Ternyata cara induksi ini pun masih memiliki banyak kelemahan terutama
dalam penentuan kesimpulan sebab akibat. Namun, cara deduksi ini ternyata
banyak membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan apalagi dipergunakan
bersama dengan cara deduksi. Demikianlah kini kedua cara itu dipergunakan
bersama-sama dengan berbagai proses yang mempertinggi ketelitian kesimpulan.
Dalam pengetahuan alam yang banyak menerapkan matematika cara
deduksi induksi ini telah melahirkan suatu gambaran alam semesta berwujud
mekanika. Dengan pengertian mekanika gerak benda langit, gerak dan interaksi
benda di bumi, dan berbagai alat dan pertukangan dapat dijelaskan. Demikianlah
dengan latar belakang seperti ini kita menemukan perkembangan matematika
sejak abad ketujuh belas. Mula-mula para ahli matematika belum memiliki alat
komunikasi yang baik diantara mereka., sehingga tidak jarang timbul
pertengkaran diantara para ahli di pusat pengetahuan yang berbeda tentang siapa
penemu pertama atau lebih dahulu dari suatu penemuan baru.
Berbeda halnya pada zaman sekarang kegiatan para ahli matematika pada
zaman itu terutama berpusat di lingkaran kaum bangsawan itu. Barulah pada abad
kesembilan belas kegiatan mereka mulai lebih banyak berpusat di perguruan
tinggi. Kemajuan dalam bidang matematika sejak abad ketujuh belas adalah
sangat besar dan telah mencapai bentuk matematika tinggi sehingga di dalamnya
kita tidak lagi menemukan berhitung secara sendiri. Namun apabila kita
meluaskan pengertian berhitung maka kita pun dapat melihat berhitung itu di
antara cabang-cabang matematika yang ada.
Pertumbuhan yang cepat dari analisis yang meliputi hitungan differensial,
integral, dan deret-deret tak hingga karena penerapannya ke bidang pengetahuan
lainnya memang diperlukan menyebabkan perkembangan analisis tidak lagi
dilakukan secara ketat. Bersama itu, ditemukan pula bahwa pengetatan ini
sebenarnya perlu dimulai dari pengetatan bilangan. Hal ini dikenal sebagai
pemberhitungan matematika. Dan dengan demikianlah kita temukan bahwa
berhitung terdapat juga di analisis yakni bakan sampai ke dasar-dasar analisis itu
sendiri.
Sistem bilangan yang sekaligus mecangkup masalah ketakhinggaan dalam
deretan bilangan turut pula mengaitkan matematika dengan filsafat. Pengfilsafatan
matematika sejak lahir abad kesembilan belas menampilkan beberapa aliran
filsafat matematika. Dan perbedaan perbedaan diantara mereka terus berlangsung
sampai sekarang ini. Matematika murni berkembang atas dasar suatu pola
pemikiran yang tidak lagi perlu dicocokkan dengan alam dan fisik yang tampak
sejauh mereka masih tetap konsisten terhadap pola dasar yang membangun
susunan mereka itu. Cabang-cabang matematika yang berkembang atas dasar
system bilangan yang ketat mengalami generalisasi dan abstraksi hebat pada saat
sekarang ini sehingga kedalaman yang dicapai dalam pengetahuan cabang-cabang
matematika itu menyebabkan mereka tidak lagi dapat dipahami oleh orang-orang
lain kecuali oleh mereka yang mengkhususkan keahlian dalam cabang-cabang
matematika bersangkutan.
Matematika telah turut melahirkan pengetahuan alam mekanik ketika
Kepler, Galileo, dan berbagai ahli pada masa itu mendasarkan penemuan hukum
alam mekanik mereka pada kebenaran berhitung atau matematik. Kebenaran
matematik kemudian menjadi kunci dari berbagai kebenaran pengetahuan alam
dan kini juga menjadi kunci kebenaran dari berbagai pengetahuan kemanusiaan
dan social. Sedangkan pada masa lampau kebenaran matematik itu juga telah
dicoba untuk dijadikan landasan dari mistik yang masih bertaut di dalam
kepercayaan banyak orang.
Secara garis besar perkembangan matematika sejak zaman kebangkitan
ilmu pengetahuan terdiri dari beberapa tahap.
1. Tahap pertama, berlangsung dari awal abad ketujuh belas sampai awal abad
kedelapan belas berupa penemuan-penemuan baru dalam bidang matematika
yang memiliki kegunaan luas pada bidang pengetahuan lainnya.
2. Tahap kedua, berlangsung pada awal kedelapan belas berupa perluasan dan
Mirifici
pangkat, interpolasi, segitiga bola, dan antara lain Harriot menulis Artis
analyticate
praxis pada
tahun
1631.
William
Oughtred
(1574-1660)