Anda di halaman 1dari 8

Berhitung Pada Zaman Kebangkitan Ilmu Pengetahuan

Berbagai sebab secara bersama-sama telah menjadikan abad ketujuh belas


sebagai awal dari zaman kebangkitan ilmu pengetahuan di Eropa. Bahkan ilmu
pengetahuan dan matematika telah menyebar ke seluruh dunia serta berkembang
di setiap pusat ilmu pengetahuan dunia dalam kerja sama internasional. Diantara
sebab-sebab itu kita temukan kegiatan di bidang pelayaran. Menjelang abad ke
tujuh belas melalui pelayaran bangsa Eropa telah menjelajahi hamper seluruh
dunia, sehingga pelayaran ini pun menuntut pengetahuan pelayaran yang lebih
baik diantaranya pengetahan astronomi yang lebih teliti, pengetahuan berhitung
yang cepat, alat-alat pelayaran yang sempurna, dan juga senjata yang lebih
ampuh. Kesemuanya ini memerlukan ilmu pengetahuan.
Pada zaman itu pertukangan dan pertambangan juga makin memerlukan
dukungan ilmu pengetahuan atau lenih daripada itu, menerapkan ilmu
pengetahuan dan matematika ke dalam proses kerja mereka. Dalam hal ini Bernal
menyatakan bahwa pada masa itu terjadi perubahan di Eropa dari penyerasian
manusia dengan alam apa adanya ke pengaturan alam melalui pengetahuan akan
hokum-hukum alam yang bersifat abadi.
Selanjutnya pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh melalui percobaan
mulai menggantikan pengetahuan yang semata-mata berdasarkan hasil pemikiran
belaka, dan tidak jarang percobaan-percobaan itu menimbulkan masalah baru
sehingga mendorong matematika untuk menemukan pemecahan dan dengan
demikian matematika pun makin berkembang. Namun, hal tersebut tidak
berlangsung lancar penemuan tersebut ada yang bertentangan dengan teori klasik
yang dianut secara gigih oleh pemuka-pemuka masyarakat yang berpengaruh atau
berkuasa pada waktu itu. Paham-paham Aristoteles dan Ptolemaeus tentang bumi
sebagai pusat jagat raya telah dibakukan oleh gereja sehingga paham-paham baru
yang bertentangan dengan itu adalah terlarang. Itulah sebabnya hambatan utama

yang dihadapi para pengamat ilmu pengetahuan adalah paham-paham Aristoteles


dan Ptolemaeus di dalam bidang yang menyangkut ilmu pengetahuan itu.
Menurut Butterfield, system Aristoteles tidak pernah mendatangkan
kemajuan yang diperlukan untuk mengilmuukurkan masalah dan untuk
menjadikan ilmu pengetahuan lebih tersesuaikan ke cara perlakuan matematika.
Sehubung dengan jalinan antara matematika dan ilmu pengetahuan itu kita juga
menemukan pernyataan Kepler. Antara lain ia mengatakan bahwa seperti halnya
telinga dibuat untuk suara, mata untuk warna, maka otak manusia dimaksudkan
untuk memikirkan kuantitas, dan otak itu akan berkelana di kegelapan bila ia
meninggalkan alam pikiran kuantitatif. Demikianlah pada abad ketujuh belas itu
telah muncul paham-paham yang menumbangkan paham-paham kuno dari
Aristoteles dan Ptolemaeus tentang hukum alam. Bersama itu ilmu pengetahuan
dan matematika maju bersama-sama. Dalam hal ini Butterfield selanjutnya
menyatakan bahwa pada awal abad ketujuh belas pelajaran kuno tentang alam
semesta telah berantakan dan muncul apa yang ada pada zaman itu dikenal
sebagai revolusi ilmu pengetahuan dan menjadi awal dari ilmu pegetahuan masa
kini.
Dalam satu hal cara-cara penemuan kesimpulan melalui percobaanpercobaan cukup menarik perhatian karena dasar yang terkandung dalam cara itu
sendiri berbeda dengan cara yang sudah dikenal sebelumnya. Cara itu digunakan
karena mereka makin ingin mengetahui dari segi mengapa dan bagaimana
daripada hanya sekedar segi apa. Mengapa dan bagaimana itu diperlukan untuk
memantapkan pembuatan alat-alat dan benda-benda yang banyak diperlukan di
dalam masyarakat. Namun cara itupun dikembangkan dan dikukuhkan menjadi
cara induksi dengan perintisnya Francis Bacon. Cara kuno dari zaman Yunani
Kuno dikenal dengan nama deduksi. Dan dengan induksi ini kesimpulankesimpulan diambil melalui penurunan secara masuk akal dari asas-asas umum
yang memang telah diterima oleh akal manusia, berbeda dengan cara deduksi,
cara induksi menemukan kesimpulan-kesimpulan dari sejumlah data pengamatan
yang diperoleh melalui pencatatan gejala atau percobaan.

Ternyata cara induksi ini pun masih memiliki banyak kelemahan terutama
dalam penentuan kesimpulan sebab akibat. Namun, cara deduksi ini ternyata
banyak membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan apalagi dipergunakan
bersama dengan cara deduksi. Demikianlah kini kedua cara itu dipergunakan
bersama-sama dengan berbagai proses yang mempertinggi ketelitian kesimpulan.
Dalam pengetahuan alam yang banyak menerapkan matematika cara
deduksi induksi ini telah melahirkan suatu gambaran alam semesta berwujud
mekanika. Dengan pengertian mekanika gerak benda langit, gerak dan interaksi
benda di bumi, dan berbagai alat dan pertukangan dapat dijelaskan. Demikianlah
dengan latar belakang seperti ini kita menemukan perkembangan matematika
sejak abad ketujuh belas. Mula-mula para ahli matematika belum memiliki alat
komunikasi yang baik diantara mereka., sehingga tidak jarang timbul
pertengkaran diantara para ahli di pusat pengetahuan yang berbeda tentang siapa
penemu pertama atau lebih dahulu dari suatu penemuan baru.
Berbeda halnya pada zaman sekarang kegiatan para ahli matematika pada
zaman itu terutama berpusat di lingkaran kaum bangsawan itu. Barulah pada abad
kesembilan belas kegiatan mereka mulai lebih banyak berpusat di perguruan
tinggi. Kemajuan dalam bidang matematika sejak abad ketujuh belas adalah
sangat besar dan telah mencapai bentuk matematika tinggi sehingga di dalamnya
kita tidak lagi menemukan berhitung secara sendiri. Namun apabila kita
meluaskan pengertian berhitung maka kita pun dapat melihat berhitung itu di
antara cabang-cabang matematika yang ada.
Pertumbuhan yang cepat dari analisis yang meliputi hitungan differensial,
integral, dan deret-deret tak hingga karena penerapannya ke bidang pengetahuan
lainnya memang diperlukan menyebabkan perkembangan analisis tidak lagi
dilakukan secara ketat. Bersama itu, ditemukan pula bahwa pengetatan ini
sebenarnya perlu dimulai dari pengetatan bilangan. Hal ini dikenal sebagai
pemberhitungan matematika. Dan dengan demikianlah kita temukan bahwa

berhitung terdapat juga di analisis yakni bakan sampai ke dasar-dasar analisis itu
sendiri.
Sistem bilangan yang sekaligus mecangkup masalah ketakhinggaan dalam
deretan bilangan turut pula mengaitkan matematika dengan filsafat. Pengfilsafatan
matematika sejak lahir abad kesembilan belas menampilkan beberapa aliran
filsafat matematika. Dan perbedaan perbedaan diantara mereka terus berlangsung
sampai sekarang ini. Matematika murni berkembang atas dasar suatu pola
pemikiran yang tidak lagi perlu dicocokkan dengan alam dan fisik yang tampak
sejauh mereka masih tetap konsisten terhadap pola dasar yang membangun
susunan mereka itu. Cabang-cabang matematika yang berkembang atas dasar
system bilangan yang ketat mengalami generalisasi dan abstraksi hebat pada saat
sekarang ini sehingga kedalaman yang dicapai dalam pengetahuan cabang-cabang
matematika itu menyebabkan mereka tidak lagi dapat dipahami oleh orang-orang
lain kecuali oleh mereka yang mengkhususkan keahlian dalam cabang-cabang
matematika bersangkutan.
Matematika telah turut melahirkan pengetahuan alam mekanik ketika
Kepler, Galileo, dan berbagai ahli pada masa itu mendasarkan penemuan hukum
alam mekanik mereka pada kebenaran berhitung atau matematik. Kebenaran
matematik kemudian menjadi kunci dari berbagai kebenaran pengetahuan alam
dan kini juga menjadi kunci kebenaran dari berbagai pengetahuan kemanusiaan
dan social. Sedangkan pada masa lampau kebenaran matematik itu juga telah
dicoba untuk dijadikan landasan dari mistik yang masih bertaut di dalam
kepercayaan banyak orang.
Secara garis besar perkembangan matematika sejak zaman kebangkitan
ilmu pengetahuan terdiri dari beberapa tahap.
1. Tahap pertama, berlangsung dari awal abad ketujuh belas sampai awal abad
kedelapan belas berupa penemuan-penemuan baru dalam bidang matematika
yang memiliki kegunaan luas pada bidang pengetahuan lainnya.

2. Tahap kedua, berlangsung pada awal kedelapan belas berupa perluasan dan

penggunaan matematika yang ditemukan pada tahap pertama serta berupa


penyusunan dasar-dasar analisis. Pada tahap ini muncul kejanggalankejanggalan dalam matematika karena ketidaktelitian dalam penampilannya.
3. Tahap ketiga, berlangsung dari abad kedelapan belas sampai akhir abad
kesembilan belas berupa usaha pengetatan dasar matematika yang telah
ditemukan sebelumnya. Pada tahap ini muncul pula matematika sintetik yang
makin memisahkan berbagai cabang matematika dari berhitung.
4. Tahap keempat, berlangsung dari akhir abad kesembilan belas sampai
sekarang berupa generalisasi dan abstraksi mendalam masalah dasar
matematika termasuk filsafat matematika. Pada tahap ini lahir matematika
baru berdasarkan teori gugus atau teori himpunan.
Luasnya perkembangan matematika serta banyaknya ahli matematika yang turut
mengembangkan matematika pada zaman terakhir ini kita menyebabkan kirta
tidak hanya berhitung dalam matematika
Pertama, kita menemukan keperluan menghitung yang banyak
ditimbulkan oleh astronomi dan kegiatan-kegiatan lain.pada saat ini kita mengenal
logaritma sebagai besaran yang menyangkut pangkat bilangan dan besama itu kita
mengenal pula adanya logaritma naturalis, daftar logaritma pertama dihasilkan
Napier adalah logaritma dari fungsi sudut ilmu ukur segitiga untuk membantu
perhitungan dalam bidang astronomi. Terdapat dugaan kuat bahwa logaritma
napier berasal dari gagasan yang timbul karena adanya rumus ilmu ukur sudut.
(A +B)
cos ( AB )cos
1
sin A sin B=
2
Rumus ini menunjukkan suatu transformasi dari hubungan perkalian ke hubungan
perjumlahan

Untuk menghindari banyak perhitungan pecahan bernilai kecil napier


mengambil jarak AB sebesar 107 yakni sebanyak letak decimal (tujuh letak
decimal) pada daftar fungsi sudut ilmu ukur segitiga yang ditemukannya pada
waktu itu. Napier menemukan bahwa jarak yang ditempuh A adalah berbentuk
deret ukur sedangkan jarak yang ditempuh P adalah berbentuk deret hitung. Oleh
karena itu Nap log dapat mentransformasikan hubungan perkalian (pembagian) ke
hubungan penjumlahan (pengurangan)yang pada dasarnya memudahkan proses
menghitung. Sehingga apabila missal terdapat hubungan pembagian berupa
a c
=
b d
Maka melalui Nap log hubungan ini dapat dijadikan hubungan
Nap log aNap log b=Nap log cNap log b
Dengan penemuan ini Napier menerbitkan pada tahun 1614

Mirifici

logarithmorum canonic description yang mengandung daftar logaritma dari sinus


sudut untuk setiap menit sudut.
Sejak mengetahui pengetahuan Napier yang berwujud logaritma Henry
Briggs (1561-1631) menemui Napier serta menyarankan kepada Napier agar
untuk bilangan dasar logaritma diambil dengan bilangan 10 (atau pada umumnya
bilangan yang sama dengan bilangan dasar pada sistem bilangan)karena hal itu
memudahkan dalam pemakaian. Demikianlah dari Briggs lahirlah sistem
logaritma biasa dengan bilangan dasar 10. Selanjutnya logaritma ini menyebar ke
berbagai tempat di Eropa, antara lain melalui fransesco Bonaventura cavalieri ke
Italia dan melalui Johannes kepler ke Jerman. Dan dari logaritma ini lahir juga
skala logaritma, spiral logaritma dan mistar hitung (slide rule).
Kedua, Thomas Harriot (1560-1621) menemukan teori persamaan,
berhitung, konformalitas, pembujursangkaran lingkaran, spiral logaritma, deret

pangkat, interpolasi, segitiga bola, dan antara lain Harriot menulis Artis
analyticate

praxis pada

tahun

1631.

William

Oughtred

(1574-1660)

mengembangkan berhitung, aljabar, mistar hitung bundar, dan menerbitkan Clavis


mathematicae (1631), The Circles of Proportion (1632), Trigonometrie (1657).
Galileo Galilei (1564-1642) terkenal dengan percobaannya tentang benda jatuh,
menerbitkan Discorsi edimonstrazioni mathematiche intorno a due nuove
scienze (1638). Johannes Kepler terkenal dengan hukum-hukum pergerakan
planet, Kepler menggunakan kata focus dalam ilmu ukur dan irisan kerucut,
mengemukakan asas keserbaterusan, membahas logaritma, dan menentukan isi
dari 93 bentuk ruang, Kepler juga menulis Stereometria doliorum vinorum (1615)
dan Chilias logarithmorum (1624). Evangelista Torricelli (1608-1647), membahas
luas di bawah lngkungan serta panjang lengkungan pada spiral logaritma;
Vincenzo Viviani (1622-1703) yang membahas titik khusus dalam segitiga serta
tentang garis singgung; dan masih banyak lagi.
Ketiga, pada tahap ini terdapat pengembangan ilmu ukur deskriptif yang
berwujud ilmu ukur proyeksi. Keempat, pada tahap ini, terjadi penggabungan
antara aljabar dan ilmu ukur dalam bentuk ilmu ukur analitik. Kelima, pada tahap
ini awal dari teori kemungkinan dan probabilitas yang ditemukan oleh Blaise
Pascal (1623-1662) dan Fermat. Keenam, terdapat pengembangan deret tak
hingga. Ketujuh, penciptaan hitungan diferensial dan integral atau kalkulus.
Demikianlah pada akhir tahap pertama kalkulus bersama ilmu ukur
analitik telah menjadi alat yang kuat untuk memecahkan soal-soal yang tak dapat
dipecahkan pada zaman sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai