Anda di halaman 1dari 14

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)

Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.1

SEJARAH PERKEMBANGAN GEOMETRI DAN


KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBELAJARAN
SAAT INI

Penulis11), Penulis22), Penulis33)


1) UIN Sunan Gunung Djati, Jl. AH Nasution No 105, Bandung;
elgataniad@gmail.com
2) UIN Sunan Gunung Djati, Jl. AH Nasution No 105, Bandung; gaitsanf@gmal.com
3) UIN Sunan Gunung Djati, Jl. AH Nasution No 105, Bandung; aka14897@gmail.com
2) UIN Sunan Gunung Djati, Jl. AH Nasution No 105, Bandung;
rivalestaariany@uinsgd.ac.id

Dikirim: ------ ; Diterima: ----; Dipublikasikan: -------

Cara sitasi: Noto, M.S. 2017. Pengembangan Perangkat Pembelajaran SMART Materi
Geometri Kelas 7. JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1(1), Hal.1-10.

Abstrak. Geometri merupakan salah satu aspek yang penting dalam kurikulum
pendidikan matematika terlihat dari kompetensi yang sangat berpengaruh.
Banyak konsep matematika yang dapat ditunjukkan dengan representasi
geometris. Selain itu geometri juga efektif untuk menumbuhkembangkan
kemampuan berpikir logis. Sejarah geometri mengalami perkembangan dari
zaman ke zaman yang cukup signifikan. Hal ini menunjukan betapa hebat
pemikiran orang dulu terhadap perkembangan geometri. Karena nya geometi
patut dipelajari untuk dapat diaplikasikan dalam pembelajaran. Tujuan dari
penulisan artikel ini untuk mengetahui temuan konsep-konsep geometri yang
masih bisa digunakan dalam pembelajaran saat ini. Metode yang digunakan
berupa kajian pustaka. Dari hasil pembahasan dapat kita ketahui penemuan-
penemuan konsep geometri yang memberikan kontribusi besar pada
pendidikan saat ini. Setelah memahami pembahasan ini diharapkan kita dapat
mengetahui perkembangan sejarah geometri serta dapat diimplementasikan
melalui berpikir secara geometris, selain itu bagi para pendidik dapat
menyampaikan materi geometri dengan cara – cara orang pada zaman dahulu
yang belum banyak digunakan saat ini.

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.2

Kata Kunci. Berfikir geometri, sejarah geometri, dan implementasi geometri.

1. Pendahuluan

Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika, karena


banyaknya konsep-konsep yang termuat di dalamnya. Dari sudut pandang
psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual
dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran dan pemetaan. Sedangkan
dari sudut pandang matematika, geometri menyediakan pendekatan-
pendekatan untuk pemecahan masalah, misalnya gambar-gambar, diagram,
sistem koordinat, vektor, dan transformasi. Geometri juga merupakan
lingkungan untuk mempelajari struktur matematika (Burger & Shaughnessy,
1993:140). Geometri merupakan salah satu cabang matematika. Dengan
mempelajari geometri dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis,
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian alasan
serta dapat mendukung banyak topik lain dalam matematika (Kennedy, 1994:
385).

Tujuan pembelajaran geometri adalah agar siswa memperoleh rasa percaya


diri mengenai kemampuan matematikanya, menjadi pemecah masalah yang
baik, dapat berkomunikasi secara matematik, dan dapat bernalar secara
matematik (Bobango, 1992:148). Sedangkan Budiarto (2000:439) menyatakan
bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan
kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan
pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta
menginterpretasikan argumen-argumen matematik.

Van de Walle (1994:35) mengungkap lima alasan mengapa geometri sangat


penting untuk dipelajari. Pertama, geometri membantu manusia memiliki
apresiasi yang utuh tentang dunianya, geometri dapat dijumpai dalam sistem
tata surya, formasi geologi, kristal, tumbuhan dan tanaman, binatang sampai
pada karya seni arsitektur dan hasil kerja mesin. Kedua, eksplorasi geometrik
dapat membantu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Ketiga,

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.3

geometri memainkan peranan utama dalam bidang matematika lainnya.


Keempat, geometri digunakan oleh banyak orang dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Kelima, geometri penuh dengan tantangan dan menarik.

Tiga alasan mengapa geometri perlu diajarkan, Pertama, geometri merupakan


satu-satunya ilmu yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik
dunia nyata. Kedua, geometri satu-satunya yang mengaitkan ide-ide dari
bidang matematika yang lain untuk digambar. Ketiga, geometri dapat
memberikan contoh yang tidak tunggal tentang sistem matematika.
Pada dasarnya geometri mempunyai peluang yang lebih besar untuk
dipahami siswa dibandingkan dengan cabang matematika yang lain. Hal ini
karena ide-ide geometri sudah dikenal oleh siswa sejak sebelum mereka
masuk sekolah, misalnya garis, bidang dan ruang.

Selain itu seberapa penting belajar geometri kita dapat melihatnya dengan
mengetahui kegunaan geometri dalam kehidupan kita. Tanpa kita sadari
geometri sudah membantu kita dalam beberapa hal atau pekerjaan seperti
berikut ini:

1. Dalam hal pembangunan sangat membutuhkan aplikasi geometri.


Contoh nyata dan sederhana adalah saat seseorang akan membangun
rumah atau renovasi rumah, pastinya diperlukan perhitungan berapa
ukuran lahan, ukuran rumah, bentuk rumah, bahan yang harus disiapkan
(pasir, semen, ubin, genteng dan lain-lainnya). Untuk memperkirakan
semuanya bisa dihitung menggunakan geometri, seperti penggunaan luas
lalu membaginya dengan satuan dari masing-masing bahan yang
diperlukan tiap satuan luas sehingga diperoleh kisaran yang baik.
2. Geometri juga digunakan dalam pengukuran jarak dari suatu tempat ke
tempat lain dengan memperhatikan jarak-jarak dari suatu tempat yang
telah diketahui.
3. Belajar geometri secara tidak langsung juga dapat mengasah dan terbukti
meningkatkan kemampuan visual-spasial seseorang
Dalam belajar geometri khususnya dimensi tiga seseorang dituntut
dapat membuat visualisasi dari kedudukan pada bangun dimensi tiga di
dalam pikirannya yang selanjutnya dikenai pergerakan atau perubahan

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.4

pada bangun visualisasi tersebut. Akan kesulitan jika seseorang tidak


mempunyai kemampuan visual-spasial yang tajam untuk mempelajari
geometri, tapi apabila sudah terbiasa belajar geometri khusunya dimensi
tiga justru akan meningkatkan kemampuan visual-spasial orang tersebut.
4. Geometri juga digunakan dalam desain grafik serta pembuatan animasi.

2. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa kajian pustaka, yang
litelaturnya berasal dari buku-buku serta berbagai macam jurnal yang telah
dipublikasi.

3. Hasil dan Pembahasan

Pada awalnya geometri yang lahir dan berkembang di Mesir dan Babilonia
merupakan sebuah hasil dari keinginan dan harapan para pemimpin
pemerintahan dan agama pada masa itu. Hal ini dimaksudkan untuk bisa
mendirikan bangunan yang kokoh dan besar. Teknik-teknik geometri yang
berkembang pada masa itu pada umumnya masih kasar dan bersifat intuitif,
akan tetapi cukup akurat dan dapat memenuhi kebutuhan perhitungan.
Berbagai fakta tentang teknik-teknik geometri saat itu termuat dalam Ahmes
Papirus yang ditulis lebih kurang tahun 1650 SM dan ditemukan pada abad
ke-9. Dalam Papirus ini terdapat formula tentang perhitungan luas daerah
suatu persegipanjang, segitiga siku-siku, trapesium yang mempunyai kaki
tegak lurus dengan alasnya, serta formula tentang pendekatan perhitungan
luas lingkaran.

Pada zaman Yunani kuno paling tidak tercatat matematikawan penting yaitu
Thales dan Pythagoras. Thales dan Pythagoras mempelopori pemikiran dalam
bidang Geometri, tetapi Pythagoraslah yang memulai melakukan atau
membuat bukti-bukti matematika. Sampai masa pemerintahan Alexander
Agung dari Yunani dan sesudahnya, telah tercatat Karya monumental dari
Euclides berupa karya buku yang berjudul Element (unsur-unsur) yang
merupakan buku Geometri pertama yang disusun secara deduksi. Individu

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.5

pertama dengan siapa penemuan matematika spesifik yang secara tradisional


dikaitkan adalah Thales of Miletus (sekitar 625-547 SM). Thales berasal dari
keturunan Fenisia, lahir di Miletus, sebuah kota di Ionia, pada saat koloni
Yunani bersenang-senang di pesisir Asia Kecil. Dia tampaknya telah
menghabiskan tahun-tahun awalnya untuk melakukan usaha komersial, dan
dikatakan bahwa dalam perjalanannya dia belajar geometri dari orang Mesir
dan astronomi dari Babel.

Thales adalah yang pertama masuk ke Mesir dan membawa kembali


pembelajaran [geometri] ini ke dalam bahasa Yunani. Dia menemukan banyak
proposisi sendiri dan dia mengungkapkan kepada penggantinya yang
mendasari prinsip-prinsip dari banyak orang lain, dalam beberapa kasus
metodenya semakin umum, di lain pihak empiris.

Meskipun demikian, jika pencapaian matematis yang dikaitkan dengan


Thales oleh sejarawan Yunani seperti Herodotus dan Proclus diterima, dia
harus dikreditkan dengan proposisi geometris berikut.

 Sudut yang bertuliskan setengah lingkaran adalah sudut siku-siku.


 Lingkaran dibelah oleh diameternya.
 Sudut dasar segitiga sama kaki sama.
 Jika dua garis lurus saling berpotongan, sudut yang berlawanan sama.
 Sisi segitiga serupa proporsional.
 Dua segitiga kongruen jika masing-masing memiliki satu sisi dan dua
sudut yang berdekatan.

Beberapa cerita dimaksudkan untuk menggambarkan ketertarikan Thales di


Mesir. Menurut legenda, prestasi yang paling spektakuler sementara ada
pengukuran tidak langsung ketinggian Piramida Besar dengan cara
bayangan. Ada dua versi cerita, satu menggambarkan metode pengukuran
yang sangat sederhana dan metode lain yang lebih kompleks. Versi paling
awal adalah bahwa Thales mengamati panjang bayangan piramida pada jam
di hari ketika bayangan seorang pria sama panjangnya dengan dirinya sendiri.
Plutarch memperbaiki hal ini saat dia menulis di Convivium.
Kedua versi cerita bergantung pada proposisi geometris yang sama, yaitu,
bahwa sisi segitiga equiangular proporsional. Thales, karena memiliki dua

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.6

segitiga serupa, berpendapat bahwa tinggi piramida adalah panjangnya dari


staf karena bayangan bayangan piramida itu panjangnya dari bayangan yang
diputar oleh staf saat diadakan. vertikal:
ℎ / ℎ′ = 𝑠/ 𝑠′ (1)

Thales sudah tahu bahwa jarak di sepanjang sisi dasar Piramida Besar adalah
756 kaki dan bahwa tongkatnya panjangnya 6 kaki. Hal itu diperlukan hanya
untuk mengukur bayangan piramida (jarak dari ujung bayangan ke pusat

Gambar 1. Mengukur panjang piramida

pangkal piramida) dan bayangan staf. Jaraknya 342 kaki dari ujung bayangan
piramida ke tepi pangkal podium, dan bayangan staf berukuran 9 kaki.

Sekarang Thales memiliki semua dimensi yang dibutuhkan, karena tiga item
proporsinya akan memberinya barang keempat yang hilang. Tinggi Piramida
Agung adalah

𝑠ℎ′ (378+342)6 2
ℎ= = = 3 720 = 480 𝑓𝑒𝑒𝑡 (2)
𝑠′ 9

Aplikasi praktis lain dari geometri yang dikaitkan dengan Thales adalah
menentukan sejauh mana sebuah kapal di laut berasal dari pantai. Bagaimana
dia menggunakan pengetahuannya tentang geometri untuk tujuan ini hanya
bisa diprediksi. Menurut Proclus, Thales menggunakan teorema kongruensi,
yang menegaskan bahwa sebuah segitiga benar-benar ditentukan jika satu sisi
dan dua sudut yang berdekatan diketahui. Asumsi yang paling mungkin
adalah bahwa Thales, mengamati kapal dari puncak

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.7

Gambar 2. Menghitung jarak kapal dengan menggunakan teorema


kongruensi

menara pengintai (katakanlah tinggi h) menggunakan proporsionalitas sisi


dari dua segitiga kanan yang sama. Yang ia butuhkan hanyalah alat sederhana
dengan dua kaki membentuk sudut siku-siku, sehingga ia bisa menandai titik
E dimana garis penglihatan dengan kapal memotong kaki sejajar dengan
tanah. Ini akan menghasilkan segitiga serupa ACB dan DCE.

Jika x adalah jarak kapal yang tidak diketahui, maka dengan sifat segitiga
serupa, yang dimiliki seseorang
𝑥 𝑙+ℎ 𝑦(ℎ+𝑙)
= atau 𝑥 = (3)
𝑦 𝑙 𝑙

Hasil kerja dan prinsip Thales telah menandai awal dari sebuah era kemajuan
matematika yang mengembangkan pembuktian deduktif sebagai alasan logis
yang dapat diterima. Pembuktian deduktif diperlukan untuk menurunkan
teorema dari postulat dan selanjutnya untuk disusun pernyataan baru yang
logis. Begitu banyak karya Thales dalam bidang geometri dimana ke enam
proporsisi yang telah dijelaskan diatas, pada dasarnya konsepnya sama
dengan pembelajaran geometri pada jenjang sekolah saat ini.

Sepeninggal Thales muncullah Pythagoras (582 – 507 SM) berikut


pengikutnya yang dikenal dengan sebutan Pythagorean melanjutkan langkah
Thales. Para Pythagorean menggunakan metode pembuktian untuk
membuktikan Teorema Pythagoras dan teorema-teorema jumlah sudut dalam
suatu poligon, sifat-sifat dari garis-garis yang sejajar, teorema tentang jumlah-

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.8

jumlah yang tidak dapat diperbandingkan, serta teorema tentang lima bangun
padat beraturan.

Pembuktian teorema Pythagoras:

Sebuah persegi besar sisi a + b dibagi menjadi dua kotak yang lebih kecil dari
sisi a dan b masing-masing, dan dua persegi panjang yang sama dengan sisi a
dan b; Masing-masing dari dua persegi panjang ini dapat dibagi menjadi dua
segitiga sama persis dengan menggambar diagonal c. Keempat segitiga itu
bisa diatur dalam bujur sangkar sisi a + b seperti yang ditunjukkan pada
gambar kedua.

Gambar 3. Pembuktian Teorema Phytagoras

Sekarang bidang kuadrat yang sama dapat ditunjukkan dengan dua cara:
seperti jumlah area dua kotak dan dua persegi panjang,

(a + b)2 = a2 + b2 + 2ab; (4)

dan sebagai jumlah bidang persegi empat dan empat segitiga,


𝑎𝑏
(a + b)2 = c2 + 4( 2 ) (5)

Bila keempat segitiga tersebut dikurangkan dari kotak yang lebih besar di
masing-masing gambar, area yang dihasilkan sama; atau ekuivalen,

c2 = a2 + b2 (6)

Oleh karena itu, kuadrat pada c sama dengan jumlah kuadrat pada a dan b.

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.9

Kontribusi pythagoras terhadap matematika begitu besar, terkhususnya pada


bidang geometri. Dengan ditemukannya perhitungan pada segitiga siku-siku
dalam menghitung setiap panjang sisi-sisi segitiga, pythagoras mampu
membuktikannya secara teoritis dan struktural. Sehingga teorema
pythagoras, pada saat ini masih menjadi salah satu kajian geometri yang
dibahas di sekolah.

Penerapan Geometri Arab Abad Pertengahan

Al-Biruni pada masa itu sudah sangat yakin bahwa bumi berbentuk bulat,
oleh karena itu dia melakukan pengukuran diameter bumi. Berikut ini cara
Al-Biruni menghitung diameter bumi. Al-Biruni mencari sebuah gunung yang
cukup tinggi tempat horison datar dapat diamati. Pertama-tama, ia mengukur
sudut elevasi puncak gunung dari dua titik yang berada pada ketinggian
permukaan laut dengan menggunakan astrolabe. Setelah itu, jarak antara
kedua titik diukur sehingga ketinggian gunung dapat ditemukan
menggunakan perhitungan trigonometri.

Setelah ketinggian gunung ditemukan, Al-Biruni mendaki puncak gunung


untuk mengukur sudut dip. Dengan diketahuinya sudut ini dan hasil
perhitungan tinggi gunung, jari-jari bumi dapat diperoleh lagi-lagi dengan
perhitungan trigonometri.

Gambar 4. Menghitung ketinggian gunung menggunakan Trigonometri

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.10

Keterangan:
EL= Ketinggian bukit dari gambar diperoleh:

(7)

Setelah menghitung LM (atau ML), kemudian sudut BET dapat diukur


menggunakan instrument ciptaan Al Biruni, sehingga kemudian kita bisa
menghitung sudut TEO dan LOT berdasarkan aturan sudut dalam segitiga
siku-siku. Setelah itu diperoleh:

(8)

Dengan memasukkan nilai ET, sudut TEO dan sudut LOT akan diperoleh nilai
dari OT dalam hal ini merupakan jari-jari bumi.

Perhitungan yang dilakukan oleh Al-Biruni ini menggunakan satuan bangsa


Arab saat itu yang setara dengan 1,225947 mil. Perhitungan yang dihasilkan
oleh Al-Biruni mendapatkan angka jari-jari bumi sebesar 3847,8 mil atau
6192,4338432 km. Ini artinya diameter bumi dari perhitungan Al-Biruni ialah
12384,86768684. Nilai ini jika dibandingkan dengan pengukuran modern
hanya meleset sebesar 2%. Sebuah pencapaian yang luar biasa dari ilmuwan
muslim masa itu.

Pada saat Al-Biruni melakukan perhitungan ini, sebenarnya sudah


ada perhitungan jari-jari bumi dari ilmuwan Yunani sebelumnya yaitu
Eratoshenes yang memberikan hasil 6.406,5 km.

Artinya ketika ia mendapatkan angka 6192.43384 km, maka ia bisa


mengkonfirmasi kalau hasil tersebut telah mendekati hasil sebenarnya karena
pengukuran sebelumnya memberikan hasil yang hampir sama

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.11

Munculnya Gerakan Renaissance di Eropa

Pada abad XII, kejayaan keilmuan di dunia Islam mulai mengalami


penurunan. Hal ini berakibat pada perkembangan matematika yang semakin
surut di negara-negara Islam. Dengan hancurnya Baghdad dan Granada di
Spanyol sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan Islam menandai
runtuhnya sendi- sendi pendidikan dan kebudayaan Islam. Musnahnya
lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua
pusat pendidikan di dunia Islam, menyebabkan pula kemunduran
pendidikan di seluruh dunia Islam. (Arrifada, dkk. (2016) :49-56)

Masa kejayaan Islam yang berbuah manis pada lahirnya beragam ilmu
pengetahuan dan semakin berkembangnya matematika akhirnya diserap oleh
masyarakat Eropa sehingga terjadi transformasi intelektual dari dunia Islam
di Timur ke dunia Barat, Eropa. Peralihan perkembangan ilmu pengetahuan
tersebut dimulai pada tahun 1085 M, yakni ketika Kota Toledo direbut oleh
Raja Alfonso VI yang beragama Kristen. Akibatnya, hilanglah pusat sekolah
tinggi dan ilmu pengetahua (Sri Suyanta, 2011 [27]).

Pada tahun 1236 M, Cordoba sebagai pusat kegiatan intelektual jatuh ke


tangan Raja Alfonso VII. Dengan ini maka hilang pula pusat kebudayaan
Islam di Barat. Kehilangan ini terus berlanjut pada kota-kota besar lainnya
seperti Sevilla, Malaga dan Granada. Akhirnya umat Islam harus
meninggalkan tanah airnya yang telah dibangun selama 8 abad dan
meninggalkan segala macam kemajuan, baik kemajuan peradaban maupun
ilmu pengetahuan (Sri Suyanta, 2011 [27]).

Sementara itu, Baghdad sebagai pusat peradaban Islam di dunia Timur juga
mengalami kehancuran akibat serangan dari tentara Mongol. Pada abad ke-13
M mengiringi kehancuran ibukota, hegemoni negara Arab mulai redup untuk
selamanya. Banyak wilayah-wilayah jajahan dan peradaban yang telah lama
kokoh (mulai dari Cina sampai Eropa) hancur di tangan bangsa Mongol.
Selama periode ini mereka tidak hanya ingin menguasai peradaban yang telah
dibangun oleh dinasti Abbasiyah, tetapi juga terlibat aktif dalam
menghancurkan struktur-struktur penting yang merupakan warisan
intelektual pada masa keemasan Islam. Usaha penghancuran bangsa Mongol
Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.12

mencakup perusakan kota-kota dan tempat-tempat pendidikan, pembantaian


guru dan ilmuwan matematika. Konsekuensi dari keadaan ini, kehidupan
masyarakat begitu terganggu dan memperlambat perkembangan peradaban.
Tidak hanya pusat-pusat studi yang dirusak dan ilmuwan yang dibunuh atau
dibuat panik dan ketakutan yang mendalam. Tetapi juga semua tempat yang
nyaman untuk penciptaan ilmu pengetahuan juga diganggu (Farid Hasyim,
2012 [10-11]).

Kebangkitan intelektual dalam bidang matematika di Eropa didukung


dengan banyaknya pemuda Eropa yang menuntut ilmu ke perguruan tinggi
pada masa keemasan Islam. Selanjutnya mereka menyerap ilmu pengetahuan
karya matematikawan Muslim melalui gerakan penerjemahan ke dalam
bahasa Latin. Orang-orang Mozareb sangat berperan dalam menerjemahkan
karya-karya matematikawan Muslim yang berbahasa Arab kedalam bahasa
Latin, karena mereka menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik. Di
Toledo didirikan Sekolah Tinggi Terjemahan yang dipimpin oleh Raymon
untuk memudahkan penyerapan ilmu-ilmu Arab dan menggalakkan kegiatan
penerjemahan buku-buku bahasa Arab kedalam bahasa Latin. Penerjemah-
penerjemah di Baghdad banyak yang pindah ke Toledo, terutama yang
berasal dari Yahudi. Mereka rata-rata menguasai bahasa Arab, Yahudi,
Spanyol dan Latin (Musyrifah Sunanto, 2011 [239]).

Dari gerakan renaissance dapat diambil pelajaran bahwa pengekangan


berpikir pada diri anak akan membuat anak terbelenggu. Bila hal ini terjadi,
maka kreativitas siswa sekolah/madrasah cenderung akan mati. Dalam
konteks pembelajaran matematika, pemberian soal matematika yang bersifat
konvergenlah (soal yang menuntut jawaban seragam) yang menjadi pemicu.
Sebab, anak selalu dipaksa menjawab soal yang harus sama dengan yang
dipikirkan atau diajarkan guru.

4. Simpulan

Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang diajarkan pada


setiap jenjang pendidikan, baik tingkat sekolah dasar hingga pada perguruan
tinggi. Peranan geometri tidak diragukan lagi dari masa perkembangannya di
Mesir dan Babilonia untuk kepentingan praktis mereka seperti membuat

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.13

bangunan dan menghitung luas tanah hingga sekarang telah memberikan


sumbangan yang besar dalam perkembangan ilmu dan teknologi modern.
Piramida-piramida bangsa Mesir kuno yang dibangun 4000 tahun yang lalu,
masih merupakan contoh yang paling kuat dari struktur yang menggunakan
bentuk-bentuk segitiga. Bangunan batu yang sangat besar ini terdiri dari
dinding segitiga miring yang diatur di atas dasar persegi.

Geometri merupakan bagian dari matematika yang mempelajari pola-pola


visual, yang akan menghubungkan matematika dengan dunia nyata.
Geometri juga dapat dipandang sebagai sistem matematika yang menyajikan
fenomena yang bersifat abstrak (tidak nyata), akan tetapi dalam
pembelajarannya bertahap didahului dengan benda-benda kongkret sebagai
media sesuai dengan tahap perkembangan anak. Dalam pembelajaran
matematika di sekolah, geometri lebih berkenaan dengan bangun-bangun
geometri, garis dan sudut, kesebangunan, kekongruenan, transformasi, dan
geometri analitis.

Dari hasil pembahasan dapat kita ketahui penemuan-penemuan konsep


geometri yang memberikan kontribusi besar pada pendidikan saat ini. Karena
dari perkembangan sejarah geometri dapat diimplementasikan melalui
berpikir secara geometris, selain itu bagi para pendidik dapat menyampaikan
materi geometri dengan cara – cara orang pada zaman dahulu yang belum
banyak digunakan saat ini. Contohnya ketika membuktikan perhitungan
teorema Phytagoras dilihat dari sebuah persegi yang dibagi menjadi beberapa
segitiga.

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon


Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika)
Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.14

Daftar Pustaka

Arrifada, Yuni., Rofiqoh, Dewi., & Kusaeri. (2016). Dinamika Perkembangan


Matematika Abad Pertengahan Hingga Munculnya Gerakan
Renaissance (Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika di
Sekolah). Jurnal Fourier. Vol. 5, No. 2, 49-56.

Hasyim, Farid. (2012). Ilmu Pengetahuan dan Perkembangannya: Tantangan


Kemajuan dan Kemunduran Dunia Islam. Ulul Albab Jurnal Studi
Islam.Vol. 13. No. 1.

Lusiyana, Desy. 2010. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa


Kelas VII SMP N 2 Cirebon Melalui Model Pembelajaran Van Hiele
Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Cirebon:IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Muawanah Lina. (2013). “Analisis Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal


Geometri Bangun Ruang Sisi Datar Berdasarkan Level Berpikir
Geometri Van Hiele (Pada siswa kelas VIII MTs N 1 Surakarta tahun
2012/2013)”. Skripsi. Tidak diterbitkan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Nopriana Tri. (2016). Berpikir Geometri Melalui Model Pembelajaran


Geometri Van Hiele. Cirebon: Jurnal FKIP UNSWAGATI

Sunanto, Musyrifah. (2011). Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu


Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana.

Suyanta, Sri. (2011). Transformasi Intelektual Islam ke Barat. Jurnal Ilmiah Islam
Futura. Vol. X, No. 2.

Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan Matematika) Vol. 1, No. 1, Hal. 1-6

p-ISSN 2549-8495, e-ISSN 2549-4937 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon

Anda mungkin juga menyukai