pernyataan kita yang berikut memperlihatkan bagaimana selisih dua


buah himpunan dapat didefinisikan dalam komplemen sebuah
himpunan dan perpotongan dua buah himpunan. Lebih terinci, kita
peroleh hubungan mendasar berikut:
KOMPLEMEN

BAB II • Selisih A dan B sama dengan perpotongan A dan komplemen B.


A – B = A ∩ B’
Bukti dari pernyataan berikut, sebagai akibat langsung dari definisi:
A - B = {𝑥 ȁ 𝑥 ∈ 𝐴, 𝑥 ∉ 𝐴} = {𝑥 ȁ 𝑥 ∈ 𝐴, 𝑥 ∉ 𝐴} = A ∩ 𝐵′
Operasi-Operasi Pada Himpunan-
Himpunan Yang Dapat
BAB II
Diperbandingkan
Operasi-Operasi perpaduan, perpotongan, selisih dan komplemen mempunyai
sifat-sifat yang sederhana apabila himpunan-himpunan yang ditinjau dapat
diperbandingkan. Teorema-teorema berikut dapat dibuktikan:
• Teorema 1 : Misalkan A subhimpunan B. Maka perpotongan A dan B adalah
A, jadi, bila
A ⊂ B maka A ∩ B = A
• Teorema 2 : Misalkan A subhimpunan B. Maka perpaduan A dan B adalah B,
jadi, bila
A ⊂ B maka A ∪ B = B
Operasi-Operasi Pada Himpunan-
Himpunan Yang Dapat Diperbandingkan
• Teorema 3 : Misalkan A sebuah subhimpunan B. maka B’ adalah subhimpunan A’,
yaitu jika
A ⊂ B maka B’ ⊂ A’
BAB II
Kita menggambarkan Teorema 3 dengan diagram Venn. Perhatikan bagaimana
daerah dari B’ terkandung dalam daerah A’

A B A B

B’ yang diarsir A’ yang diarsir


Operasi-Operasi Pada Himpunan-
Himpunan Yang Dapat
BAB II
Diperbandingkan
• Teorema 4 : Misalkan A sebuah subhimpunan dari B. Maka
perpaduan A dan (B – A) adalah B, yaitu, bila
A ⊂ B maka A ∪ (B – A) = B
Soal-soal yang Dipecahkan
Perpaduan
1. A ∪ B = 𝑥 ȁ 𝑥 ∈ A atau 𝑥 ∈ B
BAB II
• Himpunan A = {1, 3, 5, 7, 9, 11}
• Himpunan B = {2, 3, 5, 7, 11, 13}
Ketika himpunan A dan himpunan B
digabungkan, himpunan baru terbentuk
yang anggotanya dapat ditulis :
A ∪ B = {1, 2, 3, 5, 7, 9, 11, 13}
Soal-soal yang Dipecahkan
Perpotongan
2. Bagian dari himpunan A dan B (A ∩ B) adalah himpunan yang
BAB II
anggotanya termasuk dalam himpunan A dan himpunan B

A = {0,1,2,3,4,5} dan B = {3,4,5,6,7}.


Perhatikan bahwa dalam dua set ada dua
elemen yang sama, yaitu 3, 4, dan 5.
Soal-soal yang Dipecahkan
Selisih
3. Sebuah team sepak bola yang
beranggotakan 50 0rang. Terdapat 30
BAB II
orang yang bisa bermain sebagai
forward (penyerang), ada 15 orang yang
bisa bermain sebagai forward dan
defender (pemain bertahan). Jika ada 10
orang yang tidak bisa bermain sebagai
forward maupun defender. Hitunglah 50 = 15 + 15 + 10 + x
berapa banyak orang yang hanya bisa 50 = 40 + x
bermain sebagai defender? x = 50 – 40
x = 10 orang
Soal-soal yang Dipecahkan
Komplemen
4. Diketahui: S = {x | x < 10, x ∈ bilangan cacah} dan A = {1, 3, 5, 7, 9}.
BAB II Tentukan komplemen dari A (A’).

S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9}
A = {1, 3, 5, 7, 9}
Semua anggota S yang bukan anggota A
membentuk satu himpunan, yaitu {0, 2, 4, 6, 8}
Komplemen himpunan A adalah A’ ={0, 2, 4, 6, 8}
Soal-soal yang Dipecahkan
Komplemen
5. Buktikan: B-A adalah subhimpunan dari A’
BAB II

Misalkan x termasuk B – A, maka x ∈ B dan x ∉ A


Oleh karena itu, x adalah anggota dari A’
Karena bila x ∈ B – A maka x ∈ A’
Ini berarti B – A adalah subhimpunan dari A’.
TERIMA KASIH

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan


baik dalam pengetikan dan pengucapan kata

Anda mungkin juga menyukai