Anda di halaman 1dari 32

Sistem

Numerasi
Anggota
Kelompok
01 Darmansyah 02 Dini Lestari
03 Eka Sri Wahyuni

04 Marhamah
05 Masdianah

06 Muhammad Kamil 07 Nur Hidayah 08 Nur Ilmi

09 Nur Muhammad Akbar


10 Saprullah

am
a si Te
em
Num
er
11 Siti Jumiati 12 Sumarni 13 Meryani

Sist
Sejarah Sistem Numerasi
Ribuan tahun yang lalu, sebelum manusia menggunakan metode ijir, tidak ada angka mewakili '’dua’’ atau
'’ tiga’’. Sebaliknya jari,batu, tongkat atau mata digunakan untuk mewakili angka. Waktu itu belum
terdapat jam maupun kalender untuk membantu melacak waktu, sehingga matahari dan bulan digunakan
untuk membedakan siang dan malam hari. Perbedaan purba paling tidak memiliki kata-kata untuk
bilangan, seperti satu, dua dan banyak. Mereka menggunakan terminologi yang akrab mereka seperti :
kawanan, domba, tumpukan, biji-bijian dan banyak orang.
Seiring perkembangan perbedaan, pengetahuan matematika diperlukan dalam ilmu teknik oleh
bangsa-bangsa yang yang bermukim di sepanjang sungai untuk keperluan mengendalikan banjir,
mengeringkan rawa-rawa, membuat irigasi, perhitungan hasil pertanian dan peternakan. Mereka
memerlukan matematika untuk perhitungan sederhana. Untuk keperluan tersebut diperlukanlah bilangan-
bilangan. Kebutuhan terhadap bilangan mula-mula sederhana tetapi semakin lama makin meningkat.
Menurut sejarah ketika manusia mulai mengenal tulisan (zaman sejarah) dan melakukan kegiatan
membilang atau mencacah, mereka bingung memberikan lambang bilanganya. Sehingga kemudian
dibuatlah suatu sistem numerasi yaitu sistem yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan
number (bilangan).

Numerasi
Numerial
Number
Apa Perbedaan dari
Bilangan & Lambang Bilan
g an ?
Pengertian Sistem Num
er a si
Sistem numerasi adalah aturan untuk menyatakan atau menuliskan bilangan
dengan menggunakan sejumlah lambang bilangan. Sistem numerasi yaitu sistem
yang terdiri dari numerial (lambang bilangan/angka) dan number (bilangan).

Setiap bilangan memiliki banyak lambang bilangan. Satu lambang bilangan


melambangkan satu bilangan. Setiap bilangan mempunyai banyak nama. Misalnya
bilangan 125 mempunyai nama bilangan seratus dua puluh lima. Terdiri dari
lambang bilangan 1, 2, dan 5.

Lambang bilangan adalah simbol yang melambangkan suatu bilangan. Simbol yang
digunakan untuk menyatakan atau menggambarkan suatu bilangan dapat
bermacam-macam, misalnya 4; 2+2; 2.2; 3+1; dsb. Semua simbol tersebut
menyatakan sebuah bilangan yang sama.
Secara umum, sistem numerasi yang pertama-tama digunakan,
merupakan sistem penjumlahan, sistem perkalian, dan sistem nilai
tempat. Sistem penjumlahan yang mula-mula digunakan, dinyatakan
dengan sekumpulan simbolsimbol. Sebuah bilangan yang dinyatakan
dengan kumpulan simbol, merupakan jumlah dan bilangan-bilangan yang
dinyatakan oleh masing-masing simbol.

Misalnya :
@ ∩| adalah simbol-simbol dalam sistem Mesir, artinya 111(100 + 10 + 1)

XI adalah simbol-simbol dalam sistem Romawi yang artinya 11(10 + 1)


Macam-Macam Sistem Numerasi
Sistem Numerasi Ijir/Tally
Sistem Numerasi Cina
Sistem Numerasi Mesir
Sistem Numerasi Cina - Jepang
Sistem Numerasi Babilonia
Sistem Numerasi Romawi
Sistem Numerasi Yunani
Sistem Numerasi Hindu-Arab
Sistem Numerasi Maya
Sistem Numerasi
Ijir / Tally
Perhitungan yang palin
g
terdahulu dan paling
sederhana adalah perhit
ungan
dengan menakai Contoh
korespondensi 1-1. Sist
em ini
disebut sistem ijir atau Bila seseorang mempunyai empat ekor
tally,
caranya ialah dengan m kambing, maka ia akan menyusun
emakai
goresan atau tongkat un (goresan)sebanyak 4 buah, yaitu : ////
tuk
satu objek yang dihitun
g. Ayam kepunyaan ayah 3 ekor
digabungkan dengan ayam anaknya 4
Walaupun cara ini primitif dan sederhana, ekor,
namun sampai sekarang masih jadi jumlahnya : /// + //// = ///////
banyakdipergunakan umpamanya pada
penyusunan data untuk pembuatan tabel
distribusi frekuensi dalam statistika
Sistem Numerasi
Mesir
Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan dan sistem
bilangan. Biasanya tulisan ini ditemukan pada sebuah
batu ini dan dikenal dengan sistem hieroglif. Sistem
hieroglif merupakan sistem bilangan yang sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan hieroglif
berbentuk gambar-gambar kecil yang menyatakan
sebuah kata. Sistem hieroglif telah digunakan oleh
bangsa Mesir Kuno sejak sekitar tahun 2850 SM.

Sistem Numerasi Mesir

Sistem Penulisan Sistem Penulisan


Angka Hieroglif Angka Hieratik
Sistem Numerasi Mesir
( Hieroglif)
Untuk satuan adalah sebuah garis lurus,
Misalnya untuk membuat bilangan
lengkungan keatas untuk puluhan,
276, ada lima belas simbol yang
lengkungan setengah lingkaran diperlukan: dua simbol “ratusan”,
menyamping (seperti obat nyamuk) untuk tujuh simbol “puluhan”, dan enam
ratusan, dan untuk jutaan dilambangkan simbol “satuan”.
dengan simbol seorang laki-laki yang
memainkan tangan. Penulisan hieroglif Contoh tulisan bilangan 276
dapat dimulai dari kanan ke kiri, kiri
kekanan, atau dari atas kebawah
Sistem Numerasi Mesir
( Hieroglif)
Penulisan Angka Desimal pecahan untuk orang mesir kuno
terbatas pada pecahan tunggal. Sebuah
pecahan tunggal adalah nebtuk 1/n
Dalam menuliskan bilangan, susunan dimana n adalah bilangan bulat dan ini
desimal terbesar ditulis lebih dahulu. diwakilkan dalam angka hieroglif dengan
Bilangan ditulis dari kanan ke kiri. Berikut menempatkan simbol yang mewakili
sebuah “mulut”, yang berarti “bagian”,
contoh penulisan angka 46,206 untuk
di atas nomor tersebut.
penulisan tanda koma, lihat simbol hiroglif
yang tandanya berbalik arah. Contoh :

Penulisan tanda koma ditulis setelah angka


yang berbalik arah yakni pada angka 46.000.
Sistem Numerasi Mesir
( Hieratik )
Sistem bilangan lain yang digunakan
orang Mesir setelah penemuan tulisan di
papirus, terdiri dari angka hieratic.
Angka ini memungkinkan bilangan di tulis
dalam bentuk yang jauh lebih rapi dari
sebelumnya saat menggunakan sistem
yang membutuhkan lebih banyak simbol
yang harus dihafal.
Berikut ini adalah cara orang mesir
menulis 2765 dalam angka hieratic.
Sistem Numerasi
Babilonia
Sistem penulisan bilangan bangsa Baiylonia dikenal dengan cuneiform, dari kata
“cuneus” yang bermakna “irisan atau belahan” dan kata “forma” yang bermakna
“bentuk”. Tulisan dan angka bangsa Babilonia sering juga disebut sabagai tulisan
paku karena bentuknya seprti paku.

Orang Babilonia menuliskan huruf paku menggunakan tongkat yang berbentuk


segitiga yang memanjang (prisma segitiga) dengan cara menekannya pada
lempeng tanah liat yang masih basah sehingga menghasilkan cekungan segitiga
yang meruncing menyerupai gambar paku.

Tidak seperti orang-orang dari Mesir , Yunani dan Romawi , angka Babilonia
menggunakan sistem tempat-nilai yang benar, di mana angka yang ditulis di
kolom sebelah kiri mewakili nilai-nilai yang lebih besar, sama seperti dalam sistem
desimal modern, meskipun tentu saja menggunakan basis 60 bukan basis 10.
Sistem Numerasi
Babilonia
Berikut merupakan contoh dari penulisan simbol-simbol pada sistem numerasi
babilonia yaitu:
Sistem Numerasi
Babilonia
Ciri-ciri dan sistem Babilonia :

a) Menggunakan bilangan dasar (basis) 60.

b) Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)

c) Simbol-simbol yang digunakan adalah V dan <

d) tidak mengenal simbol 0 (nol). Sehingga sistem ini cepat hilang.


Sistem Numerasi
Babilonia
Simbol baji “V” digunakan untuk menyatakan 1 dan simbol “<” untuk 10. Kedua simbol
tersebut digunakan untuk menyatakan bilangan-bilangan 1 - 59, yaitu dengan cara
menuliskan kedua simbol itu secara berulang.

Contoh : <<<VVVVV berarti 35

Selanjutnya untuk menyatakan 60 dan 1 ditulis dengan symbol yang sama,yaitu “V”. Beda
antara 60 dan 1 ditunjukkan dengan adanya jarak yang agak jauh di antara simbol-simbol
itu.

Contoh :

a) V <V berarti 1.60+11 = 71

b) VV VV berarti 2.60+2 = 122


Sistem Numerasi
Yunani
Bangsa Yunani telah mengenl tulisan dan sistem bilangan. Mereka
mengadopsi metode bangsa Mesir dalam perhitungan. Hasil adopsi
metode penulisan Mesir kemudian dirubah oleh bangsa Yunani
dengan menggunakan huruf-huruf abjad. Huruf-huruf yang
digunakan adalah huruf pertama dari nama masing-masing
bilangan. Sehingga bangsa Yunani mempunyai dua sistem bilangan,
yaitu sistem attic dan sistem alfabetis.
Sistem Numerasi Yunani
( Attic )
Sistem attic juga sering dikenal dengan sistem acrophonic. Acrophonic
maksudnya bahwa simbol bilangan tersebut berasal dari huruf pertama nama
bilangan tersebut. Sistem attic mempunyai enam simbol bilangan untuk angka
1, 5, 10, 100, 1000, dan 10000.
Sistem Numerasi Yunani
( Attic )
Untuk bilangan satu disimbolkan dengan tongkat “ I “ yang bukan merupakan
huruf awal nama bilangan. Selanjutnya, bilangan yang lain ditulis sebagai
kombinasi dengan simbol-simbol yang lain.

Selanjutnya, bangsa Yunani mengembangkan bilangan 50, 500, 5000, dan 50000
yang diperoleh dari penggabungan simbol 5 dengan simbol-simbol untuk puluhan,
ratusan, ribuan, dan puluhan ribu..
Sistem Numerasi Yunani
( Alfabetis )
Kira-kira tahun 450 SM bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan suatu
sistem angka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Bilangan
dasar yang mereka pergunakan adalah 10.
Angka Lambang Cara Membaca Angka Lambang Cara Membaca
1 𝛼 Alpha 60 ξ Xi
2 𝛽 Beta 70 ο Omicron
3 𝛾 Gamma 80 π Pi
4 𝛿 Delta 90 Ϟ Koppa
5 𝜀 Epsilon 100 ρ Rho
6 ϛ Stigma 200 σ Sigma
7 𝜁 Zeta 300 τ Taw
8 η Eta 400 ∪ Upsilon
9 θ Tetha 500 𝜑 Phi
10 ι Lola 600 χ Chi
20 κ Kappa 700 ψ Psi
30 λ Lambda 800 ω Omega
40 μ Mu 900 ϡ Sampi
50 ν Nu
Sistem Numerasi Yunani
( Alfabetis )
Aturan Sistem Penulisan Yunani Alfabetis

Bilangan yang terdiri dari 2 (dua) digit Bilangan yang terdiri dari 4 (empat)

01 caranya dengan menjumlahkan angka


puluhan dengan angka satuan. 02 digit atau ribuan, dengan cara
membubuhi tanda aksen (‘).
Contoh: Contoh:
23 = 20 + 3 = κ 1000 = α’
1287 = α’σπζ

02
Bilangan yang terdiri dari 3 (tiga) digit Bilangan yang terdiri dari 5 (lima)
caranya dengan menjumlahkan angka
ratusan dengan angka puluhan dengan 02 digit atau lebih, dengan menaruh
angka yang bersangkutan di atas
angka satuan. tanda M.
Contoh: Contoh:
174 = 100+70+4 = ροδ 23734 =
Sistem Numerasi Maya
Suku Indiana Maya dan Inca di Amerika Selatan zaman dahulu
kala telah terkenal memiliki peradaban yang tinggi, antara lain
mereka telah mempunyai sistem angka atau numerasi.
Keistimewaan sistem ini dibandingkan dengan sistem-sistem lain
adalah telah adanya lambang nol.
Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya
sangat aneh, berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis. Hal
ini tentu dipengaruhi oleh alat tulis yang dipakai, yaitu tongkat
yang penampangnya lindris (bulat), sehingga dengan cara
manusukkan tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau
dengan meletakkan tingkat mereka sehingga berbekas garis.

Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh Francisco de Cordoba pada tahun 1517 M di
kota peninggalan mereka di Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambang-lambang dari
sistem numerasi ini adalah gabungan antara garis dan noktah.
Sistem Numerasi Maya
Dalam sistem numerasi ini, penulisan dimulai dari atas kebawah, mulai dari pangkat tertinggi
sampai pangkat terendah. Simbol-simbol dasar yang dipakai dalam sistem angka Maya ini
adalah :

Seperti diuraikan diatas, tulisan Maya ini adalah gabungan antara noktah dan garis, setiap
satu noktah mempunyai nilai satu dan tiap satu garis mempunyai nilai lima. Penulisan
lambang suatu bilangan pada sistem angka maya ini dari atas kebawah, dimulai dari
koefisien pangkat tertinggi sampai koefisien pangkat terendah.
Sistem Numerasi Cina
Cina memiliki sistem numerasi yang sederhana namun efisen. perkembangan matematikanya
diperkirkirakan dimulai abad ke-2 SM. Sistem bilangan ini dinamakan bilangan Suzhou dalam
istilah Cina. Dalam sistem rod numeral, batang bambu kecil disusun untuk mewakili angka 1
sampai 96.

Bahan yang gunakan dalam rod numeral berasal Contoh :


dari batang bambu, batang gading atau besi yang
digunakan sebagai perangkat menghitung. Sistem 60.390
bilangan ini belum mengunakan simbol nol, apabila
mereka menggunakan batang, maka mereka akan
memberikan ruang kosong yang menunjukkan
simbol nol.
Sistem Numerasi Cina-Jepang
Sistem numerasi China-Jepang adalah sistem penamaan bilangan yang digunakan dalam
bahasa Jepang. Pada mulanya Jepang memiliki sistem numerasi tersendiri namun sistem
tersebut sudah sejak lama tidak pernah digunakan dan pada akhirnya sistem numerasi
Jepang hampir seluruhnya diadopsi dari sistem numerasi China, sehingga disebut sistem
numerasi China-Jepang.
   
Dalam sistem bilangan suzhou, lambang-lambang khusus Bilangan Karakter
digunakan untuk angka (digit) menggantikan karakter
China. Sistem bilangan suzhou adalah satu-satunya variasi 0 〇 
bilangan batang yang masih lestari hingga kini. Sistem 1 〡
bilangan batang adalah sistem bilangan posisional yang 2 〢
digunakan oleh orang China dalam matematika. Bilangan 3 〣
suzhou adalah variasi bilangan batang song selatan.Contoh 4 〤
Bilangan Batang seperti tabel dismping 5 〥
6 〦
7 〧
8 〨
9 〩
Numerasi ChinaJepang (Dulu) China(Sekarang) Jepang(Sekarang)

Angka Karakter Kanji Karakter Pinyin KarakterHiragana


1 一 Ichi 一 Yī 一 Ichi
2 二 Ji 二 Èr 二 Ni
3 三 Sam 三 Sān 三 San
4 四 Su 四 Sì 四 Shi
5 五 Go 五 Wǔ 五 Go
6 六 Roku 六 Liù 六 Roku
7 七 Shici 七 Qī 七 Shichi
8 八 Hachi 八 Bā 八 Hachi
9 九 Kyu 九 Jiǔ 九 Kyuu

10 十 Zu 十 Shí 十 Juu
十 十
十一 Shíyī
11 Zu Ich 一 一 Juu Ichi

Sistem 12

13
十二

十三
Zu Ji

Zu Sam



Shíyī

Shíèr



Juu Ji

Juuni

Numerasi
十 十
14 十四 Zu Su Shísān Juu Shi
四 四
十 十
15 十五 Zu Go Shísì Juu Go
五 五
十 十
16 十六 Zu Roku Shíwǔ Juu Roku

Cina-Jepang
六 六
十 十
十七
17 Zu Sichi 七 Shíliù 七 Juu Sichi

十 十
十八 Shíbā
18 Zu Hachi 八 八 Juu Hachi

十 十
十九 Shíji
19 Zu Kyu 九 九 Juu Kyu


十二 Èrshí 十
20 Ji Zu 二 Nii juu

Sistem Numerasi Romawi
Sistem numerasi Romawi
berkembang sekitar permulaan tahun
L 50
100 SM. Sampai saatini, lambang
Sistem angka Romawi tidak mempunyai nilai tempat.
bilangan Romawi masih banyak Ketika beberapa lambangdikombinasikan, lambang-
digunakan dalam kehidupan sehari- lambang tersebut dapat ditulis bagian demi bagian.
hari. Ketikasuatu angka memuat dua lambang dasar, satu
bilangan yang lebih kecil dari yang lain,maka berlaku:
 Penjumlahan, jika lambang pada bagian kanan
menyatakan bilangan yang lebih kecil.
 Pengurangan, jika lambang pada bagian kiri
menyatakan bilangan yang lebih kecil.

Contoh :

V 5 CX = 100 + 10 = 110
(dari kiri ke kanan nilainya menurun, jadi ditambahkan)

XC = 100 - 10 = 90
(dari kiri ke kanan nilainya naik, jadi dikurangkan)
Sistem Numerasi Romawi
Adapun aturan resmi penggunaan huruf yang lain adalah sebagai berikut:
1. Huruf pengurangan hanyalah pangkat sepuluh, seperti I, X, dan C. C 100
2. Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal
3. Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh kali.
4. Aturan yang berlaku di Mesir, empat ditulis IV dan bukan IIII
5. Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang “nullae” yang
menyatakan nol.
Untuk menuliskan bilangan-bilangan besar dipakai sistem perkalian yang
ditunjukandengan tanda-tanda tertentu. Umpamanya sebuah strip (ruas garis)
diatas lambang bilangan tertentu menunjukan nilai yang sama dengan 1000 kali
nilai bilangan itu. Duastrip diatas sebuah lambang bilangan tertentu menunjukan
nilai sejuta kali bilangan itu.
I 1 Contoh :
X = 1000 x 10 = 10.000
XXIII= 1000 x 23 = 23.000
XIV= 1.000.000 x 14 = 14.000.000
LXII= 1.000.000 x 62 = 62.000.00
Sistem Numerasi Hindu-Arab
Ketika angka-angka India mulai masuk ke Arab, dimulailah pengembangan angka-angka Arab
yang diadaptasi dari angka-angka India. Diduga bahwa orang Arab yang pertama kali menulis
teks bahasa Arab tentang bilangan India adalah Al-Khwarizmi. Al-Khwarizmi inilah yang
kemudian diklaim sebagai penemu angka nol. Kata “zero” untuk mengatakan nol tidak lain
berasal dari bahasa Arab “sifr”. Kata “sifr” mengalami perubahan secara terus menerus,
yaitu cipher, zipher, zephirum, zenero, cinero, dan banyak lagi lainnya sampai menjadi zero.
Perubahan angka India, menjadi angka Arab, lalu menjadi angka yang dikenal sekarang
melalui tahapan yang sangat panjang.
Sistem Numerasi Hindu-Arab
Ciri penting dalam sistem ini adalah kita boleh menulis angka untuk sebarang angka, baik
besar maupun kecil, dan hanya menggunakan sepuluh simbol yang disebut digit, 0, 1, 2, 3, 4,
5, 6, 7, 8, 9. Kata “digit” berarti “jari tangan” atau “jari kaki”. Karena hanya sepuluh simbol
yang digunakan , maka sisitem numerasi Hindu-Arab disebut juga sistem numerasi
perpuluhan
Satu lagi prinsip dalam sistem numerasi ini yaitu “pengumpulan sepuluh-sepuluh” (sistem
perpuluhan) dimana sepuluh satu diganti dengan satu sepuluh, dan sepuluh-sepuluh diganti
dengan satu ratus, seratus sepuluh diganti dengan satu ribu dan seterusnya. Bilangan objek
yang dikumpulkan sedemikian disebut basis bagi sistem itu. Oleh karena itu, sistem Hindu-
Arab adalah sistem basis sepuluh.
Angka Hindu-Arab boleh ditulis dalam bentuk uraian (expanded form), dimana nilai bagi
setiap digit dalam setiap kedudukan itu jelas. Sebagai contoh, kita menulis 663 dalam bentuk
uraian yaitu:
663 = 6 × 100 + 6 × 10 + (3 × 1) = 6 × 102 + 6 × 101 + (3 × 1)
Sistem numerasi Hindu-Arab adalah sistem nilai kedudukan atau sistem nilai tempat. Nilai
kedudukan dalam sistem ini berbasis 10, seperti :
m
Siste asi
Quis Nu m er

Pada suatu hari Bram menjual layang-layangnya di


pasar internasional. Ia memiliki 153 buah layang-
layang. Pembeli pertama adalah orang Mesir, ía
membeli sebanyak ∩ | | | | | | buah. Pembeli kedua
adalah orang Babilonia, ía membeli sebanyak
<<< VVVVVVVV buah dan pembeli ketiga adalah
orang Romawi sebanyak XIV buah. Akhirnya ada
orang Arab ingin memborong layang-layang yang
tersisa. Berapa buah layang-layangkah yang dibeli
oleh orang Arab tersebut?
Sekian
dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai