METODE NUMERIK
Oleh :
1
Pertemuan ke : 1
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Pendahuluan
2. Angka Bena, Pembulatan, dan Galat
1. Pendahuluan
Metode numerik merupakan teknik-teknik yang digunakan untuk
merumuskan masalah-masalah matematika agar dapat diselesaikan dengan
operasi-operasi aritmatika (hitungan) biasa (tambah, kurang, kali, dan bagi). Ada
beberapa alasan mengapa mempelajari metode numerik, yaitu:
1) Metode numerik merupakan alat untuk memecahkan masalah matematika
yang sangat handal. Banyak permasalahan teknik yang mustahil dapat
diselesaikan secara analitik, karena kita sering dihadapkan pada sistem-sistem
persamaan yang besar, tidak linear dan cakupan yang kompleks, dapat
diselesaikan dengan metode numerik.
2) Program paket numerik, misalnya MATLAB, MAPLE, dan sebagainya yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika dengan metode numerik
dibuat oleh orang yang mempunyai dasar-dasar teori metode numerik.
3) Banyak masalah matematika yang tidak dapat diselesaikan dengan memakai
program paket atau tidak tercakup dalam program paket. Oleh karena itu kita
perlu belajar metode numerik untuk dapat membuat program paket (software)
untuk masalah sendiri.
4) Metode numerik merupakan suatu sarana yang efisien untuk mempelajari
penggunaan komputer. Belajar pemrograman secara efektif adalah menulis
program komputer. Metode numerik mengandung bagian yang dirancang
untuk diterapkan pada komputer, misalnya membuat algoritma.
5) Metode numerik merupakan suatu sarana untuk lebih memahami matematika.
Karena fungsi metode numerik adalah menyederhanakan matematika
yang lebih tinggi dengan operasi-operasi hitungan dasar.
2
Tahap-tahap dalam menyelesaikan masalah matematika secara numerik
dengan memakai alat bantu komputer secara umum adalah:
1) Pemodelan
2) Pemilihan metode (algoritma) numerik
3) Pemrograman (koding)
4) Dokumentasi
1) Penafsiran hasil.
Ea = x - x atau x = x + Ea
3
dimana Ea adalah galat absolut (galat mutlak), x nilai eksak, dan x
nilai hampiran.
Galat mutlak dapat didefinisikan sebagai
Ea = x - x .
Galat relatif dinyatakan sebagai
galat absolut E
er = .
nilai eksak x
Pertemuan ke : 2
4
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Pendahuluan
2. Metode Grafik Tunggal dan Metode Grafik
Ganda
3. Aturan Tanda Descartes
4. Metode Tabulasi
5. Metode Tertutup
2.1 Pendahuluan
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa metode iteratif yang digunakan
untuk menentukan solusi dari persamaan f ( x) 0 , yaitu bilangan-bilangan x
5
dikurung oleh suatu selang yang memuat akar atau selang akar.
Metode pengurung ini disebut juga metode tertutup karena selalu konvergen.
Titik potong yang pertama terletak pada selang (-2,-1) sedang titik potong
yang kedua adalah (1,0) dan titik potong yang ketiga terletak pada selang
(2,3) yaitu mendekati nilai 2,8. Sehingga tebakan awal untuk akar persamaan
(2.1)
6
dapat dipilih beberapa titik yang cukup dekat dengan akar persamaan seperti : -2, -
1, 0 atau 2.
Metode grafik ganda digunakan untuk persamaan fungsi f ( x) 0 yang
Untuk menentukan lokasi akar polinom yaitu akar dari persamaan berikut :
p( x) a n x n a x n 1 ... a1 x a 0 0
n1
berlaku :
(i) np u
(ii) u - np = 0, 2, 4, …
Sedangkan untuk menentukan komposisi akar riil negatif, misalkan v adalah
banyaknya pergantian tanda koefisien a i dari polinom p( x) dan ng adalah
(i) ng v
(ii) v – ng = 0, 2, 4, …
Penentuan batas selang akar ditentukan oleh aturan berikut :
k a
r 1 maks1k n .
an
7
2.4 Metode Tabulasi
Misalkan panjang selang tabulasi : x, xmax dan xmin adalah titik-titik ujung
selang dimana nilai-nilai fungsi f ditabulasikan, dan n adalah bilangan
bulat
terdekat untuk (xax - xmin)/ x, maka prosedur untuk membuat tabulasi nilai-nilai
f ( x) adalah sebagai berikut :
Langkah :
hitung f ( xi )
cetak xi , f ( xi )
xi xi x .
Metode bagidua memulai siklus iterasi dengan memilih dua tebakan awal
misal x0 dan x1 yang cukup dekat dengan akar, dengan nilai f ( x0 ) dan nilai
tidak tukar x 0 dengan x2 . Kemudian jika dari dua iterasi yang berurutan galat
relatifnya kurang dari atau sama dengan galat yang ditetapkan berarti
sudah diperoleh hampiran akarnya.
8
pada kedua tebakan awal ini berbeda tanda, selanjutnya perhatikan gambar
berikut.
f ( x1 ) y f ( x)
f ( x2 )
x0 x2 x1
f ( x0 )
lurus, dan tentukan titik perpotongan garis ini dengan sumbu X. Sebut absis titik
perpotongan dengan x2 . Tangen merupakan kemiringan garis yang
x 0 f ( x1 ) x1 f ( x 0 )
menghubungkan ( x 0 , f ( x0 )) dan ( x1 , f ( x1 )) x2 .
sehingga : f ( x1 ) f ( x 0 )
9
Pertemuan ke : 3
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : Metode-metode Terbuka :
1. Metode Newton Raphson
2. Metode Secant
f ( x0 )
x1 x 0 .
f ( x0 )
f ( xi )
Untuk setiap iterasi ke (i 1) hitung : xi 1 xi . Hentikan iterasi
f ( xi )
bila dua hampiran akar yang berurutan cukup dekat. Dibandingkan dengan kedua
metode sebelumnya yaitu metode bagidua dan metode posisi palsu ternyata
metode N-R lebih cepat konvergen.
1
f ( x i ) f ( xi 1 )
f(x )
i xi x i1
dimana xi dan xi 1 adalah dua hampiran akar untuk iterasi ke-i dan iterasi ke-(i-1).
Nilai hampiran akar pada iterasi ke-(i+1) diperoleh dari dua nilai hampiran
akar sebelumnya yaitu xi 1 dan xi yang diterapkan pada persamaan tersebut :
xi 1 f ( x i ) xi f ( xi 1 )
xi 1
f ( xi ) f ( x i 1 )
dengan xi 1 adalah absis titik perpotongan garis lurus yang menghubungkan dua
adalah x n 1 g ( x n ) .
Contoh : Tentukan akar persamaan berikut : f ( x) x 2 2x 8 0 .
1 2
Fungsi tersebut dapat ditulis : x g1 ( x) = x 4 . Sehingga x n 1 g1 ( x n ) =
2
1 2
x n 4 . Persamaan di atas juga dapat ditulis sebagai :
2
8
(1) x g 2 ( x) 2
x
(2) x g 3 ( x) 2x 8
1
Pertemuan ke : 4
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Pendahuluan
2. Beda Hingga
3. Interpolasi Linier
4. Interpolasi
Kuadrat
4.1 Pendahuluan
Para ahli ilmu alam sering bekerja dengan sejumlah data diskrit dalam
bentuk tabel. Data tabel tersebut mungkin diperoleh dari hasil pengamatan di
lapangan, hasil pengukuran di laboratorium, dan lain-lain. Tabel tersebut berupa
kumpulan suatu peubah bebas yang diskrit x1 , x 2 yang mempunyai
misalnya ,...,xn
hubungan dengan suatu kumpulan nilai-nilai fungsi g(x1), g(x2), g(x3), ...,
g(x n ). Nilai (i 1, 2, . . . , n) disebut argumen dari fungsi.
xi
Dengan cara yang sama dapat dinotasikan beda-beda maju ketiga, keempat, dan
n+1 n n
seterusnya. Bentuk umumnya: fm = fm+1 - fm untuk n = 0,1,2,...
1
Tabel berikut menunjukkan beda-beda maju dari semua tingkat yang dapat
dibentuk.
2 3 4
X f
x –2 x –1 f –2 f –1 f0
f –2
2
x0 x1 f1 f –2
3
f –1 f –2
4
x2 f2 2
f –1 f –2
f0 3
f –1
2
f0
f1
X –2 x –1 f –2 f –1
f –1
2
x0 f0 f0
3
f0 f1
2 4
x1 f1 f1 f2
f1 3
f2
x2 f2 2
f2
f2
1
Tabel Beda-Beda Pusat
2 3 4
x F
X –2 f –2
f –3/2
2
x –1 x0 f –1 f0 f1 f –1
3
f –1/2 f –1/2
2 4
x1 f2 f0 f0
3
f1/2 f 1/2
x2 2
f1
f3/2
y
f(x0)=f0 C
P1(x) E D
f(x1)=f1 B A
rh
0 x0 x x1
x
Akibatnya : P1(x) = f0 + r. f0 .
1
4.4 Interpolasi Kuadrat
Misalkan tersedia tiga titik data (x0,f0), (x1,f1), dan (x2,f2), interpolasi dapat
dilaksanakan dengan polinom orde kedua (polinom kuadrat). Bentuk secara khas
yang cocok untuk maksud ini adalah:
p2(x) = b0 + b1 (x – x0) + b 2 (x – x0) (x – x1).
Atau
r(r 1) 2
p2(x) = f0 + r . f0 + f0
2
dengan 0 r n.
1
Pertemuan ke : 5
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Interpolasi Beda-Maju dan Beda-Mundur
Newton
2. Polinom Interpolasi Beda Terbagi Newton
3. Polinom Interpolasi Lagrange
x x0
dengan x = x0 + rh , r = , 0 r n.
h
Suatu rumus yang serupa dengan rumus tadi tetapi melibatkan
beda- mundur adalah rumus interpolasi beda-mundur Newton :
r (r 1) 2
f(x) Pn(x) = f0 + r. f0 + f0 + . .
2!
r ( r 1) . . . ( r n 1) n
+ f0
n!
1
5.2 Polinom Interpolasi Beda Terbagi Newton
Sebelum sampai kepada formula interpolasinya, didefinisikan
terlebih dahulu beda-beda terbagi, yang secara iteratif dinyatakan oleh
hubungan:
f ( x 1 ) f ( x 0)
f[x0,x1 ] =
x1 - x 0
f [ x 1, x 2 ] f [ x 0 , x1 ]
f[x0,x1,x2] = . . .
x2 - x 0
x0 x1 f(x0)
f[x0,x1]
x2 x3 f(x1) f[x0,x1,x2]
f[x1,x2] f[x0,x1,x2,x3]
f(x2) f[x1,x2,x3]
f[x2,x3]
f(x3)
1
i-1
n
f(x) = f0 + (x - x j ) . f [ x0 ,...., xi ] .
i1
j 0
1
x x1 x x0
1 x -xj
P1(x)= .f0 . f1 = .fi .
x 0 x1 x1 x 0 i0 j 0xi xj
j i
Rumus interpolasi Lagrange ordo 2 adalah :
2
2 x j- x
P2(x)= .fi .
i0 j 0xi xj
j i
Secara umum sampai dengan ordo n, diperoleh formula interpolasi
Lagrange sebagai berikut :
n
n x -xj n
Pn(x) = .fi Li ( x ). f i .
i0 j 0 xi xj i0
j i
1
Pertemuan ke : 6
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Pendahuluan
2. Sistem Persamaan Linear Segitiga Atas
3. Sistem Persamaan Linear Segitiga
Bawah
6.1 Pendahuluan
Perhatikanlah sistem n persamaan linear tidak homogen dalam
n peubah x1, x2, …, xn berikut ini.
a11x1 + a12x2 + … + alnxn = b1
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = b 2
a n1 a n 2 a nn xn bn
a n1 a n2 ann bn
1
6.2 Sistem Persamaan Linear Segitiga Atas
Sistem persamaan linear yang mempunyai matriks koefisien
berupa matriks segitiga atas, disebut sistem persamaan linear segitiga atas.
Sistem
persamaan linear seperti itu dapat dituliskan dalam bentuk:
a11 x1 a12 x 2 a1n x n c1
a 22 x 2 a2 n x n c2
a n-1,n -1 x n1 a n 1,n xn cn 1
a nn x n cn
Proses ini diteruskan untuk mencari nilai peubah yang lainnya. Langkah
umum dari proses tersebut adalah:
n
ck a kj x j
j k1
a kk
xk = untuk k = n-1, n-2, ...,1.
2
6.3 Sistem Persamaan Linear Segitiga Bawah
Sistem persamaan linear yang mempunyai matriks koefisien
berupa matriks segitiga bawah disebut sistem persamaan linear segitiga bawah.
Sistem
persamaan linear seperti itu dapat dituliskan dalam bentuk:
a11 x1 c1
a 21 x1 a 22 x 2 c2
a n1 x1 an 2 x 2 a nn x n cn
2
Pertemuan ke : 7
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Metode Eliminasi Gauss dan Pivoting
2. Metode Dekomposisi/Faktorisasi Segitiga
3. Metode Iterasi Jacobi dan Iterasi Gauss-
Seidel
2
7.1.2 Metode Eliminasi Gauss Pivoting Parsial
Pivoting parsial disarankan untuk memeriksa besarnya semua elemen
di kolom k yang terletak pada atau di bawah diagonal, dan melokasikan baris
r
yang mempunyai elemen dengan nilai mutlak terbesar, yakni:
a rk maks
a kk , ak 1,k ,..., an1,k , a nk
dan kemudian menukarkan baris r dan baris k jika r > k. Dengan diambilnya
elemen dengan nilai mutlak terbesar sebagai elemen tumpuan, akan menghasilkan
perambatan galat yang kecil.
2
7.2.2 Pemfaktoran Crout, mensyaratkan elemen diagonal L taknol dan
semua elemen diagonal U bernilai 1.
Misalkan untuk matriks A(3x3) dapat ditulis sebagai
a11 a12 a13 l11 0 0 1 u12 u13
a 21 a 22 a 23 l 21 l 22 0 0 1 u 23 .
a31 a a 33 l31 l32 33l
32 0 1
Untuk menyusun algoritma pemfaktoran Doolittle digunakan
hubungan berikut ini.
a11 a12 a13 1 0 0 u11 u12 u13
a 21 a 22 a 23 l 21 1 0 0 u 22 u 23
a31 a
32 a 33 l31 l32 1 0 u33
2
1 b2 ( a 21 x1 a 23 x3 ... a 2 n x n )
x2
a 22
1
bn ( a n1 x1 a n 2 x 2 ... a n ,n 1 x n 1 )
xn
ann
Kemudian lanjutkan dengan iterasi kedua dan ketiga. Secara umum proses iteratif
ke (k+1) adalah :
k1 b1 ( a12 x 2 ak13 x3 ... ak 1n x n ) k
x
1
a11
k1 b2 ( a 21 x1 ak 23 x3 ... ka 2 n xn ) k
x2
a 22
k
k1 n b ( an1 1x an 2 2x k ... a n ,n 1 x
n1
k
)
x n
a nn
Jadi bentuk umum proses iteratif Jacobi adalah ;
n
bi aij x j k
j1
k1 ji
x untuk i 1,2,..., n dan k 0,1,2,....max it .
i aii
Kekonvergenan metode iterasi Jacobi agak lambat. Kekonvergenan ini dapat
dipercepat bila setiap harga xi yang baru dihasilkan segera dipakai
pada persamaan berikutnya untuk menentukan harga xi+1 yang lainnya. Teknik
inilah yang dipakai pada metode iterasi Gauss-Seidel. Secara umum proses
iteratif
Gauss-Seidel adalah
i1 n
bi aij x j k1 aij x j k
k1 j1 ji1
xi
aii
untuk setiap i = 1, 2, . . ., n dan k = 0, 1, 2, . . .maxit (maksimum iterasi).
2
Pertemuan ke : 8
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : UTS (Materi pertemuan 1 sampai dengan 7)
Pertemuan ke : 9
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : Penghampiran Fungsi dengan Metode Kuadrat Terkecil
(Regresi Linier dan Polinom)
y1 , y 2 ,…, y n adalah nilai-nilai dari peubah tak bebas (terikat) Y yang bersesuaian
d1
y3 d3
yˆ 3 d2 d4
x3 X
Gambaran pencocokan kurva
Akan dipelajari pada pertemuan kesembilan ini, masalah mencocokkan
sebuah fungsi fˆ ( x) pada nilai-nilai yang ditabulasikan dengan meminimumkan
2
jumlah kuadrat simpangan. Metode ini disebut pencocokkan kuadrat terkecil atau
least squares fit.
Scatterplot of y vs x
15.0
12.5
10.0
y
7.5
5.0
1 2 3 4 5
x
Dilihat dari titik-titik data yang diplot pada tabel di atas, jika x bertambah
besar maka y bertambah besar. Oleh karena data yang diplot mengumpul di
sekitar sebuah garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa sebuah garis
lurus
menggambarkan situasi yang cukup masuk akal. Sehingga dapat dinyatakan
yˆ a 0 a1 x
2
S adalah fungsi dari dua peubah yang tidak diketahui yaitu a0 dan a1 . Maka untuk
S n
2y i a1 xi a0 ( xi ) 0 (**)
a1 i1
yi a1 xi na 0 0 .
Persamaan (**) menjadi :
xi y i a x 2 a 0 xi 0 .
1 i
normal :
na 0 x i .a1 yi
xi .a 0 xi .a1 xi y2 i .
Penyelesaiannya adalah :
y i xi xi xi y 2
a
i
0 2
2
n ix x i
nx i y i x i y i
1 a 2 2 .
n xi x i
Koefisien-koefisien dari garis regresi linier metode kuadrat terkecil pada kedua
persamaan tersebut disebut koefisien regresi.
2
Sehingga jumlah kuadrat galat diberikan oleh :
22
S yi
2
yˆ yi a0 a1 x a 2 x .
i
2
a 2 xi 3 xi y i
a0 xi a1 xi
2 a1 xi 3 a 2 xi 4 xi y i 2 .
a x0 i
2
Pertemuan ke : 10
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : Penghampiran Fungsi dengan Metode Kuadrat Terkecil
(Fungsi Eksponensial, Hiperbol, Trigonometri, dan
Geometri)
(a)
Y
(b)
Y
(c) X
3
10.1.1 Pencocokan Sebuah Kurva Eksponensial
bx
Misalkan yˆ a e adalah kurva yang akan dicocokkan. Transformasi
yang digunakan adalah zˆ log yˆ . Gunakan transformasi ini pada persamaan
sebelumnya sehingga diperoleh :
bx
zˆ log yˆ log a e log a (bx) .
Misalkan a 0 log a dan a1 b . Akibatnya : zˆ a 0 a1 x .
xi .a 0 xi .a1 xi z2 i .
3
Samakan dengan nol turunan parsial dari S terhadap a1 dan a 2 agar diperoleh
Selesaikan dua persamaan linier simultan untuk a1 dan a 2 di atas agar diperoleh
a2
A a1 2 a 2 2
dan tan 1
.
a1
Akibatnya :
n log a log xi b logyˆ i c
log xi log a log xi b log x2i logyˆ i c.
3
Pertemuan ke : 11
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Penghampiran Fungsi dengan Deret Taylor
2. Penghampiran Fungsi dengan Deret Chebyshev
n1
(x x )
kedua dari f ( x) yang dievaluasi pada x x . n1 0
0
Suku f (s )
(n 1) !
disebut suku sisa dengan s adalah bilangan yang terletak antara x dan x0.
Suku sisa memberikan galat pemotongan jika hanya n buah suku pertama pada
deret
Taylor yang digunakan untuk menyatakan fungsi. Galat pemotongannya adalah :
n 1
f (s ) (x x ) n 1
0
Galat pemotongan = atau
(n 1) !
(x x ) n 1
0
T .M ;
E (n 1) !
n1
dimana M = max f (s ) untuk x pada selang [a, b].
3
11.2 Deret Chebyshev
Polinom Chebyshev yang didefinisikan oleh .
Tn(x) = Cos n dimana x = Cos .
Maka Tn(x) = Cos (n arc cos x)
Polinom-polinom tersebut adalah :
T0(x) = Cos 0 = 1
T1(x) = Cos = x
2 2
T2(x) = Cos 2 = Cos - Sin
2 2 2
= x – (1-x ) = (2x – 1 ) .
Selain pembentukan suku-suku menggunakan relasi trigonometri seperti
di atas, dapat dibentuk relasi yang mendefinisikan Tn+1 dalam Tn dan Tn-1.
Tn+1(x) = Cos(n + 1) = Cos n Cos - Sin n Sin
Tn-1(x) = Cos (n - 1) = Cos n Cos + Sin n Sin .
Dengan menambahkan dua persamaan di atas diperoleh :
Tn+1(x) + Tn-1(x) = 2 Cos n Cos = 2 x Tn(x)
Maka Tn+1(x) = 2 x Tn(x) - Tn-1(x) .
Sehingga diperoleh :
3
T3(x) = 4 x – 3 x
4 2
T4(x) = 8 x – 8 x +1
5 3
T5(x) = 16 x – 20 x + 5 x .
-x
Fungsi e dinyatakan dalam polinom Chebyshev sebagai berikut :
-x
e = 1,266066 T0 – 1,130318 T1 + 0,271495 T2 – 0,044337 T3
+ 0,005474 T4 – 0,000543 T5 .
Jika pernyataan untuk T0 , T1 , T2 , T3 , T4 , dan T5 digantikan ke dalam
persamaan tersebut diperoleh :
-x 2 3 4
e = 1,000045 – 1,000022 x + 0,499199 x - 0,166488 x + 0,043794 x –
5
0,008687 x .
3
Pertemuan ke : 12
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : Integral Numerik (Aturan Trapesium, Aturan Komposisi
Trapesium)
fungsi yang kontinu pada selang [a,b], dengan metode analitik biasanya sulit
bahkan ada yang tak dapat dievaluasi. Mengatasi persoalan ini dan persoalan
integrasi yang lebih umum yang hanya mempunyai beberapa nilai dari f(x)
(dengan argumen x = xi, i = 0, 1, 2, ..., n) dibutuhkan beberapa
pendekatan. Pilihannya adalah mencari sebuah fungsi, misalnya g(x) yang
sesuai untuk mengatasi kedua persoalan yaitu merupakan pendekatan dari f(x)
yang mudah untuk diintegralkan secara analitik.
Diberikan dua buah titik data (x0,f(x0)) dan (x1,f(x1)). Karena f(x)
melalui dua buah titik (x0,f(x0)) dan (x1,f(x1)), maka dipakai interpolasi berorde
satu f(x)
P1(x).
Y f(x)
h
0 a = x0 b = x1 x
Integral dengan Aturan Trapesium, h = b - a
Menurut interpolasi beda terbagi Newton orde satu :
P1(x) = f0 + f[x0,x1] (x-x0).
Dengan memakai f(x) P1(x) tersebut diperoleh :
b b b
f ( x )dx P1 ( x )dx [ f 0 f [ x0 , x1 ]( x x0 )]dx
a a a
3
b
f1 f ob
fox x x dx .
a x1 x o
a
Dapat ditunjukkan bahwa bentuk terakhir ini sama dengan
b a f f b a
o 1 atau f (a) f (b) .
2 2
Jadi aturan trapesium adalah
b
f ( x)dx h
f (a) f (b) dengan h = b - a. .
a 2
h h h
f ( x) f ( x1 ) f ( x1 ) f ( x 2 ) f(x n1 ) f(b)
2 2 2
h
f(a) f(b) 2f(x 1 ) 2f(x 2) 2f(x n1 )) .
2
b
h n1
Jadi, f ( x )dx f ( a ) f ( b ) 2 f ( xi ) .
a 2 i1
3
Pertemuan ke : 13
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : Integral Numerik (Aturan Simpson, Aturan Komposisi
Simpson, dan Kuadratur Gauss-Legendre)
1
13.1 Aturan Simpson ( )
3
Y Y’ y = f(x)
O’ h h
O a = x0 c=(a+b)/2 = x1 b=x2 X = X’
Aturan Simpson (1/3)
Dengan polinomial Lagrange yang melalui titik-titik (a,f(a)), (c,f(c)), dan (b,f(b))
diperoleh:
( x b )( x c ) ( x a )( x c ) ( x a )( x b )
P2 ( x) f (a) f (b) f (c) .
(a b)(a c) (b a)(b c) (c a)(c b)
3
b
Substitusikan ke dalam I f ( x )dx akan diperoleh
a
b
(x - b)(x - c) (x - a)(x - c) x( a)( x )b
I f(a) f(b) f (c)dx
a
(a b)(a c) (b - a)(b - (c a)(c b)
c)
Jika sumbu y ditranslasikan sehingga berimpit dengan titik a, maka
dapat ditunjukkan :
2( x 2 h )( x h ) ( x o )( x h ) ( x o) ( x 2h )
I (o 2h)(o h)f (a) f (b) (h fo)(h
(c)dx2h)
o
(2h o)(2h h)
1 1
... h f (a) 4 f (c) f (b). Jadi, I h f o 4 f1 f2 .
3 3
1
13.2 Aturan Komposisi Simpson
3
Selang [a,b] dipartisi menjadi (M+1) titik dengan M genap, dengan
b a
lebar selang bagiannya h = .
M
4 4 4
f (a) 4 f1 f 2 f 4f3 f4 f 4 f M1 f b.
3 3 2 3 M2
4 M1 M 2
I f(a) f(b) 4 f ( xi ) 2 f ( xi ) .
3 i1 i2
i 2 i 2
3
13.3 Kuadratur Gauss - Legendre
Kita ingin menghitung luas daerah di bawah kurva Y = f(x) pada –1 x 1
1
yaitu I f ( x)dx dengan aturan trapesium.
1
galat Y
Y = f(x)
-1 0 1 X
1
I f ( x )dx h
f(1) f(1) f ( 1 ) f ( 1 ) dengan h = (1-(-1)) = 2.
1 2
Persamaan I f(1) + f(-1) dapat ditulis sebagai I W1f(a) + W2 f(b) dengan
h 2
a = -1, b = 1, W1 = W2 = = = 1.
2 2
2
Dengan cara koefisien tak tentu, dan diuji dengan monomial 1, x, x , dan
1
3
x , karena I f ( x)dx eksak untuk empat fungsi tersebut, diperoleh:
1
1
1 1 1 1
I f ( x)dx W1 f ( x1 ) W2 f ( x2 ) 1. f ( ) 1. f ( ) f( ) f( )
1 3 3 3 3
1
1 1
Jadi I f ( x ) dx f( ) f( ) .
1 3 3
fungsi f di x = 1/ 3 dan di x = -1 3 .
Metode Gauss-Legendre 3 titik dapat ditulis sebagai
1
I f ( x)dx W1 f ( x1 ) W2 f ( x 2 ) W3 f ( x3 )
1
3
Parameter x1, x2, x3, W1,W2, dan W3 dapat dicari dengan fungsi f(x) = 1, f(x)
2 3 4 5
= x, f(x) = x , f(x) = x , f(x) = x , dan f(x) = x , karena kuadratur Gauss
bernilai eksak untuk fungsi-fungsi tersebut. Dengan cara yang sama seperti
untuk metode
Gauss-Legendre 2 titik akan diperoleh :
1
I f ( x ) dx 5 3 5 3
.f .8f ( 0 ) .f .
9 5 9 5
1
9
Aturan Gauss-Legendre umum n-titik eksak untuk polinom berderajat
kurang dari atau sama dengan (2n-1). Penurunan metode Gauss-Legendre 2-titik
dan 3-titik dapat dijadikan pola untuk menghasilkan metode Gauss-
Legendre
n-titik
1
f ( x )dx W1 f ( x1 ) W2 f ( x2 ) Wn f ( x n ) .
1
(4)
2 1,00000000 -0,57735027 f (c)
1,00000000 0,57735027
(6)
3 0,55555556 -0,77459667 f (c)
0,88888889 0
0,55555556 0,77459667
(8)
4 0,34785485 -0,86113631 f (c)
0,65214515 -0,33998104
0,65214515 0,33998104
0,34785485 0,86113631
(10)
5 0,23692689 -0,90617985 f (c)
0,47862867 -0,53846931
0,56888889 0
0,47862867 0,53846931
0,23692689 0,90617985
(12)
6 0,17132449 -0,93246951 f (c)
0,36076157 -0,66120939
0,46791393 -0,23861919
0,46791393 0,23861919
0,36076157 0,66120939
0,17132449 0,93246951
4
b
Untuk menghitung integrasi I f ( x)dx harus dilakukan transformasi:
a
b 1
I f ( x)dx b a b a b a
f z dz .
a
2 1
2 2
4
Pertemuan ke : 14
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Solusi Persamaan Diferensial Biasa
2. Metode Euler
y' = f(x.y) .
dengan nilai awal y(x0) = y0
PDB orde satu yang tidak mengikuti bentuk baku tersebut harus ditulis ulang
menjadi bentuk persamaan seperti di atas, agar ia dapat diselesaikan secara
numerik.
Penyelesaian PDB secara numerik berarti menghitung nilai fungsi di
xr+1 = xr + h dengan h adalah ukuran langkah setiap iterasi. Pada metode analitik,
nilai awal berfungsi untuk memperoleh solusi yang unik, sedangkan pada metode
numerik nilai awal berfungsi untuk memulai iterasi.
4
menyatakan persamaan metode Euler atau metode Euler-Cauchy. Metode
Euler disebut juga metode orde-pertama.
Metode Euler memberikan hampiran solusi yang buruk, sehingga dalam
masalah praktek metode ini kurang disukai, namun metode ini membantu untuk
memahami gagasan dasar metode penyelesaian PDB dengan orde yang lebih
tinggi.
4
Pertemuan ke : 15
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : 1. Solusi PDB dengan Metode Heun
Pertemuan ke : 16
Penyusun : Dewi Rachmatin dan Heri Sutarno
Materi : UAS (Materi pertemuan 9 sampai dengan 15)
4
Daftar Pustaka :
Insinyur
dan Ilmuwan. Bandung : Penerbit ITB.