Anda di halaman 1dari 5

Aliran-Aliran dalam Matematika

A. Aliran Formalisme
Aliran formalism adalah suatu aliran yang menjadi titik pokok atau landasan
karakteristik filsafat pendidikan matematika. Tokoh utama aliran formalisme ini adalah
seorang ahli matematika asal jerman yaitu David Hilbert. Pemikirannya menjadikannya
sebagai matematikawan yang berpengaruh pada awal abad ke 20. David mengatakan bahwa
matematika sebagai lambing formal, yang dapat dinyatakan dalam simbol-simbol.
Dalam aliran formalisme matematika dianggap berasal dari semua kebenaran dan
melalui bukti konsistensi Aliran ini dikembangan melalui system aksioma, karena kita harus
membenarkan suatu aksioma tanpa harus membuktikannya. Kaum formalis memandang
matematika merupakan permainan yang melibatkan lambang-lambang (tidak memiliki
makna) dan pernyataan adalah rumus-rumus yang melibatkan lambang-lambang tersebut.
Walaupun semua system matematika masih menggunakan system aksioma, tetapi
menganggap bahwa formalisme menjadi landasan matematika tidak diterima oleh ahli
matematika yaitu Godel’s. keberatan bermula ketika Godel membuktikan bahwa kita tidak
mungkin dapat membangun sutau system matematika yang bersifat konsisten dan pada saat
yang bersamaan bersifat lengkap. Pernyataan ini terkenal dengan sebutan teorema
ketidaklengkapan Godel (Godels Incompleteness Theorem) pemikiran aliran formalisme,
mempengaruhi buku-buku pelajaran dan kurikulum matematika selama pertengahan abad ke-
20. Oleh karena itu, kurikulum 1975 adalah contoh kurikulum dari pemikiran aliran
formalisme.
Implikasi karakteristik formalisme pada tingkat SMP. Pada kurikulum ini, tatanan
kurikulum berubah dari “rencana pelajaran” menuju “kurikulum berbasis pada pencapaian
tujuan”. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang paling tua, sejak yang pertama dulu
berdiri. Kurikulum ini menekankan pada isi atau materi pelajaran. Proses belajar pada
kurikulum ini adalah berusaha menguasai isi atau materi pelajaran sebanya-banyaknya.
1. Guru mulai mengajarkan topik persamaan kuadrat sebagai pokok bahan baru bagi siswa
dengan menulis rumus persamaan kuadrat di papan yulis
2. Guru memberi beberapa soal untuk mengasah keterampilan siswa dalam topic persamaan
kuadrat tersebut tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami sendiri
mengapa dan bagaimana persamaan kuadrat ada dan perlu dipelajari.
Dari penerapan aliran formalisme teserbut, siswa yang mendapat pengajaran model
guru formalise akan terampil dalam mengolah simbol-simbol tanpa memahami maknaknya,
bahkan ada juga siswa yang mengalami dampak buruk seperti tidak mengerti apapun tentang
yang dipelajarinya karena guru dalam mengajar tidak memberi kesempatan kepada siswa
untuk memahami materi terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
Selain itu formalis juga memandang matematika sebagai suatu permainan formal yang
tak bermakna (meaningless) dengan tulisan pada kertas, yang mengikuti aturan (Ernest,
1991). Ada beberapa keberatan terhadap formalisme, antara lain:
1. Formalis dalam memahami objek matematika seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang
konkrit, padahal tidak tergantung pads obyek fisik.
2. Formalis tidak dapat menjamin permainan matematika itu konsisten.
Keberatan formalis tersebut dijawab dengan:
1. Lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang bersifat material.
2. Meskipun beberapa permainan itu tidak konsisten dan kadang-kadang trivial, tetapi yang
lainnya tidak demikian.

B. Aliran Intuisinisme
Intuisionisme seperti L.E.J Brouwer (1882-1966), berpendapat bahwa matematika
suatu kreasi akal budi manusia. Bilangan seperti cerita bohong adalah hanya entitas mental,
tidak aka nada apabila tidak ada akal budi manusia memikirkannya. Selanjutnya intuisionis
menyatakan bahwa obyek segala sesuatu termasuk matematika, keberadaannya hanya
terdapat pada pikiran kita, sedangkan secara eksternal dianggap tidak ada. Kebenaran
pernyataan ptidak diperoleh melalui kaitan dengan obyek realitas, oleh karena itu
intuisionisme tidak menerima kebenaran logika bahwa yang benar itu p atau bukan p.
Intuisionisme merupakan filsafat konstruktivis yang paling penuh dirumuskan dari
matematika. Dua klaim dari intuisionisme yaitu tesis Dummett positif dan tesis Dummet
negatif. Tesis Dummet positif adalah efek bahwa cara intuisionisme dari menerangkan
gagasan matematis dan operasi logis adalah satu koheren dan sah bahwa matematika
inuisionisme membentuk sesuatu dipahami dari teori. Tesis Dummet negatif adalah efek
bahwa cara klasik menerangkan gagasan matematis dan operasi logika yang koheren dan
tidak sah. Bahwa matematik klasik sementara yang mengandung bentuk terdistorsi (memutar
balikan fakta) banyak nilai yang dimengerti.
Intusionisme mengaku memberikan suatu dasar untuk kebenaran matematika menurut
versinya, dengan menurunkannya (secara mental) dari aksioma-aksioma intuitif tertentu,
penggunaan intuitif merupakan metode yang aman dalam pembuktian. Pandangan ini
berdasarkan pengetahuan yang eksklusif pada keyakinan yang subyektif. Tetapi kebenaran
absolut (yang diakui diberikan intuisionisme) tidak dapat didasarkan pada pandangan yang
subyektif semata
Ada berbagai macam keberatan terhadap intuisionisme, antara lain: (1)
instuisionisme tidak dapat mempertanggung jawabkan bahwa obyek matematika bebas, jika
tidak ada manusia apakah 2 + 2 masih tetap 4; (2) matematisi intuisionisme adalah manusia
timpang yang buruk dengan menolak hukum logika p atau bukan p dan mengingkari
ketakhinggaan, bahwa mereka hanya memiliki sedikit pecahan pada matematika masa kini.
Insuisionisme menjawab keberatan tersebut seperti berikut: tidak ada yang dapat diperbuat
untuk mencoba membayangkan suatu dunia tanpa manusia; (3) lebih baik memiliki sejumlah
kecil matematika yang kokoh dan ajeg dari pada memiliki sejumlah besar matematika yang
kebanyakan omong kosong.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan intuisionisme dalam ffilsafat
matematika antara lain:
1. Luitzen Eghbertus Jan Brouwer (1881-1966)
Brouwer dilahirkan di sebuah kota di Overschie, Belanda. Di kalangan teman-temannya,
Brouwer sering dipanggil dengan nama “Bertus”. Pada tahun 1897, Brouwer mengikuti
kuliah di Universitas Amterdam untuk belajar matematika dan fisika. Salah satu dosennya ,
Diederik Kortewag dosen matematika memberi pengaruh besar baginya. Kortewag terkenal
karena mengemukakan suatu persamaan yang disebut persamaan Kortewag-de Vries. Dosen
lain yang mempengaruhinya adalah Gerrit Mannoury, dosen dilsafat. Karya pertama Brouwer
adalah rotasi pada ruang empat dimensi di bawah bimbingan Kortewag.
Menurut Brouwer dasar dari intuisionisme adalah pikiran. Namun pemikiran-pemikiran
yang dicetuskannya banyak dipengaruhi oleh pandangan Immanuel Kant. Matematika
didefinisikan oleh Brouwer sebagai aktifitaas berpikir secara bebas, namun eksak, suatu
aktifitas yang ditemukan dari intuisi pada saat tertentu. Dalam pandangan intuisionisme tidak
ada realism terhadap obyek-obyek dan tidak ada bahasa yang menjembatani, sehingga bisa
dikatakan tidak ada penentu kebenaran matematika diluar aktifitas berpikir. Proposisi hanya
berlaku ketika subjek dapat dibuktikan kebenarannya (dibawa keluar dari kerangka
pemikiran). Singkat kata, Brouwer mengungkapkan bahwa “tidak ada kebenaran tanpa
dilakukan pembuktian”.
Brouwer memegang prinsip bahwa matematika adalah aktivitas tanpa perlu diutarakan
(languageless) yang penting, dan bahasa itu sendiri hanya dapat memberi gambaran-
gambaran tentang aktivitas matematika setelah ada fakta. Hal ini membuat Brouwer tidak
mengindahkan metode aksiomatik yang memegang peran utama dalam matematika.
Membangun logika sebagai studi tentang pola dalam linguistic yang dibutuhkan sebagai
jembatan bagi aktivitas matematika, sehingga logika bergantung pada matematika (studi
tentang pola) dan bukan sebaliknya. Semua itu digunakan sebagai pertimbangan dalam
memilah antara matematika dan metamatematika (istilah yang digunakan untuk matematika
tingkat kedua.
2. Arend Heyting (1898-1980)
Di lain hal, murid Brouwer yang memeiliki pengaruh besar pada perkembangan
intusionisme filsafat matematika. Heyting membangun sebuah formalisasi logika
intuisionisme yang snagat tepat. Sistem ini dinamakan “predikat Kalkulus Heyting”. Heyting
menegaskan bahwa dari asumsi metafisika yang pokok dalam kebenaran realism-logika
klasik, bahasa matematika klasik adalah pengertian faktor-faktor objektifitas syarat-syarat
kebenaran yang terbaik. Matematika klasik menggambarkan suatu kondisi dalam pernyataan
benar atau salah. Semantic seperti ini tidak tepat intuisionisme. Sebagai pengganti bahasa
intuisionisme seharusnya dimengerti dalam faktor-faktor syarat-syarat penyelesaian.
Semantic akan menggambarkan suatu perhitungan seperti sebuah penyelesaian kanonikal
untuk setiap permasalahan.
3. Sir Michael Anthony Eardley Dummet (1925-sekarang)
Mengingat kembali Brouwer dan Heyting yang mengatakan bahasa merupakan media
tidak sempurna untuk komunikasi konstruksi mental matematika. Keduanya, logika
menyangkut bentuk yang berlaku untuk penyebaran media ini dan tentu saja focus langsung
pada bahasa dan logika telah jauh berpindah dari permasalahan yang seharusnya. Sebaliknya
pendekatan utama Dummet, matematika da logika adalah linguistic dari awal. Filosofinya
lebih interest pada logika intuisionistik daripada matematika itu sendiri. Seperti Brouwer,
tetapi tidak seperti Heyting, Dummet tidak memilikin orientasi memilih. Dummet
mengeksplorasi matematika klasik dengan menggunakan bentuk pemikiran yang tidak valid
pada suatu jalan legitimasi penguraian pernyataan alternatifnya. Ia mengusulkan beberapa
pertimbangan mengenai logika adalah benar yang pada akhirnya harus tergantung pada arti
pertanyaan. Ia juga mengadopsi pandangan yang diperoleh secara luas, yang kemudian
disebut sebagai terminology logika.
C. Aliran Logisisme
Aliran logisisme adalah aliran yang menganggap bahwa matematika itu diturunkan dari
logika. Ide-ide logika juga diterima oleh kaum formalis, tetapi mereka tidak percaya bahwa
matematika dapat diturunkan dari logika saja.
Tokoh-tokoh aliran logisisme
1. G. Leibniz
a. Semua konsep matematika secara mutlak dapat disederhanakan pada konsep logika.
b. Semua kebenaran matematika dapat dibuktikan dari aksioma dan aturan melalui
penarikan kesimpulan secara logika semata.
2. Wittgenstein
Matematika merupakan metode berpikir logis, berdasarkan perkembangannya masalah
logika semakin lama semakin rumit dan membutuhkan suatu metode yang sempurna.
3. B. Russel
Matematika merupakan masa kedewasaan matematika, sedangkan logka adalah masa
kecil matematika.
4. Rudolf Carnap
a. Konsep-konsep matematika dapat diturunkan dari konsep-konsep logika melalui
definisi-definisi yang gamblang/jelas.
b. Teorema-teorema matematika dapat diturunkan dari aksioma-aksioma logika
melalui pengambilan kesimpulan.

Matematika dapat dinyatakan dalam istilah murni logis dan terbukti dari prinsip-prinsip
logis saja, maka kepastian pengetahuan matematika dapat dikurangi dengan logika. Logika
dianggap untuk memberikan landasan tertentu untuk kebenaran, terlepas dari upaya untuk
memperluas logika.
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logosisme antara lain :
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai implikasi pernyataan sebelumnya, dengan
demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan eksplorasi tanpa
meyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan karena tidak semua
kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan implikasi.
2. Teorema Ketidak sempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak cukup
untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu reduksi yang
sukses mengenai aksioma matematika malalui logika belum cukup untuk menurunkan
semua kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak teruji dan
tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan matematika dan
merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak menyediakan suatu dasar
tertentu untuk pengetahuan matematika.
Daftar Pustaka
Angling, W. S. (1994). Mathematics: A Concise History and Phylosophy, New York:
Springer-Verlag
Ernest, P. (1991). The Phylosophy of Mathematics Education, London: The Falmer Press

Anda mungkin juga menyukai