Hitungan Primitif
Leluhur kita sekitar 20.000 tahun yang lalu merasa perlu untuk menghitung
ternak mereka, jumlah barang yang dibarter, atau menandai perjalanan hari. Evolusi dari
perhitungan tersebut dapat diistilahkan sebagai bilangan dan simbolnya. Antropologi
menceritakan pada kita bahwa disana sudah terdapat budaya meskipun primitif, yang
tidak menyadari beberapa bilangan. Pemikiran mereka masih pada hal paling sederhana
antara satu dan dua. Suku Aborigin Australia hanya menghitung sampai dua, untuk
bilangan yang lebih besar dari dua akan disebut banyak. Suku Indian Amerika Selatan
sepanjang anak sungai Amazon mereka mampu menghitung hingga enam, tetapi mereka
menyebut tiga sama dengan dua-satu, empat sama dengan dua-dua, dan sebagainya.
Sistem yang sama juga digunakan oleh suku Bushmen di Afrika Selatan yang telah
menghitung hingga sepuluh. Dengan hanya dua istilah yang ada (1 dan 2) deskripsi
frasanya menjadi terlalu panjang. Katakanlah mereka akan membarter dua sapi untuk
empat babi, maka mereka akan membarter satu sapi pertama untuk dua babi, dan satu
sapi kedua untuk dua babi yang lain.
Torehan pada artefak tulang mengindikasikan bahwa orang pada zaman batu
telah menciptakan suatu sistem perhitungan oleh kelompoknya sejak 30.000 SM.
Contoh yang paling mengesankan adalah tulang kering serigala muda yang ditemukan
di Cekoslovakia pada tahun 1937. Panjang tulang tersebut kurang lebih 7 inchi, diukir
dengan 55 sayatan yang dalam dan sayatan tersebut disusun dalam grup 5. Selama
bertahun-tahun tulang yang ditoreh tersebut ditafsirkan sebagai perhitungan berburu dan
sayatannya dianggap mewakili hewan yang dibunuh. Teori baru-baru ini, menyatakan
bahwa rekaman pertama dari orang-orang kuno juga berkaitan dengan perhitungan
waktu. Tanda-tanda pada tulang itu ditemukan di gua Prancis pada akhir 1880-an yang
dikelompokkan dalam urutan angka berulang yang menunjukkan jumlah hari-hari
berdasarkan fase bulan secara berturut-turut. Seseorang mungkin berpendapat bahwa
torehan pada tulang ini merupakan kalender berdasarkan bulan.
Contoh lain yang didapatkan yaitu torehan tulang yang digali di Ishango
sepanjang tepi danau Edward yang bersumber dari hulu sungai Nil. Bukti arkeologi dan
geologi tersebut bertanggalkan 17.500 SM, atau sekitar 12.000 tahun sebelum
masyarakat agraris muncul di lembah Nil. Cuplikan fosil ini mungkin alat yang
digunakan untuk mengukir, mencacah, atau bahkan menulis dalam beberapa cara. Ini
berisi kelompok sayatan yang disusun dalam tiga kolom tetap, ganjil, komposisi yang
terlihat tidak seimbang untuk dekoratifnya. Pada satu kolom, kelompok terdiri dari 11,
21, 19, dan 9 sayatan. Pola yang mendasari mungkin 10+1, 20+1, 20-1, dan 10-1.
Sayatan pada kolom lainnya berisi delapan kelompok dengan urutan sebagai berikut: 3,
6, 4, 8, 10, 5, 5, dan 7. Susunan ini tampaknya menunjukkan apresiasi konsep dari
duplikasi atau mengalikan dengan 2. Kolom terakhir memiliki empat kelompok yang
terdiri dari 11, 13, 17, dan 19 sayatan tersendiri. Pola disini mungkin kebetulan dan
tidak selalu menujukkan tentang bilangan prima. Karena 11 + 13 + 17 + 19 = 60 dan 11
+ 21 + 19 + 9 = 60, mungkin dapat dikatakan bahwa tanda pada tulang yang ditemukan
di Ishango itu berhitungan dengan perhitungan bulan, dengan kolom pertama dan kolom
ketiga mengindikasikan dua masa peredaran bulan.
Sumber http://www.math.buffalo.edu/mad/Ancient-Africa/ishango_bone.jpg
Ketika para penakluk Spanyol tiba pada abad keenam belas, mereka
mengamati bahwa setiap kota di Peru memiliki “simpul-simpul resmi”, yang diteruskan
pada laporan yang kompleks dengan helaian simpul dan loop berbagai warna dengan
maksud tertentu. Yang melakukan tugas ini tidak lain adalah bendahara kota pada masa
ini, petugas Quipu mencatat semua transaksi resmi mengenai tanah dan subjek dari kota
kemudian menyerahkan string (tali) kepada pemerintah pusat di Cuzco. Quipus penting
pada masa kekaisaran Inca, karena selain simpul ini tidak ada sistem penulisan yang
pernah berkembang disana.
Quipu dibuat dari tali utama yang tebal atau palang untuk melekatkan tali lain
dengan panjang dan warna yang berbeda, biasanya tali yang dilekatkan menjuntai
seperti helaian kain pel. Setiap string independen mewakili item tertentu yang akan
dihitung, misal string pertama digunakan untuk menunjukkan jumlah domba, yang
kedua untuk jumlah kambing, dan yang ketiga untuk anak domba.
Budaya dunia baru lainnya yang menggunakan sistem penomoran nilai tempat
adalah suku Maya kuno. Mereka menempati dataran luas wilayah Meksiko selatan dan
bagian-bagiannya yang sekarang dikenal Guatemala, El Salvador, dan Honduras.
Peradaban suku Maya ada selama lebih dari 2.000 tahun, perkembangan terbesarnya
berada pada periode 300-900 M. Suatu perolehan berbeda dari perkembangannya adalah
bentuk yang rumit dari tulisan hieroglif menggunakan sekitar 1000 glyph. Glyph kadang
kadang berdasarkan suara dan kadang-kadang berdasarkan makna. Setelah tahun 900 M
peradaban Mayan mengalami penurunan, penurunan mendadak yang terbesar seperti
banyak penduduk yang meninggalkan kota. Penyebab bencana kepergian masal ini
adalah suatu misteri, meskipun ada penjelasan spekulasi seperti bencana alam, wabah
penyakit, dan perang. Orang-orang yang tersisa dari suku Maya tidak menyerah dengan
mudah kepada penjajah Spanyol yang dimulai tak lama setelah tahun 1500. Itu adalah
masa perjuangan tanpa henti selama hampir satu abad, sebelum kerajaan maya runtuh
pada tahun 1597.
Tahun pada kalender suku mayan terdiri dari 365 hari yang dapat dibagi
menjadi 18 bulan dengan jumlah satu bulannya 20 hari, dan jangka waktu yang tersisa 5
hari. Hal ini membimbing pada penerapan sistem perhitungan berbasis 20 (sistem
vigesimal). Bilangan diekspresikan secara simbolik dalam dua bentuk. Kelas pendeta
menggunakan Glyph yang rumit berbentuk wajah dewa untuk mengindikasikan
bilangan 1 sampai 19. Untuk masyarakat umum notasi yang digunakan menggunakan
kombinasi bar dan titik untuk bilangan yang sama, dimana sebuah bar horizontal
mewakili 5 dan titik mewakili 1, sedangkan untuk simbol nol menggunakan gambar
kerang. Berikut ini adalah simbol yang diketahui untuk bilangan tersebut.
Simbol-simbol untuk angka yang lebih besar dari 19 disusun pada kolom
secara vertikal. Posisinya bergerak keatas, setiap bergerak keatas dikalikan berturut-
turut dengan pangkat 20, yaitu dengan 1, 20, 400, 8000, 160.000, dan sebagainya.
Contoh bilangan 20 bisa diungkapkan dengan kerang di posisi bagian bawah dan sebuah
titik di posisi atasnya.
Selama sejarah yang panjang, tampak jelas bahwa kemajuan dalam merancang
langkah yang efisien untuk penyampaian informasi numerik tidak terjadi hingga orang-
orang primitif meninggalkan kehidupan nomaden. Tanda torehan pada tulang atau batu
mungkin sebagai catatan ketika berburu dan hasil buruan, tetapi produsen makanan
sepenuhnya mensyaratkan bentuk baru dari representasi numerik. Selain itu, sebagai
sarana untuk menyimpan informasi, kumpulan tanda pada tulang itu hanya dimengerti
oleh orang yang membuatnya, sahabat, atau kerabatnya. Dengan demikian, catatan ini
mungkin tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh orang-orang yang dipisahkan jarak
yang jauh.
http://www.math.buffalo.edu/mad/Ancient-Africa/ishango.html