Anda di halaman 1dari 164

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI

Pembelajaran yang Menguatkan Capaian


Anak Usia Dini

Desember 2022
Modul 1. Materi 1: Lingkup pembelajaran anak usia dini di dalam Capaian
Pembelajaran
MATERI
Fase Fondasi
Mari berefleksi.

Mari merefleksikan bersama beberapa pertanyaan


berikut, berdasarkan pengalaman Anda masing-
masing.

1. Menurut Anda, apa saja yang terjadi ketika


seorang anak usia dini mengeksplorasi
lingkungannya?

1. Menurut Anda, apa saja yang dibutuhkan anak


usia dini untuk dapat menguasai suatu
kemampuan atau keterampilan tertentu? Contoh
bermain dengan teman sebayanya, menggambar
bentuk yang disukai, dan lainnya.

1. Menurut Anda, apa yang dapat kita lakukan


sebagai pendidik PAUD, dalam membantu anak
usia dini memperoleh pendidikan yang
berkualitas?
Penguatan refleksi.

1. Menurut Anda, apa saja yang terjadi ketika seorang anak usia dini
mengeksplorasi lingkungannya?

Ketika seorang anak usia dini mengeksplorasi


lingkungannya, saat itulah anak juga belajar dan
memperoleh pengetahuan baru terhadap dunia di
sekitarnya secara nyata.

Pemahaman tersebut perlu disertai dengan kalimat dan


pertanyaan pemandu, seperti, “apa yang kamu lihat?”,
“lihat, bunga ini warnanya merah ya. Bunga yang di
sebelah sana warnanya kuning ya. Ada banyak warna ya
pada bunga.” Kalimat dan pertanyaan pemandu selalu
dikaitkan dengan tujuan pembelajaran yang ingin kita capai
melalui kegiatan pembelajaran.
Penguatan refleksi.

2. Menurut Anda, apa saja yang dibutuhkan anak usia dini untuk dapat
menguasai suatu kemampuan atau keterampilan tertentu? Mari kita pakai
contoh kegiatan menggambar suatu objek.

Untuk dapat menggambar, seorang anak perlu memiliki kekuatan


jemari untuk menggenggam pensil, keluwesan pergelangan
tangan saat menggoreskan pensil, memiliki konsep tentang objek
yang akan digambarnya, hingga kemampuan mengelola diri agar
dapat duduk tenang dalam jangka waktu tertentu.

Artinya, untuk dapat menguasai suatu kemampuan atau


keterampilan tertentu, tidak berkembang hanya dengan
mengasah satu aspek kemampuan saja, melainkan dibangun dari
seluruh aspek kemampuan secara holistik dan terintegrasi.
Penguatan refleksi.

3. Menurut Anda, apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik PAUD, dalam
membantu anak usia dini memperoleh pendidikan yang berkualitas?

Sebagai pendidik PAUD, kita perlu memahami hal-hal yang mendukung kegiatan pembelajaran di
PAUD sehingga tepat guna dan membantu anak didik mencapai kemampuan optimalnya. Penting
untuk membersamai anak membangun aspek-aspek kemampuan fondasi di PAUD secara bertahap dan
berkesinambungan.

Bagaimana caranya?

Pendidik dapat mulai dengan memahami terlebih dahulu esensi dari lingkup Capaian Pembelajaran di
Fase Fondasi, sebagai fase awal dan mendasar yang dibutuhkan anak untuk dapat menjalani
pembelajaran yang optimal, yang mendukung pendidikan di fase selanjutnya, dan agar dapat menjadi
pembelajar sepanjang hayat.

Mari kita simak lingkup Capaian Pembelajaran yang menguatkan kemampuan anak usia dini di Fase
Fondasi.
Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi

Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara,


CP memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu
untuk mencapainya (fase).

Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap pengemudi


memiliki kebebasan untuk memilih jalur, cara, dan alat
untuk menempuh perjalanan tersebut, yang disesuaikan
dengan titik keberangkatan, kondisi, kemampuan, dan
kecepatan masing-masing.

Dalam mencapai CP, kita perlu membangun kompetensi


untuk melakukan perjalanan tersebut agar tiba di tujuan
pada waktu yang ditentukan. Setiap satuan pendidikan
Sumber gambar: https://www.theaa.com/driving-school/driving-
dipersilakan mengatur strategi efektif untuk mencapai CP, lessons/advice/show-me-tell-me

sesuai dengan kemampuan dan potensinya.


Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi
Apa yang dibangun di PAUD melalui Capaian Pembelajaran Fase Fondasi?

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pijakan pertama dari seluruh rangkaian layanan pendidikan,
dan bertujuan agar setiap anak memiliki kemampuan fondasi agar dapat menjadi pembelajar sepanjang
hayat. Artinya, layanan yang diberikan pada anak usia dini melalui satuan pendidikan anak usia dini (satuan
PAUD) perlu membangun kemampuan fondasi tersebut agar anak dapat belajar secara optimal hingga fase
selanjutnya.

Fase Fondasi
Jenjang PAUD

Fase A Fase B Fase C


Umumnya Kelas Umumnya Kelas Umumnya Kelas
I-II SD III-IV SD V-VI SD

Fase D Fase E Fase F


Umumnya Kelas Umumnya Kelas X Umumnya Kelas
VII-IX SMP SMA XI-XII SMA
Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi

Mari mengenal elemen Capaian Pembelajaran di Fase


Fondasi.
Terdapat tiga elemen yang menyusun Capaian Pembelajaran di
Fase Fondasi dan perlu untuk terus dibangun secara Nilai Agama dan
berkesinambungan dan terintegrasi antar satu elemen dengan Budi Pekerti

elemen lainnya melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran di


kelas. Berikut adalah elemen-elemen yang menyusun Capaian
Pembelajaran Fase Fondasi.
1. Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti Bermain
2. Elemen Jati Diri yang
3. Elemen Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, bermakna
Teknologi, Rekayasa, dan Seni.
Dasar-dasar Literasi,
Ketiga elemen ini disusun dengan mempertimbangkan dasar Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa,
konsep pengetahuan yang dibangun pada anak hingga akhir Jati Diri dan Seni
fase fondasi. Berikut adalah dasar pertimbangan konseptual
dari setiap elemen.
Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi
Mengapa penting memahami lingkup dalam Capaian Pembelajaran Fase Fondasi ini?
Pemahaman mengenai lingkup dalam Capaian Pembelajaran Fase Fondasi secara lebih mendalam akan
membantu satuan PAUD dalam:

1. Mengembangkan tujuan pembelajaran, termasuk alur tujuan pembelajaran (ATP) di tingkat


satuan yang merujuk pada Capaian Pembelajaran. Tanpa pemahaman yang baik mengenai
kemampuan yang perlu dicapai di PAUD, akan sulit bagi satuan pendidikan untuk dapat
merancang pembelajaran yang efektif.

2. Menyusun sendiri contoh-contoh perilaku atau kemampuan


lainnya yang teramati pada peserta didik sebagai bentuk dari
indikator atau kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
3. Menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
tahapan perkembangan anak.
4. Melaporkan hasil belajar anak kepada orang tua di dalam
laporan hasil belajar.
Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi

Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti


Narasi elemen: “Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan ajaran pokok sesuai dengan agama dan
kepercayaannya. Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa sayang
terhadap dirinya dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai perbedaannya dan
mempraktikkan perilaku baik dan berakhlak mulia. Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan menunjukkan rasa sayang
terhadap makhluk hidup yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.”

Mengapa penting untuk membangun konsep pengetahuan dan kemampuan anak terkait elemen ini?

Melalui elemen ini, kegiatan pembelajaran akan secara sistemik menanamkan nilai serta konsep pengetahuan sebagai
berikut:

● Nilai-nilai agama dan kepercayaan yang membantu anak untuk mengenal identitas dirinya, serta mulai mengetahui
tata cara beribadah sesuai dengan nilai agama dan kepercayaannya. Pembiasaan terhadap cara menerapkan nilai-
nilai agama dan praktik ibadah, perlu melalui contoh nyata yang dapat dilihat anak dari lingkungan sekitar. Pada
anak usia dini, kita dapat mulai mengenalkan nilai agama secara universal untuk selanjutnya secara bertahap
melalui praktik ibadah sehari-hari. Misalnya, kegiatan doa bersama sebelum mulai belajar, praktik peringatan hari
raya sesuai agama, dan lainnya.
● Nilai-nilai agama dan budi pekerti yang menjadi modal anak dalam membangun hubungan dengan sesama
manusia. Nilai dan konsep ini akan menjadi pedoman anak hingga besar nanti sehingga menghargai sesama
manusia, menghargai perbedaan, dan memaknai keberagaman sebagai sesuatu yang positif.
● Nilai agama dan budi pekerti yang menjadi modal anak dalam menghargai alam tempat hidup manusia. Anak
dapat memahami bahwa merawat kelestarian alam adalah salah satu bentuk pengamalan nilai-nilai ajaran agama.
Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi

Elemen Jati Diri


Narasi elemen: “Anak mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau
menggunakan berbagai media serta membangun percakapan. Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan
pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan
sehari-hari. Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui
observasi, eksplorasi, dan eksperimen dengan menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar, untuk mendapatkan
gagasan mengenai fenomena alam dan sosial. Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk
mencari informasi, gagasan, dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai proses seni,
mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.”

Mengapa penting untuk membangun konsep pengetahuan dan kemampuan anak terkait elemen ini?

Melalui elemen ini, kegiatan pembelajaran akan secara sistemik menanamkan nilai serta konsep pengetahuan
sebagai berikut:

● Pembentukan identitas diri anak perlu dimulai dengan mengenali dirinya sendiri sebelum mengenali
lingkungan yang lebih luas. Proses ini juga membantu anak memahami emosi yang dimiliki, kesukaan, minat,
hingga aktif berpartisipasi dalam interaksi sosial di lingkungan.
● Rasa sayang dan perhatian kepada diri sendiri penting dibiasakan sejak dini sebelum memunculkan rasa
sayang dan perhatian kepada orang maupun hal-hal di luar diri sendiri.
● Kemampuan untuk mengelola pikiran, perasaan, dan perilaku diri menjadi dasar agar dapat mencapai tujuan
belajar dan pengembangan diri, baik dibidang akademik maupun non akademik.
● Warga Indonesia dengan keberagamannya perlu memiliki perasaan bangga terhadap identitas diri, keluarga,
serta latar belakang budaya dengan berlandaskan Pancasila.
Materi 1. Lingkup Capaian Pembelajaran Fase Fondasi
Elemen Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni
Narasi elemen: “Anak mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau
menggunakan berbagai media serta membangun percakapan. Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan
pramembaca dan pramenulis. Anak mengenali dan menggunakan konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan
sehari-hari. Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif. Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui
observasi, eksplorasi, dan eksperimen dengan menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai sumber belajar, untuk mendapatkan
gagasan mengenai fenomena alam dan sosial. Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk
mencari informasi, gagasan, dan keterampilan secara aman dan bertanggung jawab. Anak mengeksplorasi berbagai proses seni,
mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.”

Mengapa penting untuk membangun konsep pengetahuan dan kemampuan anak terkait elemen ini?

Melalui elemen ini, kegiatan pembelajaran akan secara sistemik menanamkan nilai serta konsep pengetahuan sebagai berikut:
● Terbiasa menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu memecahkan masalah sederhana, serta mengetahui
hubungan sebab akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi oleh hukum alam. Hal ini terbangun karena anak
diajak untuk mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan dan
menggunakan berbagai media.
● Menumbuhkan rasa ingin tahu mengenai dirinya sendiri, orang lain dan dunia saat pengetahuan dikonstruksi dari proses
belajar, praktik, pengalaman, dan observasi berbagai peristiwa, objek-objek, dan orang-orang yang beragam. Nilai ini penting
karena PAUD adalah fondasi bagi proses belajar secara formal, dan rasa ingin tahu merupakan modal utama agar seseorang
dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat.
● Kemampuan literasi dan numerasi dasar yang meliputi, namun jauh lebih luas dari, baca tulis hitung.
● Menumbuhkan minat dan apresiasi seni pada anak. Kegiatan seni juga memiliki dua fungsi lain: pertama, dapat
menyeimbangkan aspek kognitif, afektif/emosional, dan psikomotor anak, serta kedua, mendorong agar anak dapat
mengemukakan perasaan dan idenya melalui seni sehingga anak memiliki mental yang sehat.
Mari refleksi

Mari merenung sejenak dengan menggunakan studi kasus berikut,


untuk lebih memahami pentingnya PAUD dalam membangun
kemampuan fondasi.
Latihan Pemahaman: Mengenali dan Membina Kemampuan Fondasi

Kasus 1 Diskusikan dengan kelompok Anda

Yuel saat ini duduk di kelas 1 SD. Ia


adalah siswa yang cerdas dalam bernalar Pertanyaan pemantik :
dan menguasai apa yang diajarkan di a. Kemampuan fondasi apa dalam elemen capaian
sekolah, namun ia seringkali terlambat
dan sulit untuk mengendalikan diri. Ia pembelajaran di fase fondasi yang belum terbangun
seringkali tidak mau mengerjakan kegiatan pada diri Yuel?
yang diberikan oleh guru di kelas.
Sayangnya, ia tidak mau mengungkapkan b. Apa yang dapat Anda lakukan untuk mencegah
ketidaknyamanan/ ketidaksukaannya pada kendala ini muncul kembali di kemudian hari pada
kegiatan. Padahal sudah ada kesepakatan
kelas yang disusun bersama-sama. anak lainnya?
Akibatnya, potensi kecerdasannya tidak
tampil secara optimal.

10 menit
Latihan Pemahaman: Mengenali dan Membina Kemampuan Fondasi

Kasus 2 Diskusikan dengan kelompok Anda

Yara merupakan siswi kelas 2 SD yang


unggul di sekolahnya. Pengerjaaan Pertanyaan pemantik :
kegiatan maupun tugas di kelas dapat a. Kemampuan fondasi apa dalam elemen capaian
dilakukan dengan sangat baik. Walau
demikian, Yara kesulitan ketika pembelajaran fase fondasi yang belum terbangun
mengerjakan kegiatan secara pada diri Yara sedari dini?
berkelompok. Ia sulit untuk menjalin
pertemanan dengan orang lain. Ia pun b. Apa yang dapat Anda lakukan untuk mencegah
kurang inisiatif untuk membangun kendala ini muncul kembali di kemudian hari pada
percakapan dengan teman sebayanya. Jika
ada kesulitan yang ia rasakan, Yara akan anak lainnya?
merengek dan menangis sehingga
masalah tidak terselesaikan.

10 menit
Latihan Pemahaman: Mengenali dan Membina Kemampuan Fondasi

Mari berdiskusi!
Pembahasan Kasus 1

Identifikasi Masalah Kesimpulan Elemen Capaian Tindak Lanjut


Pembelajaran

● terlambat dan sulit Elemen capaian Oleh sebab itu, tindak lanjut yang perlu
Bapak/Ibu dapat menggarisbawahi untuk pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru PAUD untuk mencegah
perilaku yang menjadi kata kunci. mengendalikan didukung adalah Jati Diri hal serupa terjadi di kemudian hari adalah
diri dengan subelemennya misalnya dengan memberikan anak ruang
● tidak mau untuk memikirkan akibat dari apa yang ia
Yuel saat ini duduk di kelas 1 SD. Ia mengikuti dan lakukan seperti : “Yuel, kira-kira jika kamu
adalah siswa yang cerdas dalam mengerjakan Anak menyesuaikan diri diam saja seperti ini, apakah Ibu/Bapak dapat
bernalar dan menguasai apa yang kegiatan di kelas dengan lingkungan, aturan, mengetahui apa yang kamu pikirkan? Apakah
diajarkan di sekolah, namun ia seringkali dan norma yang berlaku. masalah dapat selesai?”
terlambat dan sulit untuk Dapat disimpulkan bahwa
mengendalikan diri. Ia seringkali tidak Yuel memiliki masalah Guru juga perlu melihat, bagaimana
mau mengerjakan kegiatan yang dalam hal pengendalian kemampuan lain yang mendukung saat
diberikan oleh guru di kelas. Sayangnya, diri. Ia masih mengikuti kegiatan tersebut berlangsung. Misalnya,
ia tidak mau mengungkapkan kemauannya sendiri tanpa kegiatan apa yang saat itu tidak mau ia ikuti?
ketidaknyamanan/ ketidaksukaannya memerhatikan Apakah kegiatan yang banyak melibatkan
pada kegiatan. Padahal sudah ada kesepakatan yang sudah motorik halus? Bagaimana kemampuan
kesepakatan kelas yang disusun dibentuk di kelas. motorik halusnya saat ini?
bersama-sama. Akibatnya, potensi
kecerdasannya tidak tampil secara Selain itu, hal yang dapat dipertimbangkan
optimal. pula adalah guru dapat berdiskusi dengan
orang tua berkaitan dengan perilaku yang
dimunculkan anak. Hal ini dapat mendukung
pengasuhan yang diberikan orangtua di
rumah.
Pembahasan Kasus 2

Identifikasi Masalah Kesimpulan Elemen Capaian Tindak Lanjut


Pembelajaran

Bapak/Ibu dapat menggarisbawahi ● kesulitan ketika Elemen capaian Tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh guru
perilaku yang menjadi kata kunci. mengerjakan pembelajaran yang PAUD untuk mencegah hal tersebut terjadi di
tugas kelompok. perlu didukung adalah kemudian hari adalah misalnya dengan
Yara merupakan Yara merupakan ● sulit untuk Jati Diri dengan perbanyak frekuensi bercakap-cakap dengan
siswi kelas 2 SD yang unggul di anak, memberikan ruang bagi anak untuk
menjalin subelemennya
sekolahnya. Pengerjaaan kegiatan berpendapat agar timbul rasa aman untuk
pertemanan membangun percakapan dengan orang lain.
maupun tugas di kelas dapat dengan teman. Anak mengenali,
dilakukan dengan sangat baik. ● kurang inisiatif mengekspresikan, dan Mengenalkan emosi-emosi dasar melalui
Walau demikian, Yara kesulitan untuk membangun mengelola emosi diri berbagai media cerita, mengakui emosi yang
ketika mengerjakan kegiatan secara percakapan serta membangun dirasakan anak untuk kemudian memberikan
berkelompok. Ia sulit untuk menjalin ● Merengek dan hubungan sosial ruang kepada anak untuk mengungkapkan
pertemanan dengan teman. Ia pun menangis secara sehat emosinya dengan efektif. Memberikan contoh-
kurang inisiatif untuk membangun sehingga masalah contoh melalui bentuk perilaku konkrit terkait
percakapan dengan teman tidak dengan hal yang dapat ia lakukan ketika
sebayanya. Jika ada kesulitan yang merasa tidak nyaman.
terselesaikan.
ia rasakan pun, Yara akan merengek
dan menangis sehingga masalah Selain itu, hal yang dapat dipertimbangkan
Dapat disimpulkan bahwa pula adalah guru dapat berdiskusi dengan
tidak terselesaikan. Yara memiliki masalah orang tua berkaitan dengan perilaku yang
dalam membangun relasi dimunculkan anak. Hal ini dapat mendukung
dengan orang lain serta pengasuhan yang diberikan orangtua di
mengekspresikan apa rumah.
yang ia pikirkan dan
rasakan.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus ini?

Bapak/Ibu, apa yang dialami oleh Yuel dan Yara nyata terjadi di
masyarakat, dan salah satu faktor yang menyebabkan ini adalah
kurang kuatnya pemenuhan kemampuan yang perlu dibangun di
fase fondasi. Kemampuan di fase fondasi Yuel terutama pada
kemampuan pemahamannya terhadap aturan dan pengendalian
diri, serta kemampuan di fase fondasi Yara terkait
kemampuannya mengelola emosi dan membangun hubungan
sehat dengan orang lain masih perlu didukung agar lebih
berkembang secara optimal.

Apakah kemampuan-kemampuan ini dapat serta merta langsung


ia kuasai begitu ia dewasa? Tentu tidak, mereka perlu mulai
belajar menguasainya sedari dini dan Bapak/Ibu lah sebagai
salah satu tonggak utama yang mendukung keberhasilan peserta
didik kita di masa depan lima, sepuluh bahkan dua puluh tahun
dari sekarang.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus ini?

Fungsi PAUD adalah memastikan terbangunnya


kemampuan fondasi pada setiap anak, sehingga anak
bertumbuh kembang optimal secara utuh.

Kurang optimalnya pemenuhan kemampuan fondasi akan


menghambat peserta didik untuk mengeksplorasi
kemampuan-kemampuan prasyarat yang perlu dimiliki
ketika memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Modul 1. Materi 2: Mengenal sub elemen dalam Capaian Pembelajaran
Fase Fondasi untuk dibangun melalui kegiatan pembelajaran
MATERI
Materi 2. Mengenali sub elemen di dalam CP Fase Fondasi untuk dapat dibangun melalui kegiatan
pembelajaran

Apa saja sub elemen yang menyusun Capaian Pembelajaran pada Fase Fondasi?

Kemampuan fondasi terbangun dari berbagai aspek perkembangan, konsep pengetahuan dan nilai-nilai
terintegrasi, yang dikelompokkan dalam bentuk elemen. Sementara, sub elemen adalah kelompok
kemampuan yang secara keseluruhan membangun sebuah elemen. Karena merupakan bagian dari
elemen, maka setiap sub elemen ini perlu difasilitasi dalam kegiatan pembelajaran di satuan PAUD
sehingga anak mendapatkan pembinaan elemen-elemen capaian pembelajaran secara holistik.

Mengapa penting untuk memahami sub elemen dalam tiap elemen Capaian
Pembelajaran?

Sub elemen membantu satuan pendidikan dalam merencanakan pembelajaran


karena dapat menjadi struktur yang dipastikan sudah terfasilitasi dalam
perencanaan pembelajaran.
Materi 2. Mengenali sub elemen di dalam CP Fase Fondasi untuk dapat dibangun melalui kegiatan
pembelajaran

Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti.

Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti tersusun atas sub


elemen yaitu
1) Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai
mengenal dan mempraktikkan ajaran pokok sesuai
dengan agama dan kepercayaannya;
2) Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan,
kesehatan, dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa
sayang terhadap dirinya dan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
3) Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai
perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan
berakhlak mulia; dan
4) Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan
menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup
yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Materi 2. Mengenali sub elemen di dalam CP Fase Fondasi untuk dapat dibangun melalui kegiatan
pembelajaran

Elemen Jati Diri


Elemen Jati Diri tersusun atas sub elemen yaitu
1) Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola
emosi diri serta membangun hubungan sosial secara
sehat.
2) Anak mengenal dan memiliki perilaku positif
terhadap diri dan lingkungan (keluarga, sekolah,
masyarakat, negara, dan dunia) serta rasa bangga
sebagai anak Indonesia yang berlandaskan
Pancasila.
3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan,
dan norma yang berlaku.
4) Anak menggunakan fungsi gerak (motorik kasar,
halus, dan taktil) untuk mengeksplorasi dan
memanipulasi berbagai objek dan lingkungan sekitar
sebagai bentuk pengembangan diri.
Materi 2. Mengenali sub elemen di dalam CP Fase Fondasi untuk dapat dibangun melalui kegiatan
pembelajaran

Elemen Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi,


Rekayasa, dan Seni
Elemen Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan
Seni tersusun atas sub elemen yaitu
1) Anak mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan
perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai
media serta membangun percakapan.
2) Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan
pramembaca dan pramenulis.
3) Anak mengenali dan menggunakan konsep pramatematika untuk
memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
4) Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
5) Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi, eksplorasi, dan
eksperimen dengan menggunakan lingkungan sekitar dan media sebagai
sumber belajar untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan
sosial.
6) Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa
teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan, dan keterampilan secara
aman dan bertanggung jawab.
7) Anak mengeksplorasi berbagai proses seni, mengekspresikannya serta
mengapresiasi karya seni.
Materi 2. Mengenali sub elemen di dalam CP Fase Fondasi untuk dapat dibangun melalui kegiatan
pembelajaran

Untuk memudahkan guru, telah disediakan contoh perilaku dan kemampuan yang teramati
pada anak untuk setiap sub elemen, dengan maksud:
1. Satuan PAUD lebih mudah memahami penjabaran tiap elemen di dalam Capaian
Pembelajaran
2. Sebagai inspirasi dalam menyusun indikator ketercapaian tujuan pembelajaran
3. Saat indikator ketercapaian jelas, maka satuan PAUD akan lebih mudah merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat, dengan menggunakan ragam perangkat ajar yang telah
disediakan oleh Kementerian di PMM.
Contoh penjabaran perilaku pada tiap sub elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti
1) Subelemen 1: Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan ajaran pokok sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
● mengenali kegiatan-kegiatan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya;
● menunjukkan sikap positif atas ibadah sesuai agama dan kepercayaannya; dan
● (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Subelemen 2: Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri sebagai bentuk rasa
sayang terhadap dirinya dan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
● menunjukkan kesediaan untuk terlibat dengan kegiatan yang terkait dengan aktivitas membersihkan tubuhnya;
● menunjukkan kesediaan untuk mengonsumsi minuman sehat dan makanan bergizi; dan
● (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Subelemen 3: Anak menghargai sesama manusia dengan berbagai perbedaannya dan mempraktikkan perilaku baik dan
berakhlak mulia.
● mengenal dan menghormati adanya perbedaan agama dan kepercayaan;
● menunjukkan sopan santun (tata krama) dan akhlak yang baik dalam bertindak dan berbicara; dan
● … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Subelemen 4: Anak menghargai alam dengan cara merawatnya dan menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup
yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
● menunjukkan sikap menyayangi sesama makhluk hidup;
● menjaga kebersihan dan merawat lingkungan alam sekitar yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa; dan
● … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).
Contoh penjabaran perilaku pada tiap sub elemen Jati Diri
1) Subelemen 1: Anak mengenali, mengekspresikan, dan mengelola emosi diri serta membangun hubungan sosial secara sehat.
● mampu mengenali emosi yang dirasakannya dan situasi yang menyebabkannya;
● mampu mengenali emosi orang-orang terdekatnya melalui kemampuannya mengidentifikasi berbagai ekspresi wajah
yang ditunjukkan kepadanya (misalnya ekspresi marah, senang, terkejut, sedih, dll.);
● … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Subelemen 2: Anak mengenal dan memiliki perilaku positif terhadap diri dan lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat,
negara, dan dunia) serta rasa bangga sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
● memiliki gambaran yang positif tentang dirinya untuk membangun kepercayaan diri;
● mengidentifikasi nilai-nilai positif dalam keluarganya;
● … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Subelemen 3: Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku.
● Anak mengenali aturan yang berlaku di lingkungan rumah, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat;
● Anak mengetahui sanksi yang didapat jika berperilaku tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di lingkungan rumah,
sekolah, maupun di lingkungan masyarakat;
● … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Subelemen 4: Anak menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, halus, dan taktil) untuk mengeksplorasi dan memanipulasi
berbagai objek dan lingkungan sekitar sebagai bentuk pengembangan diri.
● Anak mampu mengendalikan gerakan motorik kasar, motorik halus, dan taktil;
● Anak melakukan gerakan motorik kasar untuk mengeksplorasi dan memanipulasi objek-objek yang ada di lingkungan;
● … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).
Contoh penjabaran perilaku pada tiap sub elemen Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa, dan Seni

1) Anak mengenali dan memahami berbagai informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran secara lisan, tulisan, atau
menggunakan berbagai media serta membangun percakapan.
○ menyimak dan merespons orang lain dalam berbagai konteks;
○ memahami arti atau informasi dari gambar, tanda atau simbol (termasuk angka dan huruf) bahkan cerita;
… (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca dan pramenulis.
○ memusatkan dan mempertahankan perhatian terhadap arahan pendidik atau informasi yang diberikan sebagai
indikasi dalam kemampuan menyimak dan memirsa;
○ anak dapat mengingat dan menyebutkan peristiwa atau tokoh dalam cerita atau informasi yang didapatkannya dari
buku cerita, atau sumber-sumber lain sebagai indikasi dalam kemampuan menyimak dan memirsa;
○ … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

1) Anak mengenali dan menggunakan konsep pramatematika untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
○ mampu memahami pola, simbol, dan data (termasuk angka dan huruf) yang diamati di lingkungan sekitarnya sebagai
informasi untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
○ mampu membilang jumlah benda atau objek dan menggunakan angka sebagai simbol jumlah objek atau benda;
○ … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).
Contoh penjabaran perilaku pada tiap sub elemen Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa, dan Seni
4) Anak menunjukkan kemampuan dasar berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
○ dapat menyebutkan atau menunjukkan perbedaan informasi yang disajikan, dapat membedakan mana yang nyata dan
yang tidak nyata, mana yang benar dan yang salah;
○ mengetahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa atau kejadian sehari-hari;
○ … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).
4) Anak menunjukkan rasa ingin tahu melalui observasi, eksplorasi, dan eksperimen dengan menggunakan lingkungan sekitar dan
media sebagai sumber belajar untuk mendapatkan gagasan mengenai fenomena alam dan sosial.
○ mengenal dan menyebutkan ciri-ciri diri sendiri, orang lain, dan dunia yang diobservasi melalui indra yang dimilikinya;
○ bersedia terlibat dalam kegiatan uji coba, membuat prediksi, kemudian mendapatkan pengetahuan dari kegiatan uji coba
berulang kali;
○ … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).

4) Anak menunjukkan kemampuan awal menggunakan dan merekayasa teknologi serta untuk mencari informasi, gagasan, dan
keterampilan secara aman dan bertanggung jawab.
○ mendemonstrasikan penggunaan alat-alat maupun benda-benda yang memudahkan pekerjaan sesuai dengan fungsi alat
tersebut tanpa merugikan dan membahayakan dirinya, orang lain, dan sekitarnya;
○ memodifikasi peralatan maupun benda-benda yang ada untuk mempermudah aktivitasnya; dan
○ … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD)

4) Anak mengeksplorasi berbagai proses seni, mengekspresikannya serta mengapresiasi karya seni.
○ merasa senang terlibat dalam berbagai macam aktivitas seni seperti bernyanyi, menari, melukis atau menggambar,
membuat patung atau membentuk objek tertentu, membunyikan alat musik, bermain drama, dll.;
○ memberikan respons atau mengutarakan perasaannya dalam rangka mengapresiasi karya seni; dan
○ … (dapat ditambahkan sendiri oleh satuan PAUD).
Modul 2 Materi 1: Cara Membangun Kemampuan Fondasi Secara Bertahap
MATERI
Membangun kemampuan fondasi secara bertahap

Bapak/Ibu, membangun kemampuan peserta didik sama halnya seperti mewujudkan


rumah. Dalam membangun rumah, tentu kita memerlukan proses untuk membangunnya
tahap demi tahap. Mulai dengan membangun fondasinya, tiang-tiang penyangga,
dinding, atap dan seterusnya. apakah rumah dapat terwujud dalam satu hari?
SIMSALABIM! Tentu tidak. Jika dipaksakan pun, apakah rumah sebagai analogi
kemampuan peserta didik dapat terbangun dengan kokoh? Tentu saja tidak.

Begitu juga halnya dalam membangun kemampuan fondasi. Ada prasyarat dari suatu
kemampuan yang perlu diperhatikan sebelum kemampuan lain berkembang.
Sebagai contoh: bagaimana kita berharap anak dapat mengelola emosinya, apabila anak
belum pernah diajak mengenal ragam emosi ? (marah, senang, sedih, dst).

Bagaimana kita berharap anak dapat berhitung 3 + 2 = 5 saat ia belum mampu


memahami bahwa 3 = 3 objek, dan 2 = 2 objek?

Demikian juga hal-nya dalam upaya agar anak dapat mencapai fase fondasi di akhir partisipasinya di
PAUD, ada penahapan penguasaan konsep dan kompetensi yang perlu dilalui. Pendidik perlu memahami
alur penguasaan konsep pengetahuan dan kompetensi ini agar dapat mendampingi proses belajar peserta
didik dengan lebih baik. Alur penguasaan konsep pengetahuan dan kompetensi ini adalah Alur Tujuan
Pembelajaran.
Apa yang dimaksud dengan Alur Tujuan Pembelajaran

Dalam Panduan Pembelajaran dan Asesmen, Alur Tujuan Pembelajaran didefinisikan sebagai
rangkaian Tujuan Pembelajaran yang disusun secara logis menurut urutan pembelajaran sejak awal
hingga akhir. Alur ini disusun secara linear sebagaimana urutan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan.

Apa manfaat ATP bagi pendidik?

1. Di lingkup satuan pendidikan, ATP dapat membantu proses pengorganisasian


pembelajaran, khususnya saat menstrukturkan pembelajaran untuk kelompok
(cohort) berdasarkan usia. Karena CP disusun untuk anak usia 5-6 tahun, maka
ATP membantu penerapan untuk kelompok usia di bawah 5 tahun.

1. Di lingkup pembelajaran di kelas, ATP mengalurkan tiap kemampuan yang perlu


dibangun dalam Fase Fondasi, sehingga membantu pendidik dalam mengetahui
tahapan yang perlu dilalui peserta didik sebelum melanjutkan ke tahapan
penguasaan kompetensi selanjutnya. Artinya, keberadaan ATP mengingatkan
pendidik bahwa terdapat prasyarat dari suatu kemampuan yang perlu dipenuhi
dahulu.
Bagaimana bentuk ATP?

Berikut adalah salah satu contoh ATP di PAUD yang dapat diakses di PMM. Ini adalah contoh ATP usia 3 - 6
tahun untuk elemen Dasar-dasar literasi, matematika, sains, teknologi, rekayasa dan seni.

● ATP disusun per sub elemen untuk kejelasan


penahapan dari setiap kemampuan yang
ingin dibangun pada sub elemen.
● Cara penyusunan ATP di PAUD dapat
menggunakan beberapa pendekatan
sebagaimana disebutkan pada Panduan
Pembelajaran dan Asesmen, dan akan
dijelaskan pada salindia berikut.
Cara dalam menyusun alur tujuan pembelajaran

Pada Panduan Pembelajaran dan Asesmen, telah dijelaskan cara-cara yang dapat dilakukan untuk
menyusun alur tujuan pembelajaran berikut adalah penjabarannya.

Pengurutan dari yang Konkret ke Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten yang
yang Abstrak lebih abstrak dan simbolis. Contoh: memulai pengajaran dengan
menjelaskan tentang menghitung dengan objek nyata (konkret) terlebih
dahulu sebelum mengajarkan asosiasi hitung dengan simbol angka
(abstrak).

Pengurutan Deduktif Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang spesifik.
Contoh: mengajarkan konsep hewan yang ada disekitar, untuk kemudian
spesifik mengajarkan hewan sesuai klasifikasi tempat hidup atau jumlah
kaki.

Scaffolding Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus


mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh: dalam mengajarkan
berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa
mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan yang
diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat
berenang sendiri.
Cara dalam menyusun alur tujuan pembelajaran

Pada Panduan Pembelajaran dan Asesmen, telah dijelaskan cara-cara yang dapat dilakukan untuk
menyusun alur tujuan pembelajaran berikut adalah penjabarannya.

Pengurutan dari Mudah ke yang Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit.
lebih Sulit Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek dalam kelas
bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang.

Pengurutan Hierarki Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen


konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan
keterampilan yang lebih kompleks. Contoh: siswa perlu belajar
tentang kesadaran bilangan sebelum mereka dapat memahami
konsep penjumlahan.

Pengurutan Prosedural Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari
sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk menyelesaikan
tahapan selanjutnya. Contoh: dalam mengajarkan cara melakukan
keterampilan bina diri BAK. Guru mengajarkan tahapan bagaimana
melepas pakaian sendiri, membersihkan diri saat BAK, hingga
menyiram sampai bersih secara bertahap.
Apa perbedaan ATP dengan tahapan perkembangan anak?

Pertama, walaupun bercermin pada tahapan perkembangan anak pada umumnya, namun ATP tidak
terikat pada pembagian kelompok usia (misalnya 3-4, 4-5 dan 5-6). Artinya, dapat saja suatu TP yang
sama dicapai oleh anak dengan berbagai usia. Pandangan ini berpijak pada pemahaman bahwa walaupun
ada tahapan perkembangan anak secara umum, namun laju perkembangan anak berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik kesehatan, lingkungan rumah, karakteristik, dan lainnya.

Ananda C

Mari cermati ilustrasi berikut untuk penguatan pemahaman!


Ananda B
Anggaplah tangga menggambarkan capaian anak secara akurat dalam Ananda A
perihal kemampuan untuk mengutarakan gagasan sederhana. Mengapa
ananda A, B dan C walaupun sama-sama berusia 4 tahun namun
capaiannya berbeda-beda?

Yang mungkin saja terjadi adalah: Ananda B dan C lebih mahir


dibandingkan ananda A, karena sering diajak berkomunikasi di rumah
sehingga kepemilikan kosakatanya juga lebih banyak. Ananda C lebih
mahir dibandingkan ananda B, karena ananda C lebih nyaman
berinteraksi dengan orang baru, sedangkan ananda B masih perlu waktu
untuk berinteraksi dengan orang selain keluarganya.

Inilah alasan mengapa TP di dalam ATP tidak disekat per kelompok usia
secara kaku.
Apa perbedaan ATP dengan tahapan perkembangan anak?

Kedua, TP merujuk pada Capaian Pembelajaran yang tersusun lintas aspek perkembangan, sedangkan
tahapan perkembangan anak pada umumnya disusun per aspek perkembangan. CP dirancang demikian
agar membuka peluang untuk membangun kepemilikan nilai dan konsep pengetahuan yang tertuang di
dalam ketiga elemen di dalam CP yang sebetulnya saling terkait.

Mari kita amati sub elemen yang terdapat dalam elemen Jati Diri. Sub elemen di dalam elemen Jati Diri
Agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, aturan dan norma 1) Anak mengenali, mengekspresikan, dan
yang berlaku maka prasyaratnya: mengelola emosi diri serta membangun
1. anak akan perlu mengurungkan keinginannya (inhibition control) hubungan sosial secara sehat.
dan berperilaku sesuai kesepakatan kelas. Contohnya: menahan 2) Anak mengenal dan memiliki perilaku positif
diri untuk tidak bicara, saat temannya bicara. terhadap diri dan lingkungan (keluarga,
2. Anak diperkenalkan pada konsep bahwa tiap lingkungan memiliki sekolah, masyarakat, negara, dan dunia)
aturan dan normanya sendiri. Aturan di rumahnya, mungkin akan serta rasa bangga sebagai anak Indonesia
berbeda dengan aturan di kelas. yang berlandaskan Pancasila.
Dari dua prasyarat ini, ada setidaknya 3 aspek perkembangan yang 3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan,
dikuatkan: sosial emosional, kognitif, serta nilai agama dan moral. aturan, dan norma yang berlaku.
4) Anak menggunakan fungsi gerak (motorik
Pengaluran dengan merujuk pada Capaian Pembelajaran, membuka kasar, halus, dan taktil) untuk
ruang untuk juga menanamkan konsep serta nilai yang ingin dibangun mengeksplorasi dan memanipulasi berbagai
secara terintegrasi melalui kegiatan pembelajaran - dan tidak tersekat objek dan lingkungan sekitar sebagai
dengan kerangka aspek perkembangan. bentuk pengembangan diri.
Apa perbedaan ATP dengan tahapan perkembangan anak?

Ketiga, jumlah TP tidak dikunci (TP1 hingga TP (n) ,sehingga penyusunan ATP dapat disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik dan karakteristik satuan pendidikan

Kebutuhan peserta didik dalam hal ini adalah laju


perkembangan anak yang berbeda-beda.

Karakteristik satuan pendidikan merujuk pada visi, misi


dan tujuan pembelajaran yang ingin dibangun oleh
satuan pendidikan melalui kegiatan pembelajaran.
Satuan pendidikan dapat membangun kepemilikan
konsep pengetahuan, karakter serta keterampilan
dengan lebih leluasa secara bertahap.

Sebagai contoh: satuan pendidikan yang misinya


menghadirkan peserta didik yang berpikiran terbuka
serta memaknai keragaman secara positif, akan dapat
mengenalkan konsep keragaman secara bertahap
melalui TP (mulai dari yang konkret seperti ciri fisik dan
simbol hari besar, hingga yang lebih abstrak seperti
budaya, tradisi dan lainnya).
ATP dan dukungannya dalam penguatan transisi PAUD-SD

Mengingat PAUD belum wajib belajar dan setiap anak


berhak mendapatkan pembinaan kemampuan fondasi,
maka kemampuan fondasi perlu dan dapat terus
dibangun secara berkelanjutan hingga SD kelas awal.

Kurikulum Merdeka sudah merancang agar


pembelajaran di SD kelas awal (fase A) lebih mendekati
fase fondasi, sehingga kemampuan fondasi dapat dibina
menggunakan struktur kurikulum PAUD maupun SD,
sehingga secara sistemik menjadi bagian dari
pembelajaran dan pembiasaan di satuan PAUD maupun
sekolah dasar.

Penggunaan ATP membuka ruang bagi perencanaan


pembelajaran untuk lebih menyesuaikan pada fase
belajar peserta didik yang berbasis kompetensinya,
bukan kelompok (cohort) berdasarkan usia.
SD Kelas Awal

Hal ini mencerminkan tujuan pembelajaran sesungguhnya bahwa setiap anak mendapatkan hak-nya untuk memiliki
kemampuan fondasi untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat - di tingkatan kelas manapun.
Berikut adalah pemetaan yang menunjukkan bahwa kemampuan fondasi dapat dibangun di SD kelas awal
dengan menggunakan struktur kurikulum SD

Mapel Fase A Agama dan Budi Pendidikan PJOK Bahasa Matematika IPAS Seni Budaya
Pekerti Pancasila Indonesia

Kemampuan fondasi: Dibangun di PAUD Dibangun di SD Kelas Awal

Mengenal nilai agama dan budi pekerti Agama dan Budi Pekerti

Kematangan emosi yang cukup untuk berkegiatan di lingkungan belajar melalui elemen jati diri dan lintas mapel dan dibangun
dibangun melalui kesepakatan melalui kesepakatan kelas
kelas

Keterampilan sosial dan bahasa yang memadai untuk berinteraksi sehat dengan teman sebaya dan melalui ketiga elemen Pendidikan Pancasila &
individu lainnya Bahasa Indonesia

Pemaknaan terhadap belajar yang positif melalui ketiga elemen (dibangun lintas mapel (dibangun melalui
melalui pemilihan kegiatan pemilihan kegiatan
pembelajaran yang memberikan pembelajaran yang
pengalaman menyenangkan) memberikan pengalaman
menyenangkan)

Pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri yang memadai untuk dapat berpartisipasi di melalui ketiga elemen PJOK dan budaya perilaku
lingkungan sekolah secara mandiri hidup bersih sehat di satuan

Kematangan kognitif yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar, seperti dasar literasi, numerasi melalui elemen dasar-dasar Bahasa Indonesia,
serta pemahaman dasar mengenai cara dunia bekerja Matematika, IPAS dan Seni
Budaya

Elemen CP Agama dan Budi Jati Diri Dasar-Dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa dan Seni
Fondasi Pekerti
Implementasi alur tujuan pembelajaran di PAUD

Apakah setiap satuan PAUD harus membuat ATP?


Pada penerapannya, terdapat beberapa opsi yang dapat dipilih oleh satuan
pendidikan di pembelajarannya, tergantung pada kesiapan satuan.

● Pilihan 1. Satuan dapat menggunakan contoh yang disediakan oleh


pemerintah tanpa modifikasi.
● Pilihan 2. Satuan dapat memodifikasi contoh yang disediakan oleh
pemerintah.
● Pilihan 3. Satuan dapat merancang sendiri di satuan pendidikannya atau
bersama Komunitas Belajar

Contoh ATP yang sudah disusun beserta rasional pengalurannya dapat diakses di
Platform Merdeka Mengajar.

Dengan pemahaman mengenai lingkup pembelajaran, maka pendidik dapat dengan


lebih tepat menggunakan ragam perangkat ajar yang sudah disediakan di Platform
Merdeka Mengajar untuk melaksanakan pembelajaran di kelas.
Latihan Pemahaman: Identifikasi dasar pengaluran dalam Alur Tujuan Pembelajaran

Pada kegiatan ini, Anda bersama dengan kelompok akan diberikan,


1. Print out studi kasus
2. Spidol / Pulpen

Tugas Anda bersama kelompok adalah


1. Bacalah lembaran studi kasus 1.
2. Diskusikan jawaban dari pertanyaan studi kasus

Waktu kegiatan 15 menit, untuk kemudian beberapa perwakilan


kelompok dapat memaparkan hasil kerjanya.

15 menit
Modul 3 Materi 2: Pengorganisasian dan Perencanaan Pembelajaran
MATERI
Materi ini membahas tentang komponen 3 dan 4 dalam penyusunan KOSP, yaitu:

1. Pengorganisasian Pembelajaran; dan


2. Perencanaan Pembelajaran

Tujuan utama dari materi ini adalah membangun pemahaman mengenai:

a. fungsi dari pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran sebagai upaya untuk


memastikan tercapainya CP melalui rangkaian kegiatan pembelajaran.
b. Karena yang utama adalah memastikan tercapainya CP, satuan pendidikan memiliki
keleluasaan untuk menentukan strategi pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran
yang paling sesuai dengan konteksnya.
Fungsi Pengorganisasian Pembelajaran

1. Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian pembelajaran ?

Pengorganisasian pembelajaran adalah cara satuan pendidikan mengatur pembelajaran muatan


kurikulum dalam satu rentang waktu. Pengorganisasian ini dapat juga mengatur beban belajar
dalam struktur kurikulum, muatan (konsep pengetahuan dan kompetensi di dalam CP Fase
Fondasi), area belajar, pengaturan waktu belajar, serta proses pembelajaran.

1. Apa fungsinya?

Untuk memastikan rangkaian kegiatan pembelajaran di satuan pendidikan efektif dalam membina
peserta didik hingga dapat memiliki ragam kemampuan fondasi yang tertuang di dalam lingkup
pembelajaran di PAUD.

1. Kapan satuan pendidikan perlu melakukan pengorganisasian pembelajaran?

Saat menyusun KOSP, dan pengorganisasian ini ditinjau setiap tahunnya untuk memastikan
kesesuaiannya. Artinya, satuan pendidikan hanya perlu satu kali merancang, dan selanjutnya cukup
mengevaluasi apabila ada strategi baru yang ingin diterapkan.
Cara melakukan pengorganisasian & pembelajaran di PAUD

Ada empat pendekatan dalam melakukan pengorganisasian pembelajaran. Dalam konteks PAUD,
disarankan menggunakan pendekatan tematik terintegrasi atau pendekatan secara integrasi, karena:

1. PAUD tidak memiliki struktur mata pelajaran


2. Tujuan pembelajaran perlu disesuaikan per kelompok usia
3. Pendekatan tematik maupun terintegrasi membuka ruang bagi satuan pendidikan untuk
menentukan konsep, nilai, atau keterampilan yang ingin dibangun pada peserta didiknya, dan
mencerminkan karakteristik satuan pendidikan tersebut.

Pendekatan secara terintegrasi:


Pendekatan Tematik:
Konsep-konsep dan keterampilan tertentu
Pembelajaran disusun berdasarkan tema
diajarkan secara kolaboratif; Pendidik
yang menaungi kompetensi-kompetensi
berkolaborasi untuk merencanakan dan
yang terdapat di dalam lingkup pembelajaran
melaksanakan asesmen dan pembelajaran
di PAUD
secara terpadu.
Cara melakukan pengorganisasian pembelajaran dan perencanaan pembelajaran

Cara melakukan pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran dikembalikan kepada satuan


pendidikan. Namun untuk membantu pemahaman mengenai hal tersebut, dapat melihat dua contoh
berikut:

Kedua PAUD menggunakan pendekatan tematik untuk mengorganisasikan pembelajaran:

PAUD Ceria PAUD Cemerlang


● Menggunakan tema sebagai payung dari kegiatan ● Menyusun tema sesuai dengan visi misinya
pembelajaran per dua bulan ● Menyusun TP sesuai dengan visi misi, dan sudah mampu
● Mempelajari lingkup CP serta contoh ATP per elemen mengalurkan TP lintas kelompok usia
dari kementerian, lalu kemudian menetapkan TP yang ● Menggunakan contoh ATP yang disusun kementerian
ingin dicapai di akhir tahun ajaran. untuk memastikan ketercapaian sub elemen dalam
● Alur di dalam contoh ATP kemudian digunakan untuk kegiatan pembelajaran; serta untuk pengorganisasian
pengorganisasian pembelajaran di semester 1 dan 2. pembelajaran di semester 1 dan 2.
Ilustrasi 1. Pengorganisasian dan Perencanaan Pembelajaran
Ilustrasi 1: Pendiri satuan PAUD Ceria memiliki misi untuk menjadi “satuan pendidikan yang menciptakan harmoni
antara pikiran (Head), hati (Heart), dan tindakan (Hand) pada diri setiap anak.”
Tema yang dipilih tidak mengikuti alur tertentu, dan lebih berfungsi untuk menjahit kegiatan pembelajaran per dua
bulan. PAUD Ceria kemudian menyusun perencanaan pembelajaran dengan menggunakan Tujuan Pembelajaran yang
langsung diturunkan dari CP Fase Fondasi (lihat contoh perencanaan di lingkup satuan pendidikan di salindia berikut).

TK A (4-5 tahun)

Struktur Semester I/Juli - Agustus Semester I/Sep-Okt Semester I/Nop - Des Semester II/Jan-Feb Semester II/Mar- Semester II/Mei-Jun
Apr

Tema dan Ide Sekolahku -> Sekolah memiliki Kasihku untuk Ayah dan Bunda -> Orang Aku Cinta Lingkungan -> Aku bisa menjaga diriku -> Serunya Aku Anak Indonesia ->
Utama pada aturan dan nilai yang perlu tua sebagai pihak yang perlu dikasihi dan Lingkungan adalah ciptaan ada aturan dalam menjaga liburanku -> Indonesia adalah
Intra dihargai dan dipatuhi dihormati Tuhan dan perlu dirawat kesehatan, kebersihan dan negeriku memiliki negaraku dan memiliki
keselamatan diri alam dan budaya budaya yang kaya
yang indah

Tema pada P5 Kita Semua Bersaudara

TK A (5-6 tahun)

Struktur Semester I/Juli - Agustus Semester I/Sep-Okt Semester I/Nop - Des Semester II/Jan-Feb Semester II/Mar- Semester II/Mei-Jun
Apr

Tema pada Intra Sekolahku -> Sekolah memiliki Kasihku untuk Ayah dan Bunda -> Orang Aku Cinta Lingkungan -> Aku bisa menjaga diriku Serunya Aku Anak Indonesia ->
aturan dan nilai yang perlu tua sebagai pihak yang perlu dikasihi dan Lingkungan adalah ciptaan liburanku Indonesia adalah
dihargai dan dipatuhi dihormati Tuhan dan perlu dirawat negaraku dan memiliki
budaya yang kaya

Tema pada P5 Kita Semua Bersaudara


Ilustrasi 1. Pengorganisasian dan Perencanaan Pembelajaran
Elemen Semester I/Juli - Agustus Semester I/Sep-Okt Semester I/Nop - Des Semester II/Jan-Feb Semester II/Mar-Apr Semester II/Mei-Jun

Tema -> Sekolahku -> Sekolah memiliki aturan dan Kasihku untuk Ayah dan Aku Cinta Lingkungan -> Aku bisa menjaga diriku -> ada aturan dalam Serunya liburanku -> negeriku Aku Anak Indonesia ->
Ide nilai yang perlu dihargai dan dipatuhi Bunda -> Orang tua Lingkungan adalah ciptaan Tuhan menjaga kesehatan, kebersihan dan memiliki alam dan budaya yang Indonesia adalah negaraku
Utama sebagai pihak yang perlu dan perlu dirawat keselamatan diri indah dan memiliki budaya yang
dikasihi dan dihormati kaya

Nilai Anak mengenal ajaran agama yang Mampu menunjukkan Anak memahami dan Anak terbiasa dan mampu melaksanakan Anak terbiasa berperilaku baik dan Anak mulai terbiasa
Agama dianutnya dan mengamalkan nilainya dalam sikap sembahyang dan mempraktekan perilaku baik dalam perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta berakhlak mulia seperti sopan, menghargai sesama
dan kehidupan secara sederhana. duduk hening dengan menyayangi lingkungan, alam keselamatan diri sebagai rasa syukur kepada santun, selalu menolong, berbagi, manusia dan menghargai
Budi tertib seperti sungai, pepohonan dan Tuhan. dll. perbedaan yang ada.
Pekerti: makhluk ciptaan Tuhan lainnya
secara lebih luas. Anak terbiasa mempraktikan
ibadah bersama sesuai
ajaran agama yang dianut.

Jati Diri Anak mampu mengelola emosi dan Anak dapat menerima Mampu merespon emosi teman Anak percaya diri, mampu beradaptasi dengan Anak bertanggung jawab terhadap
mengekspresikan diri secara wajar. kelebihan dan kekurangan dengan cara yang positif. lingkungan, aturan, dan norma yang berlaku. tugas serta mampu mengatur Anak bangga dengan jati
serta mencintai dirinya, dirinya secara mandiri. dirinya sebagai anak
Anak dapat menunjukkan perilaku keluarga dan orang lain. Anak menyadari dan mampu Indonesia yang
mengasihi semua, melayani semua dalam menilai perilaku baik-buruk, benar- Anak mencintai budayanya dan berlandaskan Pancasila dan
berkolaborasi dengan teman yang berbeda salah dalam upaya memelihara diri, mengenal keragaman ras, suku, sebagai warga dunia yang
dan melakukan perannya dalam kelompok alam, lingkungan fisik dan sosial. agama yang ada di Indonesia. berwawasan global.
dengan baik.

Anak mampu menggunakan anggota tubuh untuk pengembangan gerak motorik kasar. Anak mampu melakukan gerakan fisik motorik halus yang lebih rumit secara terkoordinasi.

Dasar- Anak dapat menggunakan Anak mampu berkolaborasi dalam mempresentasikan berbagai benda
Dasar teknologi secara Anak mengerti hubungan sebab Anak mampu menggunakan teknologi dan imajinasinya dalam bentuk karya menggunakan berbagai media
Literasi, Anak tertarik dengan aktivitas pra membaca sederhana dalam mencari akibat dan fenomena alam secara sederhana, alat dan benda sesuai fungsinya yang ada di lingkungan sekitar ( loose parts).
Matema yang berkaitan dengan kalimat/ kosakata informasi untuk lebih mendalam serta secara baik dan aman bagi diri dan orang lain.
tika, baru, serta menunjukkan minat pada mengembangkan gagasan mengaitkannya dengan kehidupan Anak terbiasa menunjukkan rasa ingin tahu dengan melakukan
Sains, buku/bahan bacaan sederhana. dan keterampilannya. sehari-hari dalam memelihara diri, Anak mengeksplorasi proses dan observasi, eksplorasi, eksperimen dan investigasi untuk menemukan
Rekaya alam, lingkungan fisik dan sosial. mengekspresikan berbagai aktivitas seni sebuah jawaban.
sa, Anak mampu dengan penuh antusias.
Teknolo Anak mampu memahami dan merespon mengapresiasi karya seni Anak mampu mengidentifikasi masalah dan berusaha menemukan
gi dan informasi yang didengar ataupun yang dirinya maupun orang lain Anak dapat mengkomunikasikan ide, pikiran solusi kreatif dalam pemecahannya.
Seni dilihat (berupa gambar, tanda, simbol, dengan cara-cara yang dan perasaan secara lisan, tulisan, gambar dan
ucapan maupun cerita.) secara lebih positif. media lainnya dan menunjukkan
kompleks keterhubungan sebab akibat yang jelas.

Anak memahami dan mampu menggunakan konsep bilangan, 1-20 Anak mengetahui bentuk geometri dua dan tiga dimensi secara sederhana dan Anak mampu melakukan analisis sederhana posisi dirinya dan lokasi
menyusun pola yang lebih kompleks. benda secara lebih kompleks. Memahami konsep waktu : jam, menit,
Anak memahami persamaan, perbedaan dan mengelompokkan minggu, bulan dan tahun.
berdasarkan ciri, manfaat, fungsi, jenis, dll. Anak dapat melakukan pengukuran sederhana baik secara baku dan tidak baku (jengkal,
langkah kaki, lengan, penggaris, meteran, dll).
Bagaimana PAUD Ceria dapat mengorganisasikan dan merencanakan
pembelajaran di lingkup satuan sedemikian rupa?

Merumuskan Merumuskan
Memahami Merancang
Tujuan Alur Tujuan
CP Pembelajaran
Pembelajaran Pembelajaran

PAUD Ceria sudah PAUD Ceria merumuskan PAUD Ceria kemudian Dengan adanya tema, guru di PAUD
memahami lingkup tujuan pembelajaran dengan mengalurkan tujuan Ceria merancang pembelajaran yang
pembelajaran fase mempelajari lingkup materi pembelajaran per elemen. bertujuan untuk membangun ide
fondasi terdiri dari 3 dan kompetensi di dalam CP. utama yang ingin diperkenalkan.
elemen yang terbangun Berbagai tujuan Guru di PAUD Ceria aktif
secara holistik, sehingga pembelajaran tersebut menggunakan PMM untuk mencari
memastikan bahwa kemudian dibangun melalui modul ajar dengan tujuan
kegiatan pembelajaran rangkaian kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
menguatkan sejumlah pembelajaran yang terjahit ide utama di dalam tema.
sub-elemen di tiap dalam satu tema. Perencanaan pembelajaran di kelas
elemen. umumnya dibuat per minggu, namun
di suatu waktu menggunakan modul
ajar yang memandu kegiatan untuk
durasi dua minggu.
Ilustrasi 2. Pengorganisasian dan Perencanaan Pembelajaran

Ilustrasi 2: Pendiri satuan PAUD Cemerlang percaya sepenuhnya bahwa lingkungan adalah sumber belajar utama bagi
anak. Misi satuan adalah “menjadi satuan pendidikan yang menginisiasi aksi nyata mengenai cara hidup ramah
lingkungan.”.

PAUD Cemerlang menggunakan tema sebagai upaya untuk membangun konsep, nilai dan keterampilan yang
mencerminkan karakteristik satuan pendidikannya. PAUD Cemerlang juga sudah mampu menyusun Tujuan
Pembelajarannya sendiri. Mereka menyusun Tujuan Pembelajaran yang diturunkan dari visi misi satuannya, dan dapat
dimaknai sebagai “big idea/central idea” yang ingin dibangun melalui kurikulum satuan pendidikan.

Untuk memastikan setiap elemen dalam fase fondasi difasilitasi, PAUD Cemerlang menggunakan contoh ATP yang sudah
disusun oleh kementerian dalam menyusun perencanaan di lingkup satuan, dan menggunakan tujuan pembelajaran di
dalam ATP tersebut sebagai tujuan pembelajaran di kelas (learning objective).

Intrakurikuler P5

Tema: Aku sebagai bagian dari alam Memahami keragaman alam Bagaimana alam bekerja

(Juli - September) (Oktober-Desember) (Januari - Juni)

Usia 4-5 TP: memahami bagaimana lingkungan dan TP: Mengetahui ragam alam buatan TP: mengenal alam W3-W4 April: Aku Sayang
budaya mempengaruhi identitas dirinya Tuhan; serta ragam alam buatan sebagai mahluk hidup Bumi.
Diasah melalui 3 elemen manusia Diasah melalui 3 elemen
Diasah melalui 3 elemen

Usia 5-6 TP: memahami bagaimana manusia TP: Mengevaluasi perbedaan antara TP: memahami manfaat
menggunakan dan menghargai lingkungan ragam bentuk alam alam bagi kehidupan
dengan cara yang berbeda Diasah melalui 3 elemen manusia
Diasah melalui 3 elemen Diasah melalui 3 elemen
Ilustrasi 2. Pengorganisasian dan Perencanaan Pembelajaran
TP 4-5 TP: memahami bagaimana lingkungan dan budaya mempengaruhi identitas dirinya TP: memahami ragam alam buatan Tuhan; serta ragam TP: mengenal manfaat alam bagi kehidupan
tahun (Juli - September) alam buatan manusia (Oktober - Desember) (Januari - Juli)

Agama dan TP 1: Anak dapat menyebutkan nama Tuhannya dan agama yang dipeluknya. TP 2. Anak memahami bahwa makhluk hidup di sekitarnya merupakan ciptaan Tuhan, termasuk alam, serta
Budi Pekerti: menunjukkan rasa sayang terhadap makhluk hidup yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
TP 1: Anak menunjukkan kesediaannya untuk berinteraksi dengan alam.
TP 2: Anak menjelaskan cara-cara merawat alam

TP 2: Anak mengidentifikasi kegiatan ibadah dan mempraktikkan kegiatan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya.

Jati Diri TP 1: Anak mengenali rutinitas yang TP 2: Anak dapat memahami dan dapat melakukan TP 3: Anak dapat mengikuti atau menyepakati aturan bersama dalam konteks bermain bersama teman.
ada di sekolah maupun di rumah. aturan-aturan sederhana yang berlaku di rumah atau di
kelas (mau bergiliran, membereskan mainan setelah
dipakai)

TP 1: Anak mengeksplorasi sumber daya di sekitar untuk mengembangkan fungsi motorik kasar TP 2: Anak mendemonstrasikan strategi sederhana menggunakan sumber daya di sekitar untuk bermain bersama
pada beragam aktivitas motorik kasar

Dasar TP : Anak mengenal bunyi huruf (fonetik) dan atau mulai merangkai beberapa bunyi huruf
Literasi,
Matematika, TP: Anak merespons cerita secara verbal dengan memberi komentar, bertanya atau pun mengaitkan cerita dengan pengalaman pribadi.
Sains,
Rekayasa
dan Seni TP1: Anak membandingkan jumlah (banyak - sedikit) benda yang ada di lingkungan TP 2: Anak menunjukkan pemahaman korespondensi satu ke TP 3: Anak memahami
satu menggunakan benda konkret simbol angka sebagai representasi objek.
TP1: Anak membandingkan dan menyebutkan perbedaan bentuk geometri sederhana dua dimensi
(segitiga, lingkaran, dan persegi) TP 2: Anak membedakan bentuk geometri sederhana dua TP 3: Anak menyebutkan posisi dari benda yang
dimensi (segitiga, lingkaran, persegi) dan tiga dimensi dilihat dibandingkan benda lainnya (atas, bawah,
TP1: Anak meniru pola sederhana (kubus, bola, limas) yang dilihat belakang, samping, depan)

TP:2: Anak memprediksi lanjutan pola yang diberikan

TP 1: Anak aktif melakukan eksplorasi terhadap lingkungan sekitarnya TP 2: Anak menemukan persamaan dan perbedaan atas informasi yang diterima di lingkungan sekitarnya

TP: Anak terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi, eksperimen, atau penelitian akan objek, fenomena alam, atau fenomena sosial dalam waktu berkelanjutan.

TP: Anak mengungkapkan pikiran dan perasaannya menggunakan lebih dari 1 jenis media seni dan atau teknik.

TP: Anak membuat hasil karya secara berkelompok.


Bagaimana PAUD Cemerlang dapat mengorganisasikan dan merencanakan
pembelajaran di lingkup satuan sedemikian rupa?

Merumuskan Merumuskan
Memahami Merancang
Tujuan Alur Tujuan
CP Pembelajaran
Pembelajaran Pembelajaran

PAUD Cemerlang sudah PAUD Cemerlang memiliki Guru di PAUD Cemerlang merancang
PAUD Cemerlang memahami
memahami lingkup visi misi yang ajek sehingga pembelajaran di kelas dengan
bahwa konsep/keterampilan
pembelajaran fase mampu menetapkan tema merujuk pada tp (learning objective)
pada anak usia dini perlu
fondasi terdiri dari 3 yang menjadi payung yang sudah ditetapkan oleh satuan
dibangun bertahap. PAUD
elemen yang terbangun kegiatan pembelajaran. pendidikan. Karena sudah ditetapkan,
Cemerlang menggunakan
secara holistik, sehingga PAUD Cemerlang juga telah guru-guru PAUD Cemerlang dapat
contoh ATP yang sudah
memastikan bahwa mampu menyusun tujuan fokus merancang kegiatan
disusun oleh Kementerian
kegiatan pembelajaran pembelajaran yang cukup pembelajaran yang mampu mencapai
sebagai rujukan dalam
menguatkan sejumlah umum sehingga dapat ragam tujuan pembelajaran tersebut
merancang kegiatan yang
sub-elemen di tiap diturunkan menjadi tujuan secara efektif, serta memastikan
sesuai dengan laju
elemen. pembelajaran yang lebih proses pembelajaran memberikan
perkembangan anak di dalam
operasional untuk setiap perencanaan di lingkup pengalaman menyenangkan. Kegiatan
elemen. satuan pendidikan pembelajaran dalam dilaksanakan
lebih dari 1 hari.
Penerapan ATP dalam perencanaan pembelajaran

1. Pada pengorganisasian pembelajaran. Pada materi sebelumnya, telah disebutkan bahwa


bagi lingkup satuan pendidikan, ATP dapat membantu proses pengorganisasian
pembelajaran, khususnya saat menstrukturkan pembelajaran untuk kelompok (cohort)
berdasarkan usia. Pada contoh sebelumnya, terlihat TP disusun dengan menggunakan
pengaluran sebagai berikut:
Penerapan ATP dalam perencanaan pembelajaran

2. Para perencanaan pembelajaran di lingkup satuan pendidikan: ATP digunakan untuk lebih
menstrukturkan kegiatan pembelajaran pada setiap elemen. Ilustrasi di bawah menggunakan
contoh ATP yang sudah disusun oleh kementerian, dan dimodifikasi secara minor. Terlihat
bahwa: a. ada kesinambungan tujuan pembelajaran lintas semester; dan b. Tujuan
pembelajaran per elemen turut membangun pencapaian TP utama (central idea/big idea).

Tema: aku sebagai bagian dari alam Tema:memahami keragaman alam Tema 3
Cara melakukan pengorganisasian pembelajaran dan perencanaan pembelajaran

Dari ilustrasi PAUD Ceria dan PAUD Cemerlang terlihat bahwa tidak ada satu cara yang
mengunci satuan pendidikan dalam mengorganisasikan pembelajaran dan merancang
pembelajaran.

Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana strategi pengorganisasian dan


perencanaan pembelajaran yang dipilih merupakan strategi yang efektif dalam
memandu guru merancang kegiatan pembelajaran di kelas.

Mari kita lihat beberapa contoh pengorganisasian pembelajaran


berikut untuk menganalisa bentuk pengorganisasian dan
perencanaan pembelajaran yang lebih efektif.
Bagaimana membuat contoh 1 ini lebih efektif?
Terlihat bahwa satuan PAUD ini juga menggunakan pendekatan tematik untuk melakukan pengorganisasian pembelajaran. Namun
perhatikan apakah tema yang ditetapkan memberi cukup informasi bagi guru untuk merancang pembelajaran di kelas yang mampu
membangun pengetahuan dan keterampilan spesifik pada anak? Apa ide utama yang ingin dibangun melalui serangkaian tema ini sejak
Juli hingga November?

Mari amati perubahannya


Dengan menambahkan ide utama yang ingin dibangun melalui serangkaian tema, guru akan lebih mudah dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang bertujuan agar anak mengenai cara berperilaku di rumah dan di sekolah, termasuk bagaimana anak dapat menjaga
gizinya melalui pengenalan terhadap makanan gizi seimbang, halal dan Thayyib, serta ragam makanan tradisional.
Bagaimana membuat contoh 2 ini lebih efektif?
Elemen Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran TK A Semester 1 Semester 2

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

Nilai Agama dan Budi Pekerti Mengenal kegiatan ibadah harian v v v v v v v v v v v v


(Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan)
Anak percaya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, mulai mengenal dan Mencuci tangan dengan sabun dan air v v v v
mempraktikkan ajaran pokok sesuai mengalir
dengan agama dan kepercayaannya.
Anak berpartisipasi aktif dalam Menerapkan kebiasaan hidup baru v v v v v v v v v v v v
menjaga kebersihan, kesehatan dan (memakai masker, mencuci tangan,
keselamatan diri sebagai bentuk rasa mengecek suhu)
sayang terhadap dirinya dan rasa
syukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Mengenal dan mengkonsumsi makanan v v v v v v v v v v v v
Anak menghargai sesama manusia sehat dan bergizi
dengan berbagai perbedaannya dan
mempraktikkan perilaku baik dan Mengenal kegiatan toilet training v v v
berakhlak mulia. dengan bimbingan
Anak menghargai alam dengan cara
merawatnya dan menunjukkan rasa Membuang sampah pada tempatnya v v v v
sayang terhadap makhluk hidup yang
merupakan ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.

Jati Diri Mengetahui barang/alat main miliknya

Tujuan pembelajaran terlalu


spesifik, lebih tepat digunakan Tujuan pembelajaran ditetapkan secara sporadis, sehingga Mengapa cuci tangan hanya dilakukan per
sebagai indikator berpotensi kegiatan pembelajaran disusun secara lepas dua bulan?
ketercapaian tujuan tanpa keterkaitan satu sama lain. Padahal untuk dapat
pembelajaran membangun konsep dan keterampilan pada anak dini
memerlukan pembiasaan dan repetisi.
Mari amati perubahannya
Format dibuat lebih
sederhana, tanpa ceklis

Elemen Tujuan Pembelajaran TK A pada Semester 1 Tujuan Pembelajaran TK A pada Semester 2

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

Tema: Merawat diri dan berperilaku baik sebagai bentuk akhlak Tema: Keragaman seni sebagai kekayaan Indonesia

Tujuan Pembelajaran

Nilai Agama dan Budi Pekerti Mengenal kegiatan ibadah harian (Berdo’a sebelum dan sesudah kegiatan)

Jati Diri Menerapkan kebiasaan hidup baru (Mencuci Mengenal kegiatan perawatan diri yang Mengetahui identitas dirinya sebagai anak Mengenali lagu Kebangsaan, Bendera dan
tangan dengan sabun dan air mengalir, diperlukan, seperti manfaat mandi, Indonesia Lambang Negara Indonesia
memakai masker, mencuci tangan, mengecek menggosok gigi, dan berolahraga Memainkan beberapa permainan
suhu) tradisional Menyanyikan lagu Kebangsaan, Bendera
dan mengetahui Lambang Negara
Mengenal kegiatan toilet training dengan Mengenali identitas dirinya sebagai anak Indonesia
bimbingan Indonesia

Mengenal identitas dirinya dan keluarganya Mengenal kata maaf, minta tolong,
terimakasih, permisi

Mengetahui barang/alat main miliknya

Dasar- Dasar Literasi, Matematika, Sains, Mengenal dan mengkonsumsi makanan sehat Berani untuk bertanya dan menjawab Dapat menyebutkan persamaan
Teknologi, Rekayasa dan Seni dan bergizi melalui buku bacaan anak pertanyaan sederhana Mengenal dan mengetahui simbol, lambang, bentuk perbedaan suatu simbol adat
dan warna yang ada disekitarnya (bentuk, warna dan ukuran)
Mengenalkan konsep bilangan melalui Dapat menyebutkan bentuk-bentuk
pengenalan tentang frekuensi makan geometri Menggunakan media gambar untuk mempresentasikan Menggunakan konsep
idenya penjumlahan sederhana dalam
Mengenal konsep atas-bawah, kanan-kiri, Dapat membedakan ukuran besar-kecil, keseharian
samping kanan saat berolahraga panjang-pendek
Menggunakan kalimat yang
Tujuan pembelajaran bersifat lengkap untuk berkomunikasi
lebih umum, sehingga dapat
dibangun melalui lebih dari
Menggunakan tema sehingga tujuan pembelajaran yang tadinya sporadis
satu kegiatan pembelajaran
dapat diklaster dan dapat digunakan untuk membangun suatu pemahaman
dalam kurun waktu yang lebih panjang.
Cara melakukan pengorganisasian & pembelajaran di PAUD

Dari materi tadi dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Yang utama adalah bagaimana strategi pengorganisasian dan


perencanaan pembelajaran yang dipilih merupakan strategi
yang efektif dalam memandu guru merancang kegiatan
pembelajaran di kelas sehingga dapat mencapai CP.
2. Karena yang utama adalah memastikan tercapainya CP, satuan
pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan strategi
pengorganisasian dan perencanaan pembelajaran yang paling
sesuai dengan konteksnya.
3. ATP dapat digunakan untuk membantu pengorganisasian dan
perencanaan pembelajaran di lingkup satuan pendidikan, baik
ATP yang disusun oleh Kementerian sebagai contoh, maupun
ATP yang disusun sendiri oleh satuan pendidikan.
Modul 4 Materi 1: Perencanaan Pembelajaran di kelas
Komponen perencanaan pembelajaran di kelas

Berdasarkan Permendikbud No. 16


Tiga komponen utama dalam sebuah perencanaan
Tahun 2022 pembelajaran

Dokumen perencanaan pembelajaran/ modul ajar memiliki


tiga (3) komponen esensial
Fungsi perencanaan pembelajaran di kelas

Mengapa penting untuk merancang kegiatan pembelajaran?

● Perencanaan pembelajaran menjadi hal yang sangat


esensial dan perlu disusun agar pendidik dapat
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang efektif
serta meningkatkan capaian anak.
● Upaya bagi pendidik untuk yakin bahwa kegiatan yang
disusun sudah sesuai dan menjawab ketercapaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai anak.
● Membantu pendidik memastikan setiap aspek
perkembangan yang perlu dibina dapat diberikan kepada
anak sesuai kemampuan dan kebutuhan masing-masing
anak.
Hal yang perlu untuk diperhatikan!
Bentuk dari sebuah RPP atau modul ajar (panjang / pendeknya
dokumen), tergantung dari cara pendidik menyusun setiap
komponen perencanaan pembelajaran yang saling mendukung
kegiatan pembelajaran (kerincian informasi yang diberikan).
Latihan pemahaman: analisa perencanaan pembelajaran

Seorang guru PAUD membuat sebuah perencanaan pembelajaran dan


sudah menerapkan rencana pembelajaran tersebut hingga melakukan
kegiatan asesmen untuk mengukur ketercapaian anak terhadap tujuan
pembelajarannya. Silakan diskusikan bersama.

“Apakah rancangan kegiatan dan


implementasi yang telah dilakukan guru
PAUD tersebut dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan?”

10 menit
Latihan pemahaman: analisa perencanaan pembelajaran

Berikut adalah rencana pembelajaran yang diterapkan oleh guru PAUD.

Tujuan Pembelajaran
Anak dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar menggunakan
kakinya.

Kegiatan Pembelajaran (30 menit)


Anak menendang bola ke gawang secara bergantian. Setiap anak diberi
kesempatan menendang bola 2-3 kali.

Asesmen
Guru melakukan asesmen menggunakan ceklis. Dari hasil asesmen 18
anak menunjukkan bahwa 10 anak dapat menendang bola ke gawang,
dan 8 anak sisanya berhasil menendang bola tetapi tidak masuk ke
gawang (arahnya melenceng ke kanan atau ke kiri)
Latihan pemahaman: analisa perencanaan pembelajaran

“Apakah rancangan kegiatan dan implementasi yang telah dilakukan guru PAUD tersebut dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan?”
Latihan pemahaman: analisa perencanaan pembelajaran

Pembahasan Jawabannya, tidak.


analisis kasus
Mengapa demikian? Terdapat beberapa alasan yang perlu kita pahami bersama.
1. Tujuan pembelajaran yang ditetapkan adalah ”Anak dapat melakukan berbagai aktivitas motorik
kasar menggunakan kakinya”, namun kegiatan pembelajaran hanya memberi kesempatan pada
setiap anak untuk melakukan aktivitas motorik menggunakan kakinya dengan durasi maksimal 2
menit. Meskipun waktu pembelajaran 30 menit, setiap anak hanya melakukan aktivitas 2 menit,
sisanya diam menunggu giliran.

2. Guru tidak melakukan kegiatan ‘pengembangan’ keterampilan motorik kasar, melainkan


melakukan kegiatan dengan ‘penilaian’. Pada kasus tersebut, guru ‘menilai’ apakah anak sudah
dapat mencapai tujuan atau belum dengan memanggil anak satu persatu, bukan melakukan
kegiatan pengembangan keterampilan yang memberi kesempatan anak melatih keterampilan
kakinya. Jika guru mengembangkan keterampilan motorik kasar anak-anak, guru akan
memberikan ragam kegiatan dengan tingkat tantangan yang beragam pula sesuai kemampuan
anak.

3. Tujuan “anak dapat melakukan berbagai aktivitas motorik kasar menggunakan kakinya”,
seharusnya tidak cukup dilakukan dengan durasi 30 menit. Untuk dapat mengembangkan
keterampilan tersebut, anak perlu diberi banyak kesempatan melatih keterampilan motorik kasar
kakinya. Misalnya guru dapat merancang berbagai kegiatan untuk melatih keterampilan kaki
anak selama 1 minggu dengan durasi 30 menit per hari. Selama 30 menit semua anak aktif
mengoptimalkan berbagai gerakan kakinya, bukan hanya bergantian menunggu giliran.
Latihan pemahaman: analisa perencanaan pembelajaran

Pembahasan
analisis kasus
Lalu apa yang dapat dilakukan guru?

1. Jika guru merancang sebuah kegiatan pembelajaran yang hanya fokus untuk
melatih keterampilan kaki anak selama 30 menit per hari selama 1 minggu,
maka akan ada kemungkinan kegiatan tersebut menjadi tidak menyenangkan
bagi anak karena bersifat seperti ‘’drilling’.
2. Solusinya, guru perlu merancang kegiatan yang mengakomodasi aspek
perkembangan lain. Misalnya, guru dapat merancang kegiatan
pengembangan keterampilan kaki yang juga mengakomodasi keterampilan
bahasa dan munculnya emosi yang menyenangkan. Guru juga dapat
menggunakan kegiatan gerak dan lagu, kegiatan membacakan narasi cerita
yang meminta anak melakukan gerakan-gerakan tertentu sepanjang cerita,
dan lain-lain.
Kesimpulan: Merancang kegiatan pembelajaran yang mendukung tujuan
pembelajaran.

Mari berefleksi! Setelah mengikuti materi tadi:


● Apakah menurut Anda merencanakan pembelajaran adalah sebuah tindakan
administratif atau upaya yang diperlukan untuk memastikan anak mendapatkan
layanan pendidikan yang baik?
● Apakah menurut Anda RPP/modul ajar harus memiliki banyak halaman?

Perencanaan pembelajaran adalah upaya untuk memastikan anak mendapatkan layanan pendidikan yang baik.
Banyaknya lembar halaman, sangat tergantung dari pendapat Anda mengenai informasi yang dibutuhkan agar
dapat melaksanakan pembelajaran.

Upaya ini menjadi administratif pada saat: a. ada yang mengharuskan perencanaan pembelajaran dicetak; dan b.
ada yang mengharuskan RPP/modul ajar Anda memiliki sejumlah halaman. Artinya, isunya bukan pada
perencanaan pembelajaran sendiri.
Kesimpulan: Merancang kegiatan pembelajaran yang mendukung tujuan
pembelajaran.

Mari berefleksi! Setelah mengikuti materi tadi:


● Menurut Anda, mengapa contoh-contoh modul ajar yang diberikan pemerintah (dalam
Platform Merdeka Mengajar) memiliki banyak halaman?

Kurikulum Merdeka dirancang agar memudahkan guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan menyediakan
Platform Merdeka Mengajar yang berisikan ragam contoh modul ajar yang dapat langsung digunakan oleh guru.
Memilih dan memodifikasi modul ajar agar sesuai dengan tujuan pembelajaran di satuan Anda, adalah bentuk
perencanaan pembelajaran juga. Itulah mengapa di dalam dokumen KOSP, satuan pendidikan cukup
melampirkan modul ajar yang mencerminkan strategi satuan pendidikan agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan di lingkup satuan pendidikan.

Apabila ada contoh modul ajar dengan banyak halaman, tujuannya adalah untuk membantu guru agar dapat
mendapatkan informasi lengkap, dan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran. Tidak berarti modul ajar
harus memiliki banyak halaman.
Modul 4 Materi 2: Merancang kegiatan yang mendukung tujuan
pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang selaras dan mendukung tujuan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang disusun oleh pendidik perlu mendukung tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan
di tingkat satuan. Hal ini karena, dengan kegiatan yang selaras, anak juga akan lebih mudah mencapai capaian
pembelajarannya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, guru juga akan terbantu untuk mengukur sejauh
mana ketercapaian anak terhadap tujuan pembelajarannya.

Keselarasan antara tujuan dengan kegiatan Ketidakselarasan antara tujuan dengan kegiatan

Tujuan Pembelajaran: Tujuan Pembelajaran:


Anak dapat menggunakan peralatan sederhana untuk Anak dapat menggunakan peralatan sederhana untuk
menolong dirinya melakukan suatu aktivitas (CP terkait menolong dirinya melakukan suatu aktivitas (CP terkait
teknologi dan rekayasa) teknologi dan rekayasa)
Contoh Kegiatan 1: Contoh Kegiatan 2:
Anak diajak ke luar kelas dan diminta untuk Anak menonton video pembelajaran bersama
mengumpulkan batu dan berbagai benda di tanah yang menggunakan laptop.
menarik minat mereka.
(Pendidik tidak menyediakan alat apapun karena ingin
melihat ide dan gagasan anak bagaimana mereka
menyelesaikan tantangan yang diberikan pendidik)
Pembahasan contoh

Bapak/Ibu, dari contoh sebelumnya, kita mendapatkan informasi bahwa tujuan yang ingin
dicapai adalah menstimulasi anak untuk menggunakan peralatan yang ada di sekitarnya
untuk melakukan aktivitas.

Namun, kegiatan menonton bersama menggunakan laptop pada contoh 2 tidak memberi
anak kesempatan untuk dapat menggunakan peralatan dalam melakukan suatu aktivitas.
Sebaliknya, kegiatan eksplorasi di luar ruangan dan mengumpulkan benda-benda
menyediakan kesempatan bagi anak untuk mencari cara menggunakan alat-alat sederhana
yang ada di sekitarnya untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh guru. Saat
mengumpulkan benda-benda dari halaman, mungkin anak akan butuh piring, keranjang, tas,
dan sebagainya untuk menampung benda kumpulannya

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada contoh 1 selaras
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, sedangkan kegiatan pembelajaran pada
contoh 2 tidak selaras.
Latihan Pemahaman: Kegiatan yang mendukung tujuan pembelajaran

Mari kita mencermati kasus-kasus berikut ini untuk melatih keterampilan


Bapak/Ibu dalam merencanakan kegiatan yang mendukung tujuan
pembelajaran

Tugas Bapak/Ibu adalah menjawab setiap soal dengan memilih antara 2


pilihan berikut ini
a. Kegiatan pembelajaran selaras dan dapat mendukung ketercapaian
tujuan pembelajaran
b. Kegiatan pembelajaran tidak selaras dan tidak dapat mendukung
ketercapaian tujuan
Latihan Pemahaman: Kegiatan yang mendukung tujuan pembelajaran

Soal
Soal 1. 1
Kelompok usia: 6 tahun

Jumlah anak dalam kelas: 15 anak

Tujuan Pembelajaran:
Anak dapat mengenal simbol angka 1-10

Kegiatan Pembelajaran:
Guru membentuk anak menjadi kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4 orang.
Setiap kelompok disediakan kartu-kartu bertuliskan simbol angka, 12 mangkok dan aneka biji-bijian
(kacang merah, jagung, kacang hijau).
Anak dapat bermain berpasangan atau bermain sendiri dengan cara mengambil simbol angka, lalu
mengisi mangkok dengan biji sejumlah angka yang tertera di kartu.

Apakah kegiatan pembelajaran selaras dan dapat mendukung ketercapaian tujuan?


Latihan Pemahaman: Kegiatan yang mendukung tujuan pembelajaran

Pembahasan Soal 1

Jawaban:

Ya, kegiatan pembelajaran selaras dan dapat mendukung tujuan


pembelajaran yang ditetapkan

Alasan:
Kegiatan yang dirancang dapat menstimulasi anak untuk mengenal simbol
angka yang tertulis di kartu dan menyediakan sejumlah biji yang sesuai
dengan jumlah tersebut.
Latihan Pemahaman: Kegiatan yang mendukung tujuan pembelajaran

SoalSoal
3. 2
Kelompok usia: 5 tahun
Jumlah anak dalam kelas: 13 anak

Tujuan Pembelajaran:
Anak dapat melatih keterampilan komunikasinya melalui percakapan.

Kegiatan Pembelajaran:
Guru mengajak anak bermain peran. Ia membagi anak menjadi 6 kelompok (setiap kelompok
beranggotakan 4 orang). Ia lalu membagikan naskah. Dalam naskah tersebut ada peran narator,
dokter, pasien, dan perawat. Anak-anak diminta untuk mempelajari naskah tersebut, diberi
kesempatan berlatih selama 2 hari, lalu secara bergiliran setiap kelompok maju untuk
mempertunjukkan hasil latihannya.

Apakah kegiatan pembelajaran selaras dan dapat mendukung ketercapaian tujuan?


Latihan Pemahaman: Kegiatan yang mendukung tujuan pembelajaran
Pembahasan Soal 2

Jawaban:

Tidak, kegiatan pembelajaran tidak dapat mendukung tujuan pembelajaran


yang ditetapkan

Alasan:
Tujuan pembelajaran adalah agar anak dapat melatih keterampilan komunikasinya
melalui percakapan. Kegiatan bermain peran sebenarnya sangat potensial untuk
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, namun strategi yang diterapkan tidak sesuai.
Guru telah memberi anak skenario untuk dihafalkan terlebih dahulu, lalu meminta anak
memainkan peran sesuai dengan skenario. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak
melatih keterampilan komunikasi anak melainkan melatih daya ingat anak.
Anak tidak benar-benar melatih percakapan tetapi mempertunjukkan kalimat-kalimat
yang telah dilatih dan dihafalkannya.
Latihan pemahaman: analisa perencanaan pembelajaran

Apa yang dapat kita pelajari dari analisis kasus ini?

Hal yang dapat kita petik adalah kemampuan anak usia dini perlu dibangun secara berkelanjutan,
artinya perlu waktu dan perlu pembiasaan.

Guru perlu memahami bahwa sebuah kemampuan tidak dapat


dibangun hanya dengan waktu 1 hari dengan 1 kegiatan.
Tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai dalam sehari kegiatan
apalagi dalam satu kegiatan. Sebuah tujuan pembelajaran
PERLU dicapai melalui beberapa kegiatan (bisa lebih dari
sehari, bisa sepekan, atau dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan karakteristik anak).

Selain itu, kemampuan anak usia dini memerlukan stimulasi


dari berbagai aspek perkembangan. Meskipun sebuah kegiatan
dirancang untuk menyasar perkembangan tertentu, kegiatan
yang dirancang sebaiknya dapat mengakomodasi aspek
perkembangan lain.
Mari berefleksi

Pada kegiatan sebelumnya, kita sudah melihat contoh kegiatan


yang selaras dan tidak dengan tujuan pembelajarannya.

Kegiatan yang mendukung tujuan pembelajaran adalah kegiatan


yang dapat menjawab kebutuhan dari capaian dalam tujuan
pembelajaran yang sudah ditentukan. Pendidik perlu melihat
keterampilan / kemampuan yang ingin dicapai dalam tujuan
pembelajaran. Tentunya, kemampuan anak usia dini perlu
dibangun secara holistik dengan mempertimbangkan aspek
kemampuan yang lain, seperti yang sudah dibahas pada modul 1.

Bagaimana merancang kegiatan pembelajaran yang mencerminkan


esensi dari Kurikulum Merdeka, bermain yang bermakna? Mari
simak materi berikut.
Modul 4 Materi 3: Merancang kegiatan sesuai dengan prinsip
pembelajaran di Kurikulum Merdeka
Materi 3. Prinsip kegiatan pembelajaran di Kurikulum Merdeka PAUD

Untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran di


PAUD, pendidik perlu mempertimbangkan
prinsip-prinsip pembelajaran yang menyenangkan
dan bermakna. Tujuannya agar anak dapat belajar
dan memperoleh pengetahuan dari kegiatan yang
diberikan. Kegiatan yang menekan, tidak
memberikan rasa aman, serta kenyamanan, akan
membuat anak merasa stres dan takut.
Dampaknya, kemampuan anak pun tidak dapat
berkembang secara optimal. Anak tidak akan
menunjukkan performa maksimal dari
kemampuan yang dimiliki.

Berikut adalah prinsip-prinsip pembelajaran dan


implementasinya pada PAUD sesuai dengan
Kepmendikbudristek No. 262/M/2022
Materi 3. Prinsip kegiatan pembelajaran di Kurikulum Merdeka PAUD

Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran di PAUD

Pembelajaran dirancang Kegiatan pembelajaran melalui kegiatan yang mampu membangun pengetahuan dan
dengan mempertimbangkan pemahaman anak dan memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
tahap
perkembangan dan tingkat
Perancangan kegiatan pembelajaran disusun dengan mempertimbangkan: i) kebutuhan
pencapaian peserta didik saat
ini, sesuai dengan kebutuhan anak secara holistik (cipta, rasa, karsa, raga); ii) sesuai dengan pencapaian tujuan
belajar, serta mencerminkan pembelajaran, yang disusun berdasarkan pemahaman tentang tahapan perkembangan
karakteristik dan anak serta budaya dan karakteristik satuan/daerah; dan iii) memberi ruang untuk inisiasi
perkembangan peserta didik dari anak dan keterlibatannya, sehingga akan dinikmati sepenuhnya oleh anak. Peran
yang beragam sehingga pendidik adalah sebagai fasilitator yang memberikan dukungan, memantik dan
pembelajaran menjadi
"mengunci" konsep yang ditemukan anak dari kegiatan eksplorasi lingkungan.
bermakna dan menyenangkan;

Pembelajaran dirancang dan ● Pendidik memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif agar terbangun sikap
dilaksanakan untuk pembelajar mandiri.
membangun kapasitas untuk ● Pendidik memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian
menjadi pembelajar sepanjang sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
hayat ● Pendidik merancang pembelajaran untuk mendorong anak terus meningkatkan
kompetensinya melalui kegiatan pembelajaran dengan tantangan yang sesuai
kemampuan dan kebutuhan anak
Materi 3. Prinsip kegiatan pembelajaran di Kurikulum Merdeka PAUD

Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran di PAUD

Proses pembelajaran mendukung ● Satuan merdeka menentukan pendekatan/metode


perkembangan kompetensi dan pembelajaran yang dianggap paling tepat untuk mencapai
karakter peserta didik secara tujuan pembelajaran, dan mencerminkan visi misi-nya, namun
holistik
tetap menjunjung prinsip pembelajaran dan asesmen serta
prinsip bermain yang bermakna.
● Memberikan kesempatan belajar yang sama untuk setiap anak
dengan cara menghargai titik mulai anak yang berbeda-beda
dalam mengeksplorasi lingkungan sehingga anak dapat
melakukan kegiatan belajar sesuai kemampuannya;

Pembelajaran yang relevan, yaitu ● Pendidik menggunakan pendekatan multibahasa berbasis


pembelajaran yang dirancang bahasa ibu juga dapat digunakan, utamanya bagi peserta didik
sesuai konteks, lingkungan, dan yang tumbuh di komunitas yang menggunakan bahasa lokal.
budaya peserta didik, serta ● Adanya lingkungan belajar (fisik maupun sosial emosional)
melibatkan orang tua dan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi
komunitas sebagai mitra; dan memahami dunia dengan cara anak;
Materi 3. Prinsip kegiatan pembelajaran di Kurikulum Merdeka PAUD

Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran di PAUD

Pembelajaran berorientasi pada ● Pendidik melibatkan peserta didik dalam mencari solusi
masa depan yang berkelanjutan. permasalahan di keseharian yang sesuai dengan tahapan
belajarnya.
● Proses belajar yang memerdekakan anak dimana anak
mendapatkan kebebasan untuk belajar dalam tujuan untuk
mengembangkan diri;
Aksi Nyata: Merencanakan pembelajaran sesuai prinsip KM

Pada kegiatan ini, tugas Anda bersama kelompok adalah


membuat kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-
prinsip Kurikulum Merdeka di PAUD.

Tuliskan:
1) Tujuan Pembelajaran
2) Kegiatan Pembelajaran yang mendukung

Waktu kegiatan 10 menit, untuk kemudian beberapa perwakilan


kelompok dapat memaparkan hasil kerjanya.

10 menit
Modul 5. Materi 1: Fungsi asesmen dalam pembelajaran anak usia dini
Materi 1. Fungsi asesmen dalam pembelajaran anak usia dini

Apa itu asesmen?

Proses mengumpulkan dan menganalisa, hingga melaporkan informasi berdasarkan hasil


pengamatan terhadap suatu perilaku. Pada konteks pendidikan, asesmen digunakan oleh guru
untuk melihat sejauh mana kemajuan atau ketercapaian pembelajaran yang dilakukan peserta
didik melalui perilaku yang ditampilkan anak (Meisels, 2001). Oleh karenanya, perilaku teramati
yang ditampilkan oleh anak dalam proses kegiatan belajar merupakan indikator ketercapaian dari
tujuan pembelajaran yang ditetapkan oleh guru.

Pada pendidikan anak usia dini, guru perlu


mengumpulkan informasi mengenai segala bentuk
perilaku anak yang teramati. Perilaku teramati ini
dapat menjadi indikator untuk menentukan
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Materi 1.
3. Fungsi asesmen
dari Hasildalam pembelajaran anak usia dini
Asesmen

Mengapa perlu melakukan asesmen dalam


pembelajaran anak usia dini?
Asesmen diperlukan untuk nantinya digunakan oleh
dua pihak yaitu guru dan orang tua anak. Berikut
adalah fungsi dari asesmen untuk guru maupun
untuk orang tua.
● Untuk guru, hasil asesmen ini dapat digunakan
untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang selanjutnya dijadikan
rujukan untuk memperbaiki pembelajaran
selanjutnya.
● Hasil asesmen juga disampaikan kepada orang
tua agar orang tua dapat membantu membina
dan menguatkan kemampuan anak di rumah.
Pada konteks ini, hasil asesmen yang
disampaikan untuk orang tua akan termuat
dalam laporan hasil belajar peserta didik.
Modul 5. Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak
usia dini
Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini

Pengambilan data dalam proses asesmen anak usia dini perlu mengikuti
prinsip yang autentik. Artinya, guru hanya mendokumentasikan apa
yang mereka lihat dan dengar, sehingga meniadakan asumsi dan
interpretasi mengenai apa yang sedang anak pikirkan, rasakan atau
berniat lakukan.

Prinsip asesmen ini mengajak guru untuk melihat anak dengan


menggunakan growth-mindset (“anak pasti bisa, asal mendapatkan
pembinaan yang tepat”). Prinsip asesmen ini juga memberikan ruang
bagi anak untuk berperilaku berbeda, sesuai dengan minat dan
kemampuannya.

Prinsip asesmen ini perlu menjadi alternatif tipe asesmen yang


berpotensi menimbulkan stress pada anak, seperti testing.

Pengambilan data, khususnya untuk asesmen sumatif pada anak usia


dini, disarankan untuk dilakukan dalam durasi dan jangka waktu lama
misalnya satu hingga dua pekan.

Sumberr: The Institute’s Authentic Assessment Specialists


guide
Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini
Apa saja yang termasuk perilaku teramati?

Pada anak usia dini, perilaku yang teramati adalah


segala hal yang dibuat, ditulis, digambar, dikatakan,
dan dilakukan oleh anak.

Artinya, segala hal yang dapat kita amati secara


langsung misalnya mulai dari tingkah laku, proses
kerja saat membuat hasil karya, maupun celotehan
anak.

Hal-hal yang ditampilkan anak tersebut merupakan


data perilaku yang berguna dan penting untuk
diamati oleh guru sebagai data asesmen (Tayler,
Flottman, & Stewart, 2011).
Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini

Mengapa penting merujuk pada perilaku yang teramati saat melakukan asesmen pada anak usia dini?

a) Anak usia dini berkembang dan belajar dengan cara mengeksplorasi, bermain, hingga
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan capaian belajar anak tidak akan
dapat diperoleh dengan utuh jika guru hanya mengandalkan satu informasi saja. Apalagi jika
yang digunakan adalah hasil dari satu kali pelaksanaan kegiatan.

b) Dengan mengamati dan mendengarkan anak selama proses berkegiatan, guru dapat
menemukan berbagai hal seperti perkembangan anak, strategi penyelesaian masalah,
keterampilan, hingga minat anak.

c) Melakukan pengamatan dan observasi pada proses kegiatan belajar anak usia dini akan
membantu guru lebih memahami anak. Hal ini karena setiap anak memiliki kemampuan yang
berbeda-beda. Dengan berfokus pada perilaku teramati, guru akan lebih memahami
tantangan / kesulitan yang dialami anak, maupun upaya yang dilakukan anak untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi. Ini akan mengurangi kecenderungan untuk melabelkan anak
mampu/tidak mampu dan memberikan ruang untuk guru memproses informasi berdasarkan
perilaku-perilaku yang ditampilkan anak.
Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini

Contoh ilustrasi hal yang dapat kita peroleh dari mengamati anak usia dini berproses dalam kegiatan belajar
(Forman & Hall, 2013)

a) Ketika mengamati anak bermain, saya dapat


menemukan hal yang mereka sukai/minati
b) Ketika saya mengamati anak berkegiatan sehari-
hari di sekolah, saya dapat melihat
perkembangan yang dimunculkan anak maupun
keterampilan apa yang sudah dicapai/perlu
dikuatkan anak
c) Ketika saya melihat anak menyelesaikan
tantangan yang diberikan di kelas, saya tahu
strategi penyelesaian masalah yang mereka
miliki dan gambaran daya juang/ motivasi anak
d) Ketika saya melihat anak berinteraksi dengan
orang lain, saya jadi tahu bagaimana
kemampuannya membangun hubungan sosial
dengan orang lain
Latihan Pemahaman: Prinsip pengambilan data pada asesmen PAUD

Permainan “Pilah - Pilih”


Pada kegiatan ini, Anda bersama dengan kelompok akan
diberikan,
a) 1 lembar kertas plano
b) 1 buah lem
c) Kalimat pernyataan sejumlah 20 buah kalimat

Tugas Anda bersama kelompok adalah mengelompokkan kalimat-


kalimat yang diberikan ke dalam kelompok “perilaku teramati” dan
“asumsi”. Silakan anda memilah dan menempelkan kalimat sesuai
kategorisasi yang disepakati oleh kelompok.

Waktu kegiatan 5 menit, untuk kemudian beberapa perwakilan


kelompok dapat memaparkan hasil kerjanya.

10 menit
Latihan Pemahaman: Prinsip pengambilan data pada asesmen PAUD

Perilaku teramati Asumsi


Contoh Lembar
Kertas Plano
Kegiatan Inti 1. Contoh Pernyataan 1
Contoh Pernyataan 10
Latihan Pemahaman: Prinsip pengambilan data pada asesmen PAUD

Mari berdiskusi!
Latihan Pemahaman: Prinsip pengambilan data pada asesmen PAUD
Jawaban kegiatan refleksi Modul 5

Perilaku teramati Asumsi

A dapat menyebutkan sifat-sifat Tuhan (Maha Baik, A paham konsep Tuhan


Maha Penyayang)

A memiliki pemahaman yang unik saat diminta A anak yang kreatif


menggambar tomat. Ia menjelaskan alasan mengapa
tomatnya berwarna ungu, karena cuaca di hari
tersebut sangat dingin.

A dapat menjelaskan fungsi dari alat-alat makan A merupakan anak yang cerdas. Ia sangat percaya diri
yang dibawanya saat pelajaran Bahasa Indonesia dan berani menghadapi tantangan yang diberikan
guru.

A membantu B ketika ia melihat B kesulitan A anak yang baik dan penyayang


membawa beberapa barang di tangannya.

A menunjukkan ekspresi senang dan langsung A selalu antusias mengikuti kegiatan belajar di kelas
menghampiri berbagai alat peraga dan buku yang
ada di kelas.
Latihan Pemahaman: Prinsip pengambilan data pada asesmen PAUD
Jawaban kegiatan refleksi Modul 5

Perilaku teramati Asumsi

A mampu membereskan peralatan makan dan mencuci A anak yang mandiri dan taat aturan sekolah
tangan sebelum maupun setelah kegiatan makan
bersama.

Pada beberapa kegiatan, A sering meminta bantuan A anak yang pemalu dan tidak berani mencoba hal baru
kepada guru ketika ia mengalami kesulitan

A dan B menunjukkan inisiatif untuk mengangkat tangan A dan B memiliki motivasi belajar yang baik
setiap guru memberikan kesempatan anak-anak tampil
ke depan menceritakan gambarnya

A bersedia membantu guru mengambil beberapa buku di A menjadi teladan bagi teman-teman di kelas karena ia
meja dan membagikannya kepada teman-teman di kelas anak yang rajin dan cekatan

A tampak belum mampu melakukan beberapa gerakan Kemampuan motorik kasar A belum berkembang dengan
dengan seimbang seperti melompat dan berdiri dengan optimal
satu kaki.
Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini

Agar dapat mengamati perilaku atau kemampuan yang teramati yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
maka kita perlu menentukan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran terlebih dahulu.

Indikator ketercapaian tujuan pembelajaran membantu pendidik untuk


mengukur “apakah tujuan pembelajaran yang saya tetapkan telah tercapai?”
Kemampuan untuk menyusun indikator ketercapaian sangatlah penting
untuk:
1. memastikan ketercapaian tujuan pembelajaran tidak berbasis asumsi,
2. Melaporkan kemajuan anak kepada orang tua dengan efektif karena
disertai dengan informasi capaian anak yang konkret sehingga mudah
dicerna oleh orang tua. Informasi yang konkret tersebut akan
memudahkan penyusunan solusi tindak lanjut yang konkret juga,
sehingga orang tua dapat turut menguatkan di rumah.
Dalam menyusun indikator ketercapaian tujuan pembelajaran, ingatlah untuk
menggunakan perilaku atau kemampuan yang teramati.
Mari ikuti latihan pemahaman berikut untuk penguatan pemahaman:
Latihan pemahaman: contoh penyusunan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran

Berikut adalah contoh indikator ketercapaian tujuan pembelajaran yang disusun untuk membantu
mengungkap tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan di satuan.

Contoh tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran di kelas Contoh indikator ketercapaian tujuan pembelajaran
di lingkup satuan pendidikan (dapat dilihat, dapat didengar)
(Kelompok usia 5 - 6 tahun)

TP: Anak menunjukkan minat Ide utama yang dibangun 1. Anak tidak menunjukkan keberatan saat diajak
dan memahami cara menjaga melalui ragam kegiatan menghasilkan sebuah karya
alam di sekitarnya pembelajaran selama satu 2. Anak membuat hasil karya tentang menjaga
pekan: alam
TP: Anak menunjukkan minat 3. Anak menyebutkan hal yang dapat dilakukan
untuk ide dan perasaan melalui Anak memahami bahwa alam manusia untuk menjaga alam dengan lebih
berbagai media (coretan, dapat rusak akibat cara hidup baik melalui hasil karyanya
gambar, hingga tulisan) manusia, dan ada ragam cara 4. Anak buang sampah pada tempatnya
untuk menjaganya melalui gaya
hidup berkelanjutan.

Dari contoh ini, coba kita latihan membuat dengan mengambil contoh tujuan pembelajaran pada tabel
diatas, perilaku apa lagi yang dapat kita amati untuk dijadikan indikator ketercapaian tujuan pembelajaran?
Materi 2: Prinsip pengambilan data dalam asesmen untuk anak usia dini

Mari kita rangkum a) Anak usia dini berkembang dan belajar dengan cara mengeksplorasi, bermain,
hingga berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Karenanya, untuk
mendapatkan informasi tentang capaiannya, perlu menerapkan prinsip
asesmen autentik yang memantau perilaku atau kemampuan yang teramati.
Untuk memperoleh data ini, dapat menggunakan teknik seperti observasi dan
atau penilaian kinerja yang tidak terpaku pada satu waktu yang sempit

b) Agar tidak terlalu banyak data, guru perlu menetapkan indikator ketercapaian
tujuan pembelajaran terlebih dahulu. Indikator ini seperti lensa yang
membingkai proses pengamatan guru sehingga data yang didokumentasi
memang diperlukan sebagai bukti ketercapaian tujuan pembelajaran.

c) Karena data perilaku atau kemampuan yang ingin dipotret jelas, maka saat
menyusun laporan hasil belajar, guru tidak terlalu repot dengan memilah data
asesmen mana yang ingin digunakan. Cukup menampilkan tujuan
pembelajaran; bukti ketercapaian (diambil dari data asesmen sumatif ataupun
pengamatan sehari-hari jika dirasa relevan), serta rekomendasi tindak lanjut
yang perlu dilakukan orang tua untuk menguatkan capaian anak di rumah.
Modul 5. Materi 3: Teknik dan instrumen asesmen pada anak usia dini
Materi 3. Teknik dan Instrumen Asesmen untuk Anak Usia Dini

Teknik pengambilan data perlu dilakukan dengan


mengutamakan kondisi yang autentik yaitu pengamatan
yang alami dan apa adanya yang ditampilkan anak. Oleh
karenanya, durasi pengambilan data tidak dilakukan dalam
jangka waktu singkat atau dalam satu kali kegiatan.

Pengambilan data untuk asesmen anak usia dini disarankan


untuk dilakukan dalam durasi dan jangka waktu lama
misalnya satu hingga dua pekan. Tujuannya agar perilaku
yang diperoleh dapat mengungkap kemampuan anak secara
utuh.

Melihat tujuan dari asesmen adalah mengamati perilaku


autentik anak, maka teknik yang digunakan untuk
pengambilan data adalah teknik observasi dan kinerja.
Sedangkan instrumen asesmen adalah alat bantu yang
digunakan untuk membantu guru mengumpulkan data
berdasarkan teknik asesmen yang digunakan.
Teknik Asesmen untuk Anak Usia Dini

Teknik observasi
● Merupakan teknik utama dan terpenting yang perlu dimiliki
pendidik terutama saat mengajar anak usia dini karena
proses pengambilan data dilakukan secara autentik.
● Penilaian peserta didik yang dilakukan secara
berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang
diamati secara berkala.
● Pendidik mengumpulkan informasi berdasar apa yang dilihat
dan didengar tanpa melibatkan pandangan personal
observer. Hanya fakta. Ini mengandung makna bahwa
observasi selalu bersifat objektif karena memandang anak
sebagaimana adanya.
● Hal yang dapat diobservasi yaitu pengalaman bermain anak
dan celoteh, karya, serta cara anak membangun hubungan
dengan orang lain dan material-material yang disiapkan
guru
Teknik Asesmen untuk Anak Usia Dini

Teknik kinerja
● Penilaian memberikan kesempatan anak untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan
pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang ditentukan
pendidik.
● Teknik kinerja dilakukan dengan mengumpulkan data melalui penilaian terhadap kegiatan yang
mengajak anak untuk praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan atau membuat portofolio
● Penting untuk diperhatikan bahwa guru tidak perlu memberi kegiatan yang “memenjara” anak, yaitu
semua hasil karya seragam antara satu anak dengan anak yang lain, sesuai perintah guru.
Instrumen Asesmen untuk Anak Usia Dini

Teknik observasi dan instrumennya

● Lembar observasi atau ceklis yaitu daftar informasi, data, ciri-ciri,


karakteristik, atau elemen yang dituju.

● Catatan anekdotal: bentuknya tertulis atau bisa pula foto berseri yaitu
catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa dan
perilaku yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis
atas observasi yang dilakukan.

● Dokumentasi hasil karya anak yaitu kumpulan hasil karya anak dapat
berupa foto untuk kemudian guru memberikan keterangan berdasarkan
cerita anak terhadap hasil karyanya

Teknik kinerja dan instrumennya

● Lembar observasi

● Lembar catatan anekdotal

● Portofolio yaitu kumpulan hasil karya anak yang menunjukkan rekam


jejak pembelajaran anak dalam kurun waktu tertentu. Umumnya,
portofolio berbentuk folder yang di dalamnya berisi kumpulan foto, hasil
karya anak, dan berbagai hasil pekerjaan anak lainnya.
Latihan pemahaman: memilih teknik dan instrumen yang tepat untuk anak usia dini

Simak dan analisislah kasus berikut.

Seorang guru PAUD akan melakukan penilaian terhadap 10 anak


didiknya di kelompok usia 5 - 6 tahun, untuk mengukur tujuan
Refleksikan dengan pertanyaan pemantik
pembelajaran di akhir triwulan kedua. Berikut adalah tujuan berikut.
pembelajarannya.
“Apakah teknik dan instrumen yang
TP 1. Anak menunjukkan minat dan respon positif pada kegiatan awal dipilih guru sudah tepat?”
membaca (seperti mendengarkan, merespon cerita yang dibacakan,
mengaitkan cerita dengan gambar).
TP 2. Anak menunjukkan ketertarikan dan berpartisipasi aktif dalam - Jika sudah, berikan alasan Anda.
kegiatan pengenalan simbol, bunyi dan bentuk huruf pada teks yang - Jika belum, apa yang harus dilakukan
ditemui di sekitarnya. guru untuk memperbaiki caranya
Untuk mengukur kedua TP tersebut, guru meminta anak satu
melakukan asesmen?
persatu ke depan kelas menceritakan gambar yang ditentukan
oleh guru. Selain itu, guru meminta anak memilih huruf-huruf
yang disebutkan oleh guru.

Guru menggunakan instrumen ceklis untuk menilai anak mampu


atau tidak melakukan aktivitas yang diberikan. Kegiatan ini
disusun oleh guru dalam satu hari kegiatan.
Latihan pemahaman: memilih teknik dan instrumen yang tepat untuk anak usia dini
Berdasarkan kasus sebelumnya, cara pelaksanaan asesmen yang dilakukan guru masih belum tepat. Berikut
adalah pembahasannya.

Identifikasi masalah Kesimpulan Tindak lanjut

Seorang guru PAUD akan melakukan penilaian ● Asesmen dilakukan dengan bentuk tes Apa yang dapat diperbaiki?
terhadap 10 anak didiknya di kelompok usia 5 - 6 yaitu memanggil satu persatu dan
tahun, untuk mengukur tujuan pembelajaran di akhir semua kontrol ada di guru. Ini TIDAK ● Guru perlu menentukan terlebih dahulu indikator
triwulan kedua. Berikut adalah tujuan pembelajarannya. TEPAT. ketercapaian tujuan pembelajarannya
→ kondisi ini rentan menimbulkan ● Menentukan waktu pengambilan data dan durasi
TP 1. Anak menunjukkan minat dan respon positif pada stres pada anak sehingga dalam jangka waktu tertentu. Mari kita ingat kembali.
kegiatan awal membaca (seperti mendengarkan, kemampuan sesungguhnya tidak Kemampuan anak usia dini sangat dinamis. Kondisi
merespon cerita yang dibacakan, mengaitkan cerita akan muncul. Teknik observasi yang belajar akan sangat menentukan bagaimana perilaku
dengan gambar). dilakukan tidak mendukung anak dapat tampil dengan optimal. Jika dilakukan
TP 2. Anak menunjukkan ketertarikan dan pengambilan data asesmen. dalam satu hari, akan tampak tidak adil bagi anak,
berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengenalan simbol, ● Asesmen dilakukan dalam satu hari karena hanya dengan satu hari ia ditentukan mampu
bunyi dan bentuk huruf pada teks yang ditemui di dengan menggunakan instrumen ceklis. / tidak mampu.
sekitarnya. Ini TIDAK TEPAT. ● Jika melihat tujuan pembelajaran yang ingin diukur,
→ kemampuan anak yang yang guru juga dapat menggunakan catatan anekdotal
Untuk mengukur kedua TP tersebut, guru meminta teramati akan muncul dari sebagai catatan personal untuk memperkuat ceklis
anak satu persatu ke depan kelas menceritakan gambar lingkungan belajar yang aman. Mari yang sudah disiapkan.
yang ditentukan oleh guru. Selain itu, guru meminta ingat kembali materi sebelumnya. ● Asesmen perlu dilakukan dalam bentuk kegiatan
anak memilih huruf-huruf yang disebutkan oleh guru. Pengambilan data, tidak dapat sehingga menyenangkan untuk anak. Guru dapat
dilakukan dalam satu hari, meski meminta anak menggambar bebas, kemudian
Guru menggunakan instrumen ceklis untuk menilai dengan observasi dan ceklis. menceritakan hal yang digambar dan memberikan
anak mampu atau tidak melakukan aktivitas yang makna pada goresan-goresan gambar yang
diberikan. Kegiatan ini disusun oleh guru dalam satu dibentuk.
hari kegiatan.
Mari berefleksi.

Penting untuk diperhatikan bahwa ketika melakukan


asesmen, silakan memilih teknik dan instrumen
asesmen yang disesuaikan dengan kemudahan dan
kebutuhan asesmen. Tentunya, yang dapat
membantu mengungkap indikator ketercapaian
tujuan pembelajaran.

Bapak/Ibu tidak diharuskan menggunakan seluruh


teknik dan instrumen.
Modul 5. Materi 4: Ketepatan penerapan asesmen formatif dan sumatif
pada anak usia dini
Mari berefleksi

Pada kegiatan sebelumnya, Bapak dan Ibu telah mempelajari


teknik dan instrumen asesmen yang dapat digunakan untuk
mengambil data.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah, kapan saja pengambilan data


asesmen dilakukan? Apakah setiap hari? Apakah dalam waktu-
waktu tertentu saja? Atau kapan saja?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita akan mempelajari


tentang fungsi asesmen formatif dan sumatif.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Jawablah Pernyataan-pernyataan ini di sebuah kertas dengan


jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’
1. Setiap hari saya melakukan asesmen untuk menilai ketercapaian
tujuan pembelajaran setiap anak.
2. Ada hari-hari tertentu ketika saya tidak melakukan penilaian
apapun
3. Saya menggunakan data asesmen harian untuk menyusun
laporan hasil belajar anak
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Pernyataan 1.
Setiap hari saya melakukan asesmen untuk menilai ketercapaian tujuan
pembelajaran setiap anak
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Pernyataan 1.
Setiap hari saya melakukan asesmen untuk menilai ketercapaian tujuan
pembelajaran setiap anakawal dilakukan untuk melabel anak mampu dan
tidak mampu

TIDAK TEPAT

● Asesmen harian (FORMATIF) lebih untuk


merefleksikan proses pembelajaran hari itu, BUKAN
untuk menilai ketercapaian tujuan pembelajaran dan
tidak perlu dilakukan untuk setiap anak.
● Asesmen untuk menilai ketercapaian tujuan
pembelajaran setiap anak adalah ASESMEN
SUMATIF yang dilakukan di akhir periode
pembelajaran.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Setidaknya ada 2 jenis asesmen:


1. Asesmen Formatif, yang dapat terbagi menjadi 2 bagian
a. Asesmen awal
b. Asesmen harian
1. Asesmen Sumatif

Pada kesempatan kali ini. Kita akan membahas asesmen Formatif point b dan
Asesmen Sumatif
Asesmen awal.

Asesmen formatif.

Asemen harian.
Asesmen
Asesmen sumatif.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

1. Jika Bapak/Ibu menilai ketercapaian tujuan pembelajaran setiap hari, artinya Bapak/Ibu melakukan
asesmen sumatif setiap hari.

Sebaiknya, setiap hari Bapak/Ibu melakukan asesmen formatif yang bertujuan untuk merefleksikan proses
belajar anak sehingga dapat membantu Bapak/Ibu memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

Asesmen Harian Asesmen Sumatif

Fungsi Hasil asesmen harian saya gunakan untuk melakukan refleksi terhadap Agar saya mendapatkan informasi
proses pembelajaran. tentang ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah saya
Dalam proses refleksi, Bapak/Ibu dapat tetap merujuk pada tujuan tetapkan.
pembelajaran yang ditetapkan, namun fungsinya lebih untuk melihat
‘apakah proses belajar hari itu membantu anak untuk semakin menguasai Informasi tersebut merupakan data
tujuan pembelajaran yang ditetapkan?’ dan tidak disarankan sebagai data yang akan digunakan untuk
penyusunan laporan hasil belajar anak. penyusunan laporan hasil belajar
anak.
Jika hasil refleksi menunjukkan bahwa proses belajar hadi itu belum
membantu anak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan,
maka perlu ada perbaikan strategi pembelajaran di hari selanjutnya.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif
2. Jika Bapak/Ibu menilai ketercapaian tujuan pembelajaran setiap hari, artinya Bapak/Ibu melakukan
asesmen sumatif setiap hari.

Hal ini tidak sesuai dengan prinsip asesmen sumatif yang seharusnya dilakukan setelah anak diberi
waktu tertentu untuk mempelajari hal-hal yang menjadi tujuan pembelajaran.

Asesmen Harian Asesmen Sumatif

Waktu Saya dapat melakukan asesmen harian Saya dapat melaksanakan asesmen sumatif setelah seluruh
Pelaksanaan sepanjang atau di tengah kegiatan yang dirancang untuk mencapai tujuan
kegiatan/langkah pembelajaran. pembelajaran (learning goals) selesai dilakukan.
Umumnya, ini menjadi penanda selesainya satu unit
pembelajaran yang tertuang dalam sebuah rencana
pembelajaran/ modul ajar.

Saya perlu melaksanakan asesmen ini dalam kurun waktu


tertentu, dan tidak harus dalam kurun waktu 1 hari karena
yang utama adalah peserta didik dapat melakukan kegiatan
secara alami dan proses pengambilan data berjalan secara
autentik.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

3. Jika Bapak/Ibu menilai ketercapaian tujuan pembelajaran setiap anak, setiap hari, artinya Bapak/Ibu
melakukan asesmen sumatif setiap hari.

Bapak/Ibu memang perlu mengambil data setiap anak jika sedang melakukan asesmen sumatif. Namun,
untuk keperluan asesmen formatif, Bapak/Ibu dapat mengambil potret proses pembelajaran sebagian
besar anak di kelas, atau anak-anak tertentu saja. Hal ini sesuai dengan fungsi asesmen formatif yang
titik beratnya lebih pada untuk menilai efektivitas proses pembelajaran di sebuah kelas, bukan untuk
memotret capaian tiap anak terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan

Asesmen Harian Asesmen Sumatif

Siapa saja yang Dapat merupakan gambaran umum proses Setiap anak
perlu saya nilai? pembelajaran sebagian besar anak, atau anak-
anak tertentu yang mendapat catatan khusus.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Pernyataan 2. Ada hari-hari tertentu ketika saya tidak melakukan penilaian apapun.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Pernyataan 2. Ada hari-hari tertentu ketika saya tidak melakukan penilaian


apapun.

TIDAK TEPAT

Setiap hari guru tetap perlu melakukan asesmen


(FORMATIF) KARENA asesmen formatif berfungsi untuk
mengetahui efektivitas dari proses pembelajaran
sebelumnya dan memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Sesuai dengan karakteristik asesmen formatif, pendidik tetap perlu


melakukan asesmen formatif setiap hari. Untuk waktu pelaksanaannya
tidak harus menunggu hingga pembelajaran berakhir, namun dapat
dilakukan sepanjang proses pembelajaran atau di tengah proses
pembelajaran.

Asesmen formatif perlu dilakukan setiap hari karena dapat membantu


pendidik menilai apakah pembelajaran yang dirancang dapat membantu
anak-anak dalam proses belajarnya mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang hendak distimulasi dalam tujuan pembelajaran. Dengan
demikian, pendidik dapat memperbaiki, mengubah atau memodifikasi
strategi pembelajaran sehingga proses belajar lebih bermakna dan dapat
membantu anak menguasai kompetensi-kompetensi yang dirancang
untuknya.

Pendidik disarankan untuk menggunakan teknik dan instrumen refleksi


untuk lebih mempermudah proses asesmen formatif.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Pernyataan 3. Saya menggunakan data asesmen harian (salah satu bentuk


asesmen formatif) untuk menyusun rapor anak.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

Pernyataan 3. Saya menggunakan data asesmen harian (salah satu bentuk


asesmen formatif) untuk menyusun rapor anak.

TIDAK TEPAT

Penyusunan rapor menggunakan data asesmen sumatif,


bukan data asesmen formatif
1. Terlalu banyak data akan membuat guru bingung
dalam proses pengolahan data
2. Yang perlu disampaikan ke orangtua/wali adalah
laporan hasil capaian anak yang paling penting
untuk diketahui oleh orangtua agar dapat
ditindaklanjuti.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif

1. Jika Bapak/Ibu menilai ketercapaian tujuan pembelajaran setiap hari, artinya Bapak/Ibu melakukan
asesmen sumatif setiap hari.

Sebaiknya, setiap hari Bapak/Ibu melakukan asesmen formatif yang bertujuan untuk merefleksikan proses
belajar anak sehingga dapat membantu Bapak/Ibu memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

Asesmen Harian Asesmen Sumatif

Fungsi Hasil asesmen harian saya gunakan untuk melakukan refleksi terhadap Agar saya mendapatkan informasi
proses pembelajaran. tentang ketercapaian tujuan
pembelajaran yang telah saya
Dalam proses refleksi, Bapak/Ibu dapat tetap merujuk pada tujuan tetapkan.
pembelajaran yang ditetapkan, namun fungsinya lebih untuk melihat
‘apakah proses belajar hari itu membantu anak untuk semakin menguasai Informasi tersebut merupakan data
tujuan pembelajaran yang ditetapkan?’ dan tidak disarankan sebagai data yang akan digunakan untuk
penyusunan laporan hasil belajar anak. penyusunan laporan hasil belajar anak.

Jika hasil refleksi menunjukkan bahwa proses belajar hadi itu belum
membantu anak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan,
maka perlu ada perbaikan strategi pembelajaran di hari selanjutnya.
Materi 6. Asesmen Formatif dan Sumatif
Mari mengingat kembali fungsi dari asesmen formatif (harian) dengan asesmen sumatif.

Asesmen Harian Asesmen Sumatif

Fungsi Hasil asesmen harian saya gunakan untuk Agar saya mendapatkan informasi tentang ketercapaian
melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran. tujuan pembelajaran (learning goals) yang telah saya
tetapkan sesuai dengan desain alur tujuan pembelajaran.
Dalam proses refleksi, Bapak/Ibu dapat tetap
merujuk pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan,
namun fungsinya lebih untuk melihat ‘apakah proses
belajar hari itu membantu anak untuk semakin
menguasai tujuan pembelajaran yang ditetapkan?’
dan tidak disarankan sebagai data penyusunan
laporan hasil belajar anak.

Luara Agar saya dapat menentukan apakah saya Hasil asesmen sumatif saya gunakan untuk menyusun
n memodifikasi pembelajaran atau dapat laporan hasil belajar.
melanjutkan ke tujuan pembelajaran (learning
objective) berikutnya. Laporan hasil belajar ini bertujuan untuk menyampaikan
informasi perkembangan dan pencapaian belajar peserta
didik kepada orangtua/wali peserta didik saya.
Diskusi dan tanya jawab

“Bapak/Ibu telah mempelajari perbedaan konsep asesmen sumatif dan


asesmen formatif.

- Apakah ada hal-hal yang masih ingin didiskusikan atau dibagikan?


- Apakah dengan mempelajari konsep asesmen sumatif dan
asesmen formatif, Bapak/Ibu mendapat pemahaman baru?
- Apakah kiranya dengan pemahaman baru tersebut, Bapak/Ibu
perlu mengubah praktik asesmen yang selama ini Bapak/Ibu
lakukan?

Mari bagikan pemikiran Anda!”


Modul 5. Materi 5: Penerapan asesmen awal di PAUD
Mari Berefleksi!

Asesmen awal dilakukan untuk melabel anak mampu dan tidak mampu
Mari Berefleksi!

Asesmen awal dilakukan untuk melabel anak mampu dan tidak mampu

SALAH
Asesmen awal dilakukan untuk membantu guru,
● mengetahui kesiapan peserta didik untuk menerima
pembelajaran yang merujuk pada Capaian
Pembelajaran,
● mengetahui variasi kesiapan peserta didik di kelas
untuk menerima pembelajaran,
● menyusun strategi untuk memenuhi kesiapan peserta
didik yang beragam
Mari Berefleksi!

Asesmen awal hanya dilakukan saat penerimaan siswa baru


Mari Berefleksi!

Asesmen awal hanya dilakukan saat penerimaan siswa baru

SALAH

Asesmen awal tidak hanya dilakukan saat penerimaan siswa baru. Asesmen awal dapat
dilakukan saat

● sebelum memulai lingkup materi baru;


● di awal tahun ajaran; dan/atau;
● untuk peserta didik baru.

Pada asesmen ini, pendidik dapat melakukan kegiatan yang dilaksanakan lebih dari satu hari.

Selain itu, laju perkembangan anak berbeda-beda. Meskipun anak-anak di kelas memiliki usia
sama, namun laju perkembangan mereka berbeda-beda. Banyak faktor yang mempengaruhi
laju perkembangan anak. Gizinya saat bertumbuh, kesempatannya berinteraksi dan berkegiatan
di rumah, kualitas pendidikan sebelumnya, dan masih banyak lagi.

Oleh karenanya, guru perlu melakukan asesmen awal untuk mendapat data pemetaan anak-
anak di kelasnya sehingga dapat merancang pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
menguatkan kemampuan fondasinya.
Materi 5. Asesmen Awal di PAUD

Asesmen Awal sebagai upaya satuan pendidikan mengenal peserta didik

Mengapa Asesmen Awal perlu dilakukan?

Mari ingat kembali aktivitas refleksi kita di awal kegiatan topik ini.

● Asesmen awal membantu guru memetakan kemampuan anak-anak yang beragam dengan laju perkembangan dan
faktor pendukung perkembangannya yang berbeda-beda. Dengan pemetaan ini, guru akan terbantu dalam
merancang kegiatan pembelajaran yang merujuk pada kemampuan dan kebutuhan peserta didik.

Siapa yang melakukan Asesmen Awal?

● Asesmen awal dapat dilakukan oleh guru PAUD masing-masing

Kapan Asesmen Awal diterapkan?

Asesmen awal dapat dilakukan saat

● sebelum memulai lingkup materi baru;


● di awal tahun ajaran; dan/atau;
● untuk peserta didik baru.

Pada asesmen ini, pendidik dapat melakukan kegiatan yang dilaksanakan lebih dari satu hari.
Materi 5. Asesmen Awal di PAUD

Asesmen Awal sebagai upaya satuan pendidikan mengenal peserta didik

Bagaimana Asesmen Awal diterapkan?

● Asesmen dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran. kegiatan-kegiatan tersebut harus mengikuti prinsip-prinsip
berikut ini:
○ Berpusat pada anak dan menyenangkan, artinya asesmen awal tidak menggunakan kegiatan yang bersifat testing (seperti
misalnya memanggil murid satu persatu dan menginstruksikan murid melakukan serangkaian kegiatan) sehingga tidak
memicu kondisi stres pada anak.
○ Sederhana dan realistis, artinya tidak menjadi tambahan pekerjaan yang membebani guru kelas. Asesmen awal dapat
dilakukan sebagai kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran.
○ Bermakna, artinya hasil/ informasi yang diperoleh dari asesmen awal ini tidak sekedar menjadi kelengkapan administrasi
belaka, namun dapat digunakan untuk membantu guru merencanakan pembelajaran yang membantu murid menguatkan
kemampuan fondasinya,

Apakah asesmen awal boleh menggunakan tes?

Tidak. Teknik asesmen yang dapat digunakan oleh pendidik dalam mengumpulkan data mengenai capaian anak, yaitu observasi dan
kinerja.

Kenapa tidak boleh tes? karena, pertama: tes berpotensi menimbulkan rasa stress pada anak; dan kedua, seperti yang sudah kita bahas di
topik sebelumnya, pada masa ini, tanggung jawab agar anak dapat memiliki kemampuan tertentu, bukan sepenuhnya terletak pada anak.
Melainkan tanggung jawabnya justru ada di guru dan orang tua/wali murid. Artinya, di titik ini, hak anak adalah mendapatkan pembinaan -
bukan pelabelan. Karena berpusat pada niat untuk membina, maka segala bentuk asesmen yang digunakan fungsinya adalah untuk
merancang kegiatan pembelajaran berikutnya yang lebih baik.
Materi 5. Asesmen Awal di PAUD

Asesmen Awal sebagai upaya satuan pendidikan mengenal peserta didik

Apa yang perlu diamati saat melakukan asesmen awal ?

Untuk mempermudah proses identifikasi, kementerian sudah menyusun contoh perilaku/kemampuan yang teramati dari
tiap subelemen yang mendukung elemen-elemen capaian pembelajaran, seperti yang sudah kita lihat bersama-sama di
subtopik 1. Butir-butir inilah yang akan memandu proses pengambilan informasi sebagai bagian dari asesmen awal
pembelajaran.
Satuan pendidikan dapat menambahkan contoh lain, yang dirasa relevan.

Elemen Capaian Pembelajaran Contoh butir perilaku dari elemen capaian pembelajaran

Elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti ● mengenali kegiatan-kegiatan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya
● menunjukkan sopan santun (tata krama) dan akhlak yang baik dalam bertindak dan berbicara

Elemen Jati Diri ● mampu mengenali emosi orang-orang terdekatnya melalui kemampuannya mengidentifikasi
berbagai ekspresi wajah yang ditunjukkan kepadanya (misalnya ekspresi marah, senang,
terkejut, sedih, dll)
● memiliki gambaran yang positif tentang dirinya untuk membangun kepercayaan diri

Elemen Dasar-dasar Literasi, ● dapat menyebutkan atau menunjukkan perbedaan informasi yang disajikan, dapat membedakan
Matematika, Sains, Teknologi, mana yang nyata dan yang tidak nyata, mana yang benar dan yang salah
Rekayasa, dan Seni ● mampu membilang jumlah benda atau objek dan menggunakan angka sebagai simbol jumlah
objek atau benda
Materi 5. Asesmen Awal di PAUD
Berikut adalah langkah dalam menyusun penerapan asesmen awal bagi guru PAUD

Langkah 1. Tentukan indikator perilaku yang mengungkap elemen capaian pembelajaran yang ingin dipantau

Dapat lebih dari satu!

Langkah 2. Rancang kegiatan yang dapat digunakan untuk mengamati perilaku tersebut

Dapat lebih dari satu!

Langkah 3. Identifikasi elemen CP, durasi, maupun bentuk kegiatan yang dapat digunakan

Pastikan informasi yang ingin diukur mencakup tiga elemen capaian pembelajaran dan sesuai dengan tahapan
perkembangan anak dari peserta didik.

Langkah 4. Dokumentasikan informasi tersebut di lembar observasi. Anda tidak harus merekap informasi per anak. Serupa
dengan prinsip asesmen formatif, informasi dapat berupa kemampuan peserta didik secara umum; serta catatan khusus
untuk tindak lanjut, seperti misalnya peserta didik yang perlu pendampingan lebih lanjut.

Langkah 5. Identifikasi pertimbangan yang perlu masuk ke dalam rancangan kegiatan pembelajaran ke depan
Materi 5. Asesmen Awal di PAUD

Berikut adalah instrumen asesmen awal yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang capaian peserta didik.
Rancangan kegiatan pembelajaran yang sudah disusun dimasukkan ke dalam instrumen ini, dan dokumentasikan lah perilaku
peserta didik yang teramati di kolom yang tersedia. Untuk membantu proses pengumpulan data, ada dua pertanyaan
pemantik untuk memandu guru menyimpulkan hasil asesmen awal.

Perlu diingat, lembar ini berupa contoh dan berfungsi sebagai alat bantu (bukan dokumen administratif). Artinya, lembar dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan.

Jumlah hari pelaksanaan:


Jumlah Peserta didik / kelompok usia

Subelemen dari Contoh perilaku/ Rancangan kegiatan Catatan/Hasil dari Asesmen Awal Rancangan Kegiatan
elemen Capaian kemampuan yang Pembelajaran ke
Pembelajaran perlu diamati (Pertanyaan pemandu: bagaimana depan perlu
Fase Fondasi kondisi capaian peserta didik secara mempertimbangkan …
yang ingin umum? Apakah ada peserta didik yang
diamati perlu perhatian khusus?)
Materi 5. Asesmen Awal di PAUD
Jumlah hari pelaksanaan: 4 hari Contoh lembar asesmen awal yang terisi :
Jumlah anak dalam kelas: 15 anak / kelompok 5 - 6 tahun)

Subelemen dari elemen Capaian Pembelajaran Contoh perilaku kemampuan Rancangan kegiatan Catatan/Hasil dari Asesmen Awal Rancangan Kegiatan
Fase Fondasi yang ingin diamati fase fondasi yang perlu Pembelajaran ke depan
diamati (Pertanyaan pemandu: bagaimana kondisi perlu mempertimbangkan
capaian peserta didik secara umum? Apakah ada …
peserta didik yang perlu perhatian khusus?)

Subelemen Jati Diri ● Anak memiliki koordinasi Kegiatan 1. Permainan “Ibu Ke-15 anak di kelas mampu mengikuti Lebih banyak permainan
Anak menggunakan fungsi gerak (motorik kasar, gerak tubuh yang seimbang Berkata!”. Ketika guru mengucapkan permainan dan telah memiliki koordinasi gerak yang menguatkan
halus, dan taktil) untuk mengeksplorasi dan saat berkegiatan “Ibu Berkata!” anak akan diajak tubuh yang seimbang kemampuan menyimak
memanipulasi berbagai objek dan lingkungan (berjalan/berlari/melompat/ untuk melakukan aktivitas tertentu anak
sekitar sebagai bentuk pengembangan diri. menendang/melempar/mera seperti mengambil benda, bergerak, Ada beberapa anak yang kesulitan menyimak
ngkak) atau apapun. Contohnya, “Ibu dan terus gagal dalam mengikuti instruksi
● Anak mampu menyimak dan berkata, berdiri dengan satu kaki!”. walau sudah disampaikan tiga kali berturut-
Subelemen Dasar-dasar literasi, matematika, sains, mengikuti instruksi Guru juga dapat memberikan turut.
teknologi, rekayasa, dan seni sederhana instruksi yang lebih menantang.
● Anak mampu
Anak mengenali dan memahami berbagai
mengemukakan Kegiatan 2: Kegiatan berbagi cerita Hampir seluruh anak mampu mengerjakan Mendampingi ananda A
informasi, mengomunikasikan perasaan dan pikiran
pemahamannya melalui tentang sekolah yang bertemakan hasil karya dengan baik, kecuali ananda A lebih sering agar ananda
secara lisan, tulisan, atau menggunakan berbagai
media gambar kebersihan, dengan menggunakan yang memilih untuk bermain di pojok balok lebih nyaman dan lebih
media serta membangun percakapan
● Anak mampu mengenal ragam media seperti gambar, loose saja. banyak kegiatan project-
Anak menunjukkan minat, kegemaran, dan konsep huruf dan mampu parts, dan lainnya. Anak based berkelompok agar A
berpartisipasi dalam kegiatan pramembaca dan mengemukakan dipersilahkan untuk menambahkan Ada 3 anak yang sudah mengenal konsep mau berinteraksi dengan
pramenulis. pemahamannya melalui atau merincikan ceritanya dengan huruf dan mampu menambahkan kata di hasil teman
tulisan tulisan (apabila sudah bisa). Anak karya gambarnya. Lainnya memilih untuk
● Anak mampu diajak untuk menjelaskan hasil menggunakan media gambar saja, tidak Kegiatan pembelajaran
Subelemen Nilai Agama dan Budi Pekerti menyampaikan gagasannya karyanya). ditambahkan kata-kata. akan mulai dari penguatan
Anak berpartisipasi aktif dalam menjaga secara verbal keaksaraan: membacakan
● Anak mengenal cara Hanya sedikit anak yang sudah mampu buku nyaring, mengenal
kebersihan, kesehatan, dan keselamatan diri
menjaga kebersihan mengemukakan pemahamannya mengenai huruf, dan lainnya
sebagai bentuk rasa sayang terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya sekolah secara verbal dengan baik.
rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Modul 5. Materi 6: Cara menggunakan atau memodifikasi tujuan
pembelajaran berdasarkan hasil asesmen awal
Materi 6. Cara menyesuaikan tujuan pembelajaran dari hasil asesmen awal

Setelah melakukan asesmen awal dan memperoleh hasil kesimpulan, guru dapat mengakomodir
kegiatan pembelajaran salah satunya dengan cara menyesuaikan tujuan pembelajaran yang sudah
disusun oleh satuan pendidikan.

Dari mana kita bisa memulai?

1. Lihat kembali hasil kesimpulan asesmen awal yang diperoleh


2. Cek tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah dialurkan di tingkat satuan pendidikan
3. Sesuaikan tujuan-tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan berdasarkan karakteristik dominan
dari anak-anak yang ada di kelas masing-masing

Agar lebih jelas, mari kita coba membahasnya melalui sebuah kasus.
Materi 2. Cara
6.
Kegiatan Inti 5.menyesuaikan tujuan pembelajaran
Latihan Menyesuaikan dari hasil asesmen awal
Tujuan Pembelajaran
Berikut ini adalah potongan tujuan pembelajaran/kompetensi dasar dalam rencana pembelajaran 1 semester
yang telah disusun oleh bu Odi untuk peserta didik di kelasnya (kelompok usia 4 - 5 tahun)

Data 1. Rencana Pembelajaran di kelas bu Odi (kelompok usia 4 - 5 tahun) selama 1 semester

Rencana pembelajaran 1 semester (Kurikulum Merdeka)

TP 1. Anak mengenal persamaan dan perbedaan ciri fisiknya dengan


orang lain.
TP 2. Anak bersedia berinteraksi dengan alam.
TP 3. Anak mengenal nama-nama emosi
TP 4. Anak mengenal beberapa strategi untuk menenangkan diri
TP 5. Anak bermain dengan 1-2 teman-nya
TP 6. Anak memilih hal yang disukai
TP 7. Anak berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang
melibatkan motorik halus dan motorik kasar.
TP 8. Anak menyebutkan bilangan secara berurutan (membilang)
TP 9. Anak mengenali bentuk geometri sederhana
dst
Materi 6.
2. Cara menyesuaikan tujuan pembelajaran dari hasil asesmen awal
Data 2. Penggalan Hasil olah data asesmen awal para peserta didik baru di kelas bu Odi

Subelemen dari elemen Capaian Contoh perilaku kemampuan fase Catatan/Hasil dari Asesmen Awal
Pembelajaran Fase Fondasi yang fondasi yang perlu diamati
ingin diamati (Pertanyaan pemandu: bagaimana kondisi capaian peserta didik secara
umum? Apakah ada peserta didik yang perlu perhatian khusus?)

Anak mengenal dan memiliki perilaku Anak senang datang ke sekolah Sebagian besar anak di kelasnya masih menangis dan enggan ditinggal
positif terhadap diri dan lingkungan oleh orangtuanya.
(keluarga, sekolah, masyarakat,
negara, dan dunia) serta rasa bangga Anak mau mencoba kembali atau Sebagian kecil anak (2 dari 15) terlihat sangat frustasi ketika apa yang
sebagai anak Indonesia yang memperbaiki pekerjaannya jika menemui hambatan dalam pekerjaannya
berlandaskan Pancasila. melakukan kesalahan

Anak menunjukkan keingintahuan Sebagian besar anak pasif, lebih suka diam dan bermain sendiri.
dengan mengajukan pertanyaan

Subelemen Dasar-dasar Anak mampu menyimak dan Sebagian besar anak tidak memperhatikan guru saat guru berbicara,
menyampaikan gagasan sederhana mereka masih suka berjalan-jalan keluar kelas dan bermain di halaman
Anak menunjukkan minat, saat kegiatan belajar di dalam kelas.
kegemaran, dan berpartisipasi dalam
kegiatan pramembaca dan Mampu membilang jumlah benda atau Ke-15 anak mampu membilang 1-5 namun kesulitan membilang
pramenulis. objek dan menggunakan angka sebagai bilangan setelah 6
simbol jumlah objek atau benda

Anak mengenali dan menggunakan Menyadari keterhubungan antara Ke-15 anak senang dibacakan buku cerita namun belum dapat
konsep pramatematika untuk simbol angka/huruf dengan kata dan mengaitkan simbol huruf dengan bunyi suaranya
memecahkan masalah di dalam bilangan
kehidupan sehari-hari.
Materi 6. Cara menyesuaikan tujuan pembelajaran dari hasil asesmen awal

Berdasarkan Asesmen Awal, bu Odi disarankan untuk melakukan


penyesuaian atau modifikasi terhadap susunan tujuan pembelajaran.

Mengapa?

Data asesmen awal menunjukkan bahwa sebagian besar anak masih


kesulitan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Mereka masih belum
nyaman dan belum merasa aman di kelasnya sehingga masih menangis dan
masih bersikap pasif. Oleh karenanya, bu Odi perlu membantu anak-anak
tersebut untuk merasa nyaman dan aman dulu di kelasnya sebelum mereka
dapat belajar hal yang lain.

Rasa aman dan nyaman akan membantu anak mengoptimalkan fungsi


kognitifnya sehingga dapat mempelajari hal-hal lain seperti keterampilan
literasi, numerasi, menumbuhkan kreatif, dan keingintahuan akan berbagai
hal di sekitarnya.
Materi 6. Cara menyesuaikan tujuan pembelajaran dari hasil asesmen awal

Berikut ini adalah saran yang perlu diberikan kepada bu Odi.

TP 3, 4, 6, dan 5 menjadi TP 1, 2, 3, dan 4.


Penyesuaian ini dilakukan berdasarkan hasil asesmen awal. Bu Odi akan fokus membantu anak untuk dapat mengenali emosi yang
dirasakannya sehingga kemudian anak dapat melakukan beberapa strategi untuk mengelolanya. Misalnya ketika anak dapat mengenali rasa
sedih yang dirasakannya karena ditinggal orangtua, atau rasa takut yang dirasakannya, anak dapat dibantu untuk mencari kegiatan yang
dapat membantunya mengatasi rasa sedih atau takutnya tersebut. Setelah anak mengenali emosi dan dapat menerapkan strategi sederhana
untuk mengelolanya, bu Odi akan membantu anak agar memiliki hal yang disukai di sekolah. Bu Odi juga akan mendorong terjadinya
pertemanan sehingga anak dapat bermain bersama temannya. Dengan demikian, anak akan merasa nyaman dan aman di sekolah dan dapat
belajar dengan baik.

TP 3. Anak mengenal nama-nama emosi


TP 4. Anak mengenal beberapa strategi untuk menenangkan diri
TP 6. Anak memilih hal yang disukai
TP 5. Anak bermain dengan 1-2 teman-nya

Setelah perkembangan emosi dan sosial anak terbantu, maka bu Odi dapat mengatur tujuan-tujuan pembelajaran selanjutnya sesuai dengan
hasil asesmen awal yang datanya tidak masuk dalam kasus ini.

TP 1. Anak mengenal persamaan dan perbedaan ciri fisiknya dengan orang lain.
TP 2. Anak bersedia berinteraksi dengan alam.
TP 7. Anak berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang melibatkan motorik halus dan motorik kasar.
TP 8. Anak menyebutkan bilangan secara berurutan (membilang)
TP 9. Anak mengenali bentuk geometri sederhana
Modul 5. Materi 7: Cara merumuskan informasi hasil belajar anak
Komponen dalam Laporan Hasil Belajar PAUD

Pada PAUD, terdapat beberapa komponen esensial yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merumuskan capaian
pembelajaran peserta didik.
1. Data diri peserta didik
2. Informasi kemajuan peserta didik dalam pembelajaran intrakurikuler yang mengacu pada Capaian
Pembelajaran
3. Informasi kemajuan peserta didik dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila
4. Refleksi orang tua
5. Narasi ringkas informasi perkembangan peserta didik

Pada setiap komponen esensialnya terdapat pertanyaan pemandu yang


dapat menjadi acuan dan panduan pendidik dalam menarasikan capaian
pembelajaran maupun informasi perkembangan anak.

Berikut adalah contoh format laporan hasil belajar pada Kurikulum Merdeka PAUD
Identifikasi penggunaan data asesmen sebagai sumber informasi pada laporan hasil
belajar di PAUD

● Data hasil asesmen mana yang menjadi rujukan pembuatan laporan hasil belajar?

Pendidik menggunakan hasil asesmen sumatif sebagai rujukan penyusunan laporan hasil belajar.

Hal yang penting untuk dipahami dan diperhatikan bahwa pendidik disarankan merujuk pada fungsi dari hasil asesmen
saat membahas mengenai sumber data untuk laporan hasil belajar.

Asesmen formatif berfungsi untuk membantu guru mengevaluasi kegiatan belajar dan merancang pembelajaran di hari
berikutnya. Asesmen ini dapat dilakukan secara umum untuk semua anak. Sedangkan asesmen sumatif, berfungsi untuk
membantu guru melihat sejauh mana ketercapaian pembelajaran peserta didik terhadap tujuan pembelajaran yang sudah
ditentukan. Penerapannya harus untuk setiap peserta didik.

● Apakah artinya saya harus menggunakan asesmen sumatif?

Pendidik dapat memilih untuk menggunakan asesmen yang disesuaikan dengan


kemudahan dan kebutuhan meski jika dikembalikan kepada fungsinya, tujuan
digunakannya asesmen sumatif sebagai rujukan sumber data laporan hasil
belajar, pada dasarnya agar guru tidak terlalu banyak mengolah data harian.

Jumlah informasi atau data yang diperoleh dari asesmen harian akan
sangatlah banyak sehingga akan lebih sulit untuk mengolah data/informasi
tersebut saat menyusun laporan hasil belajar.
Langkah-langkah dalam menyusun laporan hasil belajar peserta didik

Guru TIDAK perlu menuliskan semua perilaku yang ditampilkan anak untuk dirumuskan dalam laporan hasil
belajar. Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan guru dalam merumuskan hasil asesmen peserta didik.
a) Pada saat menyusun narasi capaian pembelajaran peserta didik, artinya pendidik perlu merujuk pada
hasil belajar yang mengungkap tujuan-tujuan pembelajaran pada intrakurikuler. Informasi yang dirujuk
adalah tujuan pembelajaran pada Capaian Pembelajaran Fase Fondasi. Penting untuk merujuk pada
panduan pertanyaan pemantik untuk membantu mengarahkan langkah dalam menarasikan capaian
pembelajaran.

b) Informasi perkembangan anak disusun dengan terlebih dahulu


merefleksikan “Apakah ada hal yang penting berkaitan
dengan perkembangan peserta didik yang perlu diketahui
orang tua?”
c) Refleksi orang tua dapat menjadi informasi tambahan bagi
pendidik, untuk diberikan oleh orangtua/wali jika terdapat
catatan tertentu dari orang tua/wali yang perlu diperhatikan
oleh satuan PAUD.

Penjabaran informasi terkait pertanyaan pemantik untuk memandu narasi


komponen tersebut diatas dapat dilihat lebih rinci sebagai berikut.
Langkah-langkah dalam menyusun laporan hasil belajar peserta didik
Mari kita bahas satu per satu komponen dan pertanyaan pemantik yang dapat digunakan oleh pendidik untuk
menarasikan informasi yang dibutuhkan.

Informasi kemajuan peserta didik dalam pembelajaran intrakurikuler yang mengacu pada Capaian Pembelajaran

Merujuk pada tiga elemen Capaian Pembelajaran. Informasi ini berupa hasil dari kegiatan intrakurikuler yang
bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran (learning goals). Tujuan-tujuan pembelajaran ini merujuk
pada tiga elemen Capaian Pembelajaran, yang kemudian dapat disusun secara logis menjadi alur tujuan pembelajaran
oleh satuan pendidikan atau mengadaptasi contoh alur berdasarkan kebutuhan, laju perkembangan, dan asesmen awal
peserta didik.

Pertanyaan pemantik yang dapat digunakan pendidik untuk membantu menarasikan informasi di atas.
a. Tujuan-tujuan pembelajaran apa saja yang sudah dikuasai/dipelajari oleh peserta didik selama kurun
waktu tertentu?
b. Apa bukti perilaku yang mendukung sudah dikuasainya ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran oleh
peserta didik? (*bukti perilaku merujuk pada perilaku/kemampuan yang teramati yang relevan dengan
indikator ketercapaian tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan)
c. Capaian apa yang belum teramati muncul pada peserta didik dan perlu untuk distimulasi pada kurun
waktu selanjutnya? serta tindak lanjut yang akan dilakukan pendidik untuk menstimulasi capaian yang
belum muncul tersebut?; dan
d. Apa saran/rekomendasi/ajakan yang dituliskan secara konkret bagi orang tua/wali untuk mendukung
optimalisasi poin c di rumah?
Materi 1. Komponen
Langkah-langkah dalamdalam Laporan
menyusun Hasil
laporan Belajar
hasil belajarPAUD
peserta didik

Mari kita bahas satu per satu komponen dan pertanyaan pemantik yang dapat digunakan oleh pendidik untuk
menarasikan informasi yang dibutuhkan.

Refleksi Orang Tua

Refleksi orang tua merupakan bagian yang menunjukkan kemitraan satuan PAUD dan keluarga untuk
mendukung tumbuh kembang terbaik bagi anak usia dini, serta pemaknaan bahwa orang tua juga sebagai
sumber belajar. Bagian ini dapat menjadi informasi tambahan bagi pendidik, untuk diberikan oleh
orangtua/wali jika terdapat catatan tertentu dari orang tua/wali yang perlu diperhatikan oleh satuan PAUD.

Hasil pengamatan dan refleksi diri orang tua/wali dapat dilakukan dengan menjawab beberapa
pertanyaan pemantik berikut.

a) Apa yang sudah berkembang pada diri anak saya?


b) Apa saja yang masih perlu dikembangkan pada diri anak saya?
c) Langkah-langkah apa yang dapat saya lakukan untuk membantu anak saya
mengembangkan hal tersebut?
Langkah-langkah dalam menyusun laporan hasil belajar peserta didik

Mari kita bahas satu per satu komponen dan pertanyaan pemantik yang dapat digunakan oleh pendidik untuk
menarasikan informasi yang dibutuhkan.

Narasi ringkas informasi perkembangan peserta didik

Sebelum mengisi bagian informasi perkembangan ini, pendidik dapat merefleksikan “Apakah ada hal yang penting
berkaitan dengan perkembangan peserta didik yang perlu diketahui orang tua?”. Perkembangan peserta didik yang
dimaksud adalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan esensial anak usia dini meliputi kesehatan tumbuh
kembang dan imunisasi, serta sehat gizi maupun sehat fisik. Jika perkembangan peserta didik dirasa sudah baik dengan
merujuk pada kebutuhan esensial anak usia dini, pendidik dapat menjelaskan singkat perkembangan baik peserta didik.
Langkah-langkah dalam menyusun laporan hasil belajar peserta didik

Penting untuk diperhatikan!

Inspirasi pertanyaan pemantik berikut bukan menjadi kewajiban untuk dicantumkan seluruhnya dalam informasi
perkembangan peserta didik. Pendidik dapat memilah informasi mana yang perlu dan penting untuk ditindak
lanjuti oleh orang tua untuk membantu mengoptimalkan perkembangan peserta didik di rumah.

Sehat imunisasi ● Apakah ananda sudah mendapatkan imunisasi yang lengkap?


dan tumbuh ● Apakah kondisi tumbuh kembang ananda sesuai dengan dapat dikatakan baik? (pendidik dapat memeroleh informasi ini
kembang melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), bekerjasama dengan unit kesehatan tertentu, atau melakukan pemantauan
tumbuh kembang secara mandiri oleh satuan PAUD dengan menggunakan kartu Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
(DDTK))
● (Pendidik dapat menambahkan pertanyaan pemantik lainnya yang mengungkap aspek sehat imunisasi dan tumbuh
kembang)

Sehat gizi, ● Apakah ananda mengonsumsi bekal yang bergizi? (menghindari/meminimalisir konsumsi makanan cepat saji;
sehat fisik makanan/minuman yang berpemanis, berpengawet, kurang serat, tinggi gula, garam, dan lemak)
● Apakah satuan menyediakan kebutuhan nutrisi yang baik untuk ananda?
● Apakah ananda sudah terbiasa melakukan perilaku menjaga protokol kesehatan? (seperti cuci tangan sebelum memulai
kegiatan belajar, memakai masker setiap saat kecuali pada saat makan, dan menjaga jarak untuk menghindari penularan).
● Apakah ananda menunjukkan perilaku perawatan diri yang baik? (seperti memelihara kesehatan kuku, rambut , kulit dan
kebersihan diri lainnya)
● (Pendidik dapat menambahkan pertanyaan pemantik lainnya yang mengungkap aspek sehat imunisasi dan tumbuh
kembang)
Langkah-langkah dalam menyusun laporan hasil belajar peserta didik

Bagaimana dengan peserta didik yang akan menyelesaikan pendidikannya di PAUD?

Untuk peserta didik yang akan lulus dari PAUD, pendidik di PAUD perlu memastikan bahwa informasi
perkembangan anak dapat memberikan gambaran perkembangan kemampuan fase fondasi yang
sudah dicapai oleh peserta didik selama menempuh pendidikan di PAUD.

Informasi perkembangan anak ini akan membantu pendidik di jenjang sekolah dasar mendapatkan
gambaran kemampuan anak dan menggunakannya untuk merancang kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak dan menguatkan transisi anak dari PAUD ke SD.
Latihan pemahaman: merumuskan informasi hasil belajar anak

Latihan mengolah hasil asesmen untuk dirumuskan menjadi informasi capaian pembelajaran peserta didik

Pada kegiatan ini, Anda bersama dengan kelompok membutuhkan,


a) Studi kasus
b) Post it

Tugas Anda bersama kelompok adalah


1) Merumuskan hasil asesmen ke dalam kertas plano sesuai
panduan salindia
2) Menyusun narasi capaian pembelajaran anak

Waktu kegiatan 15 menit, untuk kemudian beberapa perwakilan


kelompok dapat memaparkan hasil kerjanya.

15 menit
Contoh Kanvas Laporan Hasil Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Bukti Perilaku Apa yang sudah baik Rencana tindak
Pendukung dicapai murid? Lanjut

Indikator
Ketercapaian Tujuan
Pembelajar
Apa yang masih perlu
dikuatkan dengan
dukungan guru dan
orangtua?
Latihan pemahaman: merumuskan informasi hasil belajar anak

Mari berdiskusi!
Bagian mana yang menantang dalam merumuskan hasil asesmen? Mengapa?
Apa strategi yang Bapak/Ibu lakukan sehingga tantangan tersebut dapat teratasi?
Apa yang dapat kita simpulkan?

Bapak/Ibu, penting untuk diperhatikan bahwa ketika


menuliskan laporan hasil belajar, rujukan bukti
perilaku yang sudah dicapai oleh anak dapat dilihat
dari indikator ketercapaian tujuan pembelajaran
yang sudah disusun.

Selain itu, pemberian rekomendasi tindak lanjut


untuk orang tua hendaknya berupa solusi konkret
yang dapat menjawab dukungan terhadap perilaku /
indikator ketercapaian yang belum muncul.
TERIMA KASIH!

#PAUDBERKUALITAS #PAUDITUPENTING

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai