Anda di halaman 1dari 10

SISTEM DAN SIMBOL BILANGAN PERMULAAN

Hitungan Primitif

Sense of Number (Pengertian Bilangan)

Istilah Matematika berasal dari bahasa yunani yaitu mathemata, yang


umumnya digunakan untuk mengindikasikan suatu subjek dari instruksi atau pelajaran.
Pengkajian selanjutnya membatasi istilah matematika untuk sebagian lapangan
pengetahuan agar mudah digunakan. Pythagoras menggunakan istilah matematika pada
masa yunani klasik sepanjang tahun 600 SM – 300 SM. Istilah ini digunakan
Pythagoras untuk mendeskripsikan aritmatika dan geometri, sebelumnya masing-
masing subjek pelajaran ini disebut dengan nama terpisah, tanpa pertanda yang umum
untuk keduanya. Meskipun istilah matematika ada pada masa Yunani klasik tetapi
sejarah matematika dapat diikuti jauh sebelumnya. Tiga atau empat ribu tahun yang
lalu, di Mesir dan Babilonia kuno telah ada pengetahuan yang maknanya dapat
dideskripsikan sebagai matematika. Jika kita melihat pada pandangan yang luas bahwa
matematika meliputi persoalan kuantitatif, spasial, bilangan asli, ukuran, urutan, juga
wujudnya, itu adalah suatu aktivitas yang dihadirkan sejak hari pertama pengalaman
manusia.

Leluhur kita sekitar 20.000 tahun yang lalu merasa perlu untuk menghitung
ternak mereka, jumlah barang yang dibarter, atau menandai perjalanan hari. Evolusi dari
perhitungan tersebut dapat diistilahkan sebagai bilangan dan simbolnya. Antropologi
menceritakan pada kita bahwa disana sudah terdapat budaya meskipun primitif, yang
tidak menyadari beberapa bilangan. Pemikiran mereka masih pada hal paling sederhana
antara satu dan dua. Suku Aborigin Australia hanya menghitung sampai dua, untuk
bilangan yang lebih besar dari dua akan disebut banyak. Suku Indian Amerika Selatan
sepanjang anak sungai Amazon mereka mampu menghitung hingga enam, tetapi mereka
menyebut tiga sama dengan dua-satu, empat sama dengan dua-dua, dan sebagainya.
Sistem yang sama juga digunakan oleh suku Bushmen di Afrika Selatan yang telah
menghitung hingga sepuluh. Dengan hanya dua istilah yang ada (1 dan 2) deskripsi
frasanya menjadi terlalu panjang. Katakanlah mereka akan membarter dua sapi untuk
empat babi, maka mereka akan membarter satu sapi pertama untuk dua babi, dan satu
sapi kedua untuk dua babi yang lain.

Teknik pertama dan terbanyak untuk mengeskpresikan ide bilangan adalah


menjumlah. Istilah menjumlah atau tally berasal dari kata Francis tailer “memotong”
serupa dengan kata dalam bahasa inggris tailor. Akar istilah ini terlihat dalam bahasa
latin taliare yang bermakna “memotong”. Ide dari menjumlah yaitu kumpulan pasangan
dapat dihitung dengan menggunakan objek himpunan. Dalam kasus ini nenek moyang
kita menggunakan jari, kerang, atau batu. Contohnya, untuk menghitung domba bisa
dengan menggiring mereka pada suatu jalan yang sempit sambil memindahkan batu
kerikil untuk setiap domba. Batu kerikil dipindahkan dari satu tumpukan ke tumpukan
lain hingga semua domba dihitung. Contoh lainnya seperti orang yang hadir pada
peristiwa kemenangan, perjanjian, atau pendirian desa yang dimisalkan dengan pilar
batu yang dibangun dengan satu batu untuk tiap orang yang hadir.

Perhitungan selanjutnya menggunakan goresan pada batu, kayu, tulang, atau


menggunakan ikatan simpul dengan panjang dan warna berbeda. Ketika tanda
penjumlahan terlalu banyak untuk divisualisasikan, orang-orang primitif menyusunnya
ke dalam grup 5, untuk banyak jari pada suatu tangan. Pengelompokan itu dilakukan
dengan pasangan yang sama seperti pasangan yang pertama, selanjutnya bisa dilakukan
dengan grup 5, 10, atau 20.

Sayatan sebagai Tanda Penjumlahan

Torehan pada artefak tulang mengindikasikan bahwa orang pada zaman batu
telah menciptakan suatu sistem perhitungan oleh kelompoknya sejak 30.000 SM.
Contoh yang paling mengesankan adalah tulang kering serigala muda yang ditemukan
di Cekoslovakia pada tahun 1937. Panjang tulang tersebut kurang lebih 7 inchi, diukir
dengan 55 sayatan yang dalam dan sayatan tersebut disusun dalam grup 5. Selama
bertahun-tahun tulang yang ditoreh tersebut ditafsirkan sebagai perhitungan berburu dan
sayatannya dianggap mewakili hewan yang dibunuh. Teori baru-baru ini, menyatakan
bahwa rekaman pertama dari orang-orang kuno juga berkaitan dengan perhitungan
waktu. Tanda-tanda pada tulang itu ditemukan di gua Prancis pada akhir 1880-an yang
dikelompokkan dalam urutan angka berulang yang menunjukkan jumlah hari-hari
berdasarkan fase bulan secara berturut-turut. Seseorang mungkin berpendapat bahwa
torehan pada tulang ini merupakan kalender berdasarkan bulan.

Contoh lain yang didapatkan yaitu torehan tulang yang digali di Ishango
sepanjang tepi danau Edward yang bersumber dari hulu sungai Nil. Bukti arkeologi dan
geologi tersebut bertanggalkan 17.500 SM, atau sekitar 12.000 tahun sebelum
masyarakat agraris muncul di lembah Nil. Cuplikan fosil ini mungkin alat yang
digunakan untuk mengukir, mencacah, atau bahkan menulis dalam beberapa cara. Ini
berisi kelompok sayatan yang disusun dalam tiga kolom tetap, ganjil, komposisi yang
terlihat tidak seimbang untuk dekoratifnya. Pada satu kolom, kelompok terdiri dari 11,
21, 19, dan 9 sayatan. Pola yang mendasari mungkin 10+1, 20+1, 20-1, dan 10-1.
Sayatan pada kolom lainnya berisi delapan kelompok dengan urutan sebagai berikut: 3,
6, 4, 8, 10, 5, 5, dan 7. Susunan ini tampaknya menunjukkan apresiasi konsep dari
duplikasi atau mengalikan dengan 2. Kolom terakhir memiliki empat kelompok yang
terdiri dari 11, 13, 17, dan 19 sayatan tersendiri. Pola disini mungkin kebetulan dan
tidak selalu menujukkan tentang bilangan prima. Karena 11 + 13 + 17 + 19 = 60 dan 11
+ 21 + 19 + 9 = 60, mungkin dapat dikatakan bahwa tanda pada tulang yang ditemukan
di Ishango itu berhitungan dengan perhitungan bulan, dengan kolom pertama dan kolom
ketiga mengindikasikan dua masa peredaran bulan.
Sumber http://www.math.buffalo.edu/mad/Ancient-Africa/ishango_bone.jpg

Penggunaan tanda penjumlahan untuk merekam perhitungan menonjol diantara


orang-orang prasejarah yang berada tidak jauh di daerah timur. Penggalian arkeologi
telah menemukan sejumlah besar benda-benda tanah liat kecil yang mengeras karena
dibakar yang membuat benda tersebut tahan lama. Artefak buatan tangan ini ada dalam
berbagai bentuk geometri. Bentuk yang paling umum adalah cakram, segitiga, dan
kerucut. Artefak yang tertua bertanggalkan sekitar 8.000 SM, yang menorehkan
kumpulan garis sejajar pada permukaan yang polos, kadang-kadang ada sekelompok
goresan yang melingkar, goresan ini dibuat dengan menekan tanah liat menggunakan
bagian tumpul dari tulang atau stylus. Karena ini adalah waktu dimana orang-orang
pertama kali mengadopsi kehidupan pertanian, benda itu dipercaya sebagai alat
menghitung primitif. Oleh karena itu, mereka telah mengenalnya sebagai “penghitung”
atau “simbol”. Hal ini sangat mungkin juga untuk bentuk komoditas yang berbeda.
Misalnya, tanda jenis tertentu dapat digunakan untuk menunjukkan jumlah kawanan
hewan, sementara tanda jenis yang lain untuk menghitung jumlah gandum. Selama
beberapa ribu tahun, simbol menjadi semakin kompleks, dengan tanda-tanda yang
beragam dan bentuk yang baru. Akhirnya disana ada 16 bentuk utama simbol. Banyak
yang dilubangi dengan lubang-lubang kecil sehingga memungkinkan mereka untuk
dirangkai bersama demi menghemat penyimpanan. Sistem simbol dari informasi yang
telah direkam ini keluar sekitar 3.000 SM, dengan adopsi yang cepat dari penulisan
pada tablet tanah liat.
Peru Quipus: Simpul sebagai Bilangan

Prosedur menghitung benda-benda dengan cara membuat simpul pada tali


sudah ada pada masa yunani kuno, dan referensi itu terdapat dalam karya herodotus
sekitar abad kelima SM. Di dunia baru, jumlah string yang diilustrasikan dengan tali
tersimpul disebut Quipus dari suku Inca di Peru. Mereka awalnya adalah suku Indian
Amerika Selatan atau kumpulan suku yang tinggal di dataran tinggi pegunungan andes
pusat. Melalui ekspansi bertahap dan peperangan, mereka datang untuk menguasai suatu
kerajaan besar yang terdiri dari daerah pesisir dan pegunungan yang masa kini Ekuador,
Peru, Bolivia, dan bagian utara Chile dan Argentina. Suku Inca menjadi terkenal karena
keterampilan pembangunannya, mereka membangun kuil dari batu dan bangunan
dengan ukuran besar. Prestasi besar yang mereka lakukan adalah membuat jaringan
yang luas (sepanjang 14.000 mil) pada jalan dan jembatan yang menghubungkan bagian
wilayah kekaisaran yang jauh. Suku Inca terisolasi sejak penjelajahan terakhir spanyol
kesana pada permulaan 1532 dimana 180 penjajah spanyol (conquistador) mendarat di
Peru utara. Di akhir tahun 1532 penjajah merebut ibu kota Cuzko dan memenjarakan
kaisar. Sejak saat itu Orang-orang spanyol memberlakukan gaya hidup mereka pada
orang-orang, sehingga dalam rentang waktu 40 tahun mereka menghancurkan budaya
suku Inca.

Ketika para penakluk Spanyol tiba pada abad keenam belas, mereka
mengamati bahwa setiap kota di Peru memiliki “simpul-simpul resmi”, yang diteruskan
pada laporan yang kompleks dengan helaian simpul dan loop berbagai warna dengan
maksud tertentu. Yang melakukan tugas ini tidak lain adalah bendahara kota pada masa
ini, petugas Quipu mencatat semua transaksi resmi mengenai tanah dan subjek dari kota
kemudian menyerahkan string (tali) kepada pemerintah pusat di Cuzco. Quipus penting
pada masa kekaisaran Inca, karena selain simpul ini tidak ada sistem penulisan yang
pernah berkembang disana.
Quipu dibuat dari tali utama yang tebal atau palang untuk melekatkan tali lain
dengan panjang dan warna yang berbeda, biasanya tali yang dilekatkan menjuntai
seperti helaian kain pel. Setiap string independen mewakili item tertentu yang akan
dihitung, misal string pertama digunakan untuk menunjukkan jumlah domba, yang
kedua untuk jumlah kambing, dan yang ketiga untuk anak domba.

Simpul pada string menunjukkan bilangan, nilainya bervariasi sesuai dengan


jenis simpul yang digunakan. Sistem desimal sudah digunakan oleh suku Inca, dengan
simpul yang mewakili satuan ditempatkan dibawah, puluhan muncul tepat diatasnya,
lalu ratusan, dan seterusnya. Tidak adanya simpul dinotasikan sebagai nol.
Rangkaian tali yang tidak diikat oleh tali utama tunggal adalah tali
penjumlahan yang mana simpul pada tali tersebut menunjukkan jumlah total untuk
setiap kelompok. Representasi numerik di Quipus memungkinkan Inca untuk
menyimpan catatan administrasi sangat rinci meskipun mereka tidak mengetahui
tentang tulisan. Baru-baru ini (1872) bukti dari simpul sebagai alat perhitungan
berlangsung di India, beberapa pemimpin suku Santal yang buta hurufmembuat simpul
pada tali dengan empat warna yang berbeda untuk menjaga sensus yang sesuai zaman.

Budaya dunia baru lainnya yang menggunakan sistem penomoran nilai tempat
adalah suku Maya kuno. Mereka menempati dataran luas wilayah Meksiko selatan dan
bagian-bagiannya yang sekarang dikenal Guatemala, El Salvador, dan Honduras.
Peradaban suku Maya ada selama lebih dari 2.000 tahun, perkembangan terbesarnya
berada pada periode 300-900 M. Suatu perolehan berbeda dari perkembangannya adalah
bentuk yang rumit dari tulisan hieroglif menggunakan sekitar 1000 glyph. Glyph kadang
kadang berdasarkan suara dan kadang-kadang berdasarkan makna. Setelah tahun 900 M
peradaban Mayan mengalami penurunan, penurunan mendadak yang terbesar seperti
banyak penduduk yang meninggalkan kota. Penyebab bencana kepergian masal ini
adalah suatu misteri, meskipun ada penjelasan spekulasi seperti bencana alam, wabah
penyakit, dan perang. Orang-orang yang tersisa dari suku Maya tidak menyerah dengan
mudah kepada penjajah Spanyol yang dimulai tak lama setelah tahun 1500. Itu adalah
masa perjuangan tanpa henti selama hampir satu abad, sebelum kerajaan maya runtuh
pada tahun 1597.
Tahun pada kalender suku mayan terdiri dari 365 hari yang dapat dibagi
menjadi 18 bulan dengan jumlah satu bulannya 20 hari, dan jangka waktu yang tersisa 5
hari. Hal ini membimbing pada penerapan sistem perhitungan berbasis 20 (sistem
vigesimal). Bilangan diekspresikan secara simbolik dalam dua bentuk. Kelas pendeta
menggunakan Glyph yang rumit berbentuk wajah dewa untuk mengindikasikan
bilangan 1 sampai 19. Untuk masyarakat umum notasi yang digunakan menggunakan
kombinasi bar dan titik untuk bilangan yang sama, dimana sebuah bar horizontal
mewakili 5 dan titik mewakili 1, sedangkan untuk simbol nol menggunakan gambar
kerang. Berikut ini adalah simbol yang diketahui untuk bilangan tersebut.

Simbol-simbol untuk angka yang lebih besar dari 19 disusun pada kolom
secara vertikal. Posisinya bergerak keatas, setiap bergerak keatas dikalikan berturut-
turut dengan pangkat 20, yaitu dengan 1, 20, 400, 8000, 160.000, dan sebagainya.
Contoh bilangan 20 bisa diungkapkan dengan kerang di posisi bagian bawah dan sebuah
titik di posisi atasnya.

Misalkan kita ingin menunjukkan bilangan 62.808 maka,

62.808 = 8 · 1 + 0 · 20 + 17 · 400 + 7 · 8000, simbolnya seperti


Karena sistem bilangan suku Maya dikembangkan terutama untuk perhitungan
kalender, maka ada variasi kecil ketika melakukan perhitungan tersebut. Simbol pada
posisi ketiga dikalikan dengan 18 ⋅20 bukan 20 ⋅20, gagasannya 360 adalah pendekatan
yang lebih baik untuk panjang tahun daripada 400. Nilai tempat setiap posisi karenanya
meningkat 20 kali dari sebelumnya, kelipatannya adalah 1, 20, 360, 7200, 144.000, dan
sebagainya. Dengan penyesuaian pada variasi ini maka nilai simbol yang disebutkan
sebelumnya menjadi, 56.528 = 8 · 1 + 0 · 20 + 17 + 360 · 7 · 7200.

Selama sejarah yang panjang, tampak jelas bahwa kemajuan dalam merancang
langkah yang efisien untuk penyampaian informasi numerik tidak terjadi hingga orang-
orang primitif meninggalkan kehidupan nomaden. Tanda torehan pada tulang atau batu
mungkin sebagai catatan ketika berburu dan hasil buruan, tetapi produsen makanan
sepenuhnya mensyaratkan bentuk baru dari representasi numerik. Selain itu, sebagai
sarana untuk menyimpan informasi, kumpulan tanda pada tulang itu hanya dimengerti
oleh orang yang membuatnya, sahabat, atau kerabatnya. Dengan demikian, catatan ini
mungkin tidak dimaksudkan untuk digunakan oleh orang-orang yang dipisahkan jarak
yang jauh.

Meningkatnya kelangkaan tanaman pangan liar memaksa orang untuk mengubah


kehidupannya menjadi kehidupan pertanian sebagai syarat untuk bertahan hidup.
Karena hal ini penting bagi mereka untuk menghitung jumlah panen dan ternak mereka,
mengukur tanah, dan menyusun kalender yang tepat utuk menunjukkan waktu yang
tepat untuk menanam tanaman. Pada tahap ini dibutuhkan perhitungan sederhana dan
teknik menghitung meskipun lambat dan rumit masih cukup untuk urusan biasa. Tapi
dengan pasokan makanan yang akan datang dimana kemungkinan banyak peningkatan
dalam populasi, ini berarti koleksi besar dari suatu objek harus dihitung.

Pengulangan beberapa tanda dasar untuk merekam perhitungan mengarahkan pada


representasi angka yang tidak mudah dipakai, membosankan untuk menulis, dan sulit
untuk menafsirkan. Keinginan desa, kuil, dan pejabat istana untuk mempertahankan
catatan yang teliti (kepentingan perpajakan yang sistematis) memberikan dorongan
lebih lanjut untuk menemukan bentuk perhitungan permanen atau semipermanen yang
baru dan lebih diperhalus. Dengan demikian, sekitar 6000 tahun yang lalu di lembah-
lembah sungai Nil, Tigris-Efrat, Indus, dan Yangtze simbol-simbol khusus untuk
bilangan pertama muncul. Dari hal ini, beberapa cabang paling dasar dari matematika
muncul, karena simbol memungkinkan untuk mengekspresikan jumlah yang besar
dalam bilangan yang ditulis merupakan syarat yang penting untuk perhitungan dan
pengukuran. Selanjutnya kita akan mulai mempertimbangkan sistem penomoran yang
penting di peradaban Timur dekat Mesir dan Babilonia yang muncul sebagai garis
utama dari perkembangan matematika yang kita miliki.

http://www.math.buffalo.edu/mad/Ancient-Africa/ishango.html

Anda mungkin juga menyukai