Anda di halaman 1dari 288

RING DAN SUBRING

Magister Pendidikan Matematika


Universitas Pendidikan Indonesia
KELOMPOK 2

01 Afany Tawwab 06 Iffa Hanifah Rahman

02 Anggi Juliana 07 Nelvita Febrina H.

03 Destia Hasna Fadhila 08 Vanya Aridhanty

04 Fahliya Syam Mastura 09 Siti Aisyah

05 Febi Tasya Ramadhanti 10 Syifa Syafira A.


MATERI

Definisi RING Contoh

Jenis-Jenis Teorema 2.4.1


Sifat-Sifat
MATERI
SUBRING

DEFINISI TEOREMA TEOREMA


ONE STEP TWO STEP
SUBRING SUBRING
TEST TEST
Definisi Ring

Misalkan
MisalkanRRadalah
adalahsebarang
sebaranghimpunan
himpunantak takkosong
kosong
dan
danpada
padaRRdidefinisikan
didefinisikan22operasi,
operasi,yaitu
yaitu
penjumlahan
penjumlahandandanperkalian
perkalianyang
yangdinotasikan
dinotasikan
dengan
dengan(+)(+)dan
dan(·(·).).
Definisi Ring
Himpunan (R,+, ·) disebung Ring jika memenuhi:

1. (R, +) merupakan Grup Abelian 2. (R, · ) merupakan Semigrup 3. (R,+,·) bersifat Distributif Kanan dan Kiri

i. Tertutup i. Tertutup i. Distributif Kanan


Ɐ a,b ϵ R, a+b ϵ R Ɐ a,b ϵ R, Ɐ a · b ϵ R Ɐ a,b,c ϵ R,
ii. Asosiatif ii. Asosiatif (a+b)· c = (a · c) + (b · c)
Ɐ a,b,c ϵ R, (a+b)+c=a+(b+c) Ɐ a,b,c ϵ R, (a · b) · c = a ·(b · c) ii. Distributif Kiri
iii. Identitas Ɐ a,b,c ϵ R,
Ɐ a ϵ R, ⱻ0 ϵ R ϶ a+0 = 0+a = a a · (b+c)= (a · b)+(a · c)
iv. Invers
Ɐ a ϵ R, ⱻ(-a) ϵ R ϶
a+(-a) = (-a)+a = 0
v. Komutatif
Ɐ a,b ϵ R, a+b = b+a
Penulisan Ring
(R, + , ·) berbeda dengan (R, · , +)

Grup Abelian

Semigrup

Penulisan memiliki makna sehingga


tidak bisa diubah urutannya
Jenis-Jenis Ring
Misal (R, + , ·) suatu Ring
1 Ring Komutatif
Ring R disebut Ring Komutatif jika R komutatif terhadap perkalian
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 berlaku 𝑎. 𝑏 = 𝑏. 𝑎

2 Ring dengan Elemen Kesatuan

Ring R disebut Ring dengan Elemen Kesatuan jika mempunyai elemen


identitas terhadap operasi perkalian
Ɐ 𝑎 ∈ 𝑅, ⱻ𝑒 ∈ 𝑅 berlaku 𝑎. 𝑒 = 𝑒. 𝑎 = 𝑎
Jenis-Jenis Ring
Misal (R, + , ·) suatu Ring
3 Ring Komutatif dengan Elemen Kesatuan

Ring R disebut Ring Komutatif dengan Elemen Satuan jika R Komutatif dan
mempunyai elemen identitas terhadap operasi perkalian
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 berlaku 𝑎. 𝑏 = 𝑏. 𝑎 dan Ɐ 𝑎 ∈ 𝑅, ⱻ𝑒 ∈ 𝑅 berlaku 𝑎. 𝑒 = 𝑒. 𝑎 = 𝑎

4 Ring Pembagian (Division Ring)

Ring R disebut Ring Pembagian (Division Ring) jika R mempunyai elemen


satuan dan elemen tidak nol di R mempunyai elemen invers
Ɐ 𝑎 ∈ 𝑅, ⱻ𝑒 ∈ 𝑅 berlaku 𝑎. 𝑒 = 𝑒. 𝑎 = 𝑎 dan
Ɐ 𝑎 ∈ 𝑅, 𝑎 ≠ 0, ⱻ(𝑎−1 ) ∈ 𝑅 berlaku 𝑎. 𝑎−1 = 𝑒 = 𝑎−1. 𝑎
Bukti:
Contoh Jenis-Jenis Ring
Ring Ring dengan Elemen
Kesatuan Ring Komutatif
• 𝑍, +,∙
• 𝑄, +,∙ • 𝑍, +,∙ • 𝑍, +,∙
elemen kesatuan = 1
• 𝑅, +,∙ • 𝑄, +,∙
• 𝑄, +,∙
• 𝑧𝑛 , +𝑛 ,×n elemen kesatuan = 1 • 𝑅, +,∙
• 𝑀(2, 𝑍), +,∙ • 𝑅, +,∙ • 𝑧𝑛 , +𝑛 ,×n
elemen kesatuan = 1
• 𝑧𝑛 , +𝑛 ,×n
Ring tanpa Elemen elemen kesatuan = 1
Ring tak Komutatif
Kesatuan • 𝑀(2, 𝑍), +,∙
elemen kesatuan = • 𝑀(2, 𝑍), +,∙
• 2𝑍, +,∙ 𝟏 𝟎 karena pada perkalian matriks
karena 1 ∉ 2𝑍 𝟎 𝟏 tidak berlaku komutatif
Bukti: Contoh Bukan Ring
Bukan Ring

• 𝑍,∙, +
karena 𝑍,∙ bukan grup abelian sebab ∃1 ∈ 𝑍 yang tidak memiliki invers

• 𝑅 − {0},∙, +
karena tidak memenuhi sifat tertutup pada 𝑅 − {0}, +
Sebab ∃ 1dan (-1) ∈ 𝑅 sehingga 1+(-1)=0 ∉ 𝑅 − {0}
Bukti:Fakta-Fakta Beberapa Himpunan
2). Beberapa fakta dalam 2Z :
1). Beberapa fakta dalam Z :
- Operasi perkalian dalam 2Z komutatif
- Operasi perkalian dalam Z komutatif
- Tidak ada bilangan genap yang
- Ada bilangan 1 yang merupakan
berperan sebagai elemen kesatuan
elemen kesatuan
Jadi, (2𝑍,∙) bukan grup
- Tetapi ada bil. Bulat yang tidak
mempunyai invers, misalnya 2 dan 3
Jadi, (𝑍,∙) bukan grup, melainkan
semigrup

3). Beberapa fakta dalam Q : 4). Beberapa fakta dalam M(2,R) :


- Operasi perkalian dalam Q komutatif - Operasi perkalian dalam M(2,R) tidak
- Ada bilangan 1 yang merupakan komutatif
elemen kesatuan - Ada matriks identitas (I) yang berperan
- Bilangan rasional yang tidak sebagai elemen kesatuan
mempunyai invers adalah 0 - Banyak matriks yang tidak mempunyai
Jadi (𝑄,∙) bukan grup invers, yaitu matriks dengan determinan
0
Jadi, (𝑀(2, 𝑅),∙) bukan grup
Bukti:
CONTOH:
Contoh Soal Ring
Tunjukkan bahwa (𝑍4 , +4 , .4 ) adalah suatu ring.
1
Jawab:
𝑍4 = 0ത , 1ത , 2ത , 3ത
Tabel Cayley (𝑍4 ,+4 ) Tabel Cayley (𝑍4 , .4 )

+𝟒 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑 .𝟒 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑

𝟎 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑 ഥ
𝟎 ഥ
𝟎 ഥ
𝟎 ഥ
𝟎 ഥ
𝟎

𝟏 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑

𝟐 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟎 ഥ
𝟐 ഥ
𝟎 ഥ
𝟐

𝟑 ഥ
𝟑 ഥ
𝟎 ഥ
𝟏 ഥ
𝟐 ഥ
𝟑 ഥ
𝟎 ഥ
𝟑 ഥ
𝟐 ഥ
𝟏

Dari tabel cayley, adit bahwa Tabel Cayley (𝑍4 , +4 , .4 ) merupakan suatu ring.
Bukti: Contoh Soal Ring
1. Akan ditunjukkan (𝑍4 , +4) grup abelian 2. Akan ditunjukkan bahwa (𝑍4 , .4 ) adalah semi grup.
(i) Bersifat Tertutup (i) Bersifat tertutup
Berdasarkan tabel cayley, maka ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍4 , 𝑥 + 𝑦 ∈ 𝑍4 Berdasarkan tabel Cayley, terlihat bahwa:
(ii) Bersifat Assosiatif ∀𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍4 berlaku 𝑥 ∙ 𝑦 ∈ 𝑍4
∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑍4 maka berlaku 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 (ii) Bersifat asosiatif
(sifat assosiatif diturunkan dari Z) Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑍4 , maka berlaku:
(iii) Adanya elemen identitas 𝑎∙𝑏 ∙𝑐 =𝑎∙ 𝑏∙𝑐
Ambil sembarang x ∈ 𝑍4 , ∃ 0 ∈ 𝑍4 sedemikian sehingga Berdasarkan (i) dan (ii) (𝑍4 , .4 ) merupakan semi grup.
𝑥+0= 0+𝑥 =𝑥
(iv) Adanya elemen invers
Ambil sembarang x ∈ 𝑍4 , ∃ − (𝑥) ∈ 𝑍4
− 0 =0 − 1 =3 − 2 =2 − 3 =1
(v) Komutatif/abelian
Ambil sembarang 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍4 , misalkan 𝑥 = 2 𝑑𝑎𝑛 𝑦 =
3 𝑚𝑎𝑘𝑎 (𝑥 + 𝑦) = (2 + 3) = 1
(𝑦 + 𝑥) = (3 + 2) = 1
Sehingga 𝑥 + 𝑦 = 𝑦 + 𝑥
Berdasarkan (i)-(v) (𝑍4 , +4) merupakan grup abelian
Bukti: Contoh Soal Ring
3. Akan ditunjukkan bahwa (𝑍4 , +,∙) bersifat distributif. 𝑖𝑖 (𝑎 + 𝑏) ∙ 𝑐 = (2 + 1) ∙ 3
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑍4 = 3 ∙3
Misalkan 𝑎 = 2, 𝑏 = 1, dan 𝑐 = 3 =1
𝑖 𝑎∙ 𝑏+𝑐 = 2 ∙ 1+3 𝑎∙𝑐 + 𝑏∙𝑐 = 2∙3 + 1∙3
=2∙0 =2+3
=0 =1
𝑎∙𝑏 + 𝑎∙𝑐 = 2∙1 + 2∙3 Diperoleh
=2+2 𝑎 + 𝑏 ∙ 𝑐 = 𝑎 ∙ 𝑐 + (𝑏 ∙ 𝑐)
=0
Diperoleh
𝑎 ∙ 𝑏 + 𝑐 = 𝑎 ∙ 𝑏 + (𝑎 ∙ 𝑐)

Berdasarkan (1), (2), dan (3) dapat disimpulkan bahwa (𝑍4 , +,∙) adalah
suatu ring.
Elemen Identitas dan Elemen Invers

(+) (·)

Elemen Elemen
Elemen Nol
Identitas Kesatuan

Elemen Elemen Elemen


Invers Negatif Invers
Sifat-Sifat Ring
Misalkan R suatu Ring, 0 adalah elemen nol pada R dan a,b,c ∈ R.
Maka berlaku sifat berikut :
1) 𝑎 . 0 = 0 . 𝑎 = 0
2) 𝑎 . −𝑏 = −𝑎 . 𝑏 = − 𝑎𝑏
3) − −𝑎 = 𝑎
4) − 𝑎 + 𝑏 = −𝑎 + −𝑏
5) 𝑎 . 𝑏 − 𝑐 = 𝑎 . 𝑏 − 𝑎 . 𝑐
6) 𝑎 − 𝑏 . 𝑐 = 𝑎 . 𝑐 − 𝑏 . 𝑐
7) −1 . 𝑎 = −𝑎
8) −1 . −1 = 1
9) −𝑎 . −𝑏 = 𝑎 . 𝑏
Bukti Sifat-Sifat Ring
1) 𝑎 . 0 = 0 . 𝑎 = 0

Cara I :

Diketahui 0 ∈ 𝑅, 𝑑𝑎𝑛 0 + 0 = 0 dengan 𝑅 ring


Sehingga berlaku sifat distributif
0 + 0 𝑎 = 0𝑎 𝑎 0 + 0 = 𝑎0
dan
0𝑎 + 0𝑎 = 0𝑎 (sifat distributif kanan) 𝑎0 + 𝑎0 = 𝑎0 (sifat distributif kiri)
0𝑎 + 0𝑎 = 0𝑎 + 0 ("0“ netral) 𝑎0 + 𝑎0 = 𝑎0 + 0 ("0" netral)
0𝑎 = 0 (kanselasi kiri) 𝑎0 = 0 (kanselasi kiri)

Terbukti bahwa 𝑎 .0 = 0 .𝑎 = 0
Bukti Sifat-Sifat Ring
1) 𝑎 . 0 = 0 . 𝑎 = 0
Cara II :
𝑎 .0 = 𝑎 . 0 + 0 = 𝑎 .0 +𝑎 .0 → sifat distribusi kiri
Karena (𝑎 . 0) ∈ 𝑅, dan 𝑅 suatu ring, maka terdapat –(𝑎 . 0) ∈ 𝑅, sehingga:
𝑎 .0 = 𝑎 .0 + 𝑎 .0 → sifat distribusi kiri
𝑎 . 0 − 𝑎 . 0 = 𝑎 . 0 + 𝑎 . 0 − 𝑎 . 0 → dijumlahkan dengan –(𝑎 . 0) (invers)
0 = 𝑎 .0
2) 𝑎 . −𝑏 = −𝑎 . 𝑏 = − 𝑎𝑏

− 𝑎𝑏 adalah balikan (invers) dari 𝑎 . 𝑏


Akan ditunjukkan 𝑎 . −𝑏 juga balikan (invers) dari 𝑎 . 𝑏 Akan ditunjukkan (−𝑎) . 𝑏 juga balikan (invers) dari 𝑎 . 𝑏
𝑎 . 𝑏 + 𝑎 . −𝑏 = 𝑎 . 𝑏 + −𝑏 → sifat distribusi kiri 𝑎 . 𝑏 + −𝑎 . 𝑏 = 𝑎 + −𝑎 . 𝑏 → sifat distribusi kanan
= 𝑎 .0 → identitas −𝑏 + 𝑏 = 0 .𝑏 → identitas −𝑎 + 𝑎
=0 =0
Bukti Sifat-Sifat Ring
3) − −𝑎 = 𝑎
− −𝑎 + −𝑎 = 0 → dijumlahkan dengan invers − −𝑎 yaitu −𝑎
− −𝑎 + −𝑎 + 𝑎 = 0 + 𝑎 → dijumlahkan dengan 𝑎

− −𝑎 + −𝑎 + 𝑎 = 𝑎 → asosiatif
− −𝑎 + 0 = 𝑎 → identitas −𝑎 + 𝑎 = 0
− −𝑎 = 𝑎
4) − 𝑎 + 𝑏 = −𝑎 + −𝑏
𝑎+𝑏 + − 𝑎+𝑏 =0 → (𝑎 + 𝑏) dijumlahkan dengan inversnya yaitu −(𝑎 + 𝑏)
−𝑏 + 𝑎 + 𝑏 + − 𝑎+𝑏 = −𝑏 +0 → dijumlahkan dengan (−𝑏)
𝑎 + −𝑏 + 𝑏 + − 𝑎+𝑏 = −𝑏 → komutatif
𝑎 + −𝑏 + 𝑏 + − 𝑎+𝑏 = −𝑏 → asosiatif
𝑎+0+ − 𝑎+𝑏 = −𝑏 → identitas −𝑏 + 𝑏 = 0
−𝑎 + 𝑎 + − 𝑎+𝑏 = −𝑎 + −𝑏 → dijumlahkan dengan (−𝑎)
0+ − 𝑎+𝑏 = −𝑎 + −𝑏 → identitas −𝑎 + 𝑎 = 0
− 𝑎+𝑏 = −𝑎 + −𝑏
Bukti Sifat-Sifat Ring
5) 𝑎. 𝑏 − 𝑐 = 𝑎. 𝑏 − 𝑎. 𝑐
𝑎. 𝑏 + −𝑐 = 𝑎. 𝑏 + 𝑎. −𝑐
(karena a - b = a + (-b)) 𝑎. 𝑏 − 𝑐 = 𝑎 (𝑏 + −𝑐 )
= 𝑎. 𝑏 + 𝑎. (−𝑐) Distribusi Kiri

= 𝑎. 𝑏 + (−𝑎. 𝑐) Sifat 2
= 𝑎. 𝑏 − 𝑎. 𝑐
6) 𝑎 − 𝑏 . 𝑐 = 𝑎. 𝑐 − 𝑏. 𝑐
𝑎 − 𝑏 . 𝑐 = 𝑎 + −𝑏 . 𝑐
= 𝑎. 𝑐 + −𝑏 . 𝑐 Distribusi Kanan

= 𝑎. 𝑐 − 𝑏. 𝑐 Sifat 2
Bukti Sifat-Sifat Ring
7) −1 . 𝑎 = −𝑎
Akan ditunjukkan invers dari 𝑎 adalah −1 𝑎
Diketahui R suatu ring, maka ∀𝑎 ∈ 𝑅, ∃ − 𝑎 ∈ 𝑅
Sehingga 0 = 𝑎 + (−𝑎).
Perhatikan bahwa
𝑎 + −1 𝑎 = 1. 𝑎 + −1 . 𝑎
= 1 − 1 .𝑎 Sifat Distributif Kanan
= 0. 𝑎
=0 Sifat 1
Sehingga −1 𝑎 dan −𝑎 merupakan invers dari 𝑎
Karena invers tunggal, maka −1 . 𝑎 = −𝑎
Bukti Sifat-Sifat Ring

8) −1 . −1 = 1
−1 . −1 = − −1 Sifat 7

=1 Sifat 3

9) −𝑎 . −𝑏 = 𝑎. 𝑏
−𝑎 . −𝑏 = −(𝑎. (−𝑏) Sifat 2

= −(− 𝑎. 𝑏 ) Sifat 2

= 𝑎. 𝑏 Sifat 3
TEOREMA 24.1Teorema 24.1

Misalkan R suatu ring dan a, b, c ∈ R maka


a) Elemen nol pada R itu unik/tunggal
b) Setiap elemen pada R mempunyai elemen negatif yang unik
c) Jika 𝐚 + 𝐛 = 𝐚 + 𝐜 maka 𝐛 = 𝐜 (kanselasi kiri)
d) Jika 𝐛 + 𝐚 = 𝐜 + 𝐚 maka 𝐛 = 𝐜 (kanselasi kanan)
e) Setiap persamaan 𝐚 + 𝐱 = 𝐛 dan 𝐱 + 𝐚 =b mempunyai solusi yang
unik
f) − −𝐚 = 𝐚 dan − 𝐚 + 𝐛 = −𝐚 + −𝐛
g) Jika 𝐦 dan 𝐧 bil.bulat, maka
i). 𝐦 + 𝐧 . 𝐚 = 𝐦. 𝐚 + 𝐧. 𝐚
ii). 𝐦. 𝐚 + 𝐛 = 𝐦. 𝐚 + 𝐦. 𝐛
iii). 𝐦. 𝐧. 𝐚 = 𝐦. 𝐧 . 𝐚
Bukti: Bukti Teorema 24.1
a) Akan ditunjukkan elemen nol pada R bersifat tunggal. b) Diketahui R suatu ring, maka (R,+,.) adalah suatu
Diketahui R suatu ring, maka (R,+,.) adalah suatu grup abelian.
grup abelian. Karena (R,+) adalah grup di bawah operasi
Karena (R,+) adalah grup , maka berdasarkan sifat penjumlahan, maka berdasarkan sifat grup setiap
grup, elemen identitas dari (R,+) adalah tunggal. elemen di R memiliki invers yang tunggal.
(R,+,.) adalah grup di bawah operasi penjumlahan, ∀𝑎 ∈ R, ∃ − 𝑎 ∈ R ∋ 𝑎 + −𝑎 = −𝑎 + 𝑎 = 0
maka ∃0 ∈ R ∋ ∀𝑎 ∈ R, 0 + 𝑎 = 𝑎 + 0 = 0 . −𝑎 (elemen negatif) adalah invers dari 𝑎 pada R.
0 adalah elemen identitas (R,+,.)
∴ Terbukti bahwa setiap elemen pada R mempunyai
∴ Terbukti bahwa elemen nol pada R bersifat unik elemen negatif yang unik.
(tunggal).
Bukti: Bukti Teorema 24.1
c) Diketahui R suatu ring, maka (R,+) adalah suatu grup d) Diketahui R suatu ring, maka (R,+) adalah suatu grup
abelian. Berdasarkan sifat grup, R memenuhi sifat abelian. Berdasarkan sifat grup, R memenuhi sifat
kanselasi kiri, yaitu kanselasi kanan, yaitu

∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ R, 𝑎 + 𝑏 = 𝑎 + 𝑐 ֜ 𝑏 = 𝑐 ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ R, 𝑏 + 𝑎 = 𝑐 + 𝑎 ֜ 𝑏 = 𝑐

Bukti sifat kanselasi:


a o b = a o c maka b = c
a∘b=a∘c (diketahui)
a−1∘(a∘b)=a−1∘(a∘c) (operasikan a−1∈G masing-masing dari sebelah kiri)
(a−1∘a)∘b=(a−1∘a)∘c (karena operasi o dalam G berlaku asosiatif)
u∘a=u∘c (karena a−1 invers a∈G)
b=c (karena u merupakan identitas operasi o dalam G)

Jadi terbukti : Jika a o b = a o c maka b = c


Bukti: Bukti Teorema 24.1
(e) Akan ditunjukkan setiap persamaan a+x=b dan x+a=b mempunyai solusi yang unik

a+x=b x+a=b
-a+a+x=-a+b x+a-a=b-a
x=-a+b x=b-a
= b-a
karena pada grup diperoleh solusi yang unik, maka x unik.

(f) Sudah dibuktikan pada sifat no (3) dan (4) [pada slide ke-20]

(g) (m+n)a = ma+na karena terdapat sifat distribusi kanan pada (R,+,∙)
m(a+b) = ma+mb karena terdapat sifat distribusi kiri pada (R,+,∙)
m(na) = (mn)a karena terdapat sifat asosiatif pada (R,+,∙)
Definisi Subring
Definisi
Misalkan (𝑅, +, x) adalah suatu ring, 𝑺 ⊆ 𝑹, 𝑺 ≠ ∅
S disebut subring dari R jika dan hanya jika S membentuk ring
dengan operasi yang sama dengan R.

Notasi :

𝑺<𝑹
Contoh Subring

1. Z, +, x < Q, +, x < R, +, x < C, +, x


2. 0ത , 3ത , +6 , x6 < Z6 , +6 , x6
0ത , 2ത , 4ത , +6 , x6 < 𝑍6 , +6 , x6
0ത , +6 , x6 < 𝑍6 , +6 , x6
3. nZ, +, x < Z, +, x
Contoh Subring
4. Subring-Subring dari Z12 , +12 , x12
a. S1 = 0ത
Subring tidak sejati
b. S2 = {0ത , 1ത , 2ഥ, … , 11}
c. S3 = 0ത , 6ത
d. S4 = 0ത , 4ത , 8ത
Subring sejati
e. S5 = {0ത , 3ത , 6ത , 9ത }
f. S6 = 0ത , 2ത , 4ത , 6ത , 8ത , 10
Teorema One Step Subring Test
Misalkan (𝑅, + ,×) suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅, 𝑆 ≠ ∅, 𝑆 < 𝑅֞ ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆.

Contoh :
1. Buktikan bahwa 𝑍 2, +,× merupakan subring dari 𝑅, +,× .
𝑍 2 = 𝑎 + 𝑏 2 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍}.
Jawab :
(i) 𝑍 2, +,× ⊆ 𝑅, +,× jelas
(ii) 𝑍 2, +,× ≠ ∅ karena ∃𝑎 = 𝑏 = 0 ∋ 0 + 0 2 = 0 ∈ 𝑍 2
(iii) Ambil sembarang 𝑥 = 𝑎 + 𝑏 2 dan 𝑦 = 𝑐 + 𝑑 2 ∈ 𝑍 2 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑍
∀𝑦 = 𝑐 + 𝑑 2 dengan 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑍
∃ − 𝑐, −𝑑 ∈ 𝑍 sedemikian sehingga −𝑦 = −𝑐 − 𝑑 2 ∈ 𝑍 2
Sehingga : 𝑥 − 𝑦 = 𝑎 + 𝑏 2 − 𝑐 − 𝑑 2 = 𝑎 − 𝑐 + (𝑏 − 𝑑) 2 ∈ 𝑍 2
(iv) Ambil sembarang m = 𝑎 + 𝑏 2 dan n = 𝑐 + 𝑑 2 ∈ 𝑍 2 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ 𝑍
𝑚 × 𝑛 = 𝑎 + 𝑏 2 𝑐 + 𝑑 2 = 𝑎𝑐 + 𝑎𝑑 2 + 𝑏𝑐 2 + 2𝑏𝑑
= 𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑 + (𝑎𝑑 + 𝑏𝑐) 2 ∈ 𝑍 2
Berdasarkan (i)-(iv) terbukti bahwa 𝒁 𝟐, +,× < 𝑹, +,× .
Teorema One Step Subring Test
𝑎 𝑏
2. Buktikan bahwa 𝐻 = | 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 𝑠𝑢𝑏𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑟𝑖 (𝑀 2, 𝑍 , +,×)
0 0
Jawab :

𝑎 𝑏
(i) 𝐻 ⊆ 𝑀 2, 𝑍 , 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝐻 = | 𝑎, 𝑏, 0 ∈ 𝑍 ∈ 𝑀 2, 𝑍
0 0
0 0
(ii) 𝐻 ≠ ∅ sebab ∃𝑎 = 𝑏 = 0 ∈ 𝑍 ∋ 0𝐻 = ∈𝐻
0 0
𝑎1 𝑏1 𝑎 𝑏2
(iii) Ambil sembarang 𝐴, 𝐵 ∈ H dengan 𝐴 = dan B = 2 , 𝑎1 , 𝑎2 , 𝑏1 ,𝑏2 ∈ 𝑍
0 0 0 0
−𝑎2 −𝑏2
𝑍 grup artinya terdapat −𝑎2 , −𝑏2 ∈ 𝑍 sedemikian sehingga −𝐵 =
0 0
𝑎1 𝑏1 −𝑎2 −𝑏2 𝑎 − 𝑎2 𝑏1 − 𝑏2
𝐴−𝐵 = + = 1 ∈𝐻
0 0 0 0 0 0
Berdasarkan (i) – (iv) terbukti
𝑎1 𝑏1 𝑎2 𝑏2 𝑎 𝑎 𝑎1 𝑏2
(iv) 𝐴. 𝐵 = . = 1 2 ∈𝐻 bahwa 𝑯 < (𝑴 𝟐, 𝒁 , +,×)
0 0 0 0 0 0
Bukti Teorema One Step Subring Test
Misalkan (𝑅, + ,×) suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅, 𝑆 ≠ ∅, 𝑆 < 𝑅֞ ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆.


𝑆 < 𝑅 => ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, 𝑎. 𝑏 ∈ 𝑆
Diketahui 𝑆 subring dari 𝑅, maka berdasarkan definisi, 𝑆 membentuk
suatu ring dengan operasi yang sama dengan 𝑅, artinya :
(i) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆 (tertutup terhadap operasi penjumlahan)
Dengan demikian, ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, ∃ − 𝑏 ∈ 𝑆 sedemikian sehingga 𝑎 + −𝑏 = 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆.
(ii) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆, 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑎. 𝑏 ∈ 𝑆 (tertutup terhadap operasi perkalian)

∴ 𝑺 < 𝑹 => ∀𝒂, 𝒃 ∈ 𝑺 berlaku 𝒂 − 𝒃 ∈ 𝑺 dan 𝒂. 𝒃 ∈ 𝑺 terbukti


Bukti Teorema One Step Subring Test
(⟸) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎. 𝑏 ∈ 𝑆 ֜ 𝑆 < 𝑅
Misalkan (𝑅, + ,×) suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅,
• Karena 𝑆 ⊆ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑆 ≠ ∅ maka untuk 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 dengan 𝑎 = 𝑏
𝑆 ≠ ∅, 𝑆 < 𝑅֞ ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku
berlaku 𝑎 − 𝑎 = 0 ∈ 𝑆
𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆.
Jadi, 0 ∈ 𝑆 ….(1)
• Diketahui ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆, pilih 𝑎 = 0 ∈ 𝑆
sehingga berlaku 𝑎 − 𝑏 = 0 − b ∈ 𝑆
Jadi, −𝑏 ∈ 𝑆 (memiliki elemen negatif) …(2)
• Akan ditunjukkan ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆.
Diketahui ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝑆, karena 𝑎 ∈ 𝑆 dan −𝑏 ∈, 𝑚𝑎𝑘𝑎
𝑎 − −𝑏 = 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆 (tertutup terhadap operasi penjumlahan) …(3)

∴ 𝑺 < 𝑹 ֞ ∀𝒂, 𝒃 ∈ 𝑺 berlaku 𝒂 − 𝒃 ∈ 𝑺 dan 𝒂 × 𝒃 ∈ 𝑺


Bukti Teorema One Step Subring Test
(⟸) • 𝑆 ⊆ 𝑅 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑅, +,× 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑖𝑛𝑔, 𝑚𝑎𝑘𝑎 :
Sifat asosiatif dan komutatif terhadap operasi penjumlahan diturunkan dari 𝑅 …(4)
Sifat asosiatif terhadap operasi perkalian diturunkan dari 𝑅 …(5)
Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan diturunkan dari 𝑅 …(6)
• ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎. 𝑏 ∈ 𝑆 (tertutup terhadap operasi perkalian) …(7)

Dari (1), (2), (3), dan (4) terbukti (𝑆, +) grup abelian …(i)
Dari (5) dan (7) terbukti 𝑆, . 𝐬𝐞𝐦𝐢𝐠𝐫𝐮𝐩 … (𝐢𝐢)
Dari (6) terbukti berlaku sifat distributif pada 𝑅, +, . … 𝐢𝐢𝐢

Berdasarkan (i), (ii), dan (iii) terbukti S subring dari R (𝑺 < 𝑹)


Teorema Two Step Subring Test
Misalkan 𝑅, +, × suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅, 𝑆 ≠ ∅.
𝑆 < 𝑅 ↔ (i) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆, 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆
(ii) ∀𝑎 ∈ 𝑆, ∃ − 𝑎 ∈ 𝑆

Contoh:
1. Misalkan 𝑅 suatu ring. 𝐶 𝑅 = {𝑥 ∈ 𝑅 𝑎𝑥 = 𝑥𝑎, ∀𝑎 ∈ 𝑅}.
Buktikan bahwa 𝐶(𝑅) subring dari 𝑅.
Jawab:
(i) 𝐶 𝑅 ⊆ 𝑅, jelas bahwa ∀𝑥 ∈ 𝐶(𝑅) maka 𝑥 ∈ 𝑅 (Berdasarkan definisi).

(ii) 𝐶 𝑅 ≠ ∅, karena untuk 𝑥 = 0 (𝑒𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑛𝑜𝑙) ∈ 𝑅 dan ∀𝑎 ∈ 𝑅 maka


𝑎. 0 = 0. 𝑎 = 0, akibatnya 0 ∈ 𝐶(𝑅).
(iii) Tertutup terhadap operasi + dan ×
 Ambil 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐶 𝑅 , maka 𝑎𝑥 = 𝑥𝑎 dan 𝑎𝑦 = 𝑦𝑎
Sehingga,
𝑎 𝑥 + 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑎𝑦 Distribusi Kiri
= 𝑥𝑎 + 𝑦𝑎
= 𝑥 + 𝑦 𝑎 , 𝑥 + 𝑦 ∈ 𝐶(𝑅) Distribusi Kanan
 Ambil 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐶 𝑅 , maka 𝑎𝑥 = 𝑥𝑎 dan 𝑎𝑦 = 𝑦𝑎
Sehingga,
𝑎 𝑥𝑦 = (𝑎𝑥)𝑦 Asosiatif
= 𝑥𝑎 𝑦
= 𝑥𝑦 𝑎 , 𝑥𝑦 ∈ 𝐶(𝑅) Asosiatif

(iv) Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐶 𝑅 , maka 𝑎𝑥 = 𝑥𝑎


𝑥 ∈ 𝑅 dan 𝑅 ring maka ∃ − 𝑥 ∈ 𝑅
Sehingga,
𝑎 −𝑥 = − 𝑎𝑥 = − 𝑥𝑎 = −𝑥 𝑎
Hal ini berarti −𝑥 ∈ 𝐶 𝑅

Berdasarkan (i), (ii), (iii), dan (iv) maka dapat disimpulkan 𝑪(𝑹) < 𝑹
𝑎 𝑎
2. Misalkan 𝑆 = 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍
𝑏 𝑏
Selidiki apakah 𝑆 subring dari (𝑀 2, 𝑍 , +,×)
Jawab:
𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
(i) 𝑆 ⊆ 𝑀(2, 𝑍), sebab ∀ ∈ 𝑆, 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 maka ∈ 𝑀(2, 𝑍)
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
𝑎 𝑎 0 0
(ii) 𝑆 ≠ ∅, untuk 𝑎 = 0, 𝑏 = 0 maka = merupakan elemen nol di 𝑀(2, 𝑍)
𝑏 𝑏 0 0
0 0
maka ∃0 = ∈𝑆
0 0
(iii) Tertutup terhadap + dan ×
𝑎 𝑎 𝑐 𝑐
 Ambil sembarang , ∈ 𝑆 sedemikian sehingga
𝑏 𝑏 𝑑 𝑑
𝑎 𝑎 𝑐 𝑐 𝑎+𝑐 𝑎+𝑐
+ = ∈𝑆
𝑏 𝑏 𝑑 𝑑 𝑏+𝑑 𝑏+𝑑
𝑎 𝑎 𝑐 𝑐
 Ambil sembarang , ∈ 𝑆 sedemikian sehingga
𝑏 𝑏 𝑑 𝑑

𝑎 𝑎 𝑐 𝑐 𝑎𝑐 + 𝑎𝑑 𝑎𝑐 + 𝑎𝑑
× = ∈𝑆
𝑏 𝑏 𝑑 𝑑 𝑏𝑐 + 𝑏𝑑 𝑏𝑐 + 𝑏𝑑
𝑎 𝑎
(iv) Ambil sembarang 𝐴 = ∈ 𝑆 , 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍
𝑏 𝑏
dan 𝑀 2, 𝑍 ring, terdapat −(𝐴) invers dari 𝐴.
𝑥 𝑥
Akan dicari − 𝐴 = 𝑦 𝑦 ∈ 𝑆 sedemikian sehingga berlaku
𝑎 𝑎 𝑥 𝑥 0 0
+ 𝑦 𝑦 =
𝑏 𝑏 0 0
𝑎+𝑥 𝑎+𝑥 0 0
𝑏+𝑦 𝑏+𝑦 =
0 0

𝑎+𝑥 =0
𝑥 = −𝑎

𝑏+𝑦 =0
y = −𝑏

Sehingga,
−𝑎 −𝑎
−(𝐴) = ∈𝑆
−𝑏 −𝑏

Berdasarkan (i), (ii), (iii), dan (iv) maka dapat disimpulkan S < 𝑴(𝟐, 𝒁)
Bukti Teorema Two Step Subring Test
Misalkan (𝑅, + ,×) suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅, 𝑆 ≠ ∅, 𝑆 < 𝑅 jika dan hanya jika
(i) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆
(ii) ∀𝑎 ∈ 𝑆 , ∃ −𝑎 ∈ 𝑆

⟹ Akan ditunjukkan jika 𝑆 < 𝑅 maka (i) dan (ii) berlaku


Jika S Subring dari R maka S mempunyai operasi yang sama dengan R dan membentuk Ring
sehingga (i) dan (ii) dengan mudah terpenuhi
Bukti Teorema Two Step Subring Test
Misalkan (𝑅, + ,×) suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅, 𝑆 ≠ ∅, 𝑆 < 𝑅 jika dan hanya jika
(i) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆
(ii) ∀𝑎 ∈ 𝑆 , ∃ −𝑎 ∈

(⟸) Akan ditunjukkan jika (i) dan (ii) maka berlaku S<R
• Karena 𝑆 ⊆ 𝑅 𝑑𝑎𝑛 𝑆 ≠ ∅ maka ∃0 ∈ 𝑆
• Ambil sembarang 𝑎 𝜖 𝑆 maka ∃ −𝑎 ∈ 𝑆
Perhatika bahwa 𝑎 + −𝑎 = 𝑒 dan −𝑎 + 𝑎 = 𝑒
Sehingga S memiliki elemen identitas terhadap (+) ... (1)
• Diketahui S memenuhi sifat tertutup dari (i) ... (2)
• Diketahui S memiliki elemen negatif dari (ii) ... (3)
Bukti Teorema Two Step Subring Test
Misalkan (𝑅, + ,×) suatu ring, 𝑆 ⊆ 𝑅, 𝑆 ≠ ∅, 𝑆 < 𝑅 jika dan hanya jika
(i) ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑆 berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝑆 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆
(ii) ∀𝑎 ∈ 𝑆 , ∃ −𝑎 ∈

(⟸) • Karena 𝑆 ⊆ 𝑅 dan R ring, maka S memenuhi


1. Sifat Asosiatif dan Komutatif terhadap (+) ... (4)
2. Sifat Asosiatif terhadap (x) ... (5)
3. Sifta distributif (x) terhadap (+) ... (6)
Berdasarkan (1) - (6) maka S suatu ring
Sehingga 𝑆 < 𝑅
TERIMA KASIH
IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD,
DAN SUBFIELD

Disusun Oleh :
KELOMPOK 4

Dosen Pengampu Mata Kuliah :


Dr. Elah Nurlaelah, M.Si.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

MENU

DAERAH INTEGRAL

Field

SUBFIELD

IDEAL

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Definisi elemen Pembagi Nol

Definisi

Jika R ring komutatif maka a ≠ 0, a ∈ R dikatakan elemen


pembagi nol jika terdapat b ∈ R, b ≠ 0 sedemikian
sehingga ab = 0 , 0 merupakan elemen nol di Ring.

Contoh:
1) Ring bilangan bulat tidak mempunyai elemen pembagi
nol.
2) 2 dan 3 adalah elemen pembagi nol pada 𝑧6 . elemen
Pembagi nol lainnya adalah 4. Jadi, 𝑧6 adalah ring
komutatif dengan elemen pembagi nol.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

×𝟔 0 1 2 3 4 5
0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 2 3 4 5
2 0 2 4 0 2 4
3 0 3 0 3 0 3
4 0 4 2 0 4 2
5 0 5 4 3 2 1

Jadi, elemen pembagi nol pada 𝒛𝟔 𝒚𝒂𝒊𝒕𝒖


ത 3,
2, ത 𝑑𝑎𝑛 4ത

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh : manakah himpunan dibawah ini yang memiliki


elemen - elemen pembagi nol?

(𝑧2, +2 , ×2 ) mempunyai elemen pembagi nol ?


(𝑧12, +12 , ×12 ) mempunyai elemen pembagi nol ?
(𝑧9, +9 , ×9 ) mempunyai elemen pembagi nol ?
(𝑧7, +7 , ×7 ) mempunyai elemen pembagi nol ?

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

jawaban :
x 0 1

0 0 0

1 0 1

𝒛𝟐 tidak mempunyai elemen pembagi nol.

(𝑧12, +12 , ×12 ) mempunyai elemen pembagi nol ? Iya


Elemen pembagi nol 𝑧12 adalah 2, 3,4,6,8,9,10,

(𝑧9, +9 , ×9 ) mempunyai elemen pembagi nol ? Iya


Elemen pembagi nol 𝑧9 adalah 3,6

(𝑧7, +7 , ×7 ) mempunyai elemen pembagi nol ? Tidak


Karena, tidak memiliki elemen a.b = 0

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Daerah Integral

Definisi
Misalkan D Suatu ring komutatif dengan elemen kesatuan
e dengan e ≠ 0. D disebut daerah integral jika D tidak
memuat elemen pembagi nol.

Contoh:
1. (ℤ,+,×) ; (ℚ,+,×) ; (ℝ,+,×) Adalah Daerah Integral
2. (M(2,ℤ),+,×) Bukan Daerah Integral karena bukan ring komutatif
3. (2ℤ,+,×) Bukan Daerah Integral karena tidak memuat elemen kesatuan
4. (ℤn,+n,×n) Bukan Daerah Integral Jika n bukan bilangan prima

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh 5:
ℤ6 = {0,1,2,3,4,5} terhadap operasi penjumlahan dan
operasi perkalian merupakan ring komutatif dengan elemen
satuan, tetapi ℤ6 ini bukanlah daerah integral, karena ℤ6
memiliki elemen pembagi nol.

∃ 2,3 ∈ ℤ6, 2 ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 3 ≠ 0, 𝑡e𝑡𝑎𝑝i 2 ×6 3 = 0

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh 6:
Diketahui 𝑆 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑, e, ƒ, 𝑔, ℎ} dengan operasi
penjumlahan dan perkalian yang didefinisikan sebagai
berikut:

+ 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 e ƒ 𝑔 ℎ × 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 e ƒ 𝑔 ℎ
𝑎 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 e ƒ 𝑔 ℎ 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
𝑏 𝑏 𝑎 𝑑 𝑐 ƒ e ℎ 𝑔 𝑏 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 e ƒ 𝑔 ℎ
𝑐 𝑐 𝑑 𝑎 𝑏 𝑔 ℎ e ƒ 𝑐 𝑎 𝑐 ℎ ƒ 𝑔 e 𝑏 𝑑
𝑑 𝑑 𝑐 𝑏 𝑎 ℎ 𝑔 ƒ e 𝑑 𝑎 𝑑 ƒ 𝑔 𝑐 𝑏 ℎ e
e e ƒ 𝑔 ℎ 𝑎 𝑏 𝑐 𝑑 e 𝑎 e 𝑔 𝑐 𝑑 ℎ ƒ 𝑏
ƒ ƒ e ℎ 𝑔 𝑏 𝑎 𝑑 𝑐 ƒ 𝑎 ƒ e 𝑏 ℎ 𝑐 𝑑 𝑔
𝑔 𝑔 ℎ e ƒ 𝑐 𝑑 𝑎 𝑏 𝑔 𝑎 𝑔 𝑏 ℎ ƒ 𝑑 e 𝑐
ℎ ℎ 𝑔 ƒ e 𝑑 𝑐 𝑏 𝑎 ℎ 𝑎 ℎ 𝑑 e 𝑏 𝑔 𝑐 ƒ

Apakah S merupakan daerah integral ?

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Jawaban Contoh 2

 Berdasarkan tabel tersebut, dapat kita amati bahwa S


terhadap operasi penjumlahan dan perkalian merupakan
Ring
• S terhadap operasi penjumlahan membentuk struktur Grup abelian
• S tertutup terhadap operasi perkalian, hal ini dapat dilihat pada
hasil operasi perkalian pada tabel
• S berlaku sifat asosiatif terhadap operasi perkalian
• Pada S berlaku sifat distributif operasi perkalian terhadap operasi
perkalian, hal ini juga dapat diamati pada tabel.

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Lanjutan Jawaban Contoh 2 …


 Selanjutnya akan kita selidiki apakah S merupakan Daerah
Integral.
• Perhatikan tabel hasil operasi perkalian diatas, setiap elemen
pada tabel simetris terhadap diagonal utama, hal ini
menunjukkan bahwa S bersifat komutatif terhadap perkalian.
• Dapat kita temukan elemen satuan terhadap operasi perkalian
pada S, yaitu elemen 𝑏, karena ∀𝑥 ∈ 𝑆, 𝑏 × 𝑥 = 𝑥 × 𝑏 = 𝑥
• Pada tabel hasil operasi perkalian, juga dapat kita amati
bahwa S tidak memiliki elemen pembagi nol, dimana elemen
nol pada S adalah 𝑎, dalam tabel tidak kita temukan
𝑥 × 𝑦 = 𝑎, 𝑑e𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑥 ≠ 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑦 ≠ 𝑎

 Sehingga dapat disimpulkan bahwa S adalah Daerah integral.

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema
Jika D adalah daerah integral yaitu ∀𝑎, 𝑏, c∈D, c ≠ 0 maka pada D berlaku sifat
kanselasi terhadap operasi perkalian,
i. Apabila 𝐚. 𝐜 = 𝐛. 𝐜 maka 𝐚 = 𝐛 (kanselasi kanan)
ii. Apabila 𝐜. 𝐚 = 𝐜. 𝐛 maka 𝐚 = 𝐛 (kanselasi kiri)
Bukti:
Kanselasi Kanan
Misalkan D adalah daerah integral. Misalkan a, b, c ∈ D, c ≠ 0 dan
a. c = b. c
Pandang 𝑎. 𝑐 = 𝑏. 𝑐
𝑎. 𝑐 − 𝑏. 𝑐 = 0 ( Kedua ruas di tambah -bc)
( 𝑎 − 𝑏 ) . 𝑐 = 0 ( Sifat DIstributif)
( 𝑎 − 𝑏 ) = 0 Karena c ≠ 0 dan D suatu DI
Sehingga a - b = 0 dan haruslah a = b

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Bukti Teorema
ii Apabila 𝐜. 𝐚 = 𝐜. 𝐛 maka 𝐚 = 𝐛 (Kanselasi Kiri)

Misalkan D adalah daerah integral. Misalkan a, b, c ∈ D, c ≠ 0


dan c. a = c. b
Pandang 𝑐. 𝑎 = 𝑐. 𝑏
𝑐. 𝑎 − 𝑐. 𝑏 = 0 (Kedua ruas dikurangi bc)
𝑐. ( 𝑎 − 𝑏 ) = 0 ( Sifat DIstributif)
( 𝑎 − 𝑏 ) = 0 Karena c ≠ 0 pada D maka c bukan
pembagi 0
sehingga a - b = 0 dan haruslah a = b

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

FIELD

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

FIELD
Definisi 1
Field adalah Daerah Integral yang elemen tak nolnya memiliki invers
terhadap operasi perkalian

Definisi 2
(𝐹, +,×) disebut field jika dan hanya jika :
i. (𝐹, +) grup abelian
ii. (F − 0 ,×) grup abelian
iii. (𝐹, +,×) memenuhi sifat distribusi × terhadap +

Definisi 3
(𝐹, +,×) disebut field jika dan hanya jika :
i. (𝐹, +,×) ring abelian
ii. Memiliki elemen kesatuan 𝑒 ≠ 0
iii. Tidak memiliki elemen pembagi nol
iv. setiap elemen tak nolnya punya invers terhadap operasi perkalian

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh
Ring (ℤ7 , +7 ,×7 ) adalah field.
Jawab :
Tabel Penjumlahan Modulo 7 Tabel Perkalian Modulo 7

+7 0 1 2 3 4 5 6 ×7 0 1 2 3 4 5 6

0 0 1 2 3 4 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0

1 1 2 3 4 5 6 0 1 0 1 2 3 4 5 6

2 2 3 4 5 6 0 1 2 0 2 4 6 1 3 5

3 3 4 5 6 0 1 2 3 0 3 6 2 5 1 4

4 4 5 6 0 1 2 3 4 0 4 1 5 2 6 3

5 5 6 0 1 2 3 4 5 0 5 3 1 6 4 2

6 6 0 1 2 3 4 5 6 0 6 5 4 3 2 1

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Jawaban

Dari tabel dapat dilihat bahwa perkalian modulo 7 pada ℤ7


memenuhi sifat komutatif, ada elemen satuan yaitu 1 dan
setiap elemen yang tidak nol mempunyai invers terhadap
perkalian.
Invers dari elemen tak nol tersebut adalah sebagai berikut.

𝟏−𝟏 = 𝟏
𝟐−𝟏 = 𝟒
𝟑−𝟏 = 𝟓
𝟒−𝟏 = 𝟐
𝟓−𝟏 = 𝟑
𝟔−𝟏 = 𝟔
jadi, (ℤ7 , +7 ,×7 ) adalah suatu field.

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema: Setiap field adalah daerah integral


Bukti :
Misalkan F field. Untuk membuktikan bahwa F adalah daerah
integral perlu ditunjukkan bahwa F tidak mempunyai pembagi nol.
Misalkan a, b ∈ F sedemikian sehingga ab = 0. Jika a ≠ 0 maka
terdapat 𝑎−1 ∈ F dan
𝑎𝑏 = 0
→ 𝑎−1 𝑎𝑏 = 𝑎−1 . 0 (kalikan 𝑎−1)
→ 𝑎−1 𝑎 𝑏 = 0 (Assosiatif)
→ 𝑒. 𝑏 = 0
→𝒃=𝟎

Dengan cara yang sama, jika b ≠ 0 maka a = 0. Karena itu F tidak


mempunyai pembagi nol dan karena itu F adalah daerah integral.

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Konvers dari pernyataan di atas tidaklah benar. Atau daerah


integral belum tentu field.

Sebagai contoh himpunan bilangan bulat terhadap


penjumlahan dan perkalian adalah daerah integral tetapi
bukan field. Pada himpunan bilangan bulat, hanya -1 dan 1
yang mempunyai invers terhadap perkalian.

Tetapi daerah integral berhingga pastilah field. Hal ini


menunjukkan keterkaitan field dan daerah integral.

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema: Setiap daerah integral berhingga adalah


field
Bukti :
Misalkan D suatu Daerah Integral, harus di tunjukkan bahwa untuk setiap
𝑎 ∈ 𝐷, 𝑎 ≠ 0, ∃ 𝑏 ∈ 𝐷 sedemikian sehinggga 𝑎𝑏 = 𝑒.
Disusun suatu pemetaan :
𝜆𝑎 : 𝐷 → 𝐷 yang didefinisikan 𝝀𝒂 𝒙 = 𝒂𝒙 , untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐷
Tunjukkan bahwa 𝜆𝑎 onto dan 𝜆𝑎 1-1
 𝛌𝐚 onto karena untuk 𝑒 ∈ 𝐷 𝑘𝑜𝑑𝑜𝑚𝑎𝑖𝑛 ∃𝑏 ∈ 𝐷𝑑𝑜𝑚𝑎𝑖𝑛 sedemikian sehingga
𝜆𝑎 𝑏 = 𝑎𝑏 = 𝑒.
 𝝀𝒂 1-1 sebab : jika 𝜆𝑎 𝑥1 = 𝜆𝑎 𝑥2 akan ditunjukkan 𝑥1 = 𝑥2

𝜆𝑎 𝑥1 = 𝜆𝑎 𝑥2
𝑎𝑥1 = 𝑎𝑥2 ,
𝑎𝑥1 − 𝑎𝑥2 = 0
𝑥1 −𝑥2 = 0

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

SUBFIELD

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Subfield

Definisi

Misalkan (F,+,×) adalah suatu field, K ⊆ 𝐹, 𝐾 ≠ ∅ K disebut


subfield dari F jika dan hanya jika K membentuk field
dengan operasi yang sama dengan F.

Notasi :
𝑲<𝑭

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh Subfield

1. (Q,+, ×) < (R,+, ×) < (C,+, ×) Subfield

Sebab membentuk field dengan operasi yang sama

2. (Z,+, ×) < (Q,+, ×) Bukan subfield

Sebab tidak terpenuhi sifat memiliki invers karena tidak


semua elemen selain nol yang memiliki invers di Z
(yang hanya memiliki invers yaitu 1 dan -1).

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh Subfield

3. ത 1ത ,2
0, ഥ , + 3 , x 3 < Z3 , + 3 , x 3 subfield

Dimana 0ത , 1ത ,2
ഥ ∈ Z3

Sebab membentuk field dengan operasi yang sama

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema Subfield

Misalkan 𝐹 suatu field, 𝐾 ⊂ 𝐹, 𝐾 ≠ ∅


𝐾 disebut subfield dari 𝐹 jika dan hanya jika:
i. 𝐾 memuat elemen nol dan elemen kesatuan dari 𝐹,
ii. ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐾 maka 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝐾 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝐾
iii. ∀𝑎 ∈ 𝐾 maka ∃ − 𝑎 ∈ 𝐾, dan ∀𝑎 ∈ 𝐾 dengan 𝑎 ≠ 0
maka ∃𝑎−1 ∈ 𝐾

IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Pembuktian

⇒ Diketahui 𝐹 field, 𝐾 ⊂ 𝐹, 𝐾 ≠ ∅ dan 𝐾 adalah subfield dari 𝐹.


Akan ditunjukkan 𝐾 memenuhi (i), (ii), dan (iii).
(i) Karena 𝐾 adalah subfield dari 𝐹 maka 𝐾 memuat elemen nol
dan elemen kesatuan sehingga (i) terbukti.
(ii) Ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐾. Karena 𝐾 subfield dari F maka
𝐾, +, × tertutup sehingga berlaku 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝐾 dan 𝑎𝑏 ∈ 𝐾.
(iii) Ambil sembarang 𝑎 ∈ 𝐾. Karena 𝐾 subfield maka ∃ − 𝑎 ∈ 𝐾
dan untuk 𝑎 ≠ 0 maka ∃ 𝑎−1 ∈ 𝐾. Sehingga (iii) terbukti.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Pembuktian

⇐ Diketahui 𝐹 field, 𝐾 ⊂ 𝐹, 𝐾 ≠ ∅ dan memenuhi kondisi (i), (ii), dan


(iii). Akan ditunjukkan bahwa 𝐾 adalah subfield, yaitu:
a) 𝑲 merupakan grup Abelian terhadap operasi penjumlahan.
Ambil sembarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐾 , karena 𝐾 ⊂ 𝐹 maka 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐹
sehingga berlaku 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 = 𝑎 + 𝑏 + 𝑐 . Maka 𝐾, + asosiatif.
Karena 𝐾 asosiatif dan berdasarkan (i), (ii) dan (iii) dapat
disimpulkan bahwa 𝐾, + grup.
Selanjutnya ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐾. Karena 𝐾 ⊂ 𝐹 maka 𝑎, 𝑏 ∈
𝐹. Sehingga berlaku 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎. Maka 𝐾, + grup Abelian.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Pembuktian

b) 𝑲 − 𝟎 merupakan grup Abelian terhadap operasi perkalian.


Ambil sembarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐾 , karena 𝐾 ⊂ 𝐹 maka 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐹
sehingga berlaku 𝑎 × 𝑏 × 𝑐 = 𝑎 × 𝑏 × 𝑐 . Maka 𝐾, × asosiatif.
Kemudian dari (i), diperoleh e ∈ 𝐾
Dari (iii), diperoleh untuk 𝑥 ∈ 𝐾 dan 𝑥 ≠ 0 maka ∃𝑥 −1 ∈ 𝐾
Sehingga dari (ii) diperoleh e = 𝑥 ∙ 𝑥 −1 ∈ 𝐾
Maka 𝐾 − 0 merupakan sebuah grup terhadap operasi perkalian.
Selanjutnya ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐾. Karena 𝐾 ⊂ 𝐹 maka ∀𝑎, 𝑏 ∈
𝐾, 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐹 . Sehingga berlaku 𝑎𝑏 = 𝑏𝑎. Maka 𝐾 − 0 , × grup
Abelian.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Pembuktian

c) K memenuhi sifat distributif.


Ambil sembarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐾 . Karena 𝐾 ⊂ 𝐹 maka 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐹 .
Sehingga berlaku
𝑎 + 𝑏 × 𝑐 = 𝑎 × 𝑐 + (𝑏 × 𝑐) dan
𝑎 × 𝑏 + 𝑐 = 𝑎 × 𝑏 + (𝑎 × 𝑐)
Maka 𝐾 bersifat distributif kanan dan distributif kiri.

∴ Berdasarkan ⇒ dan ⇐ maka teorema subfield terbukti.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh
Tunjukkan bahwa ℚ √2 = 𝑎 + 𝑏 2 ∶ 𝑎, 𝑏 ∈ ℚ adalah subfield dari ℝ.

Pembuktian:
Diketahui ℚ √2 = 𝑎 + 𝑏 2 ∶ 𝑎, 𝑏 ∈ ℚ . Akan ditunjukkan:
i. ℚ √2 memuat elemen nol dan elemen kesatuan dari ℝ.
Elemen nol dan elemen kesatuan dari ℝ berturut-turut adalah 0 dan 1.
Sehingga:
0 = 0 + 0 2 ∈ ℚ √2 dan 1 = 1 + 0 2 ∈ ℚ √2
Maka (i) terbukti.
ii. ∀𝑎, 𝑏 ∈ ℚ √2 maka 𝑎 + 𝑏 ∈ ℚ √2 dan 𝑎 × 𝑏 ∈ ℚ √2 .
Ambil sembarang 𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑 ∈ ℚ sehingga
𝑎+𝑏 2 + 𝑐+𝑑 2 = 𝑎+𝑐 + 𝑏+𝑑 2
Karena ℚ tertutup terhadap penjumlahan maka 𝑎 + 𝑐 + 𝑏 + 𝑑 2 ∈ ℚ √2

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh
Selanjutnya
𝑎 + 𝑏 2 × 𝑐 + 𝑑 2 = 𝑎𝑐 + 𝑎𝑑 2 + 𝑏𝑐 2 + 2𝑏𝑑

= 𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑 + 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐 2
Karena ℚ, +,× tertutup maka 𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑 + 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐 2 ∈ ℚ √2 .
Sehingga (ii) terbukti.
iii. ∀𝑎 ∈ ℚ √2 maka ∃ − 𝑎 ∈ ℚ √2 , dan ∀𝑎 ∈ ℚ √2 dengan 𝑎 ≠ 0
maka ∃ 𝑎−1 ∈ ℚ √2 .
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℚ √2 dengan 𝑥 = 𝑎 + 𝑏 2 ; 𝑎, 𝑏 ∈ ℚ ∃ −
𝒂, −𝒃 ∈ ℚ, maka ∃ − 𝒙 ∈ ℚ √𝟐 dengan −𝑥 = −𝑎 − 𝑏 2 sehingga
𝑥 + −𝑥 = 𝑎 + 𝑏 2 + −𝑎 − 𝑏 2 = 0 + 0 2 ∈ ℚ √2

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℚ √2 dengan 𝑥 = 𝑎 + 𝑏 2 ; 𝑎, 𝑏 ∈ ℚ
maka ∃ 𝑥 −1 ∈ ℚ √2
Misalkan
𝑥 −1 = 𝑐 + 𝑑 2 ; 𝑐, 𝑑 ∈ ℚ
Maka:
𝑥 . 𝑥 −1 = 𝑒
𝑎+𝑏 2 𝑐+𝑑 2 = 1+0 2
𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑 + (𝑎𝑑 + 𝑏𝑐) 2 = 1 + 0 2
Selanjutnya tentukan nilai 𝑐 dan 𝑑 sebagai berikut:
𝑎𝑐 − 2𝑏𝑑 = 1 ×𝑏 𝑎𝑏𝑐 − 2𝑏2 𝑑 = 𝑏
𝑎𝑑 + 𝑏𝑐 = 0 ×𝑎 𝑎2 𝑑 + 𝑎𝑏𝑐 = 0 −
2𝑏2 𝑑 − 𝑎2 𝑑 = 𝑑

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Sehingga diperoleh:
𝑎 −𝑏
𝑐= dan 𝑑 =
𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2

Akan ditunjukkan bahwa 𝑎2 − 2𝑏 2 ≠ 0 dan 𝑐, 𝑑 ∈ ℚ


Andaikan:
𝑎2 − 2𝑏 2 = 0
𝑎2 = 2𝑏 2

𝑎 = ±𝑏 2 , bukan anggota dari ℚ


Haruslah 𝑎2 − 2𝑏 2 ≠ 0 sehingga 𝑐, 𝑑 ∈ ℚ
𝑎 −𝑏
Jadi 𝑐 = dan 𝑑 = , 𝑎2 − 2𝑏 2 ≠ 0 dan 𝑐, 𝑑 ∈ ℚ
𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Maka berdasarkan definisi subfield bahwa setiap elemen tak nolnya


memiliki invers terhadap perkalian
𝑥 . 𝑥 −1 =𝑒
𝑎+𝑏 2 𝑐+𝑑 2 = 1+0 2
𝑎 −𝑏
𝑎+𝑏 2 ( + 2)= 1+0 2
𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2
𝑎2 −𝑎𝑏 𝑎𝑏 2𝑏 2
+ 2+ 2− = 1+0 2
𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2
𝑎2 2𝑏 2 −𝑎𝑏 𝑎𝑏
− + 2+ 2=1+0 2
𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2 𝑎2 −2𝑏 2
1+0 2=1+0 2
Dapat disimpulkan bahwa setiap elemen tak nolnya memiliki invers
terhadap perkalian.
Sehingga (iii) terbukti.

∴ Berdasarkan 𝑖 sampai (iii) maka ℚ √2 = 𝑎 + 𝑏 2 ∶ 𝑎, 𝑏 ∈ ℚ


adalah subfield dari ℝ terbukti.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

IDEAL

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Ideal

Definisi Ideal

Suatu Subring S dari R dikatakan:

(i) Ideal kanan dari R jika ∀𝑎 ∈ 𝑆, dan 𝑟 ∈ 𝑅, maka 𝑎𝑟 ∈ 𝑆


(ii) Ideal kiri dari R jika ∀𝑎 ∈ 𝑆, dan 𝑟 ∈ 𝑅, maka 𝑟𝑎 ∈ 𝑆
(iii) Ideal dua sisi atau suatu ideal jika S adalah ideal
kanan juga ideal kiri atau jika ∀𝑎 ∈ 𝑆, dan ∀𝑟 ∈ 𝑅, maka
𝑎𝑟 ∈ 𝑆 dan 𝑟𝑎 ∈ 𝑆

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Ideal

Lanjutan…
Untuk membuktikan bahwa sebuah Subset S adalah ideal
dalam ring R maka harus memenuhi:
(i) S ≠ ∅; S ⊆ 𝑅
(ii) Untuk setiap a, b ∈ S, Subring test
berlaku a − b ∈ S dan 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝑆;
*langkah 𝒂 × 𝒃 dapat dilewatkan karena dapat di cek pada langkah ke (iii)
iii. 𝑟𝑎 ∈ 𝑆, 𝑎𝑟 ∈ 𝑆, ∀r ∈ R, a ∈ S

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Ideal

Lanjutan…

Dari definisi, jelas bahwa:


{0} dan R adalah ideal dari sebarang ring R. Ideal seperti
ini disebut “trivial” atau ideal “tak murni (improper ideal)”.
Ideal selain {0} dan R disebut ideal murni (proper ideal).
Jika ring R dengan unit kesatuan (unkes) 𝑒 dan 𝐼 adalah
ideal di R yang memuat 𝑒 maka 𝑒 ∈ 𝐼 dan 𝑟 ∈ 𝑅 yang
memuat unkes adalah ring R itu sendiri.
Untuk ring komutatif, ideal kiri juga merupakan ideal
kanan dari ring tersebut.
Ring yang tidak mempunyai ideal disebut ring sederhana.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh - contoh Ideal


Contoh 1
Diketahui bahwa nℤ merupakan subring. Untuk sembarang bilangan
bulat positif n, buktikan himpunan nℤ = {0, ±n, ±2n, … } merupakan
ideal dari ℤ.
Bukti:
(i) Akan dibuktikan 𝒂𝒓 ∈ 𝒏ℤ
Ambil sembarang 𝑟 ∈ ℤ, 𝑎 ∈ 𝑛ℤ → 𝑎 = 𝑛𝑞
Akan dibuktikan 𝑎𝑟 ∈ 𝑛ℤ maka kita peroleh
𝑎𝑟 = 𝑛𝑞 𝑟 = 𝑛(𝑞𝑟) ∈ 𝑛ℤ (memenuhi ideal kanan)
(ii) Akan dibuktikan 𝒓𝒂 ∈ 𝒏ℤ
Ambil sembarang 𝑟 ∈ ℤ, 𝑎 ∈ 𝑛ℤ → 𝑎 = 𝑛𝑞
Akan dibuktikan 𝑟𝑎 ∈ 𝑛ℤ maka kita peroleh
𝑟𝑎 = 𝑟 𝑛𝑞 = 𝑛(𝑟𝑞) ∈ 𝑛ℤ (memenuhi ideal kiri)

Karena (i) dan (ii) terpenuhi maka terbukti bahwa nℤ =


{0, ±n, ±2n, … } merupakan ideal dari ℤ

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh - contoh Ideal


Contoh 2
𝒂 𝟎
Tunjukkan bahwa 𝑵 = ; 𝒂, 𝒃 ∈ ℤ adalah ideal kiri tetapi bukan ideal kanan pada ring
𝒃 𝟎
𝒂 𝒃
𝑴 𝟐, ℤ = ; 𝒂, 𝒃, 𝒄, 𝒅 ∈ ℤ terhadap penjumlahan dan perkalian matriks.
𝒄 𝒅
Bukti :

Akan ditunjukkan terlebih dahulu bahwa N adalah subring


1) Akan dibuktikan 𝐍 ≠ ∅
0 0
Ambil sembarang 𝐴 ∈ 𝑁 dengan 𝑎 = 𝑏 = 0 ,anggota Z 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 A = . Maka, kita
0 0
peroleh 𝑵 ≠ ∅.
2) 𝑵 ⊆ 𝑴(𝟐, ℤ) sudah jelas
𝑎 0 𝑐 0
3) Untuk setiap 𝐀, 𝐁 ∈ 𝑵 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒍𝒂𝒌𝒖 𝑨 − 𝑩 ∈ 𝑵 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 A = dan B =
𝑏 0 𝑑 0
−𝑐 0 𝑎 0 −𝑐 0 𝒂−𝒄 𝟎
Negatif dari 𝐵 adalah ∈ 𝑁, sehingga A − B = + = ∈𝑵
−𝑑 0 𝑏 0 −𝑑 0 𝒃−𝒅 𝟎

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh - contoh Ideal


Lanjutan…
4) * Akan ditunjukkan bahwa U𝐴 ∈ 𝑁, ∀𝑈 ∈ 𝑀 2, ℤ , 𝐴 ∈ 𝑁
𝑝 𝑞
Ambil sembarang U ∈ 𝑀 2, ℤ dengan 𝑈 = dan A ∈ N dengan
𝑟 𝑠
𝑎 0
A= maka:
𝑏 0
𝑝 𝑞 𝑎 0 𝑝𝑎 + 𝑞𝑏 0
U𝐴 = = ∈𝑁
𝑟 𝑠 𝑏 0 𝑟𝑎 + 𝑠𝑏 0
Maka terbukti 𝑁 adalah ideal kiri.
𝑝 𝑞
**Ambil sembarang U ∈ 𝑀 2, ℤ dengan 𝑈 = dan A ∈ N dengan
𝑟 𝑠
𝑎 0 𝑎 0 𝑝 𝑞 𝑎𝑝 𝑎𝑞
N= maka AU = = 𝑏𝑝 𝑏𝑞 ∉ 𝑁
𝑏 0 𝑏 0 𝑟 𝑠
Maka terbukti 𝑁 bukan ideal kanan.
Dari hasil * dan ** dapat disimpulkan bahwa N merupakan ideal kiri
tetapi bukan ideal kanan.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Jenis-jenis Ideal

1. Ideal Utama
2. Ideal Prima
3. Ideal Maksimal

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

1. Ideal Utama (Principal Ideal)

Defenisi :
Misalkan R adalah suatu ring komutatif dengan elemen
kesatuan, suatu ideal I dari ring R dikatakan ideal
utama jika ∃ 𝒂 ∈ 𝑰 𝒔𝒆𝒅𝒆𝒎𝒊𝒌𝒊𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝑰 = 𝒂 =
𝒓𝒂| 𝒓 ∈ 𝑹 dalam hal ini a disebut pembangun atau
generator.
Contoh:
1. 2ℤ, +,× adalah suatu ideal utama dari Ring ℤ, +,×
dengan generator 2, sebab 2ℤ = 2 = 2𝑧 | 𝑧 ∈ ℤ .
2. 𝐼 = {0 ത , 3ത , 6ത , 9ത } , merupakan ideal utama dari Ring
Z12 , +12 , x12
dengan generator 3ത atau 𝐼 = 3ത

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Ring Ideal Utama

Defenisi :
Suatu ring komutatif dengan elemen kesatuan, dimana
setiap idealnya adalah ideal utama disebut ring ideal
utama
Contoh:
1. Setiap ideal di ℤ, +,× berbentuk nℤ = 𝑛 yang
merupakan ideal utama dengan generator n. Jadi ℤ
adalah ring ideal utama.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh Ring Ideal Utama


Contoh 2
Tunjukkan bahwa 𝒁𝟏𝟐, +𝟏𝟐, 𝒙𝟏𝟐 adalah ring ideal utama
Subring-Subring dari 𝐙𝟏𝟐 , +𝟏𝟐 , 𝐱 𝟏𝟐
a. I1 = 0ത , merupakan ideal utama dengan generator 0ത atau I1 = 0ത
b. ത 1,
I2 = {0, ത 2,
ഥ … , 11}, merupakan ideal utama dengan generator 1ത atau I2 = 1ത
c. ത 6ത , merupakan ideal utama dengan generator 6ത atau I3 = 6ത
I3 = 0,
d. ത 4ത , 8
I4 = 0, ത , merupakan ideal utama dengan generator 4ത dan 8ത atau I4 = 4ത atau I4 =
8ത
e. ത 3,
I5 = {0, ത 6,ത 9},
ത merupakan ideal utama dengan generator 3ത atau I5 = 3ത
f. ത 2,
I6 = 0, ത 4ത , 6,
ത 8,
ത 10 , merupakan ideal utama dengan generator 2ത atau I6 = 2ത

Karena semua subring dari 𝒁𝟏𝟐, +𝟏𝟐, 𝒙𝟏𝟐 adalah ideal utama maka 𝒁𝟏𝟐 , +𝟏𝟐 , 𝒙𝟏𝟐 disebut
ring ideal utama

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

2. Ideal Prima

Defenisi:
Misalkan R suatu ring komutatif, dan P suatu ideal dalam R, P disebut ideal
prima jika dan hanya jika ∀ 𝒂, 𝒃 ∈ 𝑹, 𝒂𝒃 ∈ 𝑷, 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒂 ∈ 𝑷 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒃 ∈ P

Contoh:
1. {0}, +,× suatu ideal prima dari ring komutatif ℤ, +,×
2. Ideal P = 5ℤ = 5𝑥 | 𝑥 ∈ ℤ adalah ideal prima dari ring komutatif ℤ, +,× ,
sebab jika 𝒂, 𝒃 ∈ ℤ, 𝒂𝒃 ∈ P maka 5|𝑎𝑏 dan karenanya 5|𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑢 5|𝑏 , artinya 𝒂 ∈
𝑷 𝒂𝒕𝒂𝒖 𝒃 ∈ 𝑷
3. Ideal 4ℤ = 4𝑥 | 𝑥 ∈ ℤ bukan ideal prima dari ring komutatif ℤ, +,× ,
sebab 4 = 2 × 2 ∈ 4ℤ, 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝𝑖 2 ∉ 4ℤ
4. Ideal P = 𝑝ℤ = 𝑝𝑥 | 𝑥 ∈ ℤ adalah ideal prima di ℤ, dengan p adalah bilangan
prima.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

3. Ideal Maksimal
Definisi:
Ideal 𝑴 di ring 𝑹 disebut ideal maksimal jika 𝑴 ≠ 𝑹 dan
𝑴 sedemikian sehingga 𝑴 ⊆ 𝑰 ⊆ 𝑹. Dengan 𝑰 ideal
maka 𝑰 = 𝑴 atau 𝑰 = 𝑹.
Contoh: Jawab:
Apakah ideal berikut merupakan ideal a. ya, karena 2ℤ ⊆ 𝐼 ⊆ ℤ dan 2ℤ tidak
maksimal dari ring ℤ, +,× ? termuat di ideal lainnya selain di ℤ.
a. 2ℤ, +,× b. ya, karena 3ℤ ⊆ 𝐼 ⊆ ℤ dan 3ℤ tidak
b. 3ℤ, +,× termuat di ideal lainnya selain di ℤ.
c. 4ℤ, +,× c. bukan, karena 4ℤ karena ideal
d. 5ℤ, +,× tersebut termuat dalam 2ℤ.
e. 6ℤ, +,× d. ya, karena 5ℤ ⊆ 𝐼 ⊆ ℤ dan 5ℤ tidak
2ℤ = … − 8, −6, −4, −2, 0, 2, 4, 6, 8 … termuat di ideal lainnya selain di ℤ.
3ℤ = … − 12, −9, −6, −3, 0, 3, 6, 9, 12 … e. bukan, karena 6ℤ karena ideal
4ℤ = … , −12, −8, −4, 0, 4, 8, 12, … tersebut termuat dalam 2ℤ dan 3ℤ.
5ℤ = … − 15, −10, −5, 0, 5, 10, 15 …
6ℤ = … − 18, −12, −6, 0, 6, 12, 18 …
KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD
Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Contoh Ideal Maksimal


Apakah ideal berikut merupakan ideal maksimal dari ring
ℤ12 , +12 ,×12 ?
a. ത 3,
{0, ത 6, ത 9},ത +12 ,×12
b. {0ത , 2ത , 4ത , 6ത , 8ത , 10}, +12 ,×12
c. {0ത , 6ത }, +12 ,×12
d. ത 4ത , 8},
{0, ത +12 ,×12

Jawab:
Untuk menentukan semua ideal
maksimal dari ℤ12 , perhatikan
gambar berikut.

Gambar di atas merupakan gambar diagram dari ideal-ideal dari ℤ12 . Jika kita perhatikan, ideal
proper dari ℤ12 adalah ⟨0⟩, ⟨6⟩, ⟨4⟩, ⟨3⟩ dan ⟨2⟩ . Ideal ⟨0⟩, ⟨6⟩, dan ⟨4⟩ jelas bukan ideal
maksimal dari ℤ12 karena ideal-ideal tersebut termuat dalam ⟨2⟩ . Sehingga, dapat kita
pastikan bahwa ideal maksimal dari ℤ12 adalah ⟨3⟩ dan ⟨2⟩. Jadi, yang termasuk ideal maksimal
adalah {0, ത 3,
ത 6,
ത 9},
ത +12 ,×12 dan {0,
ത 2,
ത 4ത , 6,
ത 8,
ത 10}, +12 ,×12 , sementara {0,
ത 6},
ത +12 ,×12 dan
ത 4ത , 8},
{0, ത +12 ,×12 bukanlah ideal maksimal.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema pada Ideal Maksimal


Misalkan ℤ adalah suatu Ring terhadap operasi penjumlahan dan
perkalian, dan 𝑰 suatu ideal dalam ℤ, maka 𝑰 adalah suatu ideal maksimal
dari ℤ jika dan hanya jika 𝑰 dihasilkan oleh suatu bilangan prima.
Bukti:
Misal 𝐼 adalah ideal yang dihasilkan suatu elemen ℤ, maka 𝐼 merupakan ideal utama dalam ℤ, dan setiap
ideal dalam ℤ adalah ideal utama.
⇐ akan dibuktikan bahwa jika 𝐼 = 𝑘 dengan 𝑘 suatu bilangan prima, maka 𝐼 adalah ideal maksimal.
Untuk menunjukkan bahwa 𝐼 adalah ideal maksimal, maka akan diperlihatkan bahwa 𝐼 tidak termuat
dalam ideal yang lain kecuali 𝐼 dan ℤ sendiri.
Andaikan ada ideal lain dalam ℤ yang memuat 𝐼,
misal 𝑀 dengan 𝑀 ≠ 𝑍 dan 𝑀 ≠ 𝐼, maka 𝑀 adalah ideal utama dalam ℤ.
Misal 𝑀 adalal ideal yang dibangun oleh suatu elemen 𝑛 dalam ℤ
𝑀 = 𝑛 , karena 𝐼 ⊂ 𝑀, atau 𝑘 ⊂ 𝑛 maka diperoleh 𝑘 = 𝑎𝑛, untuk suatu bilangan bulat 𝑎.
Diketahui bahwa 𝑘 adalah suatu bilangan prima, maka haruslah 𝑛 = 1 atau 𝑛 = 𝑘
Sehingga jika 𝑛 = 1 maka
𝑛 = 1 sehingga 𝑀 = 𝑍
Selanjutnya jika 𝑛 = 𝑘 maka
𝑛 = 𝑘 sehingga 𝑀 = 𝐼
Dapat kita simpulkan bahwa pengandaian tersebut salah, seharusnya tidak ada ideal lain dalam ℤ yang
memuat 𝐼, artinya 𝐼 adalah ideal maksimal dalam ℤ.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema pada Ideal Maksimal


⟹ Akan dibuktikan jika 𝐼 = 𝑘 ideal maksimal maka 𝑘 adalah bilangan prima.
Andaikan 𝑘 bukan bilangan prima, yaitu 𝑘 suatu bilangan komposit, maka 𝑘
dapat dinyatakan sebagai
𝑘 = 𝑎. 𝑏, 𝑎 ≠ 1 dan 𝑏 ≠ 1.
Misal ada ideal utama yang dihasilkan oleh 𝑎 adalah 𝑃, 𝑃 = 𝑎
Maka 𝐼 ⊆ 𝑃 ⊆ ℤ.
Dan misalkan ideal utama yang dihasilkan oleh 𝑏 adalah 𝑄, 𝑄 = 𝑏
maka 𝐼 ⊆ 𝑄 ⊆ ℤ.
𝐼 ⊆ 𝑃 ⊆ ℤ dan 𝐼 ⊆ 𝑄 ⊆ ℤ menunjukkan bahwa 𝐼 termuat dalam ideal 𝑃 dan 𝑄,
hal ini kontradiksi dengan yang diketahui sebelumnya, bahwa 𝐼 adalah ideal
maksimal.
Maka jelaslah pengandaian bahwa 𝑘 bukan bilangan prima adalah salah,
seharusnya adalah 𝑘 merupakan bilangan prima.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema

Apabila 𝑰𝟏 dan 𝑰𝟐 masing-masing adalah Ideal dari R,


maka 𝑰𝟏 ∩ 𝑰𝟐 adalah suatu Ideal dalam R.

Bukti:
𝐼1 adalah ideal dari Ring R, maka terhadap operasi
pertama, 𝐼1 merupakan subgrup dari R. Begitu juga
dengan 𝐼2 juga merupakan subgrup dari R. Sehingga
𝐼1 ∩ 𝐼2 adalah subgrup dari R.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema
Sehingga berlaku:
∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐼1 ∩ 𝐼2 , berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ 𝐼1 ∩ 𝐼2
Ambil sembarang elemen 𝑎 ∈ 𝐼1 ∩ 𝐼2 maka
𝑎 ∈ 𝐼1 dan 𝑎 ∈ 𝐼2

Kemudian ambil sembarang 𝑟 ∈ 𝑅 dan 𝑎 ∈ 𝐼1 ,


dengan 𝐼1 adalah ideal dari R, maka pasti berlaku
𝑎𝑟 ∈ 𝐼1 dan 𝑟𝑎 ∈ 𝐼1

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Teorema

Dengan cara yang sama, 𝑎 ∈ 𝐼2 , dengan 𝐼2 adalah sebuah


ideal dari R, maka pasti dipenuhi untuk
𝑎𝑟 ∈ 𝐼2 dan 𝑟𝑎 ∈ 𝐼2

Karena:
𝑎𝑟 ∈ 𝐼1 dan 𝑎𝑟 ∈ 𝐼2 maka 𝑎𝑟 ∈ 𝐼1 ∩ 𝐼2
𝑟𝑎 ∈ 𝐼1 dan 𝑟𝑎 ∈ 𝐼2 , maka 𝑟𝑎 ∈ 𝐼1 ∩ 𝐼2
Terbukti bahwa 𝐼1 ∩ 𝐼2 adalah Ideal dari R.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

DAERAH
INTEGRAL

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

LATIHAN YUK …

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral Latihan Bersama
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Latihan Bersama
𝑎 𝑏
1. Jika M = 𝐻 = ; 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 , yaitu ring dari himpunan semua matriks
0 𝑎 0 𝑏
bertipe 2 × 2 atas R. Himpunan N = 𝑏 ∈ 𝑅 merupakan ideal dari
0 0
R. Buktikan!
Bukti :
1) Akan dibuktikan 𝐍 ≠ ∅
0 𝑏
Ambil sembarang 𝐴 ∈ 𝑁 dengan A = maka kita peroleh N ≠ ∅.
0 0
2) N tertutup terhadap penjumlahan
0 𝑥 0 𝑦
Ambil sembarang 𝐴, 𝐵 ∈ 𝑁 dengan A = dan B = maka:
0 0 0 0
0 𝑥 0 𝑦 0 𝑥+𝑦
A+B= + = ∈ 𝑁. Maka N tertutup terhadap
0 0 0 0 0 0
operasi penjumlahan.
3) Untuk setiap 𝐀 ∈ 𝑵, −𝑨 ∈ 𝑵
0 −𝑥
Negatif dari A adalah ∈𝑁
0 0

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral Latihan Bersama
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Latihan Bersama
Lanjutan…
3) * Akan ditunjukkan bahwa 𝐇𝑨 ∈ 𝑵, ∀𝑯 ∈ 𝑴, 𝑨 ∈ 𝑵
𝑥 𝑦
Ambil sembarang H ∈ 𝑀 dengan 𝐻 = , 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅 dan A ∈ N dengan A =
0 𝑥
0 𝑏
, 𝑏 ∈ 𝑅 maka:
0 0
𝑥 𝑦 0 𝑏 0 𝑥𝑏
H𝐴 = = ∈𝑁
0 𝑥 0 0 0 0
Maka terbukti 𝑁 adalah ideal kiri.
**Akan ditunjukkan bahwa 𝑨𝑯 ∈ 𝑵, ∀𝑯 ∈ 𝑴, 𝑨 ∈ 𝑵
𝑥 𝑦
Ambil sembarang H ∈ 𝑀 dengan 𝐻 = , 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑅 dan A ∈ N dengan A =
0 𝑥
0 𝑏
, 𝑏 ∈ 𝑅 maka:
0 0
0 𝑏 𝑥 𝑦 0 𝑥𝑏
AH = = ∈𝑁
0 0 0 𝑥 0 0
Maka terbukti 𝑁 adalah ideal kanan.
Dari hasil * dan ** dapat disimpulkan bahwa N merupakan Ideal

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral Latihan Bersama
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Latihan Bersama
2. Misalkan 𝑅 = {𝑎, 𝑏, 𝑐, 𝑑} terhadap operasi ⨁ dan
operasi ⨂ yang didefinisikan oleh tabel berikut ini merupakan
suatu Ring.

Apakah R merupakan pembagi nol, daerah integral, atau field?

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral Latihan Bersama
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Jawaban Latihan
Berdasarkan tabel tersebut, identitas 𝑅,⊕ adalah a,
sedangkan identitas 𝑅, ⨂ adalah b.
𝑥 ∈ 𝑅, 𝑥 ≠ 𝑎 disebut pembagi nol jika ada
𝑦 ∈ 𝑅. 𝑦 ≠ 𝑎 sedemikian sehingga 𝑥⨂𝑦 = 𝑎.

Berdasarkan tabel kanan, tidak ditemukan operasi


yang hasilnya demikian, sehingga R bukan ring
pembagi nol (sebab tidak memiliki pembagi nol).
Dengan kata lain, R adalah daerah integral.

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral Latihan Bersama
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

Jawaban Latihan
Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa R adalah field (ring
pembagi yang komutatif). Berarti, kita perlu
menunjukkan (R,⨁) dan (R−0,⨂) grup abelian dan berlaku sifat
distributif. Berdasarkan informasi pada soal, R ring
sehingga (R,⨁) grup abelian dan sifat distributif telah terpenuhi
(tidak perlu ditunjukkan lagi).
Perhatikan tabel (R−a,⨂) berikut.

(R−a,⨂) merupakan grup abelian karena berlaku sifat tertutup,


asosiatif, memiliki identitas yaitu b, dan setiap elemen memiliki
invers (𝑏 −1 = 𝑏, 𝑐 −1 = 𝑑, 𝑑 −1 = 𝑐), serta bersifat komutatif.
Jadi, R adalah field.
KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD
Keterhubungan Ideal
Simpul
Daerah Integral
Keterhubungan Sisi
Field dan Subfield

TERIMA KASIH

KELOMPOK 4 IDEAL, DAERAH INTEGRAL, FIELD, SUBFIELD


01 RING
POLINOMIAL
POLINOMIAL ATAS RING
Definisi:
Diberikan R suatu ring komutatif dan membentuk himpunan
sebagai berikut :

R[x] = {σ𝑛𝑖=0 𝑎𝑖 𝑥 𝑖 |𝑛 ∈ ℕ ∪ {0}, dengan 𝑎𝑖 ∈ R, 𝑖 = 1,2, . . 𝑛}

R[x] disebut dengan himpunan polinomial atas R dengan


indeterminate x.

Jika R ring komutatif, dan 𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 dimana 𝑎𝑛 ≠ 0


adalah polynomial di R[x], maka 𝑛 disebut derajat dari 𝑓(𝑥) dan 𝑎𝑛
disebut leading coefficient dari 𝑓(𝑥).
Apabila terdapat polinomial 𝑓(𝑥) = 𝑎0, artinya 𝑓(𝑥) tidak memiliki
derajat atau bentuk tersebut bersifat konstan.
POLINOMIAL ATAS RING
CONTOH POLINOMIAL ATAS RING

1. Jika R = (ℝ, +, .) adalah ring komutatif, maka akan terbentuk ring polinomial
ℝ [x] = {σ𝑛𝑖=0 𝑎𝑖 𝑥 𝑖 |𝑛 ∈ ℕ ∪ {0}, 𝑎𝑖 ∈ ℝ, 𝑖 = 1,2, . . 𝑛} yang beranggotakan semua
polinomial dengan koefisien di ℝ dengan indeterminate x.

2. Diberikan ring ℝ dan polinomial 𝑓 𝑥 = 2𝑥 3 + 𝑥 2 + 10𝑥 + 1 dan


g 𝑥 = 𝑥 2 + 5𝑥 + 1 .Tentukan :
• Derajat pada 𝑓 𝑥 dan g 𝑥
• Leading coeffcient pada 𝑓 𝑥 dan g 𝑥

JAWABAN:

• derajat pada 𝑓 𝑥 = 3 dan g 𝑥 = 2


• Leading coeffcient pada 𝑓 𝑥 = 2 dan g 𝑥 = 1
POLINOMIAL ATAS RING
5. Sebutkan beberapa polinom atas 𝑍3 yang berderajat 2!

𝑥2 𝑥2 + 𝑥 𝑥 2 + 2𝑥
𝑥2 + 1 𝑥 2 + 𝑥 +1 𝑥 2 + 2𝑥 + 1
𝑥2 + 2 𝑥2 + 𝑥 + 2 𝑥 2 + 2𝑥 + 2

6. Apakah 2𝑥 2 + 1 termasuk polinom atas 𝑍3 yang berderajat 2?

Ya

7. Sebutkan polinom lain atas 𝑍3 ?

𝑥7 + 2
02
POLINOMIAL
MONIC
POLINOMIAL MONIC
DEFINISI
Suatu polinomial f(x) atas R yang memuat elemen kesatuan dan leading coefficient nya
adalah elemen kesatuan dari R disebut polinomial monic.

CONTOH:
1. Apakah (2Z, +, .) dapat membentuk sebuah polinomial monic?
Tidak, karena tidak memuat elemen kesatuan.

2. Apakah (𝑍3 , +, .) dapat membentuk sebuah polinomial monic?


Ya, karena memuat elemen identitas.

3. Sebutkan semua polinomial monic yang berderajat 2 atas 𝑍3 !


𝑥2 𝑥2 + 𝑥 𝑥 2 + 2𝑥
𝑥2 + 1 𝑥2 + 𝑥 + 1 𝑥 2 + 2𝑥 + 1
𝑥2 + 2 𝑥2 + 𝑥 + 2 𝑥 2 + 2𝑥 + 2
Jumlahnya ada 9 buah atau bisa ditulis 32 = 9
POLINOMIAL MONIC
4. Berapa banyak polinomial monic yang berderajat 3 atas 𝑍4 !

Jumlahnya ada 64 buah atau bisa ditulis 43 = 64

5. Tentukan polinomial monic dari f x = 3𝑥 4 + 4𝑥 2 + 6𝑥 + 2 ∈ 𝑄[𝑥]!


4 2
f x monic = 𝑥 4 + 𝑥 2 + 2𝑥 +
3 3

6. Tentukan polinomial monic dari f x = 3𝑥 4 + 4𝑥 2 + 6𝑥 + 2 ∈ 𝑍7 [𝑥 ]


4 2
𝑓7 (𝑥) monic = 𝑥 4 + 𝑥 2 + 2𝑥 +
3 3 2
3
, 3 dikali berapa yang
hasilnya 2 di 𝑍7

4
, 3 dikali berapa yang
3
hasilnya 4 di 𝑍7

Sehingga diperoleh 𝑓7 (𝑥)monic = 𝑥 4 + 6𝑥 2 + 2𝑥 + 3 ∈ 𝑍7 [𝑥]


KESAMAAN

03 DUA
POLINOMIAL
KESAMAAN DUA POLINOMIAL
DEFINISI
Dua polinomial atas ring R, 𝑓(𝑥) dan 𝑔(𝑥) dikatakan sama jika seluruh koefisien dari 𝑥 yang
berderajat sama adalah sama.

CONTOH
3
1. 𝑓 𝑥 = 4𝑥 2 + 2𝑥 + 𝜖 𝑄 [𝑥]
4

𝑓 𝑥 =𝑔 𝑥
8 6 9
𝑔 𝑥 = 𝑥2 + 𝑥 + 𝜖 𝑄 [𝑥]
2 3 12

3
2. 𝑓 𝑥 = 5𝑥 2 + 3𝑥 + 2 𝜖 𝑄 [𝑥]

𝑓 𝑥 ≠𝑔 𝑥
10 3 9 9
𝑔 𝑥 = 𝑥 + 𝑥 + 𝜖 𝑄 [𝑥]
2 3 6
KESAMAAN DUA POLINOMIAL
CONTOH
ത 3 + 6ത 𝑥 4 𝜖 ℤ7 [𝑥]
3. 𝑓 𝑥 = 2ത − 3ത 𝑥 + 4ത 𝑥 2 − 5𝑥
𝑓 𝑥 =𝑔 𝑥
𝑔 𝑥 = −5ത + 4ത 𝑥 − 3ത 𝑥 2 + 2ത 𝑥 3 − 𝑥 4 𝜖 ℤ7 [𝑥]

4. 𝑓 𝑥 = 𝑥 + 𝑥 3 𝜖 ℤ2 [𝑥]
𝑓 𝑥 ≠𝑔 𝑥
𝑔 𝑥 = 𝑥 + 𝑥 5 𝜖 ℤ2 [𝑥]

untuk 𝑥 = 0ത → 𝑓 0ത = 0ത
𝑔 0ത = 0ത
Walaupun nilai fungsinya sama
untuk 𝑥 = 1 → 𝑓 1ത = 0ത
𝑔 1ത = 0ത
OPERASI
PENJUMLAHAN
04 DAN
PERKALIAN
ATAS R[X]
OPERASI PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN ATAS R[X]
Misalkan:
𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 ∈ 𝑅[𝑋]
𝑔 𝑥 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑥 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚 ∈ 𝑅[𝑋]

Untuk 𝑛 ≥ 𝑚, didefinisikan:
𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑏0 + 𝑏1 𝑥 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚
𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 𝑎0 + 𝑏0 ) + (𝑎1 + 𝑏1 )𝑥 + (𝑎2 +𝑏2 )𝑥 2 + ⋯ + (𝑎𝑚 +𝑏𝑚 )𝑥 𝑚 + 𝑎𝑚+1 𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛

𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 . 𝑏0 + 𝑏1 𝑥 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚
𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 = 𝑎0 . 𝑏0 + 𝑎0 . 𝑏1 + 𝑎1 . 𝑏0 𝑥 + 𝑎0 . 𝑏2 + 𝑎1 . 𝑏1 + 𝑎2 . 𝑏0 𝑥 2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘 + ⋯ + (𝑎𝑛 . 𝑏𝑚 )

Dengan 𝑐𝑘 (koefisien dari 𝑥 𝑘 ) = 𝑎0 . 𝑏𝑘 + 𝑎1 . 𝑏𝑘−1 + ⋯ + 𝑎𝑘 . 𝑏0 = σ𝑘𝑗=0 𝑎𝑗 𝑏𝑘−𝑗


OPERASI PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN ATAS R[X]
CONTOH
Tentukan 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 dan 𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 jika diketahui:

1 2
𝑓 𝑥 = 2 + 3𝑥 − 4𝑥 3 ∈ 𝑍5 𝑥 𝑓 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 ∈ 𝑍7 𝑥
g 𝑥 = −3 + 4𝑥 2 ∈ 𝑍5 [𝑥] g 𝑥 = 𝑥 − 5 ∈ 𝑍7 [𝑥]

3
𝑓 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 ∈ 𝑄 [𝑥]
g 𝑥 = 𝑥 − 5 ∈ 𝑄 [𝑥]
OPERASI PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN ATAS R[X]

JAWABAN

1. 𝑓 𝑥 = 2 + 3𝑥 − 4𝑥 3 ∈ 𝑍5 [𝑥] dan g 𝑥 = −3 + 4𝑥 2 ∈ 𝑍5 𝑥
• 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 2 + 3𝑥 − 4𝑥 3 + −3 + 4𝑥 2
= 2 ⊕ (−3) + 3𝑥 + 4𝑥 2 − 4𝑥 3
= −1 + 3𝑥 + 4𝑥 2 − 4𝑥 3
= 4 + 3𝑥 + 4𝑥 2 + 𝑥 3 ∈ 𝑍5 [𝑥]

• 𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 = 2 + 3𝑥 − 4𝑥 3 × −3 + 4𝑥 2
= 2 ⊗ −3 + 2 ⊗ 0 + 3 ⊗ −3 𝑥 + 2 ⊗ 4 + 3 ⊗ 0 + 0 ⊗ −3 x 2 +
2 ⊗ 0 + 3 ⊗ 4 + 0 ⊗ 0 + −4 ⊗ −3 x 3 + −4 ⊗ 4 x 3+2
= −1 − 4𝑥 + 3𝑥 2 + 4𝑥 3 − 1𝑥 5
= 4 + 𝑥 +3𝑥 2 + 4𝑥 3 + 4𝑥 5 ∈ 𝑍5 [𝑥]
OPERASI PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN ATAS R[X]

JAWABAN

2. 𝑓 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 ∈ 𝑍7 [𝑥] dan g 𝑥 = 𝑥 − 5 ∈ 𝑍7 𝑥
• 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 + 𝑥 − 5
= 3x 3 + 4x 2 + x + 3 ⊕ −5
= 3x 3 + 4x 2 + x + −2
= 3x 3 + 4x 2 + x + 5 ∈ 𝑍7 𝑥

• 𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 . 𝑥 − 5
= 3𝑥 4 + 4𝑥 3 + 3𝑥 + 3 ⊗ −5 𝑥 3 + 4 ⊗ −5 𝑥 2 + 3 ⊗ −5
= 3𝑥 4 + 4𝑥 3 + 3𝑥 + −1 𝑥 3 + −6 𝑥 2 + −1
= 3𝑥 4 + 4𝑥 3 + −1 𝑥 3 + −6 𝑥 2 + 3𝑥 + −1
= 3𝑥 4 + 3𝑥 3 + 𝑥 2 + 3𝑥 + 6 ∈ 𝑍7 𝑥
OPERASI PENJUMLAHAN DAN PERKALIAN ATAS R[X]

JAWABAN

3. 𝑓 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 ∈ 𝑄[𝑥] dan g 𝑥 = 𝑥 − 5 ∈ 𝑄 𝑥
• 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 + 𝑥 − 5
= 3x 3 + 4x 2 + x − 2 ∈ 𝑄 𝑥

• 𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 = 3𝑥 3 + 4𝑥 2 + 3 . 𝑥 − 5
= 3𝑥 4 − 15𝑥 3 + 4𝑥 3 − 20𝑥 2 + 3𝑥 − 15
= 3𝑥 4 − 11𝑥 3 − 20𝑥 2 + 3𝑥 − 15 ∈ 𝑄 [𝑥]
05 TEOREMA 1
TEOREMA 1

Misalkan 𝑹 suatu ring komutatif.


𝑹[𝒙] adalah himpunan semua polinomial atas ring 𝑹 dengan operasi
penjumlahan dan perkalian, maka 𝑹[𝒙] suatu ring komutatif.
TEOREMA 1
Ambil sebarang 𝑓(𝑥), 𝑔(𝑥), ℎ(𝑥) ∈ 𝑅[𝑥]
BUKTI
𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 𝑎 , 𝑎 , … , 𝑎 ∈ 𝑅
0 1 𝑛
𝑔 𝑥 = 𝑏0 + 𝑏1𝑥 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚 ቑ 𝑏0 , 𝑏1 , … , 𝑏𝑚 ∈ 𝑅
ℎ 𝑥 = 𝑐0 + 𝑐1𝑥 + 𝑐2𝑥 2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘 𝑐0, 𝑐1, … , 𝑐𝑘 ∈ 𝑅

1. (𝑹[𝒙], +) grup abelian, sebab:

i. Memenuhi sifat tertutup, yaitu:


Ambil sebarang 𝑓(𝑥), 𝑔(𝑥) ∈ 𝑅[𝑥] dengan 𝑚 > 𝑛, maka
𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 𝑎0 + 𝑏0 + 𝑎1 + 𝑏1 𝑥 + 𝑎2 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑏𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚

Karena 𝑅 ring komutatif, maka 𝑅 memenuhi sifat tertutup.

Sehingga 𝑎0 + 𝑏0 = 𝑑0 ∈ 𝑅, 𝑎1 + 𝑏1 = 𝑑1 ∈ 𝑅, 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑑2 ∈ 𝑅, … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 = 𝑑𝑛 ∈ 𝑅
Diperoleh: 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 𝑑0 + 𝑑1𝑥 + 𝑑2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑑𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑑𝑛+1𝑥 𝑛+1 + ⋯ + 𝑑𝑚 𝑥 𝑚 ∈ 𝑅

∴ 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 ∈ 𝑅[𝑥]
TEOREMA 1
BUKTI

ii. Memenuhi sifat asosiatif, yaitu:

Ambil sebarang 𝑓(𝑥), 𝑔(𝑥), ℎ(𝑥) ∈ 𝑅[𝑥] dengan 𝑘 > 𝑚 > 𝑛, maka

𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑎0 + 𝑏0 + 𝑎1 + 𝑏1 𝑥 + 𝑎2 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑏𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚
+ 𝑐0 + 𝑐1𝑥 + 𝑐2𝑥 2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘

𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 + ℎ 𝑥 = 𝑎0 + 𝑏0 + 𝑐0 + 𝑎1 + 𝑏1 + 𝑐1 𝑥 + 𝑎2 + 𝑏2 + 𝑐2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 + 𝑐𝑛 𝑥 𝑛
+ 𝑏𝑛+1 + 𝑐𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + ⋯ + (𝑏𝑚 +𝑐𝑚 )𝑥 𝑚 + (𝑐𝑚+1)𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘

NEXT…
TEOREMA 1
BUKTI

Karena 𝑎0 , 𝑎1 , … , 𝑎𝑛 , 𝑏0 , 𝑏1 , … , 𝑏𝑚 , 𝑐0, 𝑐1, … , 𝑐𝑘 ∈ 𝑅 dan 𝑅 ring komutatif maka berlaku sifat asosiatif
sehingga diperoleh:

𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 + ℎ 𝑥 = 𝑎0 + (𝑏0 + 𝑐0 ) + 𝑎1 + (𝑏1 +𝑐1 )𝑥 + 𝑎2 + (𝑏2 +𝑐2) 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 + (𝑏𝑛 +𝑐𝑛 )𝑥 𝑛 +


(𝑏𝑛+1 +𝑐𝑛+1)𝑥 𝑛+1 + ⋯ + (𝑏𝑚 +𝑐𝑚 )𝑥 𝑚 + (𝑐𝑚+1)𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘
𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 + ℎ 𝑥 = (𝑎0 +𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 ) +

𝑏0 + 𝑐0 + 𝑏1 + 𝑐1 𝑥 + 𝑏2 + 𝑐2 𝑥 2 + ⋯ + (𝑏𝑚 +𝑐𝑚 )𝑥 𝑚 + (𝑐𝑚+1 )𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘


𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 + ℎ 𝑥 = (𝑎0 +𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 ) +

(𝑏0 + 𝑏1 𝑥 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚 ) + 𝑐0 + 𝑐1𝑥 + 𝑐2𝑥 2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘

𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥

∴ 𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 =𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥
TEOREMA 1
iii. 𝑅[𝑥] memiliki elemen nol, yaitu ∃ 0 𝑥 = 0 + 0𝑥 + 0𝑥 2 + ⋯ + 0𝑥 𝑛 ∈ 𝑅[𝑥] dan
BUKTI
sembarang 𝑎𝑖 ∈ 𝑅 berlaku
0 + 𝑎𝑖 = 𝑎𝑖 + 0 = 𝑎𝑖 , untuk 𝑖 = 0, 1, 2, … , 𝑛 (𝑅 ring komutatif).
Sehingga 0 𝑥 = 0 + 0𝑥 + 0𝑥 2 + ⋯ + 0𝑥 𝑛
Ambil 𝑓(𝑥) ∈ 𝑅[𝑥] dengan 𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 sedemikian sehingga
• 0 𝑥 + 𝑓 𝑥 = (0 + 𝑎0 ) + (0 + 𝑎1 )𝑥 + (0 + 𝑎2 )𝑥 2 + ⋯ + (0 + 𝑎𝑛 )𝑥 𝑛
0 𝑥 + 𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
0 𝑥 + 𝑓 𝑥 = 𝑓(𝑥)
• f 𝑥 + 0(𝑥) = (𝑎0 + 0) + (𝑎1 + 0)𝑥 + (𝑎2 + 0)𝑥 2 + ⋯ + (𝑎𝑛 + 0)𝑥 𝑛
f 𝑥 + 0 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
f 𝑥 + 0 𝑥 = 𝑓(𝑥)
Sehingga berlaku 0 𝑥 + 𝑓 𝑥 = 𝑓 𝑥 + 0 𝑥 = 𝑓(𝑥)
∴ Terdapat 0 𝑥 = 0 + 0𝑥 + 0𝑥 2 + ⋯ + 0𝑥 𝑛 ∈ 𝑅[𝑥]
TEOREMA 1
BUKTI

iv. 𝑅[𝑥] memiliki elemen negative, yaitu:

Karena 𝑎0 , 𝑎1 , … , 𝑎𝑛 ∈ 𝑅 dan 𝑅 ring komutatif maka

∃−𝑎0 , −𝑎1 , … , −𝑎𝑛 ∈ 𝑅 sehingga


−𝑎0 − 𝑎1 𝑥 − 𝑎2 𝑥 2 − ⋯ − 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 = − 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛

= −𝑓(𝑥)

∴ ∀𝑓 𝑥 ∈ 𝑅 𝑥 , ∃ − 𝑓(𝑥) ∈ 𝑅[𝑥] sedemikian sehingga 𝑓 𝑥 − 𝑓 𝑥 = −𝑓 𝑥 + 𝑓 𝑥 = 0(𝑥)


TEOREMA 1
BUKTI

v. 𝑅[𝑥] bersifat komutatif, yaitu:

Ambil sembarang 𝑓 𝑥 , 𝑔 𝑥 ∈ 𝑅 𝑥 dengan 𝑚 > 𝑛

Karena R ring komutatif 𝑎0 + 𝑏0 = 𝑏0 + 𝑎0 , 𝑎1 + 𝑏1 = 𝑏1 + 𝑎1 , 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑏2 + 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 = 𝑏𝑛 + 𝑎𝑛 .

Sehingga
𝑓 𝑥 + 𝑔 𝑥 = 𝑎0 + 𝑏0 + 𝑎1 + 𝑏1 𝑥 + 𝑎2 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 + 𝑏𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑏𝑛+1𝑥 𝑛+1 + ⋯ + 𝑏𝑚
= 𝑏0 + 𝑎0 + 𝑏1 + 𝑎1 𝑥 + 𝑏2 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑛 + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑏𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚

=𝑔 𝑥 +𝑓 𝑥
∴𝑓 𝑥 +𝑔 𝑥 = 𝑔 𝑥 +𝑓 𝑥

Berdasarkan i, ii, iii, iv, dan v dapat disimpulkan bahwa (𝑹[𝒙], +) grup abelian.
TEOREMA 1
BUKTI

2. Akan ditunjukkan (𝑹[𝒙],×) semigrup, sebab:

i. Memenuhi sifat tertutup, yaitu:


Karena 𝑅 ring komutatif, maka berlaku sifat tertutup terhadap operasi perkalian dan
penjumlahan. Sehingga 𝑎𝑖 𝑏𝑗 ∈ 𝑅, 𝑎𝑖 + 𝑏𝑗 ∈ 𝑅 dengan 𝑖, 𝑗 = 0, 1, … , 𝑛, … , 𝑚(𝑚 > 𝑛)
Diperoleh
𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 + 𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 𝑥 + 𝑎2 𝑏0 + 𝑎1 𝑏1 + 𝑎0 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑥 𝑙 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑥 𝑛+𝑚
𝑗
Dengan 𝑒𝑙 = σ𝑖=0 𝑎𝑖 𝑏𝑗−𝑖
𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 = 𝑑0 + 𝑑1 𝑥 + 𝑑2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑑𝑛 𝑥 𝑛 + 𝑑𝑛+1 𝑥 𝑛+1 + ⋯ + 𝑑𝑚 𝑥 𝑚 ∈ 𝑅
∴ 𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 ∈ 𝑅[𝑥]
TEOREMA 1
BUKTI

ii. Memenuhi sifat asosiatif, yaitu:


Ambil sembarang 𝑓 𝑥 , 𝑔 𝑥 , ℎ 𝑥 ∈ 𝑅 𝑥 , maka

𝑓 𝑥 ×𝑔 𝑥 ×ℎ 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 + 𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 𝑥 + 𝑎2 𝑏0 + 𝑎1 𝑏1 + 𝑎0 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑥 𝑙 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑥 𝑛+𝑚 ×
𝑐0 + 𝑐1𝑥 + 𝑐2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘
𝑓 𝑥 ×𝑔 𝑥 × ℎ 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 𝑐0 + 𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 𝑐0 𝑥 + 𝑎2 𝑏0 + 𝑎1 𝑏1 + 𝑎0 𝑏2 𝑐0 𝑥 2 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑐0 𝑥 𝑙 + ⋯ +
𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑐0 𝑥 𝑛+𝑚 + 𝑎0 𝑏0 𝑐1 + 𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 𝑐1𝑥 + 𝑎2 𝑏0 + 𝑎1 𝑏1 + 𝑎0 𝑏2 𝑐1𝑥 2 + ⋯ +
𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑐𝑘 𝑥 𝑛+𝑚+𝑘

Karena 𝑅 suatu ring komutatif, maka ∀𝑎 ∈ 𝑅 berlaku sifat asosiatif sehingga diperoleh
𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 × ℎ 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 𝑐0 + 𝑎0 𝑏1 𝑐0 + 𝑏0 𝑐1 𝑥 + 𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑐𝑘 𝑥 𝑛+𝑚+𝑘
𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 × ℎ 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 𝑏0 𝑐0 + 𝑏1 𝑐0 + 𝑏0 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑐𝑘 𝑥 𝑚+𝑘
𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 × ℎ 𝑥 = 𝑓(𝑥) × 𝑔(𝑥) × ℎ(𝑥)

Berdasarkan i dan ii maka dapat disimpulkan bahwa (𝑹[𝒙],×) semi grup.


TEOREMA 1
BUKTI

3. (𝑹[𝒙], +,×) memenuhi sifat distributive × terhadap +, sebab:


𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 ×
𝑏0 + 𝑐0 + 𝑏1 + 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑏𝑚 + 𝑐𝑚 𝑥 𝑚 + 𝑐𝑚+1 𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘

𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 + 𝑐0 + 𝑏1 + 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑏𝑚 + 𝑐𝑚 𝑥 𝑚 + 𝑐𝑚+1 𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘 +
𝑎1𝑥 𝑏0 + 𝑐0 + 𝑏1 + 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑏𝑚 + 𝑐𝑚 𝑥 𝑚 + 𝑐𝑚+1 𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘 + ⋯ +
𝑎𝑛 𝑥 𝑛 𝑏0 + 𝑐0 + 𝑏1 + 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑏𝑚 + 𝑐𝑚 𝑥 𝑚 + 𝑐𝑚+1 𝑥 𝑚+1 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑥 𝑘

NEXT…
TEOREMA 1
BUKTI

Karena 𝑅 ring komutatif, maka ∀𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝑅 berlaku sifat distributif sehingga

𝑎0 𝑏0 + 𝑎0 𝑐0 + 𝑎1𝑏0 + 𝑎1 𝑐0 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏0 + 𝑎𝑛 𝑐0 + 𝑎0 𝑏1 + 𝑎0 𝑐1 𝑥 +
𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 =
𝑎1 𝑏1 + 𝑎1 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏1 + 𝑎𝑛 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑛 + 𝑎𝑛 𝑐𝑛 𝑥 𝑛

𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 + 𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 𝑥 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑥 𝑙 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑥 𝑛+𝑚 +
𝑎0 𝑐0 + 𝑎1 𝑐0 + 𝑎0 𝑐1 𝑥 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑥 𝑙 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑐𝑘 𝑥 𝑛+𝑘

𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑓(𝑥) × 𝑔 𝑥 + 𝑓(𝑥) × ℎ 𝑥
∴𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 +ℎ 𝑥 = 𝑓(𝑥) × 𝑔 𝑥 + 𝑓(𝑥) × ℎ 𝑥

Berdasarkan 1, 2, dan 3 dapat disimpulkan bahwa 𝑹[𝒙] suatu ring.


TEOREMA 1
BUKTI

4. Akan ditunjukkan 𝑹[𝒙] ring komutatif


Ambil sembarang 𝑓 𝑥 , 𝑔 𝑥 ∈ 𝑅 𝑥 , maka:

𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 = 𝑎0 𝑏0 + 𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 𝑥 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑥 𝑙 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑥 𝑛+𝑚

Karena R ring komutatif, maka berlaku sifat komutatif pada operasi perkalian, sehingga berlaku
𝑎𝑖 𝑏𝑗 = 𝑏𝑗 𝑎𝑖 , ∀𝑖, 𝑗 = 0,1,2, … , 𝑛, … , 𝑚 𝑚 > 𝑛

𝑓 𝑥 × 𝑔 𝑥 = 𝑏0 𝑎0 + 𝑏0 𝑎1 + 𝑏1 𝑎0 𝑥 + ⋯ + 𝑒𝑙 𝑥 𝑙 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑎𝑛 𝑥 𝑚+𝑛
= 𝑔(𝑥) × 𝑓(𝑥)

Berdasarkan 1, 2, 3, dan 4 dapat disimpulkan bahwa 𝑹[𝒙] suatu ring komutatif.


06 TEOREMA 2
TEOREMA 2

Jika R suatu ring komutatif dengan elemen kesatuan 𝒆𝑹 maka


𝑹 𝒙 ring komutatif dengan elemen kesatuan 𝒆𝑹
TEOREMA 2
BUKTI

Berdasarkan teorema sebelumnya yang mengatakan bahwa jika R suatu ring komutatif maka
𝑅 𝑥 suatu ring komutatif.

Adib 𝑅 𝑥 memiliki elemen kesatuan 𝑒𝑅 𝑥 ≠ 0(𝑥).


Karena R suatu ring komutatif dengan elemen kesatuan 𝑒 ≠ 0, maka ∀𝑎 ∈ 𝑅 berlaku 𝑒𝑅 . 𝑎 = 𝑎. 𝑒𝑅 = 𝑎
Ambil sembarang 𝑓(𝑥) ∈ 𝑅 𝑥 dengan 𝑓(𝑥)=𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 , 𝑎0 , 𝑎1 , … 𝑎𝑛 ∈ 𝑅
Karena R suatu ring komutatif,maka ∀𝑎 ∈ 𝑅 berlaku 𝑒𝑅 . 𝑎 = 𝑎. 𝑒𝑅 = 𝑎
perhatikan bahwa 𝑓(𝑥)=𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
𝑒𝑅 . 𝑓(𝑥)=𝑒𝑅 𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
=(𝑒𝑅 . 𝑎0 ) + (𝑒𝑅 . 𝑎1 )𝑥+(𝑒𝑅 . 𝑎2 )𝑥 2 + ⋯ + (𝑒𝑅 . 𝑎𝑛 )𝑥 𝑛
=(𝑒𝑅 +0𝑥 + 0𝑥 2 + ⋯ + 0𝑥 𝑛 )(𝑎0 + 𝑎1𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 )
=𝑒𝑅 𝑥 . 𝑓(𝑥)
Akibatnya, 𝑒𝑅 = 𝑒𝑅 (𝑥)
Sehingga ∃𝑒𝑅 ∈ 𝑅 𝑥 ∋ ∀𝑓(𝑥) ∈ 𝑅 𝑥 berlaku 𝑓 𝑥 . 𝑒𝑅 =𝑒𝑅 . 𝑓 𝑥 = 𝑓(𝑥)

∴Terbukti
07 TEOREMA 3
TEOREMA 3
Jika 𝑫 suatu daerah integral, maka 𝑫 𝒙 suatu daerah integral

BUKTI

Diketahui 𝐷 suatu daerah integral, artinya 𝐷 suatu ring komutatif dengan elemen
kesatuan 𝑒𝐷 ≠ 0 dan 𝐷 tidak memuat elemen pembagi nol.

Berdasarkan teorema sebelumnya yang mengatakan bahwa


Jika 𝐷 suatu ring komutatif maka 𝑅 𝑥 ring komutatif …(i)

NEXT..
TEOREMA 3
BUKTI

● Adit 𝑫 𝒙 memiliki elemen kesatuan 𝑒 𝑥 ≠ 0 𝑥


Karena 𝑫 suatu daerah integral, maka ∃ 𝑒𝐷 ∈ 𝑫 sds Ɐ 𝒂 ∈ 𝑫 berlaku

𝑒𝐷 . 𝒂 = 𝒂 . 𝑒𝐷 = 𝒂

Ambil sembarang 𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 ∈ 𝑫 𝒙 , dengan 𝑎0 , 𝑎1 , … , 𝑎𝑛 ∈ 𝑫


Maka 𝑓 𝑥 = (𝑒𝐷 . 𝑎0 ) + (𝑒𝐷 . 𝑎1 )𝑥 + (𝑒𝐷 . 𝑎2 )𝑥 2 + ⋯ + (𝑒𝐷 . 𝑎𝑛 )𝑥 𝑛
= 𝑒𝐷 (𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 )
= (𝑒𝐷 +0𝑥 + 0𝑥 2 + ⋯ + 0𝑥 𝑛 ) (𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛 )
= 𝑒 𝑥 .𝑓 𝑥

Sehingga, 𝑒 𝑥 ∈ 𝑫 𝒙 ∋ Ɐ 𝑓 𝑥 ∈ 𝑫 𝒙 berlaku 𝑓 𝑥 . 𝑒 𝑥 = 𝑒 𝑥 . 𝑓 𝑥 = 𝑓 𝑥
NEXT..
TEOREMA 3
BUKTI

● Adit 𝑫 𝒙 memiliki elemen pembagi nol


Ambil sembarang 𝑓 𝑥 ≠ 0 𝑥 , 𝑔 𝑥 ≠ 0 𝑥 ∈ 𝑫 𝒙 dimana
𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛
𝑔 𝑥 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑥 + 𝑏2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑏𝑚 𝑥 𝑚
Dengan 𝑎𝑛 ≠ 0 dan 𝑏𝑚 ≠ 0

𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 = (𝑎0 . 𝑏0 ) + (𝑎1 𝑏0 + 𝑎0 𝑏1 )𝑥 + (𝑎2 𝑏0 + 𝑎1 𝑏1 + 𝑎0 𝑏2 )𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛 𝑏𝑚 𝑥 𝑛+𝑚

Karena 𝑎𝑛 , 𝑏𝑚 ∈ 𝑫. Dan 𝑫 suatu daerah integral, maka 𝑎𝑛 . 𝑏𝑚 ≠ 0


Sehingga 𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 ≠ 0 𝑥
Karena 𝑓 𝑥 ≠ 0, 𝑔 𝑥 ≠ 0 ∈ 𝑫 𝒙 dengan 𝑎𝑛 ≠ 0 , 𝑏𝑚 ≠ 0 maka berlaku
𝑓 𝑥 . 𝑔 𝑥 ≠ 0 sehingga 𝑫 𝒙 tidak memuat elemen pembagi nol

‫ 𝒙 𝑫 ؞‬suatu daerah integral


08 TEOREMA 4
TEOREMA 4
Jika R field, maka tidak selalu R[x] merupakan field

CONTOH

Diperhatikan bahwa ℚ merupakan field, namun ℚ[𝑥] bukan merupakan field, karena
1
elemen 𝑥 ∈ ℚ[𝑥] tidak memiliki invers terhadap perkalian di ℚ[𝑥], yaitu = 𝑥 −1 ∉ ℚ[𝑥].
𝑥
09
ALGORITMA
PEMBAGIAN
TEOREMA ALGORITMA PEMBAGIAN UNTUK POLINOMIAL

Jika 𝒇(𝒙) dan 𝒈(𝒙) adalah polinomial-polinomial di 𝑭 𝒙 dengan 𝒈(𝒙) ≠ 𝟎, maka


ada dengan tunggal polinomial 𝐪 𝒙 , 𝒓(𝒙) ∈ 𝑭[𝒙] sedemikian sehingga:

𝒇(𝒙) = 𝒈(𝒙). 𝒒(𝒙) + 𝒓(𝒙)

dengan :
𝒈 𝒙 =pembagi
𝒒(𝒙) =hasil bagi
𝐫 𝒙 =sisa pembagian f(x) oleh g(x)
𝒓 𝒙 = 0 atau deg r(x)< deg g(x)
TEOREMA ALGORITMA PEMBAGIAN UNTUK POLINOMIAL

BUKTI

Misalkan 𝑓 𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + ⋯ + 𝑎𝑚 𝑥 𝑚 dan 𝑔 𝑥 = 𝑏0 + 𝑏1 𝑥 + ⋯ + 𝑏𝑛 𝑥 𝑛

Karena 𝑔(𝑥) ≠ 0 , maka dapat diasumsikan bahwa 𝑏𝑛 ≠ 0 dengan demikian deg 𝑔 𝑥 = 𝑛 .


Teorema ini trivial untuk 𝑓 𝑥 = 0 [gunakan 𝑞 𝑥 = 0 dan 𝑟 𝑥 = 0]. Oleh karena itu, asumsikan
juga bahwa 𝑎𝑚 ≠ 0 sehingga deg 𝑓 𝑥 = 𝑚.

(i)Pertama akan dibuktikan bahwa adanya keberadaan 𝑞(𝑥) dan 𝑟(𝑥) dengan menggunakan
induksi pada 𝑚.
Jika 𝑚 < 𝑛, maka 𝑓 𝑥 = 𝑔 𝑥 . 0 + 𝑓(𝑥) memberikan representasi yang dibutuhkan; artinya
diperoleh 𝑞 𝑥 = 0 dan 𝑟 𝑥 = 𝑓(𝑥).

Selanjutnya asumsikan bahwa 𝑚 ≥ 𝑛. Jika 𝑚 = 0, maka 𝑓 𝑥 = 𝑎0 dan 𝑔 𝑥 = 𝑏0 . Pada kasus


ini 𝑎0 = 𝑏0 . 𝑏0−1𝑎0 + 0; sehingga diperoleh 𝑞(𝑥) = 𝑏0−1𝑎0 dan 𝑟 𝑥 = 0.
NEXT..
TEOREMA ALGORITMA PEMBAGIAN UNTUK POLINOMIAL
𝒂𝒎 𝒃−𝟏
𝒏 𝒙
𝒎−𝒏
BUKTI
𝒂𝒎 𝒙𝒎 + ⋯ 𝒃𝒏 𝒙𝒏 + ⋯
𝒃𝒏 𝒙𝒏 + ⋯

𝒇𝟏 (𝒙)

Misalkan 𝑓1 𝑥 = 𝑓 𝑥 − 𝒂𝒎 𝒃𝒏−𝟏 𝒙𝒎−𝒏 𝑔(𝑥), maka deg 𝑓1 𝑥 < deg 𝑓(𝑥). Hal ini dikarenakan:
Term tertinggi pada 𝑔 𝑥 adalah 𝑏𝑛 𝑥 𝑛 , dan term tertinggi pada hasil kali 𝑔(𝑥)𝑎𝑚 𝑏𝑛−1 𝑥 𝑚−𝑛
adalah 𝑎𝑚 𝑥 𝑚 . Karena 𝑎𝑚 𝑥 𝑚 juga merupakan term tertinggi pada 𝑓 𝑥 , maka diketahui
bahwa derajat dari 𝑓 𝑥 − 𝑔(𝑥)𝑎𝑚 𝑏𝑛−1 𝑥 𝑚−𝑛 ≤ 𝑓(𝑥).

Oleh karena itu, melalui hipotesis induksi, terdapat polinomial 𝑞1 𝑥 dan 𝑟1 𝑥 , sehingga
𝑓1 𝑥 = 𝑔 𝑥 𝑞1 𝑥 + 𝑟1 𝑥 , dengan 𝑟1 𝑥 = 0 atau deg 𝑟1 𝑥 < deg 𝑔(𝑥).
Hal ini mengakibatkan
𝑓 𝑥 − 𝑎𝑚 𝑏𝑛−1𝑥 𝑚−𝑛 𝑔 𝑥 = 𝑔 𝑥 𝑞1 𝑥 + 𝑟1 𝑥
𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥)[ 𝑎𝑚 𝑏𝑛−1 𝑥 𝑚−𝑛 + 𝑞1 𝑥 ] + 𝑟1 𝑥
Jadi, diperoleh 𝑞 𝑥 = 𝑎𝑚 𝑏𝑛−1 𝑥 𝑚−𝑛 + 𝑞1 𝑥 dan 𝑟 𝑥 = 𝑟1 𝑥 . Ini membuktikan keberadaan dari
𝑞(𝑥) dan 𝑟(𝑥) NEXT..
TEOREMA ALGORITMA PEMBAGIAN UNTUK POLINOMIAL

BUKTI

(ii) Untuk membuktikan bahwa polynomial 𝑞 𝑥 dan r 𝑥 adalah tunggal,


Asumsikan bahwa 𝑞∗ 𝑥 dan 𝑟 ∗ 𝑥 juga merupakan polinomial-polinomial atas field F,
sehingga 𝑓 𝑥 = 𝑔(𝑥)𝑞∗ 𝑥 + 𝑟 ∗ 𝑥 dengan 𝑟 ∗ 𝑥 = 0 atau 𝑑𝑒𝑔 𝑟 ∗ 𝑥 < 𝑑𝑒𝑔 𝑔(𝑥)

Maka 𝑔 𝑥 𝑞 𝑥 + 𝑟 𝑥 = 𝑔 𝑥 𝑞∗ 𝑥 + 𝑟 ∗ 𝑥
dan 𝑔 𝑥 [𝑞 𝑥 − 𝑞∗ 𝑥 ] = 𝑟 ∗ 𝑥 − 𝑟(𝑥)

Karena derajat dari 𝑟 ∗ 𝑥 − 𝑟(𝑥) lebih kecil dari derajat 𝑔 𝑥 , maka haruslah 𝑞 𝑥 − 𝑞∗ 𝑥 = 0
sehingga 𝑞 𝑥 = 𝑞∗ 𝑥

Ruas kiri pada persamaan itu adalah nol atau derajatnya paling sedikit 𝑔 𝑥
Sehingga
𝒒 𝒙 = 𝒒∗ 𝒙 dan 𝒓 𝒙 = 𝒓∗ 𝒙
TEOREMA ALGORITMA PEMBAGIAN UNTUK POLINOMIAL
1. 𝑓 𝑥 = 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1 ∈ 𝑄 𝑥
CONTOH 𝑔 𝑥 = 2𝑥 − 1 ∈𝑄𝑥
Jawab: 1 3 1
𝑥3 + 𝑥2 + 𝑥 − 𝑥 → 𝑞 𝑥
2 4 8
2𝑥 − 1 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1
2𝑥 4 − 𝑥 3
𝑥3 + 𝑥2 − 𝑥 + 1
1
𝑥3 − 2 𝑥2

3 2
𝑥 −𝑥+1
2
3 2 3
2
𝑥 − 4𝑥

1
−4𝑥 + 1
1 1
− 𝑥+
4 8

7
𝑟(𝑥) ← 8
TEOREMA ALGORITMA PEMBAGIAN UNTUK POLINOMIAL

CONTOH
2. 𝑓 𝑥 = 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1 ∈ 𝑧7 𝑥
𝑔 𝑥 = 2𝑥 − 1 ∈ 𝑧7 𝑥
Jawab:
𝑥 3 + 4𝑥 2 + 6𝑥 + 6 →𝑞 𝑥

2𝑥 − 1 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1
2𝑥 4 − 𝑥 3

𝑥3 + 𝑥2 − 𝑥 + 1
𝑥 3 − 4𝑥 2

5𝑥 2 − 𝑥 + 1
5𝑥 2 − 6𝑥

5𝑥 + 1
5𝑥 − 6

𝑟(𝑥) ← 0
NILAI POLINOMIAL

Diberikan 𝒇 𝒙 ∈ 𝑭 𝒙 , jika indeterminate 𝒙 diganti oleh 𝒄 maka 𝒇 𝒙 = 𝒇 𝒄 ∈ 𝑭

Contoh

𝑓 𝑥 = 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1 ∈ 𝑧5 𝑥
4 2
𝑓 3 = 2 3 + 3 − (3) + 1
=2+4−3+1
=4
10
TEOREMA
SISA
TEOREMA SISA
Jika 𝒇(𝒙) ∈ 𝑭[𝒙] dan 𝒄 ∈ 𝑭, maka sisa pembagian f(x) oleh 𝒙 − 𝒄 adalah 𝒇 𝒄 .

BUKTI

Berdasarkan teorema algoritma pembagian:

𝑓 𝑥 = 𝑔 𝑥 𝑞 𝑥 + 𝑟(𝑥) dengan 𝑟 𝑥 = 0 atau deg 𝑟 𝑥 < deg 𝑔(𝑥)

Misalkan 𝑥 − 𝑐 = 𝑔(𝑥) ∈ 𝐹[𝑥],


Karena deg 𝑥 − 𝑐 = 1, sehingga deg 𝑟 𝑥 = 0 (konstan)
𝑓 𝑥 = 𝑥 − 𝑐 𝑞 𝑥 + 𝑟, dengan 𝑟 ∈ 𝐹
Substitusikan c untuk x:
𝑓 𝑐 = 𝑐−𝑐 𝑞 𝑥 +𝑟=𝑟
TEOREMA SISA
CONTOH
Tentukan sisa ketika𝑓 𝑥 = 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1 ∈ 𝑧7 𝑥 dibagi oleh 𝑔 𝑥 = 2𝑥 − 1 ∈ 𝑧7 𝑥
Jawab:
Cara 1: Menggunakan Teorema Algoritma Pembagian
TEOREMA SISA
CONTOH
Tentukan sisa ketika𝑓 𝑥 = 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1 ∈ 𝑧7 𝑥 dibagi oleh 𝑔 𝑥 = 2𝑥 − 1 ∈ 𝑧7 𝑥
Jawab:
Cara 2: Menggunakan Teorema Sisa

2𝑥 − 1 = 0
2𝑥 = 1 2 4 ∈ ℤ7 [𝑥] = 1 ∈ ℤ7 [𝑥]

𝑓 𝑥 = 2𝑥 4 + 𝑥 2 − 𝑥 + 1
𝑓 4 = 2(4)4 + (4)2 −(4) + 1
𝑓(4) = 1 + 2 − 4 + 1
𝑓(4) = 0

Jadi, sisa pembagian f(x) oleh g(x) adalah 0 dengan c = 4.


11
TEOREMA
FAKTOR
TEOREMA FAKTOR
Jika 𝒇 𝒙 ∈ 𝑭[𝒙] dan 𝒄 ∈ 𝑭 maka 𝒙 − 𝒄 adalah faktor dari 𝒇 𝒙 jika dan hanya jika
𝒇 𝒄 = 𝟎.
BUKTI

⇒ Akan ditunjukkan jika 𝑥 − 𝑐 adalah faktor dari 𝑓 𝑥 maka 𝑓 𝑐 = 0.


𝑓 𝑥 = 𝑥 − 𝑐 𝑞 𝑥 + 𝑟 𝑥 , ∀𝑞(𝑥) ∈ 𝐹[𝑥]
𝑓 𝑥 = 𝑥−𝑐 𝑞 𝑥 +0
𝑓 𝑥 = 𝑥−𝑐 𝑞 𝑥
𝑓 𝑐 = 𝑐−𝑐 𝑞 𝑐
𝑓 𝑐 =0

(⇐) Akan ditunjukkan jika 𝑓 𝑐 = 0 maka 𝑥 − 𝑐 adalah faktor dari 𝑓 𝑥 .


Berdasarkan teorema sisa 𝑓 𝑐 = 𝑟 𝑐 , diketahui 𝑓 𝑐 = 0 sehingga 𝑟 𝑐 = 0
maka diperoleh bentuk 𝑓 𝑥 = 𝑥 − 𝑐 𝑞(𝑥) yang berarti bahwa 𝑥 − 𝑐 adalah
faktor dari 𝑓 𝑥 .
TEOREMA FAKTOR
CONTOH

1. Apakah (𝑥 + 2) ∈ R[x] adalah faktor dari 𝑥 3 2. Apakah (𝑥 − 2) ∈ 𝑍5 [x] adalah faktor dari
+ 8𝑥 2 + 6𝑥 − 8 ∈ R[x] ? 2𝑥 5 − 3𝑥 4 − 4𝑥 3 + 3𝑥 ∈ 𝑍5 [x] ?
Jawab: Jawab:
𝑓 𝑥 = 𝑥 3 + 8𝑥 2 + 6𝑥 − 8 ∈ R x , maka 𝑓 𝑥 = 2𝑥 5 − 3𝑥 4 − 4𝑥 3 + 3𝑥 ∈ 𝑍5 [x], maka
𝑓 −2 = (−2)3 +8(−2)2 +6 −2 − 8 𝑓 2 = 2(2)5 −3 2 4
−4 2 3
+ 3(2)
= −8 + 32 − 12 − 8 =4−3−2+1
=4 ≠0 =0
Sehingga, (𝑥 + 2) ∈ R[x] bukan merupakan Jadi, (𝑥 − 2) ∈ 𝑍5 [x] adalah faktor dari
faktor dari 2𝑥 5 − 3𝑥 4 − 4𝑥 3 + 3𝑥 ∈ 𝑍5 [x].
𝑥 3 + 8𝑥 2 + 6𝑥 − 8 ∈ R[x].
CONTOH SOAL

12 DAN
PEMBAHASAN
Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh Soal dan Pembahasan

NEXT…
Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh Soal dan Pembahasan
Contoh Soal dan Pembahasan
13
FAKTORISASI
POLINOMIAL
TEOREMA 36.1
Teorema 12.1 menjadi teorema paralel langsung pada teorema 36.1. Adapun teorema
12.1 yaitu :
Jika a dan b adalah bilangan bulat, keduanya bukan nol, maka terdapat bilangan
bulat positif d yang unik sedemikian rupa sehingga:
(a) 𝑑|𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑎|𝑑, 𝑑𝑎𝑛
(b) 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐|𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑐|𝑏, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑐|𝑑

Teorema 36.1
Jika 𝑎(𝑥) dan b(𝑥) adalah polinomial atas Field F, keduanya bukan polinomial nol,
maka terdapat polinomial monik d(𝑥) yang unik atas F sedemikian rupa sehingga:
(a) 𝑑(𝑥)|𝑎(𝑥)𝑑𝑎𝑛 𝑑(𝑥)|𝑏(𝑥), 𝑑𝑎𝑛
(b) 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑐(𝑥)𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑛𝑜𝑚𝑖𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑐(𝑥)|𝑎(𝑥) 𝑑𝑎𝑛 𝑐(𝑥)|𝑏(𝑥), 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑐(𝑥)|𝑑(𝑥)

Polinomial d(𝑥) dalam teorema disebut greatest common divisor (gcd) dari 𝑎(𝑥) dan
b(𝑥). sama seperti dalam kasus bilangan bulat, keberadaan gcd ditunjukkan dengan
menggunakan Algoritma Euclidean (dalam kasus ini dengan polinomial) NEXT..
TEOREMA 36.1
BUKTI

Pertama, asumsikan 𝑏(𝑥) ≠ 0, dengan menggunakan algorima pembagian, terdapat polinomial


unik pada 𝑞1 𝑥 dan 𝑟1 𝑥 , sehingga :
𝑎 𝑥 = 𝑏(𝑥)𝑞1 𝑥 + 𝑟1 𝑥 , dengan 𝑟1 𝑥 = 0 atau deg 𝑟1 𝑥 < deg b 𝑥
Jika 𝑟1 𝑥 = 0, maka 𝑏(𝑥)|𝑎 𝑥 ;sehingga d 𝑥 = 𝑏(𝑥) terpenuhi (a) dan (b).
Jika 𝑟1 𝑥 ≠ 0, maka gunakan algortima pembagian secara berulang (seperti pembuktian teorema
12.1:
𝑎 𝑥 = 𝑏(𝑥)𝑞1 𝑥 + 𝑟1 𝑥 , deg 𝑟1 𝑥 < deg b 𝑥
b 𝑥 = 𝑟1(𝑥)𝑞2 𝑥 + 𝑟2 𝑥 , deg 𝑟2 𝑥 < deg 𝑟1 𝑥
𝑟1 𝑥 = 𝑟2(𝑥)𝑞3 𝑥 + 𝑟3 𝑥 , deg 𝑟3 𝑥 < deg 𝑟2 𝑥
.
.
.
𝑟𝑘−2 𝑥 = 𝑟𝑘−1 (𝑥)𝑞𝑘 𝑥 + 𝑟𝑘 𝑥 , deg 𝑟𝑘 𝑥 < deg 𝑟𝑘−1 𝑥
𝑟𝑘−1 𝑥 = 𝑟𝑘 𝑥 𝑞𝑘+1 𝑥 NEXT…
TEOREMA 36.1
BUKTI

Maka disini dapat diketahui bahwa polinomial nol sebagai sisa karena deg 𝑟1(𝑥) > deg 𝑟2(𝑥) > deg
𝑟3(𝑥) >… Misalkan 𝑟𝑘 𝑥 dinotasikan sebagai sisa terakhir bukan nol. Bukti bahwa 𝑟𝑘 (𝑥) memenuhi
kedua persyaratan (a) dan (b) untuk 𝑑(𝑥) sepertihalnya sama pada pembuktian teorema 12.1 Jika
leading coefficient dari 𝑟𝑘 (𝑥) adalah 𝑟, maka 𝑟 −1. 𝑟𝑘 𝑥 adalah polynomial monik yang memenuhi
(a) dan (b).

Jika 𝑏 𝑥 = 0 dan 𝑎𝑛 adalah leading coefficient dari 𝑎(𝑥), maka 𝑎−1. 𝑎𝑘 𝑥 adalah polynomial monik
yang memenuhi kedua persyaratan (a) dan (b) untuk 𝑑(𝑥). Sehingga telah membuktikan bahwa
adanya gcd.Adapun pembuktian keunikan bergantung bpada persyaratan bahwa gcd adalah
polynomial monik.

NEXT…
TEOREMA 36.1
CONTOH

Algoritma pembagian digunakan untuk menghitung gcd dari 𝑎 𝑥 = 𝑥 4 − 𝑥 3 − 𝑥 2 + 1 dan 𝑏 𝑥


= 𝑥 3 − 1 dianggap sebagai polynomial atas F bilangan rasional.

𝑥 4 − 𝑥 3 − 𝑥 2 + 1 = (𝑥 3 −1) + (−𝑥 2 + 𝑥)
𝑥 3 − 1 = −𝑥 2 + 𝑥 −𝑥 − 1 + 𝑥 − 1
−𝑥 2 + 𝑥 = 𝑥 − 1 −𝑥
Maka, gcd adalah 𝑥 − 1

NEXT…
TEOREMA 36.2
Jika 𝒂 𝒙 dan 𝒃(𝒙) adalah polinom atas 𝑭[𝒙], 𝒂 𝒙 ≠ 𝟎, 𝒃 𝒙 ≠ 𝟎 dan 𝒅 𝒙
adalah faktor persekuan terbesar, maka terdapat polinomial 𝒖 𝒙 dan
𝒗 𝒙 atas 𝑭[𝒙] sedemikian sehingga 𝒅 𝒙 = 𝒂 𝒙 𝒖 𝒙 + 𝒃 𝒙 𝒗 𝒙

BUKTI

Misalkan:
𝑆 = 𝑎 𝑥 𝑚(𝑥) + 𝑏(𝑥)𝑛(𝑥)| 𝑚(𝑥), 𝑛(𝑥) ∈ 𝐹 𝑥
𝑅 = 𝑛 ∈ ℕ| 𝑑(𝑥) = deg 𝑠 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠 ∈ 𝑆

Dengan Well Ordering Axiom untuk ℕ, 𝑅 mempunyai sebuah elemen minimal 𝑘.


Misalkan 𝑑 𝑥 adalah sebuah polinomial monik berderajad 𝑘 di 𝑆
Karena 𝑑 𝑥 𝜖 𝑆 maka 𝑑(𝑥) dapat dinyatakan sebagai: 𝑑 𝑥 = 𝑎 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑏 𝑥 𝑣 𝑥 dengan
𝑢 𝑥 , 𝑣 𝑥 𝜖 𝐹 [𝑥]
NEXT..
TEOREMA 36.2
BUKTI

Dengan menggunakan algoritma pembagian, terdapat polinomial 𝑞 (𝑥) dan 𝑟(𝑥) sedemikian
sehingga:
𝑎(𝑥) = 𝑑(𝑥)𝑞(𝑥) + 𝑟(𝑥) dengan 𝑟(𝑥) = 0 atau 𝑑𝑒𝑔 𝑟(𝑥) < 𝑑𝑒𝑔 𝑑(𝑥)
Akibatnya,
𝑟(𝑥) = 𝑎(𝑥) − 𝑑(𝑥)𝑞(𝑥)
𝑟(𝑥) = 𝑎(𝑥) − 𝑎 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑏 𝑥 𝑣 𝑥 𝑞(𝑥)
𝑟(𝑥) = 𝑎 𝑥 1 − 𝑢 𝑥 + 𝑏 𝑥 −𝑣 𝑥 𝑞(𝑥)
Jadi 𝑟(𝑥) adalah kombinasi linear dari 𝑎(𝑥) dan 𝑏 𝑥 dan 𝑟(𝑥) ∈ 𝑆
Karena 𝑑(𝑥) adalah polinomial monik berderajad paling kecil di S sehingga:

𝑑𝑒𝑔 𝑟 𝑥 ≤ deg 𝑑(𝑥)

Tapi ini menjadi kontradiksi kecuali jika 𝑟(𝑥) = 0


Oleh karena itu 𝑑(𝑥) membagi 𝑎(𝑥) NEXT…
Berlaku juga untuk 𝑑(𝑥) membagi 𝑏(𝑥)
TEOREMA 36.2
BUKTI

Misalkan 𝑐(𝑥) adalah pembagi lain dari 𝑎(𝑥) dan 𝑏(𝑥) , maka:

𝑎 𝑥 = 𝑚 𝑥 𝑐 𝑥 𝑑𝑎𝑛 𝑏 𝑥 = 𝑛 𝑥 𝑐 𝑥 , untuk suatu 𝑚 𝑥 , 𝑛 𝑥 ∈ 𝐹[𝑥] maka:


𝑑𝑒𝑔 𝑑(𝑥) = 𝑑𝑒𝑔 𝑎 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑏 𝑥 𝑣 𝑥
𝑑𝑒𝑔 𝑑(𝑥) = 𝑑𝑒𝑔 𝑚(𝑥)𝑐(𝑥) 𝑢 𝑥 + 𝑛(𝑥)𝑐(𝑥)𝑣 𝑥
𝑑𝑒𝑔 𝑑(𝑥) = 𝑑𝑒𝑔 𝑐(𝑥) 𝑚(𝑥) 𝑢 𝑥 + 𝑛(𝑥)𝑣 𝑥
𝑑𝑒𝑔 𝑑(𝑥) = 𝑑𝑒𝑔 𝑐 𝑥 + 𝑑𝑒𝑔 𝑚(𝑥) 𝑢 𝑥 + 𝑛(𝑥)𝑣 𝑥

Sehingga jika 𝑐(𝑥) adalah pembagi lain dari 𝑎(𝑥) dan 𝑏(𝑥) maka 𝑑𝑒𝑔 𝑑 𝑥 ≥ deg 𝑐(𝑥)
Anggap 𝑑1 𝑥 adalah sembarang FPB di 𝑎(𝑥) dan 𝑏(𝑥).
Untuk membuktikan jika FPB tunggal maka akan ditunjukkan bahwa 𝑑1 𝑥 = 𝑑𝑒𝑔 𝑑(𝑥).

NEXT…
TEOREMA 36.2
BUKTI

Karena 𝑑1 𝑥 adalah faktor maka 𝑎(𝑥) = 𝑑1 𝑥 ℎ(𝑥) dan 𝑏 𝑥 = 𝑑1 𝑥 𝑖(𝑥) untuk suatu ℎ 𝑥 , 𝑖 𝑥 𝜖𝐹 𝑥
, sehingga:
𝑑 𝑥 = 𝑎 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑏 𝑥 𝑣 𝑥
𝑑 𝑥 = 𝑑1 𝑥 ℎ(𝑥) 𝑢 𝑥 + 𝑑1 𝑥 𝑖(𝑥) 𝑣 𝑥
𝑑 𝑥 = 𝑑1 𝑥 ℎ(𝑥) 𝑢 𝑥 + 𝑖(𝑥) 𝑣 𝑥
Dengan teorema 4.1 maka
deg 𝑑 𝑥 = deg 𝑑1 𝑥 + 𝑑𝑒𝑔 ℎ(𝑥) 𝑢 𝑥 + 𝑖(𝑥) 𝑣 𝑥
Karena 𝑑(𝑥) dan 𝑑1 𝑥 adalah FPB dari 𝑎(𝑥) dan 𝑏 𝑥 maka deg 𝑑 𝑥 = deg 𝑑1 𝑥
Ini berakibat bahwa deg ℎ 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑖 𝑥 𝑣 𝑥 = 0 sehingga ℎ 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑖 𝑥 𝑣 𝑥 haruslah sebuah
konstanta, yaitu ℎ 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑖 𝑥 𝑣 𝑥 = 𝑐(𝑥) untuk bilangan tak nol di F[x], sehingga
𝑑 𝑥 = 𝑑1 𝑥 𝑐(𝑥)

Tetapi karena 𝑑 𝑥 dan 𝑑1 𝑥 keduanya adalah polinomial monik , maka 𝑐(𝑥) = 1


Sehingga 𝑑 𝑥 = 𝑑1 𝑥 NEXT…
TEOREMA 36.2
CONTOH

−𝑥 2 + 𝑥 = 𝑥4 − 𝑥3 − 𝑥2 + 1 − 𝑥3 − 1 𝑥 − 1
𝑥−1 = 𝑥 3 − 1 − −𝑥 2 + 𝑥 −𝑥 − 1
𝑥−1= 𝑥 3 − 1 − 𝑥 4 − 𝑥 3 − 𝑥 2 + 1 − 𝑥 3 − 1 𝑥 − 1 −𝑥 − 1
𝑥−1= 𝑥 4 − 𝑥 3 − 𝑥 2 + 1 𝑥 + 1 + 𝑥 3 − 1 1 + (𝑥 − 1) −𝑥 − 1
𝑥−1= 𝑥 4 − 𝑥 3 − 𝑥 2 + 1 𝑥 + 1 + 𝑥 3 − 1 (−𝑥 2 + 2)

Sehingga 𝑑 𝑥 = 𝑥 − 1 = 𝑎 𝑥 𝑢 𝑥 + 𝑏 𝑥 𝑣 𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑢 𝑥 = 𝑥 + 1 𝑑𝑎𝑛 𝑣 𝑥 = −𝑥 2 + 2

NEXT…
CORROLLARY 1
Jika F field, 𝒂 𝒙 , 𝒃 𝒙 , 𝒑(𝒙) ∈ 𝑭[𝒙], 𝒑(𝒙) irreducible, dan 𝒑 𝒙 |𝒂 𝒙 𝒃(𝒙), maka
𝒑 𝒙 |𝒂(𝒙) atau 𝒑 𝒙 |𝒃(𝒙).

BUKTI Jika 𝑝(𝑥) ∤ 𝑎(𝑥) maka pembagi persekutuan terbesar dari 𝑝(𝑥) dan a(𝑥) adalah e yaitu
polinomial berderajat nol dengan koefisiennya adalah elemen kesatuan dari F.
Dengan demikian, jika 𝑝 𝑥 ∤ 𝑎 𝑥 , maka berdasarkan Teorema 36.2 terdapat
polinomial 𝑢(𝑥) dan 𝑣(𝑥) sehingga :
𝑒 = 𝑢 𝑥 𝑝 𝑥 + 𝑣 𝑥 𝑎(𝑥) (masing-masing ruas dikalikan 𝑏(𝑥))
𝑏 𝑥 = 𝑢 𝑥 𝑝 𝑥 𝑏(𝑥) + 𝑣 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏(𝑥)

Karena 𝑝 𝑥 |𝑝(𝑥) dan 𝑝 𝑥 |𝑎 𝑥 𝑏(𝑥) sehingga dapat disimpulkan bahwa


𝑝 𝑥 |[𝑢 𝑥 𝑝 𝑥 𝑏 𝑥 + 𝑣 𝑥 𝑎 𝑥 𝑏 𝑥 ] atau 𝑝 𝑥 |𝑏(𝑥).
Jadi, jika 𝑝 𝑥 ∤ 𝑎 𝑥 maka 𝑝 𝑥 |𝑏(𝑥).
CORROLLARY 2
Jika 𝐩 𝒙 , 𝒂𝟏 𝒙 , 𝒂𝟐 𝒙 , … , 𝒂𝒏 𝒙 adalah polynomial atas 𝑭, dengan p 𝒙 tidak
tereduksi dan 𝐩 𝒙 |𝒂𝟏 𝒙 , 𝒂𝟐 𝒙 , … , 𝒂𝒏 𝒙 , maka 𝐩 𝒙 |𝒂𝒊 𝒙 untuk semua 𝒊(𝟏 ≤ 𝒊 ≤ 𝒏).

CONTOH

2.1 Polinomial 𝑓 𝑥 = 𝑥 2 − 2 reducible atas R tetapi irreducible atas Q.

NEXT..
CORROLLARY 2
CONTOH

2.2 Polinomial 𝑓 𝑥 = 𝑥 2 ∓ 1 irreducible atas 𝑍3 tetapi reducible atas 𝑍5 .

NEXT…
CORROLLARY 2
CONTOH

Lanjutan jawaban contoh 2.2

NEXT…
UNIQUE FACTORIZATION THEOREM

Setiap polinomial derajat setidaknya satu atas field F dapat ditulis sebagai
elemen dari F produk dari polinomial monik tak tereduksi atas F, dan,
kecuali untuk urutan penulisan polinomialtak tereduksi ini, ini dapat
menjadi: dilakukan hanya dengan satu cara.
UNIQUE FACTORIZATION THEOREM
BUKTI

Misalkan 𝑆 menyatakan himpunan polinomial di atas 𝐹 yang berderajat paling sedikit satu dan itu
tidak dapat ditulis seperti yang dinyatakan.
Kami akan membuktikan bahwa 𝑆 kosong.
Jika tidak, maka dengan Prinsip Integer Terkecil (diterapkan pada himpunan derajat polinomial
di 𝑆) ada suatu polinomial dengan derajat positif terkecil di 𝑆;
𝑎(𝑥)menunjukkan suatu polinomial dan diasumsikan 𝑑𝑒𝑟 𝑎(𝑥) = 𝑛. Maka 𝑎(𝑥) tidak dapat direduksi,
sehingga dapat difaktorkan sebagai 𝑎(𝑥) = 𝑎1(𝑥)𝑎2 (𝑥), dimana 1 < 𝑑𝑒𝑟 𝑎1 (𝑥) < 𝑛 dan 1 < 𝑑𝑒𝑟 𝑎2 (𝑥) < 𝑛.
Dengan pilihan 𝑎(𝑥), 𝑎1 (𝑥), 𝑑𝑎𝑛 𝑎2 (𝑥), kita tahu 𝑎1 (𝑥) ∉ 𝑆 dan 𝑎2 (𝑥) ∉ 𝑆. Oleh karena itu 𝑎1 (𝑥), 𝑑𝑎𝑛 𝑎2 (𝑥)
masing-masing dapat ditulis sebagai suatu elemen dari 𝐹 produk dari polinomial monik tak
tereduksi, jadi hal yang sama berlaku untuk 𝑎(𝑥) = 𝑎1(𝑥)𝑎2 (𝑥). Ini bertentangan dengan fakta
bahwa 𝑎(𝑥) ∊ 𝑆 , dan oleh karena itu kami menyimpulkan bahwa 𝑆 harus kosong, seperti yang
dinyatakan.
NEXT…
UNIQUE FACTORIZATION THEOREM
CONTOH

Polinomial 3𝑥 4 − 3𝑥 2 − 6 dapat difaktorkan sebagai


3(𝑥 2 − 2)(𝑥 2 +1) di ℚ[𝑥]
3(𝑥 − 2)(𝑥 − 2)(𝑥 2 +1) 𝑑𝑖 ℝ[𝑥],
3(𝑥 − 2)(𝑥 − 2)(𝑥 + 𝑖)(𝑥 − 𝑖) dalam ℂ[𝑥]
Setiap faktor tidak dapat direduksi dalam konteksnya.

NEXT…
UNIQUE

14 FACTORIZATION
DOMAIN
DEFINISI 1
Domain integral D adalah domain faktorisasi unik dengan:
a) jika 𝒂 𝝐 𝑫, 𝒂 ≠ 𝟎, dan 𝒂 bukan satuan unit, maka 𝒂 dapat ditulis sebagai
perkalian elemen-elemen 𝑫 yang tak dapat direduksi
b) jika 𝒂 𝝐 𝑫, dan 𝒂 = 𝒑𝟏 𝒑𝟐… 𝒑𝒔 = 𝒒𝟏 𝒒𝟐… 𝒒𝒕 , di mana setiap 𝒑𝒊 dan setiap 𝒒𝒋
tidak dapat direduksi, maka 𝒔 = 𝒕 dan ada permutasi 𝝅 dari
{𝟏, 𝟐, 𝟑, … , 𝒔} sehingga 𝒑𝒊 dan 𝒒𝝅(𝒊) adalah asosiasi untuk 𝟏 ≤ 𝒊 ≤ 𝒔.

Contoh Soal

contoh domain integral yang bukan merupakan domain faktorisasi unik.

Misalkan 𝑍 −5 = 𝑎 + 𝑏 −5: 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 .

Akan dibuktikan bahwa 𝑍 −5 adalah subring dari 𝐶.


NEXT..
Oleh karena itu, karena 𝑍 −5 berisi 1, ini adalah domain integral.
DEFINISI 1
CONTOH

Untuk membuktikan bahwa 𝑍 −5 bukan domain faktorisasi unik.


kita akan menggunakan pemetaan 𝑁 dari 𝑍 −5 ke himpunan bilangan bulat tak negatif
yang didefinisikan oleh
𝑁 𝑎 + 𝑏 −5 = |𝑎 + 𝑏 −5|2 = 𝑎2 + 5𝑏2
Pemetaan N disebut norm. Jika 𝑧, 𝜔 ∈ 𝑍 −5 maka
a) 𝑁 𝑧 ≥ 0
b) 𝑁 𝑧 = 0 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑧 = 0
c) 𝑁 𝑧𝜔 = 𝑁 𝑧 𝑁(𝜔)
Untuk menentukan satuan 𝑍 −5 pertama kita amati bahwa
jika 𝑧𝜔 = 1, maka 𝑁 𝑧 𝑁 𝜔 = 𝑁 𝑧𝜔 = 𝑁(1).
Oleh karena itu, jika 𝑧 = 𝑎 + 𝑏 −5 adalah satuan unit,
maka 𝑁 𝑧 = 𝑎2 + 5𝑏2 = 1 , sehingga 𝑎 = ± 1 dan 𝑏 = 0.
Jadi, satuan 𝑍 −5 adalah ±1. Oleh karena itu, elemen dari 𝑍 −5 NEXT…
memiliki dua asosiasi itu sendiri dan negatifnya.
DEFINISI 1
CONTOH
Sekarang perhatikan 9 = 3.3 = (2 + −5)(2 − −5), dan bahwa 9, 3, 2 ± −5 ∈ 𝑍 −5 .
Jika kita menunjukkan bahwa 3 dan 2 ± −5 tidak dapat direduksi dalam 𝑍 −5 ,
maka kita akan menunjukkan bahwa 𝑍 −5 bukan domain faktorisasi unik,
karena 3 bukan merupakan asosiasi dari 2 + −5 atau 2 − −5.
Kami akan membuktikan bahwa 3 tidak dapat direduksi,
dan terbukti untuk 2 ± −5 tak reduksi dalam 𝑍 −5 .
Asumsikan bahwa 3 = 𝑧𝜔, dengan 𝑧, 𝜔 ∈ 𝑍 −5 .
Maka 𝑁 𝑧 𝑁 𝜔 = 𝑁 𝑧𝜔 = 𝑁 3 = 9; maka 𝑁 𝑧 adalah 1, 3, atau 9.
Jika 𝑁(𝑧) = 1, maka 𝑧 adalah satuan unit, dan
Jika 𝑁(𝑧) = 9, maka 𝑁(𝑤) = 1 dan 𝑤 adalah satuan unit.
Oleh karena itu, jika 3 ingin memiliki faktor yang bukan merupakan asosiasi dari 3 atau suatu
satuan unit, maka faktor tersebut harus memiliki norm 3.
Tetapi 𝑎² + 5𝑏² ≠ 3 untuk semua bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏
maka 𝑍 −5 tidak memiliki elemen norma 3.
Jadi 3 tidak dapat direduksi di 𝑍 −5 . NEXT…
DEFINISI 2
Domain integral D adalah domain Euclidean jika untuk setiap elemen tak
nol a ∈ D terdapat bilangan bulat tak negatif d(a) sedemikian sehingga
(a) jika a dan b adalah elemen bukan nol dari D, maka d(a) < d(ab), dan
(b) jika a, b ∈ D, dengan b ≠ 0, maka terdapat elemen q, r ∈ D sedemikian
rupa sehingga a = bq + r, dengan r = 0 atau d(r) < d(b).

Contoh Soal

Misal 𝑍[𝑖 ] = [𝑎 + 𝑏𝑖 ∶ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍}. Unsur-unsur 𝑍[𝑖] disebut bilangan bulat Gaussian. 𝑍[𝑖]
adalah domain integral, dan akan dibuktikan bahwa itu adalah domain Euclidean
terhadap 𝑑(𝑎 + 𝑏𝑖) = 𝑎 + 𝑏𝑖 2 = 𝑎2 + 𝑏2 .

NEXT..
DEFINISI 2
CONTOH

Jika z dan w adalah elemen tak nol dari 𝑍[𝑖], maka 𝑑 𝑧 = 𝑧 2


≤ 𝑧 2
𝑤 2
= 𝑧𝑤 2
= 𝑑(𝑧𝑤).

Dengan demikian d memenuhi syarat (a) definisi.

Untuk memverifikasi kondisi (b), asumsikan bahwa 𝑧, 𝑤 ∈ 𝑍[𝑖] dengan 𝑤 ≠ 0. Kemudian 𝑧𝑤 −1 ∈ 𝐶,


dan ternyata 𝑧𝑤 −1 = 𝑎 + 𝑏𝑖 dengan 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑄 . Misal m dan n bilangan bulat sehingga 𝑎 − 𝑚
1 1
≤ 2 𝑎𝑛𝑑 𝑏 − 𝑛 ≤ 2. Kemudian
𝑧𝑤 −1 = 𝑎 + 𝑏𝑖 = 𝑚 + 𝑛𝑖 + 𝑎 − 𝑚 + 𝑏 − 𝑛 𝑖

Dan 𝑧 = 𝑚 + 𝑛𝑖 𝑤 + 𝑎 − 𝑚 + 𝑏 − 𝑛 𝑖 𝑤
= 𝑞𝑤 + 𝑟

Dimana 𝑞 = 𝑚 + 𝑛𝑖 dan 𝑟 = 𝑎 − 𝑚 + 𝑏 − 𝑛 𝑖 𝑤. 𝑟 ∈ 𝑍[𝑖] karena 𝑞𝑤 ∈ 𝑍[𝑖] dan z ∈ 𝑍[𝑖]

NEXT…
DEFINISI 2
CONTOH

Kemudian membuktikan bahwa 𝑑 𝑟 < 𝑑 𝑤 :


𝑑 𝑟 =𝑑 𝑎−𝑚 + 𝑏−𝑛 𝑖 𝑑 𝑤
= [(𝑎 − 𝑚)2 + 𝑏 − 𝑛)2 𝑑(𝑤)
1 1
≤ + 𝑑(𝑤)
4 4
<𝑑 𝑤

Dapat ditunjukkan bahwa satuan dalam 𝑍[𝑖 ] adalah ±1 dan ±𝑖 (Soal 37.9). Perhatikan bahwa 2
dapat difaktorkan dalam 𝑍[𝑖] sebagai 2 = 𝑖(1 − 𝑖)2, di mana i adalah unit dan 1 − 𝑖 tidak dapat
direduksi.
TEOREMA 37.1
Setiap domain Euclidean adalah domain faktorisasi yang unik.

BUKTI

Untuk membuktikan bahwa domain Euclidean D adalah domain faktorisasi yang unik
(Unique Factorization Domain/UFD), kita harus membuktikan dua hal:
1. D adalah domain faktorisasi (disebut juga domain atom)
2. Setiap elemen yang tidak dapat direduksi (atom) adalah prima. Dengan kata lain,
D adalah domain AP.

NEXT..
TEOREMA 37.1
BUKTI

1. Akan dibuktikan D adalah domain faktorisasi.

Asumsikan bahwa penaksiran Euclidean yang didefinisikan pada D adalah submultiplicative.

Ambil sembarang 𝑎 ∈ 𝐷 dengan 𝑎 ≠ 0. Asumsikan bahwa 𝑎 = 𝑎1 𝑎2 𝑎3 … 𝑎𝑘 dan tidak ada 𝑎𝑖 yang


merupakan unit. Ambil 𝜙 yaitu norma Euclidean, diperoleh: 𝜙(𝑎) > 𝜙(𝑎1𝑎2 … 𝑎𝑘−1) > 𝜙𝑎1 𝑎2 … 𝑎𝑘−1 ) >
⋯ > 𝜙(𝑎1 𝑎2 ) > 𝜙(𝑎1 ) > 𝜙(1)

Karena (1) ≥ 0, didapatkan (𝑎1 ) ≥ 1, (𝑎1 𝑎2 ) ≥ 2 dan seterusnya, hingga diperoleh (𝑎 =


𝜙(𝑎1 𝑎2 𝑎3 … 𝑎𝑘 ) ≥ 𝑘. Diperoleh, (𝑎) ≥ 𝑘. Berdasarkan fakta bahwa jika 𝑎 > 𝑏, maka 𝑎 ≥ 𝑏 + 1.

Jadi tidak ada faktorisasi dari 𝑎 yang dapat mengandung lebih dari (𝑎) faktor. Akibatnya, jumlah
faktor dalam 𝑎 terbatas dan kita dapat menemukan jumlah faktor maksimal. Dengan kata lain,
penaksiran Euclidean yang didefinisikan pada D adalah submultiplicative sehingga terbukti
bahwa D adalah domain faktorisasi.
NEXT…
TEOREMA 37.1
BUKTI

2. Akan dibuktikan bahwa setiap elemen yang tidak dapat direduksi (atom) adalah prima.

Dapat dibuktikan secara langsung bahwa dalam domain Euclidean D setiap elemen tak
tereduksi adalah prima.

Misalkan 𝑝 adalah sebuah elemen tak tereduksi. Jika 𝑝|𝑎𝑏 dan 𝑝 ∤ 𝑎, harus dibuktikan bahwa 𝑝|𝑏.
Idenya pada dasarnya adalah untuk menunjukkan ada unit 𝑢 sedemikian rupa sehingga 𝑢 = 𝑝𝑥
+ 𝑎𝑦 untuk beberapa 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐷 . . . 1

Berdasarkan 1 , jika 𝑝𝑥 + 𝑎𝑦 = 𝑢 diperoleh 𝑝𝑥𝑏 + 𝑎𝑦𝑏 = 𝑢𝑏.

Jadi dengan hipotesis 𝑝|𝑎𝑦𝑏 dan juga 𝑝|𝑝𝑥𝑏, maka 𝑝|𝑢𝑏. Karena 𝑢𝑏|𝑏, maka 𝑝|𝑏. Oleh karena itu
𝑝 adalah prima.

NEXT…
TEOREMA 37.1
BUKTI

Akan ditunjukkan bahwa 𝑢 = 𝑝𝑥 + 𝑎𝑦


Berdasarkan hipotesis, D adalah Euclidean. Sehingga, untuk penilaian euclidean di D, untuk
𝑎 dan 𝑝 ada 𝑞1 dan 𝑟1 sedemikian sehingga 𝑎 = 𝑝𝑞1 + 𝑟1 , (𝑟1) < 𝛿(𝑝) dan 𝑟 ≠ 0. Sebalikya 𝑝|𝑎, yang
bertentangan dengan asumsi awal.
Jika kita membagi 𝑝 dengan 𝑟1 kita dapat menemukan 𝑞2 dan 𝑟2 sedemikian sehingga 𝑝 = 𝑟1𝑞2
+ 𝑟2 dan (𝑟2 ) < 𝛿(𝑟1). Kita dapat melakukan proses yang sama beberapa kali tetapi pada titik
tertentu kita harus berhenti karena jika tidak, kita akhirnya akan mendapatkan barisan bilangan
bulat positif yang menurun … < 𝛿(𝑟𝑛 ) < 𝛿(𝑟𝑛−1) < ⋯ < 𝛿(𝑟1) < 𝛿 (𝑝), yang tidak masuk akal.

NEXT…
TEOREMA 37.1
BUKTI

Misalkan kita berhenti di 𝑟𝑛 , maka kita memiliki sesuatu seperti ini:


𝑎 = 𝑝𝑞1 + 𝑟1; 𝛿 𝑟1 < 𝛿 𝑝
𝑝 = 𝑟1𝑞2 + 𝑟2 ; 𝛿 𝑟2 < 𝛿 𝑟1

𝑟𝑛−2 = 𝑟𝑛−1𝑞𝑛 + 𝑟𝑛 ; 𝛿 𝑟𝑛 < 𝛿 𝑟𝑛−1 ; 𝑟𝑛−1 = 𝑟𝑛 𝑞𝑛 + 1.
Memang, karena 𝑟𝑛 ∣ 𝑟𝑛−1 maka 𝑟𝑛 ∣ 𝑟𝑛−2 dan berturut-turut, sehingga berdasarkan persamaan di
atas bahwa 𝑟𝑛 ∣ 𝑟𝑖 , untuk setiap 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑛, jadi 𝑟𝑛 ∣ 𝑝 sehingga 𝑟𝑛 ∣ 𝑎.
Karena 𝑝 tidak dapat direduksi, 𝑟𝑛 harus merupakan unit atau asosiasi dari 𝑝. Jika 𝑟𝑛 dan 𝑝 adalah
asosiasi, kita akan memiliki 𝑝 ∣ 𝑟𝑛 , maka 𝑝 ∣ 𝑎, kontradiksi. Oleh karena itu 𝑟𝑛 adalah satuan dari 𝐷.
∴ Terbukti NEXT…
TEOREMA 37.1
CONTOH

Bilangan bulat 𝑍 dengan pemetaan 𝑣: 𝑍 → 𝑍 didefinisikan sebagai ∀𝑥 ∈ 𝑍: 𝜈(𝑥) = |𝑥| membentuk


domain Euclidean.

Bukti:

Diketahui bahwa (𝑍, +,×, ≤) membentuk domain integral terurut.

Untuk semua 𝑎 ∈ 𝑍, nilai absolut dari a didefinisikan sebagai:


𝑎; 0 ≤ 𝑎
|𝑎| = ቊ
−𝑎; 𝑎 < 0

Dengan produk nilai mutlak pada domain integral terurut, kita memiliki: ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍: 𝑎 ⋅ 𝑏 = 𝑎𝑏

NEXT…
TEOREMA 37.1
CONTOH

Karena |𝑏| > 0 maka dari relasi yang diinduksi oleh sifat positif ketat bersesuaian dengan
perkalian bahwa |𝑎| ⋅ |𝑏| ≥ |𝑎|.

Kriteria kedua:

Untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅, 𝑏 ≠ 0, terdapat 𝑞, 𝑟 ∈ 𝑅 dengan (𝑟) < 𝜈(𝑏), atau 𝑟 = 0 sehingga: 𝑎 = 𝑞 ∘ 𝑏 + 𝑟

berikut dari Teorema Pembagian.

NEXT…
LEMMA 37.1
Jika 𝑫 merupakan sebuah integral domain dan 𝒂, 𝒃 ≠ 𝟎, 𝒂, 𝒃 ∈ 𝑫, maka:
(1) 𝒂 dan 𝒃 associates
(2) 𝒂 = 𝒖𝒃 untuk beberapa unit 𝒖
(3) 𝒂 = 𝒃

BUKTI

Misalkan 𝑎 dan 𝑏 associates. Ketika 𝑎 membagi 𝑏, 𝑏 = 𝑞𝑎 dan 𝑏 membagi 𝑎, 𝑎 = 𝑟𝑏 untuk


beberapa 𝑞 dan 𝑟 pada 𝐷. Sehingga
𝑏 = 𝑞𝑎
= 𝑞𝑟 𝑏
Karena 𝐷 merupakan integral domain, dan 𝑏 ≠ 0, b dapat dihilangkan untuk
memperoleh 𝑞𝑟 = 1. Sehingga 𝑢 = 𝑞 merupakan unit. Dengan demikian (1) ⟹ (2).
Note:
“An element of D is called a unit if it divides the unity, e, of D” NEXT..
LEMMA 37.1
BUKTI

Misalkan 𝑎 = 𝑞𝑏 dan 𝑐 ∈ 𝑎 . Maka 𝑐 = 𝑟𝑎 = 𝑟𝑞 𝑏. Sehingga 𝑐 ∈ 𝑏 dan 𝑎 ⊂ 𝑏 . Sekarang andaikan


𝑎 = 𝑢𝑏, dimana 𝑢 merupakan sebuah unit. Misalkan 𝑣 merupakan invers dari 𝑢, sehingga 𝑏 = 𝑣𝑎.
Dari yang telah dibuktikan, diperoleh 𝑏 ⊂ 𝑎 . Dengan demikian (2) ⟹ (3).

Terakhir, andaikan 𝑎 = 𝑏 . Karena 𝑎 ∈ 𝑎 , ini menyebabkan 𝑎 ∈ 𝑏 , sehingga 𝑎 = 𝑟𝑏, untuk


beberapa 𝑟 ∈ 𝐷. Jadi, 𝑏 membagi 𝑎. Dengan symmetry, 𝑎 membagi 𝑏 dan sehingga 𝑎 dan 𝑏
associates. Jadi, (3) ⟹ (1).

NEXT…
LEMMA 37.1
CONTOH

Tentukan semua associates dari 𝑥 2 + 𝑥 + 1 atas ℤ5 [𝑥]


Jawab:

Unit pada ℤ5 [𝑥] merupakan polinomial konstan

1, 2, 3, 4

Karena ℤ5 [𝑥] field. Sehingga associates dari 𝑥 2 + 𝑥 + 1 atas ℤ5 [𝑥] yaitu:

𝑥2 + 𝑥 + 1
2𝑥 2 + 2𝑥 + 2
3𝑥 2 + 3𝑥 + 3
4𝑥 2 + 4𝑥 + 4

NEXT…
DEFINISI 3
Jika 𝒂, 𝒃 ∈ integral domain 𝑫, 𝒂, 𝒃 ≠ 𝟎, maka 𝒅 ∈ 𝑫 merupakan greatest
common divisor (fpb) dari 𝒂 dan 𝒃 yang memenuhi:
(a) 𝒅 | 𝒂 dan 𝒅 | 𝒃, dan
(b) Jika 𝒄 ∈ 𝑫, 𝒄 | 𝒂, dan 𝒄 | 𝒃, maka 𝒄 | 𝒅.

Contoh Soal

Dalam R[x], FPB dari 𝑥 dan 𝑥 2 + 𝑥 adalah x tetapi sebarang polinomial konstan kelipatan
2𝑥
dari x seperti −𝑥 dan juga memenuhi syarat 1 dan syarat 2 dari definisi di atas.
3
TERIMA
KASIH
Homomorfisma dan
TFH RIng
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Dr. Elah Nurlaelah, M.Si.
Submateri
Homomorfisma Ring Kernel Ring Faktor
01 • Definisi
• Contoh
02 • Definisi
• Contoh
03 • Teorema
• Contoh
• Jenis-jenis & • Teorema 38.1 • Teorema lainnya
Contoh & Contoh

Homomorfisma Alami Ring Teorema Fundamental


04 • Teorema 05 Homomorfisma Ring
• Contoh • Teorema
• Contoh

2
1
Homomorfisma ring
Masih ingatkah
Homomorfisma
Grup???
4
Definisi
Homomorfisma Grup Homomorfisma Ring
Misalkan (𝑅, +,×) dan (𝑆,⊕,⊗)
Misalkan (𝐺,∗) dan (𝐻, #) masing-
masing-masing adalah ring.
masing adalah grup. Pemetaan 𝜃 Pemetaan 𝜃 dari R 𝑘𝑒 𝑆 (𝜃: 𝑅 → 𝑆)
disebut homomorfisma ring jika:
dari 𝐺 𝑘𝑒 𝐻 (𝜃: 𝐺 → 𝐻) disebut
𝜃 𝑎 + 𝑏 = 𝜃 𝑎 ⊕ 𝜃 𝑏 , 𝑑𝑎𝑛
homomorfisma grup jika:
𝜃 𝑎×𝑏 =𝜃 𝑎 ⊗𝜃 𝑏
𝜃 𝑎 ∗ 𝑏 = 𝜃 𝑎 #𝜃 𝑏 , ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝐺 ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅

5
Contoh 1

Diberikan 𝛂: ℤ, +,× → (ℤ𝟔 , +𝟔 ,×𝟔 ) yang


didefinisikan 𝛂 𝒙 = 𝒙 𝟔 , ∀𝒙 ∈ ℤ.
Selidiki apakah 𝛂 suatu homomorfisma ring?

6
Bukti: (i) Akan ditunjukkan 𝛂 pemetaan
Ambil sebarang x, 𝑦 ∈ ℤdengan x = 𝑦
karena,
𝑥 =𝑦
𝒙 𝟔= 𝒚 𝟔
𝛂(𝑥) = 𝛂(𝑦) [Def 𝛂 ]
∴ 𝛂 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒂𝒏

7
Bukti: (iI) Akan diselidiki 𝛂 suatu homomorfisma
Ambil sembarang x, y ∈ Z
1
𝛂 x + y = 𝒙 + 𝒚 𝟔 [Def 𝛂]
= 𝒙 𝟔 +𝟔 𝒚 𝟔
= 𝛂(x) +𝟔 𝛂(y) [Def 𝛂]

Ambil sembarang x, y ∈ Z 2
𝛂 x × y = 𝒙𝒚 𝟔 [Def 𝛂]
= 𝒙 𝟔 ×𝟔 𝒚 𝟔
= 𝛂(𝒂) ×𝟔 𝛂(𝒃) [Def 𝛂]

∴ 𝛂 𝑯𝒐𝒎𝒐𝒎𝒐𝒓𝒇𝒊𝒔𝒎𝒂
8
Contoh 2

Diketahui (ℤ, +,×)adalah ring


𝜽: ℤ → ℤ yang didefinisikan
𝜽 𝒂 = 𝟐𝒂, ∀𝒂 ∈ ℤ.
Selidiki apakah 𝜽suatu homomorfisma ring?

9
Bukti: (i) Akan ditunjukkan 𝜽 pemetaan
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ ℤ dengan 𝑎 = 𝑏
karena,
𝑎 = 𝑏
2𝑎 = 2𝑏
𝛉(𝑎) = 𝛉(𝑏) [Def 𝜽 ]
∴ 𝜽 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒂𝒏

10
Bukti: (iI) Akan diselidiki 𝛉 suatu homomorfisma
Ambil sembarang a, b ∈ Z
1
θ a + b = 2 a + b [Def θ]
= 2a + 2b [Distribusi (+)]
= θ(a) + θ(b) [Def θ]

Ambil sembarang a, b ∈ Z 2
θ a × b = 2 a × b [Def θ] θ a × θ b = 2a × 2b
= 2ab = 4ab
𝜽(𝒂 × 𝒃) ≠ 𝜽(𝒂) × 𝜽(𝒃)

∴ 𝜽 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝑯𝒐𝒎𝒐𝒎𝒐𝒓𝒇𝒊𝒔𝒎𝒂
11
Contoh 3

✗ Diketahui (𝑍√2, +,×)adalah ring.


✗ 𝜂: 𝑍√2 → 𝑍√2 didefinisikan oleh
✗ 𝜂(𝑎 + 𝑏√2) = 𝑎 − 𝑏√2
✗ Selidiki apakah 𝜂 suatu homomorfisma ring?

12
Bukti: (i) Akan ditunjukkan 𝜂 pemetaan
Ambil sembarang 𝑥 = 𝑎 + 𝑏√2, 𝑦 = 𝑐 + 𝑑√2 ∈ 𝑍√2 dengan 𝑥 = 𝑦
karena,
𝑥 = 𝑦
𝑎 + 𝑏√2 = 𝑐 + 𝑑√2
diperoleh 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑
sehingga
𝑎 − 𝑏√2 = 𝑐 − 𝑑√2
𝜂(𝑎 + 𝑏√2) = 𝜂( 𝑐 + 𝑑√2) [Def 𝜂]
𝜂 𝑥 = 𝜂(𝑦)
∴ 𝜂 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒂𝒏

13
Bukti: (iI) Akan diselidiki 𝜂 suatu homomorfisma
Ambil sembarang Ambil sembarang
1 2
𝑥 = 𝑎 + 𝑏√2, 𝑦 = 𝑐 + 𝑑 2 ∈ 𝑍 2 𝑥 = 𝑎 + 𝑏√2, 𝑦 = 𝑐 + 𝑑 2 ∈ 𝑍 2
𝜂 x + y = 𝜂 (𝑎 + 𝑏 2) + (𝑐 + 𝑑 2) 𝜂 𝑥. 𝑦 = 𝜂 𝑎 + 𝑏 2 𝑐 + 𝑑 2
= 𝜂[(𝑎 + 𝑐) + (𝑏 + 𝑑)√2] = 𝜂 𝑎𝑐 + 𝑎𝑑 2 + 𝑏𝑐 2 + 2𝑏𝑑
= (𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑑)√2 = 𝜂 𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑 + 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐 2
= (𝑎 − 𝑏√2) + (𝑐 − 𝑑√2) = 𝑎𝑐 + 2𝑏𝑑 − 𝑎𝑑 + 𝑏𝑐 2
= 𝜂(𝑎 + 𝑏√2) + 𝜂(𝑐 + 𝑑√2) = 𝑎𝑐 − 𝑎𝑑 2 − 𝑏𝑐 2 + 2𝑏𝑑
= 𝜂(𝑥) + 𝜂(𝑦) = 𝑎−𝑏 2 𝑐−𝑑 2
= 𝜂 𝑎 + 𝑏 2 .𝜂 𝑐 + 𝑑 2
∴ 𝜂 𝑯𝒐𝒎𝒐𝒎𝒐𝒓𝒇𝒊𝒔𝒎𝒂 = 𝜂 𝑥 𝜂(𝑦)

14
𝜽 Monomorfisma Ring
𝜽 isomorfisma Ring
𝛉 pemetaan satu-satu 𝛉 pemetaan satu-satu
(injektif) dan onto (bijektif) atau
Jenis-Jenis 𝑅≅𝑆

Homomorfisma
Jika 𝛉 ∶ 𝑹 → 𝑺 suatu
homomorfisma ring, 𝜽 Endomorfisma Ring
𝜽 Epimorfisma Ring maka:
Homomorfisma dari 𝑅 → 𝑅
𝛉 pemetaan onto
(surjektif)

𝜽 AUTOMORFISMA Ring
Isomorfisma dari 𝑅 → 𝑅

15
Contoh 3

✗ Diketahui (𝑍√2, +,×)adalah ring.


✗ 𝜂: 𝑍√2 → 𝑍√2 didefinisikan oleh
✗ 𝜂(𝑎 + 𝑏√2) = 𝑎 − 𝑏√2 adalah homomorfisma.
✗ Tunjukkan bahwa 𝜂 suatu isomorfisma ring?

16
Bukti: (i) Akan diselidiki 𝜂 onto
∀𝑎 − 𝑏 2 ∈ ℤ 𝟐, ∃𝑎 + 𝑏 2 ∈ ℤ 𝟐 sdshg
𝜂 𝑎+𝑏 2 =𝑎−𝑏 2
∴ 𝜂 onto

17
Bukti: (iI) Akan diselidiki 𝜂 satu-satu
Ambil sembarang 𝑥 = 𝑎 + 𝑏√2, 𝑦 = 𝑐 + 𝑑√2 ∈ 𝑍√2 dengan 𝜂 𝑥 = 𝜂(𝑦)
Perhatikan bahwa
𝜂 𝑥 = 𝜂(𝑦)
𝜂 𝑎 + 𝑏√2 = 𝜂(𝑐 + 𝑑√2) Berdasarkan (i) dan (ii) maka
𝑎−𝑏 2=𝑐−𝑑 2 terbukti bahwa 𝜂 merupakan
isomorfisma atau 𝑍√2 ≅ 𝑍√2.
Diperoleh 𝑎 = 𝑐 dan 𝑏 = 𝑑 Kemudian 𝑍√2 ≅ 𝑍√2 juga disebut
Maka 𝑎 + 𝑏 2 = 𝑐 + 𝑑 2 sebagai automorfisma.
𝑥=𝑦
∴ 𝜂 injektif

18
Contoh 4

Diberikan 𝛂: ℤ, +,× → (ℤ𝟔 ,⊕𝟔 ,⊗𝟔 ) yang


didefinisikan 𝛂 𝒙 = 𝒙 𝟔 , ∀𝒙 ∈ ℤ adalah
homomorfisma. Selidiki apakah 𝛂 suatu isomorfisma
ring?

19
Bukti: (i) Akan diselidiki 𝛂 onto

∀𝑥 6 ∈ ℤ𝟔 , ∃𝑥 ∈ ℤ sdshg α x = 𝑥 6

∴ α onto

20
Bukti: (iI) Akan diselidiki 𝛂 satu-satu
Perhatikan bahwa
α bukan injektif sebab ∃𝑥, 𝑦 ∈ ℤ dan 𝑥 ≠ 𝑦
akan tetapi 𝛼 𝑥 = 𝛼 𝑦 , padahal
berdasarkan definisi injektif jika 𝑥 ≠ 𝑦
maka 𝛼 𝑥 ≠ 𝛼 𝑦 .
Contoh:
∃ − 3,3 ∈ ℤ dimana −3 ≠ 3
namun 𝛼 −3 = 𝛼 3 = 3ത .
∴ 𝛂 bukan injektif

𝛂 bukan merupakan isomorfisma


melainkan 𝛂 merupakan epimorfisma

21
2
KERNEL
Masih ingatkah
kernel pada
Grup???
23
Definisi
Kernel dari suatu Kernel dari suatu
homomorfisma grup homomorfisma ring
Misalkan θ: (𝐺,∗) → 𝐻, # adalah Misalkan 𝛉: 𝑅, +,× → 𝑆,⊕,⊗ adalah
homomorfisma grup. Maka kernel 𝜃 suatu homomorfisma ring.
yang dinotasikan ker 𝜃 adalah himpunan Maka kernel 𝛉 yang dinotasikan
semua elemen di G yang dipetakan ke 𝐾𝑒𝑟 𝛉 adalah himpunan elemen-elemen
elemen identitas di H. di R yang dipetakan ke elemen 0 di S.
𝐾𝑒𝑟 𝛉 = { 𝑥 ∈ 𝑅 | 𝛉(𝑥) = 𝑒𝐻 } 𝐾𝑒𝑟 𝛉 = { 𝑥 ∈ 𝑅 | 𝛉(𝑥) = 0𝑆 }
Ingat!
𝒌𝒆𝒓𝜽 dianggap sebagai
homomorfisma dari grup (+) pada
Ring.

24
Diketahui 𝛉: (ℤ, +,×) → (ℤ6 ,⊕6 ,⊗6 ) yang
Contoh 1 didefinisikan 𝜃 𝑥 = 𝑥 6 suatu homomorfisma ring.
Tentukan kernel 𝛉!

Jawab:
Ker 𝛉 = { x∈ℤ | 𝛉(x) = 0Z6 }
= { x∈ℤ | 𝛉(x) = 0ത }
= { 6ℤ | z ∈ ℤ }

25
Tentukan ker(𝛉) dari homomorfisma ring 𝛉 :
Contoh 2 𝑅, +,× → 𝑆,⊕,⊗
dengan aturan ∀ x ∈ R, 𝛉(x) = 0.

Jawab:
Ker(𝛉) = R

26
Tentukan ker(𝛉) dari homomorfisma ring
Contoh 3 𝛉: (ℤ30 , +30 ,×30 ) → ℤ5 , +5 ,×5 yang didefinisikan
oleh 𝜃 𝑥 30 = 𝑥 5 !

Jawab:
Ker 𝛉 = { x∈ℤ30 | 𝛉(x) = 0Z5 }
= { x∈ℤ30 | 𝛉(x) = 0ത }
= {0, ത 10, 15, 20, 25}
ത 5,

27
TEOREMA 38.1
Misalkan 𝛉: 𝑅 → 𝑆 adalah suatu homomorfisma ring.

1. Image 𝛉 subring dari S.

2. Ker 𝛉 ideal dari R.

3. 𝛉 bersifat satu-satu ↔ 𝐾𝑒𝑟 𝛉 = 0𝑅 .

28
Bukti: 1
Akan dibuktikan Image 𝛉 subring dari S.
Image 𝛉 = {𝛉(r) ∈ S | r ∈ R}

1) Image 𝛉 ⊆ 𝑆, sebab ∀ 𝑥 ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉, 𝑥 ∈ 𝑆.


2) Image 𝛉 ≠ ∅, sebab R suatu ring sehingga ∃ 0𝑅 ∈ 𝑅 dan 𝛉 homomorfisma maka, 𝛉(0𝑅 ) = 0𝑆.
Sehingga, ∃ 0𝑆 ∈ 𝑆.
3) Tertutup terhadap penjumlahan dan perkalian
∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉 maka ∃ 𝑟 ∈ 𝑅 → 𝛉(𝑟) = 𝑎 dan ∃ 𝑠 ∈ 𝑅 → 𝛉(𝑠) = 𝑏
Sedemikian sehingga,
𝑎 + 𝑏 = 𝛉(𝑟) + 𝛉(𝑠)
a+ = 𝛉(𝑟 + 𝑠) ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉 dimana 𝑟 + 𝑠 ∈ 𝑅
∴ 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉 ∴ Image 𝛉 subring dari S
𝑎 × 𝑏 = 𝛉(𝑟) × 𝛉(𝑠)
a + b = 𝛉(𝑟 × 𝑠) ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉 dimana 𝑟 × 𝑠 ∈ 𝑅
∴ 𝑎 × 𝑏 ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉
4) ∀ 𝑎 ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉 maka ∃ 𝑥 ∈ 𝑅 → −𝑥 ∈ 𝑅. Sehingga 𝛉(−𝑥) = −𝛉(𝑥) = −𝑎 ∈ 𝐼𝑚𝑎𝑔𝑒 𝛉.

29
Bukti: Akan dibuktikan Ker 𝛉 ideal dari R 2
Untuk membuktikan bahwa 𝑲𝒆𝒓 𝛉 ideal dari R, akan ditunjukkan terlebih
dahulu bahwa 𝑲𝒆𝒓 𝛉 subring dari R.
1) 𝐾𝑒𝑟 𝛉 ⊆ 𝑅, jelas perdefinisi 𝐾𝑒𝑟 𝛉 = {𝑥 ∈ 𝑅 | 𝛉(𝑥) = 0𝑆}
2) 𝐾𝑒𝑟 𝛉 ≠ ∅, sebab 𝛉 homomorfisma. Maka ∃ 𝑥 = 0 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉.
𝛉(0𝑅) = 0𝑆 sehingga ∃ 0𝑅 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉.
3) 𝐾𝑒𝑟 𝛉 tertutup, sebab:
∀ 𝑎, 𝑏 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉 artinya 𝛉(𝑎) = 0𝑆 dan 𝛉(𝑏) = 0𝑆
𝛉(𝑎 + 𝑏) = 𝛉(𝑎) + 𝛉(𝑏)
𝛉(a + b) = 0𝑆 + 0𝑆
𝛉(a + b) = 0𝑆
∴ 𝑎 + 𝑏 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉
*langkah 𝒂 × 𝒃 dapat dilewatkan karena dapat di cek pada
langkah pembuktian ideal

30
Lanjutan Bukti: Akan dibuktikan Ker 𝛉 ideal dari R 2
4) 𝐾𝑒𝑟 𝛉 mempunyai elemen negatif, sebab:
∀ 𝑎 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉 artinya 𝛉(𝑎) = 0𝑆
Perhatikan 𝛉(𝑎) = 0𝑆
−𝛉(𝑎) = − 0𝑆
𝛉(-a) 𝛉 −𝑎 = 0𝑆
∴ -𝑎 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉
Berdasarkan (i) – (iv), dapat disimpulkan bahwa 𝑲𝒆𝒓 𝛉 subring dari R.

Setelah subring test terpenuhi, akan dibuktikan bahwa 𝐾𝑒𝑟 𝛉 merupakan ideal dari R
Ambil sembarang 𝑎 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉 dan 𝑟 ∈ 𝑅
Maka, 𝛉(𝑎𝑟) = 𝛉(𝑎)𝛉(𝑟) 𝛉(𝑟𝑎) = 𝛉(𝑟)𝛉(𝑎)
𝛉(ar) = 0𝑆. 𝛉(𝑟) = 𝛉 𝑟 . 0𝑆
𝛉(𝑎𝑟) = 0𝑆 = 0𝑆
∴ 𝑎𝑟 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉 ∴ r𝑎 ∈ 𝐾𝑒𝑟 𝛉
∴ Ker 𝛉 merupakan ideal dari R

31
Akan dibuktikan 𝛉 bersifat
Bukti: satu-satu ↔ Ker 𝛉 = {0R} 3

(→) Diketahui 𝛉 bersifat satu-satu (injektif)


Akan dibuktikan jika 𝛉 bersifat satu-satu maka Ker 𝛉 = {0R}
Ambil sebarang a ∈ Ker 𝛉
Maka, 𝛉(a) = 0S = 𝛉(0R)
Karena 𝛉 bersifat satu-satu, maka a = 0R
Jadi, jika 𝛉 bersifat satu-satu maka Ker 𝛉 = {0R}

32
Akan dibuktikan 𝛉 bersifat
Lanjutan Bukti: satu-satu ↔ Ker 𝛉 = {0R} 3
(←) Diketahui Ker 𝛉 = {0R}
Akan dibuktikan jika Ker 𝛉 = {0R} maka 𝛉 bersifat satu-satu
Ambil sebarang a,b ∈ R dengan 𝛉(a) = 𝛉(b)
Maka, 𝛉(a) = 𝛉(b)
𝛉(a) + (-𝛉(b)) = 𝛉(b) + (-𝛉(b)) (Ada -𝛉(b) krn Ker 𝛉 subring R)
𝛉(a) + 𝛉(-b) = 0S
𝛉(a - b) = 0S (Karena 𝛉 homomorfisma)
Sehingga, a – b ∈ Ker 𝛉
a – b = 0R
a =b
Jadi, jika Ker 𝛉 = {0R} maka 𝛉 bersifat satu-satu.
∴ 𝛉 bersifat satu-satu ↔ Ker 𝛉 = {0R}

33
3
RING FAKTOR
Masih ingatkah
Grup Faktor???
35
Teorema

Grup Faktor Ring Faktor


Misalkan 𝑮 suatu grup, 𝑵 ⊳ 𝑮 dan 𝑮/𝑵 Misalkan 𝑹 adalah suatu ring, 𝑰 suatu ideal dari
ring 𝑹, dan 𝑹Τ𝑰 adalah himpunan semua koset kiri
himpunan koset-koset (kiri atau kanan) dari
atau koset kanan dari 𝑹 oleh 𝑰.
𝑮 oleh 𝑵. Misalkan operasi pada 𝑮/𝑵 ∀𝐼 + 𝑎, 𝐼 + 𝑏 ∈ 𝑅Τ𝐼, didefinisikan:
didefinisikan oleh: 𝐼+𝑎 + 𝐼+𝑏 =𝐼+ 𝑎+𝑏
Na Nb = N ab , ∀Na, Nb ∈ G/N dan
𝐼 + 𝑎 × 𝐼 + 𝑏 = 𝐼 + 𝑎𝑏 .
Maka 𝑮/𝑵 dengan operasi tersebut adalah grup 𝑹/𝑰 dengan operasi penjumlahan dan perkalian
faktor dari 𝑮 oleh N. tersebut merupakan suatu ring yang disebut ring
faktor dari 𝑹 oleh 𝑰.

36
Bukti: (1) Akan dibuktikan (𝑅/𝐼,+) adalah grup abelian.

𝑅 adalah ring berarti (𝑅, +) adalah grup abelian.


𝐼 adalah suatu ideal dari ring 𝑅 berarti berdasarkan definisi ideal, 𝐼 adalah subring dari ring 𝑅.
𝐼 subring dari ring 𝑅, berarti 𝐼 subgrup dari grup abelian 𝑅, + karena memenuhi syarat
𝑰 ⊆ 𝑹, 𝑰 ≠ ∅ dan ∀𝒙, 𝒚 ∈ 𝑰 berlaku 𝒙 − 𝒚 ∈ 𝑰.
Karena 𝐼 subgrup dari grup abelian (𝑅, +), maka 𝐼 merupakan subgrup normal dari 𝑅 … (1)
Akibatnya untuk setiap 𝑎 ∈ 𝑅 membentuk koset 𝐼 + 𝑎 yang sama dengan 𝑎 + 𝐼 … (2)
Dari (1) dan (2) berdasarkan teorema grup faktor, maka terbentuk grup faktor 𝑅/𝐼 dengan
operasi (+).
Bukti: (1) Akan dibuktikan (𝑅/𝐼,+) adalah grup abelian.
a) Akan dibuktikan (𝑹Τ𝑰 , +) memenuhi sifat tertutup.
Ambil 𝑎1 , 𝑏1 ∈ 𝑅 yang ada dalam suatu koset yang sama dan ambil 𝑎2 , 𝑏2 ∈ 𝑅 yang ada dalam
suatu koset lainnya yang sama, artinya:
𝐼 + 𝑎1 = 𝐼 + 𝑏1 diperoleh 𝑎1 = 𝑛1 + 𝑏1 , 𝑛1 ∈ 𝐼
𝐼 + 𝑎2 = 𝐼 + 𝑏2 diperoleh 𝑎2 = 𝑛2 + 𝑏2 , 𝑛2 ∈ 𝐼
Akan ditunjukkan𝐼 + (𝑎1 + 𝑎2 ) = 𝐼 + (𝑏1 + 𝑏2 ).
Perhatikan bahwa:
𝑎1 + 𝑎2 = 𝑛1 + 𝑏1 + (𝑛2 + 𝑏2 )
= (𝑛1 + 𝑛2 ) + (𝑏1 + 𝑏2 ) [dengan 𝒏𝟏 + 𝒏𝟐 = 𝒏𝟑 ∈ 𝑰]
= 𝑛3 + (𝑏1 + 𝑏2 )
Dengan demikian, diperoleh 𝐼 + (𝑎1 + 𝑎2 ) = 𝐼 + (𝑏1 + 𝑏2 ).
Jadi, terbukti (𝑹Τ𝑰 , +) memenuhi sifat tertutup.
Bukti: (1) Akan dibuktikan (𝑅/𝐼,+) adalah grup abelian.
b) Akan dibuktikan (𝑹Τ𝑰 , +) memenuhi sifat asosiatif.
Ambil 𝐼 + 𝑎1 , 𝐼 + 𝑎2 , 𝐼 + 𝑎3 ∈ 𝑅Τ𝐼
𝐼 + 𝑎1 + 𝐼 + 𝑎2 + 𝐼 + 𝑎3 = 𝐼 + (𝑎1 + 𝑎2 ) + 𝐼 + 𝑎3 [Def (+) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + ( 𝑎1 + 𝑎2 +𝑎3 ) [Def (+) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + (𝑎1 + 𝑎2 +𝑎3 ) [Sifat asosiatif pada (R,+)]
= 𝐼 + 𝑎1 + 𝐼 + (𝑎2 +𝑎3 ) [Def (+) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 + 𝐼 + 𝑎2 + 𝐼 + 𝑎3 [Def (+) pada Teorema Ring Faktor]
Jadi, terbukti (𝑹Τ𝑰 , +) memenuhi sifat asosiatif.
c) Karena 𝑅 adalah ring berarti ∃0 ∈ 𝑅 sedemikian sehingga ∀𝑎 ∈ 𝑅 berlaku 𝑎 + 0 = 𝑎 dan 0 + 𝑎 = 𝑎.
Elemen identitas dari (𝑅Τ𝐼 , +) adalah 𝐼 + 0 ∈ 𝑅/𝐼 sebab ∀𝐼 + 𝑎 ∈ 𝑅/𝐼, berlaku
𝐼 + 𝑎 + 𝐼 + 0 = 𝐼 + 𝑎 + 0 = 𝐼 + 𝑎 dan 𝐼 + 0 + 𝐼 + 𝑎 = 𝐼 + 0 + 𝑎 = 𝐼 + 𝑎.
Jadi, terbukti ∃𝑰 + 𝟎 ∈ 𝑹/𝑰, sedemikian sehingga ∀𝑰 + 𝒂 ∈ 𝑹/𝑰 berlaku
𝑰 + 𝒂 + 𝑰 + 𝟎 = 𝑰 + 𝒂 dan 𝑰 + 𝟎 + 𝑰 + 𝒂 = 𝑰 + 𝒂.
Bukti: (1) Akan dibuktikan (𝑅/𝐼,+) adalah grup abelian.
d) Karena 𝑅 adalah ring berarti ∀𝑎 ∈ 𝑅, ∃ − 𝑎 ∈ 𝑅 sedemikian sehingga 𝑎 + (−𝑎) = 0 dan −𝑎 + 𝑎 = 0.
Setiap elemen 𝐼 + 𝑎 ∈ 𝑅/𝐼 memiliki elemen invers yaitu 𝐼 + −𝑎 ∈ 𝑅/𝐼 sebab berlaku
𝐼 + 𝑎 + 𝐼 + −𝑎 = 𝐼 + 𝑎 + −𝑎 = 𝐼 + 0 dan 𝐼 + −𝑎 + 𝐼+𝑎 =𝐼+ −𝑎 + 𝑎 = 𝐼 + 0.
Jadi, terbukti ∀𝑰 + 𝒂 ∈ 𝑹/𝑰, ∃𝑰 + −𝒂 ∈ 𝑹/𝑰 sedemikian sehingga 𝑰 + 𝒂 + 𝑰 + −𝒂 =𝑰+𝟎
dan 𝑰 + −𝒂 + 𝑰 + 𝒂 = 𝑰 + 𝟎.
e) Akan dibuktikan (𝑹Τ𝑰 , +) memenuhi sifat komutatif.
Ambil sembarang 𝐼 + 𝑎, 𝐼 + 𝑏 ∈ 𝑅/𝐼
Maka 𝐼 + 𝑎 + 𝐼 + 𝑏 = 𝐼 + 𝑎 + 𝑏 [Def (+) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + (𝑏 + 𝑎) [(R,+) adalah grup abelian]
= 𝐼+𝑏 + 𝐼+𝑎
Jadi, terbukti (𝑹Τ𝑰 , +) memenuhi sifat komutatif.
∴ (𝑹/𝑰,+) adalah grup abelian
Bukti: (2) Akan dibuktikan (𝑅Τ𝐼 ,×) merupakan semigrup
a) Akan dibuktikan (𝑹Τ𝑰 ,×) memenuhi sifat tertutup.
Ambil 𝑎1 , 𝑏1 ∈ 𝑅 yang ada dalam suatu koset yang sama dan ambil 𝑎2 , 𝑏2 ∈ 𝑅 yang ada
dalam suatu koset lainnya yang sama, artinya:
𝐼 + 𝑎1 = 𝐼 + 𝑏1 diperoleh 𝑎1 = 𝑛1 + 𝑏1 , 𝑛1 ∈ 𝐼
𝐼 + 𝑎2 = 𝐼 + 𝑏2 diperoleh 𝑎2 = 𝑛2 + 𝑏2 , 𝑛2 ∈ 𝐼
Akan ditunjukkan 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 = 𝐼 + 𝑏1 𝑏2 .
Perhatikan bahwa:
𝑎1 𝑎2 = (𝑛1 + 𝑏1 )(𝑛2 + 𝑏2 )
= 𝑛1 𝑛2 + 𝑛1 𝑏2 + 𝑏1 𝑛2 + 𝑏1 𝑏2 [dengan 𝒏𝟏 𝒏𝟐 + 𝒏𝟏 𝒃𝟐 + 𝒃𝟏 𝒏𝟐 = 𝒏𝟑 ∈ 𝑰]
= 𝑛3 + 𝑏1 𝑏2
Dengan demikian, diperoleh 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 = 𝐼 + 𝑏1 𝑏2 .
Jadi, terbukti (𝑹Τ𝑰 ,×) memenuhi sifat tertutup.
Bukti: (2) Akan dibuktikan (𝑅Τ𝐼 ,×) merupakan semigrup

b) Akan dibuktikan (𝑅Τ𝐼 ,×) memenuhi sifat asosiatif.


Ambil 𝐼 + 𝑎1 , 𝐼 + 𝑎2 , 𝐼 + 𝑎3 ∈ 𝑅Τ𝐼
𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎2 𝐼 + 𝑎3 = 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 𝐼 + 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 𝑎3 [Sifat asosiatif pada (R,×)]
= 𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎2 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎2 𝐼 + 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
Jadi, terbukti (𝑹Τ𝑰 ,×) memenuhi sifat asosiatif.

∴(𝑹Τ𝑰 ,×) merupakan semigrup


Bukti: (3) Akan dibuktikan (𝑹Τ𝑰 , +,×) memenuhi sifat distributif × terhadap +

Ambil 𝐼 + 𝑎1 , 𝐼 + 𝑎2 , 𝐼 + 𝑎3 ∈ 𝑅Τ𝐼.
Diperoleh:
Distributif kanan
𝐼 + 𝑎1 + 𝐼 + 𝑎2 𝐼 + 𝑎3 = 𝐼 + 𝑎1 + 𝑎2 𝐼 + 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 + 𝑎2 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎3 + 𝑎2 𝑎3 [Sifat distributif pada (R,+,×)]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎3 + 𝐼 + 𝑎2 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎3 + 𝐼 + 𝑎2 𝐼 + 𝑎3 [Def ( × ) pada Teorema Ring
Faktor]
Bukti: (3) Akan dibuktikan (𝑹Τ𝑰 , +,×) memenuhi sifat distributif × terhadap +

Distributif kiri
𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎2 + 𝐼 + 𝑎3 = 𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎2 + 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 + 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 + 𝑎1 𝑎3 [Sifat distributif pada (R,+,×)]
= 𝐼 + 𝑎1 𝑎2 + 𝐼 + 𝑎1 𝑎3 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
= 𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎2 + 𝐼 + 𝑎1 𝐼 + 𝑎3 [Def ( × ) pada Teorema Ring
Faktor]
∴(𝑅Τ𝐼 ,×) memenuhi sifat distributif × terhadap +

∴ 𝑅 Τ𝐼, + ,× adalah suatu ring yang disebut


ring faktor
Contoh Ring Faktor:
1. Misal (ℤ, +,×) adalah ring dan 2ℤ ideal dari ring ℤ.
0 + 2ℤ = … , −6, −4, −2, 0, 2, 4, 6, … = 2ℤ + 0
1 + 2ℤ = {… , −7, −5, −3, −1, 1, 3, 5, 7, … } = 2ℤ + 1
Dengan demikian, dapat dibuat ring faktor ℤΤ2ℤ = 0 + 2ℤ, 1 + 2ℤ .
Buktikan ℤΤ2ℤ merupakan ring faktor dari ℤ oleh 2ℤ!
Jawab:
Diketahui (ℤ, +,×) adalah ring dan 2ℤ ideal dari ring ℤ.
Berdasarkan operasi penjumlahan dan perkalian yang didefinisikan pada teorema ring
faktor, diperoleh tabel cayley sebagai berikut:

+ 𝟎 + 𝟐ℤ 𝟏 + 𝟐ℤ × 𝟎 + 𝟐ℤ 𝟏 + 𝟐ℤ
𝟎 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 1 + 2ℤ 𝟎 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 0 + 2ℤ
𝟏 + 𝟐ℤ 1 + 2ℤ 0 + 2ℤ 𝟏 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 1 + 2ℤ
Lanjutan Contoh Ring Faktor 1
Akan ditunjukkan (ℤΤ2ℤ , +,×) adalah ring.
+ 𝟎 + 𝟐ℤ 𝟏 + 𝟐ℤ
1. Akan ditunjukkan (ℤΤ𝟐ℤ , +) merupakan grup abelian.
𝟎 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 1 + 2ℤ a. (ℤΤ2ℤ , +) memenuhi sifat tertutup (terlihat dari tabel cayley).
𝟏 + 𝟐ℤ 1 + 2ℤ 0 + 2ℤ b. (ℤΤ2ℤ , +) memenuhi sifat asosiatif (diturunkan dari ℤ).
c. (ℤΤ2ℤ , +) memiliki elemen nol yaitu 0 + 2ℤ.
× 𝟎 + 𝟐ℤ 𝟏 + 𝟐ℤ d. Setiap elemen di (ℤΤ2ℤ , +) memiliki elemen negatif.
−(0 + 2ℤ) = 0 + 2ℤ
𝟎 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 0 + 2ℤ
−(1 + 2ℤ) = 1 + 2ℤ
𝟏 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 1 + 2ℤ e. (ℤΤ2ℤ , +) memenuhi sifat komutatif (diturunkan dari ℤ).
2. Akan ditunjukkan (ℤΤ𝟐ℤ, ×) merupakan semi grup.
a. (ℤΤ2ℤ ,×) memenuhi sifat tertutup (terlihat dari tabel cayley).
b. (ℤΤ2ℤ ,×) memenuhi sifat asosiatif (diturunkan dari ℤ).
3. Akan ditunjukkan (ℤΤ𝟐ℤ , +,×) memenuhi sifat distributif × terhadap +.
(ℤΤ2ℤ , +) memenuhi sifat distributif kiri dan kanan (diturunkan dari ℤ).

∴ ℤΤ2ℤ , +,× adalah ring faktor dari ℤ oleh 2ℤ


Contoh Ring Faktor:

2. Misalkan (ℤ6,+6 ,×6 ) adalah suatu ring. Bila K = {0, ത adalah suatu ideal dari ℤ6.
ത 3}
Apakah ℤ6/K merupakan ring faktor!
Jawab:
ത K = {0,
0+ ത 3}ത ത K = {3,
3+ ത 0} ത ത K = 3+
0+ ത K
1ത + K = {1,
ത 4ത } 4ത + K = {4ത , 1}
ത 1ത + K = 4ത + K
2ത + K = {2, ത
ത 5} 5ത + K = {5,
ത 2}ത 2ത + K = 5ത + K
Dengan demikian, dapat dibuat ring faktor ℤ6 ∕ K = {0ത + K, 1ത + K, 2ത + K}.
Akan diselidiki apakah (ℤ6 ∕ K,+6 ,×6 ) merupakan suatu ring faktor.
Lanjutan Contoh Ring Faktor 2
1. (ℤ6/K ,+𝟔 ) merupakan grup abelian.
+6 ഥ+K
𝟎 ഥ+K
𝟏 ഥ+K
𝟐
a. (ℤ6/K,+6 ) memenuhi sifat tertutup (terlihat dari tabel cayley).
ഥ+K
𝟎 0ത + K 1ത + K 2ത + K b. (ℤ6/K,+6 ) memenuhi sifat asosiatif (diturunkan dari ℤ).
ഥ+K
𝟏 1ത + K 2ത + K 0ത + K c. (ℤ6/K,+6 ) memiliki elemen nol yaitu 0
ത +K.
d. Setiap elemen di (ℤ6/K ,+6 )memiliki elemen negatif.
ഥ+K
𝟐 2ത + K 0ത + K 1ത + K
−(0ത +K) = 0ത + K
−(1ത + K) = 2ത + K
−(2ത + K) = 1ത + K
e. (ℤ6/K ,+6 ) memenuhi sifat komutatif (diturunkan dari ℤ).
Lanjutan Contoh Ring Faktor 2
ഥ+K ഥ+K ഥ+K
2. (ℤ6 ∕ K,×𝟔 ) merupakan semi grup.
+6 𝟎 𝟏 𝟐

ഥ+K a. (ℤ6 ∕ K,×6) memenuhi sifat tertutup (terlihat dari tabel


𝟎 0ത + K 1ത + K 2ത + K
cayley).
ഥ+K
𝟏 1ത + K 2ത + K 0ത + K
b. (ℤ6 ∕ K,×6) memenuhi sifat asosiatif (diturunkan dari ℤ).
ഥ+K
𝟐 2ത + K 0ത + K 1ത + K
3. (ℤ6/K,+𝟔 ,×𝟔 ) memenuhi sifat distributif ×𝟔 terhadap +𝟔 .
×6 ഥ+K
𝟎 ഥ+K
𝟏 ഥ+K
𝟐
(ℤ6/K,+6 ,×6 ) memenuhi sifat distributif kiri dan kanan
ഥ+K
𝟎 0ത + K 0ത + K 0ത + K (diturunkan dari ℤ).
ഥ+K
𝟏 0ത + K 1ത + K 2ത + K

ഥ+K ∴ ℤ6 ΤK , +6 , ×6 adalah ring faktor dari ℤ6 oleh 𝐾


𝟐 0ത + K 2ത + K 1ത + K
TEOREMA
I. Jika 𝑅 adalah ring komutatif dan 𝐼 adalah sembarang ideal
dari ring 𝑅, maka 𝑅Τ𝐼 adalah ring komutatif.

II. Jika 𝑅 adalah ring dengan elemen kesatuan yaitu 𝑒 dan 𝐼


adalah sembarang ideal dari ring 𝑅 dengan 𝐼 ≠ 𝑅 maka
𝑅/𝐼 mempunyai elemen kesatuan yaitu 𝐼 + 𝑒.

III. Jika 𝑅 merupakan ring komutatif dengan elemen kesatuan,


𝐼 ideal prima dalam 𝑅 dan 𝐼 ≠ 𝑅, maka 𝑅/𝐼 adalah suatu
daerah integral.
Bukti (i): akan ditunjukkan 𝑅 Τ𝐼 adalah ring komutatif.
Diketahui 𝑅 adalah ring komutatif dan 𝐼 adalah sembarang ideal dari ring 𝑅.
Karena 𝑅 adalah ring komutatif, 𝐼 adalah sembarang ideal dari ring 𝑅, dan 𝑅Τ𝐼 adalah himpunan semua
koset kiri atau koset kanan dari 𝑅 oleh 𝐼, maka berdasarkan teorema ring faktor, ∀𝐼 + 𝑎, 𝐼 + 𝑏 ∈ 𝑅Τ𝐼,
didefinisikan:
𝐼 + 𝑎 + 𝐼 + 𝑏 = 𝐼 + 𝑎 + 𝑏 dan 𝐼 + 𝑎 × 𝐼 + 𝑏 = 𝐼 + 𝑎𝑏 .
𝑅/𝐼 dengan operasi penjumlahan dan perkalian tersebut merupakan suatu ring yang disebut ring faktor
dari 𝑅 oleh 𝐼.
Ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅.
∴ 𝑅Τ𝐼 adalah ring komutatif
Karena 𝑅 ring komutatif berarti berlaku 𝑎 ∙ 𝑏 = 𝑏 ∙ 𝑎.
Ambil sembarang 𝐼 + 𝑎 , 𝐼 + 𝑏 ∈ 𝑅Τ𝐼 berlaku:
𝐼+𝑎 ∙ 𝐼+𝑏 =𝐼+ 𝑎∙𝑏 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
=𝐼+ 𝑏∙𝑎 [Sifat komutatif pada (R,×)]
= 𝐼+𝑏 ∙ 𝐼+𝑎 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
Contoh untuk Teorema I
Misal (ℤ, +,×) adalah ring komutatif dan 2ℤ ideal dari ring ℤ.
0 + 2ℤ = {… , −6, −4, −2, 0, 2, 4, 6, … } = 2ℤ + 0
1 + 2ℤ = {… , −7, −5, −3, −1, 1, 3, 5, 7, … } = 2ℤ + 1
Berdasarkan teorema I, ring faktor ℤΤ2ℤ = 0 + 2ℤ, 1 + 2ℤ merupakan ring komutatif.
Tunjukkan ℤΤ𝟐ℤ merupakan ring komutatif!
Jawab:
Berdasarkan contoh sebelumnya, telah terbukti bahwa ℤΤ2ℤ adalah ring yang disebut ring
faktor dari ℤ oleh 2ℤ.
Berdasarkan operasi perkalian yang didefinisikan pada teorema ring faktor, diperoleh tabel
cayley sebagai berikut:
Berdasarkan tabel cayley, diperoleh:
× 𝟎 + 𝟐ℤ 𝟏 + 𝟐ℤ
1 + 2ℤ × 0 + 2ℤ = 0 + 2ℤ = 0 + 2ℤ × 1 + 2ℤ .
𝟎 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 0 + 2ℤ
𝟏 + 𝟐ℤ 0 + 2ℤ 1 + 2ℤ ∴ ℤΤ𝟐ℤ merupakan ring komutatif
Bukti (iI): akan ditunjukkan 𝑅/𝐼 mempunyai elemen kesatuan
yaitu 𝐼 + 𝑒.
Diketahui 𝑅 adalah ring dengan elemen kesatuan 𝑒 dan 𝐼 adalah sembarang ideal dalam ring 𝑅
dengan 𝐼 ≠ 𝑅.
Ambil sembarang 𝑟 ∈ 𝑅.
Karena 𝑅 memiliki elemen kesatuan 𝑒 berarti ∀𝑟 ∈ 𝑅 berlaku 𝑟 ∙ 𝑒 = 𝑟 = 𝑒 ∙ 𝑟.
Ambil sembarang 𝐼 + 𝑟 ∈ 𝑅/𝐼.
Diperoleh:
𝐼+𝑟 =𝐼+ 𝑟∙𝑒 [Definisi ring 𝑹 dengan elemen kesatuan]
= 𝐼+𝑟 ∙ 𝐼+𝑒 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]
dan
𝐼+𝑟 =𝐼+ 𝑒∙𝑟 [Definisi ring 𝑹 dengan elemen kesatuan]
= 𝐼+𝑒 ∙ 𝐼+𝑟 [Def (×) pada Teorema Ring Faktor]

∴ 𝑹Τ𝑰 mempunyai elemen kesatuan 𝑰 + 𝒆


Contoh untuk Teorema II
Misalkan (ℤ6 ,+6 , ×6 ) adalah suatu ring dengan elemen kesatuan e = 1ത . Bila K = {0ത ,3ത } adalah
suatu ideal dari ring ℤ6. ℤ6 ∕ K adalah ring faktor dengan anggota ℤ6 ∕ K = {0ത + K, 1ത + K, 2ത + K}.
Berdasarkan teorema II maka elemen kesatuan dari ℤ6 ∕ K adalah 1ത + K. Dapat pula dilihat dari
tabel cayley, elemen kesatuan dari ℤ6 ∕ K adalah 1ത + K.

×6 ഥ+K
𝟎 ഥ+K
𝟏 ഥ+K
𝟐

ഥ+K
𝟎 0ത + K 0ത + K 0ത + K

ഥ+K
𝟏 0ത + K 1ത + K 2ത + K

ഥ+K
𝟐 0ത + K 2ത + K 1ത + K
Bukti (III): akan ditunjukkan 𝑅/𝐼 adalah suatu daerah integral
Diketahui 𝑹 merupakan ring komutatif dengan elemen kesatuan dan 𝑰 ideal prima dalam 𝑹 dan
𝑰≠𝑹
Karena 𝑹 merupakan ring komutatif dengan elemen kesatuan, berdasarkan teorema I dan II
diperoleh 𝑹/𝑰 adalah ring komutatif dengan elemen kesatuan pula.
Tinggal dibuktikan bahwa 𝑹/𝑰 tidak mempunyai elemen pembagi nol.
Andaikan 𝑹/𝑰 mempunyai elemen pembagi nol.
Ambil sembarang (a+𝑰) ≠ (0+𝑰), (a+𝑰) ∈ 𝑹/𝑰 dan (b+𝑰) ≠ (0+𝑰), (b+𝑰) ∈ 𝑹/𝑰 dengan
(a+𝑰)(b+𝑰) = 0+𝑰.
Diperoleh (ab) + 𝑰 = 0 + 𝑰 sehingga berakibat ab dalam 𝑰.
Karena 𝑰 adalah ideal prima maka berlaku salah satu, a dalam 𝑰 atau b dalam 𝑰. Hal ini berarti
berlaku salah satu, a + 𝑰 = 0 + 𝑰 atau b + 𝑰 = 0 + 𝑰. Hal ini kontradiksi dengan pernyataan awal,
maka haruslah 𝑹/𝑰 tidak mempunyai elemen pembagi nol.
∴ 𝑹/𝑰 daerah integral.
Contoh untuk Teorema III: dari Z, tunjukkan bahwa Z/6Z bukan daerah integral!
Diketahui (ℤ,+,×) adalah daerah integral, dan 6Z ideal

Bukti :
Akan ditunjukkan bahwa Z/6Z bukan daerah integral. Kita telah tahu bahwa (ℤ,+,×) adalah sebuah
Ring, dan 6Z merupakan ideal dari Z.
Perhatikan bahwa:
0 + 6ℤ = {…, −12, −6, 0, 6, 12, …} = 6ℤ + 0 Dengan demikian, jika R daerah integral,
1 + 6ℤ = {…, −11, −5, 1, 7, 13, …} = 6ℤ + 1 R/I belum tentu daerah integral.
2 + 6ℤ = {…, −10, −4, 2, 8, 14, …} = 6ℤ + 2
3 + 6ℤ = {…, −9, −3, 3, 9, 15, …} = 6ℤ + 3
4 + 6ℤ = {…, −8, −2, 4, 10, 16, …} = 6ℤ + 4
5 + 6ℤ = {…, −7, −1, 5, 11, 17, …} = 6ℤ + 5
Dengan demikian, dapat dibuat ring faktor ℤ ∕ 6Z= {0 + 6ℤ, 1 + 6ℤ, 2 + 6ℤ, 3 + 6ℤ, 4 + 6ℤ, 5 + 6ℤ }.
Z/6Z bukan merupakan daerah integral karena ∃ 2 + 6ℤ, 3 + 6ℤ ∈ ℤ ∕ 6Z, 2 + 6ℤ ≠ 0 + 6Z dan
3 + 6ℤ ≠ 0 + 6Z tetapi (2 + 6ℤ) x (3 + 6ℤ) = (2 x 3) + 6Z = 0 + 6Z.
∴ Z/6Z bukan daerah integral
4
Teorema Homomorfisma
alami
Masih ingatkah
Homomorfisma
alami grup???
58
Teorema

Homomorfisma alami Homomorfisma alami


grup ring
Jika 𝑮 suatu grup dan 𝑵 ⊲ 𝑮 maka Misalkan 𝑹 suatu ring dan 𝑰 ideal dari 𝑹

pemetaan 𝜼: 𝑮 → 𝑮/𝑵 yang didefinisikan maka pemetaan 𝜽 ∶ 𝑹 → 𝑹/𝑰 yang

oleh 𝜼 𝒂 = 𝑵𝒂, ∀𝒂 ∈ 𝑮 adalah didefinisikan oleh 𝜽 (𝒂) = 𝑰 + 𝒂, ∀𝒂 ∈ 𝑹

homomorfisma onto dari G ke 𝐺/𝑁 dan adalah suatu homomorfisma onto

ker 𝜂 = 𝑁 . 𝜂 biasanya disebut sebagai (epimorfisma) dari 𝑅 ke 𝑅/𝐼 dan Ker 𝛉 = I.

homomorfisma alami. Biasanya 𝛉 disebut homomorfisma alami.

59
Bukti: (i) Akan ditunjukkan 𝜽 pemetaan
Ambil sebarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 dengan 𝑎 = 𝑏
Maka,
𝑎 = 𝑏
𝐼 + 𝑎 = 𝐼 + 𝑏 (koset nya pasti sama)
𝛉(𝑎) = 𝛉(𝑏)
∴ 𝜽 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒂𝒏

60
Bukti: (II) Akan ditunjukkan 𝜽 homomorfisma
Ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅
1
𝛉 𝑎 + 𝑏 = 𝐼 + 𝑎 + 𝑏 [Def 𝜽]
= 𝐼 + 𝑎 + 𝐼 + 𝑏 [Def (+) ring faktor 𝑹/𝑰]
= 𝛉(𝑎) + 𝛉(𝑏) [Def 𝜽]
Ambil sembarang 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅 2
𝛉 𝑎𝑏 = 𝐼 + 𝑎𝑏 [Def 𝜽]
= 𝐼 + 𝑎 𝐼 + 𝑏 [Def (+) ring faktor 𝑹/𝑰]
= 𝛉(𝑎)𝛉(𝑏) [Def 𝜽]

∴ 𝜽 𝑯𝒐𝒎𝒐𝒎𝒐𝒓𝒇𝒊𝒔𝒎𝒂
61
Bukti: (III) Akan ditunjukkan 𝜽 surjektif (onto)

∀ 𝐼 + 𝑎 ∈ 𝑅/𝐼, ∃𝑎 ∈ 𝑅 𝑠𝑑𝑠ℎ𝑔 𝛉(𝑎) = 𝐼 + 𝑎


∴ 𝜽 𝒐𝒏𝒕𝒐

Sehingga terbukti bahwa 𝜃 adalah homomorfisma


onto (epimorfisma).

62
Bukti: (IV) Akan ditunjukkan 𝐤𝐞𝐫 𝜽 = 𝑰
𝐤𝐞𝐫 𝛉 = 𝐈 artinya 𝐤𝐞𝐫 𝛉 ⊂ 𝐈 𝑑𝑎𝑛 𝐈 ⊂ 𝐤𝐞𝐫 𝛉 ∴ 𝒌𝒆𝒓𝜽 = 𝑰

Akan dibuktikan 𝒌𝒆𝒓 𝜽 ⊂ 𝑰 Akan dibuktikan 𝑰 ⊂ 𝒌𝒆𝒓 𝜽 2


Ambil 𝑥 ∈ ker 𝛉 artinya 1 Ambil 𝑥 ∈ 𝐼 sehingga
𝛉 𝑥 = 𝐼 + 0𝑅/𝐼 = 𝐼 Berdasarkan definisi teorema
Berdasarkan definisi teorema homomorfisma alami maka
homomorfisma alami maka 𝛉 (𝑥) = 𝐼 + 𝑥 [Def 𝜃 ]
𝛉 (𝑥) = 𝐼 + 𝑥 [Def 𝜃 ] 𝛉 (𝑥) = 𝐼
𝐼 = 𝐼+𝑥 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑥 ∈ ker 𝛉
Maka 𝑥 ∈ 𝐼 Contoh :
Contoh: 𝛉 (80) = 20𝑍 + 80, 80 ∈ 20𝑍
2𝑍 + 0 = 2𝑍 + 4 = 20𝑍
4 ∈ 2𝑍 (Berarti 80 dipetakan ke elemen nol R/I)

63
Contoh:
Diberikan (𝑍, +,×) adalah suatu Ring dan 6𝑍 adalah
ideal dari 𝑍.
𝜼: 𝑍 → 𝑍/6𝑍 didefinisikan oleh
𝜼 𝒙 = 𝟔𝒁 + 𝒙, ∀𝑥𝜖𝑍
Selidiki apakah 𝜂 merupakan homomorfisma alami?

64
Bukti: (i) Akan diselidiki 𝜼 pemetaan
Ambil sebarang x, 𝑦 ∈ 𝑍 dengan x = 𝑦
Maka,
𝑥 =𝑦
6𝑍 + 𝑥 = 6𝑍 + 𝑦 (koset nya pasti sama)
𝜂(𝑥) = 𝜂(𝑦)
∴ 𝜼 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒂𝒏

65
Bukti: (II) Akan diselidiki 𝜼 homomorfisma
Ambil sembarang x, 𝑦 ∈ 𝑍
1
𝜂 𝑥 + 𝑦 = 6𝑍 + 𝑥 + 𝑦 [Def 𝛈]
= 6𝑍 + 𝑥 + 6𝑍 + 𝑦 [Def (+) ring faktor Z/𝟔𝒁]
= 𝜂(𝑥) + 𝜂(𝑦) [Def 𝛈]
Ambil sembarang x, 𝑦 ∈ 𝑍 2
𝜂 𝑥𝑦 = 6𝑍 + 𝑥𝑦 [Def 𝛈]
= 6𝑍 + 𝑥 6𝑍 + 𝑦 [Def (+) ring faktor Z/𝟔𝒁]
= 𝜂 𝑥 𝜂(𝑦) [Def 𝜼]

∴ 𝜼 𝑯𝒐𝒎𝒐𝒎𝒐𝒓𝒇𝒊𝒔𝒎𝒂
66
Bukti: (III) Akan diselidiki 𝜼 surjektif (onto)

∀ 6𝑍 + 𝑥 ∈ 𝑍/6𝑍, ∃𝑥 ∈ 𝑍 𝑠𝑑𝑠ℎ𝑔 η(𝑥) = 6𝑍 + 𝑥


∴ 𝜼 𝒐𝒏𝒕𝒐

Sehingga terbukti bahwa 𝜂 adalah homomorfisma


onto (epimorfisma).

67
Bukti: (IV) Akan diselidiki 𝐤𝐞𝐫 𝜼 = 𝟔𝒁
𝐤𝐞𝐫 𝛈 = 𝟔𝐙 artinya 𝐤𝐞𝐫 𝛈 ⊂ 𝟔𝐙 𝑑𝑎𝑛 𝟔𝐙 ⊂ 𝐤𝐞𝐫 𝛈 ∴ 𝒌𝒆𝒓𝜼 = 𝑰

Akan dibuktikan 𝒌𝒆𝒓 𝜼 ⊂ 𝟔𝒁 Akan dibuktikan 6Z ⊂ 𝒌𝒆𝒓 𝜼 2


Ambil 𝑥 ∈ ker 𝜂 artinya 1 Ambil 𝑥 ∈ 6𝑍 sehingga
𝜂 𝑥 = 6𝑍 + 0𝑍/6𝑍 = 6𝑍 Berdasarkan definisi teorema
Berdasarkan definisi teorema homomorfisma alami maka
homomorfisma alami maka 𝜂(𝑥) = 6𝑍 + 𝑥 [Def 𝜂 ]
𝜂(𝑥) = 6𝑍 + 𝑥 [Def 𝜂 ] 𝜂(𝑥) = 6𝑍
6𝑍 = 6𝑍 + 𝑥 𝑀𝑎𝑘𝑎 𝑥 ∈ ker 𝜂
Maka 𝑥 ∈ 6𝑍 Contoh :
Contoh: 𝛉 (30) = 6𝑍 + 30, 30 ∈ 6𝑍
6𝑍 + 0 = 6𝑍 + 12 = 6𝑍
12 ∈ 6𝑍 (Berarti 30 dipetakan ke elemen nol di Z/6Z)

68
Lanjutan bagian (iv)

69
Kesimpulan

Dari bukti (I), (II), (III), dan (IV) maka terbukti bahwa

𝜂 adalah homomorfisma alami

70
5
Teorema fundamental
homomorfisma Ring
Masih ingatkah
TFH Grup???
72
Teorema
Fundamental Fundamental
Homomorfisma Grup Homomorfisma Ring
Misalkan 𝐺 dan 𝐻 adalah grup dan Misalkan R dan S masing-masing adalah
ring dan 𝜃 : R→ S suatu homomorfisma
𝜃: G → H adalah suatu homomorfisma onto yang didefenisikan dengan ker θ
onto dari G ke H dengan ker 𝜃 = N, = I maka pemetaan 𝜑: R/I → S yang
maka relasi ∅: G/N → H yang didefenisikan oleh:
didefenisikan oleh : 𝜑((𝐼 + 𝑎) = 𝜃(𝑎), ∀ 𝐼 + 𝑎 ∈ 𝑅/𝐼
∅(𝑁𝑎) = 𝜃(𝑎), ∀ 𝑁𝑎 ∈ 𝐺/𝑁 adalah suatu isomorfisma dari R/I ke S
adalah suatu isomorfisma dari 𝐺/𝑁 ke 𝐻 sedemikian sehingga R/I ≅ S
sedemikan sehingga G/𝑁 ≅ 𝐻.

73
Pembuktian TFH Grup Pembuktian TFH ring
Jika pertanyaannya Jika pertanyaannya
“Buktikan bahwa 𝑮/𝑵 ≅ 𝑯” “Buktikan bahwa 𝐑/𝑰 ≅ 𝑺”
maka maka
Gunakan Gunakan
𝐺, 𝐻, 𝜃: 𝐺 → 𝐻 homomorfisma onto 𝑅, 𝑆, 𝜃: 𝑅 → 𝑆 homomorfisma onto
𝑘𝑒𝑟𝜃 = 𝑁, 𝑁 ⊲ 𝐺 𝑘𝑒𝑟𝜃 = 𝐼, 𝐼 ⊆ 𝑅 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
Buktikan Buktikan
∅: 𝐺/𝑁 → 𝐻 isomorfisma atau 𝐺/𝑁 ≅ 𝐻 𝜑: 𝑅/𝐼 → 𝑆 isomorfisma atau 𝑅/𝐼 ≅ 𝑆

74
Bukti: (i) Akan ditunjukkan 𝜑 pemetaan
Ambil sembarang I + a, I + b ∈ R/I, sehingga
I+a=I+b
a = n + b, untuk n ∈ I
𝜃(a)=𝜃(n + b)
=𝜃(n) +𝜃(b), karena n ∈ I = ker 𝜂 maka
= 𝑂𝑠 +𝜃(b)
𝜑(I + a) =𝜑(I + b)

∴ 𝜑 𝒑𝒆𝒎𝒆𝒕𝒂𝒂𝒏

75
Bukti: (iI) Akan ditunjukkan 𝜑 homomorfisma ring
Ambil sembarang I + a, I + b ∈ R/I Sehingga 1
𝜑[(I+a) + (I+b)] = 𝜑(I+a+b) [Definisi operasi " + “ di 𝑹/𝑰]
=𝜃(a + b)
karena 𝜃 homomorfisma, maka
=𝜃(a)+ 𝜃 b
=𝜑(I + a) +𝜑(I + b)

𝜑[(I+a) (I+b)] =𝜃(I + ab) [Definisi operasi " × “ di 𝑹/𝑰] 2


=𝜃(ab)
karena 𝜃 homomorfisma, maka
=𝜃(a)𝜃( b)
= 𝜑(I+a) 𝜑(I+b)
∴ 𝜑 𝑯𝒐𝒎𝒐𝒎𝒐𝒓𝒇𝒊𝒔𝒎𝒂
76
Bukti: (i) Akan ditunjukkan 𝜑 satu-satu
Ambil I+ a, I+ b ∈ R/I dengan 𝜑(I + a) = 𝜑(I + b)
𝜑(𝐼 + 𝑎) = 𝜑(𝐼 + 𝑏)
𝜃(𝑎) = 𝜃(𝑏) [Definisi 𝜽]
𝜃 𝑎 + (−𝜃 𝑏 ) = 𝑶𝒔 [kedua ruas persamaan ditambahkan (−𝜽(b))]
𝜃 𝑎 + 𝜃 −𝑏 = 0𝑠 [sifat homomorfisma ring]
𝜃 𝑎 − 𝑏 = 0𝑠 [definisi homomorfisma ring]
Berarti a – b ∈ ker 𝜂 = 𝐼 [Definisi kernel]
𝑎 − 𝑏 = 0𝑅
a=b ∴ 𝜑 𝒊𝒏𝒋𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇
𝐼 + 𝑎 = 𝐼 + 𝑏

77
Bukti: (iv) Akan ditunjukkan 𝝋 onto
Ambil s ∈ S, karena 𝜃: R→ S homomorfisma onto,
maka ∃a ∈ R dimana 𝜃(a) = s
Dari teorema homomorfisma alami maka 𝜂 homomorfisma onto
Oleh karena itu,
∀(𝐼 + 𝑎) ∈ 𝑅/𝐼, ∃ 𝑎 ∈ 𝑅 sdshg 𝜑(𝐼 + 𝑎) = 𝜃(𝑎) = 𝑠
Jadi, 𝑠 ∈ 𝑆 , ∃ (𝐼 + 𝑎) ∈ 𝑅/𝐼 sdshg 𝜑 𝐼 + 𝑎 = 𝜃 𝑎 = 𝑠
∴ 𝜑 𝒐𝒏𝒕𝒐
Dari (i)-(iv) terbukti bahwa 𝝋: R/I → 𝐒 suatu
isomorfisma atau 𝑹/𝑰 ≅ 𝑺

78
kESIMPULAN
Artinya 𝜽: 𝑹 → 𝑺 merupakan
homomorfisma awal akan
sama dengan komposisi
fungsi dari homomorfisma
baru yaitu 𝝋: 𝑹/𝑰 → 𝑺 yang
dibentuknya dengan
homomorfisma alami yaitu
𝜼: 𝑹 → 𝑹/𝑰.

79
Masih ingatkah Bagaimana
menyelesaikan soal
terkait
“Penggunaa TFH grup”???
80
Penggunaan TFH Grup Penggunaan TFH ring
Jika pertanyaannya Jika pertanyaannya
“Gunakan TFH grup untuk membuktikan “Gunakan TFH ring untuk membuktikan
bahwa 𝑮/𝑵 ≅ 𝑯” bahwa R/𝑰 ≅ 𝑺”
maka maka
Buktikan Buktikan
𝐺, 𝐻 adalah grup 𝑅, 𝑆 adalah ring
𝜃: 𝐺 → 𝐻 homomorfisma onto 𝜃: 𝑅 → 𝑆 homomorfisma onto
𝑘𝑒𝑟𝜃 = 𝑁, 𝑁 ⊲ 𝐺 𝑘𝑒𝑟𝜃 = 𝐼, 𝐼 ⊆ 𝑅 𝑎𝑑𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙
Mengakibatkan Mengakibatkan
∅: 𝐺/𝑁 → 𝐻 isomorfisma atau 𝐺/𝑁 ≅ 𝐻 𝜑: 𝑅/𝐼 → 𝑆 isomorfisma atau 𝑅/𝐼 ≅ 𝑆

81
contoh

Dengan menggunakan TFH Ring buktikan ℤ/ 6ℤ ≅ ℤ6 .


Jawaban
1. Jelas bahwa ℤ merupakan Ring c) Akan ditunjukkan 𝜃 onto:
2. Jelas Bahwa ℤ6 merupakan Ring ∀ 𝑦 6 ∈ ℤ6 , ∃ 𝑥 ∈ ℤ ∋ 𝜃 𝑥 = 𝑥 6 = 𝑦 ∈ ℤ6
3. Akan ditunjukkan 𝜃 Homomorfisma Onto ∴ 𝜃 homomorfisma onto
a) Akan ditunjukkan 𝜃 merupakan pemetaan
Ambil sembarang x,y 𝜖 ℤ dengan x = y maka, 4. Berdasarkan contoh sebelumnya jelas
[x] 6 =[y] 6 bahwa 6ℤ ideal dari ℤ
𝜃(x) = 𝜃(y) 5. Akan ditunjukkan ker 𝜃 = 6ℤ
Ker 𝜃 = 6ℤ
b) Akan ditunjukkan 𝜃 merupakan Homomorfisma = { . . . , -6, 0, 6, 12, . . . } ⊆ ℤ
Ambil sembarang x,y 𝜖 ℤ maka = {6z z 𝜖 ℤ }
𝜃(x+y) = [x+y] 6 𝜃(x.y) = [x.y] 6 Maka ker 𝜃 = 6ℤ
= [x] 6 +[y] 6 = [x] 6 [y] 6
= 𝜃(x) + 𝜃(y) = 𝜃(x) ∙ 𝜃(y) ∴ Dari 1. 2. 3. dan 4. maka ℤ/ 6ℤ ≅ ℤ6
Contoh 39.1
Misalkan 𝜃 ∶ ℤ 12 → ℤ 4 , ddengan 𝜃( 𝑎 12 ) = 𝑎 4 ∀ 𝑎 12 ∈ ℤ 12
1. 𝜃 terdefinisi dengan baik
2. 𝜃 homomorfisma
3. 𝜃 dengan menggunakan TFH ring tunjukkan ℤ 12 /( 4 ) ≅ ℤ 4
4. 𝜃 buatlah tabel Cayley untuk operasi ring pada ℤ 12 /( 4 )

Jawab :
(a) Akan ditunjukkan 𝜃 terdefinisi dengan baik
Ambil sembarang 𝑎 12 dan 𝑏 12 ∈ ℤ 12 dengan 𝑎 12 = 𝑏 12 , maka
𝑎 12 = 𝑏 12
𝑎 12 - 𝑏 12 = 0
𝑎 − 𝑏 12 = 0
𝑎 − 𝑏 = 12 k, ∀k∈ℤ
𝑎 − 𝑏 = 4(3 k)
𝑎−𝑏 4 =0
𝑎4= 𝑏4
𝜃( 𝑎 12 ) = 𝜃( 𝑏 12 )
Contoh 39.1
(b) Akan ditunjukkan 𝜃 homomorfisma
Ambil sembarang 𝑎 12 dan 𝑏 12 ∈ ℤ 12
𝜃( 𝑎 12 ⊕ 𝑏 12 ) = 𝜃( 𝑎 + 𝑏 12 )
= 𝑎+𝑏 4
= 𝑎 4⊕ 𝑏 4
𝜃( 𝑎 12 ⊕ 𝑏 12 ) = 𝜃( 𝑎 12 ) ⊕ 𝜃( 𝑏 12 )

𝜃( 𝑎 12 ⨂ 𝑏 12 )
= 𝜃( 𝑎 × 𝑏 12 )
= 𝑎×𝑏 4
= 𝑎 4⨂ 𝑏 4
𝜃( 𝑎 12 ⨂ 𝑏 12 ) = 𝜃( 𝑎 12 ) ⨂ 𝜃( 𝑏 12 )
Contoh 39.1
(c) Akan ditunjukkan dengan menggunakan TFH ring ℤ 12 /( 4 ) ≅ ℤ 4

(i) Akan ditunjukkan 𝜃 onto


𝜃 onto sebab ∀ 𝑎 4 ∈ ℤ 4 terdapat 𝑎 12 ∈ ℤ 12 sehingga 𝜃( 𝑎 12 ) = 𝑎 4

(ii) Akan ditujukkan ker 𝜃 = 4 12


ker 𝜃 = 𝑎 12 ∈ ℤ 12 ; 𝜃( 𝑎 12 ) = 0 4
= 0 12 , 4 12 , 8 12
ker 𝜃 = 4 12
∴ dari (i) dan (ii) Berdasarkan TFH Ring maka ℤ 12 /( 4 ) ≅ ℤ 4
Contoh 39.1
(d) 𝐼 = ( 4 12 ) maka
𝐼 + [1] = {[1], [5], [9]} = 𝐼 + [5] = 𝐼 + [9]
𝐼 + [2] = {[2], [6], [10]} = 𝐼 + [6] = 𝐼 + [10]
𝐼 + [3] = {[3], [7], [11]} = 𝐼 + [7] = 𝐼 + [11]
Jadi kita memiliki ℤ 12 / 𝐼 = {𝐼, 𝐼 + [1], 𝐼 + [2], 𝐼 + [3]}
Tabel cayley:

𝐼 𝐼 + [1] 𝐼 + [2] 𝐼 + [3]


𝐼 𝐼 𝐼 + [1] 𝐼 + [2] 𝐼 + [3]
𝐼 + [1] 𝐼 + [1] 𝐼 + [2] 𝐼 + [3] 𝐼
𝐼 + [2] 𝐼 + [2] 𝐼 + [3] 𝐼 𝐼 + [1]
𝐼 + [3] 𝐼 + [3] 𝐼 𝐼 + [1] 𝐼 + [2]

Anda mungkin juga menyukai