FILSAFAT ILMU
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
yang diampu oleh :
Oleh:
Andi Sriwahyuningsih 220007301008
Filsafat matematika
PENDAHULUAN
Filsafat merupakan kreatifitas dari akal manusia. Keinginan manusia untuk mencari
kebenaranlah yang menjadi kunci utama timbulnya sebuah filsafat. Kebenaran yang didapat
melalui filsafat merupakan kebenaran yang berasal dari kerja akal manusia. Sejalan dengan
berkembangnya objek kajian filsafat, maka filsafat sebagai tempat berpijaknya kegiatan
keilmuan.
Filsafat matematika adalah cabang ilmu dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan
filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah
untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami
kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia.
Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibadingkan dengan ilmu
lainnya. Karena, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dn matematika adalah
ibu dari segala ilmu. Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena kedua hal ini
adalah apriori dan tidak eksperimentalis dan hasil dari keduanya tidak memerlukan bukti
secara fisik.
Pada makalah ini penyusun akan membahas mengenai topik matematika dan
hubungannya dengan aliran-aliran dalam filsafat matematika.
PEMBAHASAN
Para ahli memiliki banyak perbedaan pendapat mengenai pemikiran filsafat dan
matematika. Filsafat matematika dikembangkan melalui isu-isu eksternal seperti sejarah,
asal-usul, dan praktek matematika dengan isu-isu internal seperti epistemologi dan
ontologi. Metode yang digunakan untuk melakukan klasifikasi aliran-aliran dalam
filsafat matematika salah satunya menggunakan kriteria kecukupan filsafat matematika
(Ernest, 1991) yaitu: (1) pengetahuan matematika: sifat, justifikasi, dan asal-usul
pengetahuan, (2) obyek matematika: ruang lingkup dan asal-usul obyek matematika, (3)
aplikasi matematika: efektifitas matematika dalam mengembangkan sains, teknologi dan
aplikasi lainnya, dan (4) praktek matematika: aktifitas matematikawan, dulu dan
sekarang.
1. Absolutisme
Menurut pandangan ini, pengetahuan matematika terdiri dari kebenaran
mutlak, dan merupakan wilayah yang unik dari pengetahuan tertentu, selain logika
dan pernyataan yang benar berdasarkan makna istilah.
Munculnya aliran absolutisme dalam matematika dipicu oleh adanya
perbedaan setidaknya dalam dua hal berikut (Sukardjono, 2000). Pertama,
pandangan umum bahwa matematika merupakan resultan antara sistem aksiomatik
dan sistem logika. Pandangan ini menyatakan eratnya hubungan antara matematika
dengan logika. Sebagian menganggap logika tercakup dalam matematika (aliran
formalisme) dan sejalan dengan hal itu, intuisionisme berpendapat logika adalah
cabang dari matematika. Sementara yang tidak setuju menyatakan bahwa logika
adalah segalanya, sedangkan matematika adalah sebagian kecil dari logika, atau
matematika adalah cabang dari logika (aliran logisisme). Kedua, terjadinya krisis
landasan metamatika, yang melanda pondasi teori himpunan dan logika formal,
membawa matematikawan mencari landasan filsafat untuk merekonstruksi
matematika agar diperoleh landasan yang lebih kokoh. Kedua kenyataan ini
memunculkan tiga arus utama filsafat matematika yaitu aliran logisisme dipimpin
oleh Russel dan Whitehead, aliran intuisionisme dipimpin oleh Brouwer, dan aliran
formalisme dipimpin oleh David Hilbert.
Pemikiran absolut menyatakan:
a. Matematika adalah suatu kemungkinan dan kenyataan yang tak terbantahkan
dan merupakan ilmu pengetahuan yang objektif
b. Matematika adalah kebenaran matematika dapat dibenarkan dan tidak pernah
bisa ditentanng, diperbaiki maupun dikoreksi
c. Liang Gie menyatakan filsafat matematika merupakan sudut pandang yang
menyusun dan mempersatukan berbagai bagian dan kepingan matematika
berdasarkan bebeapa asas dasar
2. Formalisme
Landasan matematika fprmalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari
jerman yakni David Hilbert (1862-1943). Menurut aliran formalisme sifat alami dari
matematika ialah sebagai sistem lambang-lambang yang formal. Bagi kaum
formalis, mereka percaya bahwa objek-objek matematika itu tidak ada hingga
diciptakan oleh manusia melalui sistem aksioma. Mereka mencoba membuktikan
bahwa matematika yang disusun dari sistem aksioma itu adalah konsisten.
Pemikirannya ini menjadikannya sebagai matematikawan yang berpengaruh pada
awal Abad ke-20. Oleh karena itu, kurikulum 1975 adalah contoh kurikulum dari
pemikiran aliran Formalisme.
Menurut Ernest (1991) formalisme memiliki dua tesis, yaitu:
1. Matematika dapat dinyatakan sebagai sistem formal yang tidak dapat ditafsirkan
sebarangan, kebenaran matematika disajikan melalui teoremateorema formal.
2. Keamanan dari sistem formal ini dapat didemostrasikan dengan terbebasnya
dari ketidak konsistenan.
Ada bermacam keberatan terhadap formalisme, antara lain; (1) formalis dalam
memahami obyek matematika seperti lingkaran, sebagai sesuatu yang kongkrit,
padahal tidak bergantung pada obyek fisik; (2) formalis tidak dapat menjamin
permainan matematika itu konsisten. Keberatan tersebut dijawab formalis bahwa (1)
lingkaran dan yang lainnya adalah obyek yang bersifat material dan (2) meskipun
beberapa permainan itu tidak konsisten dan kadangkadang trivial, tetapi yang
lainnya tidak demikian (Anglin, 1994).
3. Logisisme
Dua ahli matematikawan sekaligus ahli filsafat dari Inggris yaitu Betrand
Russell (1872-1970) dan Alfred North Whitehead (1861-1947) lewat buku mereka
Principia Mathematica (1903). Menurut mereka matematika dapat diturunkn dari
prinsip-prinsip logika. Ide-ide logika juga diterima oleh kaum formalis, tetapi
mereka tidak percaya bahwa matematika dapat diturunkan dari logika saja.
Sedangkan Ernest (1991) mengungkapkan bahwa logika lebih dulu dianggap sebagai
bagian dari logika ilmu pasti matematika.
Menurut Ernest (1991), ada beberapa keberatan terhadap logisisme antara lain:
1. Bahwa pernyataan matematika sebagai impilikasi pernyataan sebelumnya,
dengan demikian kebenaran-kebenaran aksioma sebelumnya memerlukan
eksplorasi tanpa menyatakan benar atau salah. Hal ini mengarah pada kekeliruan
karena tidak semua kebenaran matematika dapat dinyatakan sebagai pernyataan
implikasi.
2. Teorema Ketidaksempurnaan Godel menyatakan bahwa bukti deduktif tidak
cukup untuk mendemonstrasikan semua kebenaran matematika. Oleh karena itu
reduksi yang sukses mengenai aksioma matematika melalui logika belum cukup
untuk menurunkan semua kebenaran matematika.
3. Kepastian dan keajegan logika bergantung kepada asumsi-asumsi yang tidak
teruji dan tidak dijustifikasi. Program logisis mengurangi kepastian pengetahuan
matematika dan merupakan kegagalan prinsip dari logisisme. Logika tidak
menyediakan suatu dasar tertentu untuk pengetahuan matematika.
Anglin, W. S. (1994). Mathematics: A Concise History and Philosophy. New York: Springer-
Verlag.
Ernest, P. (1991). The Philosophy of Mathematics Education. London: The Falmer Press
Minarti & Hakim, E. L. (2022). Penerapan Matematika Dalam Aliran Konstruktivisme yang
Terkandung Dalam Filsafat Matematika. Jurnal Ilmiah Indonesia. Vol. 7, No. 3,
Maret 2022.
Hisbuan Nainul. Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika. 28 November
2014. 28 November 2022. https://www.slideshare.net/NailulHimmiJNE/filsafat-
matematika-42146206.
Sukardjono, Filsafat dan Sejarah Matematika, Penerbit Universitas Terbuka, 2000.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran
Matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Penataran Guru Matematika.
Umbara, U.(2017). Psikologi Pembelajaran Matematika (Melaksanakan Pembelajaran
Matematika Berdasarkan Tinjauan Psikologi). Yogyakarta : Deepublish.
Zain Sharifah Fauziah Hanim Syed., Rasidi Farah Eliza Mohd., & Abidin Ismin Izwani
Zainol. (2012). Student-centred learning in mathematics constructivism in
the classroom. Journal of International Education Research (JIER), 8n(4),
319–328