Anda di halaman 1dari 5

BAB II

BERHITUNG PADA ZAMAN PURBA


DAN
SISTEM BERHITUNG MASYARAKAT PRIMITIF

Berhitung merupakan salah satu kebudayaan manusia kuno atau bahkan


paling kuno. Struik beranggapan bahwa berhitung adalah sekuno Zaman Batu Tua
atau Paleolitikum. Struik beranggapan bahwa pada zaman manusia kuno
berhitung itu dipakai untuk menghitung benda-benda dan kemudian barulah
manusia kuno itu menggunakan jari tangan mereka sebagai alat berhitung. Begitu
pula dengan Childe beranggapan bahwa asal mula berhitung dapat dijejaki sampai
kepada masyarakat manusia yang paling mula. Childe beranggapan bahwa
manusia purbakala menghitung benda-benda nyata dan manusia purbakali mulai
berhitung dengan jari tangan mereka. Karena itulah maka kita menemukan
penyebaran yang luas dari sistem berhitung desimal atau berhitung dengan dasar
sepuluh, dengan nama-nama terpisah untuk setiap bilangan dari satu sampai
sepuluh.
Pada Zaman Batu Tua berhitung sejalan dengan perkembangan
kebudayaan manusia pada masa itu. Salah satu cirinya adalah sikap pasif mereka
terhadap alam yang menyebabkan pengetahuan berhitung mereka berkembang
sangat lambat. Menurut Struik, pada taraf permulaan masyarakat manusia itu,
pengertian mereka akan berhitung masih kualitatif yaitu hanya bisa membedakan
“satu, dua dan banyak.”
Sampai sekarang ini pun hal semacam itu masih saja terdapat pada banyak suku
bangsa Hottentot di Afrika. Mereka hanya dapat menghitung sampai tiga,
selebihnya mereka hanya dapat mengatakan “banyak.”
Peralihan dari Zaman Batu Tua ke Zaman Batu Muda atau Neolitikum,
kira-kira 10.000 tahun yang lalu, ikut mengubah sikap manusia terhadap alam.
Dari sikap pasif menjadi sikap aktif sehingga mereka memiliki lebih banyak
peluang untuk mengembangkan kebudayaan yang juga mencakup sampai

1
perkembangan berhitung. Mereka mulai mengembangkan pengetahuan berhitung
berupa penjumlahan dan pengurangan kemudian ke perkalian dan pembagian.
Mereka juga menemukan pengetahuan berhitung dalam banyak bentuk
pengukuran dan penimbangan sehingga dapat dipergunakan untuk perencanaan
dan persiapan. Pada zaman ini juga mengubah sifat mereka dari sifat a posteriori
yaitu semata-mata berhitung setelah benda-benda itu ada beranjak ke sifat a priori
yaitu berhitung sebelum benda-benda itu ada. Sifat a priori inilah yang bertahan
sampai sekarang menjadi ciri utama dari matematika pada masa kini.
Namun kemajuan berhitung pada Zaman Batu Muda masih terbatas yaitu
hanya bilangan-bilangan bulat saja. Sebenarnya mereka mempunyai peluang
untuk menemukan bilangan pemecahan melalui pengukuran dan penimbangan
namun peluang itu belum dapat mereka gunakan. Bilangan pecahan yang
mungkin timbul pada pengukuran dan penimbangan, mereka imbangi dengan
satuan ukuran dan satuan timbangan yang berbeda.
Berhitung pada zaman kuno selalu terkait pada benda. Bilangan selalu
dikaitkan pada benda atau umumnya pada obyek. Mereka belum dapat
menetralkan bilangan menjadi angka yang abstrak atau amorf yakni angka-angka
yang tidak lagi berkaitan dengan suatu objek. Angka mulai ditemukan setelah
manusia mulai dapat berpikir secara abstrak.
Seperti halnya dengan bilangan itu terus bertambah besar maka sampai
pada suatu taraf tertentu pemberian nama terpaksa mereka hentikan dan kemudian
dinyatakan sebagai gabungan dari bilangan-bilangan dasar yang telah bernama.
Pada masa kini, dari 307 sistem bilangan bangsa Amerika primitive yang
diselidiki oleh W.C. Eels, misalnya, terdapat 146 yang menggunakan sistem
desimal atau sistem berhitung dengan dasar sepuluh. Disamping itu juga terdapat
banyak sistem berhitung dengan dasar lain misalnya dari dua sampai empat puluh.
Berikut kita temukan sistem berhitung lain.
Suku primitive di Kepulauan Andaman pada masa kini hanya dapat
berhitung dengan bilangan dasar dua. Beberapa suku di Australia hanya dapat

2
berhitung dengan bilangan dasar tiga dan suku bangsa Indian Mundurucu di Brasil
sampai lima.
Struik mengungkapkan bahwa suku bangsa di Sungai Murray, Australia,
kini berhitung dengan dasar bilangan sampai dua, sedangkan suku bangsa
Kamilaroi sama halnya dengan Australia kini berhitung dengan dasar bilangan
sampai tiga.
Danzig mencatat bahwa suku bangsa di New Hebrides haya dapat
menghitung sampai lima dan suku bangsa di bagian barat Selat Torres hanya dapat
menghitung sampai dua. Court mengungkapkan bahwa suku bangsa Indian
Tamanacus di sungai Orinoco menyatakan bilangan lima sebagai seluruh tangan,
sepuluh sebagian kedua tangan, lima belas sebagai seluruh kaki dan dua puluh
sebagai satu Indian. Dasar berhitung sampai dua puluh dikenal sebagai dasar
berhitung vigesimal. Von Hagen mengungkapkan bangsa Maya (sekarang menjadi
wilayah Guatemala) dan bangsa Celt di Eropa kuno, beberapa ratus tahun yang
lalu juga berhitung dengan dasar dua puluh atau vigesimal.
Di Benua Amerika bangsa Inca (kini menjadi wilayah Peru) tidak
mengenal tulisan tetapi mereka telah mampu berhitung sampai bilangan yang
cukup besar. Yang mereka catat pada Kuipu yaitu untaian tali yang bersimpul-
simpul dan susunan simpul-simpul itulah yang mengajukan bilangan. Mereka juga
telah mengenal bilangan nol sehingga mereka mampu menghitung sampai
melebihi sepuluh ribu.
Di daerah Mesopotamia, sekitar 4.000 tahun yang lampau, terdapat
Sumeria dan kemudian Babilonia. Sistem berhitung mereka menggunakan
bilangan dasar enam puluh atau seksagesimal. Besar kemungkinan bilangan enam
puluh itu berasal dari kelipatan dia belas sedangkan bilangan dua belas itu sendiri
berasal dari jumlah bulan dalam setahun. Sisa-sisa berhitung secara seksagesimal
masih saja kita temukan sekarang ini dalam besaran derajat sudut dan jam.
Dasar berhitung di Mesir Kuno menggunakan sistem desimal. Kecuali
satuan menit dan detik, satuan berhitung yang masih belum berdasarkan bilangan
desimal kini berangsur-angsur diubah ke dalam sistem desimal seperti halnya

3
mata uang Inggris dan Australia, pengukuran dan penimbangan di Inggris dan
Amerika Serikat. Namun sistem berhitung desimal bukanlah sistem satu-satunya
yang praktis untuk dipergunakan. Teknologi telah memilih sistem berhitung
sesungguhnya semua bilangan dapat dipergunakan sebagai dasar berhitung.
Pemilihan bergantung kepada sifat masalah atau alat yang kita pergunakan.
Kebudayaan di Mesopotamia, dengan Sumaria dan Babilonia berlangsung
antara sekitar 7.000 sampai sekitar 4.000 tahun yang lalu. Kebudayaan ini
berkembang sesudah Zaman Batu Muda sehingga bilangan pun telah mereka
nyatakan dalam tulisan dengan tulisan bilangan-bilangan di atas bilangan dasar
melalui pengulangan dan penggabungan bilangan dasar itu. Hal inilah yang
menghambat mereka untuk mengungkapkan bilangan-bilangan yang bernilai
besar. Mereka lebih senang menggunakan perbandingan atau perumpamaan untuk
mengungkapkan bilangan yang besar daripada harus dinyatakan dengan bilangan.
Perbandingan misalnya dengan kata-kata sebanyak pasir di pantai, setinggi
gunung, sepanjang kaki atau seberat buah kelapa tidak hanya semata-mata berlaku
sebagai perumpamaan. Dengan mudah perbandingan itu dapat dikembangkan dan
dipergunakan sebagai satuan pengukuran dan penimbangan. Melalui gabungan
antara pengukuran dan penimbangan dengan bilangan-bilangan manusia kuno
memperluas pengertian satuan ciptaan ini pun kemudian dapat saja berkembang
ke arah satuan-satuan yang lebih rumit dalam ilmu ukur.
Perkembangan semacam ini menghasilkan kemampuan berhitung yang
cukup tinggi pada bangsa Sumeria, Babillonia, Mesir Kuno dan bangsa-bangsa
Kuno lainnya. Penemuan batu tertulis dan papyrus mengungkapkan sebagian
sejarah berhitung merekalah yang banyak dibahas dan diuraikan dibandingkan
berhitung zaman kuno ditimur yang ditulis pada bahan yang sudah musnah.

4
Daftar 1. Sistem berhitung beberapa suku bangsa

Bilangan 1 2 3 4
Pigmy Afrika a oa ua oa-oa
Sungai Murray enea petcheval petcheval-enea petcheval-
petcheval
Kamilaroi mal bulan guliba bulan-bulan
Selat Torres
(Barat) urapun okosa okosa-urapun okosa-okosa
New Hebrides tai lua tolu vari
Bilangan 5 6
Pigmy Afrika oa-oa-a oa-oa-oa
Kamilaroi bulan-guliba guliba-guliba
Selat Torres
(Barat) okosa-okosa-urapun okosa-okosa-okosa
New Hebrides luna (tangan) otai (tangan lain)
Bilangan 7 8 9 10
New Hebrides olua otolu ovair lua luna
(dua lain) (tiga lain) (empat lain) (dua tangan)

Daftar 2. Berhitung dalam beberapa bahasa


Bilang- Sanse- Yunani Indo- Peran-
Latin Jerman Rusia Jepang
an kerta Kuno nesia cis
1 eka en unus satu un eins odyn Ici
2 dwa duo duo dua deux zwei dva Ni
3 tri tri tres tiga trois drei tri San
4 catur tetra quatuor empat quatre vier chetyre Si (yon)
5 panca pente quinque lima cinq fűni piat Go
6 sas hex sex enam six sechs shest Roku
7 sapta hepta septem tujuh sept sieben sem Sici
8 asta octo octo delapan huit acht vosem Haci
9 nawa ennea novem sembilan neuf neun deviat Ku
10 dasa deca decem sepuluh dix zehn desiat Zyu
100 cata ecaton centum seratus cent hundert sto Syaku
1.000 sehastre xilia mille seribu mille tausend tysiaca Sen
10.000 myriades man

Anda mungkin juga menyukai